Bab 3 Analisis Sistem Informasi Akuntansi Siklus Konversi Pt. Mulia Knitting Factory (Studi Kasus Perencanaan Produksi) Yang Berjalan
Bab 3 Analisis Sistem Informasi Akuntansi Siklus Konversi Pt. Mulia Knitting Factory (Studi Kasus Perencanaan Produksi) Yang Berjalan
BAB 3
perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas yang didirikan dengan akte notaris Mr. Rd.
Soedja No. 230, tanggal 30 Juli 1955 dan ditetapkan melalui Menteri Kehakiman
Negara No.27 Tahun 1956, yang berkali-kali diubah, ditambah dan terakhir dengan Akte
1955, perusahaan ini didirikan Bapak Phan Wan Shit dan Raden Udjer. Lokasi awal
berdirinya perusahaan ini hingga tahun 1981, berlokasi di Jalan Aipda K.K. Tubun No.6
Jakarta Barat. Sejalan dengan waktu dan perkembangan perusahaan, kemudian pada
tahun 1982 lokasi perusahaan dan plant pabrik dan juga kantor berpindah lokasi ke Jalan
Daan Mogot KM 16, Jakarta Barat dengan luas ± 8300m² hingga saat ini dengan
bergerak didalam bidang insdustri tekstil perajutan di Indonesia dan merupakan yang
tertua di Indonesia. Pada awalnya bidang inti usaha perusahaan adalah knitting factory,
89
(garment).
Tahun 1967 bisnis perusahaan dijabat oleh putranya, yaitu Bapak Max Mulyadi
Supangkat dengan istrinya Ibu Surya Sutedja, lalu kemudian pada tahun 1979 dijabat
hingga saat ini putra sulungnya, Bapak Henry S Supangkat yang melanjutkan dengan
sebagai direktur utama (CEO) PT Mulia Knitting Factory, dimana Bapak Henry S
Supangkat merupakan generasi ketiga yang mengelola bisnis keluarga ini. Digenerasi
keempat, saat ini perusahaan dikelola oleh kedua anaknya Hanan Supangkat yang
membenahi sistem distribusi dan operasi perusahaan dan Yvonne Supangkat yang
informasi perusahaan
perluasan dalam bidang produksi dan pemasarannya. Bantuan ini tidak lepas daripada
bantuan pemerintah yang berupa bantuan kredit dari Bank Negara Indonesia 1946
(BNI’46). Dan dalam tahun itu pulalah, dengan peningkatan mutu produk yang dapat
bersaing sejajar dengan produk garmen dari Hongkong, Taiwan dan Korea, perusahaan
mencoba untuk memasuki pasar luar negeri yaitu Swedia, Perancis, Jerman dan juga
Rumania dengan mencoba menerapkan ISO 9001 dibagian garmen ekspor sebagai
langkah awal untuk menembus pasar dunia. Alhasil usaha-usaha yang telah dilakukan
perkembangan masa depan yang lebih cerah bagi pengembangan PT Mulia Knitting
Factory.
membangun pasar dalam negeri (lokal) sebagai akibat dari merosotnya nilai mata uang
rupiah. Yang akhirnya pada saat itu PT Mulai Knitting Factory mulai mencoba untuk
mengalihkan perhatian ke pasar ekspor, seperti Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.
Maka mulainya diekspor produk celana dalam pria dan produk garmen jadi ke Amerika
Serikat seperti Jessy Benny, Boss, Tommy Hilfiger, Polo Ralph Lauren, Osh Kosh, Brue
33, Lee dan Calvin Klein. Pasar ekspor ini didapatkan melalui buying house di
tetapi kini sudah tercatat 1200 orang karyawan tetap dan subkontrak yang bekerja baik
itu di plant pabrik maupun kantor, sehingga tampak, PT. Mulia Knitting Factory dengan
padatnya modal namun juga padat karya yang secara otomatis menjadi asset nasional
dan juga membuka lapangan kerja luas bagi masyarakat sekitar dan Indonesia.
Pada awal mula berdirinya, fokus awal perusahaan adalah bergerak dalam usaha
pemintalan kapas hingga menjadi benang (spinning) dan juga merajut benang menjadi
kain grey (knitting). Tetapi dengan sejalan perkembangan jaman dan dorongan untuk
dengan membagi perusahaan menjadi tiga divisi dimana terdiri dari perajutan (knitting),
91
Dalam masa ekspansif ini, bisnis Mulia Knitting Factory berkembang pesat dan dapat
dikatakan PT Mulia Knitting Factory merupakan salah satu produsen pakaian dalam pria
Factory mempunyai beberapa pasar untuk memasarkan produknya yaitu pasar domestik
(untuk produksi pakaian dalam khususnya merek “Rider” dan “Swan”), pesanan
pemerintah dan pasar ekspor ke Amerika dan Kanada (Osh Kosh, Lee, Antigua, Tommy
Hilfiger, Phillip Van Heusen, Boss, Polo Kids dan lainnya), Eropa (Celio) dan Asia
(Decade).
Sulawesi
‐ PT Inti Jaya
Jawa Tengah
saja dan tertutup bagi pengusaha luar maupun sekitarnya. Kedudukan tertinggi
perusahaan berada ditangan dewan komisaris dan perusahaan di bagi menjadi lima
DEWAN KOMISARIS
DIREKSI
SEKRETARIS
HUMAS
PERUSAHAAN
BAGIAN BAGIAN
BAGIAN UMUM BAGIAN KNITTING
PEMBENDAHARAAN PENJUALAN
BAGIAN
GARMENT
BAGIAN
PEMERIKSAAN
DAN PERBAIKAN
1. Dewan Komisaris
Merupakan bagian yang menjadi juru bicara direksi dalam hubungannya dengan
swasta ataupun pemerintah. Bagian ini juga menjalin hubungan baik dnegan
Merupakan orang yang bertanggung jawab atas bagian personalia dan umum.
