Anda di halaman 1dari 12

MODUL KETIGA: PERTEMUAN 9, 10, 11, 12, 13, dan 14

POKOK BAHASAN: TAHAP PENETAPAN TUJUAN DAN STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Akhir pertemuan kesembilan hingga keempatbelas ini diharapkan mahasiswa mampu


mempraktikkan keterampilan komunikasi terapeutik dalam memfasilitasi klien untuk menetapkan
tujuan, strategi, dan rencana tindakan penyelesaian masalah terkait kebutuhan klien sesuai
dengan jenis intervensi yang dijalankan (coaching, mentoring, konseling) berdasarkan kode etik.
Oleh sebab itu, selama enam minggu mahasiswa akan belajar tentang keterampilan komunikasi
terapeutik, tahapan penetapan tujuan, tahapan pemilihan strategi, hingga menyusun rencana
tindakan penyelesaian masalah.
Tujuan pembelajaran ini tidak bisa dicapai hanya dengan mengandalkan kegiatan belajar tatap muka
di kelas. Mahasiswa perlu mempersiapkan diri secara mandiri sebelum mengikuti kelas maupun
setelah mengikuti kelas. Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh mahasiswa:
1. Membaca buku referensi: Chapter 11, 12, 13, 14 (Egan, 2014) dan Chapter 2 (Parsloe &
Leedham, 2009).
2. Mencatat hal-hal yang ingin ditanyakan dan diperdalam dalam proses diskusi di kelas (saat
bertemu dosen).
3. Melakukan cek pemahaman dengan menjawab pertanyaan panduan di bagian B
4. Mempersiapkan dan mengerjakan setiap tugas rancangan penetapan tujuan dan pemilihan
strategi untuk dibahas pada saat tutor.
5. Berlatih ketrampilan komunikasi bersama teman (pasangan) agar proses roleplay dapat berjalan
dengan lancar, sistematis, dan efektif.
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Tidak disarankan hanya mengandalkan teman untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran ini.
2. Kehadiran dan keaktifan di kelas selama modul pertama dan kedua akan membantu
mempercepat pemahaman dasar mahasiswa pada modul ketiga ini.
3. Praktik roleplay dilakukan dengan pasangan yang sama dengan waktu roleplay tahap
identifikasi masalah.

B. URAIAN SINGKAT MATERI BACAAN

Pertemuan 9
Tahap Penetapan Tujuan (Tahap II)

Dalam proses konseling, Tahap II terdiri atas tiga langkah (Tahap II-A, II-B, dan II-C) yang saling
terkait untuk membantu klien mengeksplorasi, merancang, dan mengembangkan masa depan yang
lebih baik (Baca Chapter 11 dan 12 (Egan, 2014)):
Tahap II-A (Mengelola Kemungkinan). Dalam membantu klien beralih dari masalah ke solusi,
konselor membantu klien mengembangkan harapan. Konselor memfasilitasi klien untuk
membayangkan: “Kemungkinan apa yang saya miliki untuk masa depan yang lebih baik?” “Apa saja
yang sebenarnya kuinginkan?” “Bagaimana masalah saya jika dikelola dengan baik?”
Tahap II-B (Tujuan, Hasil, dan Dampak). Konselor membantu klien menyusun agenda perubahan
yang layak di antara berbagai kemungkinan. Konselor memfasilitasi klien untuk membayangkan:
“Apa yang benar-benar saya inginkan dan butuhkan?” “Hasil-hasil seperti apa yang akan
menyelesaikan masalah saya?”
Tahap II-C (Komitmen). Konselor membantu klien menemukan insentif untuk berkomitmen pada
agenda perubahan mereka dengan memfasilitasi klien untuk memikirkan: “Apa yang bersedia saya
lakukan untuk apa yang saya inginkan?”

