Minipro Cesi Revisi
Minipro Cesi Revisi
Oleh:
dr. Piscesia Monika
Pembimbing:
dr. Jenny Fitriana
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan miniproject ini.
Penulisan laporan miniproject ini bertujuan untuk memenuhi tugas internship
selama pengabdian dipuskesmas.
Mini project ini dibuat guna meningkatkan capaian program Penyakit Tidak
Menular. Dalam usaha penyelesaian evaluasi program ini, penulis banyak
memperoleh bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................5
1.1 Latar Belakang ................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 6
1.3 Tujuan …………...................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………….…………………….6
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………………………….6
1.4 Manfaat ............................................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................8
2.1 Diabetes Melitus.............................................................. 8
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus…….........................................8
2.1.2 Epidemiologi Diabetes Melitus.....................................9
2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko Diabetes Melitus..............9
2.1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus......................................10
2.1.5 Diagnosis Diabetes Melitus...........................................12
2.1.6 Tatalaksana Diabetes Melitus………………………….………..13
2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus………………………………………27
2.2 Kayu Manis (Cinnammomum cassia)...............................29
2.2.1 Klasifikasi…....................................................................29
2.2.2 Kandungan kimia dalam dalam kayu manis ................ 31
BAB 3 ANALISIS SITUASI..............................................................32
3.1 Gambaran Umum.............................................................32
3.1.1 Keadaan Geografis.........................................................32
3.1.2 Keadaan Demografi……………………………………………………33
3.1.3 Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi…………………….……..34
3.2 Gambaran Khusus…………………………………….…………………..34
3.2.1 Sarana dan Prasarana....................................................34
3.2.2 ketenagaan....................................................................35
3.2.3 Upaya Kesehatan Masyakat...........................................36
BAB 4 PEMBAHASAN….................................................................38
4.1 Identifikasi Masalah.........................................................38
4.2 Analisis Sebab Masalah....................................................38
4.3 Diagram Ishikawa …………………………………………………………39
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah……………………………………..39
BAB 5 RENCANA KEGIATAN.......................................................43
5. 1 Tahap perencanaan ........................................................43
5.2 Hasil .................................................................................44
5.3 Pengaruh Pemberian Kayu Manis………………………………….44
BAB 6 PENUTUP……………….................................................47
3
6. 1 Kesimpulan......................................................................47
6.2 Saran…………......................................................................47
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………48
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein dan lipid yang disebabkan defisiensi hormon
insulin secara relatif maupun absolut. World Health Organization (WHO)
memperkirakan jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 347 juta orang.
WHO memperkirakan penderita DM di Indonesia mengalami peningkatan dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. 1
Diabetes merupakan penyakit kronik yang dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik
makrovaskular maupun mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular meliputi
penyakit sumbatan otak (stroke) dan penyakit jantung koroner, sedangkan
komplikasi mikrovaskular meliputi kerusakan ginjal, kebutaan, gangguan saraf
tepi, dan kaki diabetes. Komplikasi ini akan memberikan dampak terhadap
kualitas hidup pasien, harapan hidup pasien dan tentunya peningkatan biaya
kesehatan yang cukup besar.2
5
pohon dengan genus Cinnamomum. Kayu manis adalah salah satu jenis tanaman
yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah
pegunungan.5 Di indonesia terdapat beberapa jenis kayu manis salah satunya
adalah Cinnamomum cassia. Spesies ini merupakan kayu manis khas Sri Langka
yang tumbuh di daerah Asia Tenggara.6
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan kegiatan internship berupa mini project sebagai usaha
kesehatan masyarakat (UKM) di Lubuk Sikaping.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Edukasi pasien terhadap pemanfaatan TOGA kayu manis dalam
menurunkan gula darah
6
2. Meningkatkan pemahaman penderita DM terhadap pentingnya
pengontrolan kadar gula darah melalui pengaturan pola makan DM
yang sesuai.
3. Mengetahui tingkat pemahaman penderita DM tentang penyakitnya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Penderita DM
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa peningkatan
kesadaran masyarakat terkait pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga sebagai
salah satu alternatif pengobatan dan meningkatkan pengetahuan penderita
DM tentang penyakit serta mengobati dan mencegah komplikasi penyakit.
