Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Deformitas tangan dapat diakibatkan oleh kelainan kulit, jaringan subkutan, otot,
tendon, sendi, tulang atau fungsi neuromuskular. Sering terdapat riwayat cidera, atau infeksi
maupun penyakit yang bersamaan. Fasia superfisialis pada telapak tangan menyebar dari
pergelangan tangan menuju jari-jari, meluas melewati sendi-sendi
metakarpofalangeal hingga ke jari
Hipertrofi dan kontraktur pada fasia telapak tangan dapat mengakibatkan
mengerutnya telapak tangan dan fleksi menetap pada jari-jari. Dupuytren disease
adalah penebalan jaringan di bawah kulit pada telapak tangan dan jari dan kadang
menimbulkan rasa sakit. Dupuytren c o n t r a c t u r e juga dikenal sebagai
Morbus Dupuytren, jari macet. Penyakit dupuytren atau palmaris fibromatosis,
dimana kondisi jari-jari tangan tetap fleksi dan tidak dapat sepenuhnya
diekstensikan. Penyakit ini dinamai oleh Baron Guillaume Dupuytren.
Penyakit Dupuytren adalah kontraktur fascia palmar hingga ke jari-
j a r i . Kontraktur sendi PIP timbul akibat terkenanya band spiral, selubung digitalis lateral,
ligamen Grayson, band retrovaskular, dan fascia palmar, baik sendiri-sendiri
maupun bersamaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dari kontraktur depyutren?
2. Apa Etiologi dari kontraktur depyutren?
3. Bagaimana Faktor Resiko dari kontraktur depyutren?
4. Bagaimana Patofisiologi dari kontraktur depyutren?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis dari kontraktur depyutren?
6. Bagaimana Terapi dan penatalasanaan dari kontraktur depyutren?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kontraktur depyutren?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

1
Tujuan umum penulisan ini adalah agar perawat atau pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang Kontraktur Depyutren yang dibahas pada makalah ini.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Apa Pengertian dari kontraktur depyutren?
2 Apa Etiologi dari kontraktur depyutren?
3 Bagaimana Faktor Resiko dari kontraktur depyutren?
4 Bagaimana Patofisiologi dari kontraktur depyutren?
5 Bagaimana Manifestasi Klinis dari kontraktur depyutren?
6 Bagaimana Terapi dan penatalasanaan dari kontraktur depyutren?
7 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kontraktur depyutren?

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, khususnya mahasiswa STIKES EKA HARAP agar dapat mengetahui tentang
kontraktur depyutren.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Kontraktur merupakan suatu keadaan patologis tingkat akhir dari suatu kontraksi.
Umumnya kontraktur terjadi apabila pembentukan sikatrik berlebihan dari proses
penyembuhan luka.
Kontraktur adalah hilangnya atau kurang penuhnya lingkup gerak sendi secara pasif
maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan penyokong, otot dan kulit.
Kontraktur didefinisikan sebagai pemendekan otot secara adaptif dari otot/jaringan
lunak yang melewati sendi sehingga menghasilkan keterbatasan lingkup gerak sendi.
Kontraktur dupuytrend adalah kontraktur progresif lambat fasia Palmaris yang
mengakibatkan fleksi jari manis dan kelingking dan juga pada jari tengah, sehingga tidak
dapat diekstensikan sepenuhnya. (Brunner n Suddarth).

2.2. Etiologi
Penyebab utama kontraktur adalah tidak ada atau kurangnya mobilisasi sendi akibat
suatu keadaan antara lain imbalance kekuatan otot, penyakit neuromuskular, penyakit
degenerasi, luka bakar, luka trauma yang luas, inflamasi, penyakit kongenital, ankilosis dan
nyeri.
Tidak ada yang tahu persis apa yang menyebabkan Dupuytren’s contracture. Kontraktur
dupuytrend. Merupakan abnormalitas yang biasa disebabkan oleh kecendrungan dominan
autosom yang diturunkan, terjadi paling sering pada pria diatas 50 tahun. Ketika muncul
pada usia dini, biasanya berlangsung dengan cepat dan sering sangat parah. Kondisi
kemajuan cenderung lebih cepat pada pria dibandingkan pada wanita. Orang yang merokok
memiliki risiko lebih besar memiliki Dupuytren’s contracture. Perokok berat yang
menyalahgunakan alkohol bahkan lebih beresiko dan ada hubungan dengan penyakit di
antara orang-orang yang menderita diabetes. Belum ditentukan apakah tugas pekerjaan dapat
membuat seseorang berisiko atau mempercepat perkembangan penyakit. (Badalamente
MA,Hurst LC).