5. Manajer Pemasaran
kepala bagian gudang dan transportasi, kepala bagian penjualan dan kepala
6. Manajer Keuangan
kepala bagian kalkulasi anggaran, kepala bagian bendahara, dan kepala bagian
Merupakan orang yang bertanggung jawab atas bagian produksi dan teknik.
kepala bagian Bleaching, Dyeing dan Finishing, kepala bagian garmen, kepala
proses produksi secara keseluruhan mulai dari perajutan sampai pada packaging
produk dan memastikan proses produksi telah berjalan sesuai dengan rencana
produksi serta memberikan laporan yang diminta oleh direksi berkaitan dengan
bagiannya.
Suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam menangani masalah personalia
(tenaga kerja). Bagian ini berwenang untuk mengatur pelaksanaan masalah tata
usaha atau kepegawaian dan pembayaran gaji atau upah, mencari tenaga kerja
perawatan bangunan
97
pembelian bahan baku untuk produksi. Bertanggung jawab atas pembelian dan
dari hasil produksi serta pembuatan laporan penjualan untuk dilaporkan kepada
direksi.
semua anggaran dan bertanggung jawab atas pembayaran hutang kepada kreditur
rajutan (knitting) benang menjadi sebuah kain hasil rajutan yang siap untuk
(pembersihan kain hasil rajutan dari kotoran seperti lilin), dyeing (pewarnaan
kain hasil rajutan sesuai pesanan), dan finishing (proses untuk membuat kain
hingga siap diolah termasuk stenter atau pembelahan kain hasil rajutan)
memproduksi kain hasil rajutan hingga menjadi produk jadi seperti celana dalam,
merangkap sebagai perusahaan tekstil. Perusahaan ini mengelola benang menjadi kain
jadi yang dapat langsung di jual ke buyer ataupun juga mengelolanya lagi menjadi
produk jadi berupa pakaian dalam dan baju. Jenis kain yang dihasilkan berupa single
knit, interlock, lacoster, Rib 1x1, rib 2 x1, rib 2x2, rib 5x2
Jenis-jenis pakaian dalam yang dihasilkan berupa singlet pria dan celana dalam
pria dengan berbagai macam ukuran, model dan warna. Merek yang digunakan oleh
perusahaan untuk memasarkan produksinya adalah Rider dan Swan. Sedangkan baju
yang dihasilkan sebagian besar untuk permintaan pelanggan luar negeri (untuk
kebutuhan ekspor)
produksi akhir dari kain menjadi pakaian. Produk yang dihasilkan berupa baju, baju
dalam, dan celana dalam. Target pasar penjualan produk ini berasal dari segala usia,
mulai dari anak-anak sampai dewasa. Pada bagian garmen terdapat 2 subbagian yaitu :
1. Garmen Lokal
Untuk produksi pakaian dalam “RIDER” sendiri, sampai saat ini telah terdapat
67 jenis pakaian dalam yang diperuntukkan bagi mereka yang berumur 5-8
tahun, 20-35 tahun dan 35 tahun ke atas. Sebagian dari produk-produk tersebut
ditambahkan pada pakaian saat pencucian kain yang membuat produk tersebut
b. Garmen ekspor
Merupakan bagian yang proses produksinya menghasilkan baju atau kaos untuk
memenuhi permintaan dari pasar luar negeri (ekspor) dan hanya sebagian kecil
Proses produksi pada garmen lokal dan garmen ekspor pada umumnya adalah
sama. Proses produksi dilakukan mulai dari pemotongan kain, penjahitan dan terakhir
a. Cutting
Pada bagian cutting terdapat beberapa proses yang dilakukan pada kain
untuk merapikan kain dan menyusun kain dalam bentuk tumpukan sehingga
yang telah tersedia dan menggelarkan kira-kira sebanyak 6 roll kain. Setelah
itu dilakukan pengukuran terhadap kain agar dengan panjang kain tersebut
dapat dibagi lagi. Setelah kain digelar, maka dilakukan penggambaran pola
berdasarkan bentuk pola yang disediakan. Setelah itu, kain akan dipotong-
potong per pola, yang selanjutnya dikirim ke work station pemotongan. Pada
b. Sewing
mesin dan dapat digunakan untuk penjahitan semua produk pakaian dengan
mesin di operasikan oleh satu orang operator. Oleh karena itu, pada bagian
c. Packing
Pada bagian packing, barang jadi akan disetrika sebelum dilipat dan dikemas.
Selain itu untuk ukuran besar digunakan setrika tangan. Setrika tersebut
dan kotoran serta mematikan kuman pada pakaian. Setelah itu pakaian
barcode dan size. Kemasan yang digunakan berupa kemasan plastik dan
kardus. Produk dengan kemasan plastik akan dipacking per satuan kardus
per lusin. Sedangkan untuk produk dengan kemasan kardus akan dipacking
per satuan plastik per lusin. Dan selanjutnya dimasukkan ke dalam kardus
besar dan setelah itu siap untuk didistribusikan. Pada bagian ini juga terdapat
sebagai berikut :
• Mesin cutting
• Mesin merk
• Mesin obras
• Mesin som
• Mesin bis
• Mesin bartek
• Mesin haso
• Mesin cuci
• Setrika
dikehendaki dengan cara perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai,
inspeksi yang terus menerus, serta tindakan korektif jika diperlukan. PT Mulia Knittting
Factory merupakan salah satu perusahaan yang melakukan quality control pada setiap
proses produksinya mulai dari perajutan di bagian knitting sampai pada packing di
bagian garmen. Pada bagian garmen, quality control dilakukan pada subbagian. Pada
105
subbagian cutting, quality control dilakukan pada saat kain digelar di meja panjang.
Penggelaran kain dilakukan sambil mencari defect pada potongan kain yang dijahit.
Apabila ditemukannya defect maka akan dipisahkan untuk dilakukan proses perbaikan.
Selain itu juga akan dilakukan proses pengecekan size dari produk, dalam ukuran S,M,
dan L. Setelah proses sewing, selanjutnya dilakukan proses quality control pada bagian
ulang ukuran dan pengecekan noda. Selanjutnya untuk finishing, akan dilakukan
pengecekan secara total, dan apabila tidak ada defect, produk siap dipacking. Defect
yang terjadi pada garmen ada yang dapat di rework dan ada yang tidak, tergantung pada
jenis defect yang terjadi. Jenis defect secara garis besar dikategorikan sebagai berikut:
• Defect akibat bolong, produk cacat tidak dapat do rework, namun dapat
• Defect akibat kotor atau bernoda, produk cacat dapat dibersihkan dengan
garmen.
