Anda di halaman 1dari 38

SEJARAH PERADABAN ISLAM

DOSEN PENGAMPUH : Dr. Moh. Sutrisno, S.T., M.Sc.

YASFI AULIA SALAM


60100122042

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Saya mengungkapkan rasa terima kasih yang tulus kepada Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, petunjuk, dan berkah-Nya yang
memungkinkan kami menyelesaikan makalah ini dengan sukses.
Judul makalah ini adalah "Peradaban Islam pada Masa Khalifah Bani
Umayyah". saya menyadari bahwa topik yang saya bahas memiliki
jangkauan yang luas dan kompleks. Namun, upaya saya adalah
memberikan gambaran yang komprehensif dan akurat mengenai
kemajuan peradaban Islam pada periode tersebut.
Melalui makalah ini, tujuan saya adalah meningkatkan pemahaman
tentang sejarah Islam dan perkembangan peradaban Islam pada masa
pemerintahan khalifah Bani Umayyah. Kami berharap dapat memberikan
wawasan yang lebih dalam kepada pembaca mengenai kontribusi
peradaban Islam dalam berbagai aspek, seperti ilmu pengetahuan, seni,
arsitektur, dan bidang lainnya.
Saya menyadari bahwa makalah ini memiliki batasan dan kelemahan.
Oleh karena itu, kami dengan tulus mengharapkan masukan konstruktif
dan saran yang dapat membantu perbaikan di masa depan.
Terakhir, saya ingin menyampaikan penghargaan kepada semua
individu yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Saya berharap makalah ini
memberikan manfaat kepada pembaca dan menginspirasi kita semua.
Semoga perlindungan dan rahmat Allah senantiasa menyertai kita.

Makass
ar, Mei 2023

Yasfi
Aulia Salam
(60100
122042)
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................ i
KATA PENGANTAR............................................. ii
DAFTAR ISI............................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG....................................... 1
B.
.............................................................................................................................................
RUMUSAN MASALAH..................................................... 1
C. TUJUAN........................................................... 1
D.
.............................................................................................................................................
MANFAAT.......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
I. SEJARAH DINASTI BANI UMAYYAH................................................ 2
A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI BANI UMAYYAH................
B. KEBIJAKAN DAN PEMERINTAHAN KHALIFAH BANI
UMAYYAH........................................................................................
C. PERLUASAN WILAYAH DAN KEKUASAAN KHALIFAH
BANI UMAYYAH

II. MASA PEMERINTAHAN KHALIFAH BANI UMAYYAH


A. KHALIFAH ABDUL MALIK BIN MARWAN (65-86H / 684-705
M)........................................................................................................
B. PEMERINTAHAN KHALIFAH AL-WALID BIN ABDUL
MALIK(86-96/705-714 M).................................................................

III. PEMBANGUNAN ARSITEKTUR PADA MASA KHALIFAH BANI


UMAYYAH
A. PENGERTIAN ARSITEKTUR .........................................................
B. SEJARAH AWAL MASJID
C. PEMBANGUNAN ARSITEKTUR PADA MASA KHALIFAH
ABDUL MALIK BIN MARWAN......................................................
D. PEMBANGUNAN ARSITEKTUR PADA MASA KHALIFAH
AL-WALID BIN ABDUL MALIK....................................................
E. PERLUASAN MASJID AL-HARAM DAN MASJID NABAWI.....
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setelah wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 632 H, pemerintahan


umat Islam dilanjutkan dengan masa Khulafa ar-Rasyidin yang dimulai oleh
Abu Bakar dan diakhiri oleh Ali bin Abi Thalib. Setelah meninggalnya Ali,
fase pemerintahan umat Islam yang berasaskan musyawarah mufakat dalam
memilih pemimpin juga berakhir, kemudian berubah menjadi sistem monarki
absolut sistem pemilihan pemimpin berdasarkan garis keturunan (genealogi).
Ini adalah sejarah pertama dalam sistem pemerintahan umat Islam yang
dicetus oleh tokoh utamanya yaitu Muawiyah yang merupakan tokoh utama
dari terbentuknya Dinasti Bani Umayyah yang memerintah selama 90 tahun
dengan 14 orang pemimpin selama masa itu.
Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus mulai terbentuk sejak
terjadinya peristiwa tahkim pada Perang Siffin. Perang yang dimaksudkan
untuk menuntut balas atas kematian Khalifah Utsman bin Affan itu, semula
akan dimenangkan oleh pihak Ali, tetapi melihat gelagat kekalahan itu,
Muawiyah segera mengajukan usul kepada pihak Ali untuk kembali kepada
hukum Allah.
Dalam peristiwa tahkim itu, Ali telah terperdaya oleh taktik dan siasat
Muawiyah yang pada akhirnya ia mengalami kekalahan secara politis.
Sementara itu, Muawiyah mendapat kesempatan untuk mengangkat dirinya
sebagai khalifah, sekaligus raja. Peristiwa ini di masa kemudian menjadi awal
munculnya pemahaman yang beragam dalam masalah teologi, termasuk tiga
kekuatan kelompok yang sudah mulai muncul sejak akhir pemerintahan Ali
yaitu Syiah, Muawiyah itu sendiri dan Khawarij.
Dinasti Umayah selalu dibedakan menjadi dua: Pertama, Dinasti
Umayah yang dirintis dan didirikan oleh Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan yang
berpusat di Damaskus (Syiria). Fase ini berlangsung sekitar 1 abad (sekitar 90
tahun) dan mengubah sistem pemerintahan dari sistem khilafah kepada sistem
mamlakat (kerajaan atau monarki); Kedua, Dinasti Umayah di Andalusia
(Spanyol) yang pada awalnya merupakan wilayah taklukan Umayyah yang
dipimpin oleh Gubernur pada zaman Walid Ibn Abd Al Malik, kemudian di
ubah menjadi kerajaan yang terpisah dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas
setelah berhasil menaklukan Bani Umayah di Damaskus.
Perkembangan peradaban pada masa Dinasti Umayyah diantaranya
adalah arsitekturnya . Seni bangunan ( arsitektur ) pada masa Dinasti
Umayyah bertumpu pada bagunan sipil berupa kota - kota , dan bangunan
masjid - masjid . Beberapa kota baru atau perbaikan kota lama telah dibangun
pada masa Dinasti Umayyah yang diiringi pembangunan berbagai gedung
dengan gaya perpaduan Persia , Romawi , dan Arab yang dijiwai dengan
semangat Islam . " Di pinggiran Gurun Suriah tersebar reruntuhan istana yang
mulanya merupakan benteng Romawi , yang kemudian diperbaiki dan
dibangun ulang oleh arsitek Umayyah , atau yang mereka dirikan mengikuti
pola arsitektur Bizantium dan Persia .
Damaskus yang pada masa sebelum Islam merupakan wilayah
kekuasaan Kerajaan Romawi Timur di Syam adalah kota lama yang dibangun
kembali pada masa Dinasti Umayyah , dan dijadikan sebagai ibukota oleh
Dinasati Umayyah . Di kota Damaskus ini didirikan gedung - gedung indah
yang bernilai seni , dilengkapi jalan - jalan , dan taman - taman rekreasi yang
menakjubkan . Pada masa Mu'awiyah dibangun " istana hijau " di Miyata dan
istana itu diperbaruhi oleh Walid ibn Abdul Malik .
Pada masa Abdul Malik ibn Marwan penguasa ke lima ( 685-705
M ) , salah seorang pemimpin terkuat dari Dinasti Umayyah , yang
mempunyai perhatian besar pada Yerusalem . Abdul Malik hendak
menciptakan Yerusalem sebagai pusat pengembangan Islam yang baru di
samping Mekkah sebagai pusat pengembangan Islam yang telah ada .
Pertama - tama ia membangun masjid yang diperuntukan bagi
penampungan di saat dilaksanakannya upacara - upacara yang ada
hubungannya dengan masalah keagamaan . Ia membangun Kubah Batu
Karang atau Dome of The Rock atau Qubat as - Shakhrah di Yerusalem ,
hingga saat ini menjadi salah satu monumen Islam terbesar . Kubbah Batu
dibangun pada tahun 687 hingga 692 M.
Bentuk dari masjid Kubah Batu ini mengikuti pola dari Bizantium
yang berbentuk oktagonal . Abdul Malik mendirikan bangunan ini di atas
sebuah batu, yang mana menjadi seksi sebuah peristiwa penting dalam
sejarah Islam. Di batu tersebut Nabi Muhammad SAW , dibawa oleh
malaikat Jibril ke langit untuk hadir di sisi Allah SWT . Pada peristiwa ini
dikenal dengan peristiwa Isra Mi'raj.
Kemudian pada masa Walid ibn Abdul Malik khalifah ke - 6
Dinasti Umayyah, ia membangun Masjid Agung yang terkenal dengan
nama "Masjid Damaskus" . Pada masa khalifah ini juga dilakukan
perbaikan - perbaikan terhadap masjid - masjid tua yang telah ada sejak
zaman Rasulullah SAW.16 Al - Walid I terkenal sebagai tokoh
pembangunan masjid . Pada masanya mulai diperkenalkan penambahan
kelengkapan masjid berupa menara yang kemudian menjadi bagian dari
bangunan masjid , yang lazim disebut minaret . Khalifah al - Walid I
membangun Masjid Damaskus yang mempunyai Shaan dan Riwaq /
Liwan.
Daerah pengaruhnya sangat luas , ke Barat sampai Spanyol dan
Prancis Selatan , ke timur sampai ke India dan Samarkand . Pada masa itu
Agama Islam juga dibawa para saudagar India , dan disebarkan ke daerah
Timur termasuk daerah Indonesia .
Masjid Damaskus bentuk bangunan masjid masih tetap memakai
pola Masjid Kufah yang berciri : Shaan , Riwaq , dan Liwan yang
bertembok keliling dan mempunyai satu Kubbah di dekat Mihrab . 19
Setelah mendapat pengaruh dari kebudayaan luar akan tetapi tidak
menghilangkan ciri awal pembangunan masjid.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Sejarah Dinasti Bani Umayyah?
2. Bagaimana Kondisi Pemerintahan Bani Umayyah Pada Masa
Khalifah Abdul Malik Bin Marwan Dan Khalifah Al-Walid Bin
Abdul Malik
3. Apa Saja Arsitektur Yang Ada Pada Masa Khalifah Abdul Malik Bin
Marwan Dan Khalifah Al-Walid Bin Abdul Malik

