Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH DASAR-DASAR PENDIDIKAN

TENAGA PENDIDIK
Dosen Pengampu

M. Sulton Aziz, MPd.I

disusun oleh :

Kelompok 2

1. Intan Lailatul Badiah (126204211037)


2. Matu Nada Risma Septiana (126204211048)
3. Naily Halil Karimah (126204211051)
4. Bayu Kurniawan (126204212126)
5. Anggraini Octza Wijaya (126204213196)

TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2021/2022
ISI

A. Pengertian
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai yang
akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan,
dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia.1 Tanpa
adanya Pendidikan manusia tidak akan berbeda dengan manusia zaman lampau.
Pendidikan cakupannya sangat luas. Pendidikan selain mentransfer
pengetahuan juga mentransfer nilai (value), mengajarkan adab dan budi pekerti,
budaya, spiritualitas dan religiusitas. Pendidikan berarti kemampuan diri sendiri
dan juga kekuatan individu yang dikembangkan menuju arah yang lebih baik
lagi. Menurut DiKidalam Undang-Undang
Hajar Dewantara Republik Indonesia
pendidikan nomor 20tuntunan
merupakan Tahun 2003di dalam
tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal 1 disebutkan bahwa tenaga kerja
hidup tumbuhnya anak-anak.
kependidikan adalahPendidikan menuntun
anggota masyarakat segala kekuatan
yang mengabdikan kodrat
diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tugas pokok tenaga
yang ada pada anak-anak
kependidikan agar dalam
dijelaskan merekabab dapat
XI pasal mencapai keselamatan
39 ayat 1 yaitu melaksanakandan
2
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
administrasi, Intinya adalah
pengelolaan, pengembangan, selamat dan
pengawasan, bahagia. teknis
dan pelayanan
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.7
Pada era Salah satu tenaga pendidik atau pelaku pendidikan yang mempunyai peran
globalisasi ini, perkembangan dunia pendidikan sangat cepat.
penting dalam dunia pendidikan adalah guru. Guru harus mempunyai pemikiran
Sehingga Pendidikan itu harus
logis sehingga dapat dapat
menjadimenjawab tantangandan
guru yang profesional dan tuntutan
dapat zaman
memanusiakan
atau memerdekakan manusia. Menurut Ahmad Tafsir, guru adalah orang yang
juga dapat memenuhi
bertanggung harapan masyarakat.
jawab terhadap Dalam proses
berlangsungnya mencapai hal-haldan
pertumbuhan tersebut
perkembangan
diperlukan adanya peningkatanpotensi peserta
mutu didik, baik potensi
pendidikan. Salah kognitif maupun
satu upaya potensi
pemerintah
psikomotorik.
dalam meningkatkan mutu pendidikan berkaitan dengan faktor guru. Yaitu
lahirnya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan peraturan
pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.3 Guru
merupakan pemegang peran utama dalam pembangunan pendidikan.

2. Sejarah Guru
Pada mulanya guru-guru Indonesia diangkat dari orang-orang yang tidak
berpendidikan khusus untuk memangku jabatan guru. Dalam buku Sejarah
Pendidikan Indonesia, Nasution (1987) secara jelas melukiskan sejarah
pendidikan di Indonesia terutama dalam zaman kolonial Belanda, termasuk juga
sejarah profesi keguruan. Seiring berjalannya waktu guru-guru tersebut
ditambah dengan guru-guru yang lulus dari sekolah guru (Kweekschool) yang
didirikan di Solo tahun 1852.
Pada masa pendudukan Pemerintah Hindia Belanda, mengangkat lima macam
guru, yakni:

a. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang
penuh

1
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Meretas Pendidikan Berkualitas dalam Pendidikan
Islam, Teras, Yogyakarta, 2012, hlm. 1.
2
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 4.
3
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Op.Cit., hlm. 4.
b. Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian untuk menjadi guru
c. Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu
d. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, merupakan calon guru
e. Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak dari warga yang
pernah mengecap pendidikan

