Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN YURIDIS TEMBAK MATI DITEMPAT OLEH BADAN

NARKOTIKA NASIONAL TERHADAP


PELAKU PENGEDAR NARKOTIKA

PENELITIAN ILMIAH

Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Hukum

Diberikan Oleh :

Dra. Tri Handayani, M.Hum

Disusun Oleh:

AGUSTHA FLORA JUNIOR INDEY

2022021014046

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat,anugerah kesehatan dan kekuatan sehingga kami bisa membuat dan menyelesaikan
karya ilmiah tentang “Tinjauan Yuridis Tembak Mati Ditempat oleh Badan Narkotika
Nasional terhadap Pelaku Pengedar Narkotika”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik yang membangun dari Ibu dosen agar kami dapat
memperbaiki karya ilmiah ini.

Jayapura,...Juni 2023

Penulis

Agustha Flora Junior


Indey
20221014046
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang merupakan masalah serius yang


dihadapi oleh banyak negara di seluruh dunia. Indonesia tidak terkecuali, di mana peredaran
dan penyalahgunaan narkotika menjadi ancaman nyata bagi masyarakat. Dalam upaya
memerangi peredaran narkotika, Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga penegak
hukum di Indonesia memiliki peran penting.

Dalam beberapa tahun terakhir, BNN telah mengambil langkah tegas untuk memberantas
peredaran narkotika di negara ini. Salah satu sanksi yang digunakan oleh BNN adalah
penerapan hukuman mati atau tembak mati ditempat terhadap pelaku pengedar narkotika
yang terbukti bersalah. Keputusan ini telah menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat
dan komunitas internasional.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa penerapan hukuman mati terhadap pelaku pengedar
narkotika belum memberikan dampak signifikan dalam memberantas peredaran narkotika.
Selain itu, terdapat beberapa permasalahan hukum dan etika yang muncul seiring dengan
penerapan hukuman mati tersebut. Beberapa pertanyaan mendasar perlu diajukan, antara lain
apakah penerapan hukuman mati efektif dalam memberantas peredaran narkotika. Apakah
penerapan hukuman mati sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hak asasi manusia.

Makalah ini akan melakukan tinjauan yuridis terhadap penerapan tembak mati ditempat oleh
Badan Narkotika Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika. Tinjauan ini akan mencakup
aspek hukum, keadilan, dan hak asasi manusia yang terkait dengan penerapan hukuman mati
tersebut. Dengan demikian, makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif tentang efektivitas dan implikasi hukum dari penerapan tembak mati ditempat
oleh BNN dalam upaya memberantas peredaran narkotika di Indonesia

B. PERMASALAHAN

 Pelaksanaan Hukuman Mati


 Keadilan Dan Akuntabilitas
 Alternatif Penegakan Hukum
 Keefektifan Penindakan

 Pengaturan Hukum
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Hukuman Mati

Pelaksanaan hukuman mati merupakan topik yang kontroversial dan menimbulkan banyak
perdebatan di seluruh dunia. Berikut adalah beberapa poin yang dapat dipertimbangkan
dalam pembahasan mengenai pelaksanaan hukuman mati:

1. Etika dan HAM:

Salah satu argumen utama melawan hukuman mati adalah bahwa hal itu melanggar hak asasi
manusia (HAM), seperti hak atas kehidupan dan hak untuk tidak dikenakan perlakuan kejam,
tidak manusiawi, atau merendahkan martabat. Beberapa orang berpendapat bahwa setiap
individu memiliki hak untuk hidup, bahkan jika mereka telah melakukan kejahatan yang
sangat serius.

2. Efektivitas sebagai hukuman:

Meskipun hukuman mati bisa dianggap sebagai bentuk balasan yang setimpal terhadap
kejahatan yang sangat serius, ada perdebatan tentang efektivitasnya dalam mencapai tujuan
tertentu.

3. Kesalahan dalam sistem peradilan:

Salah satu argumen yang kuat melawan hukuman mati adalah risiko melaksanakan hukuman
kepada orang yang tidak bersalah. Sistem peradilan tidak sempurna, dan ada kemungkinan
adanya kesalahan dalam proses pengadilan yang dapat mengakibatkan eksekusi orang yang
tidak bersalah. Beberapa kasus di masa lalu telah membuktikan bahwa orang yang telah
dieksekusi ternyata tidak bersalah.

4. Perlakuan tidak manusiawi:


Pelaksanaan hukuman mati seringkali melibatkan metode eksekusi yang dianggap sebagai
perlakuan yang tidak manusiawi. Beberapa metode, seperti hukuman mati dengan suntikan
mematikan, bisa menimbulkan penderitaan fisik yang tidak perlu.

