Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PROFESI KETEKNIKAN

ETIKA, ETIKET, PROFESIONALISME, PROFESI, MORAL, KODE ETIK, DAN


PELANGGARAN-PELANGGARAN KODE ETIK

Dosen Pengampu :
Dr. Dewi Fortuna ,S.Tp, M.T.

Disusun Oleh :
Rahmat Sifa Nuryan (J1B120004)
Yayang Putra Jumiko (J1B120027)

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023

I
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Profesi
Keteknikan yang berjudul “ETIKA, ETIKET, PROFESIONALISME, PROFESI, MORAL,
KODE ETIK, DAN PELANGGARAN-PELANGGARAN KODE ETIK” tepat waktu. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan baru bagi pembaca.

Penulis menyadari makalah ini masih memiliki kesalahan sehingga masih memerlukan
penyempurnaa. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Sekian
yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat.

Mestong, 30 Agustus 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... I


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Etika .............................................................................................................................. 3
2.2 Etiket ............................................................................................................................. 3
2.3 Profesionalisme ............................................................................................................. 4
2.4 Profesi ........................................................................................................................... 4
2.5 Moral ............................................................................................................................. 5
2.6 Kode Etik ...................................................................................................................... 6
2.7 Pelanggaran-Pelanggaran Dalam Kode Etik ................................................................. 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keteknikan (engineering) merupakan profesi yang diharapkan dapat memberi solusi
dari berbagai permasalahan yang ada di masyarakat. Terutama permasalahan yang
membutuhkan ilmu alam, ilmu matematika, ilmu sosial, dan ilmu ekonomi dalam
pemecahannya. Keteknikan berdampak besar bagi masyarakat dalam pertumbuhan teknologi
modern. Masyarakat modern memerlukan keteknikan dalam berbagai segi kehidupan yang
ditargetkan dapat mengatasi berbagai masalah yang menyangkut lingkungan, kesehatan dan
keamanan, komunikasi, energi, pertumbuhan energi, dan lain-lain (1).
Ruang lingkup aktivitas insinyur jika mengacu pada pemahaman mengenai profesi,
profesional, dan profesionalisme bisa disejajarkan dengan kegiatan keprofesian yang lain seperti
dokter, pengacara, guru dan sebagainya. Profesionalisme keinsinyuran ditunjukkan melalui
penerapan keahlian ilmu keteknikan (engineering). Ilmu keteknikan terdiri dari berbagai macam
ilmu diantaranya ilmu matematika, fisika, kimia dan pengetahuan dasar keteknikan lainnya.
Ilmu tersebut dipakai dalam melakukan perencanaan, perancangan, konstruksi, operasi produk,
perawatan produk, proses, sistem kerja tertentu secara efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien
(2).

Insinyur dalam menerapkan ilmu keteknikannya seringkali terlibat dalam berbagai


aktivitas yang bersinggungan dengan konflik kepentingan yang dapat melunturkan nilai-nilai
idealisme dan tujuan dari insinyur itu sendiri. Sebagai sebuah profesi yang memiliki yang
memiliki tujuan demi kepentingan umat manusia, penerapan kepakaran dan keahlian insinyur
sudah seharusnya selalu mempertimbangkan norma, budaya, adat, moral dan etika yang berlaku
bagi orang banyak (2).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Apa yang dimaksud dengan etiket?
3. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme?
4. Apa yang dimaksud dengan profesi?
5. Apa yang dimaksud dengan moral?
6. Apa yang dimaksud dengan kode etik?
7. Apa saja pelanggaran-pelanggaran dalam kode etik?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan etika
2. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan etiket
3. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan profesionalisme
4. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan profesi

1
5. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan moral
6. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan kode etik
7. Untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran dalam kode etik

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ETHOS” yang memiliki arti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. Menurut
para ahli etika merupakan aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesama dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Etika dalam perkembangannya
sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia peninjauan untuk
menentukan sikap melalui berbagai tindakan sehari-hari (3).