Setelah didirikan sekolah guru dan sekolah normal atau umum didirikan juga
sekolah-sekolah yang lebih tinggi tingkatnya dari sekolah umum seperti
Hollands Inlandse School (HIS), Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO),
Algemene Middelbare School (AMS), dan Hogere Burgeschool (HBS).
Kemudian secara berangsur-angsur didirikan lembaga pendidikan guru atau
kursus-kursus untuk mempersiapkan guru-gurunya, seperti Hogere
Kweekschool (HKS) untuk guru HIS dan kursus Hoofdacte (HA) untuk calon
kepala sekolah.4

Hal demikian berlanjut sampai pada pendudukan Jepang dan awal perang
kemerdekaan. Indonesia mempunyai lembaga pendidikan guru yang tunggal,
yakni Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Sekarang telah ada
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai wadah persatuan guru.

3. Pengertian Pendidik Dan Tenaga Kependidikan


Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (JS. Badudu dan Sutan
Mohammad) disebutkan bahwa: "Pendidik adalah guru atau orang yang
mendidik." Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS pasal 1 disebutkan bahwa: "Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, Widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan."5 Seorang pendidik memberikan pembinaan akhlak dan meluruskan
perilaku anak didiknya sehingga pendidik mempunyai kedudukan yang tinggi.
Kata guru dalam bahasa Inggris adalah teacher (pengajar). Guru juga sering
disebut sebagai pengajar, tutor, atau pendidik. Dalam bahasa Arab guru memiliki
padanan kata yaitu:
a. ustadz : orang yang berkomitmen dengan profesionalitas yang melekat
pada dirinya
b. Mu'allim dan Murabbi: orang yang mendidik dan menyiapkan peserta
didik agar mampu berkreasi.
c. Mursyid: orang yang mampu menjadi panutan dan teladan bagi peserta
didiknya.

4
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 28.
5
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Op.Cit., hlm. 17.
d. Mudarris : orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta
memperbaharui pengetahuan dan keahliannya serta berusaha
mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta
melatih ketrampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
e. Muaddib: orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di
masa depan.6
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal 1 disebutkan bahwa tenaga kerja
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tugas pokok tenaga
kependidikan dijelaskan dalam bab XI pasal 39 ayat 1 yaitu melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.7

Salah satu tenaga pendidik atau pelaku pendidikan yang mempunyai peran
penting dalam dunia pendidikan adalah guru. Guru harus mempunyai pemikiran
logis sehingga dapat menjadi guru yang profesional dan dapat memanusiakan
atau memerdekakan manusia. Menurut Ahmad Tafsir, guru adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan dan
perkembangan potensi peserta didik, baik potensi kognitif maupun potensi
psikomotorik.8
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.9
Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. 10 Dengan demikian
guru adalah orang yang bisa menyampaikan atau mentransfer pengetahuannya
baik budi pekerti, spiritualitas maupun norma-norma kepada orang lain.

Kata Guru dalam bahasa Sanskerta: गुरू yang berarti guru. Kata Guru
secara etimologi berasal dari kata Gu yang berarti darkness (kegelapan) dan Ru
berarti light (cahaya) atau yang menyibak. 11 Guru adalah sosok yang

6
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Op.Cit., hlm. 40.
7
Rusydi Ananda, Profesi Pendidikan dan Tenaga kependidikan (Medan: LPPPI, 2018), hlm. 16.
8
Ibid., hlm. 20.
9
Ibid., hlm. 19.
10
KBBI, Guru, dari https://kbbi.web.id/guru, pada tanggal 27 Maret 2022, pukul 20.25
11
Wikipedia, Guru,dari https://en.m.wikipedia.org/wiki/Guru, pada tanggal 27 Maret 2022, pukul
20.34
menyibakkan kegelapan sehingga murid-muridnya bisa menemukan cahaya.
Guru ialah orang yang mengusir segala macam kebodohan dan ketidaktahuan.
Dalam paradigma Jawa pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan ru) yang
berarti "digugu dan ditiru".

