Dosen Pengampuh :
Islamiyah M.Ag
Nama Anggota:
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita Rahmat dan
Nikmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, Sholawat dan
Salam tidak lupa kita hanturkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad
S.A.W. Tidak lupa pula penyusun ucapkan terimakasih kepada Ibu Islamiyah
M,Ag selaku dosen pembimbing mata kuliah Tafsir 1. Penyusun berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan terhadap “Maksud
Utama dan Sebab-sebab Kekeliruan Dalam Tafsir”.
Penyusun menyadari makalah ini tidak di susun semaksimal mungkin,
tentu masih ada kekurangan yang tidak di sengaja. Maka dari itu penyusun
harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Urgensi atau yang lebih dikenal dengan urgensi penafsiran berkaitan dengan
posisi, sistem, tujuan dan prioritasnya,serta hubungannya dengan kapasitas
pragmatis, utilitarian, dan pragmatis. Posisi tafsir dapat dipahami sebagai kunci
representatif untuk membuka makna rahasia Al-Quran. Kedudukan ini dalam
sistem pendidikan Islam berperan sebagai sarana (tariqah) untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dalam memahami makna Al-Qur'an, yaitu memperoleh mutiara
dan batu mulia seperti simbol yang mempunyai makna tertinggi.
Beberapa ulama yang dikutip oleh Abd. Lathif antara lain Ahmad al-Syirbasyi
menyatakan bahwa kedudukan penafsiran tergantung pada dokumen atau materi
yang ditafsirkan, karena dokumen penafsiran adalah kitab suci Al-Quran
mempunyai kedudukan yang mulia, Al-Zarkasyi mengatakan bahwa tindakan
tersebut adalah yang terbaik yang dicapai oleh akal manusia dan daya refleksinya
yang tinggi adalah kegiatan mengungkap rahasia-rahasia yang terkandung dalam
1
.Manna Khalil Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an, diterjemahkan oleh Mudzakir AS, Studi
Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, hal. 461
wahyu Tuhan dan mengungkap penafsiran yang benar berdasarkan pemahaman
yang benar dan tepat.2
Sementera itu, Abd. Muin Salim menyebut ada dua fungsi tafsir Al-Qur`an:
pertama, fungsi epistemologis, yakni sebagai metode pengetahuan terhadap
ayat-ayat Al-Qur`an yang informatif, dan kedua, pendayagunaan norma-norma
kandungan Al-Qur`an melalui tafsir.3
Tafsir adalah ilmu syari’at yang paling agung dan paling tinggi
kedudukannya. Tafsir merupakan ilmu yang paling mulia objek pembahasan dan
tujuannya, serta dibutuhkan. Objek pembahasannya adalah kalamullah yang
merupakan sumber segala hikmah dan tambang segala keutamaan. Tujuan
utamanya untuk dapat berpegang pada tali yang kokoh dan mencapai
kebahagiaan hakiki. Sedangkan kebutuhan terhadapnya sangat mendesak karena
segala kesempurnaan agamawi dan duniawi haruslah sejalan dengan syara’,
sedang kesejalanan ini sangat bergantung pada pengetahuan tentang kitab Allah.4
Menurut hemat penulis, urgensi tafsir pada saat ini sangat dibutuhkan di
Tengah masyarakat modern, karena kampanye kebebasan berpikir, berekspresi,
dan berbuat semakin gencar dilakukan oleh kelompok liberal. Kondisi diperparah
dengan tersedianya media massa dan media social tanpa batas, yang menjangkau
2
. Achmad Muchammad, Tafsir: Pengertian, Dasar, dan Urgensinya . Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Volume 3, Nomor 2,. Hal : 108
3
Suryadilaga, M. Alfatih, dkk. Metodologi Ilmu Tafsir,cetakan ke-III, Yogyakarta: Teras, 2010,
hal 34-35
4
al-Zarkashiy, al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an;( Lebanon: Dar alKutub al-Ilmiyah, 2011) , Juz I,
hal,13
seluruh manusia di berbagai belahan dunia. Masyarakat sangat membutuhkan
penafsiran-penafsiran ayat Al-Qur’an yang lebih segar, untuk mengaktifkan
fungsi Al-Qur’an itu sendiri sebagai hudan (petunjuk) atau adz-dzikr (pengingat),
agar tidak terjerumus pada kesesatan dan melampaui batas.
