Anda di halaman 1dari 11

KLINIK PRATAMA “HARAPAN IBU”

Jl.RAYA KABUH-TAPEN NO.4


TELP (0321)888780/085748678719
Email : klinikharapanibu236@gmail.com
KECAMATAN KABUH - KABUPATEN JOMBANG

KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK PRATAMA HARAPAN IBU


Nomor : SK/KPHI/ADMEN/48/2023

TENTANG
STADART PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) TIAP RUANG
DI KLINIK PRATAMA HARAPAN IBU

PENANGGUNG JAWAB KLINIK PRATAMA HARAPAN IBU,


Menimbang : a. bahwa Alat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah
seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh dan atau sebagian tubuh dari adanya
kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja.
b. bahwa alat pelindung kerja bertujuan untuk melindungi
para pekerja dari kemungkinan resiko bahaya yang dapat
mengancam keselamatan jiwa yang mempunyai
standarisasi dan spesifikasi sesuai dengan fungsinya
untuk menanggulangi jenis bahaya tertentu.
c. bahwa Klinik mempunyai potensi yang besar dalam
penularan penyakit, penyakit akibat kerja, serta
kecelakaan kerja bagi karyawan.
d. bahwa untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
karyawan Klinik Pratama Harapan Ibu terhadap
pengaruh penularan penyakit, penyakit akibat kerja
serta kecelakaan kerja maka perlu adanya tindakan
pencegahan.
e. bahwa untuk maksud seperti tersebut di atas
diperlukan Peraturan Direktur tentang Kebijakan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di lingkungan
Klinik Pratama Harapan Ibu tentang ketentuan
penggunaan alat pelindung diri (APD)
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2023 tentang
Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015,
Tentang Akreditasi Klinik, Klinik Pratama, tempat Praktik
Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
3. Permenkes RI No 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERTAMA : Stadart Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Tiap Ruang.
KEDUA : Ketentuan tertulis tentang penetapan penggunaan Alat
Pelidung Diri (APD) pada ruangan di Klinik Pratama Harapan
Ibu.
KETIGA : Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan
Acuan dalam menyelenggarakan pelayanan di lingkungan
Klinik Pratama Harapan Ibu tercantum dalam lampiran
Keputusan ini.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
Dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jombang
Pada Tanggal : 03 Januari 2023
PENANGGUNG JAWAB
KLINIK PRATAMA HARAPAN IBU

dr. JOHAN ADI S. CHRISTIAN


Lampiran I : Keputusan Penanggung Jawab
Klinik Pratama Harapan Ibu
Nomor : SK/KPHI/ADMEN/…/2023
Tanggal : 03 Januari 2023