• Defect akibat salah jahit, produk cacat dapat dirework. Produk cacat
Berdasarkan data penjualan tiga tahun terakhir dari bagian marketing akan di
sesuaikan kembali oleh PPIC dan ditambahkan dengan perkiraan promosi yang akan di
lakukan tahun depan, PPIC membuat grand planning yang kemudian akan di cek dan di
setujui oleh COO. Grand Planning yang telah disetujui akan diberikan kepada bagian
planning yang telah diberikan PPIC. Production Planning berisi detail jumlah produk
kebutuhan bahan selama sebulan kepada PPIC untuk menentukan kapasitas mesin di
bagian knitting dan berapa jumlah benang yang dibutuhkan. Jika kebutuhan kain di
bagian knitting tidak mencukupi, maka bagian garmen akan mengeluarkan Order Sheet
sebagai permohonan pembuatan kain ke bagian knitting. Setelah selesai dirajut, bagian
knitting akan mengirimkan bahan ke bagian Bleaching dan Finishing beserta surat jalan.
Bagian garmen akan mengeluarkan Order Sheet ke bagian Bleaching dan Finishing
untuk meminta pengerjaan pencelupan sesuai dengan nomor Order Sheet yang telah
Kain yang telah selesai dicelup dan finishing langsung diantar ke bagian garmen
beserta surat jalan. Di bagian garmen, kain yang telah di antar akan di cek terlebih
dahulu sebelum di gelar di mesin gelar. Bila terdapat defect, maka akan diberi tanda
oleh bagian quality control. Setelah itu kain digelar di mesin gelar dan digambar pola.
107
Kain yang sudah digambar pola segera dipotong per kotak sebelum di potong sesuai
bentuk pola singlet. Selesai di potong, kain dan kartu premi di kirim ke bagian sewing.
Selesai di jahit, barang akan dikirim ke bagian finishing dengan kartu premi. Pada
bagian finishing, barang akan dicek kembali. Jika ada defect yang berhubungan dengan
jahitan dan dapat dirework maka akan di kembalikan ke bagian sewing. Defect akibat
noda akan di cuci sedangkan defect yang tidak dapat dirework akan dipisahkan san
aksesoris dibagian finishing mencapai limit. Bagian finishing akan mengirimkan orang
aksesoris dan surat jalan. Setelah selesai di packing, barang di kirim ke gudang barang
Setiap kepala bagian akan melaporkan hasil produksi dan pemakaian bahan
kepada bagian garmen lokal. Dari laporan-laporan tersebut akan dibuatkan laporan hasil
produksi dan pemakaian bahan secara keseluruhan kemudian diserahkan pada bagian
aksesoris ke bagian garmen. Bagian garmen akan mengecek stok apakah stok yang ada
cukup untuk produksi saat itu. Bila tidak mencukupi, maka bagian garmen akan
pembelian tersebut akan dibuat purchase order rangkap empat. yang kemudian
diberikan ke bagian garmen untuk di cek dan ditandatangani. Purchase order yang
sudah ditandatangani oleh bagian garmen akan diserahkan ke direksi untuk di setujui.
setujui direksi, bagian purchasing akan mengirimkan purchase order ke supplier melalui
fax.
Barang yang datang dari supplier akan dicek oleh gudang bersama dengan
purchase order yang diberikan oleh purchasing. Barang yang masuk kemudian dicatat
dalam laporan penerimaan barang dan diberikan kepada bagian purchasing dan
accounting.
Laporan biaya produksi akan dibuat oleh bagian accounting berdasarkan laporan
produksi dan pemakaian bahan bagian garmen lokal, laporan pemakaian bahan dan
laporan biaya tenaga kerja bulanan yang diperoleh dari bagian bendahara.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada flowchart diagram dan rich picture
prosedur penjualan kredit, retur barang dan penagihan yang berjalan berikut ini
109
PPIC
Mulai
Membuat
Grand
Planning
2
Grand Planning 1
Memberikan
Grand
Planning ke
COO untuk
disetujui
2
Grand Planning 1
Bagian Garmen
111
112
Laporan Stok
Aksesoris Per
Minggu
Mengecek
Stok Aksesoris
dengan Plan
Production
Membuat
Stok
TIDAK Permohonan
Mencukupi?
Pembelian
YA
2
selesai Permohonan 1
Pembelian
9
N
Bagian Knitting
OS 2
Melakukan
Produksi
Membuat
Surat Jalan
Bersama Barang
2
Surat Jalan 1
Gudang Buffer
OS 3
Mengambil
barang
digudang
buffer
Melakukan
Proses
Produksi
Membuat
Surat Jalan
2
Surat Jalan 1
Gudang Aksesoris
6 7
Nota Pengeluaran 2
Barang
Daftar aksesoris
Mencatat
stok
Menyiapkan
barang
Membuat
Laporan Stok
Membuat Aksesoris
Nota Mingguan
Pengeluaran
Barang
Bersama barang
Laporan stok
aksesoris
mingguan
4
3
2
Nota Pengeluaran 1
Barang
8
kurir
7
Garment
116
Gudang Aksesoris
Bagian Purchasing
Bagian Payroll
Bagian Accounting
5 11
Laporan Biaya
Laporan
Pemakaian Tenaga
Produksi
Bahan Kerja
Laporan Harga
Pokok Produksi
Melaporkan
kepada COO
dan CFO
Selesai
$
$
Gambar 3.12 Rich Picture Prosedur Pengadaan Bahan
123
bahan yang diperlukan untuk suatu produk dan menentukan berapa banyak
harga bahan yang akan digunakan dalam perhitungan harga pokok produksi.
pokok produksi dan mencatat jurnal-jurnal dari transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan
125
1. Grand Planning
Grand planning dikeluarkan oleh PPIC berdasarkan data penjualan tiga tahun
dari rencana produksi perbulan dalam setahun, hari kerja, jenis produk dan
2. Plan Production
Setelah menerima Grand Planning dari PPIC, bagian garmen akan membuat
menjadi total produksi untuk setiap ukuran setiap jenis produk. Production
3. Order Sheet
dikeluarkan oleh bagian garmen. Order sheet akan dibuat 3 rangkap dan
4. Permintaan Pembelian
Formulir yang digunakan bagian Garmen ketika stok bahan di gudang tidak
5. Purchase Order
Formulir ini digunakan oleh bagian gudang untuk mencatat setiap pengiriman
Formulir ini dikeluarkan oleh bagian gudang setiap ada pengambilan dari
bagian garmen. Formulir ini diberikan kepada karyawan garmen yang datang
mengambil bahan dan kepada bagian garmen untuk mengecek bahan yang
diterima.