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Dinasti Bani Umayyah
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Kondisi Pemerintahan Bani Umayyah Pada
Masa Khalifah Abdul Malik Bin Marwan Dan Khalifah Al-Walid Bin
Abdul Malik
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Arsitektur Yang Ada Pada Masa Khalifah
Abdul Malik Bin Marwan Dan Khalifah Al-Walid Bin Abdul Malik

D. MANFAAT
1. Mengetahui Bagaimana Sejarah Dinasti Bani Umayyah?
2. Mengetahui Bagaimana Kondisi Pemerintahan Bani Umayyah Pada Masa
Khalifah Abdul Malik Bin Marwan Dan Khalifah Al-Walid Bin Abdul
Malik
3. Mengetahui Apa Saja Arsitektur Yang Ada Pada Masa Khalifah Abdul
Malik Bin Marwan Dan Khalifah Al-Walid Bin Abdul Malik
BAB II
PEMBAHASAN

I. SEJARAH DINASTI BANI UMAYYAH


A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI BANI UMAYYAH
Setelah meninggalnya Nabi Muhammad pada tahun 632 Masehi,
terjadi pergantian kepemimpinan di dunia Islam yang dipimpin oleh para
Khulafaur Rasyidin. Masa pemerintahan mereka, yang berlangsung dari
tahun 632 hingga 661 Masehi, dikenal sebagai masa Khulafaur Rasyidin.
Berikut adalah para khalifahnya:
1. Abu Bakar (632-634 Masehi): Abu Bakar menjabat sebagai khalifah
pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad. Pada masa
pemerintahannya, wilayah-wilayah di Arab ditaklukkan dan kekuasaan
Islam diperluas.
2. Umar bin Khattab (634-644 Masehi): Umar bin Khattab menggantikan
Abu Bakar sebagai khalifah kedua. Selama masa kepemimpinannya,
terjadi penaklukan yang signifikan, termasuk penaklukan Persia dan
wilayah Romawi Timur (Byzantium).
3. Utsman bin Affan (644-656 Masehi): Utsman bin Affan menjadi
khalifah ketiga. Di bawah kepemimpinannya, Islam menyebar ke
wilayah-wilayah seperti Mesir, Khorasan, dan Afrika Utara.
4. Ali bin Abi Thalib (656-661 Masehi): Ali bin Abi Thalib menjabat
sebagai khalifah keempat dan terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Masa
pemerintahannya ditandai oleh konflik internal antara kelompok yang
mendukung Ali dan kelompok yang menentangnya. Pertempuran
Jamal dan Pertempuran Siffin merupakan peristiwa penting dalam
masa kepemimpinannya.
Dinasti Bani Umayyah berdiri setelah terjadi perang saudara pasca-
pembunuhan Khalifah Usman bin Affan pada tahun 656 Masehi. Konflik
ini melibatkan pertentangan antara kelompok Bani Umayyah dan Bani
Hasyim yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib.
Usman adalah khalifah ketiga dalam periode Khulafaur Rasyidin,
namun pemerintahannya menghadapi kritik dan protes yang banyak. Salah
satu kelompok yang sangat vokal dalam mengkritik pemerintahannya
adalah Bani Umayyah yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sufyan.
Muawiyah merupakan gubernur Suriah yang memiliki kekuatan militer
yang kuat dan juga sepupu Uthman. Setelah pembunuhan Usman, Ali bin
Abi Thalib diangkat sebagai khalifah keempat. Namun, ketegangan antara
Bani Umayyah dan Bani Hasyim terus berlanjut, dan tidak lama
setelahnya terjadi Pertempuran Siffin pada tahun 657 Masehi.
Pertempuran ini berakhir tanpa keputusan yang jelas, dan akhirnya mediasi
dilakukan untuk mencapai perjanjian yang tidak disukai oleh sebagian
besar pengikut Ali.
Situasi ini memicu pemberontakan di kalangan pengikut Ali, dan
pada tahun 661 Masehi, Ali sendiri tewas. Setelah kematian Ali,
Muawiyah menuntut balas atas pembunuhan pamannya Uthman dan
meminta keadilan bagi keluarga Umayyah. Muawiyah akhirnya berhasil
memenangkan perang saudara dan mendirikan dinasti Bani Umayyah pada
tahun 661 Masehi. Ia menjadi khalifah pertama dari dinasti ini.
Pada akhir pemerintahan Ali bin Abi Thalib, umat Islam mengalami
perpecahan dan muncul tiga kekuatan politik utama: Syiah, Muawiyah,
dan Khawarij. Situasi ini melemahkan Ali dan menguatkan posisi
Muawiyah. Pada tahun 40 H (660 M), Ali tewas dalam serangan oleh
seorang anggota Khawarij. Hasan, putra Ali, mengambil alih posisi
khalifah setelahnya. Namun, Hasan tidak mendapatkan dukungan yang
cukup dari penduduk Kufah, seperti yang dialami ayahnya, sehingga
posisinya semakin lemah sementara Muawiyah semakin kuat.
Hasan kemudian mencapai kesepakatan damai dengan Muawiyah
pada tahun 41 H (661 M) dengan mengundurkan diri dari jabatan khalifah
untuk mempertahankan persatuan umat Islam dan mencegah pertumpahan
darah yang tidak perlu. Perjanjian ini menyatukan umat Islam di bawah
kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. Tahun tersebut dikenal sebagai
"tahun al-Jama'ah" (tahun persatuan), menandakan kesepakatan umat
Islam secara keseluruhan untuk memiliki satu khalifah. Namun,
penyerahan tersebut membuat Muawiyah menjadi penguasa mutlak dalam
Islam. Dengan demikian, masa pemerintahan Khulafa' al-Rasyidin
berakhir, dan dimulailah Dinasti Umayyah pada tahun 41 H/661 M.
Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb didirikan sebagai tokoh utama
Dinasti Umayyah, yang menurunkan namanya dari Umayyah bin Abd
Syams bin Abdu Manaf. Muawiyah diakui sebagai pendiri dan khalifah
pertama Bani Umayyah. Meskipun beberapa sejarawan mengkritiknya
karena cara dia memperoleh legitimasi kekuasaan melalui pertempuran di
Shiffin, Muawiyah dianggap memiliki kualitas kepemimpinan,
kemampuan politik, dan administratif yang luar biasa. Kesuksesannya
dalam membangun Dinasti Umayyah tidak hanya berdasarkan
kemenangan militer dan pembunuhan Ali, tetapi juga didukung oleh
dukungan kuat dari Suriah dan keluarga Bani Umayyah. Ia juga terkenal
sebagai seorang negarawan bijaksana dalam penempatan pejabat-
pejabatnya.

