Tugas Akhir Pengujian Eksistensi Aset Tetap Dengan Prosedur Observasi Virtual Di Masa Pandemi Covid-19 Pada PT Indomy - Sitha Nurhasanah (126212024)
Tugas Akhir Pengujian Eksistensi Aset Tetap Dengan Prosedur Observasi Virtual Di Masa Pandemi Covid-19 Pada PT Indomy - Sitha Nurhasanah (126212024)
DIAJUKAN OLEH:
NIM : 126212024
Laporan Akhir diajukan sebagai salah satu syarat untuk kelulusan pada
Program Studi Pendidikan Profesi Akuntan
DIAJUKAN OLEH:
NIM : 126212024
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Mahasiswa
Dr. Jamaludin Iskak, SE., MSi, Ak, CA, CPA, ASEAN CPA Sitha Nurhasanah
Mengetahui,
Ketua Program Studi PPAK
Dr. Jamaludin Iskak, SE., MSi, Ak, CA, CPA, ASEAN CPA
Pengujian Eksistensi Aset Tetap Dengan Prosedur Observasi Virtual
Di Masa Pandemi Covid-19 Pada PT INDOMY
Sitha Nurhasanah
126212024
Abstrak: Pemeriksaan fisik aset tetap penting dilakukan untuk menguji eksistensi aset
tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Prosedur audit observasi langsung ke lokasi
tempat aset tersebut berada diyakini akan memberikan bukti yang andal. Adanya
peraturan pemerintah yang membatasi akses auditor di masa pandemi covid-19 untuk
melakukan kunjungan langsung, maka dari itu prosedur observasi dilakukan secara
virtual yang menjadi alternatif dalam menggantikan kehadiran auditor sacara fisik di
lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah prosedur audit observasi
virtual dapat menghasilkan keyakinan yang sama dengan pemeriksaan fisik aset tetap
bagi auditor dalam menguji eksistensi aset tetap perusahaan. Penelitian ini dilakukan
pada salah satu klien penulis yang juga bertindak sebagai auditor klien tersebut dalam
pemeriksaan aset tetap. Hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa
prosedur audit observasi virtual atas pengujian eksistensi aset tetap telah sesuai
dengan prosedur audit.
Selama masa perkuliahan sampai dengan penyusunan tugas akhir ini, penulis telah
banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih penulis kepada:
1. Allah SWT. Atas kesempurnaan dan rencana-Nya yang sangat indah. Atas
keberadaan-Nya yang selalu membuat penulis percaya bahwa semua yang
terjadi adalah hal yang terbaik.
2. Orang tua tersayang, atas doa, perhatian dan kasih sayang dari keduanya yang
tidak pernah berhenti. Terima kasih untuk selalu menjadi motivasi utama penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
3. Seluruh keluarga penulis; abang, adik, kakak ipar, adik ipar dan keponakan
penulis yang selalu menghibur dan memberikan keceriaan kepada penulis
sehingga penulis semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak Dr. Jamaludin Iskak, SE., MSi, Ak, CA., CPA, ASEAN CPA selaku
Ketua Program Studi PPAk dan dosen pembimbing yang sudah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikirannya kepada penulis sepanjang penyusunan tugas akhir.
Terima kasih untuk evaluasi dan masukan yang telah diberikan.
5. Rekan kerja penulis yang juga solid untuk ikut ambil PPAK di Universitas
Tarumanagara, dengan selalu berbagi informasi selama perkuliahan dan
memberikan perhatian dan waktunya sehingga menjalani perkuliahan ini dengan
semangat dan dapat dilalui bersama-sama. Yakin bisa lulus bareng.
6. Teman-teman penulis seperjuangan semasa kuliah PPAK di Universitas
Tarumanagara yaitu geng kelas A angkatan 30, yang selalu aktif dan berbagi
informasi selama perkuliahan. Terima kasih banyak, semoga kita bisa bertemu
secara nyata di kesempatan mendatang.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas
semua bantuan dan dukungan yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis siap menerima kritik dan
saran demi sempurnanya tugas akhir ini. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Sitha Nurhasanah
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. v
vii
2.2.5 Bukti Audit.........................................................................................24
2.2.6 Proses Audit Secara Umum ................................................................27
2.2.7 Prosedur Audit Atas Aset Tetap..........................................................28
4.1 Profil Kantor Akuntan Publik Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan
..................................................................................................................41
4.5 Prosedur Audit Observasi Virtual Aset Tetap Klien Yang Dilakukan Oleh
Auditor......................................................................................................46
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
Audit laporan keuangan biasanya dilakukan oleh akuntan publik untuk menilai
seberapa wajar atau seberapa layak penyajian laporan keuangan ini dibuat oleh
perusahaan dengan mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.
Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna laporan
keuangan yang dituju. Hal ini dapat dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh
auditor tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (SA 200,2021).
Laporan keuangan yang harus diperiksa terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas. Salah satu akun
yang terdapat dalam laporan posisi keuangan adalah aset tetap. Setiap perusahaan pasti
memiliki aset tetap untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Aset tetap
mempunyai sifat relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan pengelolaan
perusahaan secara normal. Contoh aset tetap antara lain adalah tanah, bangunan,
pabrik, alat-alat transportasi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan
kantor, dan lain-lain. Aset tetap merupakan salah satu akun yang mempunyai nilai
material, maka adanya kesalahan pencatatan, perhitungan, penyajian yang material
dapat memengaruhi pengambilan keputusan. Hal ini sangat merugikan baik oleh
1
2
perusahaan sendiri maupun oleh pihak eksternal. Untuk itu diperlukan audit untuk
mengetahui kewajaran aset tetap pada laporan keuangan.
