Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BIOLOGI

METABOLISME, ANABOLISME, DAN KEMOSINTESIS

DISUSUN OLEH :

CRISTINA ANDRIDA SIMANUNGKALIT


FAWNIA ALZHAKIRAH
DEWI WULAN SARI
HURIYAH SYAHIRA
SONI FIRMANSYAH
RISKA TRINITATIS
MAHARANI

KELAS
XII MIPA 3

GURU PENGAMPU
GUSTI WAHYUNI S.Pd

SMA NEGERI 3 SIAK HULU


TAHUN PELAJARAN 2023/2024

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu ciri dari makhluk hidup ialah melakukan proses di dalam
tubuhnya. Proses tersebut ialah proses penguraian makanan yang dikonsumsi
oleh semua makhluk hidup. Setiap makhluk hidup pasti memerlukan makanan
untuk kelangsungan hidupnya. Selain itu makanan juga menjadi sumber
tenaga dan energi yang dibutuhkan oleh tubuh makhluk hidup. Makanan
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ pencernaan. Setelah masuk ke
dalam tubuh, makanan tersebut akan mengalami proses perombakan. Zat – zat
yang terkandung dalam makanan diuraikan menjadi sumber energi.
Hasil dari penguraian zat – zat makanan tersebut yang menjadi sumber
tenaga untuk melakukan aktivitas kehidupan. Bisa kita bayangkan, jika zat –
zat yang ada dalam makanan tidak diuraikan pasti tidak ada tenaga yang
dihasilkan dalam tubuh. Maka makhluk hidup tidak akan mempunyai
kemampuan untuk menjalani aktivitas kehidupan. Sebagai contoh kita dapat
melihat seekor harimau yang memangsa makanannya. Makanan yang di cerna
oleh tubuh harimau diubah di konversi menjadi energi dan tenaga yang dapat
di gunakan oleh harimau untuk berlari dan mencari mangsa yang lain.
Mungkin akan berbeda halnya jika makanan yang si makan oleh harimau
tidak mengalami proses penguraian, pasti harimau tersebut tidak akan
mempunyai kemampuan untuk berlari bahkan mencari mangsanya. Oleh
karena itu , harimau memerlukan energi yang diperoleh dari proses penguraian
zat – zat makanan. Proses inilah yang kita kenal dengan proses metabolisme.
BAB II
PEMBAHASAN