5. Perspektif rehabilitasi:

Beberapa negara menganggap hukuman mati sebagai tindakan yang bertentangan dengan
tujuan rehabilitasi dalam sistem peradilan pidana. Mereka berpendapat bahwa fokus haruslah
pada upaya mengubah perilaku pelaku kejahatan agar dapat kembali menjadi anggota
masyarakat yang berguna.

B. Keadilan Dan Akuntabilitas

Tinjauan yuridis terhadap hukuman mati yang diberlakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)
terhadap pelaku pengedar narkotika akan melibatkan pertimbangan keadilan dan akuntabilitas dalam
konteks hukum dan penegakan hukum narkotika. Berikut adalah beberapa poin yang dapat dibahas:

1. Keadilan dalam proses hukum:

Penting untuk memastikan bahwa proses hukum yang melibatkan hukuman mati terhadap pelaku
pengedar narkotika dilakukan secara adil. Ini mencakup hak-hak pelaku, seperti hak atas pembelaan
yang layak, proses pengadilan yang objektif dan netral, akses terhadap bukti yang relevan, dan
perlakuan yang manusiawi. Penting juga untuk memastikan bahwa hukuman mati tidak diterapkan
secara sewenang-wenang atau diskriminatif.

2. Prinsip akuntabilitas:

BNN sebagai lembaga penegak hukum bertanggung jawab untuk memberantas peredaran narkotika
yang merusak masyarakat. Namun, dalam menjalankan tugasnya, BNN juga harus bertanggung jawab
secara akuntabel. Ini berarti mereka harus bertindak sesuai dengan undang-undang yang berlaku,
mengikuti prosedur yang ditetapkan, dan menjalankan tugas mereka dengan integritas. Mereka juga
harus memastikan bahwa ada mekanisme pengawasan yang efektif untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan atau pelanggaran hak asasi manusia.

3. Penggunaan hukuman mati:


Penggunaan hukuman mati sebagai hukuman terhadap pelaku pengedar narkotika adalah topik yang
kontroversial. Beberapa pendukungnya berpendapat bahwa hukuman mati merupakan hukuman
setimpal terhadap kejahatan yang serius dan dapat menjadi sinyal keras untuk mencegah peredaran
narkotika. Namun, ada juga pendapat bahwa hukuman mati melanggar hak asasi manusia dan bahwa
tindakan lain, seperti rehabilitasi atau hukuman seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat, dapat
menjadi alternatif yang lebih manusiawi.

4. Pembuktian dan presumsi tak bersalah:

Dalam kasus pelaku pengedar narkotika, penting untuk memastikan bahwa pembuktian yang kuat
dilakukan untuk membuktikan kesalahan mereka. Prinsip prasangka tak bersalah harus tetap
dihormati, dan beban pembuktian harus jatuh pada pihak yang menuduh. Selain itu, penting juga
untuk mencegah penggunaan bukti yang diperoleh dengan cara yang melanggar hak-hak individu atau
metode penyelidikan yang tidak adil.

5. Dampak sosial dan efektivitas:

Selain pertimbangan hukum, juga perlu dipertimbangkan dampak sosial dari penerapan hukuman
mati terhadap pelaku pengedar narkotika.

C. Alternatif Penegakan Hukum


Penegakan hukum alternatif yang dapat dipertimbangkan dalam konteks tinjauan yuridis terhadap
hukuman mati yang diberlakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) terhadap pelaku pengedar
narkotika adalah sebagai berikut:

1. Hukuman penjara jangka panjang:


Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah memberlakukan hukuman penjara jangka
panjang tanpa pembebasan bersyarat bagi pelaku pengedar narkotika. Hukuman ini akan memberikan
peluang rehabilitasi bagi pelaku untuk mengubah perilaku mereka dan membantu mereka kembali
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Sistem hukuman penjara jangka panjang yang efektif
harus didukung dengan program rehabilitasi yang memadai.

2. Pendekatan rehabilitasi:
Fokus pada rehabilitasi pelaku pengedar narkotika dapat menjadi alternatif yang lebih manusiawi dan
efektif. Melalui pendekatan rehabilitasi, pelaku diberikan kesempatan untuk mendapatkan perawatan
medis, psikologis, dan sosial yang dibutuhkan untuk mengatasi ketergantungan narkotika dan kembali
ke masyarakat tanpa melibatkan aktivitas kriminal. Pendekatan ini juga dapat memberikan harapan
bagi mereka untuk mengubah perilaku mereka dan menjalani kehidupan yang lebih baik di masa
depan.

