A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 9
Tahap Penetapan Tujuan (Tahap II)
Dalam proses konseling, Tahap II terdiri atas tiga langkah (Tahap II-A, II-B, dan II-C) yang saling
terkait untuk membantu klien mengeksplorasi, merancang, dan mengembangkan masa depan yang
lebih baik (Baca Chapter 11 dan 12 (Egan, 2014)):
Tahap II-A (Mengelola Kemungkinan). Dalam membantu klien beralih dari masalah ke solusi,
konselor membantu klien mengembangkan harapan. Konselor memfasilitasi klien untuk
membayangkan: “Kemungkinan apa yang saya miliki untuk masa depan yang lebih baik?” “Apa saja
yang sebenarnya kuinginkan?” “Bagaimana masalah saya jika dikelola dengan baik?”
Tahap II-B (Tujuan, Hasil, dan Dampak). Konselor membantu klien menyusun agenda perubahan
yang layak di antara berbagai kemungkinan. Konselor memfasilitasi klien untuk membayangkan:
“Apa yang benar-benar saya inginkan dan butuhkan?” “Hasil-hasil seperti apa yang akan
menyelesaikan masalah saya?”
Tahap II-C (Komitmen). Konselor membantu klien menemukan insentif untuk berkomitmen pada
agenda perubahan mereka dengan memfasilitasi klien untuk memikirkan: “Apa yang bersedia saya
lakukan untuk apa yang saya inginkan?”
Tahap II-A: Membantu Klien Menemukan Kemungkinan untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Keterampilan yang dibutuhkan adalah:
1. Membantu klien fokus pada berbagai “kemungkinan diri” (“possible selves”), yaitu semua masa
depan yang bisa dibayangkan, sehingga dapat membebaskan imajinasi klien.
2. Membantu klien menstimulasi potensi kreatif mereka sendiri.
3. Membantu klien berpikir secara divergen (divergent thinking). Dalam proses konseling,
pemikiran divergen berarti “selalu ada lebih dari satu cara untuk mengelola masalah atau
mengembangkan peluang.”
4. Menggunakan brainstorming secara adaptif. Beberapa aturan untuk membantu keberhasilan
teknik ini, yaitu: menangguhkan penilaian, menghasilkan ide sebanyak mungkin, menggunakan
satu ide sebagai landasan untuk menstimulasi ide yang lain, menyingkirkan batasan normal
untuk berpikir, dan menghasilkan lebih banyak ide dengan mengklarifikasi ide-ide dalam daftar.
5. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berorientasi pada masa depan, seperti: “Akan
seperti apa situasi masalah ini jika Anda mengelolanya dengan lebih baik?” “Apa yang akan
Anda lakukan secara berbeda dengan orang-orang dalam hidup Anda?” “Seperti apa peluang
yang tidak terpakai jika Anda mengembangkannya?”, dan seterusnya.
6. Membantu klien meninjau contoh dan model peran sebagai sumber kemungkinan. Model dapat
ditemukan di mana saja: di antara kerabat klien, teman, kolega, di buku, di televisi, dalam
sejarah, dan di film. Konselor dapat membantu klien mengidentifikasi model, memilih dimensi
dari orang lain yang relevan, dan menerjemahkan apa yang mereka lihat menjadi kemungkinan
yang realistis untuk diri mereka sendiri.
Cek pemahaman:
Tahap II-B: Tujuan, Hasil, Dampak: Membantu Klien Bergerak dari Kemungkinan Menjadi Pilihan
Membantu klien menetapkan tujuan akan memberdayakan mereka dalam empat cara berikut:
1. Tujuan membantu klien memfokuskan perhatian mereka
2. Tujuan membantu klien memobilisasi energi mereka dan mengarahkan upaya mereka
3. Tujuan memberikan insentif bagi klien untuk mencari strategi untuk mencapainya
4. Tujuan yang jelas dan spesifik membantu klien meningkatkan kegigihan
Tujuan adalah pernyataan spesifik tentang apa yang diinginkan dan dibutuhkan klien. Tujuan yang
muncul melalui dialog antara konselor-klien ini akan lebih dapat dilaksanakan jika memiliki
karakteristik seperti di bawah ini:
1. Berupa hasil bukan aktivitas, mis.: Ingin meningkatkan IPK dari 2,7 menjadi 3,0 di semester 6.
2. Cukup spesifik untuk diverifikasi dan mendorong tindakan. Konselor sering kali perlu
membantu klien untuk beralih dari niat baik (good intentions) dan keinginan yang tidak jelas ke
tujuan yang luas (broad aims) dan selanjutnya ke tujuan yang cukup spesifik (specific goals).
Contoh: Mencapai IPK 3,0 di semester 6 cukup spesifik dan dapat dibuktikan serta mendorong
usaha-usaha tertentu untuk mencapainya.
3. Substantif (nyata) dan menantang. Tujuan memiliki substansi bila memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap penyelesaian masalah atau mengembangkan beberapa peluang.
4. Berani dan bijaksana, tapi bukan bermain aman (playing it safe).
5. Realistis dalam kaitannya dengan sumber daya internal dan eksternal yang diperlukan untuk
mencapainya.
