Sebagai warga Negara Indonesia, kita mempunyai suatu hak dan kewajiban. Hak
dan kewajiban warga Negara sudah diatur dalam undang-undang dasar 1945 pasal
30. Tapi tahukah anda maksud dari pasal tersebut???. Nah, disini akan saya
jelaskan maksud dari pasal 30 UUD 1945. Pasal 30 UUD 1945 terdiri dari 5 ayat,
berikut adalah penjelasannya :
Pasal 30 ayat 1 UUD 1945 : “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
Disini sudah jelas maksud dari pasal 30 ayat 1 UUD 1945 yaitu bahwa setiap warga
negara Indonesia mempunyai hak yang sama yaitu hak untuk ikut serta dalam menjaga
pertahanan dan keamanan negara. Yang artinya setiap warga negara dituntut supaya
bisa turut serta dalam usaha mempertahanan negara dari gangguan ataupun ancaman
baik itu dari luar maupun dari dalam negeri yang bisa mengganggu keamanan negara.
Agar terciptanya suatu rasa aman di negara Indonesia.
Pasal 30 ayat 3 UUD 1945 : “Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan
darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat Negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan
Negara.”
Dalam menjalankan tugasnya Tentara Nasional Indonesia terdiri dari tiga angkatan, yaitu
angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara. Tiga angkatan tersebut mempunyai
tugas masing-masing yaitu angkatan darat bertugas melindungi wilayah darat, angkatan
laut melindungi daerah perairan di Indonesia, dan angkatan udara bertugas melindungi
wilayah udara. Tapi intinya Tentara nasional Indonesia mempunyai tugas utama yaitu
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
Pasal 30 ayat 4 UUD 1945 : “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat
negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.”
Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat, melindungi masyarakat dari semua ancaman maupun gangguan,
mengayomi masyarakat, serta menegakkan hukum yang telah ada/dibuat.
Semua hal yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara yang dilakukan
Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan juga warga
negara semua diatur dalam undang-undang.
Kesimpulannya
Di dalam pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945 tertulis bahwa hak dan kewajiban warga
Negara yaitu turut serta dalam upaya menjaga pertahanan dan keamanan Negara. Pasal
ini berlaku bagi semua warga Negara yang tinggal di Indonesia dan yang mengaku
sebagai warga Negara, baik itu pria, wanita, tua maupun yang muda. Tidak ada alasan
apapun untuk tidak menjalankan hak dan kewajiban tersebut. Karena jika tercipta suatu
keamanan di Indonesia, kehidupan diantara masyarakatpun akan lebih serasi, makmur,
dan rukun. Tidak ada lagi gangguan maupun ancaman datang yang bisa merusak
keamanan negara Indonesia. Sehingga negara Indonesia bisa jauh lebih maju dari
sekarang.
Categories: Label: Tulisan
Leave a Reply
Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam UUD 1945 Pasal 30.
Kewajiban : Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Contoh : melaksanakan tata tertib di kampus, melaksanakan tugas yang diberikan
dosen dengan sebaik baiknya dan sebagainya.
Di tegaskan bahwa tiap – tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan Negara. Usaha pertahanan dan keamanan Negara
dilaksanakan melalui system pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,sebagai
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat –syarat keikutsertaan warga
Negara dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara, serta hal – hal yang terkait
dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang –undang.
Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 30 Ayat (1) menyebutkan tentang hak
dan kewajiban tiap warga negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara. Ayat (2) menyebutkan usaha pertahanan dan keamanan rakyat, Ayat (3)
menyebutkan tugas TNI sebagai "mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara". Ayat (4) menyebut tugas Polri sebagai
"melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, dan menegakkan hukum". Ayat
(5) menggariskan, susunan dan kedudukan, hubungan kewenangan TNI dan Polri
dalam menjalankan tugas, serta hal-hal lain yang terkait dengan pertahanan dan
keamanan, diatur dengan undang-undang (UU). Dari pembacaan Pasal 30 secara
utuh dapat disimpulkan, meski TNI dan Polri berbeda dalam struktur organisasi,
namun dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing keduanya bekerja
sama dan saling mendukung dalam suatu "sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta". Pengaturan tentang sinkronisasi tugas pertahanan negara (hanneg) dan
keamanan negara (kamneg) itulah yang seyogianya ditata ulang melalui undang-
undang yang membangun adanya "ke-sistem-an" yang baik dan benar.
Dengan demikian, pada awal Maret 2005 telah ada UU tentang Hanneg, UU
tentang Polri, dan UU tentang TNI. Namun, hingga kini belum ada UU tentang
"Keamanan Negara" guna merangkai "Kamneg" dalam satu sistem dengan
"Hannneg" (kata "dan" antara "han" dan "kam" untuk membedakan dan
memisahkan organisasi TNI dari Polri). Sayang, UU tentang Polri, UU tentang
Hanneg, dan UU tentang TNI sama sekali tidak menyebut "sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta" sebagai landasan pokok pemikiran bahwa ada kaitan
sinergis antara fungsi "pertahanan negara" dan "keamanan negara".
Oleh karena itu, apabila kita konsisten dengan amanat Pasal 30 Ayat (2), yaitu
membangun sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta, perlu disiapkan UU
tentang Pertahanan dan Keamanan Negara yang lebih bermuatan semangat dan
kinerja "sishankamrata". Bila penyebutan pertahanan negara (hanneg) dan
keamanan negara (kamneg) dipilih sebagai peristilahan baku, dari logikanya
seharusnya ada UU Keamanan Negara yang mewadahi UU Polri. Sebagaimana
pasal-pasal dalam UU Hanneg menyebut, pertahanan negara bukan sekadar
mengurus tentang TNI, maka UU Kamneg perlu menegaskan, keamanan negara
bukan sekadar tugas dan wewenang Polri. Penjelasan UU tentang TNI
menyebutkan, "di masa mendatang TNI akan berada dalam Departemen
Pertahanan (Dephan)", suatu pengukuhan konsep dan praktik supremasi sipil serta
efisiensi kebijakan, strategi, dan penggunaan kekuatan TNI. UU Polri pun perlu
"ditemani" UU Kamneg yang kelak mengintegrasikan Polri ke dalam suatu
institusi sipil (misalnya, Departemen Dalam Negeri) sebagaimana Dephan kelak
menjadi instansi yang mengintegrasikan TNI di dalamnya.