Anda di halaman 1dari 9

Pemikiran Ekonomi Islam As Syaibani

Makalah

Oleh :
Ahmad Ibrahim
1285082001

PROGRAM MAGISTER
EKONOMI SYARIAH
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2021
BIODATA MAHASISWA

Nama : Ahamad Ibrahim


Nim : 1285082001
TTL : Kediri, 14-08-97
Alamat : Perum Wisma Asri B 10 Kec Pesantren Kota
Kediri
Email : ahd.ibrahim97@gmail.com
No WA : 085755256788
Pekerjaan : Swasta
Pemikiran Ekonomi Islam As Syaibani
Oleh : Ahmad Ibrahim1

A. Biografi As Syaibani
Abu Abdillah Muhammad bin al-Hasan bin Farqad As-Syaibani lahir pada tahun
132 H (750 M) di kota Wasith, ibukota Irak pada masa akhir pemerintahan Bani
Umawiyyah, ayahnya berasal dari negeri Syaibani diwilayah jazirah Arab. Bersama
orang tuanya, As Syaibani pindah ke kota Kufah yang ketika itu merupakan salah satu
pusat kegiatan ilmiah. Di kota tersebut, ia belajar fiqih, sastra, bahasa dan hadits kepada
para ulama’ setempat, seperti Mus’ar bin Kadam, Sufyan Tsauri, Umar bin Dzar, dan
Malik bin Maghul. Pada periode ini pula, al-Shaibani yang baru berusia 14 tahun
berguru kepada Abu Hanifah selama 4 tahun, yakni hingga Abu Hanifah meninggal
dunia. Setelah itu, ia berguru pada Abu Yusuf, salah seorang murid terkemuka dan
pengganti Abu Hanifah, hingga keduanya tercatat sebagai penyebar mazhab Hanafi2
Dalam pengembaraan akademiknya, As-Syaibani pernah beljar fikih, sastra,
Bahasa, dan hadis kepada para ulama di kota Kufah. Saat usia 14 tahun (selama 4 tahun)
As Syaibani sempat menjadi murid salah satu imam mazhab, yaitu Imam Hanafi.
Setelah berguru dengan Imam Hanafi, As Syaibani berguru kepada Abu Yusuf yang
merupakan salah seorang murid terkemuka dan pengganti Imam Hanafi, hingga
keduanya tercatat sebagai penyebar mazhab Hanafi. Bersama-sama deangan Abu Yusuf,
mereka berdua disebut dua orang sahabat dan dua orang murid. Bahkan, kedua ulama
ini sering pula disebut dengan “sayap” bagi Mazhab Hanafi.3

B. Pemikiran As Syaibani
As-Syaibani merupakan salah seorang tokoh islam yang punya dampak cukup
besar terhadap perkembangan ekonomi islam, bahkan Al-Janidal menyatakan bahwa Al
Syaibani merupakan salah seorang perintis ilmu ekonomi dalam Islam. Sebagai bukti
tentang produktivitas kerja dapat kita lihat dari pemikiran-pemikiran ekonomi yang
beliau cetuskan yakni4 :
1. Al Kasb

