Anda di halaman 1dari 54

1

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI


PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI
KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR DI KELAS IV SDN 100
KENDARI

HASIL PENELITIAN

OLEH

APRYLIA LESTARI PUTRI


A1G119087

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

1
ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

HASIL PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI


PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI
KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR DI KELAS IV SDN 100
KENDARI

Oleh

APRYLIA LESTARI PUTRI


A1G119087

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II untuk


dipertahankan dihadapan Panitia Seminar Hasil Penelitian pada
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Halu Oleo

Kendari, Mei 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Muhammad Yasin, M.Pd Dr. La Ili, S.Pd., M.Pd

NIP. 195912311988031013 NIP. 19780404 200501 1 002

ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
HALAMAN PERSETUJUAN
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................6
A. Kajian Teori........................................................................................................6
1. Pembelajaran Matematika di SD.................................................................6
2. Konsep Model Pembelajaran.......................................................................7
3. Kemampuan Pemecahan Masalah...............................................................7
4. Model Pembelajaran Problem Based Learning..........................................10
B. Penelitian Yang Relevan..................................................................................14
C. Kerangka Berpikir............................................................................................16
D. Hipotesis Penelitian..........................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................18
A. Jenis Penelitian.................................................................................................18
B. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................19
C. Subjek dan Objek Penelitian.............................................................................19
D. Prosedur Penelitian...........................................................................................20
E. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................24
F. Instrumen Penelitian.........................................................................................26
G. Teknik Analisis Data........................................................................................27
H. Indikator Kinerja...............................................................................................29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................................31
A. Hasil Penelitia...................................................................................................31
1. Deskripsi Siklus I.......................................................................................31

iii
2. Deskripsi Siklus II......................................................................................34
B. Pembahasan......................................................................................................39
1. Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pemecahan Masalah SDN 100 Kendari
39
2. Aktivitas Mengajar Guru SDN 100 Kendari.............................................40
3. Hasil Belajar Siswa SDN 100 Kendari......................................................40
BAB V PENUTUP.....................................................................................................42
A. Kesimpulan.......................................................................................................42
B. Saran.................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................45

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Sekolah Dasar (SD) merupakan pendidikan dasar yang
memegang peran penting sebagai pembentuk pola pikir anak dan kepribadian
anak. Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, yaitu
untuk tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang secara optimal sesuai dengan
potensinya masing-masing. Oleh karena itu, pendidikan harus dikemas lebih
inovatif dan kreatif agar mampu membelajarkan peserta didik secara maksimal.
Pendidikan memegang peran kunci dalam proses peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM). Pembentukan SDM berkualitas di sekolah dilakukan
melalui pembelajaran yang efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang
diharapkan. Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh guru,
metode pembelajaran yang digunakan, serta peserta didik sebagai sasaran
pendidikan (Ismatunsarrah et al., 2020).
Perkembangan dalam bidang pendidikan memegang peranan penting
dalam menghadapi tuntutan perubahan kehidupan manusia baik secara lokal,
nasional dan global untuk itu kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh
kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia tergantung pada
kualitas pendidikannya sehingga untuk membentuk sumber daya manusia yang
memiliki daya saing dan mampu bertahan di masa mendatang perlu adanya
peningkatan kualitas pendidikan yang menyeluruh. Pada jenjang pendidikan SD
anak diajarkan berbagai ilmu sebagai pondasi anak untuk menjalani pendidikan
dijenjang selanjutnya.
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Dalam proses
pembelajaran saat ini, guru perlu menciptakan suasana belajar agar peserta didik
lebih aktif dan kreatif saat melakukan kegiatan pembelajaran. Proses
pembelajaran adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap, serta dilakukan dengan sengaja untuk
kepentingan peserta didik. Sebagai salah satu aspek pendidikan, pendidikan

1
2

matematika memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan,


khususnya dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. . Selain
itu matematika juga dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika di sekolah memiliki empat tujuan utama yaitu: 1)
Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan; 2)
Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen,originil, rasa ingin tahu,
prediksi dan dugaan serta mencoba-coba; 3) Mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan; 4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan
informasi dan mengkomunikasikan gagasan (Prayanti et al., 2014).
Matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Matematika perlu diberikan sejak dini karena peran matematika yang
sangat penting bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan ilmu dan
teknologi. Melalui mata pelajaran matematika diharapkan peserta didik memiliki
kemampuan dan kecakapan matematika yang sangat diperlukan dalam
kehidupannya kelak. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari Sekolah Dasar, untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, inovatif, dan kreatif, serta
kemampuan bekerja sam. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah
menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik dalam
penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam pemecahan
masalah dalam konteks matematika maupun di luar matematika. Dengan kata lain
mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan
pemecahan masalah. Kemampuan ini meliputi kemampuan memahami masalah,
membangun model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh (Supraptinah, 2019).
Model pembelajaran yang dapat menunjang hal tersebut, adalah model
pembelajaran Problem Based Learning. Kegiatan pembelajarannya, siswa dituntut
untuk aktif dalam menyelesaikan masalah di dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif, serta memanfaatkan representasi yang
3

dimiliki oleh siswa. Model Problem Based Learning cocok untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika, karena model pembelajaran
Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan
pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan
penguatan keterampilan. Siswa dilatih untuk menemukan solusi dari masalah yang
diberikan oleh guru secara aktif, logis, dan kreatif dengan mengikuti langkah-
langkah yang telah ditentukan meliputi klarifikasi masalah, pengungkapan
gagasan, evaluasi dan seleksi, serta implementasi. Pemecahan masalah (Problem
Based Learning) adalah penggunaan model dalam kegiatan pembelajaran dengan
jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi
atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama-sama. Proses pembelajarannya siswa menggunakan segenap pemikiran,
memilih strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian
dari suatu pemecahan masalah. Model pemecahan masalah (Problem Based
Learning) adalah penggunaan model dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan
melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau
perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama-sama (Maesari et al., 2019).
Berdasarkan hasil observasi pada saat berkunjung di SDN 100 KENDARI
saya mengamati kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas IV masih
rendah dikarenakan (1) siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal
matematika. (2) siswa jarang melatih kemampuan pemecahan masalah yang
dimilikinya; (3) siswa ribut dalam proses pembelajaran matematika; (4) siswa
pasif dalam mengikuti pembelajaran karena hanya mendengarkan materi yang
disampaikan oleh guru (5) siswa tidak dapat menjawab pertanyaan dalam proses
pembelajaran terlihat siswa hanya diam saja ketika diajukan pertanyaan. Adapun
dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru tidak menerapkan model
pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum 2013, guru belum maksimal dan
masih belum dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa.
4

Berdasarkan uraian diatas yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik


untuk melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Melalui Penerapan Model Problem Based Learning Pada
Materi Keliling dan Luas Bangun Datar di Kelas IV SDN 100 Kendari”.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah kelas IV
SD SDN 100 Kendari?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan aktivitas mangajar guru di kelas IV SDN 100 Kendari?
3. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 100 Kendari?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pemecahan masalah kelas IV
SD SDN 100 Kendari melalui model pembelajaran Problem Based
Learning
2. Untuk meningkatkan aktivitas mangajar guru di kelas IV SDN 100
Kendari melalui model pembelajaran Problem Based Learning
3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 100 Kendari
melalui model pembelajaran Problem Based Learning

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat di nilai berdasarkan manfaat teoritis dan
mafaat praktis
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan yang dapat diperoleh dalam kelas sesuai penelitian ini
merupakan model Problem Based Learning tantang keliling dan luas bangun datar
serta untuk menambah khasana ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan,
karena temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah temuan yang telah
5

didukung oleh kerangka teoritis dan fakta empiris yang diuji dengan
menggunakan metode ilmiah. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat menjadi
bahan referensi bagi berbagai kalangan yang ingin melakukan penelitian
mengenai model pembelajaran Problem Based Learning baik di SDN 100
Kendari, maupun di sekolah lain.