STADART PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) TIAP RUANG


DI KLINIK PRATAMA HARAPAN IBU

1. Seluruh petugas di Klinik Pratama Harapan Ibu wajib menggunakan APD


pada saat bekerja.
2. Klinik Pratama Harapan Ibu wajib menyediakan APD bagi petugas sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), jika APD yang disediakan tidak
memenuhi ketentuan dan persyaratan petugas berhak menyatakan
keberatan untuk melakukan pekerjaan.
3. Petugas dan orang lain yang memasuki lingkungan Klinik Pratama
Harapan Ibu wajib menggunakan APD sesuai dengan risiko dan potensi
bahaya.
4. Alat Pelindung Diri yang digunakan pada ruangan di Klinik Pratama
Harapan Ibu yaitu sarung tangan, masker, sepatu, kacamata, baju
pelindung, apron, pelindung kepala dan sepatu pelindung.
5. Area wajib menggunakan APD di Klinik Pratama Harapan Ibu yaitu Ruang
Gawat Darurat, Ruang Pemeriksaan Umum, Ruang KIA-KB, Ruang
Pelayanan Gigi dan Mulut, Ruang Sterilisasi, Ruang Bersalin, Ruang Rawat
Inap, Ruang Laboratorium, TPS Limbah B3, Ruang Farmasi, Ruang
Pendaftaran, Laundry dan Cleaning Service
6. Penanggung Jawab Klinik Pratama Harapan Ibu wajib mensosialisasikan
mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
7. Setiap petugas baru wajib mengetahui semua pengamanan dan alat
perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya, serta APD bagi
petugas yang bersangkutan.
8. Klinik Pratama Harapan Ibu wajib melaksanakan manajemen APD di
tempat kerja, yang meliputi:
a. Melakukan identifikasi kebutuhan dan syarat APD.
b. Melakukan pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan
kebutuhan atau kenyamanan petugas.
c. Menyelenggarakan pelatihan.
d. Membuat prosedur penggunaaan, perawatan dan penyimpanan APD.
e. Penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan.
f. Melakukan pembinaan.
g. Melakukan inspeksi.
h. Melakukan evaluasi dan pelaporan.
9. Alat Pelindung Diri yang rusak, retak, atau tidak berfungsi dengan baik
harus dibuang atau dimusnahkan.
10. Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi
dengan berita acara pemusnahan.
11. Alat Pelindung Diri (APD) yang habis masa pakainya atau kadaluarsa serta
mengandung bahan berbahaya harus dimusnahkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Lampiran II : Keputusan Penanggung Jawab
Klinik Pratama Harapan Ibu
Nomor : SK/KPHI/ADMEN/…/2023
Tanggal : 03 Januari 2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk
melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja,
dimana secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan
kerja yang terjadi. Peralatan pelindung diri tidak menghilangkan atau pun
mengurangi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah
kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara tenaga
kerja dengan bahaya (Suma’mur, 2009).
Melihat tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan di Klinik, maka
perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit atau
traumatik akibat lingkungan kerja dan faktor manusianya. Salah satu
upaya tersebut diantaranya adalah penggunaan APD. Kemampuan petugas
untuk mencegah transmisi infeksi dan upaya pencegahan infeksi di Klinik
Islam Sultan Agung Semarang dan upaya pencegahan adalah tingkatan
pertama dalam pemberian pelayanan bermutu.
Perawat berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial, hal ini
disebabkan perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang
berhubungan langsung dengan klien dan bahan infeksius di ruang rawat
(Habni, 2009).
Risiko infeksi nosokomial selain dapat terjadi pada pasien yang
dirawat di Klinik, juga dapat terjadi pada para petugas Klinik. Berbagai
prosedur penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan
kuman yang berasal dari pasien. Infeksi nosokomial merupakan salah satu
risiko kerja yang dihadapi oleh tenaga kesehatan di Klinik. Darah dan cairan
tubuh merupakan media penularan penyakit dari pasien kepada tenaga
kesehatan. Human Immunodeficiency Virus (HIV), Hepatitis B dan Virus
Hepatitis C merupakan ancaman terbesar pada tenaga kesehatan. Pada
tahun 2002, WHO memperkirakan terjadi 16.000 kasus penularan virus
hepatitis C, 66.000 kasus penularan hepatitis B dan 1.000 kasus penularan
HIV pada tenaga kesehatan di seluruh dunia dan Infeksi nosokomial banyak
terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan
negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih
menjadi penyebab utama.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa
sekitar 8.7% dari 55 Klinik dari 14 negara di Eropa, Timur tengah, dan Asia
Tenggara dan Pasifik terdapat infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara
sebanyak 10% (Anggraini, 2000).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan di Klinik Pratama Harapan Ibu
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai panduan pelaksanaan pelayanan kesehatan agar mendapatkan
metode yang sama dan seragam pada penerapan Alat Pelindung Diri
(APD) setiap pegawai, staf, keluarga pasien, dan pengunjung di Klinik
Pratama Harapan Ibu.
b. Sebagai panduan bagi Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Klinik
Pratama Harapan Ibu dalam memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan
penerapan APD.
c. Mengajak dan menggerakkan seluruh sumber daya manusia di Klinik
Pratama Harapan Ibu untuk menerapkan APD yang benar.