1
Ahmad Ibrahim, 14 Agustus 1997, menyelesaikan pendidikan S-1 di IAIN Tulungagung
2
Ulum, Fahrur, Sejatah Pemikiran Ekonomi Islam, ( UIN Sunan Ampel ; Surabaya, T.T ) Hal 100
3
Janwari, Yadi, Pemikiran Ekonomi Islam (PT Remaja Rosdakarya, Bandung; 2016 ) Hal 128
4
Riyansyah dan Arifin Lubis, Pemikiran Ekonimi Islam Al-Syaibani Tentang Aktivitas Produksi
( Aghniya Jurnal Ekonomi Islam. Volume 3, Nomor 1, Juni 2021, ISSN 2656-5633, Hal 27-28
Dalam pembahasan ekonomi dalam Al – Kasb, As – Syaibani memulainya
denga memberikan definisi tentang kasb (kerja) itu sendiri. Kasb merupakan
usaha untuk mencari perolehan harta dengan berbagai cara yang halal. Kerja
dalam kerangka mikro merupakan bagian dari aktivitas produksi.5 Dalam Islam
tidak semua aktifitas yang menghasilkan barang atau jasa disebut produksi, sebab
aktifitas tersebut sangat berkatan erat dengan halal haramnya suatu barang atau
jasa serta cara memperolehny.6 Maksud dari penjelasan tersebut aktifitas
menghasilkan barang atau jasa sebagaimana dinyatakan dalam ilmu ekonomi,
dilakukan sebab barang atau jasa tersebut mempunyai nilai kegunaan dan islam
memandang bahwa suatu barang atau jasa dapat memilikik nilai guna apabila
mengandung kemaslahatan.
Dalam pandangan Imam asy-Syaibani, orientasi bekerja adalah hidup untuk
mencapai keridhaan Allah Swt. Kerja merupakan usaha untuk mengaktifkan roda
perekonomian, termasuk proses produksi, konsumsi, dan distribusi yang
berimplikasi secara makro meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Kerja memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi hak Allah Swt, hak
hidup, hak keluarga dan hak masyarakat.7 As-Syaibani juga menyatakan bahwa
bekerja merupakan ajaran para rasul terdahulu dan kaum muslimin diperintahkan
untuk meneladani cara hidup mereka.8
2. Produksi
Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah berkaitan dengan
manusia dan keberadaannya dalam kegiatan ekonomi, produksi adalah kegiatan
menciptakan kekayaan dengan memanfaatkan sumber daya alam dengan
manusia.9 Produksi biasanya didefinisikan sebagai menciptakan nilai barang atau
menambah nilai suatu produk, barang dan jasa yang diperbolehkan oleh islam.
Dalam ilmu ekonomi, produksi suatu barang atau jasa dilakukan karena barang
atau jasa memiliki utilitas (nilai-guna). Dalam ekonomi syariah, suatu barang atau
jasa mempunyai nilai guna apabila mengandung nilai mashlahat.10
5
Janwari, Yadi, Pemikiran ……………………….. Hal 128
6
Tahir, Rahmat Zubandi, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Periode Awal 450H/1058H, KASNABA,
Volume 1, Nomer 2, Juli 2021, ISSN 2774-3179, Hal 178
7
Efti Reida, dkk, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta; K-Media, 2019) Hal 62
8
Zuhro dan Syamsuri, Strategi Pengetasan Kemiskinan Melalui Pekerjaan dan Distribusi Menurut As-
Syaibani dan Relefansi di Indonesia, El Barka, ISSN 2657-1862, Volume 3, Nomer 2, 2020, Hlm. 245
9
Amiruddin, Muhammad Majdy, Syaibani Economic Thought On Al Kasb, Rausyan Fikr, Volume 15,
Nomer 1 Juni, ISSN 2580-5940, Hal 90
10
Fasiri, Mawar Jannati Al, Pandangan Masyarakat Tentang Ekonomi Syariah, INKLUSIF, Volume 2,
Nomer 1, 2017, Hlm. 76
Dalam pandangan Islam aktivitas menciptakan kemakmuran semesta untuk
semua mahluk merupakan kewajiban. Berkenaan dengan hal tersebut, Al Syaibani
menjelaskan bahwa kerja merupakan unsur penting dalam kehidupan demi
mendukung pelaksanaan ibadah, karena hal tersebut bekerja hukumnya wajib11
Sistem produksi dapat dikendalikan oleh kriteria objektif dan subjektif; kriteria
yang objektif akan tercermin dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari
segi uang, dan kriteria subjektif dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur
dari segi etika ekonomi yang didasarkan atas perintah-perintah kitab suci Al
Qur’an dan Sunnah.12
3. Konsumsi
Didalam ekonomi islam, kepuasan dikenal dengan maslahah dengan
pengertian terpenuhi kebutuhan baik bersifat fisik maupun sepiritual. Islam sangat
mementingkan keseimbangan kebutuhan fisik dan nonfisik yang didasarkan atas
nilai-nilai Syariah.13 Manusia sebagai konsumen harus berhati-hati dalam
menggunakan hasil produksi. Haruslah jelas, bagaimana, mengapa, serta kapan
mereka membutuhkan barang-barang hasil produksi tersebut. Cegahlah diri kita
dari sesuatu yang haram atau terlarang, dan jangan bersikap berlebih-lebihan
meskipun apa yang kita konsumsi itu ada halal.14
4. Kekayaan dan kefakiran
Menurut Asy-Syaibani walaupun telah banyak dalil yang menunjukkan
keutamaan sifat-sifat kaya, tetapi sifat-sifat fakir mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi. Ia menyatakan apabila manusia telah merasa cukup dari apa yang
dibutuhkan kemudian bergegas pada kebajikan, sehingga mencurahkan perhatian
pada urusan akhiratnya.15 Dalam konteks ini, sifat-sifat fakir diartikannya sebagai
kondisi yang cukup (kifayah), bukan kondisi meminta-minta (kafalah). Di sisi
lain, ia berpendapat bahwa sifat-sifat kaya berpotensi membawa pemiliknya hidup
dalam kemewahan. Sekalipun begitu, ia tidak menentang gaya hidup yang lebih
dari cukup selama kelebihan tersebut hanya digunakan untuk kebaikan.16