3
2.3 Faktor Resiko
Penyakit Dupuytren adalah sebuah penderitaan yang sangat spesifik, dan terutama
mempengaruhi:
a. Pria dari pada wanita (laki-laki sepuluh kali lebih besar untuk mengembangkan kondisi).
b. Orang yang berusia lebih dari 40 tahun.
c. Orang dengan riwayat keluarga (60 sampai 70% dari mereka yang menderita memiliki
kecenderungan genetik untuk Duyputen contracture).
d. Orang dengan sirosis hati.
Beberapa dicurigai, tetapi belum terbukti penyebab Duyputen contracture termasuk
trauma, diabetes, alkoholisme, epilepsi dengan terapi phenytoin dan penyakit hati. Tidak ada
bukti membuktikan bahwa tangan luka atau eksposur kerja spesifik menimbulkan resiko
lebih tinggi mengalami penyakit Dupuytren's meskipun bahwa Dupuytren mungkin
disebabkan atau setidaknya mungkin dipicu oleh trauma fisik, seperti tenaga kerja manual
atau lainnya selama -tenaga dari tangan. Namun, fakta bahwa Dupuytren adalah tidak
terhubung dengan wenangan membuat keraguan beberapa di klaim ini. (Denkler, Keith)
Penyakit Kontraktur dupuytrend terdiri dari 3 fase yaitu;
1. Fase proliferase
Mulai dari gambaran klinis nodule palmar tanpa kontraktur. Pembengkakan sel endotel,
poliferase lapisan lamina basilis, oklusi mikrovaskuler, dan hipertrofi fibroblast
menonjol.
2. Fase aktif
Ditandai dengan kesuraman kulit diatas daerah lesi,pertumbuhan nodul dan
perkembangan dan penebalan ‘cords’ dan ‘bands’ dalam fasia. Kontraksi mio fibroblast,
akumulasi jaringan ikat padat pada nodule dan cords. Elemen vaskuler meningkat pada
bagian perifer lesi.
3. Fase residual/advanced
Ditandai dengan kekakuan (rigid), kontraktur disabling (cacat kontraktur)dan atrofi
muskulus tangan dan lengan bawah. Penebalan fasia dan nodul pada fase lanjut
didominasi oleh kolagen tipe 1 dan sebagian besar avaskuler. (Denkler, Keith).

4
2.4 Patofisiologi
Kontraktur dupuytrend adalah masalah yang biasanya terjadi terutama pada pria setelah
lewat masa usia pertengahan. Gangguan disebabkan oleh penebalan dan menjadi pendeknya
fasia falmar disisi ulna sebelah tangan atau pada kedua belah tangan menyebabkan jari manis
atau kelingking menjadi membelok. Ligamen memendek dan jari jadi tertarik kepada posisi
flexi kulit pada tangan tertarik kebawah membentuk lipatan mengkerut dan nodul-nodul.
Persendian,otot,tendon,jaringan saraf dan pembuluh darah tidak nampak terserang.
(Barbara,C Long).