2. Manfaat Praktis.
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi:
a. Bagi Kepala Sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pertimbangan untuk meningkatkan kinerja guru serta sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan pembelajaran di SDN 100 Kendari.
b. Bagi Guru. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dalam
pelaksanaan proses pembelajaran untuk menumbuhkan semangat belajar siswa
dan memotivasi guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
dengan penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning.
c. Bagi Pengawas Sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan intensitas pengawas akademik
agar mutu proses pembelajaran pada sekolah SDN 100 Kendari dapat berjalan
dengan baik.
d. Bagi Siswa. Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan antusias
dan minat belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, dan
memperoleh pengalaman belajar baru yang menyenangkan dan dapat
meningkatkan hasil belajar dan kemampun pemecahan masalah dalam materi
keliling dan luas bangun datar dengan menggunakan model pembelajaran
yang belum pernah diterapkan sebelumnya yaitu model pembelajran Problem
Based Learning.
e. Bagi Peneliti. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber
informasi, rujukan dan bahan reverensi peneliti selanjutnya agar bisa lebih
dikembangkan dalam materi – materi yang lainnya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika di SD
Belajar pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar peserta didik. Belajar dapat dipandang sebagai proses
yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman yang diciptakan guru. Belajar merupakan proses mengamati, melihat,
dan memahami sesuatu. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan
pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang harus dikembangkan guru, yaitu
tujuan, materi, strategi, dan evaluasi pembelajaran. masing-masing komponen
tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Belajar pada dasarnya
merupakan peristiwa yang bersifat individual yakni peristiwa terjadinya
perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu. Sementara itu,
pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses
belajar pada diri peserta didik (Nurdyansyah & Fahyuni, 2016). Pembelajaran
merupakan suatu upaya guru dalam menciptakan kondisi peserta didik untuk
belajar. Pembelajaran lebih menekankan padaupaya guru untuk mendorong
ataumemfasilitasi peserta didik untuk belajar.Istilah pembelajaran lebih tepat
digunakan karena menggambarkan bahwa peserta didik lebih banyak berperan
dalam mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Dengan kata lain, pembelajaran
matematika adalah upaya membantu peserta didik untuk mengembangkan pola
pikir peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang ditemui dikehidupan
mereka (Amsari & Mudjiran, 2018).
Matematika merupakan ilmu universal yang mensajikan berbagai gagasan
pengetahuan secara formal sehingga akan mengembangkan kemamapuan dan
keterampilan intelektual. Matematika sebagai ilmu dasar yang perlu dikuasai oleh
siswa sekolah dasar. Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar
mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir
siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat

6
7

meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya


meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika (Maghfiroh et
al., 2021).

2. Konsep Model Pembelajaran


Konsep model pembalajaran menurut Trianto dalam (Afandi et al., 2013),
menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas. Sedangkan Menurut Winaputra dalam (Tayeb, 2017)
model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran. Istilah model pembelajaran dapat diartikan sebagai benda tiruan
dari benda yang sesungguhnya model pembelajaran adalah prosedur atau pola
sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat
penilaian pembelajaran (Tayeb, 2017).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman untuk menggambarkan proses pembelajaran secara sistematis yang
memungkinkan perubahan tertentu dalam perilaku setiap siswa yang
memungkinkan mereka mengatur pengalaman belajarnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah


Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran siswa dimungkinkan
8

memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang


sudah dimilikinya untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak
rutin (Apriliana et al., 2021). Pemecahan masalah dalam matematika merupakan
proses dimana seorang peserta didik menerima tantangan berupa persoalan
matematika yang pemecahan masalahnya memerlukan ide matematika.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum yang sangat penting karena
dalam proses pembelajaran maupun pada saat proses pemecahan masalah, peserta
didik memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
sudah dimiliki untuk kemudian diterapkan dalam pemecahan masalah (Yunianto
et al., 2021).
Menurut Barca dalam (Maghfiroh et al., 2021) kemampuan pemecahan
masalah sangat penting dimiliki oleh setiap siswa karena (a) Pemecahan masalah
merupakan tujuan umum pengajaran matematika, (b) pemecahan masalah yang
meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam
kurikuum matematika, dan (c) pemecahan masalah merupakan kemampuan dalam
belajar matematika. Selain itu, Septiani dan Nurhayati (Agustami et al., 2021)
mengatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki oleh siswa
untuk mempersiapkan mereka agar terbiasa mengelola permasalahan yang
berbeda, baik masalah dalam ilmu matematika, masalah dalam bidang studi yang
berbeda maupun permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang semakin rumit.
Kemampuan pemecahan masalah juga merupakan tujuan dari pembelajaran
matematika.
Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa untuk
menyelesaikan suatu masalah yang tidak dapat diprediksi dan tidak rutin. Siswa
dapat memahami masalah tersebut dan kemudian mengembangkan prosedur
dalam menangani masalah tersebut untuk menentukan tujuan dari masalah yang
kompleks dan tidak rutin (Agustami et al., 2021).
Polya menyatakan ada empat tahapan saat memakai kemampuan
pemecahan masalah yaitu understanding the problem atau memahami masalah,
devising a plan atau menyusun rencana penyelesaian, carrying out the plan atau
melaksanakan rencana penyelesaian, dan looking back atau memeriksa kembali.
9

Pada tahap memahami siswa wajib mampu mengetahui permasalahan yang ada
untuk dapat menuliskan semua unsur atau data diberikan dalam soal dan data yang
di tanyakan didalam soal. Selanjutnya dalam tahap menyusun rencana
penyelesaian masalah, siswa wajib melakukan pemodelan matematika dari
masalah yang terdapat dalam soal dan wajib menemukan apa saja hubungan
antara data yang terdapat dalam soal maupun data yang belum diketahui, lalu
setelah itu siswa dapat mempertimbangkan masalah yang memungkinkan, dan
selanjutnya wajib mendapatkan rencana maupun solusi apa yang dapat diberikan
untuk mengatasi masalah tersebut. Lalu dalam tahap melaksanakan rencana
penyelesaian dari masalah tersebut, siswa penting untuk mempertahankan rencana
yang telah dibuat sebelumnya, namun jika rencana atau solusi tersebut tidak dapat
terlaksana maka dapat dilakukan pemilihan cara atau rencana atau solusi lain agar
masalah tersebut dapat terselesaikan. Tahap terakhir yakni memeriksa kembali,
pengecekan hasil jawaban dilakukan untuk memeriksa kembali kebenaran atas
jawaban yang diperoleh benar atau terdapat kesalahan, hal ini penting karena jika
jawaban siswa ditemukan kesalahan siswa tersebut dapat mengoreksi kembali
jawabannya (Chiristina & Andirakasiwi, 2021).
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Polya
No. Fase Indikator
Peserta didik harus memahami kondisi soal atau
masalah yang ada pada soal tersebut:
o Data atau informasi apa yang diketahui
darisoal?
Memahami o Apa inti permasalahan dari soal
1. Masalah
yangmemerlukan pemecahan?
(Understanding)
o Adakah dalam soal itu rumus-rumus, gambar,
grafik, tabel atau tanda-tanda khusus?
o Adakah syarat-syarat penting yang perlu
diperhatikan dalam soal?
o Peserta didik harus dapat memikirkan langkah
langkah apa saja yang penting dan saling
menunjang untuk dapat memecahkan masalah
Merencanakan
yang di hadapinya
2. Penyelesaian
o Peserta didik harus mencari konsep-konsep
(Planning)
atau teori-teori yang saling menunjang dan
mencari
rumus-rumus yang diperlukan
10

No. Fase Indikator


o Peserta didik telah siap melakukan perhitungan
dengan segala macam data yang diperlukan
termasuk konsep dan rumus atau persamaan
yang sesuai.
Menyelesaikan o Peserta didik harus dapat membentuk
3. Masalah sistematika soal yang lebih baku.
(Solving) o Peserta didik mulai memasukan data-data
hingga
menjurus ke rencana pemecahannya.
o Peserta didik melaksanakan langkah-langkah
rencana
Melakukan
Peserta didik harus berusaha mengecek ulang dan
Pengecekan
4. menelaah kembali dengan teliti setiap langkah
Kembali
pemecahan yang dilakukannya
(Cheking)

4. Model Pembelajaran Problem Based Learning


a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning), merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran yang,
melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk
memecahkan masalah (Syamsidah & Suryani, 2018). Proses pembelajarannya
peserta didik menggunakan segenap pemikiran, memilih strategi pemecahannya,
dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu pemecahan masalah.
Model Problem Based Learning adalah penggunaan model dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah
baik itu masalah pribadi atau peroranganmaupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama Ahmadi (Maesari et al., 2019).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Model
Problem Based Learning adalah cara menanamkan pemahaman dengan
mendorong peserta didik untuk memperhatikan, menyelidiki, dan memikirkan
suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis dan memecahkan masalah tersebut.
11

Model pembelajaran banyak macamnya, oleh sebab itu untuk


membedakannya harus dilihat dengan ciri-ciri tertentu, misalnya model
pembelajaran berbasis masalah mempunyai ciri-ciri antara lain: pertama, bahwa
PBL sebagai sebuah rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai evaluasi, Dalam proses pelaksanaan pembelajaran peserta didik tidak
hanya sekadar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran,
akan tetapi diharapkan aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data
dan akhirnya menyimpulkannya. Oleh sebab itu peserta didik pada akhirnya
terbiasa aktif dan berpartisipasi, tidak diam dan menunggu hasil dari orang lain,
artinya pembelajaran berbasis masalah tidak pernah hampa dalam aktivitas
berpikir untuk sampai pada kesimpulan memecahkan masalah. Kedua,
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran. Oleh sebab itu pembelajaran dapat dilaksanakan bilamana
masalah sudah ditemukan, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Pendidik diharapkan memberi peluang bagi peserta didik untuk menemukan
masalah sendiri, dianjurkan untuk yang dekat dengan lingkungan dan masalahnya
sedang aktual, tentu saja aturannya tidak bisa keluar dari kurikulum dan konsisten
dapat pencapaian tujuan pembelajaran. Ketiga, pembelajaran berbasis masalah,
betapapun juga, tetap dalam kerangka pendekatan ilmiah dan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas (Syamsidah &
Suryani, 2018).

