Anda di halaman 1dari 2

Apakah pelaksanaan tugas pengamanan yang dilakukan oleh pecalang merupakan suatu pelanggaran

yang dilakukan oleh aktor bukan negara? Bagaimana tentang tanggung jawab negara dalam hal ini?

Apakah pelaksanaan tugas pengamanan yang dilakukan oleh pecalang merupakan suatu pelanggaran
yang dilakukan oleh aktor bukan negara?

Pelaksanaan tugas pengamanan yang dilakukan oleh pecalang bukan merupakan suatu
pelanggaran hal ini dapat dikatakan karena, pecalang sebagai warga negara memiliki hak dan kewajiban
untuk ikut serta dalam upaya pertahanan dan keamanan negara, sesuai dengan Pasal 30 ayat 1 UUD NRI
1945. Yang dimana dalam pasal tersebut menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pembelaan Negara”. Selain itu, ketentuan Pasal 18B ayat (1) UUD NRI 1945 yang
menyatakan “negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang”.

Oleh karena itu, tugas pengamanan yang dilakukan oleh pecalang tidak melanggar hukum karena
mereka diakui sebagai bagian dari struktur pemerintahan daerah, sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman sebagaimana dirubah dengan PERDA
Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003 pada Pasal 1 Angka 17 yang secara eksplisit menjelaskan bahwa
“Pacalang adalah satgas (satuan tugas) keamanan tradisional masyarakat Bali yang mempunyai
wewenang untuk menjaga keamanan dan ketertiban wilayah, baik ditingkat banjar pakraman dan atau di
wilayah desapakraman”. Hal ini berarti bahwa pecalang memiliki tanggung jawab untuk mengamankan
wilayah desa pakraman, meskipun mereka bukan merupakan alat negara.

Selain itu, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia juga
mencakup konsep "partisipasi masyarakat" dalam pasal-pasalnya. Pasal 3 ayat (1) menegaskan bahwa
Polri dibantu oleh berbagai pihak, termasuk bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. Undang-Undang ini
menggarisbawahi pentingnya subsidiaritas dan partisipasi masyarakat dalam mendukung Polri dalam
menjalankan tugas kepolisian.

Pasal 42 ayat (2) UU No. 2 Tahun 2002 menegaskan bahwa kerjasama di dalam negeri dilakukan
dengan unsur-unsur pemerintahan daerah, penegak hukum, badan, lembaga, institusi lain, serta
masyarakat, dengan mengembangkan asas partisipasi dan subsidiaritas. Oleh karena itu, dengan
berdasarkan UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, aktivitas pecalang yang
melibatkan diri dalam pengamanan suatu wilayah tidak merupakan pelanggaran, karena hal tersebut
telah diatur dalam undang-undang.

Bagaimana tentang tanggung jawab negara dalam hal ini?

Pada Pasal 30 ayat (2) UUD NRI 1945, yang menyatakan bahwa "usaha pertahanan dan keamanan
negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Negara
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai
kekuatan pendukung." Makna Pasal 30 ayat (2) UUD 1945 adalah pertahanan dan keamanan negara
Indonesia dijalankan menggunakan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta atau yang dikenal
Sishankamrata. Walaupun TNI berperan sebagai alat pertahanan dan Polri sebagai alat keamanan,
Sishankamrata turut melibatkan rakyat sebagai komponen cadangan dan pendukung.

Dengan demikian, pecalang, TNI dan juga Polri dapat saling membantu sama lainnya dalam
menjaga keamanan dan ketertiban negara yang dimana tanggung jawab negara dalam hal ini adalah
memastikan agar pecalang, yang merupakan bagian dari kesatuan masyarakat adat, tidak menjadi
kekuatan utama dalam menjaga ketertiban dan keamanan negara tetapi

Anda mungkin juga menyukai