A. METABOLISME SEL
Metabolisme merupakan keseluruhan proses kimia yang terjadi di dalam tubuh
makhluk hidup. Pada metabolisme terjadi proses pembentukan atau penguraian zat di
dalam sel hidup yang di sertai dengan adanya perubahan energi. Proses pembentukan zat
terjadi pada proses fotosintesis dan kemosintesis. Proses penguraian zat dapat berupa
respirasi sel dan fermentasi sel.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa dalam proses metabolisme ada dua proses
yaitu proses pembentukan dan penguraian. Proses pembentukan dalam metabolisme di
sebut juga proses anabolisme. Sedangkan proses penguraian disebut dengan proses
katabolisme. Kedua proses ini disebut juga sebagai arah lintasan dari proses metabolisme.
Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme untuk dapat bertahan hidup.
Arah lintasan metabolisme ditentukan oleh suatu senyawa yang disebut sebagai hormon,
dan di percepatkan oleh senyawa organik yang disebut sebagai enzim. Pada senyawa
organik, penentu arah reaksi kimia disebut promoter dan penentu percepatan reaksi kimia
disebut katalis.
Pada proses anabolisme, energi yang dibutuhkan lebih banyak sehingga reaksinya
dapat berlangsung cepat dan efisien serta memerlukan energi dalam bentuk energi panas.
Proses ini memerlukan energi yang lebih besar karena, dalam proses anabolisme proses
yang terjadi lebih banyak dan prosesnya yang cepat dan efisien sehingga energi yang di
perlukan lebih besar. Reaksi seperti ini disebut juga reaksi endergonik atau reaksi
eksoterm. Sedangkan dalam proses katabolisme energi yang dibutuhkan lebih sedikit. Hal
ini terjadi dikarenakan pada reaksi katabolisme hanya menguraikan zat dan melepaskan
energi. Jadi energi yang diperlukan lebih sedikit. Suatu proses di mana terjadi pelepasan
energi disebut juga reaksi eskergonik atau reaksi eksoterm.
Dalam proses metabolisme baik anabolisme maupun katabolisme, kedua proses
tersebut melibatkan peran enzim. Enzim sangat diperlukan sebagai katalisator (senyawa
yang dapat mempercepat proses terjadinya reaksi tanpa habis reaksi). Enzim bekerja
dengan cara menempel pada permukaan molekul zat–zat yang bereaksi, dan dengan
demikian dapat mempercepat proses reaksi.
B. ANABOLISME
Anabolisme adalah reaksi pembentukan molekul sederhana menjadi molekul yang
kompleks. Reaksi anabolisme merupakan peristiwa sintesis atau penyusunan sehingga
memerlukan energi, dan dibentuk reaksi endergonik. Energi yang digunakan dalam
reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya
digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa
yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak
hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks
yang terbentuk.
Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam
amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, adalah aktivasi senyawa-senyawa
tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan
prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan
asam nukleat.
Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis,
sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.
Hasil-hasil anabolisme berguna dalam fungsi yang esensial. Hasil-hasil tersebut
misalnya glikogen dan protein sebagai bahan bakar dalam tubuh, asam nukleat untuk
pengkopian informasi genetik. Protein, lipid, dan karbohidrat menyusun struktur tubuh
makhluk hidup, baik intraselular maupun ekstraselular. Bila sintesis bahan-bahan ini
lebih cepat dari perombakannya, maka organisme akan tumbuh.

C. PROSES ANABOLISME
Jalur anabolisme yang membentuk senyawa-senyawa dari prekursor sederhana
mencakup:
• Glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa.
Glikogenesis adalah lintasan metabolisme yang mengkonversi glukosa menjadi
glikogen untuk disimpan di dalam hati. Lintasan ini diaktivasi di dalam hati, oleh
hormon insulin sebagai respon terhadap rasio gula darah yang meningkat, misalnya
karena kandungan karbohidrat setelah makan; atau teraktivasi pada akhir siklus Cori.
Penyimpangan atau kelainan metabolisme pada lintasan ini disebut glikogenosis.

• Glukoneogenesis, pembentukan glukosa dari senyawa organik lain.


Glukoneogenesis adalah lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain
glikogenolisis, untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah
untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada lintasan glukoneogenesis, sintesis
glukosa terjadi dengan substrat yang merupakan produk dari lintasan glikolisis, seperti
asam piruvat, asam suksinat, asam laktat, asam oksaloasetat.
D. KEMOSINTESIS
Kemosintesis merupakan contoh reaksi anabolisme selain fotosintesis.
Kemosintesis adalah konversi biologis satu molekul karbon atau lebih
(biasanya karbon dioksida atau metana), senyawa nitrogen dan sumber
makanan menjadi senyawa organik dengan menggunakan oksidasi
molekul anorganik (contohnya gas hidrogen, hidrogen sulfida) atau metana
sebagai sumber energi, daripada cahaya matahari, seperti pada fotosintesis.
Dalam penjelasan yang lebih sederhana, kemosintesis adalah anabolisme
yang menggunakan energi kimia. Energi kimia yang digunakan pada reaksi
ini adalah energi yang dihasilkan dari suatu reaksi kimia, yaitu reaksi
oksidasi.
Organisme autotrof yang melakukan kemosintesis disebut
kemoautotrof. Kemampuan melakukan kemosintesis hanya dimiliki oleh
beberapa jenis mikroorganisme, misalnya bakteri belerang nonfotosintetik
(Thiobacillus) dan bakteri nitrogen (Nitrosomonas dan Nitrosococcus).
Banyak mikroorganisme di daerah laut dalam menggunakan kemosintesis
untuk memproduksi biomassa dari satu molekul karbon. Dua kategori
dapat dibedakan. Pertama, di tempat yang jarang tersedia molekul
hidrogen, energi yang tersedia dari reaksi antara CO2 dan H2 (yang
mengawali produksi metana, CH4) dapat menjadi cukup besar untuk
menjalankan produksi biomassa. Kemungkinan lain, dalam banyak
lingkungan laut, energi untuk kemosintesis didapat dari reaksi antara O2
dan substansi seperti hidrogen sulfida atau amonia. Pada kasus kedua,
mikroorganisme kemosintetik bergantung pada fotosintesis yang
berlangsung di tempat lain dan memproduksi O2 yang mereka butuhkan.
JENIS-JENIS MIKROORGANISME :