127
Data absensi yang diperoleh personalia kemudian dicek dengan laporan dari
perhitungan gaji tenaga kerja oleh bagian bendahara. Setiap bulannya bagian
bagian akuntansi.
PT Mulia Knitting Factory memiliki divisi tekstil dan garmen. Divisi garmen
sendiri terbagi menjadi dua yaitu garmen lokal dan garmen ekspor. Divisi garmen lokal
Penulis mengambil produk singlet Rider R123B karena produk ini adalah produk yang
memiliki tingkat produksi paling tinggi di perusahaan dan memiliki pangsa pasar
Berikut ini adalah laporan harga pokok produksi PT Mulia Knitting Factory Ltd
Tabel 3.1. Tabel Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Lusin Singlet Rider R123B
Menurut Perusahaan
Jumlah Biaya Per Lusin Total Per Lusin
Keterangan
Pemakaian (Rp) (Rp)
Bahan baku 0.9 kg 62.010 55.809
Aksesoris 4.528
Upah 4.182
Biaya Overhead Pabrik :
Listrik 907
Solar/Gas 1.262
Pemeliharaan 237
Limbah 24
Gaji dan Kesejahteraan 284
Penyusutan 947
Biaya Lain-Lain 47
Penulis mendapatkan data harga pokok produksi dimana setiap komponen biaya
beberapa jenis produk pakaian dalam pria, dan dalam penelitian ini penulis mengambil
produk singlet Rider R123B karena memiliki pangsa pasar terbesar dan jumlah produksi
standar penggunaan bahan untuk produksi satu lusin singlet. Pada perhitungan biaya
129
tenaga kerja, PT Mulia Knitting Factory menjumlahkan gaji tenaga kerja dengan
tunjangan hari raya dan dialokasikan langsung per satu lusin produk. PT Mulia Knitting
tidak menggunakan tarif overhead dimuka. Alokasi biaya overhead pabrik PT Mulia
Knitting Factory berdasarkan total biaya overhead dibagi dengan persentase jumlah
produksi singlet Rider dengan produk yang lain. PT Mulia Knitting Factory juga
membebankan biaya operasi kantor dalam perhitungan harga pokok produksi sebesar
6%. Biaya- biaya tersebut antara lain : overhead kantor, listrik kantor, PBB, asuransi,
metode process costing walaupun proses produksi dilakukan secara terus menerus.
Perusahaan tidak melakukan perhitungan unit ekuivalen dan berasumsi barang dalam
proses serta persediaan sama dengan nol karena merupakan bagian dari perencanaan
produksi, memasuki masa libur natal dan tahun baru sehingga tenaga kerja diliburkan
oleh pihak perusahaan, dan perusahaan memasuki masa tutup buku. Dengan kondisi-
kondisi tersebut, PT Mulia Knitting tidak melakukan produksi sehingga tidak ada
persediaan awal dan persediaan akhir. Persediaan pada PT Mulia Knitting Factory
adalah kain sehingga persediaan bukan persediaan yang mudah rusak atau usang.
Dengan tidak adanya persediaan awal dan persediaan akhir menyebabkan tidak adanya
unit ekuivalen. Berdasarkan data harga pokok produksi yang diperoleh, penulis tidak
dapat mengetahui secara tepat pengalokasian biaya yang dilakukan oleh PT Mulia
Knitting Factory. PT Mulia Knitting Factory juga tidak menentukan tarif overhead
130
dimuka. Menurut penulis, divisi garmen lokal terdiri dari tiga departemen produksi yaitu
pabrik
berdasarkan pusat biaya dan harus memiliki kriteria yang jelas sehingga informasi biaya
yang dihasilkan adalah informasi akurat. Apabila klasifikasi biaya dan perhitungan
biaya produksi tidak dilaksanakan dengan tepat dan benar maka akan mengakibatkan
hasil produksi menjadi kurang akurat. Selain itu dengan tidak memperhitungkan adanya
seakan-akan gratis. Dengan adanya pengalokasian biaya yang tepat terutama yang
departemen pendukung.
penilaian dan perbaikan atas klasifikasi dan perhitungan biaya produksi yang telah
131
dilaksanakan dengan benar berdasarkan pusat biaya dan apakah cara perhitungan telah
Klasifikasi dan perhitungan harga pokok produksi memiliki peranan yang sangat
penting dalam pengikhtisaran data biaya. Timbulnya informasi biaya kurang akurat
biasanya disebabkan oleh klasifikasi biaya yang tidak tepat dan tidak berdasarkan pusat
biaya. Metode perhitungan biaya produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan juga
dapat mengakibatkan perhitungan biaya menjadi tidak akurat, jika perusahaan salah
unsur yaitu :
Pada perhitungan harga pokok produksi PT Mulia Knitting, bahan baku yang
dihitung adalah kain rib 2 x1. Perusahaan menggunakan jumlah bahan baku
yang sudah ditetapkan awal untuk memproduksi satu lusin singlet yaitu 0.9 kg.
Menurut penulis, bahan baku untuk singlet Rider R123B terbagi menjadi :
Bahan baku langsung yang terdapat pada proses produksi singlet Rider
R123B adalah kain rib 2 x 1 dan kain bis. Kain rib 2 x 1 adalah bahan baku
Pada departemen jahit, bahan baku penolong berupa merek dan benang.
Benang yang digunakan ada beberapa jenis yaitu benang putih, benang nilon
2. Aksesoris
PT Mulia Knitting Factory mengakui aksesoris sebagai biaya yang terpisah dari
adalah benang, merek, layer, polybag, lakban Rider, bawahan, dan tutupan.