B. KEBIJAKAN DAN PEMERINTAHAN KHALIFAH BANI


UMAYYAH
Dinasti Umayyah merupakan salah satu dinasti yang membawa
kemajuan peradabaan Islam. Sebutan Umayyah diambil dari seorang
pemimpin suku Quraisy pada Zaman Jahiliyah yang bernama Umayyah
ibn Abdul Syams ibn Abdul Manaf. Salah satu keturunannya yang
bernama Mu'awiyah ibn Abu Sofyan baru masuk Islam setelah peristiwa
menaklukkan Mekkah (Fathu Mekkah), yang dipimpin oleh Nabi
Muhammad SAW Dinasti Umayyah yang berlangsung selama kurang
lebih 91 tahun dan diperintah oleh 14 khalifah, yaitu :
1. Mu'awiyah bin Abu Sufyan (41-60 H/661-680 M)
2. Yazid bin Mu'awiyah (60-64 H/680-683 M)
3. Mu'awiyah bin Yazid (64-64 H/ 683-683 M)
4. Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
6. Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/ 715-716 M)
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/715-720M)
9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
11. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
12. Yazid bin Walid (126-127 H/744-744 M)
13. Ibrahim bin Walid (127-127 H/744-745 M)
14. Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)
Periode Dinasti ini dapat dibagi menjadi tiga masa, yaitu: pertama
masa permulaan, kedua masa perkembangan / kejayaan, dan ketiga masa
keruntuhan. Masa permulaan ditandai dengan usahaMu'awiyah ibn Abu
Sufyan dalam meletakkan dasar-dasar pemerintahan dan orientasi
kekuasaan.Memasuki kekuasaan Mu'awiyah yang menjadi awal kekuasaan
Dinasti Umayyah, pemerintah yang bersifat demokratis berubah menjadi
monarchi heridetis (kerajaan turun-temurun). Kekhalifaan Mu'awiyah
diperoleh melalui kekerasaan, diplomatis dan permainan politik, tidak
dengan pemilihan atau suara terbanyak.Dinasti Umayyah masih
menggunakan istilah khalifah, namun dengan memberikan interpretasi
baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan.

Peta Damasyik saat dikuasai oleh Dinasti Bani Umayyah


Berdirinya pemerintahan Dinasti Umayyah tidak semata-mata
peralihan kekuasaan, namun peristiwa tersebut mengandung banyak
implikasi, di antaranya adalah perubahan beberapa prinsip dan
berkembangnya corak baru yang sangat mempengaruhi imperium dan
perkembangan umat Islam. Selama masa pemerintahan al-Khulafa'al-
Rasyidun, khalifah dipilih oleh para pemuka dan tokoh sahabat di
Madinah, kemudian pemilihan dilanjutkan dengan bai'at oleh seluruh
masyarakat yang hadir dalam musyawarah tersebut. Hal seperti itu tidak
terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah. Khalifah Dinasti
Umayyah yang berkuasa menunjuk penggantinya kelak dan para pemuka
agama diperintahkan menyatakan sumpah kesetiaan di hadapan sang
khalifah Selama masa pemerintahan khalifah senantiasa didampingi dewan
penasihat yang terdiri dari pemuka pemuka Islam, seluruh kebijaksanaan
yang penting dimusyawarahkan secara terbuka, bahkan rakyat biasa
mempunyai hak menyampaikan pertimbangan dalam pemerintahan.
Tradisi musyawarah dan kebebasan menyampaikan pendapat ini tidak
berlaku dalam pemerintahan Dinasti Umayyah. Dewan permusyawaratan
dan dewan penasihat tidak berfungsi secara efektif, perkembangan
kejayaan Dinasti kebebasan mengkritik kebijakan pemerintahan sungguh-
sungguh tidak dapat ditolerir. Masa kedua yaitu masa Umayyah. Masa
kejayaan dinasti ini berlangsung hingga masa Khalifah Umar ibn Abd
Aziz (Umar II), namun pada masa khalifah selanjutnya dinasti ini
mengalami kemunduran.