2.5 Manifestasi Klinis


Dalam Penyakit Dupuytren's, jaringan ikat dalam tangan seseorang menjadi abnormal
yang dapat menyebabkan jari menggulung dan dapat mengakibatkan gangguan fungsi jari-
jari. Gejala kontraktur bisa berupa :
a. Terdapat jaringan ikat dan atropi
b. Terjadi pembentukan sikatrik yang berlebih
c. Mengalami gangguan mobilisasi
d. Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari

2.6 Terapi dan Penatalaksanaan

Ada dua jenis pengobatan untuk Dupuytren’s contracture: bedah dan nonsurgical.
1. Nonsurgical Treatment
Pada tahap awal dianjurkan. mungkin menyuntikkan kortison ke nodul. Kortison dapat
efektif dalam mengurangi rasa sakit sementara dan peradangan. Panas dan peregangan
perawatan yang diberikan oleh ahli terapi fisik atau mungkin juga akan diresepkan untuk
mengontrol rasa sakit dan mencoba untuk memperlambat perkembangan dari contracture.
Perawatan juga terdiri dari mengenakan belat yang membuat jari lurus. Belat ini biasanya
dipakai pada malam hari. Nodul dari Dupuytren’s contracture hampir selalu terbatas pada
tangan. Namun, operasi mungkin diperlukan di beberapa titik untuk melepaskan contracture
dan untuk mencegah cacat di tangan.
2. Bedah

5
Pembedahan biasanya dianjurkan bila sendi di kuku jari dari jari mencapai 30 derajat
fleksi. Ketika pasien mengalami masalah berat dan memerlukan operasi pada usia yang lebih
muda, masalah sering muncul kembali di kemudian hari. Dalam kasus terburuk, amputasi jari
mungkin diperlukan jika membatasi contracture saraf atau aliran darah ke jari.
Bedah kuku jari utama dari jari (di dasar jari) telah lebih baik hasil jangka panjang
daripada ketika sendi jari tengah ketat. Sesak lebih mungkin untuk kembali setelah operasi
gabungan tengah. (Badalamente MA,Hurst LC).

6
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Pra operasi
a. Data subjektif
Penderita mengeluh tidak dapat meluruskan jari manis dan kelingking yang makin
lama semakin tidak bisa.
b. Data objektif
Yang Nampak jelas adalah jari manis dan mungkin kelingking bengkok kedalam.
Kulit telapak tangan mengkerut membentuk keriput yang kuat dan nodul-
nodul.kondisi tersebut permulaan terjadi pada sebelah tangan, kemudian pada kedua
belah tangan pasien tidak dapat secara aktif meluruskan jari-jari.
2. Post operasi
Setelah pembedahan perawat mengkaji pasien mengenai adanya pembengkakan, status
neurovaskuler (peredaran darah, sensasi, gerakan), nyeri, dan fungsi. Nyeri dapat
berhubungan dengan nyeri, balutan mengikat, pembentukan hematoma, atau
pembedahan.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pra operasi
Diagnosa perawatan yang dimungkinkan dari penderita kontraktur depuytern adalah:
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal penebalan
dan pemendekan fasia palmar.
2. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
b. Kurang perawatan diri berhubungan dengan balutan pada tangan.
c. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.

7
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Pra operasi
a. Dx 1:
1. Merendamkan tangan pasien kedalam air hangat saat melatih ekstensi jari-jari.
2. Mengajarkan pasien untuk mencegah kegiatan yang memerlukan jari-jari untuk
mengambil sesuatu.
3. Menyiapkan pasien untuk pembedahan.
Kriteria hasil yang diharapkan:
1. Pasien sepenuhnya dapat menggunakan jari dan tangan.
2. Pasien bebas infeksi disuluruh daerah yang terkena.

2. Post operasi
a. Dx 1:
1. Untuk mengontrol pembengkakan yang dapat meningkatkan nyeri dan
ketidaknyamanan pasien, tangan ditinggikan setinggi jantung dengan bantal atau
apabila dianjurkan peninggian yang lebih tinggi dapat dipasang slang yang
digantungkan ke tiang penggantung infuse atau bingkai diatas tembat tidur.
2. Pemberian kompres intermiten ditempat operasi selama 24 sampai 48 jam
pertama dapat dianjurkan untuk mengontrol pembengkakan.ektensi dan fleksi
aktif jari-jari dapat memperbaiki peredaran darh dan sebaiknya dianjurkan,
namun demikian gerakan akan terbatas oleh balutan yang tebal.
3. Pengkajian neurovaskuler jari yang terbuka selama 24 jam pertama sangat
penting untuk memantau fungsi syaraf dan perfusi jaringan.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik untuk menghilangkan rasa
nyeri.

