Anda di halaman 1dari 13

REFERENSI ARTIKEL

KONJUNGTIVITIS GONOKOKAL

Disusun oleh:

Azka Mufliha G992202106


Clarivia Breinda G992202108

Pembimbing:

dr. Shabrina Hanifah, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Referensi Artikel ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr Moewardi.
Referensi Artikel dengan judul:

Konjungtivitis Gonokokal

Oleh:
Azka Mufliha G992202106
Clarivia Breinda G992202108

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Referensi Artikel

dr. Shabrina Hanifah, Sp.M

2
BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtivitis gonokokal juga dikenal sebagai ophthalmia neonatorum


gonokokal ketika terjadi pada neonatus. Konjungtivitis gonokokal merupakan infeksi
yang ditularkan melalui kontak mata dengan sekret genital yang terinfeksi dari
seseorang dengan infeksi gonore genital. Pada pemeriksaan fisik pada pasien dapat
ditemukan kemosis konjungtiva, mata berair atau nrocos, nyeri pada bola mata,
edema kelopak mata, dan limfadenopati preauricular. Konjungtivitis gonokokal
biasanya dianggap sebagai penyakit pada neonatus, namun konjungtivitis gonokokal
juga dapat ditularkan ke kelompok usia lainnya dan kasusnya dapat meningkat.
Ketika terjadi pada neonatus, konjungtivitis gonokokal juga dikenal sebagai
gonokokal ophthalmia neonatorum dan kemungkinan besar disebabkan oleh
penularan ibu selama kelahiran per vaginam. Pada kelompok usia yang lebih tua,
konjungtivitis gonokokal lebih erat kaitannya dengan infeksi menular seksual (IMS),
dan dapat muncul tanpa bukti klinis infeksi kelamin dalam waktu yang bersamaan.
Penyakit ini penting untuk dikenali karena jika tidak segera diobati dapat berlanjut
pada kebutaan, meningitis, bahkan kematian (Costumbrado J et al, 2022).

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis.
Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral, toksik, dan
berkaitan dengan penyakit sistemik (Ilyas & Yulianti, 2022). Konjungtivitis gonore
merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulan.
Konjungtivitis gonore disebabkan oleh bakteri N. gonorrheae. Gonore adalah salah
satu infeksi menular seksual yang ditularkan dari penderita satu ke orang lain melalui
hubungan seksual tanpa pengaman atau dari ibu ke bayi yang lahir melalui proses
persalinan. Bakteri gonore dapat menyerang dinding lapisan vagina, uretra (saluran
kencing, dan sperma), rektum, mata, dan tenggorokan (Makker K et al, 2022).

B. Epidemiologi
Konjungtivitis gonokokal biasanya merupakan penyakit neonatal. Namun,
kejadian konjungtivitis gonokokal pada orang dewasa meningkat karena
meningkatnya frekuensi infeksi gonokokal urogenital. Sebagian besar kasus terjadi
pada neonatus atau orang dewasa yang aktif secara seksual. Konungtivitis gonokokal
jarang terjadi pada anak yang lebih tua atau remaja. Karena relatif jarang pada
remaja, diagnosis klinis konjungtivitis gonokokal pada remaja sering terlambat
terdiagnosis (Ha SH et al, 2023).
kejadian konjungtivitis gonokokal pada neonatus di seluruh dunia kurang dari
1% dari seluruh kejadian konjungtivitis neonatus (Makker K et al, 2022). Insidensi
konjungtivitis gonokokal di negara maju cenderung lebih rendah karena ketersediaan
skrining dan pengobatan yang memadai. Sedangkan insidensi konjungtivitis
gonokokal di negara-negara berkembang cenderung lebih tinggi dan secara
signifikan meningkat pada kehamilan dengan ibu terinfeksi gonorrhea yang dapat
mencapai angka 5% di beberapa bagian Afrika. Di Amerika Serikat, insidensi
konjungtivitis berkisar antara 1% sampai 2% pada neonatus dengan kejadian
konjungtivitis gonokokal neonatal diperkirakan kurang dari 1%. Pada neonatus yang
diberikan kemoprofilaksis yang tepat, masih tetap berisiko terinfeksi sebesar 10%.

