Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klinik
1. Definisi Klinik

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 2014 tentang klinik, definisi Klinik adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan atau

spesialistik10

Klinik Makmur Jaya Ciputat Tangerang Selatan merupakan klinik

faskes tingkat pratama dalam pelayanan medik dasar baik umum

maupun khusus.

2. Jenis Klinik

a. Klinik pratama

Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan

pelayanan medik dasar baik umum maupun khusus.

b. Klinik utama

Klinik utama merupakan klinik yang menyelenggarakan

pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan

spesialistik.

5
Klinik yang merupakan mengkhususkan pelayanan pada satu

bidang tertentu berdasarkan cabang atau displin ilmu atau sistem

organ10

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun

2014 Tentang Klinik

Klinik dapat dimiliki oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau

masyarakat:

1) Klinik yang dimiliki oleh pemerintah dan pemerintah daerah

harus didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2) Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan

rawat jalan dapat didirikan oleh perorangan atau badan

usaha.

3) Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan


rawat inap harus didirikan oleh badan hukum.

B. Resep
1. Definisi Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau

dokter hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun

elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi

dan atau alat kesehatan bagi pasien15

6
Resep dalam arti sempit ialah permintaan tertulis dari seorang
dokter kepada APA untuk menyiapkan dan atau membuat,
meracik, serta menyerahkan obat kepada pasien. Yang berhak
menulis resep adalah dokter, dokter gigi, dan dokter hewan12

C. Formularium Nasional (fornas)


Formularium nasional merupakan daftar obat terpilih yang
dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan dalam
rangka Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dalam hal obat yang
dibutuhkan tidak tercantum dalam formularium nasional. Dapat di
gunakan obat lain secara terbatas berdasarkan persetujuan komite
medik dan direktur utama rumah sakit tersebut 2.

D. Antibiotik
1. Definisi Antibiotik

Antibiotik adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh berbagai

nasional spesies mikroorganisme dan bersifat toksik terhadap

spesies mikroorganisme lain. Sifat toksik senyawa-senyawa yang

terbentuk mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan

bakteri (efek bakteriostatik) dan bahkan ada yang langsung

membunuh bakteri (efek bakterisid) yang kontak dengan antibiotik

tersebut3.

7
2. Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja

a. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri

1) Antibiotik Beta-laktam

Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat

yang mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin,

sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-

laktamase. Obat-obat antibiotik beta-laktam umumnya bersifat

bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme

Gram-positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu

sintesis dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah

terakhir dalam sintesis peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang

memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri8.

a) Penisilin

Penisilin pertama kali diisolasi dari jamur penicillum pada


tahun 1949. Obat ini efektif melawan beragam bakteri
termasuk sebagian besar organisme gram positif.
Penggunaan penisilin yang berlebihan menyebabkan
timbulnya resistensi bakteri (pembentukan penisilinase),
membuat obat ini tidak berguna untuk banyak strain bakteri.
Meskipun demikian, penisilin tetap merupakan obat terpilih
yang tidak mahal dan ditoleransi baik untuk beberapa infeksi
Golongan penisilin diklasifikasikan berdasarkan spektrum
aktivitas antibiotiknya.

8
Tabel 1
Antibiotik Golongan Penisilin

Golongan Contoh Aktivitas

Penisilin G dan Penisilin G dan mempunyai aktivitas sangat

penisilin V Penisilin V aktif terhadap kokus Gram-

positif, tetapi cepat dihidrolisis

oleh penisilinase atau beta-

laktamase, sehingga tidak

efektif terhadap S. aureus.

Penisilin yang resisten Metisilin, merupakan obat pilihan utama

terhadap beta- nafsilin, untuk terapi S. aureus yang

laktamase / oksasilin, memproduksi penisilinase.

penisilinase kloksasilin, dan Aktivitas antibiotik kurang poten

dikloksasilin terhadap mikroorganisme yang

sensitif terhadap penisilin G.

Aminopenisilin Ampisilin dan selain mempunyai aktivitas

amoksilin terhadap bakteri gram-positif,

juga mencakup mikroorganisme

gram-negatif, seperti

Haemophilus influenzae,

Escherichia coli, dan Proteus

9
mirabilis. Obat-obat ini sering

diberikan bersama inhibitor

beta-laktamase (asam

klavulanat, sulbaktam,

tazobaktam) untuk mencegah

hidrolisis oleh beta-laktamase

yang semakin banyak

ditemukan pada bakteri gram-

negatif ini.