B. Peran dan Fungsi Guru

Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan dan


pembelajaran. Guru mempunyai peran dan fungsi untuk mendorong,
membimbing dan memfasilitasi siswa untuk belajar. Ki Hajar Dewantara
menegaskan pentingnya peran dan fungsi guru dalam pendidikan dengan
ungkapan: Ing ngarsa sung tulada berarti guru berada di depan memberi teladan,
ing madya mangun karsa berarti guru berada ditengah menciptakan peluang
untuk berprakarsa, dan tut wuri handayani berarti guru dari belakang
memberikan dorongan dan arahan. Konsep yang dikemukakan Ki Hajar
Dewantara ini menjadi pedoman dalam melaksanakan pendidikan dan
pembelajaran di Indonesia.

Peran guru dalam pembelajaran menurut Mulyasa (2007:37-64) sebagai berikut:

1. Guru sebagai pendidik


guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan
disiplin.
2. Guru sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar adalah menyampaikan materi pembelajaran menjadi
fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Untuk itu, beberapa
hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran sebagai berikut:
a. Membuat ilustrasi dasar yang menghubungkan sesuatu yang sedang
dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya.
b. Mendefinisikan sesuatu secara jelas dan sederhana dengan menggunakan
latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki peserta didik.
c. Menganalisis, membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi
bagian.
d. Mensintesiskan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep
yang utuh.
e. Bertanya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam
agar apa yang dipelajari menjadi lebih jelas.
f. Mendengarkan, memahami peserta didik dan berusaha menyederhanakan
setiap masalah serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru
maupun peserta didik.
g. Menciptakan kepercayaan, peserta didik akan memberikan kepercayaan
terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran
h. Memberikan pandangan yang bervariasi
i. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, memberikan
pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran
j. Menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat
perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan
yang telah dipelajari.
k. Memberikan nada perasaan, membuat pembelajaran menjadi lebih
bermakna, memperoleh antusias dan semangat.12

3. Guru sebagai pembimbing


Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman bertanggungjawab atas kelancaran
perjalanan itu. Istilah perjalanan menyangkut fisik,mental, emosional,
kreativitas, moral dan spiritual.
Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas,
menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh,
menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya kemampuan
peserta didik.
4. Guru sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pelatihan memerlukan latihan ketrampilan, baik
intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai
pelatih. Tanpa pelatihan peserta didik tidak akan mampu menunjukkan
penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai
keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena
itu, guru harus berperan sebagai pelatih yang bertugas melatih peserta didik
dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-
masing.
5. Guru sebagai penasehat
Guru adalah seorang penasehat terbaik bagi peserta didik, bahkan bagi
orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat
dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
6. Guru sebagai pembaharu (inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang lalu ke dalam kehidupan yang
bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik yang belajar sekarang
secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami,
dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah memahami
bagaimana kenyataan tersebut dan bagaimana menjembatani secara efektif,
maka untuk itu inovasi diperlukan.

12
Rusydi Ananda, Op.Cit., hlm. 21.
7. Guru sebagai model dan teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan
apa yang dilakukan guru akan mendapat perhatian peserta didik serta orang
sekelilingnya. Sehubungan dengan itu beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian dalam menjalankan peran ini adalah:
a. Sikap dasar, postur psikologis yang akan nampak dalam masalah-
masalah penting seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran,
kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan.
b. Bicara dan gaya bicara, penggunaan bahasa sebagai alat berpikir dan
bertindak.
c. Kebiasaan bekerja, gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja
yang ikut mewarnai kehidupannya.
d. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pengertian hubungan antara
luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari
kesalahan.
e. Pakaian, merupakan perlengkapan pribadi yang penting dan
menampakkan eksistensi seluruh kepribadian.
f. Hubungan kemanusiaan, diwujudkan dalam semua pergaulan manusia,
intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku.
g. Proses berpikir, cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi
dan memecahkan masalah.
h. Prilaku neurotis, suatu pertahanan yang dipergunakan untuk
melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.
i. Selera, pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki
oleh pribadi yang bersangkutan.
j. Keputusan, keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk
menilai setiap situasi.
k. Kesehatan, kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan
kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup yang
selalu optimis.
l. Gaya hidup secara umum, apa yang dipercaya oleh seseorang tentang
aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan itu.