b. Tahap-Tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Bassed


Learning
Rusmono (2012: 81) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan Model
Problem Bassed Learning melalui beberapa tahapan kegiatan. Tahapan dalam
proses Model Problem Based Learning di kelas terdapat lima tahap pembelajaran
yang harus diterapkan sebagai berikut:
12

Tabel 2.1. Tahap Pembelajaran dengan Model Problem Bassed Learning


Tahap Pembelajaran Perilaku Guru
Tahap 1: o Guru membantu siswa untuk
Memberikan bantuan kepada mendefinisikan dan mengorganisasikan
siswa pada saat belajar mandiri tugas belajar yang berhubungan dengan
maupun kelompok masalah tersebut
Tahap 2: o Guru mendorong siswa mengumpulkan
Guru memberikan pengajaran informasi yang sesuai, melaksanakan
cara mengembangkan materi pada eksperimen, mencari penjelasan, dan
kelompok solusi atas permasalahan.
Tahap 3: o Guru membantu siswa dalam
Mempersentasekan hasil karya merencanakan dan menyiapkan hasil
serta pemeran karya yang sesuai seperti laporan,
model, dan berbagai tugas dengan
teman dan meminta kelompok
persentase hasil kerja.
Tahap 4: o Guru memeriksa dan menilai hasil
Menganalisis dan menilai atau belajar tentang materi yang telah
memeriksa proses penyelesaian dipelajari
pemecahan masalah dengan
topik-topik pecahan
Sumber: Mohamad Nur dalam Rusmono, (2012: 81)
Agus (2016: 205), sintaks model pembelajaran dengan Model Problem
Based Learning terdiri dari lima fase utama yang dimulai dengan guru
mengarahkan peserta didik ke sebuah situasi bermasalah, berpuncak pada
persentase, analisis hasil kerja dalam berbagai artefak. Tahap permbelajaran yang
harus diterapkan sebagai berikut:
1) Memberikan orientasi masalah kepada peserta didik,
2) Mengorganisasikan peserta didik belajar,
3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok,
4) Mengembangkan dan mempersentasekan dan memamerkan hasil kerja,
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based


Learning
Sanjaya (2013: 218), sebagai suatu strategi pembelajaran, PBL memiliki
keunggulan, diantaranya adalah sebagai berikut:
13

1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus


untuk lebih memahami isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa
serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru lagi bagi
siswa.
3) Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa.
4) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
5) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu
juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
6) Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada
siswa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan
sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari
guru atau dari buku-buku saja.
7) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan
disukai siswa.
8) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.
10) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa
untuk terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah
berakhir.
Di samping keunggulan, model pembelajaran PBL juga memiliki
14

kelemahan. Menurut Hamruni, (2012: 115) kelemahan tersebut diantaranya:


1) Ketika siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit dipecahkan, mereka akan segera enggan untuk mencoba.
2) Keberhasilan pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari.
Berdasarkan beberapa uraian tentang kelemahan dan keunggulan model
pembelajaran Problem Based Learning di atas, dapat disimpulkan bahwa Model
Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa
melalui tahapan pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu model pembelajaran
tersebut dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
sehingga dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, berpikir kritis dan
mengaplikasikan pengetahuannya dalam dunia nyata. Partisipasi siswa dalam
tahapan pembelajaran yang dilaksanakan mempengaruhi keberhasilan penerapan
model pembelajaran ini.

B. Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas yang menggunakan model Problem Based Learning. Adapun penelitian
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas IV SD Negeri 004
Bangkinang Kota berjalan dengan baik dapat dilihat dari hasil tes. Hasil tes
pada siklus 1 pertemuan I menunjukkan ada 4 orang siswa (33,33%) dari 12
siswa yang termasuk tuntas dengan kategori sangat kurang (<60), dan pada
siklus 1 pertemuan II menunjukkan ada 7 orang siswa ( 58,33%) dari 12
15

siswa yang termasuk tuntas dengan kategori cukup (7079%), sedangkan pada
siklus 2 pertemuan 1 menunjukkan ada 9 orang siswa (75%) dari 12 orang
siswa yang termasuk tuntas dengan kategori cukup (70-79%), dan pada siklus
2 pertemuan II menunjukkan ada 10 orang siswa (83,33%) dari 12 orang
siswa yang termasuk tuntas dalam kategori baik (80-89%) (Maesari et al.,
2020).
2. Penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa di
Kelas IV SDN 03 Tongkuno Selatan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa
penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada materi FPB dan KPK pada siswa
kelas IVA SD Negeri 03 Tongkuno Selatan. Hal ini dapat di lihat dari hasil
tes siklus I bahwa siswa yang mendapatkan nilai ≥ 65 sebanyak 10 siswa dan
siswa yang mendapatkan nilai ≤ 65 sebanyak 9 siswa dengan persentase
ketuntasan pada siklus 1 sebesar 45%, sedangkan pada hasil tes siklus 2 siswa
yang mendapatkan nilai ≥ 65 menjadi 16 siswa dan siswa yang mendapatkan
nilai ≤ 65 menjadi 4 siswa dengan persentase ketuntasan yang mengalami
peningkatan sebesar 80% (Hasanah et al., 2021).
3. Penelitian yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning
Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika”. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari penelitian tindakan
kelas yang dilakukan dalam dua siklus dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning Learning (PSL) dalam pembelajaran
Matematika materi perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 4
Pulutan Kulon Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri tahun ajaran
2018/2019, diperoleh data peningkatan nilai kemampuan memecahkan
masalah matematika perbandingan dan skala pada setiap siklusnya. Saat pra
siklus nilai rata – rata kemampuan matematika siswa adalah 62,14, siklus I
nilai rata – rata kemampuan memecahkan masalah matematika perbandingan
dan skala sebesar 75 dan siklus II nilai rata – rata kemampuan memecahkan
masalah matematika perbandingan dan skala sebesar 85,71. Tingkat
16

ketuntasan belajar siswa pada kemampuan memecahkan masalah matematika


perbandingan dan skala saat pra siklus yang tuntas sebanyak 2 siswa
(14,29%), siklus I yang tuntas sebanyak 9 siswa (64,29%) dan siklus II yang
tuntas sebanyak 13 siswa (92,86%).Hal tersebut menunjukkan adanya
peningkatan nilai kemampuan memecahkan masalah matematika
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning Learning (PSL)
secara klasikal dari pra siklus hingga siklus II dan telah mencapai ketuntasan
belajar yang ditargetkan (Mardiyana, 2020).

C. Kerangka Berpikir
Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan yang harus dimiliki
oleh setiap peserta didik. Kemampuan pemecahan masalah ini perlu ditingkatkan
dengan menggunakan model-model pembelajaran salah satunya yaitu dengan
menggunakan model Problem Based Learning. Kerangka berpikir yang
melandasi penelitian ini adalah adanya permasalahan yang terjadi pada
kemampuan pemecahan masalah peserta didik di kelas IV SDN 100 Kendari.
Faktor penyebab masih perlu ditingkatkan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik kelas IV dikarenakan penggunaan model pembelajaran masih
konvensional dan belum menerapkan model pembelajaran kurikulum 2013 yang
sudah disarankan. Adapun faktor lain yang menjadi penyebab rendahnya
kemampuan pemecahan masalah peserta didik yaitu: kurangnya latihan
pengerjaan soal dan sebagian besar peserta didik hanya menghafal bentuk soal dan
langkah-langkah penyelesaian tanpa memahami bentuk soal yang diberikan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah-masalah ini peneliti ingin
melakukan perubahan proses belajar mengajar untuk berhasilnya tujuan
pembelajaran dan meningkatnya kemampuan pemecahan masalah peserta didik
dengan menggunakan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peserta didik
secara aktif dalam kegiatan belajar dan bisa menerapkannya dalam kehidupan
nyata peserta didik, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam
penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:
17

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa kelas IV SDN 100 Kendari

Aspek Guru Aspek Siswa


 Penyampaian materi masih  Siswa bosan dan tidak
konvensional paham terhadap penyajian
 Guru tidak melibatkan siswa materi yang disampaikan
secara aktif oleh guru

Model Problem Based Learning

 Siswa aktif
 Meningkatnya Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas IV SDN 100
Kendari
 Hasil belajar siswa meingkat