1.4.2 Peserta Intership
Melatih kemampuan peserta untuk manajemen suatu kegiatan dan
mengulang kembali ilmu-ilmu medis yang telah dipelajari dan peningkatan
pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian terkait
Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
1.4.3 Puskesmas Lubuk Sikaping
Sebagai masukan bagi puskesmas untuk memanfaatkan TOGA dalam upaya
pengobatan penderita Diabetes Melitus
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8
hanya jika fungsi sel beta yang tidak adekuat dikaitkan dengan faktor risiko lainnya
(misalnya obesitas).8 Setelah usia pubertas, tingkat kejadian secara signifikan turun
pada wanita muda, namun tetap relatif tinggi pada pria dewasa muda hingga usia
29-35 tahun. Saat ini sebanyak 50% penderita diabetes tidak terdiagnosis. Risiko
terkena diabetes tipe 2 meningkat seiring bertambahnya usia, obesitas, dan
kurangnya aktivitas fisik. Kejadiannya meningkat dengan cepat, dan pada tahun
2030 jumlah ini diperkirakan hampir sekitar 552 juta . Diabetes melitus terjadi di
seluruh dunia, namun lebih umum (terutama tipe 2) di negara-negara yang lebih
maju, di mana mayoritas pasien berusia antara 45 dan 64 tahun. Namun,
peningkatan prevalensi terbesar diperkirakan terjadi di Asia dan Afrika. 10
2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko
Faktor risiko diabetes mellitus dapat dikelompokkan menjadi faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi diantaranya ras, etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga
dengan diabetes mellitus, riwayat melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4000
gram, dan riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu kurang dari
2500 gram. Sedangkan factor risiko yang dapat dimodifikasi diantaranya berat
badan lebih, obesitas sentral, kurangnya aktivitas fisik, dislipidemia, hipertensi, diet
yang tidak sehat/ tidak seimbang, riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau
gula darah puasa terganggu, dan merokok.11
Tabel 2.1 Faktor Resiko Diabetes
9
DM tipe 2 terdiri dari 80% sampai 90% dari semua kasus DM. Kebanyakan
individu dengan diabetes tipe 2 menunjukkan obesitas intra-abdominal (visceral),
yang berkaitan erat dengan adanya resistensi insulin. Selain itu, hipertensi dan
dislipidemia (kadar trigliserida tinggi dan kadar kolesterol HDL rendah;
hiperlipidemia postprandial) sering ditemukan pada individu-individu ini. Ini
adalah bentuk diabetes mellitus yang paling umum dan sangat terkait dengan
riwayat keluarga diabetes, usia lanjut, obesitas dan kurang olahraga. Hal ini lebih
sering terjadi pada wanita, terutama wanita dengan riwayat diabetes gestasional,
dan pada kulit hitam, Hispanik dan penduduk asli Amerika. 11
2.1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.Defisiensi insulin dapat terjadi
melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pancreas
c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
DM tipe 2 ditandai dengan gangguan sekresi insulin, resistensi insulin,
produksi glukosa hepatik yang berlebihan, dan metabolisme lemak yang abnormal.
Obesitas, terutama visceral atau pusat (yang dibuktikan dengan rasio pinggul-
pinggang), adalah sangat umum di DM tipe 2 (≥80% dari pasien mengalami
obesitas). Pada tahap awal dari gangguan, toleransi glukosa tetap mendekati normal,
meskipun resistensi insulin, karena sel-sel beta pankreas mengimbanginya dengan
meningkatkan produksi insulin.12
Sebagai resistensi insulin dan kemajuan kompensasi hiperinsulinemia, pulau
pankreas pada individu tertentu tidak dapat mempertahankan keadaan
hiperinsulinemia. Ini ditandai dengan peningkatan glukosa postprandial. Penurunan
lebih lanjut dalam sekresi insulin dan peningkatan hepatik memimpin produksi
glukosa untuk diabetes yang nyata dengan hiperglikemia puasa. Pada akhirnya,
kegagalan sel beta terjadi. Meskipun kedua resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin berkontribusi pada patogenesis DM tipe 2, kontribusi relatif dari masing-
masing bervariasi dari individu ke individu.12
10
Abnormalitas Metabolik
Resistensi insulin, penurunan kemampuan insulin untuk bertindak secara
efektif pada jaringan target (terutama otot, hati, dan lemak), merupakan fitur yang
menonjol dari DM tipe 2 dan hasil dari kombinasi kerentanan genetik dan obesitas.