Namun, pada awal tahun 2020 dunia di hadapkan pada adanya penyebaran
pandemi covid-19 di sebagian besar negara di dunia yang telah menimbulkan dampak
yang besar di berbagai bidang seperti kesehatan, ekonomi dan sosial. Hal ini juga
berdampak pada Kantor Akuntan Publik (KAP), dimana pemerintah mengeluarkan
aturan mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga membatasi akses
dan mobilitas auditor dalam beraktifitas di luar rumah. Peraturan pemerintah terkait
penanganan pandemi covid-19 di Indonesia yang meliputi larangan berpergian dan
aktivitas perkantoran maksimal 50% dari total pegawai, membuat KAP mengubah
strateginya dengan melakukan audit jarak jauh. Auditor perlu melakukan penyesuaian
yang disebabkan oleh tantangan baru dalam proses audit selama pandemi covid-19.
Menurut Levy (2020) pandemi covid-19 berdampak pada ketidakmampuan auditor
untuk mengakses dokumen yang dibutuhkan karena kendala jarak sehingga
menyebabkan auditor kesulitan untuk mendapatkan bukti audit yang cukup dan sesuai.
laporan keuangan. Pada masa sebelum pandemi covid-19, bertemu dengan orang-
orang adalah hal yang lumrah. Observasi langsung ke tempat klien untuk memeriksa
keberadaan aset klien diyakini akan memberikan bukti yang andal.
Berdasarkan pada latar belakang yang telah disebutkan di atas, penulis tertarik
untuk membahas suatu topik yang berhubungan dengan prosedur audit pada aset tetap.
Sehingga judul laporan Tugas Akhir ini adalah “Pengujian Eksistensi Aset Tetap
Dengan Prosedur Audit Observasi Virtual Di Masa Pandemi Covid-19 Pada
PT INDOMY.”
LANDASAN TEORI
Aset tetap merupakan aset suatu perusahaan yang sifatnya tidak untuk dijual
belikan dan digunakan untuk kegiatan perusahaan. Penggunaan aset tetap umumnya
dalam jangka waktu yang lebih dari satu tahun.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 16:
Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun
lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun. Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh
perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari
aktiva oleh perusahaan.
Terdapat beberapa definisi dari aset tetap, berikut definisi menurut para ahli:
Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) mendefinisikan aset tetap sebagai aset
berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan
jasa, untuk penyewaan kepada orang lain, atau untuk tujuan administrative, aset tetap
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Aset tetap, atau sering
disebut juga property, plant and equipment, mencakup tanah, struktur bangunan
(gedung perkantoran, pabrik, gudang), dan peralatan (mesin, perabotan).
Karakteristik utama yang membedakan aset tetap dari aset lain adalah:
1. Aset tetap digunakan dalam kegiatan operasional dan tidak dimaksudkan untuk
dijual kembali. Jika suatu aset digunakan untuk hal selainoperasional, misalnya
dibeli dengan mengharapkan adanya apresiasi harga atas aset, atau aset tetap itu
tidak digunakan, maka dapat dikategorikan sebagai investasi, dan bukan aset
tetap.
2. Aset tetap memiliki masa penggunaan jangka panjang dan biasanya nilainya
disusutkan setiap periode. Untuk aset tetap berbentuk tanah, umumnya nilainya
tidak disusutkan, kecuali terdapat penurunan nilai yang material, seperti hilangnya
kesuburan pada tanah agrikultur karena adanya musim kemarau berkepanjangan.
5
6
3. Aset tetap memiliki wujud fisik. Hal ini yang membedakan aset tetap dari aset tak
berwujud, seperti paten atau goodwill. Aset tetap juga berbeda dari bahan baku,
karena aset tetap tidak secara langsung menjadi bagian dari produk yang
diperjualbelikan.
Warren et al., (2008) menyatakan bahwa aset tetap adalah aset yang bersifat
jangka panjang dan relatif permanen. Aset tetap merupakan aset berwujud (tangible
asset) karena memiliki bentuk fisik. Aset tetap juga dimiliki dan digunakan dalam
aktivitas bisnis dan tidak untuk diperjualbelikan dalam operasional sehari-hari.
Aset tetap (fixed asset) seringkali disebut sebagai plant assets atau property, plant, and
equipment.
Menurut PSAK 16 pada paragraf 6, Aset tetap adalah aset berwujud yang:
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Sedangkan pada paragraf 8 dijelaskan, dalam hal suku cadang danperalatan
pemeliharaan siap pakai, keduanya memenuhi kriteria aset tetap karena apabila
perusahaan memperkirakan akan menggunakan aset tersebut selama lebih dari satu
periode maka keduanya dapat dianggap sebagai aset tetap.
Dijelaskan pula dalam paragraf 10 bahwa harus dilakukan evaluasi berdasarkan
prinsip pengakuan ini terhadap semua biaya perolehan aset tetap pada saat terjadinya.