C. PERLUASAN WILAYAH DAN KEKUASAAN KHALIFAH BANI


UMAYYAH
Selama masa pemerintahan Bani Umayyah, kekhalifahan mereka
mengalami perluasan wilayah dan kekuasaan yang signifikan. Berbagai
contoh perluasan wilayah dan kekhalifahan yang dilakukan oleh Bani
Umayyah dapat disebutkan sebagai berikut:
Salah satu perluasan wilayah terbesar yang berhasil dicapai oleh
Bani Umayyah adalah penaklukan Spanyol pada tahun 711 M. Di bawah
kepemimpinan Tariq bin Ziyad, pasukan Muslim berhasil menundukkan
wilayah Hispania Visigoth dan mendirikan kekhalifahan Umayyah di Al-
Andalus (Spanyol Muslim). Selama berabad-abad, wilayah-wilayah luas di
Spanyol dan Portugal berada di bawah kekuasaan Bani Umayyah. Bani
Umayyah juga berhasil memperluas kekhalifahan mereka ke wilayah
Afrika Utara. Mereka berhasil menaklukkan wilayah-wilayah seperti
Mesir, Tunisia, Aljazair, dan Maroko. Penaklukan ini menyebabkan
penyebaran agama Islam di wilayah tersebut dan memperluas pengaruh
politik dan budaya Bani Umayyah. Ekspansi ke wilayah Asia Tengah dan
India juga merupakan bagian dari agenda Bani Umayyah. Mereka
menaklukkan wilayah Persia yang mencakup kota-kota penting seperti
Bukhara dan Samarkand. Selain itu, mereka juga memperluas pengaruh
mereka ke wilayah India dan berhasil menguasai beberapa bagian wilayah
tersebut. Perluasan ke Anatolia, yang saat ini merupakan wilayah Turki,
juga dilakukan oleh Bani Umayyah. Mereka berhasil menaklukkan
wilayah-wilayah Byzantium dan berhasil mendirikan kekhalifahan di
wilayah tersebut. Namun, wilayah Anatolia kemudian menjadi pusat
perlawanan terhadap kekuasaan Bani Umayyah dan menjadi salah satu
faktor penting dalam kemunduran kekhalifahan tersebut. Selain itu, Bani
Umayyah juga menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik dengan
Asia Timur, termasuk Tiongkok dan India Timur. Tindakan ini membuka
jalur perdagangan yang luas antara kekhalifahan Umayyah dan kerajaan-
kerajaan di wilayah tersebut, yang menghasilkan pertukaran budaya dan
ekonomi yang saling menguntungkan.
Dampak dari perluasan wilayah dan kekhalifahan yang dilakukan
oleh Bani Umayyah sangat besar terhadap wilayah yang dikuasainya.
Perluasan ini mencakup penyebaran agama Islam, pengaruh politik dan
budaya Arab yang kuat, serta pertukaran ekonomi dan budaya yang
intensif. Namun, perluasan wilayah yang begitu luas juga menjadi faktor
yang menimbulkan tekanan dan perlawanan dari berbagai kelompok, serta
berkontribusi pada keruntuhan akhir kekhalifahan Bani Umayyah.
II. MASA PEMERINTAHAN KHALIFAH BANI UMAYYAH
A. KHALIFAH ABDUL MALIK BIN MARWAN(65-86 H/ 684-
705 M)
Abdul Malik dilahirkan pada bulan Ramadhan tahun 23 H.
Nama lengkapnya adalah Abdul Malik bin Marwan, juga dikenal
sebagai Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abul Aas bin
Umayya bin Abd Shams bi Abdi Manaf bin Qussai bin Kilab. Ia
menjadi Khalifah Dinasti Umayyah, menggantikan posisi ayahnya,
Marwan bin Hakam.
Abdul Malik bin Marwan tumbuh dalam keluarga ningrat dan
mendapatkan pendidikan, kesejahteraan, dan pengajaran spiritual
yang mudah. Namun, sebelum menjadi khalifah, ia tidak begitu
tertarik dengan kemewahan dan fasilitas yang disediakan oleh
ayahnya. Pada masa muda, ia dikenal sebagai sosok yang sederhana,
memiliki pemahaman agama yang mendalam, dan dihormati sebagai
salah satu ulama besar di kota Madinah.
Abdul Malik bin Marwan dilantik sebagai khalifah disamping
setelah ayahnya pada tahun 65 H / 684 M, ada satu yang alasan lain
yaitu Abdul Malik bin Marwan berhasil menyingkirkan khalifah
yang legal yaitu Abdullah bin Zubair. Abdul Malik bin Marwan
berhasil mengambil Irak dari tangan Abdullah bin Zubair dan
menaklukan Hijaz secara keseluruhan. Setelah Abdullah bin Zubair
terbunuh maka ia dibaiat oleh seluruh masyarakat muslim. Dia
menjadi Khalifah sejak tahun 73 H / 692 M. Keadaan negara aman
ditangannya.
Adapun kondisi sosial,ekonomi,dan politik pada masa
pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan;
a. Kondisi Sosial
Abdul Malik bin Marwan merupakan orang kedua yang
terbesar dalam deretan para khalifah Bani Umayyah sehingga ia
disebut-sebut sebagai “pendiri kedua” bagi kedaulatan Umayyah.
Pada masa kepemimpinannya ia mampu mengembalikan
sepenuhnya integritas wilayah dan wibawa kekuasan Bani
Umayyah dengan dapat ditundukkannya gerakan separatis
Abdullah bin Zubair di Hijjaz, pemberontakan kaun Syi’ah dan
Khawarij, aksi teror alMukhtar bin Ubaid As- Saqafi di Kufah,
pemberontakan Mus’ab bin Zubair di Irak, serta Romawi yang
menggoncangkan sendi-sendi pemerintahan Umayyah.
Berikut ini beberapa kebijakan yang diambil oleh Abdul
Malik selama masa kepemimpinannya:
a) Menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam
administrasi di seluruh wilayah bani Umayyah. Arabisasi
yang dilakukannya meliputi Arabisasi kantor perpajakan dan
kantor keuangan.
b) Mencetak mata uang secara teratur.
c) Pengangkatan gubernur dari kalangan Bani Umayyah saja
yakni kawankawan, kerabat-kerabat dan keturunannya. Bagi
para gubernur tersebut tidak diberikan kekuasaan secara
mutlak.
d) Guna memperlancar pemerintahannya ia mendirikan kantor-
kantor pos dan membuka jalan-jalan guna kelancaran dalam
pengiriman surat.
e) Membangun beberapa gedung, masjid dan saluran air
f) Bersama dengan al-Hajjaj ia mnyempurnakan tulisan mushaf
al-Quran dengan titik pada huruf-huruf tertentu.
g) Pemerintahan Abdul Malik juga melibatkan pembangunan
infrastruktur seperti pembangunan jalan, jembatan, dan
sarana umum lainnya, yang meningkatkan kesejahteraan dan
interaksi antara masyarakat.
b. Kondisi Ekonomi
Pemerintahan Abdul Malik mengalami kemajuan
ekonomi yang signifikan. Di bawah kebijakan pemerintahannya,
perdagangan dan pertukaran barang antarnegara berkembang
pesat. Stabilitas politik yang dijaga dengan baik membuat
perdagangan lintas wilayah menjadi lebih aman dan lancar.
Pemerintah juga mendorong pengembangan sektor pertanian
dengan meningkatkan produksi hasil pertanian dan membangun
infrastruktur irigasi. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan
ketahanan pangan dan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara
keseluruhan.
c. Kondisi politik
Sentralisasi Kekuasaan pemerintahan Abdul Malik
bertujuan untuk memperkuat kekuasaan Dinasti Umayyah. Dia
fokus pada sentralisasi kekuasaan di tangan khalifah dan
memperkuat struktur pemerintahan pusat. Langkah ini
memberikan stabilitas politik dan mengkonsolidasikan kekuasaan
Dinasti Umayyah.
Ekspansi Wilayah: Abdul Malik berhasil melakukan
penaklukan dan ekspansi militer di Timur Tengah dan Afrika
Utara, yang memperluas wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah.
Hal ini memberikan akses ke sumber daya dan pasar yang
penting bagi perekonomian dan kekuatan politik Dinasti
Umayyah.

B. PEMERINTAHAN KHALIFAH AL-WALID BIN ABDUL


MALIK (86-96 H/ 705- 714 M)
Setelah wafatnya Abdul Malik bin Marwan, pemerintahan dipimpin
oleh Al-Walid bin Abdul Malik, mada masa kekuasaaanya. Kekuasaan
Islam melangkah ke Spanyol dibawah kepemimpinan pasukan Thariq
bin Ziyad ketika Afrika Utara dipegang oleh gubernur Musa bin
Nusair. Karena kekayaan melimpah ruah maka ia menyempurnakan
pembangunan-pembangunan gedung-gedung, pabrik-pabrik, dan jalan-
jalan dengan sumur. Ia membangun masjid al-Amawi yang terkenal
hingga sekarang di Damaskus, membangun masjid al-Aqsha di
Yerussalem, serta memperluas masjid Nabawi di Madinah. Ia juga
melakukan penyantunan kepada para yatim piatu, fakir miskin, dan
penderita cacat. Ia membangun rumah sakit bagi penderita kusta di
Damaskus.