4
Sedangkan neonatus yang tidak mendapatkan kemoprofilaksis berisiko terkena
konjungtivitis gonokokal dari ibu yang terinfeksi gonorrhea sebesar 48%. Sebuah
studi baru-baru ini di Pakistan menemukan perkiraan prevalensi konjungtivitis
gonokokal sebesar 17% di antara hampir dari 1000 bayi baru lahir (Costumbrado J
et al, 2022).
Pada usia anak, remaja, maupun dewasa kedian konjungtivitis gonokokal
jarang terjadi. Di Amerika Serikat, ditemukan data bahwa terdapat 146 kasus
gonorrhea dari 100.000 penduduk yang menderita IMS. Namun survey penderita
konjungtivitis gonokokal belum diteliti lebih lanjut pada pasien gonorrhea tersebut.
Penelitian terbaru di Irlandia memperkirakan bahwa prevalensi konjungtivitis
gonokokal yaitu 0,19 kasus per 1000 pasien dengan kondisi gawat darurat pada mata
dan mayoritas terjadi pada laki-laki dewasa muda (Costumbrado J et al, 2022).

C. Faktor Resiko
Faktor risiko konjungtivitis gonokokal pada neonatus yaitu bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terinfeksi gonorrhea, dilahirkan secara per vaginam, dan
tidak mendapatkan profilaksis. Meskipun bayi yang dilahirkan secara sectio caesaria
dan telah mendapatkan kemoprofilaksis masih berpeluang tertular dari ibu yang
terinfeksi. Faktor risiko lain yaitu bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV,
peningkatan berat lahir bayi, ketuban pecah dini, trauma okular selama persalinan,
bayi lahir prematur, perawatan prenatal yang kurang baik, dan kondisi persalinan
yang kurang higienis, dan infeksi pasca persalinan dari tenaga kesehatan (Epley et
al., 2022).
Faktor risiko konjungtivitis gonokokal pada dewasa maupun remaja yaitu seks
tanpa pengaman, penggunaan lensa kontak (bakteri N. gonorrhoeae dapat menempel
di permukaan lensa kontak), memiliki sistem kekebalan tubuh yang terganggu
(immunocompromised), riwayat penyakit mata sebelumnya, riwayat penyakit infeksi
menular seksual, konsumsi alkohol ataupun narkoba (Roat MI, 2019).

D. Etiologi
Konjungtivitis gonokokal disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria
gonorrhoeae, yang merupakan diplococcus gram negatif. Pada neonatus, penularan
N. gonorrhoeae dan terjadinya konjungtivitis gonokokal sering terjadi selama
persalinan dengan paparan sekret vagina yang infeksius. Hal tersebut terjadi karena

5
mukosa serviks dan uretra ibu merupakan media pertumbuhan bakteri N.
gonorrhoeae yang dapat menjadi sumber infeksi dan penularan ketika terpapar pada
bayi yang lahir dengan per vaginam. Bahkan proses persalinan dengan sectio
caesarea masih dapat berpeluang terjadi transmisi infeksi bakteri N. gonorrhoeae.
Sekitar 10% neonatus yang terpapar eksudat gonore selama persalinan dapat
berlanjut menjadi konjungtivitis gonokokal, meskipun sudah diberikan profilaksis
sebelumnya (Costumbrado J et al, 2022).
Berdasarkan cara transmisinya, infeksi dapat tersebar melalui autoinokulasi
dan inokulasi. Autoinokulasi yaitu ketika infeksi di satu area tubuh (alat kelamin)
menyebar ke area lain di tubuh yang sama seperti mata. Inokulasi yaitu ketika
seseorang menyebarkan infeksi ke pasangan seksualnya (Armenta, 2023). Pada
kelompok usia selain neonatus, penularan dapat terjadi melalui kontak seksual
langsung dengan sekret infektif atau tidak langsung, misalnya transmisi melalui
objek yang terkena sekret infeksius penderita. Namun, penularan secara tak langsung
dinilai sangat kecil kemungkinannya, dikarenakan bakteri N. gonorrhoeae tidak
dapat bertahan lama di luar tubuh manusia, hanya beberapa menit saja. Terdapat pula
bukti yang menunjukkan bahwa konjungtivitis gonokokal disebabkan oleh strain
gonokokus yang berbeda dengan IMS (Costumbrado J et al, 2022).

