Anda di halaman 1dari 2

batinnya.

“Apakah dia sudah menikah?” tanya Kesha tiba-tiba.

Sani tergelak, “Kenapa aku harus memperhatikan

apakah dia sudah menikah atau belum?’

“Karena kau harus belajar melepaskan diri dari Jeremy.”

Kesha mengedipkan sebelah matanya, “Pemilik cafe itu

menyapamu, dan dia masih muda, siapa tahu dia juga tampan.”

“Dia tampan.” Gumam Sani akhirnya.

“Nah! Mungkin dengan mencoba membuka lembaran

baru kau bisa menyembuhkan lukamu.”

“Tidak.” Sani mengernyitkan keningnya dengan pedih,

“Semua lelaki sama, Kesha. Mereka selalu bilang bahwa mereka

adalah pecinta sejati. Tetapi di sisi lain mereka mudah

berpindah hati.”

“Kau tidak bisa terus-terusan seperti itu, Sani. Masih

banyak lelaki di luar sana yang berjiwa baik dan setia.” Kesha
menghela napas panjang, “Seperti pemilik cafe yang tampan itu.

Dia tampaknya baik, dan dia menyapamu, berarti dia ada

perhatian kepadamu.”

“Tidak.” Sani menggelengkan kepalanya sambil terkekeh,

“Mungkin itu memang sudah menjadi ciri khas cafe itu,

bersahabat dengan pelanggannya, bahkan pelayannya pun

ramah-ramah.” Tatapan mata Sani lalu berubah serius, “Aku

tidak ingin membuka hatiku untuk lelaki manapun, Kesha. Aku

sudah dikecewakan dan bagiku semua lelaki itu sama, mereka

adalah pengkhianat.”

Sani meyakini kata-katanya. Pengalamannya dengan

Jeremy sudah membuktikan semuanya. Dia tidak akan pernah

percaya kepada laki-laki lagi, apalagi lelaki yang luar biasa

tampannya seperti pemilik cafe itu kemarin. Lelaki setampan

itu pastilah pemain perempuan. Karena dengan

ketampanannya dia bisa mendapatkan banyak perempuan yang

Anda mungkin juga menyukai