III. ARSITEKTUR PADA MASA KHALIFAH BANI UMAYYAH


A. PENGERTIAN ARSITEKTUR
Arsitektur merupakan titik tumpu dari hasil usaha orang-
orang yang melahirkannya, serta merupakan suatu konsepsi yang
sesuai dengan keadaan, tingkat kecakapan serta penghayatan
masyarakat terhadap arsitektur tersebut pada suatu saat tertentu.
Sebagai penampilan yang berwujud, arsitektur sangat erat
kaitannya dengan aktivitas kehidupan manusia, baik berupa
jasmani maupun rohani. Pada hakikatnya arsitektur dilahirkan
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dengan demikian maka
arsitektur akan senantiasa berhubungan dengan masalah-masalah
adat kebiasaan, mengikuti pola kehidupan, yang disertai dengan
keterampilan untuk mewujudkannya.
Pada arsitektur harus ditambahkan faktor kegunaan yang
menyertainya secara relevan dengan penampilannya sebagai
keperluan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Arsitektur juga
bersentuhan dengan zaman tertentu, karena arsitektur merupakan
arsip visual dari keadaan zaman tersebut, bahkan dapat
memberikan gambaran yang jelas tentang ukuran tinggi rendahnya
kehidupan masyarakat pada saat itu. Gambaran visual pada
arsitektur identik dengan corak dan sifat kehidupan masyarakat
yang membuatnya, sehingga masyarakat yang hidup di kemudian
hari akan mengetahui apa yang terjadi pada masa lalu. Sehingga
setiap daerah dan penguasa memiliki corak dan ciri khas sendiri
dalam bangunannya. Kemajuan arsitektur atau bangunan sebagai
tanda bahwa adanya kemajuan dan peradaban suatu kerajaan.
Bangunan dan arsitektur merupakan salah satu bukti adanya
peradabaan disuatu daerah tersebut dan mengalami masa kejayaan.
Arsitekur menurut Banhart CL dan Jess Stein, adalah seni
dalam mendirikan bangunan termasuk didalamnya segi
perencanaan, konstruksi, dan penyelesaian dekorasinya, sifat atau
bangunan, proses membangun, bangunan dan kumpulan bangunan.
Menurut Van Romondt arsitektur adalah ruang tempat hidup
manusia dengan bahagia. Ruang berarti menunjuk pada semua
ruang yang terjadi karena dibuat oleh manusia atau juga ruang
yang terjadi karena proses alam seperti gua, naungan pohon dan
lain-lain. Menurut kamus besar bahasa Indonesia arsitektur adalah
seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan,
jembatan, dan sebagainya.
Pemahaman dari arsitektur harus memperhatikan tradisi
rakyat atau tradisi yang disenangi masyarakat, bangunan-bangunan
yang disebut primitif atau asli yang selalu merupakan bagian
terbesar dari lingkungan buatan dan yang hakiki bagi setiap
generalisasi yang absah, dan yang pasti penting untuk suatu
pembahasan tentang asal mula. Kebudayaan menyangkut
sekelompok manusia yang memiliki seperangkat nilai dan
keyakinan dan suatu pandangan terhadap dunia yang mewujudkan
suatu cita-cita. Arsitektur terutama sekali merupakan hasil dari
faktor-faktor sosial budaya, dan dengan definisi tentang
perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan yang paling
berguna terhadap lingkungan fisik. Arsitektur dapat dianggap
sebagai suatu konstruksi yang dengan sengaja mengubah
lingkungan fisik menurut suatu bagan pengaturan.
B. SEJARAH AWAL MASJID
Sejarah masjid bermula sesaat setelah Rasulullah Saw, hijrah
di Madinah. Saat Rasulullah Saw tiba di Quba, pada hari Senin
tanggal 8 Rabi’ul Awwal tahun ke-14 nubuwwah atau tahun
pertama hijrah, bertepatan tanggal 23 September 662 M, beliau
membangun masjid yang pertama yang disebut masjid Quba.
Lokasinya berada di sebelah tenggara Kota Madinah. Jaraknya
lima kilometer di luar Kota Madinah. Dijelaskan dalam sejarah,
tokoh Islam yang memegang peranan penting dalam pembangunan
masjid ini adalah sahabat Rasulullah yaitu ‘Ammar ra. Saat
Rasulullah Saw hijrah dari Makkah ke Madinah, pria ini
mengusulkan untuk membangun tempat berteduh bagi Rasulullah
di kampong Quba yang tadinya hanya terdiri atas hamparan kebun
kurma. Kemudian, dikumpulkannya batu-batu dan disusun menjadi
masjid yang sangat sederhana. Meskipun tak seberapa besar, paling
tidak bangunan ini dapat menjadi tempat berteduh bagi rombongan
Rasulullah Saw, mereka pun dapat beristirahat pada saat siang hari
dan mendirikan shalat dengan tenang.
Rasulullah Saw, meletakkan batu pertama tepat di kiblatnya
dan ikut menyusun batu-batu selanjutnya hingga bisa menjadi
pondasi dan dinding masjid. Rasullullah Saw dibantu para sahabat
dan kaum Muslim yang lain. Ammar menjadi pengikut Rasulullah
yang paling rajin dalam membangun masjid ini. Tanpa kenal lelah,
ia membawa batubatu yang ukurannya sangat besar, hingga orang
lain tak sanggup mengangkatnya. Ammar mengikatkan batu itu ke
perutnya sendiri dan membawanya untuk dijadikan bahan
bangunan penyusun masjid ini. Ammar memang selalu dikisahkan
sebagai prajurit yang sangat perkasa bagi pasukan Islam. Dia mati
syahid pada usia 92 tahun. Pada awal pembangunannya yang
dibangun dengan tangan Rasulullah sendiri masjid ini berdiri di
atas kebun kurma. Luas kebun kurmanya kala itu 5.000 meter
persegi dan masjidnya baru sekitar 1.200 meter persegi. Rasulullah
Saw, sendiri pula yang membuat konsep desain dan model
masjidnya. Meskipun sangat sederhana, Masjid Quba boleh
dianggap sebagai contoh bentuk masjid-masjid selanjutnya.
Bangunan yang sangat sederhana kala itu sudah memenuhi syarat-
syarat yang perlu untuk pendirian masjid. Masjid ini telah memiliki
sebuah ruang persegi empat dan berdinding disekelilingnya. Di
sebelah utara dibuat serambi untuk tempat sembahyang. Dulu,
ruangan ini bertiangkan pohon kurma, beratap datar dari pelepah,
dan daun korma yang dicampur dengan tanah liat. Di tengah-
tengah ruang terbuka dalam masjid yang kemudian biasa disebut
sahn terdapat sebuah sumur tempat wudhu. Di sini, jamaah bisa
mengambil air untuk membersihkan diri. Dalam masjid ini,
kebersihan selalu terjaga, cahaya matahari dan udara pun dapat
masuk dengan leluasa.

C. PEMBANGUNAN ARSITEKTUR PADA MASA KHALIFAH


ABDUL MALIK BIN MARWAN
 Kubah Batu
Pada masa pemerintahan Abdul Malik ibn Marwan ada
beberapa kemajuan yang dicapai.Kemajuan di bidang politik,
ekonomi, dan arsitektur. Kemajuan arsitektur pada masa Abdul
Malik ini ditandai dengan didirikannya masjid “Kubah Batu”
(The Dome of the Rock/Qubat as-Shkhrah) di Yerusalem, yang
sampai sekarang masih terjaga sebagai salah satu peninggalan
arsitektur Islam masa awal. Masjid ini merupakan masjid
pertama yang ditutup dengan kubah di atasnya.
Yerusalem berada di perbatasan Israel dan Yordania, hingga
saat ini menjadi kota dalam sengketa antara Israel, Yordania dan
Palestina. Yerusalem dipandang sebagai kota suci oleh banyak
agama, bagi kaum muslim menjadi kota penting karena pada
masa Nabi Muhammad SAW pada suatu malam bertolak
mengadakan perjalanan ke surga dengan Buraq. peristiwa ini
disebut sebagai Isra’ Mi’raj. Bagi kaum Nasrani Yerusalaem
adalah kota suci di mana Yesus Kristus, disalib dan bangkit di
Surga.
Yerusalem tercatat dalam sejarah sejak abad Sembilan belas
dan delapan belas SM menjadi tempat bermukim orang-orang
Kanaan (Canaanite).Pada Yerusalem memasuki periode Hellenic
di bawah kekuasaan Yunani hingga awal abad I. Kemudian
dilanjutkan zaman Romawi menjadi bagian dari pemerintahan
Roma. Pada abad IV Yerusalem dikuasai Bizantium, Konstantin
yang agung (Constantine the Great), menjadikan Yerusalem
sebagai kota suci Kristen. Persia mengalahkan Bizantium,
menaklukkan dan menguasai Yerusalem pada 614 M.
Bizantium kembali menguasai Yerusalem pada 629 M,
namun tidak lama orang-orang Semenanjung Arab menyerang
dan menaklukan Yerusalem. Selanjutnya terjadi peralihan
kekuasaan dari Khalifah Ali ibn Abi Thalib (656-661 M) ke
Mu’awiyah yang sebelumnya gubernur di Siria (661 – 680 M).
Sepanjang sejarah sejak Islam masuk pada 638 hingga 1917
Yerusalaem tidak pernah menjadi ibukota pemerintahan dari
suatu Negara merdeka, tetapi hanya selalu menjadi pusat
propinsial.
Pada masa Yerussalem dikuasai oleh Abdul Malik ibn
Marwan beliau mengambil kebijakaan diantaranya pembangunan
masjid Kubah Batu. Ketika Khalifah Abdul Malik memutuskan
untuk membangun Kubah Batu, ia datang dari Damaskus ke
Yerusalem dan mengirim surat kepada gubernur di provinsi-
provinsi. Menyatakan bahwa ia ingin membangun Kubah diatas
batu, untuk melindungi dari panas dan dingin. Akan tetapi
sebelum melakukannya, ia ingin mengetahui tanggapan dari
masyarakat. Setelah itu ia mendapat balasan bahwa mereka
senang akan dibangun masjid agar mendapat pelindungan dari
Allah SWT.
Masjid Kubah Batu dibangun antara tahun 687 hingga 692
M, dibangun oleh para arsitek beraliran Bizantium di bawah
pengawasan lapangan oleh ahli ahli bangunan dari Siria dan ahli-
ahli dekorasi mozaik dari konstantinopel. Kubah Batu, terletak di
tengah halaman suatu kompleks, atau lebih tepat dikatakan
lapangan karena sangat luas.
Pada 687 – 692 M Abdul Malik ibn Marwan membangun
Kubah Batu, menurut pengelana dan ahli geografi Abad X al-
Maqdisi, sang khalifah menginginkan bangunan megah yang
menandingi keindahan Gereja Makam Suci, dan untuk
menciptakan bangunan unik yang merupakan keajaiban dunia
bagi kaum muslim. Dia membangun Kubah Batu sebagai tempat
ziarah.
Masjid yang dibangun oleh Khalifah Abdul Malik ibn
Marwan salah satunya adalah Masjid Kubah Batu. Kubah Batu
yang berada di tengah agak ke sisi barat dari Lapangan Temple
Mount, diatas pelataran lebih tinggi dari lapangan.Perancangan
Kubah Batu sangat mendasarkan pada perhitungan geometris
terutama dalam menentukan bentuk dan titik-titik pada denah.