Tahap II-A: Membantu Klien Menemukan Kemungkinan untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Keterampilan yang dibutuhkan adalah:
1. Membantu klien fokus pada berbagai “kemungkinan diri” (“possible selves”), yaitu semua masa
depan yang bisa dibayangkan, sehingga dapat membebaskan imajinasi klien.
2. Membantu klien menstimulasi potensi kreatif mereka sendiri.
3. Membantu klien berpikir secara divergen (divergent thinking). Dalam proses konseling,
pemikiran divergen berarti “selalu ada lebih dari satu cara untuk mengelola masalah atau
mengembangkan peluang.”
4. Menggunakan brainstorming secara adaptif. Beberapa aturan untuk membantu keberhasilan
teknik ini, yaitu: menangguhkan penilaian, menghasilkan ide sebanyak mungkin, menggunakan
satu ide sebagai landasan untuk menstimulasi ide yang lain, menyingkirkan batasan normal
untuk berpikir, dan menghasilkan lebih banyak ide dengan mengklarifikasi ide-ide dalam daftar.
5. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berorientasi pada masa depan, seperti: “Akan
seperti apa situasi masalah ini jika Anda mengelolanya dengan lebih baik?” “Apa yang akan
Anda lakukan secara berbeda dengan orang-orang dalam hidup Anda?” “Seperti apa peluang
yang tidak terpakai jika Anda mengembangkannya?”, dan seterusnya.
6. Membantu klien meninjau contoh dan model peran sebagai sumber kemungkinan. Model dapat
ditemukan di mana saja: di antara kerabat klien, teman, kolega, di buku, di televisi, dalam
sejarah, dan di film. Konselor dapat membantu klien mengidentifikasi model, memilih dimensi
dari orang lain yang relevan, dan menerjemahkan apa yang mereka lihat menjadi kemungkinan
yang realistis untuk diri mereka sendiri.

Cek pemahaman:

a. Sebutkan ciri-ciri orang yang kreatif!


b. Sebutkan beberapa hambatan utama terhadap kreativitas!

Tahap II-B: Tujuan, Hasil, Dampak: Membantu Klien Bergerak dari Kemungkinan Menjadi Pilihan
Membantu klien menetapkan tujuan akan memberdayakan mereka dalam empat cara berikut:
1. Tujuan membantu klien memfokuskan perhatian mereka
2. Tujuan membantu klien memobilisasi energi mereka dan mengarahkan upaya mereka
3. Tujuan memberikan insentif bagi klien untuk mencari strategi untuk mencapainya
4. Tujuan yang jelas dan spesifik membantu klien meningkatkan kegigihan
Tujuan adalah pernyataan spesifik tentang apa yang diinginkan dan dibutuhkan klien. Tujuan yang
muncul melalui dialog antara konselor-klien ini akan lebih dapat dilaksanakan jika memiliki
karakteristik seperti di bawah ini:
1. Berupa hasil bukan aktivitas, mis.: Ingin meningkatkan IPK dari 2,7 menjadi 3,0 di semester 6.
2. Cukup spesifik untuk diverifikasi dan mendorong tindakan. Konselor sering kali perlu
membantu klien untuk beralih dari niat baik (good intentions) dan keinginan yang tidak jelas ke
tujuan yang luas (broad aims) dan selanjutnya ke tujuan yang cukup spesifik (specific goals).
Contoh: Mencapai IPK 3,0 di semester 6 cukup spesifik dan dapat dibuktikan serta mendorong
usaha-usaha tertentu untuk mencapainya.
3. Substantif (nyata) dan menantang. Tujuan memiliki substansi bila memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap penyelesaian masalah atau mengembangkan beberapa peluang.
4. Berani dan bijaksana, tapi bukan bermain aman (playing it safe).
5. Realistis dalam kaitannya dengan sumber daya internal dan eksternal yang diperlukan untuk
mencapainya.
6. Berkelanjutan selama jangka waktu yang wajar.
7. Fleksibel tanpa menjadi plin-plan. Fleksibilitas mengacu pada kemampuan klien untuk
mengubah tujuan sekaligus menjaga tujuan awal tetap utuh. Ini juga mengacu pada kemampuan
klien untuk mengubah taktik, ketika salah satu aktivitas terbukti tidak efektif atau tidak efisien.
8. Selaras dengan nilai-nilai klien. Nilai adalah kriteria yang digunakan untuk membuat keputusan.
Konselor dapat mengajak klien untuk memeriksa kembali nilai-nilai mereka, tetapi mereka tidak
boleh mendorong klien untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka.
9. Memiliki kerangka waktu yang masuk akal.

Cek pemahaman:

a. Bedakan apa yang dimaksud dengan niat baik (good intentions), tujuan yang luas (broad aims),
dan tujuan yang cukup spesifik (specific goals) dan berikan masing-masing contohnya!
b. Jelaskan dan beri contoh mengenai sumber daya dan kontrol dalam merumuskan tujuan yang
realistis!

