AUDIT REKAM MEDIK Emita Raya
AUDIT REKAM MEDIK Emita Raya
FAKULTAS KEDOKTERAN
JUNI 2016
UNIVERSITAS TADULAKO
Oleh :
Emita Raya Katinda, S.Ked
N 111 14 021
Pembimbing :
dr. Annisa Anwar M., S.H., M.kes., Sp.F
3. OPERASI Kuratase
4. RINGKASAN RIWAYAT PENEMUAN FISIK PENTING:
1
Darah rutin
Hasil-hasil Lab, RO dan Hb:8,4 g/dl
Konsultasi (yang penting): Urin
Hcg Test : Positif
Kimia Darah
HbaAg: Non Reaktif
Respon pengobatan membaik
Perkembangan Selama \
Perawatan/dengan
Komplikasi (jika ada)
Pengobatan yang diterima:
Keadaan Pasien, Oksigen 4 LPM
Pengobatan, Kesimpulan IVFD RL + oksitosin
pada saat keluar dari 1 Amp
Rumah Sakit dan Inj. Transamin 1
Diagnosa Amp/IV/8 jam
Transfusi 2 labu WB
Cefadroxil 2x1 tab
Meloxicam 2x1 tab
Metilprednisolon 3x1
tab
Cara pulang: Diijinkan
pulang
2
Gambar a. dokumen pemberi informasi
3
Gambar 3. Inform Consent
4
Gambar 3. Resume medik
5
PEMBAHASAN
Terdapat dua jenis abortus, yaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan didefinisikan sebagai abortus yang terjadi tanpa tindakan
mekanis atau medis. Dengan kata lain yang luas digunakan adalah keguguran
(miscarriage). Sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan
tindakan disebut sebagai abortus provokatus. 1
Abortus inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada
umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. 1
6
A-2 : Perdarahan (Pusing, lemas, TD:100/70 mmHg, Nadi:80x/menit;
Perdarahan pervaginam)
ICD 10 O07.1 (Failed attempted abortion with delayed or excessive
hemorrhage; Incomplete induced abortion complicated by hemorrhage)
A-3 : Dilatasi servix (Perdarahan pervaginam; VT:Dilatasi servix 1cm)
ICD 10 O62.0 (Failure of cervical dilation due to primary uterine
inertia)
A-4 : Abortus Inkomplit (Perdarahan pervaginam; HPHT:07-07-2014; Plano
Test (+); VT: Dilatasi servix 1cm)
ICD 10 O03.4 (Retained products after spontaneous abortion Retained
tissue after pregnancy loss)
IIa : --
7
apa saja yang akan diambil, tingkat keberhasilannya, kemungkinan risiko dan
biaya yang harus ditanggung. Proses penjelasan ini dilakukan secara lisan, karena
untuk teknis pelaksanaannya akan dilaporkan atau dicantumkan di dalam rekam
medik pasien. Setelah penjelasan diberikan oleh petugas medis, pasien atau
keluarganya harus menandatangani pernyataan yang berisi kesediaan untuk
melakukan tindakan medis, menyadari resikonya dan tidak akan menuntut dokter
yang merawatnya. Setelah pasien siap untuk melakukan tindakan yang berisiko
tersebut, dimana seorang dokter atau petugas kesehatanpun tidak berani menjamin
hasilnya, dengan alasan seorang dokter atau petugas medis bukan garantor
keberhasilan atau kesembuhan pasien. 3
Bentuk-bentuk informed consent:
1. Implied constructive consent (keadaan biasa)
Tindakan yang biasa dilakukan, telah diketahui, telah dimngerti
masyarakat umum sehingga tidak perlu lagi dibuat tertulis. Misalnya
pengambilan darah untuk laboratorium, suntikan atau jahit luka
terbuka.