Dua macam etika yang harus dipahami untuk menentukan baik dan buruknya prilaku
manusia yaitu (3):
1) Etika deskriptif merupakan etika yang di tentukan secara kritis dan logis sikap dan prilaku
manusia dan sesuatu yang dilakukan sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif
memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan.
2) Etika normatif merupakan etika yang ditentukan dengan berbagai sikap dan prilaku ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai sesuai
dengan aturan yang berlaku. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Secara umum etika dapat dibagi menjadi (3) :

1) Etika umum merupakan etika yang berkaitan tentang kondisi-kondisi dasar manusia
bertindak secara etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi
pedoman bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya
suatu tindakan.
2) Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud bagaimana saya mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari
oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud
bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis.
Etika khusus dibagi menjadi dua : a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap
manusia terhadap dirinya sendiri. b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap
dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Perlu diperhatikan bahwa etika
individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena kewajiban manusia
terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan.

2.2 Etiket
Etiket berasal dari bahasa Perancis yaitu “ETIQUETTE” yang berarti tiket atau kartu
undangan yang lazim dipakai raja-raja perancis bila mengadakan pesta. Etiket menitik beratkan
3
pada cara berbicara yang sopan, berpakaian, duduk, menerima tamu, dan sopan santun lainnya
yang berlaku dimasyarakat. Dengan demikian etiket adalah sopan santun dalam pergaulan, baik
pergaulan sehari-hari maupun dikantor. Etiket bersumber dari rasa hormat pada suatu status
sosial tertentu yang menunjukan beda antara orang-orang yang statusnya berlainan. Dengan
dibekali etiket manusia dapat berinteraksi antara satu sama lain. dalam pergaulan antar manusia,
norma-norma ditentukan oleh etiket. Contohnya etiket yang berlaku untuk universal seperti
hormat kepada orang tua, guru, dan lain sebagainya (5).

2.3 Profesionalisme
Profesionalisme dalam Kamus Besar Indonesia (KBBI) memiliki arti mutu, kualitas,
dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional. Profesionalisme
adalah sikap dari seorang profesional. Profesionalisme mengacu kepada sikap dan komitmen
anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.
Profesionalisme memiliki tiga sikap yaitu (4):

1) beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti,
dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil.
2) dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses
pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat.
3) kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral. Harus
menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan
dan disepakati bersama didalam sebuah organisasi profesi.
Ciri-ciri profesionalisme (4) :

1) Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil, sehingga kita di tuntut


untuk selalu mencari peningkatan mutu.
2) Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh
melalui pengalaman dan kebiasaan.
3) Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau putus
asa sampai hasil tercapai.
4) Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan
terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup.
5) Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, sehingga terjaga
efektivitas kerja yang tinggi.

2.4 Profesi
Profesi berasal dari kata profession, profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut
pelakunya memiliki keahlian tertentu. Profesi juga dapat didefinisikan sebagai pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Tetapi pada
penerapannya perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan

4
hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek tersebut dalam cakupan pekerjaan itu
sendiri (5).

Asosiasi profesi, Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi
tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya (4).

Lisensi, Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya. Kebanyakan profesi yang berlisensi
ini merupakan profesi vital yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas, seperti
dokter, apoteker, pengacara, termasuk sertifikasi pada tenaga pengajar(4).

Dari penjelasan diatas maka secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu
melekat pada profesi, yaitu(4):

1) Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat
pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahuntahun.
2) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi
mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3) Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan
kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4) Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi
harus terlebih dahulu ada izin khusus

2.5 Moral
Moral berasal dari bahasa latin yaitu mores merupakan jamak dari kata mos yang
berarti adap kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah
penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah
adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau
buruk. Moral memiliki arti: a) ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, asusila; b) kondisi mental yang membuat
orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan (5).

Moral merupakan landasan dan patokan bertindak bagi setiap orang dalam kehidupan
sehari-hari ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dalam lingkungan
keluarga dan yang terpenting moral berada pada batin dan atau pikiran setiap insan sebagai
fungsi kontrol untuk penyeimbang bagi pikiran negatif yang akan direalisasikan (5).
Moral sebenarnya tidak dapat lepas dari pengaruh sosial budaya, setempat yang
diyakini kebenarannya. Moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia.

5
Hal tersebut akan lebih mudah kita pahami manakala mendengar orang mengatakan
perbuatannya tidak bermoral. Perkataan tersebut mengandung makna bahwa perbuatan tersebut
dipandang buruk atau salah karena melanggar nilai-nilai dan norma-norma moral yang berlaku
dalam masyarakat (5).
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma-moral yang terdapat pada
sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral
merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban
manusia. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan
pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya sebagai suami
atau isteri (5).

Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket.
Moralitas berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari
beberapa sumber. Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang
mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis,
mendasar, sistematik dan normatif. Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada
argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. Kritis berarti filsafat ingin
mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal.
Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. Normatif menyelidiki bagaimana
pandangan moral yang seharusnya (5).

2.6 Kode Etik


Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi, dan merupakan lanjutan dari norma yang
telah dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan
merinci norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma tersebut sudah
tersirat dalam etika profesi (5).

Berkaitan dengan profesi, kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi
standar kegiatan anggota profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai profesional suatu
profesi yang diterjemahkan kedalam standar perilaku anggotanya. Nilai profesional paling
utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat (5).

Kode etik dijadikan standar aktivitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus
sebagai pedoman. Masyarakat pun mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota
profesi. Bias interaksi merupakan monopoli profesi, yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hak
istimewa yang melindungi kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat (5).

Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada


pelanggannya. Sifat dan orientasi kode etik hendaknya singkat, sederhana, jelas dan konsisten,

6
masuk akal, dapat diterima, praktis dan dapat dilaksanakan, komprehensif dan lengkap, serta
positif dalam formulasinya (5).

Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai
seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang
merupakan fungsi dari kode etik profesi (5):

1) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana
profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada
masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
3) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.

2.7 Pelanggaran-Pelanggaran Dalam Kode Etik


Bentuk pelanggaran kode etik(5) :

1) Konflik kepentingan atau conflict of interest, yang berarti terjadi penyimpangan posisi
atau jabatan seorang profesional.
2) Kerahasiaan dan loyalitas, berarti seberapa setia kita dalam menjaga aset dan informasi
vital di perusahaan atau yang kita miliki.
3) Kontribusi dana balik, berupa pemotongan sebagian dana yang harus dikembalikan
kepada pemilik proyek atau pemberi pesanan.
4) Tiupan peluit atau whistleblowing, berarti kesadaran dan keberanian untuk
mengingatkan apabila terjadi pelanggaran kode etik sesama profesinya.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
keteknikan adalah bahwa profesi ini memainkan peran penting dalam pembangunan
dan kemajuan masyarakat serta industri. Para profesional di bidang ini memiliki tanggung jawab
besar untuk merancang, mengembangkan, dan memelihara infrastruktur, teknologi, dan sistem
yang mendasari kehidupan modern. Dalam menjalankan profesi keteknikan, para ahli perlu
memiliki pemahaman mendalam tentang ilmu pengetahuan, matematika, teknologi, dan prinsip-
prinsip teknik. Mereka juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan, keamanan, kesehatan,
serta etika dalam setiap keputusan yang diambil.

Di era yang terus berkembang, teknologi terus maju dan tantangan global semakin
kompleks, sehingga para profesional keteknikan harus terus memperbarui pengetahuan dan
keterampilan mereka agar tetap relevan. Hal ini juga membutuhkan kemampuan beradaptasi
dengan perubahan teknologi dan tren industri yang berubah dengan cepat. Keselamatan,
keberlanjutan, dan dampak sosial dari proyek-proyek teknik juga menjadi perhatian utama.
Profesi ini mengharuskan para ahli untuk menjunjung tinggi nilai-nilai etika, etiket,
profesionalisme, profesi, moral, dan kode etik.
Dengan demikian, menjadi seorang profesional di bidang keteknikan bukan hanya
tentang memiliki keterampilan teknis yang kuat, tetapi juga tentang memahami dampak sosial,
lingkungan, dan ekonomi dari pekerjaan yang dilakukan. Profesi keteknikan memiliki potensi
yang besar untuk membentuk masa depan yang lebih baik melalui inovasi, keberlanjutan, dan
solusi teknis yang mumpuni.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Sani Susanto. Empat Pilar Kualitas dalam Pendidikan Keteknikan. (2002).


2. Sritomo Wignjosoebroto. Professional Engineer & Etika Profesi (Insinyur). Jurnal Teknik
Industri, Insititut Teknologi Sepuluh Nopember. 2019.
3. R.Rizal Isnanto. Buku Ajar Profesi Keteknikan. 2009.
4. Harbani Pasolong. Etika Profesi. Nas Media Pustaka, 2020.
5. Abdurozaq Hasibuan. Etika Profesi Profesionalisme Kerja. UISU press. 2017.

Anda mungkin juga menyukai