Gambar. Masjid Kubah Batu


Gambar. Denah dan Tampak

Gambar. Interior

Arsitektur bangunan Kubah Batu merupakan sebuah


perubahan radikal dari bangunan berpola lama, yang melibatkan
penggunaan mosaik dan motif dekorasi lainnya.Pembangunan
Kubah itu dimaksudkan untuk mengungguli atap gereja
Sepulchre Suci yang indah.Hasilnya, sebuah monument
arsitektur yang keindahannya tak tertandingi.
Kubah Batu mempunyai kubah oktagonal (bersegi delapan)
bertinggilebar 20 m, yang disangga oleh susunan 12 tinggi dan 4
penyangga melintang, dalam koridor oktagonal dengan 16 tiang
dan 8 penyangga melintang, serta tembok luar yang juga
oktagonal. Masing-masing dari kedelapan sisi luar dinding kira-
kira bertinggi 11 m dan berlebar 8 m.
Dekorasi internal dari Kubah Batu mempunyai mosaik yang
indah pada periode Umayyah. Mosaik yang membentang di atas
delapan dinding yang mempunyai panjang 240 meter, terdiri dari
kaligrafi mosaik kufi yang berwarna biru. Sedangkan dekorasi
eksternal terbuat dari marmer dan mosaik.
Kubah dari Kubah Batu ini didukung oleh empat buah pilar
utama.Pada mulanya masjid ini tidak berdinding, sebab
konsentrasi pembuatannya adalah untuk menjadikan kubah
sebagai penutup batu suci yang ada di tengah-tengah sebagai titik
pusat bangunan. Dindingnya baru kemudian ditambahkan
sebagai pengisi di antara pilar-pilar yang berdiri di atas denah
segidelapan tersebut dari bahan ringan dan miring ke atas, yang
seoalah-olah membawa pandangan menuju ke Kubah yang besar,
serta keseluruhan permukaannya dilapisi dengan emas tipis.
Pintu masuk ke dalam Kubah Batu ada empat buah, pada setiap
arah mata angin: utara, barat, timur dan selatan. Pintu utama
berada di selatan di mana ada Masjid Al-Aqsa yang pintu
masuknya dalam satu garis sumbu dengan pintu utara dan selatan
Kubah Batu.Semua pintu terlindungi oleh Kanopi, yang pada
pintu utama lebih besar, ditopang oleh delapan kolom silinsris
dari Marmer.
Kubah Batu, dari depan dengan pintu masuk utama
terlindungi oleh tritisan pelengkung. Semua dinding tertutup
marmer atau dekorasi, yang merupakan satu-satunya ciri muslim
dalam bangunan ini bercorak kaligrafi, geometris intricate62,
floral63 dan arabesque64. Tidak sedikit bagian-bagian
dekorasinya menggunakan lapisan emas.
Kubah batu memiliki Mihrab, sesuai dengan arah kiblat,
berada di salah satu sisi segi delapan yang di tenggara, namun
tidak ada mimbar. Kubah Batu lebih berfungsi sebagai
monument Islam dibandingkan sebagai masjid, corak
arsitekturnya tidak terlalu khas bangunan ibadah muslim.