Karboksipenisilin Karbenisilin dan antibiotik untuk Pseudomonas,

tikarsilin Enterobacter, dan Proteus.

Aktivitas antibiotik lebih rendah

dibanding ampisilin terhadap

kokus gram-positif, dan kurang

aktif dibanding piperasilin dalam

melawan Pseudomonas.

Golongan ini dirusak oleh beta-

laktamase.

10
Ureidopenisilin Mezlosilin, aktivitas antibiotik terhadap

azlosilin, dan Pseudomonas, Klebsiella, dan

piperasilin gram-negatif lainnya. Golongan

ini dirusak oleh beta-laktamase.

b) Sefalosporin

Sefalosporin menghambat sintesis dinding sel bakteri


dengan mekanisme serupa dengan penisilin. Sefalosporin
diklasifikasikan berdasarkan generasinya.

Tabel 2
Klasifikasi dan Aktivitas Sefalosporin

Generasi Contoh Aktivitas

I. Sefaleksin, sefalotin, Antibiotik yang efektif terhadap

sefazotin, sefradin, gram-positif dan memiliki aktivitas

sefadroksil sedang terhadap gram-negatif.

II. Sefaklor, sefamandol, Aktivitas antibiotik gram-negatif

sefuroksim, sefoksitin, yang lebih tinggi daripada generasi -

sefotetan, sefmetazol, 1

sefprozil

11
III. Sefotaksim, seftriakson, Aktivitasnya kurang aktif terhadap

seftazidim, sefiksim, kokus gram-positif dibanding

sefoperazon generasi – 1, tapi lebih aktif

terhadap Enterobacteriaceae,

termasuk strain yang memproduksi

beta-laktamase, seftazidim dan

sefoperazon juga aktif terhadap P.

aeruginosa, tapi kurang aktif

dibanding generasi – III lainnya

terhadap kokus gram-positif

IV. Sefepim, sefpirom Aktivitasnya lebih luas dibanding

generasi-III dan tahan terhadap

beta-laktamase

c) Monobaktam (beta-laktam monosiklik)

Bakteri gram negatif tertentu menghasilkan obat

beta-laktam monosiklik (monobaktam) dengan aktivitas

antimikroba lemah. Manipulasi struktur yang luas atas

obat yang timbul secara alamiah telah menyebabkan

pengembangan obat dengan peningkatan aktivitas dan

resistensi lactamase.

12
Mempunyai aktivitas yang tinggi melawan

organisme gram-negatif, termasuk Pseudomonas,

Serratia dan E. coli, tetapi tak aktif melawan gram-positif,

kemanjuran kliniknya masih akan ditentukan.

Contoh obat: Aztreonam

d) Karbapenem

Karbapenem merupakan antibiotik lini ketiga yang

mempunyai aktivitas antibiotik yang luas daripada

sebagian besar beta-laktam lainnya.

Contoh obat: imipenem, meropenem, dan doripenem.

mekanisme: spektrum aktivitas menghambat

sebagian besar gram-positif, gram-negatif, dan anaerob.

Ketiga sangat tahan terhadap beta-laktamase.

e) Inhibitor beta-laktamase

Inhibitor beta-laktamase melindungi antibiotik beta-

laktam dengan cara menginaktivasi beta-laktamase.

Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah asam

klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam6

Asam klavulanat merupakan suicide inhibitor yang

mengikat beta-laktamase dari bakteri gram-positif dan

gram-negatif secara ireversibel.

13
2) Basitrasin

Basitrasin adalah kelompok yang terdiri dari antibiotik

polipeptida, yang utama adalah basitrasin A. berbagai kokus

dan basil gram-positif, Neisseria, H. influenza, dan

Treponema pallidum sensitif terhadap obat ini. Basitrasin ini

tersedia dalam bentuk salep mata dan kulit, serta bedak

untuk topical. Basitrasin jarang menyebabkan

hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan, sering

dikombinasi dengan neomisin dan atau polimiksin. Basitrasin

bersifat nefrotoksik bila memasuki sirkulasi sistemik.