C. SASARAN
BAB II
TATA LAKSANA

A. PENGERTIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga
kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya
potensi bahaya dari bahaya kerja. Alat Pelindung Diri adalah peralatan
keselamatan yang harus dipergunakan oleh personil apabila berada dalam
suatu tempat kerja yang berbahaya.
Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang berfungsi untuk
melindungi tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan agar terhindar dari
bahaya dalam tempat bekerja. pelindung barrier, yang secara umum disebut
sebagai alat pelindung diri (APD), telah digunakan selama bertahun-tahun
untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas
kesehatan. Namun dengan munculnya AIDS dan hepatitis C, serta
meningkatnya kembali tuberkulosis di banyak negara, pemakaian APD
menjadi juga angat penting untuk melindungi petugas.
Dengan munculnya infeksi baru seperti flu burung, SARS dan
penyakit infeksi lainnya (Emerging Infectious Diseases), pemakaian APD
yang tepat dan benar menjadi semakin penting APD semua peralatan yang
melindungi pekerja selama bekerja termasuk pakaian yang harus di pakai
pada saat bekerja ,pelindung kepala (helmet), sarung tangan (gloves),
pelindung mata (eye protection), pelindung muka (fice shiel), pakaianyang
bersifat reflektive, sepatu, pelindung pendengaran (hearing protection) dan
pelindung pernapasan (masker). (HSE,1992).

B. AREA PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


Penggunaan APD di tempat kerja di sesuaikan dengan pajanan
bahaya yang dihadapi di area kerja. Berikut adalah jenis APD yang
diperlukan:

C. PANDUAN UMUM ALAT PELINDUNG DIRI


1. Tangan harus selalu dibersihkan meskipun menggunakan APD.
2. Lepas dan ganti bila perlu segala perlengkapan APD yang dapat
digunakan kembali Yang sudah rusak atau sobek segera, setelah Anda
mengetahui APD tersebut tidak berfungsi optimal.
3. Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai memberikan
pelayanan dan hindari kontaminasi dengan:
a) Lingkungan di luar ruang isolasi
b) Para pasien atau pekerja lain, dan
c) Diri Anda sendiri.
4. Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera
membersihkan tangan.
a) Perkirakan risiko terpajan cairan tubuh atau area terkontaminasi
sebelum melakukan kegiatan perawatan kesehatan
b) Pilih APD sesuai dengan perkiraan risiko terjadi pajanan.

D. JENIS-JENIS ALAT PELINDUNG DIRI


1. SARUNG TANGAN
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan
melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas
kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik paling
penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus
diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya,
untuk menghindari kontaminasi silang.
Ingat : Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan
mencuci tangan atau pemakaian antiseptik yang digosokkan pada
tangan. Penggunaan sarung tangan dan kebersihan tangan, merupakan
komponen kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan
mempertahankan suatu lingkungan bebas infeksi (Garner dan Favero
1986). Selain itu, pemahaman mengenai kapan sarung tangan steril atau
disinfeksi tingkat tinggi diperlukan dan kapan sarung tangan tidak perlu
digunakan, penting untuk diketahui agar dapat menghemat biaya
dengan tetap menjaga keamanan pasien dan petugas.
Tiga saat petugas perlu memakai sarung tangan:
a) Perlu untuk menciptakan barier protektif dan cegah kontaminasi
yang berat. Disinfeksi tangan tidak cukup untuk memblok transmisi
kontak bila kontaminasi berat. misal menyentuh darah, cairan
tubuh, sekresi, eksresi, mukus membran, kulit yang tidak utuh.
b) Dipakai untuk menghindari transmisi mikroba di tangan petugas ke
pada pasien saat dilakukan tindakan terhadap kulit pasien yang
tidak utuh, atau mukus membran.
c) Mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien
transmisi kepada pasien lain. Perlu kepatuhan petugas untuk
pemakaian sarung tangan sesuai standar. Memakai sarung tangan
tidak menggantikan perlunya cuci tangan, karena sarung tangan
dapat berlubang walaupun kecil, tidak nampak selama melepasnya
sehingga tangan terkontaminasi.
E. PROSEDUR YANG MEMBUTUHKAN IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN
BENAR