8. Guru sebagai pribadi


Guru dituntut memiliki kepribadian yang mencerminkan sebagai
seorang pendidik sejati. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang-
kadang dirasakan lebih berat dibandingkan profesi lainnya. Untuk itu
kestabilan emosi amat diperlukan dalam menjalani kehidupan di sekolah
maupun di masyarakat.
9. Guru sebagai peneliti
Ilmu pengetahuan akan terus berkembang yang diperoleh melalui
kegiatan penelitian. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari ilmu atau
peneliti yang selalu berusaha mencari ilmu pengetahuan melalui kegiatan
penelitian.
10. Guru sebagai pendorong kreativitas
Kreativitas menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak
dilakukan oleh seseorang untuk menciptakan sesuatu. Peran ini akan memicu
guru untuk senantiasa berusaha menemukan cara-cara yang lebih baik dalam
melayani peserta didik.
11. Guru sebagai pembangkit pandangan
Guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang
keagungan kepada peserta didiknya. Mengemban peran ini maka guru harus
terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga
setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk
menunjang peran ini.
12. Guru sebagai pekerja rutin
Guru bekerja dengan ketrampilan, dan kebiasaan tertentu serta kegiatan
rutin yang dilakukan hari demi hari. Guru adalah memindahkan dan
membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru
yang bisa mereka alami dengan menggantinya sesuai dengan tuntutan masa
kini. Proses ini menjadi suatu transaksi edukatif bagi guru dan peserta didik
dalam pembelajaran di kelas.
13. Guru sebagai pembawa cerita
Cerita yang berisikan hikmah dan pelajaran sangat bermanfaat bagi
peserta didik, oleh karena itu guru dituntut memiliki kemampuan untuk
bercerita. Sebagai pembawa cerita yang baik maka guru harus memahami
bagaimana menggunakan suaranya, mampu memvariasikan irama dan
volume suara, memilih waktu pelompatan cerita, mengolah ide yang
diperlukan, serta menggunakan kata-kata yang tepat dan jelas.
14. Guru sebagai aktor
Sebagai aktor guru melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah
disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada
peserta didik. Untuk itu guru harus mengembangkan pengetahuan yang telah
dikumpulkan serta mengembangkan kemampuan untuk mengkomunikasikan
pengetahuan itu.
15. Guru sebagai emansipator
Guru berperan sebagai emansipator bagi peserta didiknya ketika peserta
didik hampir putus asa, diperlukan ketelatenan, keuletan dan seni memotivasi
agar timbul kembali kesadaran, dan bangkit kembali harapannya.
16. Guru sebagai evaluator
Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan
proses menetapkan kualitas hasil belajar atau proses untuk menentukan
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.
17. Guru sebagai pengawet
Sebagai pengawet guru berusaha mengawetkan pengetahuan yang telah
dimiliki dalam pribadinya dalam arti guru harus berusaha menguasai materi
standar yang akan disajikan kepada peserta didik.
18.Guru sebagai kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap
dari awal hingga akhir (kulminasi). Guru mengembangkan tujuan yang akan
dicapai dan akan dimunculkan dalam tahap kulminasi. Guru mengembangkan
rasa tanggung jawab, mengembangkan keterampilan fisik dan kemampuan
intelektual yang telah dirancang sesuai dengan kebutuhan peserta didik
melalui kurikulum.

C. Problematika Guru
1. Problematika Umum

Secara umum problem yang dialami oleh para guru dapat dibagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu problem yang berasal dari diri guru yang bersangkutan
dan problem yang berasal dari dalam diri guru lazim disebut problem internal,
sedangkan yang berasal dari luar disebut problem eksternal13.

Problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada
kompetensi profesional yang dimilikinya, baik bidang kognitif seperti
penguasaan bahan/materi, bidang sikap seperti mencintai profesinya
(kompetensi kepribadian) dan bidang perilaku seperti keterampilan mengajar,
menilai hasil belajar siswa (kompetensi pedagogis) dan lain-lain. Problem
eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu sendiri. kualitas
pengajaran juga ditentukan oleh karakteristik kelas dan karakteristik sekolah.