D. PEMBANGUNAN ARSITEKTUR PADA MASA KHALIFAH


AL-WALID BIN ABDUL MALIK
 Masjid Damaskus
Sebelum di kuasai Islam, Damaskus merupakan pusat
pemerintahan Romawi di Syiria. Pada masa Dinasti Umayyah
dijadikan ibu kota negara, yang pada masa Nabi dan al-
Khulafaur Rasyidin berkedudukan di Madinah. Khalifah
Mu’awiyah memindahkan ibu kota tersebut, karena wilayah
Syiria sebagai basisnya, sebelumnya Mu’awiyah menjadi
gubernur di Syiria selama 20 tahun.
Pada masa kepemimpinan Walid ibn Abdul Malik
memiliki beberapa kebijakaan diantaranya membangun Masjid
di Damaskus, karena kecintaannya atau kesenangannya
terhadap dunia arsitektur. Arsitek terbesar Dinasti Umayyah
adalah pada masa Walid ibn Abdul Malik putra dari Abdul
Malik ibn Marwan. Pada masa pemerintahannya relatif damai
dan sejahtera. Khalifah Walid memilki kecenderungan yang
sedemikian besar terhadap arsitektur, sehingga selama masa
pemerintahannya, ketika orang Damaskus berkumpul bersama
tema obrolan mereka berkisar pada bangunan-bangunan
indah.67 Khalifah Walid ibn Abdul Malik menata kembali kota
dengan menambah bangunan-bangunan baru, terutama yang
berhubungan dengan kepentingan umum.
Pada tahun 705 M, putra dari Abdul Malik, Walid ibn
Abdul Malik, mengambil alih kawasan gereja Romawi di
Damaskus yang dibangun untuk Santo Yahya, pada mulanya
merupakan kuil Jupiter, dan membangun masjid besar yang
diberi nama Masjid Umayyah. Masjid ini termasuk salah satu
bangunan Islam yang terindah. Bahkan ada yang menjulukinya
sebagai salah satu keajaiban dunia. Asal mulanya masjid ini
merupakan rumah pemujaan bangsa Yunani yang didirikan
sekitar tahun 1000 SM, kemudian oleh orang Nasrani diubah
menjadi gereja, kemudian oleh orang Islam dijadikan masjid.
Ketika Khalid ibn Walid merebut kota Damaskus dari
tangan bangsa Romawi, kemudian sebagian gereja tersebut
dipakai sebagai Masjid, sedangkan sebagian lagi tetap sebagai
gereja Nasrani. Jadi pada waktu itu gedung ini dipakai sebagian
untuk masjid dan sebagian untuk gereja. Setelah umat Islam
bertambah banyak, sedangkan orang Nasrani berkurang, maka
gedung atau gereja tersebut dibangun dan dijadikan masjid,
sedangkan orang-orang Kristen menggunakan gereja lain.
Pembangunan masjid mengubah total tata letak bangunan
sebelumnya. Rumah ibadah baru itu dimaksudkan untuk
menampung jamaah yang besar bagi warga Damaskus.Masjid
selesai pada 715M , setelah kematian Walid, oleh
penggantinya, Sulaiman bin Abdul Malik (715-717M) masjid
itu dituntaskan pembangunannya.
Masjid Damaskus dijadikan Walid I sebagai salah satu
simbol kebesaran Arsitektur Islam. Ia sengaja menghiasnya
sebaik-baiknya hingga tampak megah dan memperlihatkan
keagungan Islam. Pembangunannya menghabiskan dana yang
begitu besar sampai mengundang kritik dari Masyarakat.
Pembangunan Masjid Damaskus ini menghabiskan seluruh
masa pemerintahan Walid, bahkan masih menyisakan beberapa
bagian yang belum selesai, yang pada akhirnya diselesaikan
oleh Khalifah Sulaiman ibn Abdul Malik adiknya. Al-Walid I
mengeluarkan dana untuk pembangunannya sebesat tujuh tahun
hasil pajak negara. Langkah ini ditempuhnya sebagai amal
agama yang sangat mulia untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Masjid Damaskus atau masjid Umayyah yang dibangun
oleh Walid ibn Abdul Malik. Prestasi Walid terbesar adalah
mengubah fungsi Katedral St. Yahya Pembabtis di Damaskus
yang ia mengambil alih dari penduduk Kristen, menjadi masjid
yang sangat agung. Di masjid Damaskus terdapat dua menara.
Dua menara Masjid sebelah selatan pada awalnya merupakan
menara gereja Romawi kuno, tapi menara sebelah utara, yang
awalnya merupakan menara pendeta, memang dibangun al-
Walid I dan menjadi model menara di Suriah, Afrika Utara dan
Spanyol. Ia merupakan menara tertua yang dibangun oleh
orang Islam.
Tembok keliling dirombak sehingga terbentuk pola
hypostyle76 seperti Masjid Nabi dan Masjid Agung Kufa, yaitu
berupa sebuah sahn yaitu halaman dalam berbentuk segi empat
dikelilingi oleh bagian bangunan beratap. Unit utama ditutup
oleh konstruksi dari tiga atap berjejer melintang masing-masing
berbentuk pelana, bersambung langsung satu dengan lain.
Unit utama simetris terdiri dari sayap barat, sayap timur
dan bagian tengah di mana terdapat pintu utama. Unit utama ini
berhadapan langsung dengan batu-batu lempengan. Sayap barat
dan timur, bagian depannya terdiri dari pilaster berjajar, di
antara pilaster masing-masing ada pelengkung dan sebuah
pintu. Konstruksi, bentuk dan ornament-ornamen bagian depan
sangat jelas mendapat pengaruh arsitektur Romawi.78 Di
dalam masjid inilah mihrab berbentuk setengah lingkaran
muncul untuk pertama kalinya.Dalam masjid ini juga
ditemukan pintu berbentuk tapal kuda.Mihrab pada Masjid
Damaskus berhiaskan permata, lalu di atas mihrab tersebut
tergantung lampu emas dan perak. Mihrab juga dihiasi oleh
mozai dan berantaikan emas.
Di tengah terdapat bagian beratap pelana, melintang
tegak lurus terhadap sayap kiri kanan, dimana terdapat pintu
masuk utama. Pintu utama diapit oleh pintu lebih kecil, berada
di bawah pelengkung disangga. Di atas ketiga pintu terdapat
pelengkung besar dan tiga jendela berambang juga melengkung
yang berfungsi sebagai hiasan. Bidang disekeliling pelengkung
besar dihias dengan ornament Mozaik, bermotif pohon dan
bangunan-bangunan.
Ada ornament yang unik tidak terdapat pada Masjid
maupun bangunan lain pada umumnya, dari mozaik
menggambarkan kesejukan sungai yang mengalir di kota dan
kehijauan pohon. Riwaq menyatu dengan dinding dimana
terdapat pintu masuk dan kedua riwaq juga bertiang
membentuk deretan pelengkung gaya Romawi.
Pada halaman atau pelataran dalam di perkeras oleh
lanatai dari batu licin, terdapat air mancur, satu ditengah
lainnya dikiri dan kanan untuk wudhu. Bila dilihat lengkapnya
unsur-unsur dalam masjid ini antara lain, orientasi kearah
kiblat, ruang ibadah berjamaah, mihrab, mimbar, minaret, air
mancur untuk berwudhu bahkan adanya kubah.

Gambar. Denah Masjid Agung Damaskus


Gambar. Masjid Agung Damaskus

E. PERLUASAAN MASJID AL - HARAM DAN MASJID


NABAWI
Umar ibn Khattab merebut kota Yerusalem pada tahun 638
dari tangan Bizantium dan dengan mengadakan perjanjian dengan
kaum Nasrani agar tidak meng hancurkan gereja - gereja yg ada di
dalamnya . Khalifah Umar ibn Khatab kemudian meninjau batu
tempat Mi'rajnya Rasulullah SAW ( kini ada di dalam Dome of
Rock - bangunan berkubah warna emas ) , kemudian mendirikan
masjid Umar untuk shalat , yang kini menjadi Masjid Al Aqsa
( berkubah warna abu - abu ) . Pada masa periode Khalifah
Umayyah , tahun 691-692 Abdul Malik ibn Marwan membangun
bangunan yang sekarang dikenal dengan Kubah Batu dan 2 tahun
kemudian memperluas Masjid Umar menjadi Masjid Al Aqsa .
Pembangunan diteruskan oleh anaknya , Al - Walid Ibn Abdul
Malik . Masjid al - Aqsa terletak di Kompleks Temple Mounth atau
Haram al - Sharif ( Sebelah selatan - b Masjid Kubah Batu ) .
Pada masa Dinasti Umayyah melakukan perbaikan -
perbaikan terhadap masjid - masjid tua yang telah ada sejak zaman
Rasulullah . Khalifah Abdul Malik ibn Marwan menyediakan dana
10.000 dinar mas untuk memperluas Masjid al - Haram , kemudian
al - Walid menyempurnakan perbaikannya dengan memperhatikan
aspek - aspek estetiknya seperti membuat pintu dan jendela
lengkung , berukir dan tiang - tiangnya dibuat dari batu granit .
Masjid paling suci kaum muslim adalah Masjid al - Haram di
Mekkah , mengelilingi Kabah menjadi kiblat dimana saja orang
Islam melakukan ibadah . Mekkah dan Kabah menjadi unsur
pemersatu umat Islam baik secara keagamaan maupun
kebudayaan . Masjid suci ini terbangun di sekitar Ka'bah yang
dibangun oleh Nabi Ibrahim AS dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari padanya . Pada masa Nabi Muhammad SAW ,
memperluas masjid al - Haram ini dengan membeli rumah - rumah
yang ada di sekitarnya.