11
Syamsuri, dkk, Analisis Konsep Produksi Menurut Muhammad Hasan As Syaibani Dalam Kitab Al
Kasb, Al Tijarah, Volume 6, Nomer 3, Deseber 2020, ISSN 2528-2948, Hal 175
12
Itang, Teori Ekonomi Islam, (Serang; Laksita, 2015) Hal 92
13
Rozalinda, Ekonomi Islam, (PT Raja Grafindo Persada; Jakarta, 2014) Hal 97
14
Aziz, Abdul, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, ( Cirebon; Elsi Pro, 2015) Hal 129
15
Efti Reida, dkk, Sejarah Pemikir……………….Hal 55
16
Zamzm, Fakhry, Pemikiran Ekonomi; Imam Al Syaibani, Economica Sharia, Volume 2, Nomer 1,
Agustus, ISSN 2775-863X, Hal 24
5. Klasifikasi Usaha
Menurut Al-Syaibani, usaha-usaha perekonomian terbagi atas empat
macam, yaitu sewa-menyewa, perdagangan, pertanian, dan perindustrian.
Sedangkan para ekonomi kontemporer membagi menjadi tiga, yaitu pertanian,
perindustrian, dan jasa. Menurut para ulama tersebut usaha jasa meliputi usaha
perdagangan.17 Dari keempat tersebut As Syaibani mengutamakan pertanian
daripada yang lainnya. Ia berpendapat bahwa pertanian memproduksi berbagai
kebutuhan dasar manusia yang sangat menjunjung dalam melaksnakan berbagai
macam kewajibannya.18
6. Kebutuhan ekonomi
Al Syaibani mengatakan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan anak-
anak Adam sebagai suatu ciptaan yang tubuhnya tidak akan berdiri kecuali dengan
empat perkara yaitu makan, minum ,pakaian, dan tempat tinggal. Para ekonom
yang lain mengatakan bahwa ke empat hal ini adalah tema ekonomi.19 Yang
dimaksud dengan kebutuhan adalah suatu yang dapat meneruskan kehidupan pada
diri seseorang, sekiranya jika tidak dipenuhi maka menyebabkan kesempitan.20
Jika keempat hal tersebut tidak pernah diusahakan untuk dipenuhi, ia akan masuk
neraka karena manusia tidak akan dapat hidup tanpa keempat hal tersebut.
Asy-Syaibani memposisikan agama dan ajaranajarannya pada posisi sentral
yang berfungsi bukan hanya sekedar pendukung aktivitas moral manusia, tetapi
sebagai pedoman hidup, petunjuk, sumber moral yang paling tinggi bagi manusia.
Asy-Syaibani mengatakan bahwa “… bianna ad-din huwa al-mashdaru al-asasi li
al-akhlaq…” (agama merupakan sumber fundamental moral. 21
7. Distribusi Pekerjaan
Manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan manusia yang lain. As-
Syaibani menandaskan bahwa seorang yang fakir membutuhkan orang kaya dan
orang kaya membutuhkan orang miskin. Dari hasil tolong menolong itu, manusia

17
Zamzm, Fakhry, Pemikiran …………………. Hal 24
18
Rahmatulloh, Ekonomi Islam Pada Masa Zayd Bin Ali, Abu Hanafi, Abu Yusuf, dan As Syaibani, Ama
NU, Volume 2, Nomer 2, 2019, Hal 266
19
Zamzm, Fakhry, Pemikiran …………………. Hal 25
20
Pudjihardjo dan Muhith, Kaidah-kaidah Fikih untuk Ekonomi Islam, (Malang; UB Press,2017) Hal 97
21
Gade, Syaibuddin, Perbandingan Konsep Dasar Pendidikan Antara Dewey dan Asy-Syaibani,
DIDAKTIA, Volume 12, Nomer 1, 2011, Hlm. 99
jadi lebih mudah dalam menjalankan aktivitasnya.22 Al-Syaibani juga mengatakan
apabila seseorang bekerja dengan niat melaksanakan ketaatan kepadanya atau
membantu saudaranya untuk melaksanakan ibadah kepadanya , maka pekerjaan
tersebut niscaya akan diberi pahala sesuai dengan niatnya.23 Dalam hal ini semua
manusia saling membutuhkan dalam sebuah kehidupan, sudah kewajibannya
untuk orang kaya mempekerjakan orang fakir dan juga sebaliknya. Dari hubungan
tersebut dapat mengurangi pengangguran dan juga meningkatkan Sumber Daya
Manusia dalam suatu negara.
Lebih jauh, Al-Syaibani menyatakan bahwa apabila seseorang bekerja
dengan niat melaksanakan ketaatan kepada-Nya atau membantu saudaranya untuk
melaksanakan ibadah kepada-Nya, pekerjaanya tersebut niscaya akan diberi
ganjaran sesuai dengan niatnya. Dengan demikian, distribusi pekerjaan seperti di
atas merupakan objek ekonomi yang mempunyai dua aspek secara bersamaan,
yaitu aspek religius dan aspek ekonomis.24
.