E. Patofisiologi
N. gonorrhoeae dapat menempel dan menembus sel epitel permukaan mukosa
seperti konjungtiva. Ketika bakteri berhasil masuk, bakteri dapat berkembang biak
dan menginduksi mekanisme pro-inflamasi. Di samping itu, terdapat penjelasan
bahwa N. gonorrhoeae memiliki kemampuan untuk menghindar dari sistem imun,
namun dapat pula memodulasi respon imun secara berlebihan, sehingga dapat terjadi
infeksi diseminata, seperti bakteremia atau bahkan menyebar hingga meningitis
(Costumbrado J et al, 2022).

6
Peradangan konjungtiva menyebabkan eritema, pelebaran pembuluh darah,
robekan, dan produksi sekret purulen sangat kental. Reaksi ini cenderung lebih serius
karena hal-hal berikut: penurunan sekresi air mata, penurunan fungsi kekebalan
tubuh, penurunan aktivitas lisozim dan relatif tidak adanya jaringan limfoid
konjungtiva. Air mata neonatus juga kekurangan imunoglobulin IgA (Epley et al.,
2022).
Gonore merupakan kuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif
sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. Pada neonatus infeksi
konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi penyakit
ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa
penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin.
Konjungtivitis gonokokal dapat terlihat dalam bentuk oftalmia neonatorum
(bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (usia lebih dari 10 hari), dan
konjungtivitis gonore adultorum. Terutama mengenai golongan muda dan bayi yang
ditularkan ibunya merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum. Bentuk klinis
yang terlihat berupa sekret purulen padat dengan massa inkubasi antara 12 jam
hingga 15 hari, dapat disertai perdarahan subkonjungtiva dan konjungtivitis kemotik.

7
Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit, yaitu stadium infiltratif,
stadium supuratif, dan stadium penyembuhan. pada stadium infiltratif ditemukan
kelopak dan konjungtiva yang kaku disertai rasa sakit pada perabaan. kelopak mata
membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomemran pada
konjungtiva tarsal superior sedangkan konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan
menebal. Pseudomembran yang terjadi merupakan kondensasi fibrin pada
permukaan konjungtiva. pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan
lebih menonjol dengan gambaran spesifik gonore dewasa. Pada orang dewasa
terdapat perasaan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda-tanda infeksi
umum. pada umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan
ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.
Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. Pada bayi biasanya
mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental. Kadang-kadang bila sangat dini
sekret dapat serous yang kemudian menjadi kental dan purulen. Berbeda dengan
oftalmia neonatorum, pada orang dewasa sekret tidak kental sama sekali. Pada orang
dewasa penyakit ini berlangsung selama 6 minggu dan tidak jarang ditemukan
pembesaran disertai rasa sakit pada kelenjar preaurikular (Ilyas & Yulianti, 2022).

F. Gejala dan Tanda


Kongjungtivitis Gonokokal sering didapat selama persalinan; biasanya ada
riwayat infeksi gonore maternal yang dicurigai atau dikonfirmasi. Konjungtivitis
bakteri dapat terjadi kapan saja, tetapi Kongjungtivitis Gonokokal dipertimbangkan
pada neonatus simptomatik setelah hari pertama kehidupan, khususnya hari 2 hingga
hari 5, karena konjungtivitis kimiawi (sekunder akibat nitrat perak dan tetes
antibiotik) sering menjadi penyebab dalam 24 jam pertama (Costumbrado J et al,
2022).
Pemeriksaan fisik dapat didapatkan hal-hal berikut :
1. injeksi konjungtiva, kemosis
2. Edema kelopak mata
3. Mucopurulent discharge
4. Limfadenopati, preauricular
Timbulnya konjungtivitis gonokokal adalah hiperakut dan ditandai dengan
kemosis dan pelepasan purulen yang banyak. Gejala dapat berkembang pesat