Guru yang profesional harus guru memiliki dua kategori, yaitu capability
dan loyality, artinya guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu
yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik,
dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas

13
Dinas pendidikan, “Problematika profesi guru dan solusinya bagi peningkatan kualitas
pendidikan”, https://disdik.hsu.go.id/2021/10/19/problematika-profesi-guru-dan-solusinya-bagi-
peningkatan-kualitas-pendidikan/ (diakses pada 5 April 2022, pukul 19.15)
keguruan, yakni loyal kepada tugas-tugas keguruan yang tidak semata-mata di
dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah di kelas.

Problematika profesionalisme guru disebabkan oleh kurangnya kesadaran


guru akan jabatan dan tugas yang diembannya serta tanggung jawab
keguruannya secara vertikal maupun horizontal dan munculnya sikap malas dan
tidak disiplin waktu dalam bekerja yang mengarah pada lemahnya etos kerja.

Untuk mengatasi problematika pendidikan yang berkaitan dengan


profesionalisme guru diperlukan kerja sama dunia pendidikan dengan instansi-
instansi lain, pengintegrasikan seluruh sumber informasi yang ada di masyarakat
ke dalam kegiatan belajar mengajar, penananaman tanggung jawab yang tinggi
terhadap tugas yang diembannya dan pembudayaan akhlaqul karimah dalam
setiap perbuatan kesehariannya serta diperlukan kerja sama dari berbagai pihak,
utamanya pemimpin lembaga pendidikan dan pemerintah sebagai pembuat
kebijakan.

2. Problematika Baru

Pandemi Covid-19 merupakan tantangan baru bagi dunia pendidikan,


terutama bagi seorang guru. Dimana Guru dituntut untuk menerima gelombang
baru dunia pendidikan yang begitu kuat akibatnya banyak problematika yang
terjadi baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal, sebagai
berikut:

a. Faktor Internal, merupakan problematika yang berasal dari diri guru itu
sendiri, seperti:

1. Latar Pendidikan Guru, tidak semua guru mengampu mata pelajaran sesuai
dengan kualifikasi akademiknya. Kemendikbud memperbolehkan
perbedaan kualifikasi akademik dengan mata pelajaran yang diajar oleh
guru tersebut dengan syarat mutlak masih serumpun, seperti S1 Pendidikan
Sejarah yang mengajar mata pelajaran IPS Terpadu. Akan tetapi tidak
sedikit S1 Pendidikan Agama Islam mengajar mata pelajaran IPS, hal
tersebut sangat jauh dari kualifikasi akademiknya.
2. Kemampuan Menggunakan Perangkat, kemampuan menggunakan
perangkat yang kurang memadai menyebabkan pembelajaran menjadi
kurang maksimal. Padahal kemampuan menggunakan perangkat termasuk
kewajiban guru sebagai salah satu indikator dari kompetensi professional
yang harus dimiliki oleh seorang guru, yakni Mampu memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam proses pembelajaran dan juga
pengembangan diri.
3. Kemampuan Menggunakan Media, media memiliki peran yang penting
dalam meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran daring.
Seorang guru yang profesional mampu menggunakan media dengan baik
namun banyak juga guru belum memiliki kemampuan untuk membuat
media atau video pembelajaran secara mandiri. Bahkan guru-guru tersebut
terlanjur pasrah, hanya menggunakan satu media yakni Whatsapp grup
dengan alasan keterbatasan kuota para siswa.
4. Kemampuan Menggunakan Metode, penyajian materi yang menyenangkan,
tidak membosankan, menarik dan mudah dimengerti oleh siswa tentunya
berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar,
5. Penguasaan Materi, pendidikan sangat menentukan kemampuan seorang
guru, oleh karena itulah salah satu indikator dari seorang guru professional
yakni mengajarkan sesuatu yang seuai dengan kualifikasi akdemiknya.
Guru harus menguasai materi bahkan berkomitmen untuk terus
mengembangkannya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar
yang akan dicapai oleh peserta didik. Untuk mengatasi hal tersebut guru
selain mengajar juga harus belajar dan mencari sumber belajar.

b. Faktor Eksternal, merupakan problematika yang berasal dari luar guru seperti:

1. Sebagian siswa ada yang tidak memiliki handphone untuk mengikuti


pembelajaran daring.
2. Sebagian siswa ada yang tidak memiliki kouta internet untuk mengikuti
pembelajaran daring.
3. Sebagian siswa ada yang kurang memperhatikan dan tidak mengerjakan
tugas selama mengikuti pembelajaran daring.
4. Ada sebagian siswa yang dibawa orang tuanya bekerja atau merantau dan di
tempat tersebut tidak memiliki jaringan untuk mengikuti pembelajaran
daring14.