22
Gurdachi dan Afabel, Dampak Pemikiran As-Syaibani Bagi Pembangunan Perekonomian Dinasti
Abbasiyaj (750M-804M, Jurnal El Tarikh, Volume 2, Nomer 1, Mei 2021, ISSN 2774-8723, Hal 101
23
Ulum, Fahrur, Sejatah Pemikiran ………………………….. Hal 105
24
Faizal dan Meriyanti, Otonomi Daerah Prespektif Asy Syaibani, Dar-Elmi, Volume 5, Nomer 1, 2018,
Hlm. 194
Daftar Pustaka

Amiruddin, Muhammad Majdy, Juni 2019, Syaibani Economic Thought On Al Kasb, Rausyan
Fikr, Volume 15, Nomer 1, ISSN 2580-5940
Fasiri, Mawar Jannati Al, Pandangan Masyarakat Tentang Ekonomi Syariah, INKLUSIF,
Volume 2, Nomer 1, 2017
Faizal dan Meriyanti, Otonomi Daerah Prespektif Asy Syaibani, Dar-Elmi, Volume 5, Nomer
1, 2018
Gade, Syaibuddin, Perbandingan Konsep Dasar Pendidikan Antara Dewey dan Asy-
Syaibani, DIDAKTIA, Volume 12, Nomer 1, 2011
Gurdachi dan Afabel, Mei 2021, Dampak Pemikiran As-Syaibani Bagi Pembangunan
Perekonomian Dinasti Abbasiyaj (750M-804M), Jurnal El Tarikh, Volume 2, Nomer 1,
ISSN 2774-8723
Rahmatulloh, 2019, Ekonomi Islam Pada Masa Zayd Bin Ali, Abu Hanafi, Abu Yusuf, dan As
Syaibani, Ama NU, Volume 2, Nomer 2
Riyansyah dan Arifin Lubis, Juni 2021, Pemikiran Ekonimi Islam Al-Syaibani Tentang
Aktivitas Produksi Aghniya Jurnal Ekonomi Islam. Volume 3, Nomor 1, ISSN 2656-
5633
Syamsuri, dkk, Deseber 2020, Analisis Konsep Produksi Menurut Muhammad Hasan As
Syaibani Dalam Kitab Al Kasb, Al Tijarah, Volume 6, Nomer 3, ISSN 2528-2948
Tahir, Rahmat Zubandi, Juli 2021, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Periode Awal
450H/1058H, KASNABA, Volume 1, Nomer 2, ISSN 2774-3179
Zamzm, Fakhry, Agustus 2016, Pemikiran Ekonomi; Imam Al Syaibani, Economica Sharia,
Volume 2, Nomer 1, ISSN 2775-863X
Zuhro dan Syamsuri, Strategi Pengetasan Kemiskinan Melalui Pekerjaan dan Distribusi
Menurut As-Syaibani dan Relefansi di Indonesia, El Barka, ISSN 2657-1862, Volume
3, Nomer 2, 2020
Aziz, Abdul, 2015, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, Cirebon; Elsi Pro
Efti Reida, dkk, 2019, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta; K-Media
Itang, 2015, Teori Ekonomi Islam, Serang; Laksita
Janwari, Yadi, 2016, Pemikiran Ekonomi Islam (PT Remaja Rosdakarya, Bandung;
Pudjihardjo dan Muhith,2017, Kaidah-kaidah Fikih untuk Ekonomi Islam, Malang; UB Press
Rozalinda, 2014, Ekonomi Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta
Ulum, Fahrur, T.T, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, UIN Sunan Ampel ; Surabaya

Anda mungkin juga menyukai