Kabah sejak 638 M dikelilingi dinding , agar dapat terbentuk


ruang tawaf , berjalan mengeliling Kabah tujuh kali berlawanan
dengan arah jarum jam sambil berdoa . Pada 646 M ruang tawaf
diperluas dengan dinding baru dengan pelengkung - pelengkung
( arcade ) untuk masuk ke halaman depan . Pada tahun 707
Khalifah Walid menutup arcades dengan atap dari kayu di atas
kolom - kolom marmer .
Pada masa Khalifah Walid ibn Abdul Malik , Masjid al-
Haram disem purnakan kembali bangunannya.Aspek estetika
sudah mulai diperhatikan.Pintu pintu dan jendela - jendela dibuat
melengkung ( arcade ) dengan ukiran - ukiran yang indah di
atasnya , dari motif - motif geometris dan daun - daunan dan ayat -
ayat al - Qur'an . Tiang - tiang masjid yang indah bentuknya
terbuat dari batu granit yang halus. Saqaf atau plafonnya dihiasi
dengan ukiran ukiran yang indah. Usaha perluasannya,
penyempurnaan dilanjutkan oleh Khalifah Abbasiyah.
Selain merenovasi masjid al - Haram , Walid I juga
merenovasi masjid Nabawi . Renovasi yang dilakukan oleh Walid I
ini merupakan kali kelima dalam pembongkarannya . Walid I
melakukan pembongkaran besar - besaran dengan memperluas area
Masjid Nabawi . Perluasan yang dilakukan ke arah timur masjid .
Pembongkaran Masjid Nabawi ini dilakukan di tahun 77 H.
Pelaksanaan pembangunan ini dipercayakan kepada saudara
sepupunya yang menjadi gubernur Madinah , Umar ibn Abdul Aziz
, yang kemudian menugaskan Shalih ibn Kaisan untuk mengawasi
pembanguan Masjid Nabawi.
Al - Walid I mengirim surat kepada kekaisaran Romawi
meminta agar dikirim para ahli bangunan untuk membangun
Masjid Nabawi . Kemudian ia mengirim empat puluh orang
Romawi dan empat puluh orang Qibthi . Kekaisaran Romawi juga
mengirim empat puluh ribu mitsqal emas dan kepingan granit .
Mereka membangun pondasi , dinding , dan tiang - tiang masjid
dari batu , juga penompang masjid terbuat dari batu bertulang besi
dan timah . Pembangunan Masjid Nabawi , mihrab dan mimbarnya
terbuat dari kayu jati . Kemudian pembangunan Masjid Nabawi
dilakukan oleh orang muslim .
Perluasan masjid yang dilakukan ke sebelah timur ,
dindingnya berbatasan dengan bilik - bilik istri Nabi dan sekaligus
dengan makan Rasulullah dan dua sahabatnya , Abu Bakar As -
Siddiq dan Umar bin Khattab . Sehingga membuat makam mereka
di masukkan kedalam area masjid . Dinding masjid pun me
ngalami perubahan . Dinding masjid bagian luar mirip dengan
bangunan benteng yang mirip dengan pembatasan antara dunia luar
dan dunia dalam . Dinding ini dari luar tidak begitu mengalami
renovasi , akan tetapi dari dalam akan terlihat perbedaannya ,
karena di tambah dengan eleman ceruk kecil pada dinding di
bagian kiblatnya . Kemudian bagian inilah yang berkembang
menjadi elemen mihrab.
Mihrab cerukan pada dinding masjid sebagai penunjuk arah
shalat , ditambahkan dalam struktur bangunan masjid yang meniru
arsitektur gereja . Al - Walid dan gubernurnya Umar ibn Abdul
Aziz , dipandang sebagai orang pertama yang memperkenalkan
struktur tersebut . Masjid Madinah atau Masjid Nabi merupakan
masjid pertama yang memiliki mihrab . Struktur tersebut kemudian
menjadi karakteristik umum di semua masjid dan seperti halnya
altar kristen , dipandang sebagai lokasi paling sakral . Dengan
demikian , mihrab menjadi bagian utama dari berbagai bentuk
dekorasi orang Islam .
Al - Walid I merubah penampilan dari masjid Nabawi
dengan sebelumnya dan memiliki perubahannya pada saat itu .
Pada renovasi saat itu , al - Walid I menambahkan empat menara
pada setiap sudutnya , empat menara ini dibuat lebih tinggi dari
dinding yang lain , serta dilakukan penebalan di empat titiknya .
Selain itu , renovasi pada masjid ini atap dari masjid . Pada
penopang atap juga mengalami perkembagan , pilar - pilar yang
terdapat pada penopang atap terdiri dari kolom - kolom penyangga
dan pasangan balok pendukung , mengalami evolusi bentuk secara
konsisten.
Di bawah gubernur Umar ibn Abdul Aziz , memperkenalkan
minaret dan balkon pada masjid . Perluasan oleh Walid ibn Abdul
Malik , panjang dan lebar masing - masing bertambah 90 m
sehingga luas penambahan 2369 m² . Menurut sejarawan ibn
Qodamah , dalam pembangunan ini Walid mendapat bantuan 40
orang buruh , 40 tenaga berbagai keahlian , emas dan Mozaik
dikirim oleh Raja Roma . Pada renovasi , dinding Masjid ini dihiasi
mozaik dan batu permata . Tiangnya dari batu marmer , lantainya
dari batu Pualam , plafonnya bertatahkan emas murni , ditambah
empat buah menara .

Masjid Nabawi di Madinah (1321)

Masjid Nabawi di Madinah


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dinasti Umayyah ( 661- 750 M ) didirikan oleh Mu'awiyah ibn Abu
Sofyan ( 661 - 681 M ) yang merupakan Khalifah pertama pada masa Dinasti
Umayyah . Mu'awiyah ibn Abu Sofyan menjabat menjadi khalifah selama
kurang lebih 20 tahun . Pada masa Dinasti Umayyah ibukota dipindahkan ke
Damaskus yang sebelumnya pada masa Ali ibn Abi Tholib ibukota berada di
Kuffah . Pada masa pemerintahan Abdul Malik ibn Marwan , ia melakukan
beberapa kebijakan antara lain dalam sosial, Ekonomi, dan Politik. Pada masa
pemerintahannya ia menetapkan bahasa arab sebagai bahasa resmi,
mendirikan pabrik mata uang , dan melawan pemberontakan dari Mukhtiyar,
Ibnu Zubair, dan gerakan Khawarij. Pada masa Walid ibn Abdul Malik juga
melakukan beberapa kebijakan. Pada masa kekuasaan Abdul Malik ibn
Marwan khalifah ke-5 dari dinasti Umayyah membangun Masjid yaitu
Kubbah batu karang. Masjid ini terletak di Yerussalem dengan bentuk
bangunan oktagonal. Bangunan ini didirikan dimana diyakini di tempat itu
dimana Nabi Muhammad naik ke langit pada saat menjalankan Isra Mi'raj.
Setelah Abdul Malik wafat pemerintahan digantikan oleh putranya Walid ibn
Abdul Malik.
Pada masa Walid ibn Abdul Malik melakukan beberapa konstribusi
didalam hal bangunan. Pada masa Khalifah Walid mengambil alih kawasan
gereja Romawi Santi Yahya , yang pada mulanya merupakan kuil Jupiter , dan
membangun masjid besar yang diberi nama Umayyah . Pembangunan Masjid
mengubah total tata letak bangunan sebelumnya , masjid ini dibangun untuk
menampung jama'ah yang besar bagi warga Damaskus . Selain itu , pada masa
khalifah Walid melakukan beberapa renovasi terhadap bangunan sebelumnya .
Diantaranya Masjid yang direnovasi Masjidil Haram yang disempurnakan
kembali bangunannya , dengan memperhatikan aspek estetika . Kemudian
masjid yang direnovasi kembali adalah Masjid Nabawi , ia memperluasnya
dari semua sisi, serta memasukkan beberapa bilik istri-istri nabi ke dalam area
masjid Masjid Kubah Batu dan Masjid Damaskus mendapat beberapa
pengaruh kebudayaan dari luar.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan
dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.
Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan juga
sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian dan sebagai penutup penutup semoga makalah ini dapat
diterima dihati dan diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Itsnawati, S. N. (2017). Perkembangan Kubah Batu, Masjid Damaskus,


Perluasan Masjid Al-Haram dan Masjid Nabawi pada Masa Khalifah Abdul
Malik Bin Marwan dan Walid Bin Abdul Malik, 195-220.

Surma, H. (2020). Arabisasi Pemerintahan Islam pada Masa Khalifah Abdul


Malik bin Marwan, 204-212.

Syamsul, K. (2014). MASJID DALAM LINTASAN SEJARAH UMAT ISLAM, 169-


184.

Taufik, R. (2018). Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase, 86-98.

Anda mungkin juga menyukai