Anda di halaman 1dari 8

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikoloegal

PEMBUKTIAN KASUS KERACUNAN SIANIDA

Oleh
Reza Aditya/ Emita Raya
Nurkhalida/ Nur Safitri
Fauzyah Fahma/ Anni
Ince Rizky Amalia/ Sulistyawati

PembimbingKlinik:
dr. ANNISA ANWAR MUTHAHER, S.H., M.Kes, Sp. F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
NO GAMBAR DESKRIPSI LUKA KESIMPULAN REFERENSI

1. Wajah : Tampak buih berwarna Dari hasil pemeriksaan Tanda dan gejala keracunan
putih pada mulut, dagu dan pipi tampak buih berwarna Pada keracunan akut
sebelah kiri. Tampak kebiruan putih pada mulut dan pipi racun yang ditelan cepat
pada bibir dan wajah korban. sebelah kiri korban disertai menyebabkan kegagalan
kebiruan pada bibir dan pernafasan dan kematian dapat
wajah korban, pelebaran timbul dalam beberapa menit.
Foto Regio Kepala
pupil dan lebam mayat Dalam interval waktu yang
berwarna merah terang pendek antara menelan racun
pada punggung korban. sampai kematian, dapat
Berdasarkan hasil ditemukan gejala-gejala
2. pemeriksaan tersebut, dramatis, korban mengeluh
Mata : Tampak pupil melebar diduga penyebab kematian terasa terbakar pada
dengan ukuran …….. mm adalah keracunan sianida. kerongkongan dan lidah, sesak
nafas, hipersalivasi, mual,
Foto Regio Mata kanan muntah, sakit kepala, vertigo,
fotofobia, tinnitus, pusing dan
kelelahan.
Dapat pula ditemukan
sianosis pada muka, busa keluar
dari mulut, nadi cepat dan lemah,
pernapasan cepat dan kadang-
kadang tidak teratur, pupil
3. Punggung : tampak simetris, dilatasi dan reflex melambat,
dengan lebam mayat berwarna udara pernafasan dapat berbau
merah terang, merata pada amandel, juga dari muntahan
punggung bawah hingga bagian tercium bau amandel. Menjelang
bokong. kematian, sianosis lebih nyata
Regio punggung dan timbul kedut otot-otot
kemudian kejang-kejang dengan
inkotinensi urin dan alvi.
Racun yang di diinhalasi
menimbulkan palpitasi,
kesukaran bernapas, mual,
muntah, sakit kepala, salivasi,
lakrimasi, iritasi mulut dan
kerongkongan, pusing, dan
kelemahan ekstremitas cepat
timbul dan kemudian kolaps,
kejang-kejang koma dan
meninggal.
Pada keracunan kronik
korban tampak pucat, berkeringat
dingin, pusing, rasa tidak enak
dalam perut, mual dan kolik, rasa
tertekan pada dada dan sesak
napas. Keracunan kronik CN
dapat menyebabkan goiter dan
hipotiroid, akibat terbentuk
sulfosianat.
Pemeriksaan kedokteran
forensik
Pemeriksaan terhadap
korban mati, pada pemeriksaan
bagian luar jenazah, dapat
tercium bau amandel yang
patognomonik untuk keracunan
CN, dapat tercium dengan cara
menekan dada mayat sehingga
akan keluar gas dari mulut dan
hidung. Bau tersebut harus cepat
dapat di tentukan karena indra
penciuman cepat beradaptasi
sehingga tidak dapat membaui
bau khas tersebut. Harus diingat
bahwa tidak semua orang dapat
mencium bau sianida karena
kemampuan untuk mencium bau
khas tersebut bersifat genetic
sex-linked trait.
Sianosis pada wajah dan
bibir, busa keluar dari mulut, dan
lebam mayat berwarna merah
terang, karena darah vena kaya
akan oksi-Hb. Tetapi ada pula
yang mengatakan karena terdapat
cyan met-Hb.
Warna lebam yang
merah terang tidak selalu
ditemukan pada kasus sianida.
Pada mayat yang keracunan
sianida biasanya berwarna biru-
kemerahan, livid. Hal ini
tergantung dari keadaan dan
derajat keracunan.
Pada pemeriksaan bedah
jenazah, dapat mencium bau
amandel yang khas pada waktu
membuka rongga dada, perut dan
otak serta lambung (bila racun
melalui mulut). Darah, otot dan
penampang organ tubuh dapat
berwarna merah terang.
Selanjutnya hanya ditemukan
tanda-tanda asfiksia pada organ-
organ tersebut.
Pada korban yang
menelan garam alkali sianida,
dapat ditemukan kelainan pada
mukosa lambung berupa korosi
dan berwarna merah kecoklatan
karena terbentuk hematin alkali
dan pada perabaan mukosa licin
seperti sabun, korosi dapat
mengakibatkan perforasi
lambung yang dapat terjadi
antemortal atau postmortal.

Laboratorium untuk memastikan kandungan sianida

1. Uji kertas saring


- Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat yang jenuh, biarkan menjadi lembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah
korban. Diamkan sampai agak mengering, kemudian teteskan Na 2CO3 10 % 1 tetes. Uji positif bila terbentuk warna ungu.
- Kertas saring dicelupkan dalam larutan HJO3 1% kemudian ke dalam larutan kanji 1% dan keringkan. Setelah itu potong seperti kertas
lakmus. Caranya dengan membasahkan kertas dengan ludah di bawah lidah. Uji positif bila warna berubah menjadi biru.
- Kertas saring dicelup dalam larutan KCl dikeringkan dan dipotong kecil kemudian dicelupkan ke dalam darah korban. Hasil positif bila
warna berubah menjadi merah terang karena terbentuk sianmethemoglobin.

2. Reaksi Schonbein-Pagenstecher (reaksi Guajacol)


Masukkan 50mg isi lambung/jaringan ke dalam botol erlenmeyer, kertas saring (panjang 3-4 cm, lebar 1-2cm) dicelupkan ke dalam larutan
guajacol 10% dalam alkohol, keringkan. Lalu celupkan ke dalam larutan CuSO4 dalam air dan kertas saring digantungkan di atas jaringan dalam
botol. Bila isi lambung alkalis, tambahkan asam tartrat untuk mengasamkan agar KCN mudah terurai. Botol dihangatkan. Bila hasil reaksi
positif akan terbentuk warna biru-hijau.

3. Reaksi Prussian Blue (Biru Berlin)


Isi lambung atau jaringan didestilasi dengan destilator. 5 ml destilat + 1 ml NaOH 50% + 3 tetes FeSO4 10% rp + 3 tetes FeCl3 5%, panaskan
sampai hampir mendidih, lalu dinginkan dan tambahkan HCl pekat tetes demi tetes sampai terbentuk endapan Fe(OH)3, teruskan sampai
endapan larut kembali dan terbentuk biru berlin.

4. Cara Gettler Goldbaum


Dengan menggunakan dua buah flange (piringan), dan diantaranya dijepit kertas saring Whatman No.50 yang digunting sebesar flange.
Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan FeSO4 10% rp selama 5 menit, keringkan lalu celupkan ke dalam larutan NaOH 20% selama
beberapa detik. Letakkan dan jepitkan kertas saring diantara kedua flange panaskan bahan dan salurkan uap yang terbentuk hingga melewati
kertas saring bereagensia diantara kedua flange. Hasil positif bila terjadi perubahan warna kertas saring menjadi biru.

(Budiyanto et.all, 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Forensik. Universitas Indonesia).
\

Anda mungkin juga menyukai