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori, penelitian releva, dan kerangka berpikir maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah melalui penerapan model Problem Based Learning materi keliling dan
luas bangun datar di kelas IV SDN 100 Kendari
18

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto (Rahman & Putri, 2020) penelitian
tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan
memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Penelitian tindakan
kelas merupakan sebuah penelitian tindakan dalam bentuk inkuiri reflektif yang
dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu termasuk dalam dunia
pendidikan untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek
social atau pendidikan, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan
praktek pendidikan dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan
praktek. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan dalam rangka untuk
meningkatkan profesioalitas guru dalam meningkatkan hasil belajar dan prestasi
peserta didik dengan melalui kegiatan refleksi diri dari masing-masing guru atau
pendidik yang bersangkutan. Melalui refleksi diri ini diharapkan guru atau
pendidik mampu merenungkan serta merencanakan berbagai tindakan-tindakan
lanjutan guna meningkatkan dan memperoleh hasil belajar atau prestasi anak agar
lebih maksimal (Watini, 2019).
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam penelitian tindakan adalah
membuat perencanaan pembelajaran, perencanaan tersebut harus dibuat untuk
mengatasi permasalahan pembelajaran dikelas. perencanaan pembelajaran (RPP)
yang dimaksud terdiri dari empat rangkap, RPP pertama mengajarkan cara
menghitung luas persegi dan persegi Panjang, RPP kedua mengajarkan tentang
menghitung keliling persegi, RPP ketiga mengajarkan tentang menghitung luas
dan keliling persegi panjang sedangkan RPP keempat mengajarkan tentang
menghitung keliling persegi panjang. Guru harus memilih strategi atau metode
untuk mengatasi permasalah pembelajaran dan dituangkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Setelah rencana pelaksanaan
pembelajaran dibuat maka guru akan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

18
19

apa yang telah direncanakan dalam pembuatan RPP dengan mengobservasi


perubahan yang terjadi pada peserta didik. Pada tahap selanjutnya, guru harus
melakukan refleksi berdasarkan hasil observasi atau semua data yang dapat
dikumpulkan terkait dengan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi
juga dapat dilakukan setelah melakukan evaluasi hasil belajar. Kegiatan refleksi
harus diikuti dengan perbaikan perencanaan, sehingga kegiatan PTK dilakukan
secara berulang atau bersiklus.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 100 Kendari, yang beralamat di
Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi
Tenggara.

2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncanakan untuk kegiatan penelitian ini adalah mulai bulan
April 2023. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan
penelitian. Apabila hasil penelitian ini masih membutuhkan keperluan data, maka
ada kemungkinan waktu penelitian akan di perpanjang hingga data-data penelitian
sudah mencukupi.

C. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 100 Kendari yang terdaftar
pada semester genap tahun pelajaran 2022/2023. Jumlah peserta didik 18 orang,
yang terdiri dari 9 orang peserta didik laki-laki dan 9 orang peserta didik
perempuan. Adapun objek penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran pada
materi keliling dan luas bangun datar melalui Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning, sebagai upaya peningkatan kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas IV IV SDN 100 Kendari
20

D. Prosedur Penelitian
Penelitian untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan
kemampuan pemecahan macalah siswa pada materi pembelajaran keliling dan
luas bangun datar yaitu dengan menggunakan Classroom Action Research
(penelitian tindakan kelas/PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom
Action Research (CAR) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial
Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Maka penelitian ini
dilakukan dengan mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas yang langkah-
langkah dalam penelitian tindakan kelas telah banyak dikemukakan oleh para ahli.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah (1) perencanaan tindakan (2)
implementasi tindakan, (3) observasi dan interpretasi hasil, dan (4) analisis dan
refleksi hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam
beberapa siklus dan apabilah dalam satu siklus belum mencapai indikator kinerja
yang ditetapkan yaitu 85% siswa mendapat nilai diatas atau sama KKM 70, maka
pelaksanaan penelitian akan dilanjutkan dengan siklus ke dua. Apa bila setelah
siklus kedua indikator kinerja penelitian belum tercapai maka penelitian
dihentikan dengan kesimpulan bahwa model pembelajaran Problem Based
Learning tidak dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada
materi pembelajaran keliling dan luas bangun datar. Secara rinci prosedur
penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi:
a. Membuat skenario Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
b. Menetapkan indikator ketercapaian dan instrumen penelitian. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi
tersebut digunakan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning
21

c. Membuat lembar observasi keaktifan siswa dan guru dalam kegiatan


pembelajaran dalam pemecahan masalah.
d. Membuat bahan evaluasi berupa soal tes untuk mengetahui tingkat hasil
belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Problem Based
Learning

2. Implementasi tindakan.
Adapun langkah-langkah dalam implementasi tindakan ini terdiri dari:
1) Pertemuan Pertama (2 x 35 menit)
a. Kegiatan Awal/Pendahuluan (15 menit)
a) Mengucapkan salam dan mengajak berdoa menurut agama dan
keyakinan masing-masing
b) Mengecek kehadiran siswa
c) Memberitahu judul materi pembelajaran
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai
b. Kegiatan Inti (40 menit)
a) Menerangkan materi.
b) Memberikan pertanyaan kepada siswa
c) Membagi siswa dalam suatu kelompok diskusi.
d) Memberikan soal LKPD kepada masing-masing kelompok yang
berisi masalah yang akan dipecahkan bersama dalam kelompok dan
menyuruh membaca terlebih dulu soal LKPD yang telah dibagikan
sebelum siswa mengerjakannya
e) Membantu siswa menjelaskan tata cara mengerjakan LKPD yang
berhubungan dengan masalah tentang materi pecahan
f) Meminta tiap – tiap kelompok untuk berdiskusi menyelesaikan
masalah yang ada dalam LKPD secara bersama dalam kelompoknya
g) Membimbing tiap-tiap kelompok yang kesulitan menyelesaikan
pecahan masalah yang termuat dalam LKPD selama pembelajaran
kelompok berlangsung
22

h) Setelah diskusi kelompok selesai. Guru memandu siswa untuk


menyajikan atau mempresentasekan hasil kerja kelompoknya
i) Meminta tiap – tiap kelompok untuk memperhatikan hasil yang
dipresentasekan oleh kelompok lain dan meminta untuk
mengomentarinya atau memberi tanggapan
j) Merefleksi hasil diskusi yang telah disajikan oleh tiap kelompok dan
menunjukkan hasil kerja keompok yang baik dan benar
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
a) Membuat kesimpulan dari materi yang telah disampaikan.
b) Memberitahu rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam
pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
c) Menutup pelajaran dengan salam penutup.
2) Pertemuan Kedua (2 x 45 menit)
a. Kegiatan Awal/Pendahuluan (15 menit)
a) Mengucapkan salam dan mengajak berdoa menurut agama dan
keyakinan masing-masing
b) Mengecek kehadiran siswa
c) Memberitahu judul materi pembelajaran
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai
b. Kegiatan Inti (65 menit)
a) Menerangkan materi.
b) Memberikan pertanyaan kepada siswa
c) Membagi siswa dalam suatu kelompok diskusi.
d) Memberikan soal LKPD kepada masing-masing kelompok yang
berisi masalah yang akan dipecahkan bersama dalam kelompok dan
menyuruh membaca terlebih dulu soal LKPD yang telah dibagikan
sebelum siswa mengerjakannya
e) Membantu siswa menjelaskan tata cara mengerjakan LKPD yang
berhubungan dengan masalah tentang materi pecahan
f) Meminta tiap – tiap kelompok untuk berdiskusi menyelesaikan
masalah yang ada dalam LKPD secara bersama dalam kelompoknya
23

g) Membimbing tiap-tiap kelompok yang kesulitan menyelesaikan


pecahan masalah yang termuat dalam LKPD selama pembelajaran
kelompok berlangsung
h) Setelah diskusi kelompok selesai. Guru memandu siswa untuk
menyajikan atau mempresentasekan hasil kerja kelompoknya
i) Meminta tiap – tiap kelompok untuk memperhatikan hasil yang
dipresentasekan oleh kelompok lain dan meminta untuk
mengomentarinya atau memberi tanggapan
j) Merefleksi hasil diskusi yang telah disajikan oleh tiap kelompok dan
menunjukkan hasil kerja keompok yang baik dan benar
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
a) Siswa dibimbing untuk menyimpukan materi pelajaran
b) Guru memberikan PR
c) Menutup pelajaran dengan salam penutup.