Tahap II-C: Membantu Klien Berkomitmen untuk Mencapai Masa Depan yang Lebih Baik
Ada berbagai hal yang dapat dilakukan konselor untuk membantu klien dalam komitmen awal
mereka terhadap tujuan dan jenis tindakan yang merupakan tanda komitmen tersebut. Konselor
dapat membantu klien dengan membantu membuat tujuan yang menarik, meningkatkan rasa
kepemilikan, dan membantu menangani agenda saingan.
1. Bantu klien menetapkan tujuan yang bernilai lebih besar daripada sumber daya yang harus
dikeluarkan (pekerjaan, waktu, energi emosional).
2. Bantu klien menetapkan tujuan yang menarik (ada insentif untuk mengejarnya).
3. Bantu klien merangkul dan memiliki tujuan yang mereka tetapkan. Memilih tujuan yang
disarankan oleh orang lain memungkinkan klien untuk menyalahkan orang lain jika mereka gagal
mencapai tujuan. Selain itu, jika mereka hanya mengikuti nasihat orang lain, mereka sering gagal
untuk mengeksplorasi konsekuensi yang terjadi di jalan.
4. Bantu klien menghadapi agenda-agenda saingan (hal-hal lain dalam hidup klien yang
menghabiskan waktu dan energi, seperti pekerjaan, keluarga, dan kesenangan).
5. Bantu klien mengembangkan self-efficacy. Harapan orang-orang terhadap diri mereka sendiri
dan keyakinan dapat melakukan sangat berkaitan dengan kesediaan mereka untuk
mengerahkan upaya untuk mengatasi kesulitan, jumlah upaya yang akan mereka keluarkan, dan
ketekunan mereka dalam menghadapi rintangan. Klien dengan self-efficacy (pengetahuan kerja,
keterampilan, waktu, stamina, nyali, dan sumber daya lainnya) yang lebih tinggi akan membuat
pilihan yang lebih berani, bergerak dari adaptasi menuju tujuan yang lebih substansial.
Cara-cara Mengembangkan Self-Efficacy:
1. Pastikan klien memiliki keterampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan tugas yang
diinginkan.
2. Berikan umpan balik yang berdasarkan kekurangan dalam kinerja, bukan pada kekurangan
dalam kepribadian klien.
3. Berikan umpan balik positif yang spesifik.
4. Motivasi klien untuk menantang diri sendiri dengan terlibat dalam tindakan yang membuahkan
hasil positif (jadikan kesuksesan sebagai penguat).
5. Bantu klien meningkatkan efikasi diri dengan belajar dari orang lain.
6. Dukung self-efficacy klien tanpa merendahkan. Dorongan dan dukungan harus disesuaikan
dengan setiap klien di setiap situasi. Komentar yang mendukung untuk satu klien mungkin
terdengar merendahkan bagi yang lain.
7. Bantu klien mengurangi rasa takut dan kecemasan.
Cek pemahaman:

a. Dalam upaya membantu klien untuk memiliki tujuan, jelaskan perbedaan antara kepatuhan
(compliance), penerimaan (buy-in), dan kepemilikan (ownership) dan berikan contohnya.
b. Jelaskan pengertian dari self-efficacy dan dua kondisi yang harus dipenuhi!

Coaching dan Mentoring


Empat tahapan dari proses coaching-mentoring umum adalah:
Tahap Coaching Mentoring
I Menganalisis kesadaran akan kebutuhan, Mengonfirmasi Personal Learning Plan (PLP)
keinginan, dan diri
II Merencanakan tanggung jawab pribadi Memberdayakan regulasi diri dalam belajar
III Menerapkan menggunakan gaya, teknik, Memberi dukungan selama proses PLP
dan keterampilan
IV Mengevaluasi kesuksesan dan Membantu dalam mengevaluasi tentang
pembelajaran kesukesan yang diraih