• BAKTERI NITRIFIKASI
Nitrifikasi adalah suatu proses oksidasi enzimatik yakni perubahan senyawa
amonium menjadi senyawa nitrat yang dilakukan oleh bakteri-bakteri tertentu. Bakteri
nitrifikasi sangat sensitive terhadap lingkungan mereka, lebih dari heterotrof pada
umumnya. Akibatnya kondisi tanah mempengaruhi kemampuan tumbuh dari nitrifikasi
yang membutuhkan perhatian tertentu. Proses ini berlangsung dalam dua tahap dan
masing-masing dilakukan oleh grup bakteri yang berbeda. Tahap pertama adalah proses
oksidasi amonium menjadi nitrit yang dilaksanakan oleh bakteri Nitrosomonas dan
tahap kedua adalah proses oksidasi enzimatik nitrit menjadi nitrat yang dilaksanakan
oleh bakteri Nitrobacter. Beberapa bakteri nitrifikasi antara lain : bakteri Nitrosomonas,
Nitrosococcus, Nitrobacter, dan Bactoderma. Nitrosococcus dan Nitrosomonas (bakteri
nitrat) mengoksidasi amonia menjadi nitrit.

Bactoderma dan nitrobacter (bakteri nitrat) mengoksidasi nitrit menjadi nitrat dalam
keadaan aerob.

• BAKTERI BELERANG
Bakteri belerang mengoksidasikan H2S untuk memperoleh energi. Selanjutnya
energi yang diperoleh digunakan untuk melakukan asimilasi. Proses penyusunan bahan
organik itu menggunakan energi pemecahan senyawa kimia, maka disebut
kemosintesis. Perhatikan reaksi berikut!
Energi yang diperoleh lebih kecil jumlahnya daripada yang dihasilkan dari cahaya.
Energi tersebut digunakan untuk fiksasi CO2 menjadi karbohidrat. Dengan demikian,
reaksi selengkapnya adalah:

• BAKTERI BESI
Beberapa bakteri besi pada umumnya, misalnya Leptothrix, Crenothrix,
Cladothrix, Galionella, spiruphyllum, dan Ferrobacillus mengoksidasi ion ferro
menjadi ion ferri.

• BAKTERI HIDROGEN
Salah satu jenis bakteri hidrogen, yaitu Bacillus panctotropjus dapat tumbuh dalam
medium anorganik yang mengandung hidrogen , CO2, dan O2 serta dapat mengoksidasi
hidrogen dengan membebaskan energi . Energi ini dapat digunakan dalam proses
kemosintesis berikut.

• BAKTERI METANA
Methanonas merupakan salah satu contoh bakteri metana yang metana yang
mampu mengoksidasi metana menjadi CO2. Metana menyediakan karbon dan energi
bagi bakteri aerob ini . Perhatikan reaksi ini !
Energi yang diperoleh pada kemosintesis digunakan untuk proses fosforilasi (proses
penambahan gugus fosfat pada protein) dan reduksi CO2 menjadi karbohidrat.

Perbedaan antara fotosintesis dengan kemosintesis dapat dilihat dalam tabel berikut :

Anda mungkin juga menyukai