Dalam PSAK 16 menyebutkan bahwa biaya perolehan aset t etap harus diakui
sebagai aset, jika dan hanya jika:
a. besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke perusahaan; dan
b. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
7
a. Tanah
Biaya atas tanah termasuk semua biaya untuk memperoleh tanah hingga
siap untuk digunakan. Biaya-biaya tersebut biasanya meliputi:
1. Biaya pembelian;
2. Biaya penutupan, seperti hak atas tanah, biaya pengacara, dan biaya
pencatatan;
3. Biaya perolehan atas tanah; seperti grading, pengisian, pengeringan, dan
kliring;
4. Asumsi hak gadai, hipotik, atau sitaan di properti, dan
5. Prasarana tambahan yang memiliki masa manfaat yang tidak terbatas.
Terdapat dua kondisi atas tanah. Apabila tanah dikuasai dan dimiliki
perusahaan untuk tujuan spekulasi, maka tanah harus diklasifikasikan sebagai
investasi. Namun jika tanah dimiliki untuk dijual kembali, maka dikategorikan
sebagai persediaan.
b. Bangunan
Biaya atas bangunan termasuk semua biaya yang terkait langsungdengan
perolehan atau konstruksi. Biaya-biaya tersebut biasanya meliputi:
1. Bahan, tenaga kerja, dan biaya overhead yang terjadi selamakonstruksi;
dan
2. Biaya profesional dan izin bangunan.
Perusahaan mempertimbangkan semua biaya yang dikeluarkan, dari
penggalian sampai selesai, sebagai bagian dari biaya bangunan. Bila terdapat
bangunan tua yang ada di tempat suatu bangunan baru akan dibangun, maka
terdapat biaya pembongkaran bangunan lama untuk digunakan dan lebih
berhubungan dengan tanah daripada dengan gedung baru.
c. Peralatan
Biaya atas Peralatan termasuk semua biaya yang terjadi untuk memperoleh
peralatan dan mempersiapkan untuk digunakan. Biaya-biaya tersebut biasanya
meliputi:
1. Biaya pembelian,
2. Biaya pengiriman dan penanganan
9
Selain biaya overhead, masalah yang sering muncul adalah terkait biaya
pinjaman. PSAK 26 revisi 2008, seperti juga IAS 23 terkait borrowing cost,
menyebutkan bahwa aset yang membutuhkan suatu periode waktu yang
substansial agar siap untuk digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya,
dikategorikan sebagai aset kualifikasian (qualifying asset). Di mana, isu yang
10
sering muncul adalah adanya biaya pinjaman terkait proses persiapan aset
tersebut. Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lain yang ditanggung perusahaan
sehubungan dengan peminjaman dana. Perusahaan harus mengkapitalisasi biaya
pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi,
atau produksi aset kualifikasian sebagai bagian dari biaya perolehan aset tersebut.
Biaya pinjaman lainnya diakui sebagai beban pada periode terjadinya.
Setelah suatu aset siap untuk digunakan, kadang terdapat biaya-biaya yang
muncul terkait dengan aset tersebut, seperti biaya perbaikan hingga penambahan aset.
11
Perusahaan kemudian menentukan apakah biaya tersebut dapat dicatat dalam aset tetap
yang bersangkutan.
Masalah yang sering muncul adalah menentukan apakah suatu pengeluaran
diperlakukan sebagai aset (dikapitalisasi) atau sebagai beban dan langsung dibebankan
saat terjadinya. Untuk menentukan hal ini, kriteria yang digunakan untuk setiap
perusahaan umumnya memiliki perbedaan, tergantung batasan nilai yang ditetapkan
sebagai batas kapitalisasi. Namun, secara umum, dasar yang dapat digunakan adalah
PSAK 16 paragraf 12 dan 13.
Dalam paragraf 12 dinyatakan bahwa :
“biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
a. besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan
aset tersebut akan mengalir ke perusahaan; dan
b. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal,”
Beberapa biaya yang dikeluarkan sehari-hari mungkin memenuhi kriteria (b)
yaitu dapat diukur secara andal. Namun seringkali kriteria (a) sulit untuk dipenuhi.
Karena manfaat ekonomis sulit untuk diperkirakan untuk biaya semacam ini, maka
biaya tersebut tidak dapat dikapitalisasi. Ketika salah satu dari dua kriteriadi atas
tidak dapat dipenuhi, maka biaya yang bersangkutan harus dibebankanpada periode
terjadinya, dan tidak dapat dikapitalisasi.
Hal ini senada dengan pendapat Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011), yang
lebih lanjut menjelaskan bahwa manfaat ekonomis akan dapat diukur dari adanya
peningkatan (1) umur manfaat aset, (2) jumlah produk yang diproduksi, dan (3)
kualitas produk yang diproduksi.
Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) kemudian menyebutkan empat tipe biaya
yang umumnya muncul setelah perolehan aset tetap dan perlakuan akuntansiterhadap
biaya tersebut:
a. Penambahan
Perusahaan akan mengkapitalisasi biaya penambahan aset ke dalam aset tetap
yang bersangkutan.
b. Peningkatan dan penggantian
Biaya ini kadang sering disalahartikan sebagai biaya perbaikan, maka itu
dibutuhkan judgment yang tepat untuk mengklasifikasi biaya yang muncul. Ketika
suatu biaya meningkatkan potensi layanan aset di masa mendatang, maka biaya ini
harus dikapitalisasi. Perusahaan harus membalik biaya dan akumulasi penyusutan
terkait dengan aset tetap, dan mengakui laba atau rugi, jika ada, terlebih dahulu
sebelum mengkapitalisasi biaya.
c. Penyusunan kembali
Biaya yang muncul dari penyusunan kembali/reorganisasi akan dibebankan saat
terjadinya.
d. Perbaikan
Biaya perbaikan kecil akan dibebankan ketika terjadinya, sementara biaya
perbaikan besar harus dikapitalisasi. Perusahaan harus membalik biayadan
akumulasi penyusutan terkait dengan aset tetap, dan mengakui laba atau rugi, jika
13
2. Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara
andal harus dicatat pada jumlah revaluasi, yaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan
keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat
tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
untuk menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan
dan nilai lainnya pada saat yang berbeda-beda. Ketika pada suatu masa perusahaan
mengubah kebijakan akuntansi dan melakukan perubahan model, dari model biaya ke
model revaluasi misalnya, maka perubahan tersebut berlaku prospektif.
Perusahaan memilih model pengukuran aset tetap sebagai kebijakan
akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut secara konsisten terhadap seluruh
aset tetap dalam kelompok yang sama. Perusahaan tidak boleh menggunakan kedua
model pengukuran tersebut untuk setiap kategori aset tetap perusahaan.
PSAK 16 mendefinisikan nilai residu aset sebagai jumlah yang diperkirakan akan
diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi taksiran biaya
pelepasan, jika aset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan
pada akhir umur manfaatnya. Nilai residuaset tetap harus dikaji ulang setiap
akhir tahun buku untuk mengantisipasi adanya perubahan. Jika terdapat perbedaan
dengan estimasi sebelumnya, maka perbedaan tersebut harus diperlakukan
sebagai perubahan estimasi akuntansi. Namun, seringkali nilai residu dari suatu
15
aset tidak signifikan dan dianggap tidak material dalam perhitungan jumlah yang
disusutkan.
Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) menyebutkan bahwa dalam praktik nyata,
umumnya perusahaan tidak mengalokasikan nilai residu (nilai residu sama
dengan nol). Namun, untuk beberapa aset yang memilikiumur yang panjang,
nilai residu dapat bernilai cukup substansial.
Untuk aset berupa tanah, maka nilai yang disusutkan dapat berupa biaya perolehan
yang mencakup biaya untuk membongkar, memindahkan dan memugar tanah
tersebut, di mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut terbatas. Biaya
tersebut harus disusutkan selama periode manfaat yang diperolehnya.
b. Umur manfaat (useful life)
PSAK 16 mendefinisikan umur manfaat (useful life) sebagai suatu periode di
mana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas. Atau dapat pula didefinisikan
sebagai jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset
tersebut oleh entitas. Umur manfaat suatu aset ditentukan berdasarkan kegunaan
yang diharapkan oleh entitas, di mana dalam penentuannya, entitas mengestimasi
dan mempertimbangkan berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset serupa.
mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset
dan harus dikaji ulang setiap akhir tahun buku untuk mengantisipasi adanya
perubahan. Jika terdapat perbedaandengan estimasi sebelumnya, maka perbedaan
tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi. Metode
penyusutan yang dipilih oleh suatu entitas akan diterapkan secara konsisten dari
tahun ke tahun, kecuali ada perubahan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat
ekonomis masa depan dari aset tersebut.
Namun ada beberapa bantahan atas metode ini karena metode ini
mengindikasikan bahwa kegunaan aset dan biaya perbaikan serta perawatan
dianggap konstan dari periode ke periode.
• Diminishing (accelerated)-charge method
Metode ini menghasilkan biaya penyusutan yang besar di tahun-tahun awal
dan mengecil seiring berjalannya periode. Justifikasi dari metode ini adalah,
umumnya aset digunakan secara lebih produktif di tahun-tahun awal ketika
kondisi aset masih prima, sehingga biaya penyusutan akan lebih besar.
Seiring berjalannya waktu, produktivitas aset menurun, dan ada biaya
perawatan dan perbaikan. Maka di tahun-tahun selanjutnya, biaya penyusutan
menurun.
- sum-of-the-year’s-digits
hilang / dihentikan yang dimasukkan dalam laporan laba rugi, jika tidak
diungkapan secara terpisah pada laporan laba rugi.
Selain itu, hal-hal yang dapat memberikan informasi bagi pengguna laporan
keuangan dalam melakukan review kebijakan yang dipilih manajemen dan
memungkinkan perbandingan dengan entitas lain, perlu juga untuk diungkapkan:
a. Pemilihan metode penyusutan
b. Estimasi umur manfaat aset
c. Penyusutan, apakah diakui dalam laporan laba rugi atau diakui sebagai bagian dari
biaya perolehan aset lain, selama suatu periode
d. Akumulasi penyusutan pada akhir periode
PSAK 25 menyebutkan bahwa perubahan estimasi akuntansi yang dampaknya
material pada periode berjalan atau diperkirakan akan berdampak material pada
periode berikutnya, juga harus diungkapkan.
Aset tetap merupakan salah satu komponen yang memiliki proporsi cukup
signifikan dalam total aset suatu perusahaan. Audit atas aset tetap merupakan hal yang
penting karena terdapat beberapa risiko terkait aset tetap, misalnya risiko salah saji
material. Berikut ini akan disajikan teori mengenai teori pengauditan secara umum,
termasuk teori atas prosedur audit aset tetap.