3. Observasi dan Interpretasi


1) Peneliti mengamati dan menginterpretasikan aktivitas penerapan metode
Problem Based Learning pada proses pembelajaran materi keliling dan luas
bangun datar terhadap pelaksanaan tindakan dalam setiap siklus dengan
menggunakan instrumen penelitian yang sudah dikembangkan untuk
memperoleh data tentang kekurangan dan kemajuan pelaksanaan tindakan.
2) Melakukan penilaian terhadap keberhasilan guru dan siswa. Peneliti
mengobservasi guru melakukan proses pembelajaran, Aktivitas siswa
dalam pemecahan masalah dan hasil belajar siswa. Data yang direkam
berupa kinerja guru yang meliputi: perencanaan tipe pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

4. Analisis dan refleksi


1) Refleksi penelitian berdasarkan hasil observasi dan evaluasi akhir dalam
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning
24

2) Mendiskusikan hasil refleksi yang telah dibuat bersama dengan guru mata
pelajaran Matematika di SDN 100 Kendari sehingga hasil observasi dan
interpretasi memperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu
diperbaiki/disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target
agar hal-hal yang belum berjalan sebagaimana mestinya maka dilakukan
perbaikan pada siklus berikutnya.
Secara skematis, proses pelaksanaan tindakan kelas dalam penelitian ini
dapat ditampilkan seperti pada gambar berikut:

Perencanaan

Refleksi Siklus ke - 1 Pelaksanaan

Pengamatan

perencanaan

Refleksi Siklus ke - 2 Pelaksanaan

Pengamatan

Selesai

Gambar 3.1: Bagan Siklus Penelitian Tindakan (Arikunto, 2017 : 42)

E. Teknik Pengumpulan Data


Data yang relevan dengan permasalahan diperlukan untuk memecahkan
masalah dalam penelitian, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu
digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-
benar valid dan dapat dipercaya. Dalam pengumpulan data penelitian PTK ini,
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
25

1. Observasi
Observasi yang akan dilakukan didalam penelitian ini ada dua jenis yaitu:
1) Observasi terhadap kegiatan mengajar guru
Disini akan di lakukan pada setiap kali pertemuan, aspek yang akan
diamati dari kegiatan mengajar guru adalah proses pelaksanaan atau penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning yang jelas di isi dengan materi
pelajaran yang berisi materi bangun datar. Kegiatan pembelajaran pertemuan
pertama materi yang akan di bahas dalam keliling bangun datar yang diuraikan
oleh guru. Sehingga guru harus memberikan cotoh sebelum siswa di persiapkan
mengerjakan LKPD. Pada saat bekerja guru bertindak sebagai pembimbing,
artinya bila ada kelompok yang belum mampu memecahkan secara bersama guru
membantunya (guru mengarahkan) agar bisa memecahkan soal yang dihadapi
pada proses pelaksanaan mengajar LKPD yang berisi tentangkeliling dan luas
bangun datar. Diamati oleh peneliti yang hasil pengamatannya tertera dalam
lembar observasi aktivitas belajar siswa. Aspek-aspek yang diamati khususnya
pada kegiatan inti yaitu: a) Partisipasi siswa dalam kelompok ketika mengerjan
tugas kelompok, b) kerjasama, c) Pertukaran pendapat (shering), d) Kekompakan
dalam bekerja, e) Semangat kerja tanggung jawab dan ketepatan dalam
memecahkan masalah atau soal yang diberikan serta tanggung jawab dalam
melaporkan hasil kegiatan di depan kelas

2) Lembar aktivitas mengajar guru


Aktivitas mengajar guru yang diperhatikan dalam mengisi lembar
observasi, kemampuan guru dalam menerapkan Problem Based Learning.
Kemampuan ini terdiri dari:
- Kejelasan tujuan sistematika pengajaran materi yang terstuktur
- Ketepatan langkah Problem Based Learning dan kesesuaiannya dengan
materi bangun datar yang di ajarkan
- Kemanpuan menampilkan bahasa, tulisan di papan atau penampilan siswa
saat mengajar.
26

2. Evaluasi/Tes
Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan
pelaksanaan tindakan dan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar siswa
pada materi keliling dan luas bangun datar. Tes ini berupa post-test, post-test
dilakukan setelah medel pembelajaran Problem Based Learning diterapkan. Post-
test digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan metode
Problem Based Learning.

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana
sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
mengumpulkan informasi berupa penmengambil gambar kegiatan para siswa dan
guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran saat penelitian dilaksanakan.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah.
1. Instrumen Yang Bersifat Observasi
Observasi dibuat dengan mengacu pada langkah-langkah pembelajaran
Problem Based Learning .Sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Problem
Based Learning maka yang diobservasi meliputi (1) saat guru memberikan
pertanyaan kepada siswa, (2) saat guru membentuk kelompok belajar siswa
dengan cara berpasangan dengan temannya lalu memecahkan masalah yang sudah
diberikan guru pada tahap pertama dengan teman kelompoknya, dan (3) saat guru
meminta siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya kepada teman-temannya (4)
Saat guru melakukan refleksi hasil diskusi yang telah disajikan dan menunjukkan
hasil kerja kelompok yang benar. Tujuan observasi adalah (a) Untuk mendapatkan
data tentang aktivitas belajar siswa persiklus atau dua kali pertemuan, (b) Untuk
mendapatkan data tentang aktivitas mengajar guru setiap pertemuan.
27

2. Instrumen yang Bersifat Tes


Instrumen tes digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan
pemecahan masalah materi keiling dan luas bangun datar setelah mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
dari aspek kognitif. Penilaian ranah kognitif dilakukan dengan cara melakukan
post-test pada tiap siklus. Tes yang di buat guru matematika bersama peneliti
untuk materi keliling dan luas bangun datar.
a. Definisi Konsep
Berdasarkan pendapat para ahli seperti yang dikemukanan dibab II, maka
yang dimaksud dengan kemampuan pemecahan masalah materi keliling dan luas
bangun datar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi keliling dan luas
bangun datar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
semester genap kelas IV tahun pelajaran 2022/2023.

b. Definisi Operasional
Hasil belajar materi keliling dan luas bangun datar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah skor total yang diperoleh siswa setelah menjawab tes hasil
belajar materi keliling dan luas bangun datar kelas IV semester genap.

c. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar


Kisi-kisi materi keliling dan luas bangun datar menjadi pedoman
pembuatan soal yang memuat secara lengkap kriteria dari soal yang akan disusun
dalam sebuah tes. Kisi-kisi soal disusun berdasarkan silabus mata pelajaran yang
berindikator: (1) Menghitung keliling dan luas bangun datar (persegi, persegi
panjang, dan segitiga), (2) Menyelesaikan masalah berkaitan dengan keliling
bangun datar (persegi, persegi panjang, dan segitiga). (3) Menyelesaikan masalah
berkaitan dengan luas bangun datar persegi, persegi panjang, dan segitiga.

G. Teknik Analisis Data


Analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang
dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas proses dan kemampuan pemecahan
28

masalah peserta didik. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Data kualitatif akan dianalisis
secara deskriptif kualitatif melalui hasil observasi yang dilakukan. Analisis data
kuantitatif digunakan untuk menentukan perbaikan kemampuan pemecahan
masalah peserta didik peserta didik yang didapatkan melaui hasil tes dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Data Nilai Rata-Rata Belajar Peserta didik
Untuk menentukan nilai rata-rata,peneliti menggunakan rumus
(Daryanto, 2018) :
∑x
X=
∑n
Dengan :
X = Nilai Rata-Rata
∑x = Jumlah Semua Nilai Peserta didik
∑n = Jumlah Peserta didik

2. Data Ketuntasan Belajar Peserta didik


a. Ketuntasan Indvidu
Untuk menemukan nilai hasil belajar peserta didik dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut (Daryanto, 2018):

R
S= x 100
N

Keterangan:
S = Nilai
R = Jumlah skor dari soal yang akan dijawab benar
N = Skor Maksimal

b. Ketuntasan Aktivitas Belajar peserta didik


Data aktivitas belajar peserta didik selanjutnya akan dihitung dalam bentuk
persentase. Untuk menghitung persentase ketuntasan aktivitas belajar
digunakan rumus sebagai berikut (Asrori & Rusman, 2020):
F
P= x 100 %
N
29

Keterangan:
P = Persentase tingkat aktifitas belajar peserta didik
F = Jumlah nilai tingkat aktivitas belajar peserta didik
N = Jumlah nilai tingkat aktivitas belajar peserta didik ideal

c. Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan klasikal ditentukan berdasarkan persentase ketuntasan individu
peserta didik pada setiap siklus pembelajaran dengan rumus sebagai
berikut (Daryanto, 2018):
P=∑∋ ¿ x 100 % ¿
N
Keterangan:
P = Ketuntasan
∑Ni = Jumlah peserta didik yang tuntas
N = Jumlah seluruh peserta didik

3. Ketuntasan Aktifitas Mengajar Guru


Data aktivitas mengajar guru akan dihitung dalam bentuk persentase.
Tampubolon (Manullang & Silaban, 2020) mengemukakan bahwa persentase
aktivitas mengajar guru dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Total Skor (Perolehan)
Nilai= x 100 %
Skor Maksimal

H. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan
pemecahan masalah materi keliling dan luas bangun datar yang ditunjukkan
dengan keberhasilan belajar siswa mendapatkan nilai minimal 70 seuai dengan
KKM dalam pelajaran matematika yang ditetapkan oleh sekolah atau siswa telah
mencapai ketuntasan belajar klasikal yaitu 85% siswa SDN 100 Kendari.
1. Dari segi hasil penelitian di anggap tutas apabila 85% siswa sudah mendapat
nilai 70 ke atas.
30

2. Dari segi aktivitas guru, hasil penelitian di anggap tuntas atau berhasil apabila
pelaksanaan pembelajaran 100% sesuai dengan skenario/Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
3. Dari segi aktivitas siswa, hasil panelitian ini di anggap tuntas apabila
pelaksanaan pembelajaran 100% sesuai dengan skenario/Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitia
1. Deskripsi Siklus I
a. Pertemuan I
Pelaksanaan tindakan berpedoman pada RPP yang sudah dibuat
sebelumnya. Pada pelaksanaan tindakan sisklus I pertemuan I dilakukan pada hari
senin, 03 April 2023 mulai pukul 08.00- 09.10 WITA dengan materi mengenal
bangun datar, keliling bangun datar.
Berdasarkan lembar observasi siswa dari 18 siswa yang diamati
pada siklus I yaitu pertemuan I sebanyak 5 deskriptor. Pada pertemuan I
siswa di bagi menjadi 4 kelompok ditemukan bahwa aktivitas belajar
siswa dalam pemecahan masalah pada siklus I pertemuan I jika persentase
ketercapaian aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah pada
kelompok 1 mencapai 40% belum tercapai 60%., kelompok 2 mecapai
45% belum tercapai 55%, kelompok 3 mencapai 50% belum tercapai 50%,
kelompok 4 mencapai 40% belum tercapai 60%. Jika dirata-ratakan
presentase ketercapaian siswa yaitu 43,75%. Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah
siklus I pertemuan I belum mencapai indikator ketercapaian yaitu 85%

Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pemecahan Masalah


Siklus I Pertemuan I
70.00%

60.00%

50.00%
Tuntas
40.00% Tidak Tuntas

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

31
(Gambar 4.1 Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I Pertemuan I)

32
33

Hasil analisis observasi guru sesuai dengan lembar observasi


sebanyak 11 deskriptor yang harus dilaksanakan oleh guru. Pada
pertamuan I yang dicapai oleh guru dengan presentase ketercapaian
sebanyak 45,45% sedangkan yang tidak tercapai dengan presentase
mencapai 54,55%. Dapat disimpulkan bahwa presentase ketercapaian
aktivitas mengajar guru kelas IV SDN 100 Kendari siklus I pertemuan I
belum mencapai indicator keberhasilan yang diharapkan yaitu minimal
mencapai 85%,

Aktivitas Mengajar Guru Siklus I Pertemuan I


60.00%

50.00%

40.00% Tuntas
30.00% Tidak Tuntas

20.00%

10.00%

0.00%
Tuntas Tidak Tuntas

(Gambar 4.2 Grafik Analisis Aktifitas Mengajar Guru Siklus I Pertemuan I)

b. Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan berpedoman pada RPP yang sudah dibuat
sebelumnya. Pada pelaksanaan tindakan sisklus I pertemuan II dilakukan
pada hari kamis, 06 April 2023 mulai pukul 08.00- 09.10 WITA dengan
materi mengenal bangun datar, keliling bangun datar.
Berdasarkan lembar observasi siswa dari 18 siswa yang diamati
pada siklus I yaitu pertemuan II sebanyak 5 deskriptor. Pada pertemuan II
siswa di bagi menjadi 4 kelompok dan ditemukan bahwa aktivitas belajar
siswa dalam pemecahan masalah pada siklus I pertemuan II jika persentase
ketercapaian aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah pada
kelompok 1 mencapai 50% belum tercapai 50%., kelompok 2 mecapai
55% belum tercapai 45%, kelompok 3 mencapai 60% belum tercapai 40%,
34

kelompok 4 mencapai 50% belum tercapai 50%. Jika dirata-ratakan


presentase ketercapaian siswa yaitu 53,75%. Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah
siklus I pertemuan II belum mencapai indikator ketercapaian yaitu 85%

Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pemecahan Masalah


Siklus I Pertemua II
70.00%
60.00%
50.00% Tuntas
40.00% Tidak Tuntas
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

(Gambar 4.3 Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I Pertemuan II)
Hasil analisis observasi guru sesuai dengan lembar observasi
sebanyak 11 deskriptor yang harus dilaksanakan oleh guru. Pada
pertamuan II yang dicapai oleh guru dengan presentase ketercapaian
sebanyak 73% sedangkan yang tidak tercapai dengan persentase mencapai
27%. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa presentase ketercapaian
aktivitas mengajar guru kelas IV SDN 100 Kendari siklus I pertemuan II
belum mencapai indicator keberhasilan yang diharapkan yaitu minimal
mencapai 85%, dapat dilihat pada gambar 4.4

Aktivitas Mengajar Guru Siklus I Pertemuan II


80.00%
70.00%
60.00%
50.00% Tuntas
40.00% Tidak Tuntas

30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Tuntas Tidak Tuntas
35

(Gambar 4.4 Grafik Analisis Aktifitas Mengajar Guru Siklus I Pertemuan II)
Hasil analisis ketuntasan hasil belajar siswa siklus I dilakukan dengan cara
tes hasil belajar siswa dilakukan secara individu, karena dengan cara ini peneliti
bisa melihat kemampuan kognitif setiap siswa atas materi yang telah diajarkan
Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan kognitif siswa setelah
diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dalam
pencapaian hasil belajar siswa dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu kategori
tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan
hasil belajar seluruh siswa sebanyak 18 orang yang mengikuti tes dengan KKM
70. Siswa yang memperoleh nilai ≥70 hanya 5 orang siswa atau dengan presentase
76%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai <70 hanya 13 orang siswa atau
dengan presentase 24%.

Hasil Belajar Siswa Siklus I


80%
70%
60%
50% Tuntas
40% Tidak Tuntas

30%
20%
10%
0%
Tuntas Tidak Tuntas

(Gambar 4.5 Grafik Hasil Belajar Siswa Siklus I)


Berdasarkan grafik tersebut persentase ketuntasan hasil belajar siswa
siklus I yang mencapai KKM 76% sedangkan yang belum mencapai KKM
sebanyak 24% dengan banyaknya yang tidak memenuhi KKM, maka peneliti ini
dilanjutkan ke siklus II.

2. Deskripsi Siklus II
a. Pertemuan I
36

Pelaksanaan tindakan berpedoman pada RPP yang sudah dibuat


sebelumnya. Pada pelaksanaan tindakan sisklus II pertemuan I dilakukan pada
hari senin, 10 April 2023 mulai pukul 08.00- 09.10 WITA dengan materi
mengenal bangun datar, keliling bangun datar.
Berdasarkan lembar observasi siswa dari 18 siswa yang diamati pada
siklus II yaitu pertemuan I sebanyak 5 deskriptor. Pada pertemuan I siswa di bagi
menjadi 4 kelompok dan ditemukan bahwa aktivitas belajar siswa dalam
pemecahan masalah pada siklus II pertemuan I jika persentase ketercapaian
aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah pada kelompok 1 mencapai
65% belum tercapai 35%., kelompok 2 mecapai 70% belum tercapai 30%,
kelompok 3 mencapai 70% belum tercapai 30%, kelompok 4 mencapai 60%
belum tercapai 40%. Jika dirata-ratakan presentase ketercapaian siswa yaitu
66,25%. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa
dalam pemecahan masalah siklus II pertemuan I belum mencapai indikator
ketercapaian yaitu 85%

Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pemecahan Masalah


Siklus II Pertemuan I
80.00%
70.00%
60.00%
50.00% Tuntas
Tidak Tuntas
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

(Gambar 4.6 Hasil observasi aktivitas belajar siswa dalam kemampuan


pemecahan masalah siklus II pertemuan I)
Hasil analisis observasi guru sesuai dengan lembar observasi
sebanyak 11 deskriptor yang harus dilaksanakan oleh guru. Pada
pertamuan I yang dicapai oleh guru dengan presentase ketercapaian
37

sebanyak 82% sedangkan yang tidak tercapai dengan presentase mencapai


18%. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa presentase ketercapaian
aktivitas mengajar guru kelas IV SDN 100 Kendari siklus II pertemuan I
belum mencapai indicator keberhasilan yang diharapkan yaitu minimal
mencapai 85%, dapat dilihat pada gambar 4.7

Aktivitas Mengajar Guru Siklus II Pertemuan I


90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
Tuntas
50.00%
Tidak Tuntas
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Tuntas Tidak Tuntas