Resistensi insulin relative karena beredarnya tingkat insulin yang supranormal akan
menormalkan glukosa plasma Resistensi insulin mengganggu penggunaan
glukosa oleh jaringan sensitif insulin dan meningkatkan output glukosa hepatik;
kedua efek berkontribusi pada terjadinya hiperglikemia. 12,13 Peningkatan output
glukosa hepatik terutama menyumbang peningkatan tingkat GDP, sedangkan
penurunan hasil penggunaan glukosa perifer di hiperglikemia postprandial. Pada
otot rangka, ada penurunan lebih besar dalam penggunaan glukosa nonoxidative
(pembentukan glikogen) dari pada metabolisme glukosa oksidatif melalui glikolisis.
metabolisme glukosa pada jaringan independen insulin tidak diubah dengan DM
tipe 2.12,13
11
mengarah ke memburuknya hiperglikemia.Peningkatan kontrol glikemik sering
dikaitkan dengan peningkatan fungsi islet. Selain itu, ketinggian kadar asam lemak
bebas (lipotoxicity) dan lemak dari makanan juga dapat memperburuk fungsi pulau.
Mengurangi GLP-1 tindakan dapat berkontribusi untuk sekresi insulin
berkurang.12,13
12
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa
darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes
toleransi glukosa oral (TTGO) standar.14
13
Penatalaksanaan Diabetes Melitus, yaitu
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (24 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO)
dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan
secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan
dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang
menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. 15
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan
partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan
mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk
mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang
pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa
darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus. 15
2. Terapi Nutrisi Medis
- Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan
diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan
secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas
kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya).
- Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai dengan
kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi.
- Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
14
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin.15
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari 15:
Karbohidrat
- Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 4565% total asupan energi.
- Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
- Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat
tinggi.
- Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes
dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain.
- Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
- Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak
melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted-Daily Intake)
- Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat
dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan
buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Lemak
- Asupan lemak dianjurkan sekitar 2025% kebutuhan kalori. Tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
- Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
- Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal.
- Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu penuh (whole milk).
- Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari.
Protein
- Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.
15
- Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang,
cumi,dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu
rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
- Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan pro-
tein menjadi 0,8 g/KgBB perhari atau 10% dari kebutuhan
energi dan 65% hendaknya bernilai biologiktinggi.
Natrium
- Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran
untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7
gram (1 sendok teh) garam dapur.
- Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg.
- Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan
pengawet seperti natrium benzoat dan na-trium nitrit.
Serat
- Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes
dianjurkan mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan,
buah, dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat,
karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain
yang baik untuk kesehatan.
- Anjuran konsumsi serat adalah± 25 g/hari.
Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 2530 kalori/kgBB ideal, ditambah atau
dikurangi bergantung pada beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur,
aktivitas, berat badan, dll. Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus
Brocca yang dimodifikasi adalah sbb:
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm 100) x 1 kg.
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150
cm, rumus dimodifikasi menjadi :
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm 100) x 1 kg.
BB Normal : BB ideal ± 10 %
16
Kurus : < BBI 10 %
Gemuk : > BBI + 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).Indeks
massa tubuh dapat dihitung dengan rumus:
IMT = BB(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT
BB Kurang < 18,5
BB Normal 18,522,9
BB Lebih ≥ 23,0
Faktorfaktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain 15:
- Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori
wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/kg BB.
- Umur
Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk
dekade antara 40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk dekade antara 60 dan
69 tahun dan dikurangi 20%, di atas usia 70 tahun.
- Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada kedaaan
istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30% dengan aktivitas
sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat.
- Berat Badan
Bila kegemukan dikurangi sekitar 2030% tergantung kepada tingkat
kegemukan. Bila kurus ditambah sekitar 2030% sesuai dengan kebutuhan
untuk meningkatkan BB.Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori
yang diberikan paling sedikit 10001200 kkal perhari untuk wanita dan 1200-
1600 kkal perhari untuk pria.
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur (34 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit). Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
17
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki,
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani.15
4. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk
suntikan.15
18
2) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam
benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi
dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara
cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post
prandial.15
b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin:
1) Tiazolidindion
Tiazolidindion merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator
Activated Receptor Gamma (PPAR-gamma), suatu reseptor inti yang
terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini
mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan
glukosa di jaringan perifer. Tiazolidindion meningkatkan retensi
cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal
jantung (NYHA FC III-IV) karena dapat memperberat edema/retensi
cairan. Hati-hati pada gangguan faal hati, dan bila diberikan perlu
pemantauan faal hati secara berkala. Obat yang masuk dalam
golongan ini adalah Pioglitazone.15
2) Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis) serta memperbaiki ambilan glukosa perifer.
Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus
DMT2. Dosis Metformin diturunkan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal (GFR 30-60 ml/menit/1,73 m2). Metformin tidak boleh
diberikan pada beberapa keadaan sperti: GFR<30 mL/menit/1,73 m2,
adanya gangguan hati berat, serta pasien-pasien dengan
kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebrovaskular,
sepsis, renjatan, PPOK, gagal jantung [NYHA FC III-IV]). Efek
19
samping yang mungkin berupa gangguan saluran pencernaan seperti
halnya gejala dispepsia.15
c. Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan: penghambat Alfa
Glukosidase.
Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam usus
halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah
sesudah makan. Penghambat glukosidase alfa tidak digunakan pada
keadaan: GFR≤30ml/min/1,73 m2, gangguan faal hati yang berat,
irritable bowel syndrome. Efek samping yang mungkin terjadi berupa
bloating (penumpukan gas dalam usus) sehingga sering menimbulkan
flatus. Guna mengurangi efek samping pada awalnya diberikan dengan
dosis kecil. Contoh obat golongan ini adalah Acarbose.15
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl PeptidaseIV)
Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim DPP-IV
sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang
tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi
insulin dan menekan sekresi glukagon bergantung kadar glukosa darah
(glucose dependent). Contoh obat golongan ini adalah Sitagliptin dan
Linagliptin.15
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)
Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral
jenis baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuli distal
ginjal dengan cara menghambat kinerja transporter glukosa SGLT-2.
Obat yang termasuk golongan ini antara lain: Canagliflozin,
Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin.
20
Obat Antihiperglikemia Suntik16
a. Insulin Insulin diperlukan pada keadaan:
HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolic
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Krisis Hiperglikemia
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
b. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
21
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan pendekatan baru
untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat bekerja pada sel-beta sehingga terjadi
peningkatan pelepasan insulin, mempunyai efek menurunkan berat badan,
menghambat pelepasan glukagon, dan menghambat nafsu makan. Efek penurunan
berat badan agonis GLP-1 juga digunakan untuk indikasi menurunkan berat badan
pada pasien DM dengan obesitas. Pada percobaan binatang, obat ini terbukti
memperbaiki cadangan sel beta pankreas. Efek samping yang timbul pada
pemberian obat ini antara lain rasa sebah dan muntah. Obat yang termasuk golongan
ini adalah: Liraglutide, Exenatide, Albiglutide, dan Lixisenatide. 17
Salah satu obat golongan agonis GLP-1 (Liraglutide) telah beredar di Indonesia
sejak April 2015, tiap pen berisi 18 mg dalam 3 ml. Dosis awal 0.6 mg perhari yang
dapat dinaikkan ke 1.2 mg setelah satu minggu untuk mendapatkan efek glikemik
yang diharapkan. Dosis bisa dinaikkan sampai dengan 1.8 mg. Dosis harian lebih
dari 1.8 mg tidak direkomendasikan. Masa kerja Liraglutide selama 24 jam dan
diberikan sekali sehari secara subkutan.11
22
c. Terapi Kombinasi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama
dalam penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan
bersamaan dengan pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau
kombinasi sejak dini. Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin
selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara
bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Terapi kombinasi obat
antihiperglikemia oral, baik secara terpisah ataupun fixed dose combination,
23
harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja yang berbeda.
Pada keadaan tertentu apabila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai
dengan kombinasi dua macam obat, dapat diberikan kombinasi dua obat
antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan
klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dapat
diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral.
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai dengan
pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang).
Insulin kerja menengah harus diberikan jam 10 malam menjelang tidur,
sedangkan insulin kerja panjang dapat diberikan sejak sore sampai sebelum
tidur. Pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali
glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal
insulin basal untuk kombinasi adalah 6-10 unit. kemudian dilakukan
evaluasi dengan mengukur kadar glukosa darah puasa keesokan harinya.
Dosis insulin dinaikkan secara perlahan (pada umumnya 2 unit) apabila
kadar glukosa darah puasa belum mencapai target. Pada keadaaan dimana
kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali meskipun sudah
mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi kombinasi insulin basal
dan prandial, sedangkan pemberian obat antihiperglikemia oral dihentikan
dengan hati-hati.
