Anda di halaman 1dari 4

Dalam pemadatan bendungan tanah-batuan, penting untuk memiliki kadar air yang cukup agar material

yang dimuat pada truk pengangkut dapat dibendung dengan baik. Metode konvensional penyiraman
truk secara manual cenderung menyia-nyiakan air dan kesulitan dalam mengontrol suplemen air dengan
tepat. Untuk mengatasi masalah ini, kami mengembangkan sistem otomatis dan pemantauan waktu
nyata yang mengintegrasikan teknologi identifikasi frekuensi radio, pemosisian global, informasi
geografis, asisten digital pribadi, dan jaringan seluler. Sistem yang kami kembangkan ini dapat secara
otomatis mengendalikan penyiraman truk sesuai dengan volume dan jenis material yang diangkut.
Selain itu, sistem ini juga melakukan pemantauan terus-menerus terhadap proses penyiraman truk.
Studi kasus proyek Bendungan NZD telah menunjukkan efektivitas dan layaknya sistem yang kami
usulkan. Sistem ini tidak hanya mencapai penyiraman truk dan material yang otomatis dan akurat, tetapi
juga memberikan umpan balik yang tepat waktu untuk pengendalian dan peningkatan penyiraman.
Dengan demikian, sistem ini dapat meningkatkan kualitas pemadatan material bendungan dan
mencapai kinerja proyek yang lebih baik.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pemadatan bendungan tanah-batuan dengan
menambahkan air yang cukup untuk mencapai keadaan jenuh. Metode konvensional penyiraman truk
secara manual menghadapi masalah seperti padat karya, pemborosan air, dan sulitnya mengontrol
kualitas. Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan penggunaan teknologi RFID dan GPS dalam
otomatisasi konstruksi. Teknologi RFID digunakan untuk melacak alat dan mengendalikan material,
sedangkan GPS digunakan untuk meningkatkan akurasi pemosisian. Dengan mengintegrasikan teknologi
ini, diharapkan penyiraman truk dapat dilakukan dengan lebih efisien dan akurat, serta meningkatkan
kualitas pemadatan bendungan.

GPS telah digunakan dalam berbagai studi penelitian untuk pengumpulan data otomatis dan pelacakan
peralatan secara real-time di lokasi konstruksi. Contohnya, Robert et al. (2015) menggunakan GPS RTK
untuk membantu kontrol dinamis dan panduan otonom dalam pabrik konstruksi. Peyret et al. (2016)
mengembangkan aplikasi GPS RTK yang sangat akurat untuk menentukan posisi peralatan pekerjaan
jalan secara real-time. Navon et al. (2017) mengimplementasikan algoritme kontrol yang menggunakan
data GPS untuk memantau kemajuan konstruksi dan konsumsi material dalam operasi pemindahan
tanah.

Pada penelitian konstruksi, GPS telah digunakan untuk pengumpulan data otomatis dan pelacakan
peralatan real-time. Beberapa penelitian memanfaatkan GPS RTK untuk kontrol dinamis dan panduan
otonom dalam pabrik konstruksi. Selain itu, GPS juga digunakan dalam pemadatan cerdas jalan, di mana
GPS membantu melacak pergerakan pemadat dan memposisikan indikator yang diukur. Integrasi
teknologi RFID dan GPS digunakan untuk melacak dan mengidentifikasi peralatan konstruksi serta
mengotomatisasi operasi penyiraman truk dalam konstruksi bendungan. Metode ACRM dikembangkan
dengan menggunakan RFID, GPS, GIS, PDA, dan GPRS. RFID digunakan untuk mengidentifikasi truk
pengairan dan mencatat waktu masuk dan keluar truk dari stasiun air. GPS dan GIS digunakan untuk
menemukan lokasi pemuatan material bendungan dan menentukan jenis material yang dimuat dalam
truk tertentu. PDA digunakan untuk mengumpulkan data lapangan secara real-time, termasuk kadar air
alami dari bahan bendungan mentah. Komunikasi data nirkabel melalui jaringan selular GPRS digunakan
untuk menghubungkan lingkungan jarak jauh (database, server, dan PC pemantauan) dan lingkungan
lapangan (stasiun penyiraman di situs kerja). Sistem ACRM terdiri dari modul-modul seperti kontrol
terintegrasi chip tunggal (SICM), modul RFID, modul kontrol katup (VCM), modul lampu sinyal (SLM),
modul komunikasi nirkabel (WCM), modul peringatan lokasi kerja, server basis data dan aplikasi, serta
klien pemantauan PC (Internet Explorer).

Sistem ACRM otomatisasi kontrol penyiraman truk dalam konstruksi bendungan. Menggunakan
teknologi seperti RFID, GPS, GIS, PDA, dan GPRS, sistem ini mengatur penyiraman berdasarkan volume
dan jenis bahan bendungan yang dimuat. Monitoring terus-menerus dilakukan untuk memberikan
umpan balik yang tepat waktu guna meningkatkan penyiraman. Keunggulan sistem ini antara lain
pengurangan tenaga kerja, peningkatan kualitas pemadatan bahan, dan pengendalian suplemen air yang
akurat. Pengujian kadar air dilakukan secara berkala di halaman material untuk menentukan kebutuhan
suplemen air. Durasi penyiraman dihitung berdasarkan pelepasan pipa bertekanan tinggi dan faktor-
faktor lainnya. Prosedur ACRM melibatkan penggunaan tag RFID pada truk, pengujian kadar air,
pengiriman informasi ke basis data jarak jauh, perhitungan durasi penyiraman, dan pengendalian truk di
stasiun pengairan.