3) Vankomisin

Vankomisin merupakan antibiotik lini ketiga yang

terutama aktif terhadap bakteri gram-positif. Vankomisin

hanya di indikasikan untuk infeksi yang disebabkan oleh S.

aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA). Semua

basil gram-negatif dan mikrobakteria resisten terhadap

vankomisin.

b. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein

Obat antibiotik yang termasuk golongan ini adalah

aminoglikosid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin,

azitromisin, klaritromisin), klindamisin, mupirosin, dan

spektinomisin.

14
1) Aminoglikosid

Aminoglikosid adalah suatu golongan antibiotik

bakteriosid yang asalnya didapat dari berbagai spesies

Streptomyces dan memiliki sifat-sifat kimiawi, antimikroba,

farmakologis, dan toksik yang karaketeristik. Golongan ini

meliputi streptomycin, neomycin, kanamycin, amikacin,

gentamycin, tobramycin, sisomycin, metilmicin, dan

sebagainya.

Spektrum aktivitasnya: obat golongan ini menghambat

bakteri aerob gram-negatif

Obat ini mempunyai indeks terapi sempit, dengan

toksisitas serius pada ginjal dan pendengaran, khususnya

pada pasien anak dan usia lanjut.

2) Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan suatu kelompok besar obat

dengan struktur dasar dan aktivitas yang serupa.

Chloretetracycline, yang dipisahkan dari Streptomyces

aureofaciens, diperkenalkan pada tahun 1948.

Oxytetracycline, yang diambil dari Streptomyces rimosus,

pada tahun 1950. Tetracycline, yang ditemukan melalui

dehalogenasi katalitik dari chlortetracycline, telah tersedia

15
sejak 1953. Demechlocycline ditemukan melalui demetilasi

chlortetracycline.

Antibiotik golongan ini mempunyai spektrum luas dan

dapat menghambat berbagai bakteri gram-positif, gram-

negatif, baik yang bersifat aerob maupun anaerob, serta

mikroorganisme lain seperti Ricketsia, Mikoplasma,

Klamidia, dan beberapa spesies mikrobakteri.

3) Kloramfenikol

Kloramfenikol pertama kali dipisahkan pada tahun 1947

dari pembiakan Streptomyces venezuelae. Agen ini

disintesis pada tahun 1949, kemudian menjadi antibiotik

penting pertama yang sepenuhnya disintesis dan diproduksi

secara komersial. Kepentingan ini mulai memudar seiring

dengan tersedianya antibiotik yang lebih aman dna efektif.

Kini, kloramfenikol jarang digunakan, kecuali di Negara-

negara berkembang.

Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas,

menghambat bakteri gram-positif dan negatif aerob dan

anaerob, Klamidia, Ricketsia, dan Mikoplasma.

Kloramfenikol mencegah sintesis protein dengan berikatan

pada submit ribosom 50S.

16
4) Makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,

roksitromisin)

Makrolida merupakan suatu kelompok senyawa yang

berhubungan erat, dengan ciri suatu cincin lactone

(biasanya terdiri atas 14 atau 16 atom) dimana terkait gula-

gula deoxy.

Makrolida aktif terhadap bakteri garm-positif, tetapi juga

dapat menghambat beberapa Enterococcus dan basil gram-

positif. Sebagian besar gram-negatif aerob resisten terhadap

makrolida, namun azitromisin dapat menghambat

Salmonella. Azitromisin dan klaritromisin dapat menghambat

H. influenza, tapi azitromisin mempunyai aktivitas terbesar.

Keduanya juga aktif terhadap H. pylori. Makrolida

mempengaruhi sintesis protein bakteri dengan cara

berikatan dengan subunit 50S ribosom bakteri, sehingga

menghambat translokasi peptide.

5) Klindamisin

Klidamisin merupakan suatu turunan lincomycin

dengan substitusi chlorine, antibiotik yang dihasilkan oleh

Streptomyces lincolnensis. Sekalipun strukturnya berbeda,

lincomycin mirip dengan erythromycin dalam aktivitasnya.

Zat ini bersifat toksin dan tidak lagi digunakan.

17
Klindamisin menghambat sebagian besar kokus gram-

positif dan sebagian besar bakteri anaerob, tetapi tidak bisa

menghambat bakteri gram-negatif aerob seperti

Haemophilus, Mycoplasma, dan Chlamydia.

6) Mupirosin

Mupirosin merupakan obat topikal yang menghambat

bakteri gram-positif dan beberapa gram-negatif. Tersedia

dalam bentuk krim atau salep 2% untuk penggunaan di kulit

(lesi kulit traumatik, impetigo yang terinfeksi sekunder oleh S.

aureus atau S. pyogenes) dan salep 2% untuk intranasal.