24
Bila obat monoterapi tidak bias mencapai target HbA1C<7% dalam waktu
3 bulan maka terapi ditingkatkan menjadi kombinasi 2 macam obat, yang
terdiri dari obat yang diberikan pada lini pertama ditambah dengan obat lain
yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda
Bila HbA1C sejak awal >9% maka bias langsung diberikan kombinasi 2
macam obat, jika tidak mencapai target kendali maka diberikan kombinasi
3 macam obat.
Bila dengan kombinasi 3 macam obat masih belum mencapai target maka
langkah berikutnya adalah pengobatan insulin basal plus/bolus atau premix
25
2.1.7 Komplikasi DM
26
Komplikasi diabetes melitus biasanya melibatkan mikrovaskular,
makrocaskular dan neuropati.
a. Komplikasi akut
1. Hipoglikemia
Adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal (< 50 mg/dl).
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat
dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak
berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan. Hipoglikemia ditandai dengan
menurunnya kadar glukosa darah < 70 mg/dl.
Pada keadaan ini biasanya ditemukan whipple’s triad:
-terdapat gejala-gejala hipoglikemia
-kadar glukosa darah yang rendah
-gejala berkurang dengan pengobatan
b. Hipoglikemia Berat
27
- Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa
pemberian dekstrose 20% sebanyak 50 cc (bila terpaksa bisa diberikan
dextrose 40% sebanyak 25 cc), diikuti dengan infus D5% atau D10%.
- Periksa gluksa darah 15 menit setelah pemberian iv tersebut. Bila kadar
glukosa darah belum mencapai target, dapat diberikan ulang pemberian
dextrose 20%
- Selanjutnya lakukan monitoring glukosa darah settiap 1-2 jam kalau masih
terjadi hipoglikemia berulang, pemberian dekstrose 20% dapat diulang.
2. Hiperglikemia
hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba,
dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain
ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto
asidosis.
b. Komplikasi Kronis17
1. Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yangumum berkembang
pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak),
mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke
2. Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada
penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati,
dan amputasi
28
Class : Magnoliopsida
Order : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Species : Cinnamomum cassia.
Kayu manis adalah tumbuhan berdaun hijau yang berasal dari Cina selatan,
yang sekarang ini banyak ditanam di Asia Tenggara seperti Indonesia, Laos, dan
Malaysia. Cinnamomum cassia adalah salah satu jenis kayu manis yang ekstraknya
memiliki potensi antidiabetik secara langsung19
Terdapat 54 jenis tanaman kayu manis (Cinnamomum spp.) tercatat di dunia.
12 diantaranya ada di Indonesia antara lain yang paling banyak ditanam adalah C.
burmanii, C. zeylanikum dan C.cassia. Penelitian menunjukkan C. cassia memiliki
efek antidiabetik yang lebih baik dari pada C. zeylanikum. 19
Dua jenis kayu manis yang paling berkembang didunia adalah C.zeylenicum
dan C.cassia.Dalam pemakaian medis, C. zeylenicum lebih aman, namun C.cassia
memiliki efek lebih kuat dalam menurunkan gula darah.20 Tanaman ini memiliki
banyak potensi selain sebagai agen hipoglikemik, juga memiliki fungsi sebagai
antihiperlipidemik, antioksidan, antipiretik, anti-inflamasi, antimikroba, dan
antialergi.21
Tanaman kayu manis secara umum dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 8-
27m, panjang daun antara 5-17 cm dan lebar daun 3-10 cm. Warna daun hijau muda
29
dengan pucuk merah muda. Yang diharapkan dari tanaman kayu manis adalah hasil
kulit yang memiliki aroma yang kuat dengan kandungan utamanya sinamaldehid. 22
Berikut ini karakteristik dari C.cassia:
Tabel 2.2 Karakteristik Tanaman Cinnamomum cassi
30
lain : (1) merangsang autofosforilasi reseptor insulin, (2) meningkatkan uptake
glukosa, (3) meningkatkan sintesis glikogen dan aktifitas glikogen sintase di sel
adiposit, dan (4) menurunkan aktifitas glikogen sintase kinase-3β. 23,25 Selain itu
pada penelitian yang lain dilaporkan juga bahwa MHCP dapat meningkatkan
sensitifitas insulin melalui penambahan ekspresi dari PPAR γ / α. 26