(Gambar 4.7 Hasil observasi aktivitas mengajar Guru siklus II Perteuan I)

b. Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan berpedoman pada RPP yang sudah dibuat
sebelumnya. Pada pelaksanaan tindakan sisklus II pertemuan II dilakukan pada
hari kamis, 13 April 2023 mulai pukul 08.00- 09.10 WITA dengan materi
mengenal bangun datar, keliling bangun datar.
Berdasarkan lembar observasi siswa dari 18 siswa yang diamati pada
siklus II yaitu pertemuan II sebanyak 5 deskriptor. Pada pertemuan II siswa di
bagi menjadi 4 kelompok dan ditemukan bahwa aktivitas belajar siswa dalam
pemecahan masalah pada siklus II pertemuan II jika persentase ketercapaian
aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah pada kelompok 1 mencapai
90% belum tercapai 10%., kelompok 2 mecapai 85% belum tercapai 15%,
kelompok 3 mencapai 95% belum tercapai 5%, kelompok 4 mencapai 80% belum
tercapai 20%. Jika dirata-ratakan presentase ketercapaian siswa yaitu 87,5%. Dari
38

kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam pemecahan
masalah siklus II pertemuan II sudah mencapai indikator ketercapaian yaitu 85%

Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pemecahan Masalah


Siklus II Pertemuan II
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
Tuntas
60.00%
Tidak Tuntas
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

(Gambar 4.8 Hasil observasi aktivitas belajar siswa dalam kemampuan


pemecahan masalah siklus II pertemua II)
Hasil analisis observasi guru sesuai dengan lembar observasi
sebanyak 11 deskriptor yang harus dilaksanakan oleh guru. Pada
pertamuan II yang dicapai oleh guru dengan presentase ketercapaian
sebanyak 91% sedangkan yang tidak tercapai dengan persentase mencapai
9%. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa presentase ketercapaian
aktivitas mengajar guru kelas IV SDN 100 Kendari siklus II pertemuan II
Sudah mencapai indicator keberhasilan yang diharapkan yaitu minimal
mencapai 85%, dapat dilihat pada gambar 4.7
39

Aktivitas Mengajar Guru Siklus II Pertemuan II


100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00% Tuntas
50.00% Tidak Tuntas
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Tuntas Tidak Tuntas

(Gambar 4.9 Hasil observasi aktivitas mengajar Guru siklus II Perteuan II)
Hasil analisis ketuntasan hasil belajar siswa siklus II dilakukan dengan
cara tes hasil belajar siswa dilakukan secara individu, karena dengan cara ini
peneliti bisa melihat kemampuan kognitif setiap siswa atas materi yang telah
diajarkan Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan kognitif
siswa setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Dalam pencapaian hasil belajar siswa dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu
kategori tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II
menunjukkan hasil belajar seluruh siswa sebanyak 18 orang yang mengikuti tes
dengan KKM 70. Siswa yang memperoleh nilai ≥70 hanya 14 orang siswa atau
dengan presentase 86,43%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai <70 hanya 4
orang siswa atau dengan presentase 13,57%, dapat dilihat pada gambar 4.10
40

Hasil Belajar Siswa Siklus II


100%
90%
80%
70%
60% Tuntas
50% Tidak Tuntas
40%
30%
20%
10%
0%
Tuntas Tidak Tuntas

(Gambar 4.10 Grafik Hasil Belajar Siswa Siklus II)


Berdasarkan grafik tersebut persentase ketuntasan hasil belajar siswa
siklus II pada materi Keliling dan luas bangun datar mengalami peningkatan siswa
yang mencapai KKM 86,43% sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak
13,57%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada materi Keliling dan
luas bangun datar meningkat sudah mencapai indicator keberhasilan yang
diharapkan yaitu minimal mencapai 85%.

B. Pembahasan
1. Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pemecahan Masalah SDN 100 Kendari
Model Problem Based Learning adalah cara menanamkan
pemahaman dengan mendorong peserta didik untuk memperhatikan,
menyelidiki, dan memikirkan suatu masalah untuk selanjutnya
menganalisis dan memecahkan masalah tersebut. Aktivitas belajar siswa
pada siklus I terdiri dari dua pertemuan pada pertemuan I siswa di bagi
menjadi 4 kelompok ditemukan bahwa aktivitas belajar siswa dalam
pemecahan masalah pada siklus I pertemuan I jika persentase ketercapaian
aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah pada kelompok 1
mencapai 40% belum tercapai 60%., kelompok 2 mecapai 45% belum
tercapai 55%, kelompok 3 mencapai 50% belum tercapai 50%, kelompok
41

4 mencapai 40% belum tercapai 60%. Jika dirata-ratakan presentase


ketercapaian siswa yaitu 43,75%. Pada pertemuan II kelompok 1 mencapai
50% belum tercapai 50%., kelompok 2 mecapai 55% belum tercapai 45%,
kelompok 3 mencapai 60% belum tercapai 40%, kelompok 4 mencapai
50% belum tercapai 50%. Jika dirata-ratakan presentase ketercapaian
siswa yaitu 53,75%. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar siswa dalam pemecahan masalah siklus I pertemuan II belum
mencapai indikator ketercapaian yaitu 85%.
Aktivitas belajar siswa pada siklus II terdiri dari dua pertemuan pada
pertemuan I siswa di bagi menjadi 4 kelompok dan ditemukan bahwa aktivitas
belajar siswa dalam pemecahan masalah pada siklus II pertemuan I jika persentase
ketercapaian aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah pada kelompok 1
mencapai 65% belum tercapai 35%., kelompok 2 mecapai 70% belum tercapai
30%, kelompok 3 mencapai 70% belum tercapai 30%, kelompok 4 mencapai 60%
belum tercapai 40%. Jika dirata-ratakan presentase ketercapaian siswa yaitu
66,25%. Pada pertemuan II kelompok 1 mencapai 90% belum tercapai 10%.,
kelompok 2 mecapai 85% belum tercapai 15%, kelompok 3 mencapai 95% belum
tercapai 5%, kelompok 4 mencapai 80% belum tercapai 20%. Jika dirata-ratakan
presentase ketercapaian siswa yaitu 87,5%. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan
bahwa aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah siklus II pertemuan II
sudah mencapai indikator ketercapaian yaitu 85%
2. Aktivitas Mengajar Guru SDN 100 Kendari
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning), merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada peserta didik. Penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas guru pada materi keliling dan luas
bangun datar kelas IV di SDN 100 Kendari. Hasil penelitian menunjukan bahwa
persentase ketercapaian aktivitas guru pada siklus I pada pertemuan I mencapai
45,45% sedangkan yang tidak tercapai dengan presentase mencapai 54,55%. Pada
pertemuan II mencapai 73% sedangkan yang tidak tercapai dengan persentase
mencapai 27% indikator penelitian ini belum mencapai 85%. Pada siklus II
42

pertemuan I mencapai 82% sedangkan yang tidak tercapai dengan presentase


mencapai 18%. Pada pertemuan II mencapai 91% sedangkan yang tidak tercapai
dengan persentase mencapai 9%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru
meningkat dan mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 85%

3. Hasil Belajar Siswa SDN 100 Kendari


Model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu model
pembelajaran yang, melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah (Syamsidah & Suryani, 2018).
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keliling dan luas bangun datar kelas
IV di SDN 100 Kendari. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I hasil
belajar keliling dan luas bangun datar dimana terdapat siswa yang memperoleh
nilai ≥70 hanya 5 orang siswa atau dengan presentase 76%, sedangkan siswa yang
memperoleh nilai <70 hanya 13 orang siswa atau dengan presentase 24%. Pada
siklus II dimana terdapat siswa yang memperoleh nilai ≥70 hanya 14 orang siswa
atau dengan presentase 86,43%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai <70
hanya 4 orang siswa atau dengan presentase 13,57%, dan hasil ini telah mencapai
target peneliti dimana ketuntasan minimal 85%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa pada materi keliling dan luas bangun datar meningkat.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri
5 Tongkuno ini dilakukan dalam dua siklus . Setiap siklus meliputi empat tahap,
yaitu : (1) perencanaan tindakan, (2) implementasi tindakan, (3) observasi dan
interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi tindakan. Dari hasil penelitian tindakan
kelas, di peroleh kesimpulan sebagai berikut:
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam kemampuan pemecahan masalah pada materi
keliling dan luas bangun datar kelas IV di SD Negeri 100 Kendari. Hasil
penelitian menunjukan bahwa persentase ketercapaian aktivitas siswa dalam
kemampuan pemecahan masalah pada siklus I aktivitas siswa dalam kemampuan
pemecahan masalah pada pertemuan I mencapai 43,75% dan presentase yang
belum tercapai 56,25%. Pada pertemuan II mencapai 53,75% dan presentase yang
belum tercapai 46,25% indikator penelitian ini belum mencapai 85%. Pada siklus
II pertemuan I mencapai 66,25%. Pada pertemuan II mencapai 87,5% dan
presentase yang belum tercapai 12,5%. Hal ini menunjukkan bahwa presentase
ketercapaian aktivitas belajar siswa dalam kemampuan pemecahan masalah kelas
IV SDN 100 meningkat dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang
diharapkan yaitu 85%
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan aktivitas guru pada materi keliling dan luas bangun datar kelas IV
di SDN 100 Kendari. Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase ketercapaian
aktivitas guru pada siklus I pada pertemuan I mencapai 45,45% sedangkan yang
tidak tercapai dengan presentase mencapai 54,55%. Pada pertemuan II mencapai
73% sedangkan yang tidak tercapai dengan persentase mencapai 27% indikator
penelitian ini belum mencapai 85%. Pada siklus II pertemuan I mencapai 82%
sedangkan yang tidak tercapai dengan presentase mencapai 18%. Pada pertemuan
II mencapai 91% sedangkan yang tidak tercapai dengan persentase mencapai 9%