3. Hukuman tambahan dan pengendalian:


Selain hukuman penjara, alternatif lain adalah memberlakukan hukuman tambahan dan pengendalian
yang ketat terhadap pelaku pengedar narkotika. Ini dapat mencakup pengawasan ketat, pembebasan
bersyarat yang ketat, pelatihan atau pendidikan dalam penjara, atau pembatasan aktivitas sosial
tertentu. Tujuannya adalah untuk melindungi masyarakat dari bahaya peredaran narkotika dan
memberikan dorongan bagi pelaku untuk mengubah perilaku mereka.

4. Pemberdayaan masyarakat dan pendekatan pencegahan:


Selain penegakan hukum terhadap pelaku pengedar narkotika, alternatif yang penting adalah
meningkatkan upaya pencegahan dan pemberdayaan masyarakat. Ini melibatkan pendekatan yang
lebih holistik dalam menangani masalah narkotika, termasuk edukasi yang komprehensif tentang
bahaya narkotika, dukungan untuk rehabilitasi dan reintegrasi pelaku narkotika, serta memperkuat
faktor protektif dalam masyarakat yang dapat mengurangi risiko penyalahgunaan narkotika.

Penting untuk mencatat bahwa alternatif penegakan hukum ini harus didukung oleh kebijakan yang
komprehensif, sumber daya yang memadai, dan kerjasama antara berbagai lembaga terkait, termasuk
BNN, sistem peradilan pidana, dan lembaga rehabilitasi.

D. Keefektifan Penindakan Hukum


Keefektifan penindakan hukum terkait tinjauan yuridis terhadap hukuman mati yang diberlakukan
oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) terhadap pelaku pengedar narkotika dapat dibahas dari
beberapa aspek:

1. Deterrence (pencegahan):
Hukuman mati yang diberlakukan terhadap pelaku pengedar narkotika dapat dianggap sebagai upaya
untuk menciptakan efek jera dan mencegah penyebaran narkotika. Namun, keefektifan pencegahan
hukuman mati dalam mengurangi peredaran narkotika masih diperdebatkan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa faktor lain, seperti upaya pencegahan, pendidikan, dan rehabilitasi, lebih efektif
dalam mengurangi peredaran narkotika daripada hukuman mati.

2. Kepatuhan hukum:
Penindakan hukum yang konsisten dan tegas terhadap pelaku pengedar narkotika dapat menciptakan
kesadaran akan konsekuensi hukum yang serius dan mempengaruhi tingkat kepatuhan terhadap
undang-undang narkotika. Namun, keefektifan ini juga bergantung pada upaya penegakan hukum
yang efisien, termasuk penyelidikan yang cermat, pengumpulan bukti yang kuat, dan proses
pengadilan yang adil.

3. Persepsi masyarakat:
Efektivitas penindakan hukum juga terkait dengan persepsi masyarakat terhadap keadilan dan
efisiensi sistem peradilan pidana. Jika masyarakat memiliki keyakinan kuat bahwa hukum ditegakkan
dengan adil dan efektif, ini dapat berkontribusi pada efektivitas penindakan hukum dalam mengurangi
peredaran narkotika. Namun, jika terdapat kekurangan dalam sistem peradilan yang melibatkan
pelanggaran hak asasi manusia, korupsi, atau ketidakefektifan dalam penegakan hukum, hal ini dapat
mengurangi efektivitas penindakan hukum secara keseluruhan.

4. Faktor sosial-ekonomi:
Efektivitas penindakan hukum juga terkait dengan faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi
peredaran narkotika. Ketidaksetaraan sosial-ekonomi, tingkat kemiskinan, dan kurangnya akses
terhadap kesempatan hidup yang layak dapat menjadi faktor pendorong bagi pelaku pengedar
narkotika. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan penindakan hukum yang efektif harus didukung
oleh kebijakan yang melibatkan pengurangan ketimpangan sosial dan ekonomi, serta upaya
pemulihan dan reintegrasi sosial bagi mantan pelaku narkotika.

Penting untuk dicatat bahwa tinjauan yuridis dan penindakan hukum terhadap hukuman mati dan
pelaku pengedar narkotika terus menjadi topik yang diperdebatkan di berbagai negara. Efektivitas
penindakan hukum harus selalu dinilai dan dievaluasi secara objektif.