Kandungan polifenol tidak hanya memiliki mekanisme kerja menyerupai
insulin (insulin mimetic), namun juga sebagai antioksidan. Dilaporkan bahwa
ekstrak ethanol dari kulit kayu tanaman Cinnamomum cassia memiliki aktifitas
antioksidan tertinggi dibandingkan bagian lain dari tanaman ini. Tingginya aktifitas
antioksidan berbanding lurus dengan kandungan polifenol dan flavonoid,
Khususnya polifenol yang dilaporkan mampu menghambat enzim 5-
lipooksigenase.27
Kandungan polifenol dan flavonoid yang tinggi pada kulit kayu Cinnamomum
cassia memiliki aktifitas antioksidan tinggi yang didasarkan pada atau kemampuan
menangkap radikal bebas terutama pada sel β pankreas. Mekanisme ini sangat baik
dalam menangkal radikal bebas yang timbul akibat reaksi siklus redoks aloksan
yang menyebabkan kerusakan pada sel β pankreas.28
31
BAB 3
ANALISIS SITUASI
32
4. Sebelah Timur berbatas dengan kecamatan Mapat Tunggul Selatan
33
10 Jml Pus 4358
11 Jml Bumil 673
12 Jml Bulin 643
13 Jml Bufas 643
14 Jml Busui 612
15 Jml Lansia 2309
Tabel 3.2 Sarana pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Tahun
2021
No Nagari TK/PAUD SD/MI SLTP SLTA PT
1 Tj.Beringin 5 10 2 3 1
34
2 Jambak 2 1 - - -
3 Durian Tinggi 5 5 - - -
4 Pauh 10 8 2 3 1
Total 22 24 3 5 1
3.2.2 Ketenagaan
Data ketenagaan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping
termasuk yang bertugas di Pustu/Poskesri/Polindes dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Lubuk Sikaping Tahun 2021
35
No Jenis Ketenagaan Jumlah Keterangan
1 Dokter umum 2 PNS
2 Dokter gigi 1 PNS
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 3 1 PNS, 2 kontrak
4 Perawat S1/ NERS 2 PNS
5 Perawat D III 4 PNS
9 Bidan D III 33 PNS,kontrak
10 Bidan D4 6 PNS
11 Sanitarian 2 PNS,kontrak
12 S1 Gizi 1 PNS
13 DIII Gizi 1 Kontrak
15 S1 Ekonomi 1 Kontrak
16 ATLM 2 PNS, Kontrak
17 Perawat Gigi 1 1 PNS
16 Sopir 1 PNS
17 K3 1 Kontrak
18 Satpam 1 PNS
19 Sukarela 6 -
Total 68
36
BAB 4
PEMBAHASAN
37
4.1 Identifikasi Masalah
38
4.3 Diagram Ishikawa
Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan dalam
diagram Ishikawa (diagram tulang ikan/fishbone) sebagai berikut.
Metode Manusia
Material Lingkungan
1. Manusia
a. Kurangnya pengetahuan anggota prolanis penderita DM di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Sikaping dan penderita DM di Jorong Kampuang Lintang
mengenai definisi, faktor resiko, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan
komplikasi diabetes melitus.
b. Kurangnya peran aktif penderita DM dalam memeriksakan diri terutama
kontrol gula darah.
39
c. Rendahnya kesadaran penderita mengenai pentingnya mengkonsumsi obat
DM sehingga penderita DM cenderung hanya mengkonsumsi obat jika
terdapat gejala dan tidak mengkonsumsi obat secara rutin.
d. Kurangnya pengetahuan tentang manfaat penggunaan TOGA dalam
membantu menurunkan gula darah
Rencana:
Melakukan observasi mengenai pengetahuan penderita terkait DM dan
dilanjutkan dengan penyuluhan pada penderita DM untuk mendukung
upaya pengendalian komplikasi DM, menjelaskan informasi mengenai
DM, seperti definisi, faktor resiko, pemeriksaan, diet, pengobatan, serta
komplikasinya dengan menggunakan leaflet edukasi.
Edukasi pasien DM tentang pengobatan alternatif seperti penggunaan
TOGA sebagai pengobatan
Pelaksana :
Petugas pemegang program pencegahan penyakit tidak menular, bidan
polindes, dan dokter internship di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Sikaping.
Sasaran:
Masyarakat terutama nggota prolanis penderita DM di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Sikaping dan penderita DM di Jorong Kampuang
Lintang.
Target:
2. Lingkungan
a. Tidak ada tempat khusus dalam penyampaian informasi rutin yang dapat
mencakup seluruh penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping.
b. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap evidence based medicine
40
Rencana:
Koordinasi dengan bidan Kampuang Lintang untuk mengadakan kegiatan di
polindes Kampuang Lintang dan koordinasi dengan pemegang program
prolanis untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan screening penderita DM
di Puskesmas Lubuk Sikaping.