Biaya tenaga kerja pada PT Mulia Knitting Factory adalah biaya tenaga kerja
1.170.000.
sudah tepat karena biaya yang dibayar oleh perusahaan adalah gaji tenaga kerja
Berikut ini akan dibahas perhitungan biaya produksi PT Mulia Knitting Factory :
134
Tabel 3.2 Biaya Produksi Per Lusin Singlet Rider R123B Sebelum dan Sesudah
Direklasifikasi
Keterangan Jumlah Biaya Reklasifikasi Selisih
Menurut Menurut (Rp)
Perusahaan Penulis (Rp/Per
(Rp/Per Lusin) Lusin)
Bahan Baku 55.809 55.809 0
Aksesoris 4.528 0 4.528
(dipindahkan ke
biaya overhead
pabrik)
Upah 4.182 4.182 0
Overhead Pabrik :
Aksesoris 0 4.528 4.528
Listrik 907 907 0
Solar/Gas 1.262 0 1.262
Pemeliharaan 237 237 0
Limbah 24 0 24
Gaji dan Kesejahteraan 284 284 0
Penyusutan 947 947 0
Biaya Lain-Lain 47 47 0
Total Biaya Overhead Pabrik 3.708 6.950 3.242
Biaya Kantor 4.094 0 4.094
(tidak termasuk
dalam biaya
produksi)
Total Biaya Produksi/Lusin Rp 72.321 Rp 66.941 Rp 5.380
Diolah oleh : Penulis
Dari data di atas terdapat biaya dari divisi tekstil yaitu biaya solar/gas sebesar Rp
1.262 per lusin dan biaya limbah sebesar Rp 24 per lusin. Menurut penulis biaya-biaya
tersebut seharusnya tidak termasuk biaya produksi singlet atau tidak menjadi biaya
produksi di divisi garmen. Biaya kantor seharusnya menjadi biaya produksi tetapi biaya
operasi. Dengan demikian selisih ini dapat menekan harga lebih rendah.
135
Proses produksi pada divisi garmen lokal PT Mulia Knitting Factory adalah
process costing namun pencatatan dan perhitungan harga pokok produksinya tidak
menurut metode process costing. Perusahaan tidak mencatat data barang dalam proses
dan persediaan sehingga tidak terdapat perhitungan unit ekuivalen. Metode penentuan
harga pokok produksi yang diterapkan oleh PT Mulia Knitting Factory adalah metode
penentuan harga pokok produksi penuh (full costing), karena dalam menghitung harga
pokok produksi, perusahaan harus memasukkan semua unsur biaya produksi yang terdiri
dari bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
menurut analisis penulis mengenai reklasifikasi biaya dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Reklasifikasi Biaya Produksi Per Lusin Singlet Rider R123B
Keterangan Perusahaan Reklasifikasi
(menurut penulis)
Bahan baku Biaya Bahan Baku
Langsung
Aksesoris Biaya Bahan Biaya Overhead Pabrik
Upah Tenaga Kerja Langsung
Listrik Biaya Overhead Pabrik
Solar/Gas Biaya Overhead Pabrik Tidak termasuk biaya
produksi singlet
Pemeliharaan Biaya Overhead Pabrik
Limbah Biaya Overhead Pabrik Tidak termasuk biaya
produksi singlet
Gaji dan Kesejahteraan Biaya Overhead Pabrik
Penyusutan Biaya Overhead Pabrik
Biaya Lain-Lain Biaya Overhead Pabrik
Biaya Kantor Biaya Kantor Biaya Operasi
Diolah oleh : Penulis
136
Berikut ini adalah perhitungan harga pokok produksi setelah dianalisa oleh
penulis dengan laporan harga pokok produksi singlet Rider R123B yang telah
ditampilkan sebelumnya :
Tabel 3.4 Laporan Harga Pokok Produksi Singlet Rider R123B Menurut Penulis
Jumlah Biaya Per
Total Per Lusin
Keterangan Pemakaian Per Lusin
(Rp)
Lusin (Rp)
Bahan Baku 0.9 kg 62.010 55.809
Upah 4.182
Biaya Overhead Pabrik :
Aksesoris 4.528
Listrik 907
Pemeliharaan 237
Gaji dan Kesejahteraan 284
Penyusutan 947
Biaya Lain-Lain 47
Dari data di atas, pembebanan biaya bahan baku dan tenaga kerja menurut
penulis sudah tepat, sedangkan pada biaya overhead terdapat pembebanan yang kurang
a. Biaya Listrik
Biaya listrik sebesar Rp 907 per lusin dibebankan ke biaya overhead pabrik.
Menurut penulis, pengklasifikasian biaya ini sudah tepat karena biaya listrik
keperluan kantor.
137
b. Biaya Solar/Gas
overhead pabrik. Biaya solar/gas ini dikeluarkan oleh pabrik untuk divisi
tekstil.
digunakan pada proses produksi yang lain, bukan pada proses produksi pada
divisi garmen. Biaya ini harus dipindahkan dari divisi garmen lokal ke divisi
c. Biaya Pemeliharaan
overhead pabrik. Biaya ini adalah biaya pemeliharaan mesin dan pabrik.
d. Biaya Limbah
produksi tekstil.