Di lain sisi, selain pemahaman akuntansi, auditor harus memiliki keahlian dalam
pengumpulan dan interpretasi bukti audit atas informasi yang diperoleh. Ini adalah
keahlian yang membedakan auditor dari akuntan. Auditor bertugas untuk menentukan
prosedur audit yang tepat, memutuskan jumlah dan jenis item untuk pelaksanaan
pengujian, mengumpulkan bukti terkait informasi-informasi yang diperoleh serta
evaluasi atas hasil.
Independensi menurut Arens et al., (2009) berarti cara pandang yang tidak
memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan
penyusunan laporan audit. Auditor haruslah seorang yang independen dalam
pelaksanaan auditnya. Dengan demikian, laporan audit yang dihasilkan dapat
dipercaya tidak akan memihak pada salah satu pihak.
Informasi yang diperoleh auditor harus tersedia dalam bentuk yang dapat
diverifikasi. Hal ini dimaksudkan agar informasi dapat dibandingkan dengan standar
(kriteria) serta dapat dievaluasi oleh auditor.
Bukti (evidence) adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk
menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Bukti-bukti digunakan sebagai pendukung dari proses audit yang
telah dijalankan auditor.
Hasil akhir dari proses audit adalah penyusunan laporan audit yang melaporkan
temuan-temuan auditor, serta pelaporan derajat kesesuaian antara informasi dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Laporan audit dapat berupa laporan sangat mendetail
hingga laporan sederhana, tergantung dari pihak yang diaudit dan kebutuhan pengguna
laporan.
Akuntan publik melaksanakan tiga jenis aktivitas audit utama berikut (Arens
et al., 2009), yaitu:
1. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari setiap bagian dari
metode dan prosedur operasi suatu organisasi. Hasil dari audit operasional
biasanya berupa saran-saran bagi manajemen untuk memperbaiki operasinya.
Bidang yang diaudit biasanya tidak hanya meliputiakuntansi tapi juga mencakup
20
evaluasi atas struktur organisasi, operasi, metode produksi dan lain sebagainya.
Kriteria yang ditetapkan sering kali bersifat sangat subjektif.
Arens et al., (2009) menyebutkan bahwa tidaklah praktis bagi auditor untuk
memperoleh kepastian 100% tentang kebenaran setiap transaksi. Secara umum,
auditor melakukan kombinasi kepastian dalam setiap kelas transaksi dan saldo akhir
pada akun terkait. Untuk setiap kelas transaksi, beberapa tujuan audit harus dipenuhi
agar auditor dapat memperoleh kesimpulan bahwa transaksi tersebut telah dicatat
dengan tepat.
Terdapat tiga tujuan audit, yaitu:
1. Tujuan Audit terkait Transaksi
Tujuan audit ini identik dengan asersi manajemen untuk saldo akun.
Terdapat enam tujuan terkait tujuan ini, yaitu:
• Keterjadian (Occurrence)
Tujuan ini untuk mengetahui apakah transaksi yang tercatat
memang benar-benar terjadi.
• Kelengkapan (Completeness)
Tujuan ini untuk melihat apakah semua transaksi yang harus
dimasukkan ke dalam jurnal adalah benar-benar telah dicatatkan.
23
• Akurasi (Accuracy)
Tujuan ini untuk melihat keakuratan suatu informasi atas transaksi
akuntansi apakah benar telah dicatat dan dinyatakan pada jumlah yang
benar.
• Pencatatan ke buku besar (Posting and summarization)
Tujuan ini untuk melihat apakah transaksi yang dicatatkan telah
dimasukkan dalam file induk dan diikhtisarkan dengan benar.
• Klasifikasi (Classification)
Tujuan ini untuk melihat apakah transaksi yang dicatat dalam jurnal
telah terklasifikasikan secara tepat.
• Waktu (Timing)
Tujuan ini adalah untuk melihat penetapan waktu atas transaksi
apakah telah dicatat pada tanggal yang benar.
2. Tujuan Audit terkait Saldo
Tujuan audit ini identik dengan asersi manajemen untuk saldo akun.
Terdapat delapan tujuan terkait tujuan ini, yaitu:
• Keberadaan (Existence)
Tujuan ini adalah untuk melihat apakah jumlah yang tercatat dalam
laporan keuangan perusahaan memang benar ada.
• Kelengkapan (Completeness)
Tujuan ini adalah untuk melihat apakah jumlah yang tercatat dalam
suatu akun memang telah benar-benar dicantumkan.
• Akurasi (Accuracy)
Tujuan ini adalah untuk melihat apakah jumlah yang tercatat telah
dinyatakan dengan benar secara aritmatika.
• Klasifikasi (Classification)
Tujuan ini adalah untuk mengetahui apakah jumlah yang tercatat
dalam daftar telah diklasifikasikan dengan benar.
• Pisah Batas (Cut – Off)
Tujuan ini adalah untuk menentukan apakah transaksi-transaksitelah
dicatat dalam saldo akun tercatat pada periode yang tepat.
• Keterkaitan Atas Perincian (Detail Tie-In)
Tujuan ini adalah untuk memastikan bahwa rincian saldo akunpada file
24
induk telah sesuai dengan total saldo akun, dan jugasesuai dengan total
yang tercatat di buku besar.