6. Berkelanjutan selama jangka waktu yang wajar.
7. Fleksibel tanpa menjadi plin-plan. Fleksibilitas mengacu pada kemampuan klien untuk
mengubah tujuan sekaligus menjaga tujuan awal tetap utuh. Ini juga mengacu pada kemampuan
klien untuk mengubah taktik, ketika salah satu aktivitas terbukti tidak efektif atau tidak efisien.
8. Selaras dengan nilai-nilai klien. Nilai adalah kriteria yang digunakan untuk membuat keputusan.
Konselor dapat mengajak klien untuk memeriksa kembali nilai-nilai mereka, tetapi mereka tidak
boleh mendorong klien untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka.
9. Memiliki kerangka waktu yang masuk akal.
Cek pemahaman:
a. Bedakan apa yang dimaksud dengan niat baik (good intentions), tujuan yang luas (broad aims),
dan tujuan yang cukup spesifik (specific goals) dan berikan masing-masing contohnya!
b. Jelaskan dan beri contoh mengenai sumber daya dan kontrol dalam merumuskan tujuan yang
realistis!
Tahap II-C: Membantu Klien Berkomitmen untuk Mencapai Masa Depan yang Lebih Baik
Ada berbagai hal yang dapat dilakukan konselor untuk membantu klien dalam komitmen awal
mereka terhadap tujuan dan jenis tindakan yang merupakan tanda komitmen tersebut. Konselor
dapat membantu klien dengan membantu membuat tujuan yang menarik, meningkatkan rasa
kepemilikan, dan membantu menangani agenda saingan.
1. Bantu klien menetapkan tujuan yang bernilai lebih besar daripada sumber daya yang harus
dikeluarkan (pekerjaan, waktu, energi emosional).
2. Bantu klien menetapkan tujuan yang menarik (ada insentif untuk mengejarnya).
3. Bantu klien merangkul dan memiliki tujuan yang mereka tetapkan. Memilih tujuan yang
disarankan oleh orang lain memungkinkan klien untuk menyalahkan orang lain jika mereka gagal
mencapai tujuan. Selain itu, jika mereka hanya mengikuti nasihat orang lain, mereka sering gagal
untuk mengeksplorasi konsekuensi yang terjadi di jalan.
4. Bantu klien menghadapi agenda-agenda saingan (hal-hal lain dalam hidup klien yang
menghabiskan waktu dan energi, seperti pekerjaan, keluarga, dan kesenangan).
5. Bantu klien mengembangkan self-efficacy. Harapan orang-orang terhadap diri mereka sendiri
dan keyakinan dapat melakukan sangat berkaitan dengan kesediaan mereka untuk
mengerahkan upaya untuk mengatasi kesulitan, jumlah upaya yang akan mereka keluarkan, dan
ketekunan mereka dalam menghadapi rintangan. Klien dengan self-efficacy (pengetahuan kerja,
keterampilan, waktu, stamina, nyali, dan sumber daya lainnya) yang lebih tinggi akan membuat
pilihan yang lebih berani, bergerak dari adaptasi menuju tujuan yang lebih substansial.
Cara-cara Mengembangkan Self-Efficacy:
1. Pastikan klien memiliki keterampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan tugas yang
diinginkan.
2. Berikan umpan balik yang berdasarkan kekurangan dalam kinerja, bukan pada kekurangan
dalam kepribadian klien.
3. Berikan umpan balik positif yang spesifik.
4. Motivasi klien untuk menantang diri sendiri dengan terlibat dalam tindakan yang membuahkan
hasil positif (jadikan kesuksesan sebagai penguat).
5. Bantu klien meningkatkan efikasi diri dengan belajar dari orang lain.
6. Dukung self-efficacy klien tanpa merendahkan. Dorongan dan dukungan harus disesuaikan
dengan setiap klien di setiap situasi. Komentar yang mendukung untuk satu klien mungkin
terdengar merendahkan bagi yang lain.
7. Bantu klien mengurangi rasa takut dan kecemasan.
Cek pemahaman:
a. Dalam upaya membantu klien untuk memiliki tujuan, jelaskan perbedaan antara kepatuhan
(compliance), penerimaan (buy-in), dan kepemilikan (ownership) dan berikan contohnya.
b. Jelaskan pengertian dari self-efficacy dan dua kondisi yang harus dipenuhi!
(Dikutip dari Parsloe dan Leedham, Tabel 2.1. Generic models of coaching and mentoring, hal. 32)
Tahap penetapan tujuan dalam konseling dapat dianalogikan dengan dengan Tahap II dalam
coaching yaitu Perencanaan tanggung jawab pribadi dan dalam mentoring yaitu Memberdayakan
regulasi diri dalam belajar. Coach dan mentors tidak bisa, dan tidak boleh, mencoba memaksakan
program pembelajaran. Peserta didik harus secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan,
meskipun beberapa kompromi antara program pembelajaran yang ideal dan apa yang secara
realistis dapat ditambahkan seringkali diperlukan.