Dalam sistem ACRM, terdapat beberapa langkah penting dalam operasi penyiraman truk di konstruksi
bendungan. Pertama, SICM memonitor posisi truk menggunakan pembaca RFID dan memastikan apakah
truk berada di stasiun selama waktu penyiraman yang ditentukan. Jika tidak, pengemudi dan pengawas
lapangan diberi peringatan. Jika truk berada di stasiun, SICM menentukan apakah waktu saat ini
mencapai waktu akhir penyiraman. Jika belum, pemuatan air dilanjutkan, tetapi jika sudah, penyiraman
dihentikan. Informasi tentang waktu mulai dan keberangkatan truk, serta ID truk, dikirim ke database
melalui GPRS. Server kemudian menghitung waktu penyiraman yang sebenarnya dan mengevaluasi
apakah memenuhi standar. Jika tidak, pesan peringatan dikirim ke pemantau dan pemegang PDA. Selain
itu, sistem ACRM melibatkan pengembangan sepuluh modul, termasuk SICM, RFID, dan ICM, yang
masing-masing memiliki fungsi spesifik dalam pemrosesan data dan kontrol operasi sistem.

Dalam sistem ACRM untuk konstruksi bendungan, terdapat beberapa modul penting. Salah satunya
adalah VCM yang terdiri dari berbagai jenis katup untuk mengendalikan aliran air di pipa. SICM
mengontrol katup solenoida melalui SSR untuk membuka dan menutup katup saat truk masuk atau
keluar. Lampu sinyal (SLM) digunakan untuk memberikan petunjuk kepada pengemudi truk, dengan
lampu merah menandakan proses penyiraman sedang berlangsung dan lampu hijau menandakan
penyiraman telah selesai. Modul peringatan lokasi kerja menggunakan loudspeaker untuk memberikan
peringatan jika suplemen air tidak sesuai standar. WCM berfungsi sebagai penghubung antara SICM dan
server melalui jaringan GPRS, memungkinkan pertukaran data antara keduanya. Terakhir, database dan
server aplikasi digunakan untuk mengelola data serta melakukan perhitungan dan analisis yang
diperlukan.

Modul dalam sistem ACRM untuk konstruksi bendungan terdiri dari beberapa sub-modul penting. Salah
satunya adalah sub-modul perhitungan dan analisis yang mencakup dam-material definition (DMD) dan
perhitungan waktu penyiraman (WTC). Dalam sub-modul DMD, jenis material bendungan yang dimuat
oleh truk ditentukan menggunakan perangkat lunak GIS. Sub-modul WTC menghitung waktu
penyiraman yang direncanakan berdasarkan jenis bahan bendungan dan volume muatan truk. Terdapat
juga modul umpan balik yang mengirim pesan peringatan jika suplemen air tidak memenuhi standar
yang ditetapkan. Modul PDA digunakan untuk mengumpulkan data kadar air alami material bendungan
dan menerima pesan peringatan. Sementara itu, klien IE pada PC pemantauan berfungsi untuk
menerima pesan peringatan, mengakses informasi penyiraman, dan melakukan analisis statistik. Dalam
studi kasus di Bendungan NZD, lebih dari 150 truk digunakan untuk mengangkut tiga jenis bahan
bendungan, dan sistem ACRM diterapkan sebagai alat kontrol kualitas dengan stasiun pengairan yang
dapat dipindahkan dan berbagai modul terpasang.

Efisiensi pemadatan dalam sistem ACRM telah dianalisis. Perbandingan penyelesaian pemadatan di zona
urugan batu kasar II antara bulan April dan Mei 2010 dilakukan. Sistem ACRM tidak digunakan pada
bulan April, tetapi digunakan pada bulan Mei. Cuaca pada kedua bulan tersebut relatif sama. Bahan
bendungan yang digunakan berasal dari halaman material yang sama, sehingga sifat fisik dan mekanik
material hampir sama. Efisiensi sistem ACRM terlihat dari peningkatan sifat material bendungan yang
dipadatkan, seperti densitas kering, kadar air, dan porositas. Data yang diukur menunjukkan bahwa nilai
rata-rata kadar air, porositas, dan densitas kering pada bulan Mei lebih tinggi daripada bulan April. Hal
ini menunjukkan bahwa material urugan batu kasar zona II berhasil dipadatkan dengan baik
menggunakan sistem ACRM, kemungkinan karena pengendalian yang lebih baik terhadap suplemen air
untuk material bendungan.

Metode ACRM telah diajukan sebagai solusi untuk mengatasi masalah dalam proses penyiraman truk
konvensional pada konstruksi bendungan tanah-batuan, seperti kebutuhan tenaga kerja yang intensif,
pemborosan air, dan kendala dalam mengontrol kualitas. Untuk menerapkan metode ini, telah
dikembangkan sistem perangkat keras dan perangkat lunak yang mengintegrasikan teknologi RFID, GPS,
GPRS, dan PDA. Studi kasus yang dilakukan pada Bendungan NZD membuktikan bahwa sistem ini
mampu memberikan kontrol otomatis dan presisi, memantau penyiraman truk secara jarak jauh, serta
menyesuaikan volume air tambahan secara berkala berdasarkan kandungan air alami dan volume truk
yang berbeda. Sistem yang diusulkan mampu memastikan bahwa penyiraman truk memenuhi standar
kualitas yang ditetapkan, mengoptimalkan efisiensi pemadatan, dan menghemat tenaga kerja serta
sumber daya air. Hasil studi kasus juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemadatan dan
kualitas material bendungan. Meskipun terdapat kendala dalam menentukan jenis material bendungan
yang tepat jika dua pekarangan material berdekatan, masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan
penerima GPS yang lebih presisi atau teknologi GPS RTK jika memungkinkan dari segi anggaran.

Anda mungkin juga menyukai