• Nilai Realisasi (Realizeable Value)
Tujuan ini adalah untuk mengetahui apakah saldo akun yang tercatat
adalah dalam jumlah yang diestimasi akan direalisasi.
• Hak Dan Kewajiban (Rights and Obligations)
Tujuan ini adalah untuk memastikan bahwa saldo aset, liabilitas, dan
ekuitas perusahaan memang benar dimiliki oleh perusahaan dan
utang yang tercantum memang merupakan kewajiban dari perusahaan.
3. Tujuan Audit terkait Penyajian dan Pengungkapan
Tujuan audit ini identik dengan asersi manajemen untuk penyajian dan
pengungkapan. Terdapat empat tujuan terkait tujuan ini, yaitu:
• Keterjadian serta Hak dan Kewajiban (Occurrence and Rights and
Obligations)
Tujuan ini untuk mengetahui apakah kejadian benar-benar terjadi dan
kejadian memang merupakan hak dan kewajiban klien.
• Kelengkapan (Completeness)
Tujuan ini untuk mengetahui apakah saldo yang tercatat telah
seluruhnya benar-benar dicatat.
• Penilaian dan Akurasi (Valuation and Accuracy)
Tujuan ini untuk mengetahui apakah info yang disajikan klien telah
diungkapkan secara wajar dan tercatat secara akurat.
• Klasifikasi dan Dapat dipahami (Classification and Understandability)
Tujuan ini untuk dapat mengklasifikasikan akun secara tepat, dan
informasi yang tersaji diungkapkan secara jelas dan dapat dipahami oleh
pengguna laporan keuangan.
Observasi tidak cukup kuat karena adanya risiko klien mengubah perilaku
karena kehadiran auditor. Mereka dapat melakukan tanggung jawabnya
sesuai dengan kebijakan perusahaan, tetapi melanjutkan kegiatan normal
saat auditor telah selesai melakukan kegiatan observasi. Oleh karena itu,
masih diperlukan bukti-bukti pendukung lainnya.
27
Audit atas aset tetap secara umum memiliki metodologi yang serupa dengan
audit atas akun lainnya. Arens et al., (2009) menyebutkan, catatan akuntansi yang
utama untuk aset tetap umumnya berupa file induk aset tetap (fixed asset master file).
File induk ini meliputi catatan yang terinci atas setiap bagian aset tetap yang dimiliki
perusahaan. Setiap catatan yang berada pada file induk umumnya meliputi deskripsi
aset, tanggal akuisisi, biaya perolehan awal, penyusutan tahun berjalan, dan akumulasi
penyusutan aset tersebut. File induk juga menyimpan informasi penambahan dan
pengurangan aset selama tahun berjalan.
Auditor membedakan cara memverifikasi aset tetap dengan aset lancar atas dasar
berikut:
a. Umumnya akuisi aset tetap jarang dilakukan pada periode berjalan
29
c. Aset tetap biasanya akan disimpan dan dicatat dalam catatan akuntansi
selama beberapa periode
Karena adanya perbedaan di atas, maka audit aset tetap lebih menekankan pada
verifikasi akuisisi yang dilakukan pada periode berjalan dan tidak menekankan pada
saldo akun yang dibawa dari periode sebelumnya. Selain itu, karena karakteristik aset
tetap yang memiliki umur manfaat di atas satu tahun, maka aset tetap memerlukan
akun beban penyusutan dan akumulasi penyusutan. Faktor lain yang membedakan
audit aset tetap adalah, aset tetap dapat dijual maupun dibuang, sehingga memerlukan
jurnal pencatatan laba rugi yang perlu diverifikasi oleh auditor.
Dalam audit atas aset tetap, Arens et al., (2009) menjabarkan prosedur-prosedur
yang umum dilakukan atas aset tetap:
a. Melaksanakan prosedur analitis
Pengujian audit aktual serta ukuran sampel sangat bergantung pada salah
saji yang dapat ditoleransi, risiko inheren, dan penilaian atas risiko kontrol
klien. Salah saji yang dapat ditoleransi merupakan hal yang penting untuk
melakukan verifikasi akuisisi aset tetap tahun berjalan karena transaksi
tersebut bervariasi dari jumlah yang tidak material dalam beberapa tahun
hingga sejumlah besar akuisisi yang signifikan dalam tahun lainnya. Luas
pengujian tentu tergantung pada risiko kontrol yang dinilai auditor atas
akuisisi dan materialitas penambahan aset tersebut.
Salah saji dapat berasal dari kurangnya pemahaman klien terhadap prinsip-
prinsip akuntansi yang diterima umum atau keinginan klien untuk
menghindari pajak penghasilan.
Berikut disajikan tabel mengenai beberapa uji atas saldo yang umum
dilakukan dalam melakukan verifikasi atas akuisisi aset tetap.
Keberadaan
Akuisisi aset tetap pada tahun ini Memeriksa invoice dari pemasok
dan laporan penerimaan
benar-benar ada
Memeriksa aset secara fisik
Kelengkapan
Semua akuisisi aset tetap telah Memeriksa invoice dari pemasok
yang berhubungan erat dengan
dicatat
akun seperti perbaikan dan
pemeliharaan untuk melihat apakah
ada komponen yang belum tercatat
Akurasi
Semua akuisisi yang ada disajikan Memeriksa invoice dari pemasok
dengan akurat
32
Jika perusahaan lalai dalam mencatat pelepasan aset, hal ini dapat
berpengaruh secara signifikan ke dalam laporan keuangan. Berikut beberapa
langkah yang biasa dilakukan oleh auditor untuk mencari transaksi
pelepasan aset yang belum tercatat.