3. Kualitas Guru

Dapat dirasakan sendiri bahwa kualitas guru di Indonesia saat ini belum bisa
dikatakan baik, masih banyak permasalahan yang terjadi dalam dunia
pendidikan. Apalagi dengan adanya pandemi covid-19, mau tidak mau
pemerintah mengeluarkan kebijakan pembelajaran jarak jauh yang
menyebabkan kualitas pendidikan dan guru di Indonesia makin menurun.

Rendahnya kualitas guru di Indonesia saat ini tentunya akan berdampak


buruk bagi kehidupan bangsa sebab salah satu aktor majunya sebuah negara

14
Ahmad Ridha Anshari, Skripsi: Problematika guru dalam mengajar siswa selama pandemi
covid-19 di MIN 14 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Banjarmasin: UIN
Antasari, 2021), Hal 11.
disebabkan oleh pendidikan yang maju. Kualitas guru yang kurang baik dapat
menyebabkan peserta didik maupun lulusan sulit beradaptasi dengan
perkembangan zaman yang begitu cepat karena yang diajarkan di dunia
pendidikan yang ditempuh kurang efektif. Sebaliknya, guru yang baik akan
menghasilkan sumber daya manusia yang baik juga, inovasi-inovasi baru secara
otomatis juga akan bermunculan, masalah demi masalah bangsa Indonesia
sedikit demi sedikit akan teratasi.

Skor atau nilai kompetensi guru di Indonesia masih perlu ditingkatkan.


Sebab rata-rata skor kompetensi guru berada di angka 50,64 poin. Ironisnya skor
kompetensi guru PNS di bawah guru tetap yayasan yang mengajar di sekolah
swasta. Kemendikbudristek membagi pengukuran kompetensi guru itu dalam
dua kelompok. Yaitu kelompok guru yang sudah sarjana (S1) dan kelompok
yang belum sarjana. Skor kompetensi guru PNS yang sudah sarjana adalah 51,43
poin. Kemudian guru tetap yayasan mendapatkan skor 52,82 poin, guru honorer
daerah (honda) skornya 48,21 poin, dan guru tidak tetap (GTT) memiliki skor
49,19 poin. Selanjutnya untuk kelompok guru PNS yang belum sarjana
mendapatkan skor 41,45 poin. Guru tetap yayasan belum sarjana mendapatkan
skor 46 poin, honorer daerah belum sarjana mendapatkan skor 41,92 poin dan
guru tidak tetap (GTT) belum sarjana mendapatkan 42,63 poin.

Peta skor kompetensi guru tersebut Dipaparkan Sekretaris Ditjen Guru dan
Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbudristek Nunuk Suryani dalam forum
Temu Ilmiah Nasional Guru (TING) ke-XIII. Kegiatan ini diselenggarakan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka (UT)
secara virtual Jumat (19/11/2021). ’’Kompetensi guru masih perlu ada
peningkatan,’’ kata Nunuk. Dia mengakui pengukuran kompetensi tersebut
memang bukan benar-benar potret kondisi guru. Skor tersebut merupakan hasil
dari Uji Kompetensi Guru (UKG) yang digelar 2015 lalu. Dia juga mengatakan,
skor itu hanya menilai kompetensi pedagogik guru saja. Sementara itu guru
memiliki kompetensi-kompetensi yang lain. Diantaranya adalah kompetensi
sosial.15 Sekor-sekor tersebut bisa menjadi acuan kualitas guru yang ada di
Indonesia secara akademik, tetapi ada kompetensi-kompetensi lain dari guru
yang tidak bisa diukur skornya seperti kopetensi sosial.