E. Pengaturan Hukum

Pengaturan hukum mengenai tinjauan yuridis terhadap hukuman mati yang diberlakukan oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN) terhadap pelaku pengedar narkotika akan berbeda-beda tergantung pada
yurisdiksi atau negara yang bersangkutan. Di bawah ini adalah beberapa contoh pengaturan hukum
yang dapat ditemui:

1.Konstitusi dan Undang-Undang:

Konstitusi sebuah negara dapat memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia, termasuk hak
atas kehidupan. Undang-undang pidana dan undang-undang narkotika di negara tersebut akan
mengatur jenis-jenis kejahatan terkait narkotika dan hukumannya, termasuk hukuman mati.
Pengaturan ini dapat mencakup syarat-syarat, prosedur, dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk
menjatuhkan hukuman mati kepada pelaku pengedar narkotika.

2. Peraturan dan Kebijakan BNN:

Badan Narkotika Nasional (BNN) biasanya memiliki peraturan dan kebijakan internal yang mengatur
penanganan kasus-kasus narkotika, termasuk penggunaan hukuman mati terhadap pelaku pengedar
narkotika. Hal ini meliputi prosedur penyidikan, penangkapan, pengumpulan bukti, dan proses
pengadilan yang terkait dengan tindak pidana narkotika.

3. Putusan Pengadilan:

Putusan pengadilan yang telah diberikan dalam kasus-kasus sebelumnya juga dapat menjadi bagian
dari pengaturan hukum yang mengarah pada tinjauan yuridis terhadap hukuman mati. Putusan-
putusan ini akan memberikan interpretasi hukum dan menjelaskan kriteria-kriteria yang digunakan
oleh pengadilan dalam menjatuhkan hukuman mati terhadap pelaku pengedar narkotika.

4. Hukum Internasional:

Banyak negara juga terikat oleh perjanjian internasional yang melarang atau membatasi penggunaan
hukuman mati, seperti Konvensi Anti-Penyiksaan atau Protokol Opsional tentang Penghapusan
Hukuman Mati. Pengaturan hukum ini akan mempengaruhi apakah hukuman mati dapat diberlakukan
oleh Badan Narkotika Nasional dalam konteks peredaran narkotika.

Pengaturan hukum terkait tinjauan yuridis terhadap hukuman mati terhadap pelaku pengedar
narkotika dapat sangat bervariasi di setiap negara. Hal ini penting untuk memperhatikan perbedaan
dalam hukum dan kebijakan masing-masing yurisdiksi dalam mengatasi isu ini.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tinjauan yuridis terhadap hukuman mati yang diberlakukan oleh Badan Narkotika Nasional terhadap
pelaku pengedar narkotika melibatkan pertimbangan keadilan dan akuntabilitas dalam penegakan
hukum.Keadilan dalam proses hukum harus dipastikan, termasuk hak-hak pelaku, proses pengadilan
yang adil, dan perlakuan yang manusiawi. Hukuman mati tidak boleh diterapkan secara sewenang-
wenang atau diskriminatif.

Prinsip akuntabilitas penting untuk dipatuhi oleh Badan Narkotika Nasional, termasuk tindakan sesuai
dengan undang-undang, integritas, dan mekanisme pengawasan yang efektif untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan atau pelanggaran hak asasi manusia.Alternatif penegakan hukum yang
dapat dipertimbangkan meliputi hukuman penjara jangka panjang, pendekatan rehabilitasi, hukuman
tambahan dan pengendalian, serta pemberdayaan masyarakat dan pendekatan pencegahan.

Efektivitas penindakan hukum terhadap hukuman mati dan pelaku pengedar narkotika dapat
dipengaruhi oleh faktor seperti efektivitas pencegahan, kepatuhan hukum, persepsi masyarakat, dan
faktor sosial-ekonomi.

Pengaturan hukum terkait tinjauan yuridis terhadap hukuman mati melibatkan konstitusi, undang-
undang, peraturan BNN, putusan pengadilan, dan hukum internasional yang berlaku.Penting untuk
terus melakukan diskusi dan evaluasi yang mendalam mengenai isu ini untuk mencapai kesepakatan
yang adil dan efektif dalam penegakan hukum terhadap pelaku pengedar narkotika.
DAFTAR PUSTAKA

1. BNN.GO.ID

2.Amnesty International. (2021). Death Sentences and Executions 2020. Tersedia di:
https://www.amnesty.org/download/Documents/ACT5035702021ENGLISH.PDF

3.https://www.dw.com/id/kejahatan-narkotika-mendominasi-hukuman-mati-di-indonesia/a-61915930

Anda mungkin juga menyukai