42
43

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru meningkat dan mencapai indikator
keberhasilan yang diharapkan yaitu 85%
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keliling dan luas bangun datar kelas
IV di SDN 100 Kendari. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I hasil
belajar keliling dan luas bangun datar dimana terdapat siswa yang memperoleh
nilai ≥70 hanya 5 orang siswa atau dengan presentase 76%, sedangkan siswa yang
memperoleh nilai <70 hanya 13 orang siswa atau dengan presentase 24%. Pada
siklus II dimana terdapat siswa yang memperoleh nilai ≥70 hanya 14 orang siswa
atau dengan presentase 86,43%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai <70
hanya 4 orang siswa atau dengan presentase 13,57%, Hal ini menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa pada materi keliling dan luas bangun datar meningkat.

B. Saran
1. Bagi sekolah, khususnya SDN 100 Kendari disarankan agar selalu
memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan kepada guru untuk
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam
pembelajaran khususnya pada pokok bahasan keliling dan luas bangun
datar sebagai inovasi pembelajaran yang pada akhirnya akan
meningkatkan aktivitas guru sehingga aktivitas siswa dapat meningkat dan
hasil belajar siswa itu sendiri, baik secara individual maupun secara
klasikal
2. Bagi guru, khususnya guru mata pelajaran matematika di harapkan dapat
mengetahui, memahami, dan menerapakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dalam upaya peningkatan aktivitas guru, aktivitas
belajar siswa dalam pemecahan masalah dan hasil belajar matematika
siswa.
3. Bagi siswa, di harapakan dapat mengikuti model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) secara seksama di bawah arahan guru, sehingga
proses belajar mengajar dapat terlaksana sesuai dengan yang di harapakan.
44

4. Bagi para peneli lain, di harapakan dapat menyesuaikan penggunaan


berbagai model pembelajaran yang di sesuaikan dengan materi yang akan
di ajarkan di dalam kelas.
45

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M., Chamalah, E., & Wardani, O. P. (2013). Model Dan Metode
Pembelajaran Di Sekolah. Unissula Press.
Agustami, Aprida, V., & Pramita, A. (2021). Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Timss Materi
Geometri. Jurnal Prodi Pendidikan Matematika (Jpmm), 3(1), 244–231.
Https://Doi.Org/10.31949/Dm.V4i1.2017
Amsari, D., & Mudjiran. (2018). Implikasi Teori Belajar E.Thorndike
(Behavioristik) Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Basicedu, 2(2), 52–
60.
Apriliana, R., Subekti, E. E., & Wardana, M. Y. S. (2021). Analisis Dampak
Pembelajaran Online Terhadap Wali Murid, Wali Kelas, Dan Siswa Kelas Ii
Sd Muhammadiyah 17 Surabaya Di Tengah Pandemi Covid-19. Inventa,
5(1), 83–88. Https://Doi.Org/10.36456/Inventa.5.1.A3485
Asrori, & Rusman. (2020). Classroom Action Research Pengembangan
Kompetensi Guru. CV. Pena Persada.
Chiristina, E. N., & Andirakasiwi, A. G. (2021). Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Tahapan Polya Dalam Menyelesaikan Persamaan Dan
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Jurnal Pembelajaran Matematika
Inovatif (Jpmi), 04(02), 405–424. Https://Doi.Org/10.22460/Jpmi.V4i2.405-
424
Daryanto. (2018). Penelitian Tindakan Kelas Dan Penelitian Tindakan Sekolah.
Gava Media.
Hasanah, W. O. U., Yasin, M., & Ashari, I. (2021). Jurnal Ilmiah. Pembelajaran
Sekolah Dasar Available Online At : Http://Ojs.Uho.Ac.Id/Index.Php/Jipsd
Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Di Kelas Iv Sdn 03 Tongkuno
Selatan Jurusan Pgsd , Univer. 3(1), 58–67.
Indarwati, D., Wahyudi, W., & Ratu, N. (2014). Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Melalui Penerapan Problem Based
Learning Untuk Siswa Kelas V Sd. Satya Widya, 30(1), 17.
Https://Doi.Org/10.24246/J.Sw.2014.V30.I1.P17-27
Ismatunsarrah, Ridha, I., & Hadiya, I. (2020). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Ctl Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Xi Pada
Materi Elastisitas Di Sman 1 Peusangan. Jurnal Ipa & Pembelajaran Ipa,
4(1), 70–80. Https://Doi.Org/10.24815/Jipi.V4i1.14567
Maesari, C., Marta, R., & Yusnira. (2019). Penerapan Model Pembelajaran

45
46

Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa Sekolah Dasar. Journal On Teacher Education, 1(1), 92–
102.
Maesari, C., Marta, R., & Yusnira, Y. (2020). Penerapan Model Pembelajaran
Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (Jpdk),
2(1), 12–20. Https://Doi.Org/10.31004/Jpdk.V1i2.531
Maghfiroh, Z. D., Sukamto, & Subekti, E. E. (2021). Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sd Berdasarkan Langkah Polya.
Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di
Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 2(1), 72–80.
Manullang, M., & Silaban, P. J. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Mind
Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Bealajar Siswa Pada Tema Daerah
Tempat Tinggalku Di Kelas Iv Sd Negeri 060914 Medan Sunggal Tahun
Pembelajaran 2018/2019. Ilmiah Aquinas, 3(1), 110–129.
Mardiyana, T. (2020). Penerapan Model Problem Solving Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Kalam
Cendekia: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(2), 157–164.
Https://Doi.Org/10.20961/Jkc.V8i2.42539
Nurdyansyah, & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi Model Pembelajaran Sesuai
Kurikulum 2013. Nizamia Learning Center.
Prayanti, N. P. D., Sadra, I. W., & Sudiarta, I. G. P. (2014). Pengaruh Strategi
Pembelajaran Pemecahan Masalah Berorientasi Masalah Matematika
Tebuka Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau Dari
Keterampilan Metakognitif Siswa Kelas Vii Smp Sapta Andika Denpasar
Tahun Pelajaran 2013/2014. 3(3), 1–10.
Rahman, A., & Putri, N. K. V. S. (2020). Penerapan Model Pembelajaran
Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dan Media Video Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Sekolah Dasar (Sd). Jurnal
Ilmiah Mitra Swara Ganesha, 7(2), 21–36.
Rufia, L. (2019). Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Organ-Organ Pernapasan
Manusia Dan Hewan Pada Siswa Di Kelas V Sdn 3 Kontukowuna (Vol. 126,
Issue 1).
Sumantri, M. S. (2015). Strategi Pembelajaran Teori Dan Praktik Di Tingkat
Pendidikan Dasar. Pt Rajagrafindo Persada.
Supraptinah, U. (2019). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Problem Based Learning.
Jurnal Litbang Sukowati : Media Penelitian Dan Pengembangan, 2(2), 48–
47

59. Https://Doi.Org/10.32630/Sukowati.V2i2.37
Syamsidah, & Suryani, H. (2018). Model Peoblem Based Learning (Pbl). In Buku.
Grup Penerbitan Cv Budi Utama.
Tayeb, T. (2017). Analisis Dan Manfaat Model Pembelajaran. Jurnal Pendidikan
Dasar Islam, 4(2), 48–55.
Watini, S. (2019). Pendekatan Kontekstual Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Sains Pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 3(1), 82. Https://Doi.Org/10.31004/Obsesi.V3i1.111
Yunianto, T., Ulfah, J., & Sholeha, M. (2021). Analisis Pemecahan Masalah
Matematika Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Peserta Didik Kelas V Sekolah
Dasar. Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 6(1), 1–12.
Https://Doi.Org/10.25078/Aw.V6i1.2093
48

LAMPIRAN
49

Anda mungkin juga menyukai