138
singlet tidak berkaitan dengan air limbah produksi tekstil. Biaya ini harus
perpindahan biaya :
Divisi Tekstil Rp 24
lusin pada biaya overhead pabrik. Biaya ini berkaitan dengan tenaga kerja
tidak langsung seperti mandor dan staf bulanan sertajaminan sosial tenaga
f. Biaya Penyusutan
g. Biaya Lain-lain
h. Biaya Kantor
ke dalam biaya produk. Biaya kantor tersebut antara lain overhead kantor,
listrik kantor, Pajak Bumi dan Bangunan, asuransi, air, gaji staf bulanan,
Menurut penulis, pengklasifikasian biaya ini tidak tepat karena biaya ini
Dari perhitungan harga pokok produksi dan penjelasan diatas dapat dilihat
adanya perbedaan perhitungan harga pokok produksi sebelum dan sesudah reklasifikasi
menurut perusahaan dan penulis. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan adanya
Tabel 3.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Lusin Singlet Rider R123B Sebelum
dan Sesudah Reklasifikasi
Keterangan Perusahaan Reklasifikasi Selisih
(Rp) (Menurut Penulis)
(Rp)
Bahan Baku 55.809 55.809
Aksesoris 4.528 0 4.528
Upah 4.182 4.182
produksi yang kurang tepat mengakibatkan perhitungan harga pokok produksi menjadi
tidak akurat. Hal ini dapat dilihat dari total biaya produksi yang dihitung perusahaan
adalah sebesar Rp 72.321 per lusin. Setelah dilakukan reklasifikasi, total biaya produksi
menjadi Rp 66.941 per lusin dengan selisih sebesar Rp 5.380. Selisih ini terjadi karena
solar/gas pada biaya overhead pabrik. Perusahaan juga membebankan biaya operasi
pada biaya produksi. Harga pokok produksi juga mempengaruhi harga jual, semakin
tinggi harga pokok produksi maka semakin tinggi juga harga jual.
141
Penetapan harga jual PT Mulia Knitting Factory ditetapkan pada awal produksi.
dari pihak perusahaan, mark up adalah sebesar 22 % dan belum termasuk 10 % pajak
pertambahan nilai. Penentuan jumlah persentase ini karena produk singlet Rider R123B
ini adalah untuk dapat menutupi biaya operasi dan mendapatkan laba bagi perusahaan.
Disamping itu produk ini adalah barang yang bersifat tahan lama dan diminati para
pelanggan khususnya kaum lelaki, dengan jumlah penduduk Republik Indonesia yang
semakin meningkat.
Perhitungan penetapan harga jual dihitung dari harga pokok produksi menurut
maka harga jual singlet Rider R123B adalah (22 % x Rp 71.035) + Rp 71.035 = Rp
142
86.663 ditambah pajak 10 % menjadi Rp 95.350 per lusin. Jika dihitung per unit maka
Knitting Factory dalam setahunnya dapat memproduksi sebesar 431.000 lusin atau
Salah satu fungsi dari penetapan harga pokok produksi adalah sebagai dasar
penilaian atas penetapan harga jual. Penilaian atas penetapan ini berguna bagi
Salah satu ukuran yang digunakan dalam menilai penetapan harga jual adalah
dengan melihat presentase margin perusahaan. Hal ini bertujuan sebagai dasar analisa
Perusahaan menentukan harga jual produk sebesar Rp 97.000 per lusin. Menurut
penulis, harga tersebut terlalu tinggi karena setelah dilakukan reklasifikasi terjadi
penurunan biaya produksi. Penulis menyarankan agar harga jual tersebut diturunkan
mengantisipasi kenaikan ataupun penurunan harga bahan dan dapat bersaing dalam
industri sejenis dengan merk-merk seperti Hings, GT Man, Swan, Crocodile dan lainnya.
Dari tabel di atas terlihat penulis melakukan penurunan harga jual sebesar Rp
4.800 atau sebesar 4%. Hal ini disarankan oleh penulis karena perusahaan
membebankan biaya produksi lebih tinggi dari seharusnya. Biaya produksi yang terlalu
tinggi disebabkan oleh pembebanan biaya overhead yang terlalu tinggi dari seharusnya.
Biaya overhead yang terlalu tinggi disebabkan biaya yang seharusnya tidak dibebankan
ke overhead pabrik tetapi oleh perusahaan dibebankan ke overhead pabrik, seperti biaya
akhir perusahaan yaitu memperoleh laba optimal, bahkan kegagalan mencapai target
penjualan dapat mengakibatkan kerugian perusahaan. Oleh karena itu, perlu sekali bagi
perusahaan untuk mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar
Biaya overhead pabrik dapat diklasifikasikan menurut tingkah laku biaya yaitu
biaya tetap dan biaya variabel. Penulis sudah mengklasifikasikan informasi biaya
produksi dari kunjungan survey. Berikut adalah pengklasifikasian biaya tetap dan biaya
Tabel 3.7 Pengklasifikasian Sifat Biaya Pada Laporan Harga Pokok Produksi Per Lusin
Singlet Rider R123B
Keterangan Total Per Lusin (Rp) Sifat Biaya
Bahan Baku 55.809 Biaya Variabel
Upah 4.182 Biaya Variabel
Biaya Overhead Pabrik :
Aksesoris 4.528 Biaya Variabel
Biaya Listrik Tetap 2 Biaya Tetap
Biaya Listrik Variabel 905 Biaya Variabel
Pemeliharaan 237 Biaya Tetap
Gaji dan Kesejahteraan 284 Biaya Tetap
Penyusutan 947 Biaya Tetap
Biaya Lain-Lain 47 Biaya Tetap
Diolah oleh : Penulis
Tabel 3.8 Perhitungan Biaya Variabel Per Lusin Singlet Rider R123B
Keterangan Total Per Lusin Total Per Lusin (Rp)
(Rp)
Bahan Baku 55.809 55.809
Upah 4.182 4.182
Biaya Overhead Pabrik Variabel :
Aksesoris 4.528
Biaya Listrik Variabel 905
Total Biaya Overhead Pabrik Variabel 5.433
Total Biaya Variabel Per Lusin 65.424
Diolah oleh : Penulis
biaya tetap dalam setahun untuk memproduksi singlet Rider R123B sebesar Rp
Berikut adalah perhitungan titik impas singlet Rider R123B harga jual menurut
perusahaan:
Berikut adalah perhitungan titik impas singlet Rider R123B dengan harga jual
menurut penulis:
Laba = (Total Produksi dalam setahun x harga jual menurut perusahaan) – {Biaya tetap
Laba = (Total Produksi dalam setahun x harga jual menurut penulis) – {Biaya tetap +
9.797.644.634
8.728.393.196 VC
2.841.316.944
FC
Q (dalam lusin)
89.984 106.115
Gambar 3.14 Grafik Break Even Point
Keterangan :
8.699.139.056 sangat baik karena pada masa perekonomian sekarang, tidak mudah
untuk bisa mencapai titik impas apalagi memperoleh laba Penurunan harga akan
mendorong daya beli masyarakat terhadap Singlet Rider R123B semakin tinggi dan
semakin bersaing dengan produk sejenis karena dengan harga yang lebih murah akan
menarik minat konsumen untuk membeli produk Singlet Rider R123B daripada produk
Dalam melakukan evaluasi faktor internal, data diperoleh dari hasil wawancara
dengan direktur PT. Mulia Knitting Factory dan studi pustaka dari berbagai literatur
serta melalui perkuliahan yang telah diikuti. Oleh karena adanya keterbatasan akses
terhadap data-data internal perusahaan yang bersifat rahasia, maka data yang disajikan
bersifat deskriptif yang dianggap mampu menggambarkan secara umum dan terbatas
perusahaan menjadi kekuatan dan kelemahan secara fungsional. Analisis faktor internal
Salah satu kekuatan dari PT Mulia Knitting Factory adalah merk produk yang
dikenal oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan. Hal ini disebabkan
oleh kiprah PT Mulia Knitting yang sudah lebih dari tiga puluh tahun.