(Dikutip dari Parsloe dan Leedham, Tabel 2.1. Generic models of coaching and mentoring, hal. 32)
Tahap penetapan tujuan dalam konseling dapat dianalogikan dengan dengan Tahap II dalam
coaching yaitu Perencanaan tanggung jawab pribadi dan dalam mentoring yaitu Memberdayakan
regulasi diri dalam belajar. Coach dan mentors tidak bisa, dan tidak boleh, mencoba memaksakan
program pembelajaran. Peserta didik harus secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan,
meskipun beberapa kompromi antara program pembelajaran yang ideal dan apa yang secara
realistis dapat ditambahkan seringkali diperlukan.
Personal Learning Plan (PLP) yang sukses untuk konteks apa pun perlu menjawab pertanyaan kunci
berikut:
1. Apa yang ingin dicapai?
2. Bagaimana cara melakukannya?
3. Di mana itu akan dilakukan?
4. Kapan itu akan dimulai dan berakhir?
5. Bagaimana cara mengukurnya?
6. Siapa yang akan terlibat?
7. Siapa yang perlu menyetujui rencana tersebut?
PLP yang efektif harus fokus hanya pada satu atau dua tujuan pengembangan khusus dalam jangka
waktu yang relatif singkat, misalnya: tiga bulan ke depan. Tujuan pengembangan apa pun di PLP
harus SMART, yaitu Spesifik (Specific), Terukur (Measurable), Dapat Dicapai (Achievable), Relevan
(Relevant), dan memiliki Kerangka Waktu (Timeframed).
Pertemuan 10
Dalam Tahap III membahas tentang aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan
outcomes yang telah dirumuskan pada tahap II, yaitu menetapkan strategi dan merencanakan
tindakan (Baca Chapter 13 dan 14 (Egan, 2014)).

Tujuan-tujuan dari tahap III


III-A: Membantu klien mengembangkan strategi-strategi yang memungkinkan untuk mewujudkan
tujuan-tujuan klien.
III-B: Membantu klien memilih strategi-strategi yang sesuai dengan keinginan dan sumber daya.
III-C: Membantu klien menurunkan strategi ke dalam rencana tindakan yang realistik

Tahap III-A: Membantu klien menemukan strategi-strategi untuk mewujudkan tujuan


1. Menggunakan brainstorming untuk menstimulasi cara berpikir klien
2. Menggunakan framework untuk menstimulasi cara berpikir klien tentang strategi → individu,
model, komunitas, tempat, sesuatu/objek, organisasi, program
Pertanyaan-pertanyaan untuk mengembangkan strategi
Beberapa pertanyaan berikut membantu klien untuk menanyakan pada dirinya sendiri untuk
menemukan cara untuk mewujudkan tujuan mereka
1. Sekarang saya tahu apa yang saya inginkan, lalu apa yang perlu saya lakukan untuk meraihnya?
2. Sekarang saya tahu tujuan saya, hal yang berbeda yang seperti apa yang membuat saya dapat
mencapainya?
3. Tindakan apa yang dapat mengantarkan saya meraih apa yang saya inginkan?
4. Bagaimana saya dapat memulainya? Apa yang harus saya lakukan selanjutnya?
Cek pemahaman:
a. Sebutkan tujuan dari tahap III?
b. Apa yang dapat dilakukan konselor dalam membantu klien menemukan strategi untuk
mewujudkan tujuan?
Tahap III-B: Membantu klien menemukan strategi yang paling sesuai
Pada tahap ini, klien berada dalam tahap mengambil keputusan. Setelah melakukan brainstorming
terkait dengan strategi-strategi, klien membutuhkan sesi untuk memilih strategi yang paling sesuai
dengan situasi, sumber daya, kepribadian, dan keinginannya, untuk mendapatkan perubahan yang
konstruktif.
Kriteria-kriteria untuk memilih strategi yang dapat mewujudkan tujuan
1. Spesifik
2. Efektif
3. Realistis
4. Sesuai dengan nilai-nilai klien
5. Paling tepat untuk keadaan saat itu
6. Sesuai dengan sumber daya klien
7. Efisien
8. Powerful
9. Memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan paling sedikit
Cara untuk Memilih Strategi
1. Strategy Sampling
Memilih strategi dengan cara mencoba strategi tersebut. Apabila tidak sesuai, berganti ke
strategi yang lain, dan seterusnya (trial error)
2. Balance Sheet Method: membantu klien untuk menentukan keuntungan dan kerugian dari
stratefi yang dipilihnya.
Keuntungan jika memilih strategi balance sheet method:
Keuntungan yang bisa diterima
a. Untuk klien
b. Untuk significant others
Keuntungan yang tidak bisa diterima
a. Untuk klien
b. Untuk significant others
Kerugian jika memilih strategi balance sheet method:
Kerugian yang bisa diterima
a. Untuk klien
b. Untuk significant others
Kerugian yang tidak bisa diterima
a. Untuk klien
b. Untuk significant others
Hambatan dalam Memilih Strategi
1. Wishful Thinking → memilih tanpa pertimbangan mendalam sehingga seakan-akan klien
berupaya keras namun tidak ada hasil.
2. Playing it safe →hanya berani memilih strategi dengan risiko yang kecil, tanpa
mempertimbangkan aspek lain.
3. Avoiding the worst outcome → meminimalkan risiko tanpa tahu persis apa risiko sebenarnya.
4. Striking A Balance → ideal ini susah diperoleh.
Cek pemahaman:
a. Sebutkan cara untuk memilih strategi dan jelaskan!
b. Mengapa striking a balance, menjadi strategi yang sulit untuk diperoleh?