15
Hilmi Setiawan, Kemendikbudristek Ungkap Rata-Rata Skor Kompetensi Guru 50,64 Poin,
diakses dari https://www.jawapos.com/nasional/pendidikan/19/11/2021/kemendikbudristek-
ungkap-rata-rata-skor-kompetensi-guru-5064-poin/, pada tanggal 1 April 2022, pukul 21.56.
D. Hak dan Kewajiban Guru
1. Tri Darma Keguruan16

Etos keguruan menjelma dalam tiga tugas besar yang disebut Tri Darma
Keguruan: pengajaran, pelatihan, dan pendidikan. Tri Darma Keguruan menjadi
tugas pokok dan mulia seorang guru. Berikut penjelasan untuk masing-masing
darma tersebut:

a. Darma 1: Pendidikan

Pendidikan adalah proses pembentukan budi pekerti dan akhlak manusia


secara sistematis, baik dari aspek ekspresif (seperti kegairahan, kesungguhan,
dan ketekunan) maupun aspek normatif (seperti etiket, etika, dan kesusilaan).
Idealnya, pendidikan membuahkan pekerti yang sanggup, teguh, dan kuat.
Artinya, pendidikan mengembangkan individu yang sanggup memotivasi dan
mendisiplinkan diri, yang memiliki optimisme jiwa dan karakter yang mantap,
serta memiliki akhlak mulia dan budi luhur.

b. Darma 2: Pengajaran

Pengajaran adalah proses mentransfer data, informasi, dan ilmu dari


pengajar kepada pembelajar, sehingga pembelajar menjadi orang yang
berpengetahuan positif. Berpengetahuan positif berarti mempunyai pengetahuan
yang mencerahkan, melengkapi, dan memberdayakan pengetahuan yang kreatif,
imajinatif, pengetahuan yang menginspirasi dan memotivasi, serta pengetahuan
yang matang dan luas.

c. Darma 3: Pelatihan

Darma ketiga adalah proses pembentukan dan penajaman keterampilan,


yakni segala macam kecakapan yang dibutuhkan manusia untuk hidup, belajar,
dan bekerja, serta untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Banyak sekali
jenis keterampilan yang diperlukan untuk menjalani kehidupan: soft skills,
maupun academic skills, people skills maupun technical skills, serta moral skills
maupun professional skills.

2. Kode Etik Guru

a. Pengertian Kode Etik


Kode etik guru adalah norma atau asas yang harus dijalankan oleh guru
di Indonesia sebagai pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam

16
Jansen Sinamo, 8 Etos Keguruan, edisi ke-1(Jakarta: Erlangga, 2016)
melaksanakan tugas profesinya sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan
warga negara.
Pedoman tersebut diharapkan nantinya bisa membedakan perilaku baik
atau buruk seorang guru, memilah-milah mana saja hal yang boleh dan tidak
boleh dilakukan selama menjalankan tugas sebagai seorang pendidik.
Keberadaan kode etik ini bertujuan untuk menempatkan sosok guru sebagai
pribadi yang terhormat, mulia, dan bermartabat.

b. Fungsi
Fungsi utama dari kode etik guru adalah menjadi seperangkat prinsip dan
norma moral yang mendasari pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru
dalam kaitannya dengan peserta didik, orang tua/wali murid, sekolah dan
rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah berdasarkan nilai agama,
pendidikan sosial, etika, dan kemanusiaan.

c. Pelanggaran Kode Etik Guru


Pelanggaran ini bisa didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap
norma moral yang terkandung di dalam kode etik berkaitan dengan profesi
gurunya. Pelanggaran bisa berupa pelanggaran ringan, sedang, sampai berat.
Setiap guru yang melanggar kode etik akan mendapatkan sanksi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pihak yang berwenang untuk
merekomendasikan sanksi pada pelanggaran kode etik adalah Dewan
Kehormatan Guru Indonesia.
Pemberian sanksi harus bersifat objektif, tidak diskriminasi, dan tidak
bertentangan dengan dasar organisasi profesi dan perundang-undangan. Jika
seorang guru melakukan pelanggaran kode etik, artinya guru tersebut telah
melanggar sumpah/janji guru yang pernah diucapkan.
d. Isi Kode Etik Guru Indonesia17
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari nilai-nilai agama dan
Pancasila, nilai-nilai kompetensi guru, dan nilai-nilai jati diri, harkat, dan
martabat manusia. Berikut ini adalah bunyi dari 9 Kode Etik Guru Indonesia
terbaru yang telah disempurnakan.