Dengan adanya iklan yang dibintangi artis Tora Sudiro, merk Rider menjadi
top of mind dengan slogannya ”Seger bener” dan mendapat perhatian dari
masyarakat Indonesia.
bisa mandiri tanpa harus mengandalkan para supplier untuk bahan baku
utamanya.
seleranya.
jakarta fokus untuk wilayah jakarta, Jawa Barat dan sekitarnya. Kemudian
ada rencana untuk membuka cabang distribusi baru untuk daerah Bali. PT
Mulia Knitting Factory telah merangkul semua pangsa pasar dari Indonesia
Kualitas merupakan hal yang penting karena akan berkaitan dengan kepuasan
pekerjaan yang ada. Kesadaran akan kualitas inilah yang ingin ditingkatkan
oleh PT Mulia Knitting Factory agar bisa terus bersaing dengan merk
lainnya.
2. Data produksi yang belum terintegrasi dan belum akurat dalam work in
process
Saat ini jumlah produksi yang tinggi dirasakan belum bisa memenuhi
pangsa pasar yang belum terpenuhi kebutuhannya akan produk dari PT Mulia
Knitting.
hasil wawancara dengan direktur PT. Mulia Knitting Factory, diperoleh informasi yang
globalisasi ekonomi, politik, dan inovasi antar kompetitor. Faktor-faktor tersebut dapat
dikategorikan menjadi faktor yang mampu memberikan peluang bagi perusahaan dan
faktor yang mampu menjadi ancaman bagi perusahaan pula. Dilakukan pengkategorian
ancaman. Analisis faktor eksternal dapat dilihat pada tabel 3.11 dan tabel 3.12
mesin yang telah dilakukan sejak 2007. Program restrukturisasi mesin tekstil
154
agar industri tekstil di Indonesia dapat bersaing dengan industry tekstil Cina
Factory yang rutin melakukan pergantian mesin setiap lima tahun. Langkah
2. Perkembangan Teknologi
hal produksi maupun dalam organisasi. Selain itu juga dapat membantu
perusahaan.
Saat ini, perusahaan masih memiliki pasar yang belum terjangkau ditandai
mencari pangsa pasar yang lebih luas dalam upaya meningkatkan omset
penjualan.
155
mengembangkan produk baru yang sesuai dengan minat pasar saat ini. PT
Salah satu sumber ancaman bagi perusahaan adalah pesaing lama yang lebih
unggul. Pesaing lama yang memiliki harga bersaing dan menjadi salah satu
merk yang top of mind. Terdapat pesaing yang sudah berstatus Tbk dan
Bahan baku langka adalah hal yang sangat dihindari perusahaan manapun
perusahaan pada supplier impor. Hal ini akan mengganggu proses bisnis jika
Kompetitor tidak segan memberikan harga yang lebih rendah daripada harga
yang ditawarkan oleh PT Mulia Knitting Factory. Hal ini berlaku tidak
hanya pada pesaing baru tetapi juga pesaing lama. Pesaing lama juga
di bawah standar. Hal ini menjadi ancaman yang cukup kuat bagi PT. Mulia
Knitting Factory
157
Dari faktor internal dan eksternal yang sudah disusun, perusahaan lalu
mengekstraksi faktor internal dan eksternal seperti pada tabel 3.13 dan tabel 3.14.
Setelah melakukan ekstraksi terhadap faktor internal dan eksternal yang ada pada
pembobotan faktor internal dan eksternal untuk menentukan bobot terhadap hasil yang
faktor mana yang lebih berpengaruh terhadap perusahaan dengan metode perbandingan
158
berpasangan (pairwise comparison). Hasil kuisioner dapat dilihat pada tabel 3.15 dan
tabel 3.16
4 O2 Perkembangan teknologI O2 3
O3 Peluang pasar untuk masyarakat pedesaan
5 O2 Perkembangan teknologi
O4 Gaya hidup anak muda yang beralih dari O2 3
singlet
17 O2 Perkembangan teknologi
O2 3
T1 Pesaing lama yang lebih unggul
18 O2 Perkembangan teknologi
T2 Bahan baku yang masih tergantung pada T2 3
impor
19 O2 Perkembangan teknologi
O2 3
T3 Persaingan industry yang ketat
20 O2 Perkembangan teknologi
O2 3
T4 Masyarakat yang memilih harga murah
163
daripada kualitas
internal dan eksternal perusahaan. Kuisioner dapat dilihat pada tabel 3.17 dan 3.18.
164
Tabel 3.17 Hasil Kuisioner Scoring Faktor Internal PT. Mulia Knitting Factory
Faktor Internal Perusahaan Peringkat
S1 Merk produk yang sudah di kenal masyarakat 3
S2 Bisnis yang terintegrasi dari hulu-hilir 3
S3 Memiliki produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar 3
S4 Jangkauan distribusi yang luas 3
W1 Kurangnya kesadaran karyawan akan kualitas 2
W2 Data produksi yang belum terintegrasi dan belum akurat
dalam WIP 2
W3 Pengendalian internal yang tidak sesuai dengan
prosedur 2
W4 Tingkat produksi belum mencukupi permintaan pasar
2
Tabel 3.18 Hasil Kuisioner Scoring Faktor Eksternal PT. Mulia Knitting Factory
Faktor Eksternal Perusahaan Peringkat
O1 Subsidi 10 % dari pemerintah untuk restrukturisasi
mesin 3
O2 Perkembangan teknologi 3
O3 Peluang pasar untuk masyarakat pedesaan 3
O4 Gaya hidup anak muda yang beralih dari singlet 3
T1 Pesaing lama yang lebih unggul 2
T2 Bahan baku yang masih tergantung pada impor
2
T3 Persaingan industri yang ketat 2
T4 Masyarakat yang memilih harga murah daripada kualitas 2
Berpasangan
menentukan bobot faktor internal dan eksternal yang lalu akan dinormalisasikan untuk
mendapatkan bobot akhir yang akan dipakai dalam perhitungan IFE dan EFE.