Pelaksana:
Target:
3. Material
Kurangnya media promosi yang memuat informasi mengenai DM.
Rencana:
Pelaksana:
41
Masyarakat anggota prolanis penderita DM di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Sikaping dan penderita DM di Jorong Kampuang Lintang.
Target:
4. Metode
Metode penyuluhan dan pencatatan yang komprehensif belum maksimal terutama
pada data dasar dan kontrol gula darah pada pasien DM yang terdapat di wilayah
kerja Puskemas Lubuk Sikaping.
Rencana:
42
BAB 5
RENCANGA KEGIATAN
43
5.2 Hasil
44
rempah-rempah.29 Tumbuhan ini tersebar di Asia Tenggara, Cina dan Australia.
Terdapat sekitar 250 spesies yang termasuk genus Cinnamomum. Empat spesies
yang utama adalah Cinnamomum zeylanicum (C. verum: ‘True cinnamon’, Sri
Lanka atau Ceylon cinnamon), C. loureirii (Saigon atau Vietnamese cinnamon), C.
burmanni (Korintje atau Indonesian cinnamon) dan Cinnamomum aromaticum
19
(Cassia or Chinese cinnamon). Cinnamomum burmanii merupakan jenis kayu
manis yang berasal dari Indonesia. Dalam perdagangan Cinnamomum burmanii
diberi nama Padang Kaneel atau cassiavera eks. Padang. 30
Kulit kayu manis memiliki bau yang khas, banyak digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti penyedap rasa makanan atau kue. Kayumanis berbau wangi dan
berasa manis sehingga dapat dijadikan bahan pembuat sirup dan rasa pedas sebagai
penghangat tubuh. Kayu dari batang kayumanis dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti bahan bangunan, meubelair, dan kayu bakar.31
Komponen kimia terbesar pada kayumanis adalah alkohol sinamat, kumarin,
asam sinamat, sinamaldehid, antosinin dan minyak atsiri dengan kandungan gula,
protein, lemak sederhana, pektin dan lainnya. Hasil ekstraksi kulit batang
Cinnamomum burmanii mengandung senyawa antioksidan utama berupa polifenol
(tanin, flavonoid) dan minyak atsiri golongan fenol. Kandungan utama minyak
atsiri kayu manis adalah senyawa sinamaldehida dan eugenol. 32 Komponen mayor
minyak atsiri yang terkandung pada daun Cinnamomum burmanii adalah
transsinamaldehid (60,17%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Identifikasi
minyak atsiri batang C. burmannii dengan GC-MS dan LC-MS menemukan adanya
senyawa utama sinamaldehid dan beberapa polifenol terutama proanthocyanidin
dan epi-catechin.32 Chen et al menemukan diantara 4 spesies cinnamon yaitu C.
burmannii, C. verum, C. aromaticum, dan C. Loureiroi semua ekstraknya memiliki
manfaat kesehatan yang sama. Yang membedakannya C. burmannii memiliki rasa
yang tidak terlalu pahit seperti C. cassia and C. loureiroi. Tingkat kandungan
senyawa aktif pada tumbuhan bisa berubah tergantung metode yang digunakan
dalam proses ekstraksinya.33
Bandara et.al menyebutkan bahwa cinnamon memiliki kemampuan
antimikroba, antifungi, antivirus, antioksidan, antitumor, penurun tekanan darah,
kolesterol dan memiliki senyawa rendah lemak. Senyawa eugenol dan
45
sinamaldehid memiliki potensi sebagai antibakteri dan antibiofilm. Penelitian lain
menunjukkan ekstrak metanol kulit batang Cinnamomum burmannii Blume dengan
senyawa utamanya trans-cinnamaldehyde (TCA) yang memiliki kemampuan
menghambat proliferasi human NPC cell.32
Mekanisme aktifitas antidiabetes dari cinnamon masih diperdebatkan, namun
diduga aktifitas cinnamon berpebgaruh pada beberapa jalur sinyal insulin yaitu
pada reseptor insulin, glucose transporter 4 (GLUT 4), glucose transporter-1
(GLUT-1), glucagon-like peptide-1 (GLP-1), Peroxisomeproliferator activator
receptor (PPAR), aktifitas α glucosidase, pengaruh pada glukoneogenesis, dan
pengosongan lambung. 30
Pada gambar dibawah ditampilkan mekanisme molekul cinnamon
mempengaruhi aktifitas hipoglikemia.