BAB III
PENCATATAN (DOKUMENTASI) DAN PELAPORAN

Sistem pencatatan dan pelaporan dari identifikasi pasien di Klinik Pratama


Harapan Ibu adalah:
1. Semua pasien mempunyai gelang identifikasi, yang berisi nama, nomor
rekam medik dan tanggal lahir. Dipasang oleh perawat IGD, poli maupun VK
ketika pasien masuk dan jika ada identifikasi yang salah, segera dilaporkan
ke bagian receptionist untuk perbaikan.
2. Pasien yang alergi dilakukan pelaporan, dipasangkan gelang
berwarna merah dan didokumentasikan jenis alerginya di rekam medis.
3. Pasien dengan resiko jatuh kategori tinggi menurut skoring morse fall
atau skoring humpty dumpty dilakukan pelaporan , dipasangkan
gelang bewarna kuning dan didokumentasikan di rekam medis.
4. Pada setiap pergantian jaga di ruang rawat inap, perawat yang
bertanggung jawab terhadap pasien tersebut memastikan apakah gelang
pasien masih terpasang atau tidak jika ditemukan gelang tidak terpasang
atau rusak segera dilapor ke receptionist untuk dibuatkan gelang baru.
5. Apabila pasien berpindah ruangan atau unit, gelang pengenal harus
dievaluasi ulang antara perawat, dimana perawat ruangan/unit yang lama
memberikan informasi tentang status yang telah diidentifikasi selama pasien
di ruang rawat inap yang lama kepada perawat di ruangan/unit yang baru.
Setiap terjadi kesalahan ataupun kehilangan serta kasus baru dilakukan
pelaporan dan gelang identifikasi diminta dari bagian recepsionist.
6. Pasien yang gelangnya dilepas untuk keperluan prosedur dilaporkan
dan didokumentasikan di rekam medis, perawat di kamar operasi
bertanggung jawab melepas dan memasang kembali gelang pengenal pasien,
gelang pengenal yang dilepas harus ditempelkan di depan rekam medis
pasien. Jika gelang tidak bisa dipakai lagi segera digantikan ke receptionist.
7. Apabila pasien akan dievakuasi ke RS lain maka perawat yang
bertanggung jawab terhadap tersebut berhak memutuskan atau
membuka gelang pasien dan diberikan kebagian recepsionis untuk di
dokumentasikan.
8. Pada kejadian salah identifikasi pasien atau kesalahan pemberian
gelang pengenal dilakukan pencatatan. Perawat yang menyaksikan
akan mengisi laporan kejadian (Incident Report) dan meneruskan laporan
ini ke bagian tim PMKPRS (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Klinik).
9. Apabila sistem identifikasi dan pemberikan gelang pengenal sudah benar,
namun masih terjadi kesalahan tindakan dilakukan pencatatan dan
pelaporan kejadian (Incident Report) ke bagian tim PMKPRS untuk ditinjak
lanjuti sesuai kesalahan yang terjadi.
BAB IV
PENUTUP

Dengan adanya panduan identifikasi pasien ini maka diharapkan


keselamatan pasien di Klinik Pratama Harapan Ibu dapat lebih ditingkatkan.
Selain itu, dengan mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat, pemeriksaan
klinis, tindakan lain maupun suatu prosedur diharapkan dapat lebih
meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pasien yang dirawat di Klinik Pratama
Harapan Ibu.

Anda mungkin juga menyukai