Perhitungan bobot faktor internal dan eksternal dapat diliihat pada table 3.19 sampai
tabel 3.20.
165
Tabel 3.20 Normalisasi Bobot Faktor Internal PT. Mulia Knitting Factory
S1 S2 S3 S4 W1 W2 W3 W4 TOTAL BOBOT
S1 0.066 0.136 0.029 0.016 0.040 0.250 0.417 0.027 0.982 0.12
S2 0.020 0.045 0.029 0.016 0.040 0.042 0.063 0.027 0.282 0.04
S3 0.199 0.136 0.098 0.194 0.040 0.042 0.063 0.268 1.039 0.13
S4 0.265 0.182 0.029 0.065 0.040 0.042 0.063 0.027 0.712 0.09
W1 0.199 0.136 0.294 0.194 0.133 0.042 0.063 0.268 1.328 0.17
W2 0.020 0.091 0.196 0.129 0.267 0.083 0.063 0.027 0.875 0.11
W3 0.033 0.136 0.294 0.194 0.400 0.250 0.208 0.268 1.783 0.22
W4 0.199 0.136 0.029 0.194 0.040 0.250 0.063 0.089 1.000 0.12
TOTAL 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
166
Tabel 3.22 Normalisasi Bobot Faktor Eksternal PT. Mulia Knitting Factory
O1 O2 O3 O4 T1 T2 T3 T4 TOTAL BOBOT
O1 0.061 0.083 0.028 0.025 0.121 0.097 0.029 0.053 0.497 0.06
O2 0.121 0.167 0.283 0.252 0.182 0.097 0.171 0.316 1.589 0.20
O3 0.182 0.050 0.094 0.168 0.121 0.097 0.171 0.053 0.936 0.12
O4 0.182 0.050 0.047 0.084 0.182 0.097 0.171 0.053 0.866 0.11
T1 0.030 0.050 0.047 0.025 0.061 0.097 0.114 0.053 0.477 0.06
T2 0.182 0.500 0.283 0.252 0.182 0.323 0.171 0.316 2.209 0.28
T3 0.121 0.050 0.028 0.025 0.030 0.097 0.057 0.053 0.462 0.06
T4 0.121 0.050 0.189 0.168 0.121 0.097 0.114 0.105 0.965 0.12
TOTAL 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1.00
Tabel 3.23 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) PT. Mulia Knitting Factory
Strengths Bobot Peringkat Nilai
IFE IFE
S1 Merk produk yang sudah di kenal
masyarakat 0.12 3 0.37
S2 Bisnis yang terintegrasi dari hulu-hilir 0.04 3 0.11
S3 Memiliki produk yang sesuai dengan 0.13 3 0.39
167
kebutuhan pasar
S4 Jangkauan distribusi yang luas 0.09 3 0.27
Subtotal Strengths 0.38 1.130
Weaknesses
Tabel 3.24 Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) PT. Mulia Knitting Factory
Opportunities Bobot Peringkat Nilai
EFE EFE
O1 Subsidi 10 % dari pemerintah untuk
0.06 3 0.19
restrukturisasi mesin
O2 Perkembangan teknologi 0.20 3 0.60
O3 Luasnya pangsa pasar yang belum
0.12 3 0.35
terjangkau
O4 Gaya hidup anak muda yang beralih
0.11 3 0.32
dari singlet
Subtotal Opportunities 0.49 1.457
Threats
Nilai Total yang didapatkan dari tabel – tabel diatas yaitu : 2,376 (IFAS) dan
2,485 (EFAS) dipergunakan untuk mengetahui posisi relative PT. Mulia Knitting
strategi PT.Mulia Knitting Factory terhadap faktor – faktor eksternal dan internalnya.
Untuk mengetahui posisi relative PT. Mulia Knitting Factory dibandingkan perusahaan
- Sumbu X
= 1,130 – 1,246
= -0,116
- Sumbu Y
= 1,457 – 1,028
= 0.399
170
Oppurtunity
0,399
Weakness Strength
‐0,116
Kuadran IV Kuadran II
Threat
matriks SWOT untuk memetakan strategi sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini
Oppourtunity). Dibawah ini merupakan gambar matriks SWOT PT. Mulia Knitting
Factory.
Dari hasil pemetaan strategi berdasarkan diagram dan matrik SWOT diatas,
dapat dilihat bahwa perusahaan saat ini berada pada kuadran III yang artinya
menghilangkan kelemahan internal sehingga dapat lebih efektif dalam merebut peluang
pasar yang lebih baik. Dari empat strategi yang didapat, terdapat dua strategi yang
harga bersaing
informasi yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran atau tujuan dari perusahaan
antara lain :
kebutuhan bahan dan biaya produksi, permintaan bahan, dan pengeluaran bahan
173
Tabel 3.26 dibawah ini menunjukkan hasil analisis kebutuhan informasi bagi
perusahaan.
174
Menyediakan Kurangnya informasi dalam pengambilan Sebaiknya mengadakan perhitungan- Perhitungan Safety
berbagai keputusan yang berkaitan dengan perhitungan dan laporan yang berguna untuk Stock
informasi yang produksi, baik dalam pengadaan bahan mendukung pengambilan keputusan Perhitungan
real time untuk baku dan biaya produksi manajemen sehingga menjaga kelangsungan Reorder Point
mendukung proses produksi berjalan lancar Laporan Biaya
pengambilan Produksi
keputusan
yang tepat.