1. Subjektivitas mufasir
2. Kekeliruan dalam menerapkan metode atau kaidah
3. Kedangkalan dalam ilmu-ilmu alat
4. Kedangkalan pengetahuan tentang materi uraian (pembicaraan) ayat
5. Tidak memperhatikan konteks, baik asbab al-nuzul, hubungan
antar ayat, maupun kondisi sosial masyarakat. Tidak memperhatikan
siapa pembicara dan terhadap siapa pembicaraan ditujukan.5
5
Dede Ahmad Ghazali dan Heri Gunawan,Studi Islam Suatu Pengantar Dengan
Pendekatan Interdisipliner, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 105-106
4. Kesalahan dalam metode pendektan (al-Khata fi al-Manhaj), ini
diakui oleh Ibn Rusyd bahwa ada masalah dalam al-Quran
yang didekati oleh pendekatan yang tidak pada tempatnya.
5. Kesalahan dalam melihat mutakalim (yang berbicara) dan
mukhatab (yang diajak bicara6
6
Ghazali dan Gunawan, Studi Islam Suatu, hlm 121
7
ibid
8
Nashruddin Baidan, Rekonstruksi Ilmu Tafsir, (Jakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa,
2000), h. 107
9
Ibid h,42
Ketiga, Mufasir tidak tidak sadar bahwa yang dikajinya adalah firman Allah,
bahkan menyamakannya dengan kalam manusia. Jika kondisi ini terjadi maka
kemungkinan keliru dalam memahami dan menafsirkan al-Quran semakin besar.10
Dari kajian yang kami dapati dapat ditarek kesimpulan bahwa sebab
kekeliruan dalam penafsiran ialah sebagai berikut :
BAB III
10
Ibid, h 43-44
11
Mazhab adalah pendekatan hukum dalam Islam yang memandu penafsiran dan praktik.
Penting untuk memahami perbedaan mazhab dalam penafsiran.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Urgensi atau yang lebih dikenal dengan urgensi penafsiran
berkaitan dengan posisi, sistem, tujuan dan prioritasnya,serta hubungannya
dengan kapasitas pragmatis, utilitarian, dan pragmatis. Posisi tafsir dapat
dipahami sebagai kunci representatif untuk membuka makna rahasia Al-
Quran. Beberapa ulama yang dikutip oleh Abd. Lathif antara lain Ahmad
al-Syirbasyi menyatakan bahwa kedudukan penafsiran tergantung pada
dokumen atau materi yang ditafsirkan, karena dokumen penafsiran adalah
kitab suci Al-Quran mempunyai kedudukan yang mulia, Al-Zarkasyi
mengatakan bahwa tindakan tersebut adalah yang terbaik yang dicapai
oleh akal manusia dan daya refleksinya yang tinggi adalah kegiatan
mengungkap rahasia-rahasia yang terkandung dalam wahyu Tuhan dan
mengungkap penafsiran yang benar berdasarkan pemahaman yang benar
dan tepat.
Objek pembahasannya adalah kalamullah yang merupakan sumber
segala hikmah dan tambang segala keutamaan. Tujuan utamanya untuk
dapat berpegang pada tali yang kokoh dan mencapai kebahagiaan hakiki.
Sedangkan kebutuhan terhadapnya sangat mendesak karena segala
kesempurnaan agamawi dan duniawi haruslah sejalan dengan syara’,
sedang kesejalanan ini sangat bergantung pada pengetahuan tentang kitab
Allah.Kekeliruan penafsiran Al-Qur'an bisa terjadi, dan sering kali
interpretasi yang salah dapat memiliki dampak yang signifikan.
B. Saran