Personal Learning Plan (PLP) yang sukses untuk konteks apa pun perlu menjawab pertanyaan kunci
berikut:
1. Apa yang ingin dicapai?
2. Bagaimana cara melakukannya?
3. Di mana itu akan dilakukan?
4. Kapan itu akan dimulai dan berakhir?
5. Bagaimana cara mengukurnya?
6. Siapa yang akan terlibat?
7. Siapa yang perlu menyetujui rencana tersebut?
PLP yang efektif harus fokus hanya pada satu atau dua tujuan pengembangan khusus dalam jangka
waktu yang relatif singkat, misalnya: tiga bulan ke depan. Tujuan pengembangan apa pun di PLP
harus SMART, yaitu Spesifik (Specific), Terukur (Measurable), Dapat Dicapai (Achievable), Relevan
(Relevant), dan memiliki Kerangka Waktu (Timeframed).
Pertemuan 10
Dalam Tahap III membahas tentang aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan
outcomes yang telah dirumuskan pada tahap II, yaitu menetapkan strategi dan merencanakan
tindakan (Baca Chapter 13 dan 14 (Egan, 2014)).
30 menit Closing pemberian kasus untuk diskusi Berdiskusi bersama tim dan
menuliskan hasil diskusi dalam format
2-5 slide ppt
Kasus yang menjadi tugas diskusi untuk dipresentasikan pada pertemuan/minggu ke-10:
Dino adalah mahasiswa semester 6 yang telah memiliki IPK 2,7. Di semester 6 ini Dino ingin
meningkatkan IPK-nya menjadi 3,0. Dino sebenarnya adalah anak yang cukup cerdas, namun
selama ini ia agak kesulitan dalam mengatur waktu karena ia kuliah sambil bekerja sebagai guru
les privat dan aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Seandainya kamu adalah academic advisor
dari Dino, langkah apa saja yang akan kamu lakukan (sesuai dengan Tahap II) untuk membantu
Dino menetapkan tujuan yang tepat?
Pertemuan/minggu ke-10
Aktivitas pembelajaran di dalam
Waktu Aktivitas belajar mandiri mahasiswa
kelas
200 menit Tutor Rancangan Roleplay Tahap II & Melakukan revisi dan melengkapi
III skenario sesuai hasil diskusi bersama
dosen tutor.
Pertemuan/minggu ke-12
Aktivitas pembelajaran di dalam
Waktu Aktivitas belajar mandiri mahasiswa
kelas
200 menit Tutor Rancangan Roleplay Tahap II & Melakukan revisi dan melengkapi
III skenario sesuai hasil diskusi bersama
dosen tutor.
Pertemuan ke-13 dan ke-14 merupakan pertemuan untuk melakukan evaluasi terhadap kemampuan
mahasiswa mempraktikkan sesi penetapan tujuan dan pemilihan strategi untuk
coaching/mentoring/counseling.
Persiapan yang diperlukan :
• Dalam kedua pertemuan ini dosen juga masuk semua dan menempati breakout room masing-
masing.
• Pasangan mahasiswa akan masuk ke breakout room bergantian.
• Durasi praktik roleplay setiap pasangan maksimal 30 menit (@15 menit untuk 1 mahasiswa).
Jadi setiap pertemuan akan ada sejumlah 24 mhs yang dievaluasi (12 pasang) untuk setiap
dosen.
• Mahasiswa bersama pasangan roleplay harus siap di pertemuan ke-13 karena siapa yang akan
dievaluasi baru ditentukan pada hari H.
• Mahasiswa yang belum mendapat giliran dapat berdiskusi dengan asisten untuk mempersiapkan
diri dan untuk yang sudah roleplay melakukan refleksi untuk revisi di sesi lanjutan.
Pertemuan/minggu ke-13
Aktivitas pembelajaran di dalam
Waktu Aktivitas belajar mandiri mahasiswa
kelas
200 menit Evaluasi RolePlay maksimum 30 menit Merefleksi Pengalaman Role Play
1 pasang di breakout (pembagian oleh Menyempurnakan Tugas
asisten, yang tidak ujian lisan berlatih
bersama asisten di main room → review
keterampilan dan tahap 1 by asisten)
Analisis Keterampilan dan proses
Pertemuan/minggu ke-14
Aktivitas pembelajaran di dalam
Waktu Aktivitas belajar mandiri mahasiswa
kelas
200 menit Evaluasi RolePlay maksimum 30 menit Merefleksi Pengalaman Role Play
1 pasang di breakout (pembagian oleh Menyempurnakan Tugas
asisten, yang tidak ujian lisan berlatih
bersama asisten di main room → review
keterampilan dan tahap 1 by asisten)
Analisis Keterampilan dan proses
Resume Materi
D. EVALUASI BELAJAR
Bentuk evaluasi belajar pada modul ketiga ini adalah praktik roleplay. Roleplay dilaksanakan
secara berpasangan secara bergantian (per sesi 15 menit, per pasang 30 menit), dan dievaluasi di
dalam kelas pada pertemuan 13 dan 14.
Rubrik penilaian ketepatan penetapan tujuan, strategi dan rencana tindakan penyelesaian masalah
menggunakan teori:
A B C D
A B C D
E. REFERENSI