Tahap III-C: Membantu Klien Memformulasikan Rencana


Beberapa manfaat dari rencana:
1. Membantu klien mengembangkan kedisiplinan
2. Mebantu klien untuk tidak sampai kewalahan (tidak terbebani)
3. Membantu klien untuk menemukan cara yang lebih bermanfaat untuk mewujudkan tujuan
4. Menyediakan kesempatan untuk mengevaluasi keakuratan dan realistis tidaknya dari strategi
yang sudah disusun
5. Membantu klien untuk aware dengan sumber daya yang diperlukan untuk mengimplemetasikan
strategi
6. Membantu klien untuk mengantisipasi kendala yang mungkin muncul dalam rangka
mewujudkan tujuan
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan untuk membuat rencana
1. Sudah spesifikkah tindakan yang saya susun?
2. Bagaimana urutan dari tindakan yang harus saya lakukan untuk mencapai tujuan saya?
3. Tindakan apa yang paling penting?
4. Seberapa penting keurutan tindakan yang harus dilakukan?
5. Bagaimana batasan waktu dari tiap-tiap tindakan?
6. Tahapan dari program yang manakah yang membutuhkan sub tahapan?
7. Bagaimana saya dapat membuat rencana saya menjadi fleksibel?
8. Dapatkah saya mendapatkan dukungan sosial yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan
rencana tersebut?
Cara menyusun rencana
1. Rencana dapat disusun secara formal, informal disesuaikan dengan gaya klien
2. Konselor memberikan tawaran sketsa rencana yang kemudian bersama klien dilengkapi detilnya
3. Menggunakan rencana dari program-program yang sudah siap pakai
Tahap Implementasi
Cara Mengimplementasikan Rencana Tindakan secara Efektif
• Membantu klien mengatasi prokrastinasi
• Membantu klien menghindari tindakan
• Membantu klien mengidentifikasi kemungkinan kendala/hambatan dan sumberdaya dalam
mengimplementasikan rencana
• Membantu klien untuk menemukan insentif dan reward untuk mempertahankan tindakan
• Membantu klien mengembangkan perilakunya untuk fokus pada tujuan dengan menggunakan
self contract
Beberapa Hambatan Klien untuk Berubah
• Client Inertia → menolak untuk memulai (pasivitas, ketidakberdayaan, self talk yg salah,
lingkaran “setan”, disorganisasi)
• Entropy → Kecenderungan untuk menyerah sesuatu yg baru saja dimulai (self regulatory failure)
• Memilih untuk tidak berubah
Cek pemahaman:
a. Jelaskan manfaat dari klien perlu dibantu untuk menyusun rencana!
b. Apa yang menghambat klien untuk berubah, walaupun sudah menyusun rencana?
Coaching dan Mentoring
Tahap penetapan strategi dan perencanaan tindakan beserta implementasi tindakan dalam konseling
dapat dianalogikan dengan dengan Tahap 3 dan 4 dalam coaching, yaitu Penerapan dalam
menggunakan gaya, teknik, dan keterampilan, Evaluasi kesuksesan dan pembelajaran, sedangkan
dalam mentoring, yaitu Pemberian dukungan selama proses Personal Learning Plan (PLP) dan
Pemberian bantuan untuk mengevaluasi tentang kesuksesan yang yang telah diraih (Tabel 2.1. dalam
Parsloe dan Leedham, 2009). Oleh karena itu, dapat terlihat perbedaan peran antara konselor, coach,
dan mentor ketika mengaplikasikan tahap 3 dan 4 kepada peserta didik yang didampingi.
Pertemuan 11 & 12 (Menyusun rancangan sesi kedua dan ketiga)
Pertemuan 13 & 14 (Praktik & Evaluasi)

C. RANCANGAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN


Pertemuan/minggu ke-9
Aktivitas pembelajaran di dalam
Waktu Aktivitas belajar mandiri mahasiswa
kelas
20 menit Review hasil pembelajaran modul Mempersiapkan diri dengan membaca
kedua dalam bentuk tanya jawab lisan Chapter 11-12 dari buku Egan (2014)

150 menit Ceramah oleh dosen: Mempersiapkan pertanyaan untuk


Penjelasan Tahap II didiskusikan dari hasil menyimak
Latihan Keterampilan Perumusan ceramah dan bacaan Egan (2014)
Tujuan

30 menit Closing pemberian kasus untuk diskusi Berdiskusi bersama tim dan
menuliskan hasil diskusi dalam format
2-5 slide ppt

Kasus yang menjadi tugas diskusi untuk dipresentasikan pada pertemuan/minggu ke-10:

Dino adalah mahasiswa semester 6 yang telah memiliki IPK 2,7. Di semester 6 ini Dino ingin
meningkatkan IPK-nya menjadi 3,0. Dino sebenarnya adalah anak yang cukup cerdas, namun
selama ini ia agak kesulitan dalam mengatur waktu karena ia kuliah sambil bekerja sebagai guru
les privat dan aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Seandainya kamu adalah academic advisor
dari Dino, langkah apa saja yang akan kamu lakukan (sesuai dengan Tahap II) untuk membantu
Dino menetapkan tujuan yang tepat?
Pertemuan/minggu ke-10
Aktivitas pembelajaran di dalam
Waktu Aktivitas belajar mandiri mahasiswa
kelas

40 menit Review hasil pertemuan ke-9 Mempersiapkan diri dengan membaca


Pembahasan kasus hasil diskusi Chapter 13-14 dari buku Egan 2014)
mahasiswa

150 menit Ceramah oleh dosen: Berdiskusi dengan tim untuk


Penjelasan Tahap III memahami tahap II & III dan
Penjelasan Metode Intervensi menyusun skenario rancangan sesi
Latihan Keterampilan Penetapan
Strategi & Rencana Tindakan

10 menit Closing oleh dosen dengan


menyimpulkan hasil latihan secara garis
besar.

Persiapan Pelaksanaan Tutor :


• Pada pertemuan ke-11 dan ke-12, semua dosen masuk pada jam kuliah, sehingga asisten
menyiapkan breakout room untuk masing-masing dosen, dan memasukkan pasangan
mahasiswa secara bergantian ke dalam kelompok tutor masing-masing.
• Pasangan mahasiswa mendapat kesempatan tutor di setiap pertemuan. Jadi melalui
pertemuan ke-11 dan ke-12, setiap mahasiswa mendapat dua kali tutor.
• Pasangan mahasiswa yang belum mendapat giliran tutor menunggu di main room dan
memanfaatkan waktu untuk bertanya dan menyempurnakan rancangan tutor dengan asisten.
• Durasi untuk tutor setiap pasangan mahasiswa maksimal 20 menit
• Pada pertemuan ke-12, mahasiswa menunjukkan hasil revisi rancangan sesuai masukan dosen
di pertemuan ke-11.

Pertemuan/minggu ke-11 (Tutor Rancangan Tahap II dan III)


Aktivitas pembelajaran di dalam
Waktu Aktivitas belajar mandiri mahasiswa
kelas

200 menit Tutor Rancangan Roleplay Tahap II & Melakukan revisi dan melengkapi
III skenario sesuai hasil diskusi bersama
dosen tutor.