8
menembus epitel kornea yang utuh. Manifestasi klinis dari infeksi ini dapat
bervariasi dan tingkat keterlibatan kornea pada infeksi gonokokal mata juga dapat
bervariasi, mulai dari infiltrat subepitel dan/atau stroma hingga ulserasi kornea yang
diikuti dengan penipisan dan perforasi bola mata, yang mengakibatkan
endoftalmitis. Di daerah periorbital, Konjungtivitis gonokokal dapat menyebabkan
edema kelopak mata yang signifikan yang dapat menyerupai selulitis preseptal.
Kadang-kadang, pembengkakan mungkin cukup parah untuk menyebabkan
keterbatasan gerakan ekstraokular, yang dapat menyebabkan kesalahan diagnosis
selulitis orbita (Anuar et al, 2018).
Pada populasi non-neonatal, konjungtivitis gonokokal dapat muncul dengan
gejala yang sama dan setidaknya harus dipertimbangkan pada individu yang aktif
secara seksual yang mengalami konjungtivitis dengan atau tanpa gejala genital.
Terlepas dari itu, riwayat seksual ibu dan kasus konjungtivitis non-neonatal yang
terperinci harus diperoleh untuk memperbaiki diagnosis banding konjungtivitis
(Costumbrado J et al, 2022).

G. Diagnosis
- Pewarnaan Gram, yang dapat menunjukkan diplokokus intraseluler gram
negative. Ciri khas dari bakteri ini dari pewarnaan gram adalah bakteri
diplokokus gram negatif, tidak bergerak, dengan diameter kira-kira 0,8 µm.
Pada keadaan tidak berpasangan kokus bakteri berbentuk seperti ginjal, bila
berpasangan bagian yang datar atau cekung saling berdekatan.
- Kultur pada media Thayer-Martin dan/atau agar coklat untuk N. gonorrhoeae
dan agar darah untuk spesies non-gonokokal. Pemeriksaan kultur awal pada
agar coklat atau agar Thayer-Martin untuk Neisseria gonorrhoeae harus
dilakukan, serta kultur agar darah untuk bakteri lain. Pada Neisseria
gonorrhoeae dalam 24 jam kultur akan didapat koloni mukoid cembung,
mengkilat dan menonjol dengan diameter 1-5 mm. Koloni dapat transaparan
atau opak, tidak berpigmen dan tidak hemolitik. Bila pada anak didapatkan
gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada orang tuanya
ditemukan gonokok, maka harus segera diobati
- Polymerase chain reaction (PCR) juga dapat digunakan untuk menguji N.
gonorrhoeae serta Chlamydia trachomatis

9
- Skrining untuk IMS lain seperti human immunodeficiency virus (HIV) juga
dianjurkan pada ibu dan kasus non-neonatal karena koinfeksi yang dapat
terjadi dengan IMS
- Pertimbangan juga harus diberikan untuk mengambil apusan genital dan
tenggorokan pada pasien dengan faktor risiko (Costumbrado J et al, 2022).
H. Diagnosa Banding
Beberapa penyakit yang memiliki gejala menyerupai konjungtivitas gonokokal
adalah sebagai berikut (Costumbrado J et al, 2022) :
- Blefaritis dewasa
- Konjungtivitis alergi
- Acute angle-closure glaucoma (AAGG)
- Luka bakar kimia
- Konjungtivitis lensa kontak
- Mata kering
- Epidemi keratokonjungtivitis (EKC)
- Episkleritis
- Iritis dan uveitis
- Demam faringokonjungtiva
- Skleritis
- Karsinoma sel skuamosa
- Hematom subkonjungtiva

I. Tatalaksana
Pengobatan paling efektif untuk konjungtivitis gonokokal pada neonates
adalah pencegahan, dan direkomendasikan untuk skrining gonore dan IMS (Infeksi
Menular Seksual) lainnya pada ibu yang resiko tinggi dan harus diobati dengan
tepat. Namun, ONG masih dapat menyerang neonatus meskipun sudah dicegah.
Berikut terapi yang dapat digunakan (Anuar et al, 2018) :
Profilaksis neonatal :
- Erytromycin 0,5% salep mata
- Tetrasiklin 1% salep mata