2. Implied emergency (keadaan gawat darurat)
Bila pasien dalam kondisi gawat darurat, sedangkan dokter perlu
melakukan tindakan segera untuk menyelamatkan nyawa pasien
sementara pasien dan keluarganya tidak bisa membuat persetujuan
segera. Contohnya kasus henti napas/ henti jantung.
3. Expressed consent (bisa lisan atau tertulis bersifat khusus)
Persetujuan yang dinyatakan baik lisan ataupun tertulis, bila yang akan
dilakukan melebihi prosedur pemeriksaan atau tindakan biasa.
Ada 3 (tiga) peraturan perundang-undangan yang mengatur informed
consent di Indonesia yang merupakan landasan atau dasar hukum bagi praktik
pelayanan medis, yaitu3 :
1. UU No.29 Tahun 2004 tentang Paktik Kedokteran pasal 45 ayat (1)
sampai dengan (6);
8
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1419/Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.585/
Menkes/Per/IX/1989 tentang persetujuan tindakan Medik
9
Adapun kewajiban dokter
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
Cara menyampaikan informasi bisa berupa lisan dan tulisan. Pihak yang
menyatakan persetujuan:
1. Pasien sendiri, umur 21 tahun lebih, atau telah menikah
2. Bagi pasien kurang dari 21 tahun dengan urutan hak: ayah atau ibu
kandung, saudara kandung
10
3. Bagi pasien kurang dari 21 tahun tidak punya orang tua atau
berhalangan, urutan hak: ayah atau ibu adopsi, saudara kandung, induk
semang
4. Bagi pasien dengan gangguan mental, urutan hak: ayah atau ibu
kandung, wali yang sah, saudara kandung
5. Bagi pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua: suami/istri, ayah
atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara kandung
11
Persetujuan Pengobatan, Surat Pernyataan Persetujuan Operasi dan Anastesi,
Surat Pernyataan Dirawat di Unit Khusus, dan sebagainya. Menurut Appelbaum
untuk menjadi doktrin hukum, maka Informed consent harus memenuhi syarat,
sebagai berikut: (1) Adanya kewajiban dari dokter untuk menjelaskan informasi
kepada pasien; (2) Adanya kewajiban dari dokter untuk mendapatkan izin atau
persetujuan dari pasien, sebelum dilaksanakan perawatan.
1. Hukum Pidana
Menyentuh atau melakukan tindakan terhadap pasien tanpa persetujuan
dapat dikategorikan sebagai “penyerangan” (assault). Hal tersebut dapat menjadi
alasan pasien untuk mengadukan dokter ke penyidik polisi, meskipun kasus
semacam ini sangat jarang terjadi.
2. Hukum Perdata
Untuk mengajukan tuntutan atau klaim ganti rugi terhadap dokter, maka
pasien harus dapat menunjukkan bahwa dia tidak diperingatkan sebelumnya
mengenai hasil akhir tertentu dari tindakan dimaksud padahal apabila dia telah
diperingatkan sebelumnya maka dia tentu tidak akan mau menjalaninya, atau
menunjukkan bahwa dokter telah melakukan tindakan tanpa persetujuan
(perbuatan melanggar hukum).
12
3. Pendisiplinan oleh MKDKI.
Pendisiplinan oleh MKDKI Bila MKDKI menerima pengaduan tentang
seorang dokter atau dokter gigi yang melakukan hal tersebut, maka MKDKI akan
menyidangkannya dan dapat memberikan sanksi disiplin kedokteran, yang dapat
berupa teguran hingga rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi.
Daftar Pustaka
13
1. Prawirohadjo, S. dan Wiknjosastro, H. Ilmu kandungan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. 1999.
2. Aborsi dalam Obstetric William Edisi 23. Jakarta;EGC
3. Adonara, Floranta. Aspek Hukum Informed Consent Dalam Pelaksanaan
Tindakan Operasi Medik
4. Jusuf Hanafiah. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC.
2008
5. Konsil Kedokteran Indonesia, Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran,
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia, 2006
6. undang-undang republik indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran
14