8
b. Dx 2:
1. Bantu pasien dalam hal makan, madi/hygiene, berpakaian, berdandan dan
toileting.
2. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam hal latihan penggunaan tangan setelah
diopersi.

c. Dx 3:
1. Pantau suhu, denyut nadi apabila meningkat menunjukan terjadi infeksi.
2. Ajarkan pasien agar tetap menjaga balutan tetap kering dan bersih.
3. Ajarkan pasien agar segera beritahu tenaga medis apabila adanya keluar cairan,
bau busuk karena balutan atau peningkatan nyeri dan pembengkakan.
4. Lakukan penkes pada pasien dan keluarga tentang perawatan luka operasi dan
pemberian antibiotic profilaktif.

3.4 Evaluasi
1. Pra operasi
Evaluasi berdasarkan hasil yang diharapkan dari pasien:
a. Pasien dapat menggunakan tangan dan jari-jari sepenuhnya setelah berlatih.
b. Terjadinya infeksi dapat dicegah.
2. Post operasi
1. Mencapai peredaan nyeri
a. Melaporkan peningkatan rasa nyaman.
b. Terkontrolnya edema dengan peninggian tangan .
c. Tidak merasa tidak nyaman pada gerakan.
2. Menunjukkan perawatan mandiri
a. Menerima bantuan umtuk aktivitas sehari-hari selama beberapa hari pertama
setelah operasi.
b. Beradaptasi dengan aktivitas sehari-hari dengan satu tangan.
c. Menggunakan tangan yang cidera secara fungsional.
3. Tidak ada menunjukan adaanya infeksi luka operasi
a. Mematuhi protocol penanganan dan strategi pencegahan.

9
b. Suhu dan denyut nadi dalam batas normal.
c. Tidak mengalami pengeluaran cairan bernanah dari luka operasi.
d. Tidak mengalami inflamasi luka operasi.
(Brunner n Suddarth, Barbara,C Long)

10
BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan
Kontraktur adalah hilangnya atau kurang penuhnya lingkup gerak sendi secara pasif
maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan penyokong, otot dan kulit.
Kontraktur dupuytrend adalah kontraktur progresif lambat fasia Palmaris yang
mengakibatkan fleksi jari manis dan kelingking dan juga pada jari tengah, sehingga tidak
dapat diekstensikan sepenuhnya. (Brunner n Suddarth).
Penyebab utama kontraktur adalah tidak ada atau kurangnya mobilisasi sendi akibat
suatu keadaan antara lain imbalance kekuatan otot, penyakit neuromuskular, penyakit
degenerasi, luka bakar, luka trauma yang luas, inflamasi, penyakit kongenital, ankilosis
dan nyeri.
Kontraktur dupuytrend adalah masalah yang biasanya terjadi terutama pada pria
setelah lewat masa usia pertengahan. Gangguan disebabkan oleh penebalan dan menjadi
pendeknya fasia falmar disisi ulna sebelah tangan atau pada kedua belah tangan
menyebabkan jari manis atau kelingking menjadi membelok. Ligamen memendek dan
jari jadi tertarik kepada posisi flexi kulit pada tangan tertarik kebawah membentuk lipatan
mengkerut dan nodul-nodul. Persendian,otot,tendon,jaringan saraf dan pembuluh darah
tidak nampak terserang.

4.2 Saran
Setelah membaca dan memahami isi makalah ini, diharapkan perawat, mahasiswa calon
perawat atau para pembaca bisa mempelajari dan mengetahui apa itu kontraktur
depyutren. Sehingga bisa menjadi acuan untuk pembelajaran selanjutnya dalam
keperawatan.

11

Anda mungkin juga menyukai