Kode Etik Guru Indonesia


1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangun yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum
sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.

17
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Op.Cit., hlm. 33.
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu Profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik
berdasarkan lingkungan maupun didalamhubungan keseluruhan.
8. Guru bersama-sama memelihara membina dan meningkatkan mutu
Organisasi Guru Profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
Pemerintah dalam bidang Pendidikan.

Mengenai hak dan kewajiban, serta syarat-sayarat pendidik dan tenaga


kependidikan juga diatur dalam ketentuan Pasal 40 – Pasal 44 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Hak pendidik dan tenaga kependidikan sebagai disebutkan adalah


sebagai berikut:
1. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan
memadai.
2. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3. Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas.
4. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual.
5. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

Kewajiban Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Selanjutnya yang menjadi kewajiban pendidik dan tenaga kependidikan
menurut ketentuan Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah:
1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis.
2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Hal Lainnya Berkenaan dengan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Hal lainnya yang di atur mengenai pendidik dan tenaga kependidikan
sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 41 Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:

Pendidik dan tenaga pendidik dapat bekerja secara lintas daerah.


Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga
kependidikan diatur oleh lembaga yang mengangkatnya berdasarkan
kebutuhan satuan pendidikan formal. Untuk itu pemerintah dan pemerintah
daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga
kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan
yang bermutu. (Pasal 41 UU No.20/2003).
KESIMPULAN

Guru merupakan sosok yang menyibakkan kegelapan sehingga murid-


muridnya bisa menemukan cahaya. Guru ialah orang yang mengusir segala macam
kebodohan dan ketidaktahuan. Untuk menjadi seorang guru yang profesional, guru
harus mengikuti program sertifikasi terlebih dahulu sesuai dengan UU No.14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. sertifikasi tersebut merupakan salah satu upaya
dalam meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru, serta berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran.

Peranan yang sangat penting dari guru bisa menjadi potensi besar dalam
memajukan atau meningkatkan mutu pendidikan maupun menghancurkannya.
Ketika guru benar-benar profesional dan dapat mengatur segalanya dengan baik,
mereka akan semakin bersemangat dalam menjalankan tugasnya yaitu mendidik
bahkan rela melakukan inovasi-inovasi pembelajaran untuk mewujudkan
keberhasilan peserta didik. Maka dari itu, guru harus memiliki kompetensi-
kompetensi tertentu agar seorang guru mampu menjalankan tugasnya dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusydi. (2018). Profesi Pendidikan dan Tenaga kependidikan. Medan:


LPPPI.

Anshari, A. R. (2021). Problematika guru dalam mengajar siswa selama pandemi


covid-19 di MIN 14 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Banjarmasin: UIN Antasari. 11.

Dinas Pendidikan Hulu Sungai Utara. (2021). Problematika profesi guru dan
solusinya bagi peningkatan kualitas pendidikan. Diakses 5 April 2022 pukul 19.15
dari https://disdik.hsu.go.id/2021/10/19/problematika-profesi-guru-dan-
solusinya-bagi-peningkatan-kualitas-pendidikan/

Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. (2012). Meretas Pendidikan


Berkualitas dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.

Hasbullah. (2003). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


KBBI. Guru. Diakses 27 Maret 2022 pukul 20.25 dari KBBI:
https://kbbi.web.id/guru

Setiawan, Hilmi. (2021). Kemendikbudristek Ungkap Rata-Rata Skor Kompetensi


Guru 50,64 Poin. Diakses 1 April 2022 pukul 21.56 dari
https://www.jawapos.com/nasional/pendidikan/19/11/2021/kemendikbudristek
-ungkap-rata-rata-skor-kompetensi-guru-5064-poin/

Sinamo, Jansen. (2016). 8 Etos Keguruan (Edisi ke-1). Jakarta: Erlangga.


Soetjipto dan Raflis Kosasi. (2000). Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wikipedia. Guru. Diakses 27 Maret 2022 pukul 20.34 dari Wikipedia:


https://en.m.wikipedia.org/wiki/Guru

Anda mungkin juga menyukai