Pertemuan/minggu ke-12
Aktivitas pembelajaran di dalam
Waktu Aktivitas belajar mandiri mahasiswa
kelas

200 menit Tutor Rancangan Roleplay Tahap II & Melakukan revisi dan melengkapi
III skenario sesuai hasil diskusi bersama
dosen tutor.
Pertemuan ke-13 dan ke-14 merupakan pertemuan untuk melakukan evaluasi terhadap kemampuan
mahasiswa mempraktikkan sesi penetapan tujuan dan pemilihan strategi untuk
coaching/mentoring/counseling.
Persiapan yang diperlukan :
• Dalam kedua pertemuan ini dosen juga masuk semua dan menempati breakout room masing-
masing.
• Pasangan mahasiswa akan masuk ke breakout room bergantian.
• Durasi praktik roleplay setiap pasangan maksimal 30 menit (@15 menit untuk 1 mahasiswa).
Jadi setiap pertemuan akan ada sejumlah 24 mhs yang dievaluasi (12 pasang) untuk setiap
dosen.
• Mahasiswa bersama pasangan roleplay harus siap di pertemuan ke-13 karena siapa yang akan
dievaluasi baru ditentukan pada hari H.
• Mahasiswa yang belum mendapat giliran dapat berdiskusi dengan asisten untuk mempersiapkan
diri dan untuk yang sudah roleplay melakukan refleksi untuk revisi di sesi lanjutan.

Pertemuan/minggu ke-13
Aktivitas pembelajaran di dalam
Waktu Aktivitas belajar mandiri mahasiswa
kelas

200 menit Evaluasi RolePlay maksimum 30 menit Merefleksi Pengalaman Role Play
1 pasang di breakout (pembagian oleh Menyempurnakan Tugas
asisten, yang tidak ujian lisan berlatih
bersama asisten di main room → review
keterampilan dan tahap 1 by asisten)
Analisis Keterampilan dan proses

Pertemuan/minggu ke-14
Aktivitas pembelajaran di dalam
Waktu Aktivitas belajar mandiri mahasiswa
kelas
200 menit Evaluasi RolePlay maksimum 30 menit Merefleksi Pengalaman Role Play
1 pasang di breakout (pembagian oleh Menyempurnakan Tugas
asisten, yang tidak ujian lisan berlatih
bersama asisten di main room → review
keterampilan dan tahap 1 by asisten)
Analisis Keterampilan dan proses
Resume Materi

D. EVALUASI BELAJAR

Bentuk evaluasi belajar pada modul ketiga ini adalah praktik roleplay. Roleplay dilaksanakan
secara berpasangan secara bergantian (per sesi 15 menit, per pasang 30 menit), dan dievaluasi di
dalam kelas pada pertemuan 13 dan 14.
Rubrik penilaian ketepatan penetapan tujuan, strategi dan rencana tindakan penyelesaian masalah
menggunakan teori:

A B C D

Berhasil menggali Berhasil menggali data Berhasil menetapkan Tidak berhasil


data secara lengkap secara lengkap untuk tujuan, namun belum menetapkan tujuan.
untuk menetapkan menetapkan tujuan, sampai mendiskusikan
tujuan, strategi dan strategi dan rencana strategi dan rencana
rencana tindakan tindakan penyelesaian tindakan penyelesaian
penyelesaian masalah yang tepat masalah.
masalah yang tepat (sesuai kebutuhan
(sesuai kebutuhan klien).
dan sumber daya
klien/achievable).

Rubrik penilaian kedalaman analisis proses:

A B C D

Pemaknaan proses Pemaknaan proses Mengidentifikasi Curhat masalah


belajar, bisa belajar, bisa faktor penyebab teknis belajar, hanya
mengidentifikasi mengidentifikasi hambatan proses dari deskriptif proses.
keterampilan diri penyebab hambatan eksternal (dosen, 1 halaman
yang perlu proses dari internal teman, sumber buku,
dikembangkan lebih dan eksternal. proses tutorial,
lanjut dan ada 2 halaman asisten, dll)
rencana 1 halaman
pengembangan diri.
2 halaman

E. REFERENSI

1. Egan, Gerard. (2014). The Skilled Helper: A Problem-Management and Opportunity-


Development Approach to Helping (10th ed.). USA: Brooks/Cole.
2. Parsloe, E. & Leedham, M., (2009). Coaching & Mentoring (2nd ed). London & Philadephia:
Kogan Page.
3. Holiday, M. (2001). Coaching , Mentoring & Managing. Book-mart Press.

Anda mungkin juga menyukai