46
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Ada
pengaruh pemberian air kayu manis terhadap penurunan gula darah pada penderita
diabetes di wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping di Jorong Polindes Kampung
Lintang
6.2 Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
48
16. Waspadji S. Komplikasi Diabetes: Mekanisme Terjadinya, Diagnosis, dan
Strategi Pengelolaan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Departemen
Ilmu Panyakit Dalam FKUI. Hal: 2.411-2.460. 2016
17. Anders, H. J., Huber, T. B., Isermann, B. & Schiffer, M. CKD in diabetes:
diabetic kidney disease versus nondiabetic kidney disease. Nat. Rev.
Nephrol. 14, 361–377 (2018)
18. eFloras. Missouri Botanical Garden St.Louis MO and Harvard University
Herbaria Cambridge,MA. Diunduh dari http://www.efloras.org
19. Versphol, Eugen J., Bauer, Katrin., Neddermann, Eckhard., 2005. Antidiabetic
Effect of Cinnamomum cassia and Cinnamomum zeylanikum In vivo and In
vitro. Phytoterapy Research, 19, 203-206.
20. Kamble, Shoba., Rhambhimaiah, S., 2013. Antidiabetec Effect of Aqueous
Extract of Cinnamomum cassia in Aloxan- Induced Diabetic Rats. Biomedical
and Pharmacology Journal, 6(1), 83-88.
21. Sangal, A. 2011. Role of Cinnamon as Beneficial Antidiabetic Food Adjunct :a
review. Pelagia Research Library, 2(4), 440-450.
22. Daswir. 2011. Profil Tanaman Kayumanis di Indonesia (Cinnamomum spp.).
Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
23. Gaber E. El-Desoky., M Aboul-Soud, Mourad A., Al-Numair, Khalid S. 2012.
Antidiabetic and hypolipidemic effects of Ceylon Cinnamon (Cinnamomum
verum) in alloxan diabetic rats. Journal of Medical Plants Research. Journal of
Medicinal Plants Research, 6(9), 1685-1691.
24. Lakhsmi, Baddireddi Subadra., Sujatha, [et al]. 2009. Cinnamic Acid, From The
Bark of Cinnamomum cassia, Regulates Glucose Transport via Activation of
GLUT4 and L6 Myotube in a Phosphatidilinositol 3-kinaseindependent manner.
Journal of Diabetes, 1, 99
25. Lukman, Malisa. 2011 . Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)
terhadap Kadar TG, LDL, Kolesterol Tikus Model Diabetes Melitus Tipe 1 yang
Diinduksi Aloksan. Malang: Universitas Islam Malang.
26. Sangal, A. 2011. Role of Cinnamon as Beneficial Antidiabetic Food Adjunct :a
review. Pelagia Research Library, 2(4), 440-450.
27. Dugoua, Jean-Jacques., Seely, Dugald., Perri, Dan., Cooley Kieran., Forelly,
Tarin., Mills, Edward., Koren, Gideon. 2012. From Type II Diabetes to
Antioxidant Antivity: A Systematic Review of The Safety and Efficacy of
Common and cassia Cinnamon Bark. Canadian Journal of Physiology and
Pharmacology, 85, 837-847
28. Yang, Cheng-Hong., Li, Rong-Xian., Chuang, Li-Yeh. 2012. Antioxidant
Activity of Various Parts of Cinnamomum cassia Extracted with Different
Extraction Methods. Molecules Journal, 17, 7294-7304
29. Yulianis dkk. 2011. Penetapan Kadar Kumarin dari Kulit Manis (Cinnamomum burmanii Bl.)
dengan Metoda Kromatografi Gas. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 16, No.2, 2011,
halaman 203-208
30. Bandara T et al. 2011. Bioactivity of Cinnamon with Special Emphasis on
Diabetes Mellitus: A review. International Journal of Food Sciences and
Nutrition, 2011; Early Online: 1–7
49
31. Andianto. 2011. Pohon Berkhasiat Obat dan Keberadaannya. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.
Departemen Kehutanan RI.
32. Ferry Y. 2013. Prospek Pengembangan Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii
L) di Indonesia. SIRINOV, Vol 1, No 1, April 2013 ( Hal : 11 – 20)
33. Ervina M dkk. 2016. Comparison of In Vitro Antioxidant Activity of Infusion,
Extract and Fractions of Indonesian Cinnamon (Cinnamomum Burmannii) Bark.
International Food Research Journal 23(3): 1346-1350
50