Gejala atau beresiko tinggi (ibu yang memiliki gonore yang tidak diobati)

10
- Ceftriaxone (25 mg / kg hingga 50 mg / kg, maksimal 125 mg intravena (IV) atau
intramuskular (IM), dosis tunggal, atau
- Cefotaxime (100 mg / kg IV / IM), dosis tunggal, yang mungkin lebih disukai jika
tersedia karena risikopeningkatan kadar bilirubin yang terkait dengan Ceftriaxone
- Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi salin setiap 60 menit.

Sedangkan pada dewasa dapat mengikuti Pedoman Global untuk Pengobatan


Konjungtivitis Gonokokus pada Dewasa/Remaja seperti dibawah ini (Anuar et al,
2018).

Gambar 2.1. Pedoman Global untuk Pengobatan Konjungtivitis Gonokokus pada


Dewasa/Remaja.

J. Komplikasi
Kasus yang tidak diobati dapat mengakibatkan komplikasi parah seperti
kehilangan penglihatan jika bakteri menembus lebih jauh dan menyebabkan
keratitis, ulserasi kornea, panoftalmitis, perforasi kornea, dan pembentukan jaringan
parut. Komplikasi konjungtivitis gonokokal dan keterlibatan sistemik selanjutnya
meliputi artritis, meningitis, infeksi anorektal, septikemia, dan kematian
(Costumbrado J et al, 2022).

11
BAB III

KESIMPULAN

Konjungtivitis gonokokal adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Neisseria


gonorrhoeae pada konjungtiva yang melapisi mata. Proses transmisi dari penyakit ini
biasanya terjadi pada saat proses kelahiran bayi dari ibu yang sudah terinfeksi sebelumnya.
Gejala dan perjalanan penyakit yang dapat ditimbulkan adalah injeksi konjungtiva,
edemakelopak mata, mucopurulent discharge. Pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan gram, kultur, dan PCR. Pengobatan yang utama adalah profilaksis dan
apabila sudah muncul gejala bisa diberikan ceftriaxone atau cefotaxime dan membilang mata.
Baiknya setiap ibu hamil yang beresiko tinggi diskrining untuk mendeteksi lebih diniinfeksi
gonore.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anuar N, Suhaila Idris N. Gonococcal conjunctivitis: A case report [Internet]. Vol. 13,
Malaysian Family Physician. 2018. Available from: https://www.cdc.gov/std/

Armenta, A. (2023, February 9). Gonococcal Conjunctivitis (Gonorrhea in the Eye). VIsion
Center. https://www.visioncenter.org/conditions/gonococcal-conjunctivitis/

Costumbrado J, Ng DK, Ghassemzadeh S. Gonococcal Conjunctivitis. [Updated 2022 Sep


12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459289/

Epley, K. D., Bowman, K. M., Prakalapakorn, G., & Prabhu, S. (2022, January 4). Neonatal
Conjunctivitis - EyeWiki. American Academy of Ophthalmology.
https://eyewiki.aao.org/Neonatal_Conjunctivitis#Risk_Factors

Ha SH, Kim HK, Jo YJ. Acute Gonococcal Conjunctivitis in Adolescent Teenager: A Case
Report. Korean J Ophthalmol. 2023 Feb;37(1):91-92. doi: 10.3341/kjo.2022.0158.
Epub 2023 Feb 3. PMID: 36796350; PMCID: PMC9935068.

Ilyas, Sidarta dan Yulianti, Rahayu. 2022. Ilmu Penyakitt Mata Edisi kelima. Jakarta:
Universitas Indonesia Publishing.

Makker K, Nassar GN, Kaufman EJ. Neonatal Conjunctivitis. [Updated 2022 Jul 18]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441840/

Roat, Melvin I. Infectious Conjunctivitis. Eye Disorders. 2019. Modified Sep 2022. Available
from: https://www.merckmanuals.com/home/eye-disorders/conjunctival- and-scleral-
disorders/infectious-conjunctivitis

13

Anda mungkin juga menyukai