• Melakukan evaluasi pada pembelian aset tetap yang mungkin
menggantikan aset tetap yang lama
• Melakukan analisis untung atau rugi atas penjualan aset dan pendapatan
lain-lain yang diterima dari penjualan aset
• Melakukan evaluasi pada perubahan atau modifikasi pabrik, lini
produk, pajak atas aset dan asuransi untuk melihat indikasi pelepasan
aset tetap
• Bertanya kepada manajemen dan karyawan produksi tentang
kemungkinan pelepasan aset.
Auditor juga harus melakukan uji untuk memenuhi tujuan audit atas
penyajian dan pengungkapan. Pengungkapan tersebut misalnya
membandingkan informasi yang diperoleh melalui pengujian dengan
catatan kaki.
METODE PENELITIAN
37
38
Menurut Sekaran dan Roger Bougie (2017:119), unit analisis adalah tingkat
satuan yang digunakan dalam penelitian, satuan ini bisa berupa individu, organisasi,
ataupun perusahaan, serta pihak-pihak lain yang dapat memberikan respon terhadap
tindakan yang dilakukan peneliti selama tahap analisis. Unit analisis pada penelitian
ini adalah aset tetap PT INDOMY selama periode 2020.
Penelitian menggunakan data primer dalam studi kasus ini. Data primer adalah
data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini,
data primer yang dimaksud adalah hasil observasi virtual dan studi kepustakaan secara
39
langsung dalam rangka menjalankan prosedur audit pengujian eksistensi aset tetap
PT INDOMY dimana peneliti adalah sebagai auditor dari perusahaan tersebut.
Observasi atau pengamatan bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan
tentang topik yang akan diteliti. Observasi atau pengamatan langsung dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara melihat kondisi terkini aset tetap PT INDOMY yang
dilaksanakan secara virtual.
Terdapat beberapa tahapan analisis data yang dilakuka oleh peneliti, yaitu:
1. Pengumpulan data, dimana peneliti memperoleh data berdasarkan hasil observasi.
2. Reduksi data, peneliti hanya berfokus pada rumusan masalah penelitian.
3. Penyajian data, peneliti menyusun informasi yang sudah diperoleh.
4. Pengambilan keputusan atau verifikasi, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan
data yang sudah dikumpulkan selama penelitian.
BAB IV
4.1 Profil Kantor Akuntan Publik Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan
Kantor Akuntan Publik (KAP) Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan
atau RSM Indonesia didirikan pada tahun 1985. KAP RSM Indonesia berfokus untuk
memberikan layanan dengan kualitas dan standar tertinggi kepada seluruh klien. Saat
ini KAP RSM Indonesia memiliki kantor di Jakarta dan Surabaya. KAP RSM
Indonesia menyediakan jasa di bidang audit, perpajakan, dan konsultasi terbaik di
beragam area penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan suatu organisasi.
Visi KAP RSM Indonesia adalah menjadi mitra yang tepat kepada para
stakeholders, dengan memberikan jasa profesional yang memiliki nilai tambah
sekaligus mendukung tujuan yang diharapkan oleh klien kami, memberikan hasil kerja
yang profesional dan bermanfaat, serta berkontribusi terhadap profesi, industri, dan
ekonomi Indonesia.
Struktur organisasi KAP RSM Indonesia adalah sebagaimana disajikan pada
Gambar 3.1. Struktur organisasi KAP RSM Indonesia dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu Board of Partners dan Manajemen. Board of Partners adalah pihak yang
melakukan pengawasan terhadap manajemen KAP RSM Indonesia dan Manajemen
adalah pihak yang menjalankan kegiatan operasi dari KAP RSM Indonesia. Dalam
menjalankan kegiatan operasi, manajemen dipimpin oleh eksekutif yang kemudian
disebut dengan Board of Management, yang terdiri dari Chief Executive Partner dan
Line of Business Managing Partner.
41
42
jembatan, bandara, pabrik pengolah limbah, pabrik semen, dan fasilitas industri
lainnya.
Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan Indonesia terpercaya dan
berkelanjutan di bidang konstruksi terintegrasi dan investasi. Dengan misi perusahaan
yaitu meningkatkan nilai perusahaan yang berkelanjutan melalui:
• Mengembangkan system dan teknologi yang teritegrasi,
• Membangun fundamental keuangan yang kuat,
• Menerapkan Enterprise Risk Management yang prima,
• Membentuk SDM yang kompeten dan berkinerja unggul,
• Mencapai portfolio yang seimbang melalui investasi di bidang usaha baru.
Sesuai PSAK 16 (Revisi 2011) tentang aset tetap, perusahaan harus memilih
antara model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) untuk
seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Perusahaan telah memilih model biaya.
Aset tetap tanah dan bangunan dinyatakan berdasarkan nilai revaluasi yang
merupakan nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi
dilakukan dengan keteraturan yang memadai untuk memastikan bahwa jumlah tercatat
tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai
wajar pada tanggal laporan.