7) Spektinomisin

Obat ini diberikan secara intramuskular. Dapat

digunakan sebagai obat alternatif untuk infeksi gonokokus

bila obat lini pertama tidak dapat digunakan. Obat ini tidak

efektif untuk infeksi gonore faring6

c. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat.

1) Sulfonamide dan Trimetoprim

Trimethoprim dalam kombinasi dengan sulfametoksazol,

mampu menghambat sebagian besar patogen saluran kemih,

kecuali P. aeruginosa dan Neisseria sp.

Kombinasi ini menghambat S. aureus, Staphylococcus

koagulase negatif, Streptococcus hemoliticus, H. influenza,

18
Neisseria sp, bakteri gram-negatif aerob (E. coli dan Klebsiella

sp), Enterobacter, Salmonella, Shigella, Yersinia, P. carinii

Sulfonamid bersifat bakteriostatik6

d. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat, seperti

kuinolon dan nitrofurantoin.

1) Quinolone

Quinolone ini sangat aktif terhadap berbagai bakteri gram-

positif dan gram-negatif.

 asam nalidiksat

menghambat sebagian besar Enterobacteriaceae

 fluorokuinolon

golongan fluorokuinolon meliputi norfloxacin, ciprofloxacin,

ofloxacin, moxcifloxacin, vefloxacin, levofloxacin, dan lain-lain6.

Fluorokuinolon bisa digunakan untuk infeksi yang

disebabkan oleh Gonokokus, Shigella, E. coli, Salmonella,

Haemophilus, Moraxella catarrhalis serta Enterobacteriaceae

dan P. aeruginosa6

2) Nitrofuran

Nitrofuran meliputi nitrofurantoin, furazolidin, dan

nitrofurazon, absorpsi melalui saluran cerna 94% dan tidak

berubah dengan adanya makanan6

19
Nitrofuran bisa menghambat gram-positif dan negatif, termasuk E.
coli, Staphylococcus sp, Klebsiella sp, Enterococcus sp, Neisseria sp,
Salmonella sp, Shigella sp, dan Proteus sp.

3. Rasionalitas penggunaan antibiotik


Beberapa kriteria penggunaan obat rasional yaitu :

Tepat diagnosis, obat disebut rasional jika diberikan sesuai dengan

diagnosis yan tepat. Jika diagnosis tidak di tegakkan dengan tepat,

dampaknya terjadi kesalahan dalam pemilihan obat8

a. Tepat indikasi, obat harus diberikan sesuai dengan indikasi

penyakit. Berkaitan dengan perlu atau tidaknya obat diberikan pada

suatu kasus tertentu

b. Tepat pemilihan obat. Obat yang dipilihkan untuk pasien harus

memiliki efek terapi sesuai dengan penyakitnya berdasarkan

pertimbangan manfaat, keamanan, harga, dan mutu

c. Tepat dosis. Dosis obat yang diberikan harus tepat, tidak

berlebihan maupun terlalu kecil agar efek terapi yang diinginkan

dapat tercapai. Tepat dosis meliputi tepat jumlah, cara pemberian,

interval waktu pemberian, dan lama pemberian

d. Tepat penilaian terhadap kondisi pasien. Pemberian obat

disesuaikan dengan kondisi pasien dengan memperhatikan

kontraindikasi, komplikasi, kehamilan, usia lanjut atau bayi

20
e. Waspada terhadap efek samping. Obat yang diberikan kepada

pasien dapat menimbulkan efek samping seperti mual, muntah,

gatal-gatal, dan sebagainya. Pengertian dari efek samping yaitu

efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan

dosis terapi

f. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga

terjangkau

g. Tepat tindak lanjut. Pemberian obat ke pasien harus

mempertimbangkan upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya

pasien mengalami sakit berlanjut dikonsultasikan ke dokter

h. Tepat penyerahan obat. Penggunaan obat rasional melibatkan

pihak yang menyerahkan obat kepada pasien. Resep diserahkan

oleh apeteker atau asisten apoteker atau petugas penyerah obat di

puskesmas kepasa pasien dangan informasi yang tepat

i. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan.

Ketidakpatuhan pasien dalam minum obat bisa disebabkan karena

jenis sediaan obat beragam, jumlah obat terlalu banyak, frekuensi

pemberian obat per hari terlalu sering, pemberian obat dalam

jangka panjang tanpa informasi, pasien tidak mendapatkan

informasi yang cukup mengenai cara menggunakan obat,

timbulnya efek samping.