Kenaikan yang berasal dari revaluasi tanah dan bangunan diakui pada
penghasilan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus
revaluasi, kecuali sebelumnya penurunan revaluasi atas aset yang sama pernah diakui
dalam laba rugi, dalam hal ini kenaikan revaluasi hingga sebesar penurunan nilai aset
akibat revaluasi tersebut, dikreditkan dalam laba rugi. Penurunan jumlah tercatat yang
berasal dari revaluasi tanah dan bangunan dibebankan dalam laba rugi apabila
penurunan tersebut melebihi saldo surplus revaluasi aset yang bersangkutan, jika ada.
Surplus revaluasi tanah dan bangunan yang telah disajikan dalam ekuitas
dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya.
Jika aset revaluasi tidak mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan,
aset tersebut direvaluasi paling kurang setiap 3 (tiga) tahun.
44
Aset tetap tanah tidak disusutkan. Sedangkan aset tetap gedung disusutkan
dengan metode garis lurus (straight line method) selama masa manfaat aset tersebut,
sebagai berikut:
Aset tetap kecuali tanah dan bangunan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan, dan akumulasi penurunan nilai jika ada, dan
disusutkan dengan menggunakan metode saldo menurun berganda (double declining
balance method) selama taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut:
Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan pada laba rugi pada saat
terjadinya biaya–biaya tersebut, sedangkan pengeluaran dalam jumlah besar dan
sifatnya meningkatkan kondisi aset secara signifikan dikapitalisasi. Semua
pengeluaran setelah perolehan awal aset tetap akan ditambah (kapitalisasi) pada
jumlah tercatat aset yang bersangkutan bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
• Pengeluaran tersebut memperpanjang masa manfaat aset yang
bersangkutan, dan
• Memenuhi batas materialitas yang ditetapkan oleh Direksi, yaitu:
i) Di atas Rp10.000.000 untuk perlengkapan kantor, bengkel dan Gudang.
ii) Di atas Rp8.000.000 untuk peralatan proyek.
45
Audit program yang digunakan tim audit dalam pengujian eksistensi atas aset
tetap sebagai acuan dalam melakukan prosedur audit observasi aset tetap
PT INDOMY pada periode berjalan, yaitu:
46
- Pabrik
- Perlengkapan Kantor
- Peralatan Proyek
- Kendaraan
Test Of Detail Addition and Disposal Pengujian atas penambahan dan
(by sample) penghapusan aset tetap dengan
melakukan:
- Minta data penambahan dan
pengurangan aset tetap pada
periode berjalan
- Lakukan sample.
Fixed Assets Observation Observasi atas keberadaan aset tetap
yang berada di perusahaan.
4.5 Prosedur Audit Observasi Virtual Aset Tetap Klien Yang Dilakukan Oleh
Auditor
melakukan audit atas aset tetap di PT INDOMY, dunia dihadapkan pada kondisi
pandemi covid-19 dimana seluruh aktivitas bisnis terkena dampaknya. Hal ini juga
berefek pada proses kegiatan audit dimana auditor tidak dapat melakukan kunjungan
secara fisik ke tempat dimana lokasi aset berada karena adanya peraturan pemerintah
untuk membatasi aktivitas di luar rumah dan aktivitas bertemu tatap muka.
Oleh karena itu, auditor melakukan prosedur alternatif atas observasi aset tetap
tersebut dengan melakukan observasi secara virtual yaitu melalui platform Gmeet atau
Zoom. Metode ini diyakini dapat memperoleh bukti audit secara cukup dan tepat.
5.1 Kesimpulan
Aset tetap merupakan salah satu sarana bagi PT INDOMY untuk menjalankan
proses produksi dan untuk menghasilkan pendapatan. Maka dari itu, informasi
tentang aset tetap merupakan salah satu informasi penting yang akan dilihat oleh
pengguna laporan keuangan untuk menilai kelanjutan usaha PT INDOMY. Di sini
peran auditor menjadi penting untuk menyatakan kewajaran penyajian laporan
keuangan secara umum, dan akun aset tetap secara khusus.
Audit atas aset tetap merupakan bagian dari audit umum yang dilakukan KAP
RSM Indonesia atas laporan keuangan PT INDOMY. Dalam melakukan audit atas
aset tetap, auditor berpedoman pada Global Audit Methodology dari KAP RSM
Indonesia, di mana pedoman ini memiliki esensi yang sama dengan pedoman audit
yang dipaparkan oleh Arens et al., (2009). Perbedaan hanya terletak pada sisi detail
proses yang dilakukan per fase, dan bukan merupakan perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan teori atas aset tetap, audit, dan pelaksanaan audit yang penulis
alami pada PT INDOMY, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
prosedur audit atas pengujian eksistensi aset tetap yang dilaksanakan tim audit telah
sesuai dengan prosedur audit berdasarkan teori audit yang ada dan telah dilaksanakan
mengikuti audit program yang telah dirancang. Selama menjalani prosedur audit atas
aset tetap tersebut, tidak terdapat temuan-temuan yang sifatnya signifikan.
5.2 Saran
Berdasarkan dengan laporan tugas akhir yang telah penulis susun, penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan tugas akhir
ini. Penulis ingin memberi saran kepada peneliti berikutnya agar dapat
mengembangkan prosedur audit asset tetap untuk menguji asersi manajemen lainnya
agar tujuan audit dapat tercapai.
49
DAFTAR PUSTAKA
50