21
Penggunaan obat yang rasional sangat diperlukan dengan

alasan sebagai berikut9

1) Dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelian

obat.

2) Mempermudah masyarakat untuk memperoleh obat dengan

harga terjangkau.

3) Dapat mencegah dampak dari penggunaan obat yang tidak

tepat yang dapat membahayakan pasien.

4) Dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien)


terhadap mutu pelayanan kesehatan.

4. Resistensi antibiotik
Resistensi antibiotik yaitu kemampuan bakteri untuk

menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik sehingga

bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik dan tidak lagi dapat

dimatikan atau dibunuh7

Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan

melemahkan daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan

beberapa cara, yaitu5

a. Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi.

b. Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik.

c. Mengubah fisika-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel

bakteri.

22
d. Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat

perubahan sifat dinding sel bakteri.

e. Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera


dikeluarkan dari dalam sel melalui mekanisme transport
aktif ke luar sel.

E. Infeksi Saluran Pernapasan Akut


1. Definisi infeksi saluran pernapasan akut

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit

saluran pernapasan atas atau bawah, yang dapat menimbulkan

berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa

gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan

mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya seperti, faktor

lingkungan dan faktor pejamu. Infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA) didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut

yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia

ke manusia12

2. Faringitis

Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering

meluas ke jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-

sama dengan tonsillitis, rhinitis, dan laringitis4.

a. Penyebab faringitis

 Streptococcus Pyogenes

23
 Virus Epstein-Barr (EBV)

 Corynebacterium Diphtheriae

 Mycoplasma pneumonia, streptokokus beta-hemolitikus grup C

dan G, Corynebacterium haemolyticum, Corynebacterium

ulcerans, C. trachomatis, fusobakterium, Neisseria

gonorrhoeae, N. meningitides, Toxoplasma.

 Adenovirus, coxsackievirus, herpes simpleks, parainfluenza,

sitomegalovirus (cytomegalovirus, CMV), human

immunodeficiency virus HIV)11.

b. Gejala faringitis

1) Demam tiba-tiba

2) Nyeri tenggorokan

3) Nyeri menelan

4) Adenopati servikal

5) Malaise dan mual.

6) Tonsillitis eksudat

7) Nyeri abdomen

8) Anoreksia

9) Rash atau urtikaria4

Faringitis mempunyai karakteristik seperti faring palatum,tonsil

berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan 4.

24
c. Faktor risiko

1) Riwayat demam rematik

2) HIV positif, pasien dengan kemoterapi, immunosuppressed

3) Diabetes mellitus

4) Kehamilan

5) Pasien yang sudah memulai antibiotik sebelum didiagnosis

6) Nyeri tenggorokan untuk selama lebih dari 5 hari 4.

d. Komplikasi

1) Sinusitis

2) Otitis media

3) Mastoiditas

4) Abses peritonisillar

5) Demam rematik

6) Glomerulonephritis4

e. Pengobatan

1) Streptococcus pyogenes

 Benzilpenisilin intravena (IV) bila infeksi berat,

amoksisilin atau penisilin V oral bila infeksi ringan

sampai sedang.

 Analgesia lokal (benzidamin atau aspirin kumur)

25
2) Virus Epstein-Barr

 Analgesia lokal (benzidamin atau aspirin kumur)

 Pertimbangan hidrokortison IV bila terdapat obstruksi

jalan napas atau toksisitas11

3) Corynebacterium diphtheriae

 Antitoksin intramuskular (IM) / IV

 Eritromisin atau benzilpenisilin IV

 Tirah baring, pemantauan jantung11

f. Resistensi

Resistensi terhadap Streptococcus Grup A dijumpai di

beberapa Negara terhadap golongan makrolida dan azalea,

namun tidak terhadap penicillin4.

g. Pencegahan

1) Streptococcus pyogenes

Penisilin V untuk pasien dengan riwayat demam reuma

2) Corynebacterium diphtheria

 Imunisasi saat 2, 3, dan 4 bulan, serta 4 tahun

 Pengobatan karier dengan eritromisin oral

 Profilaksis eritromisin pascapajanan untuk orang yang

melakukan kontak erat dengan penderita 11

26

Anda mungkin juga menyukai