Anda di halaman 1dari 50

MINI PROJECT

PENGARUH PEMBERIAN KAYU MANIS TERHADAP PENURUNAN


GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LUBUK SIKAPING

Oleh:
dr. Piscesia Monika

Pembimbing:
dr. Jenny Fitriana

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS LUBUK SIKAPING
PASAMAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan miniproject ini.
Penulisan laporan miniproject ini bertujuan untuk memenuhi tugas internship
selama pengabdian dipuskesmas.
Mini project ini dibuat guna meningkatkan capaian program Penyakit Tidak
Menular. Dalam usaha penyelesaian evaluasi program ini, penulis banyak
memperoleh bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Jenny Fitriana, selaku dokter pembimbing Puskesmas Lubuk


Sikaping.
2. Fitri Darwini, SST, selaku Kepala Puskesmas Lubuk Sikaping.
Penulis berharap laporan mini project ini dapat memberikan gambaran
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat Kecamatan Lubuk Sikaping terhadap
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) terutama kayu manis untuk menurunkan gula
darah yang nantinya dapat menjadi dasar perumusan dan pengembangan program
lebih lanjut.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan rangkaian kegiatan mini project hingga
penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan di
masa mendatang

Lubuk Sikaping, Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................5
1.1 Latar Belakang ................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 6
1.3 Tujuan …………...................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………….…………………….6
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………………………….6
1.4 Manfaat ............................................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................8
2.1 Diabetes Melitus.............................................................. 8
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus…….........................................8
2.1.2 Epidemiologi Diabetes Melitus.....................................9
2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko Diabetes Melitus..............9
2.1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus......................................10
2.1.5 Diagnosis Diabetes Melitus...........................................12
2.1.6 Tatalaksana Diabetes Melitus………………………….………..13
2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus………………………………………27
2.2 Kayu Manis (Cinnammomum cassia)...............................29
2.2.1 Klasifikasi…....................................................................29
2.2.2 Kandungan kimia dalam dalam kayu manis ................ 31
BAB 3 ANALISIS SITUASI..............................................................32
3.1 Gambaran Umum.............................................................32
3.1.1 Keadaan Geografis.........................................................32
3.1.2 Keadaan Demografi……………………………………………………33
3.1.3 Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi…………………….……..34
3.2 Gambaran Khusus…………………………………….…………………..34
3.2.1 Sarana dan Prasarana....................................................34
3.2.2 ketenagaan....................................................................35
3.2.3 Upaya Kesehatan Masyakat...........................................36
BAB 4 PEMBAHASAN….................................................................38
4.1 Identifikasi Masalah.........................................................38
4.2 Analisis Sebab Masalah....................................................38
4.3 Diagram Ishikawa …………………………………………………………39
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah……………………………………..39
BAB 5 RENCANA KEGIATAN.......................................................43
5. 1 Tahap perencanaan ........................................................43
5.2 Hasil .................................................................................44
5.3 Pengaruh Pemberian Kayu Manis………………………………….44
BAB 6 PENUTUP……………….................................................47

3
6. 1 Kesimpulan......................................................................47
6.2 Saran…………......................................................................47
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………48

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein dan lipid yang disebabkan defisiensi hormon
insulin secara relatif maupun absolut. World Health Organization (WHO)
memperkirakan jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 347 juta orang.
WHO memperkirakan penderita DM di Indonesia mengalami peningkatan dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. 1
Diabetes merupakan penyakit kronik yang dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik
makrovaskular maupun mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular meliputi
penyakit sumbatan otak (stroke) dan penyakit jantung koroner, sedangkan
komplikasi mikrovaskular meliputi kerusakan ginjal, kebutaan, gangguan saraf
tepi, dan kaki diabetes. Komplikasi ini akan memberikan dampak terhadap
kualitas hidup pasien, harapan hidup pasien dan tentunya peningkatan biaya
kesehatan yang cukup besar.2

Jenis DM yang banyak ditemui di indonesia adalah DM tipe 2 yaitu sekitar


90%-95% dari seluruh kasus DM. Pada DM tipe 2, pancreas masih berfungsi
menghasilkan insulin, tetapi kualitas insulin yang dihasilkan kurang baik karena
tidak berfungsinya reseptor glukosa untuk mengikat glukosa dalam darah,
sehingga glukosa dalalm darah meningkat.3

Obat hiperglikemia oral (OHO) dibagi menjadi 5 berdasarkan cara kerjanya,


yaitu insulin secretagogue (sulfinilurea), peningkatan sensitivitas terhadap insulin
(metformin), penghambat α glukosidase (akarbose), penghambat dipeptidyl
peptidase-IV dan glucose like peptide 1 agonis, dan penghambat sodium glucose
co transoriter.2,4

Saat ini pengobatan herbal berkembang dengan pesat di kalangan masyarakat.


Salah satu tanamna herbal yang dipercaya dapat menurunkan gula darah adalah
kayu manis. Kayu manis merupakan kulit kayu yang dikeringkan yang berasal dari

5
pohon dengan genus Cinnamomum. Kayu manis adalah salah satu jenis tanaman
yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah
pegunungan.5 Di indonesia terdapat beberapa jenis kayu manis salah satunya
adalah Cinnamomum cassia. Spesies ini merupakan kayu manis khas Sri Langka
yang tumbuh di daerah Asia Tenggara.6

Kayu manis memilki beberapa bahan aktif yaitu cinnamat, cinnamaldehid,


polifenol dan flavonoid. Beberapa penelitian mengatakan bahwa cinnamaldehid
dapat meningkatkan transport glukosa oleh GLUT 4 pada sel adiposa dan otot
skeletal sehingga mampu menurunkan glukosa darah secara signifikan. 5

Untuk dapat mengurangi angka penderita diabetes melitus, diperlukan


antisipasi untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya komplikasi pada pederita
DM harus sudah dimulai dari sekarang, salah satunya dengan memanfaatkan
Tanaman Obat Keluarga yang mudah didapat, terutama kayu manis untuk
menurunkan kadar glukosa darah pada penderita DM. Oleh karena itu pada program
mini project ini, kami akan melakukan pengaruh pemberian kayu manis terhadap
penurunan gula darah pada penderita diabetes di wilayah kerja puskesmas Lubuk
Sikaping sebagai upaya peningkatan perilaku hidup sehat pada pasien Prolanis DM
di Puskesmas Lubuk Sikaping.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka rumusan
masalahnya yaitu apakah terdapat pengaruh dari ekstrak kayu manis
terhadap penurunan gula darah pada penderita diabetes melitus di
Puskesmas Lubuk Sikaping.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan kegiatan internship berupa mini project sebagai usaha
kesehatan masyarakat (UKM) di Lubuk Sikaping.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Edukasi pasien terhadap pemanfaatan TOGA kayu manis dalam
menurunkan gula darah

6
2. Meningkatkan pemahaman penderita DM terhadap pentingnya
pengontrolan kadar gula darah melalui pengaturan pola makan DM
yang sesuai.
3. Mengetahui tingkat pemahaman penderita DM tentang penyakitnya.

1.4 Manfaat
1.4.1 Penderita DM
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa peningkatan
kesadaran masyarakat terkait pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga sebagai
salah satu alternatif pengobatan dan meningkatkan pengetahuan penderita
DM tentang penyakit serta mengobati dan mencegah komplikasi penyakit.
1.4.2 Peserta Intership
Melatih kemampuan peserta untuk manajemen suatu kegiatan dan
mengulang kembali ilmu-ilmu medis yang telah dipelajari dan peningkatan
pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian terkait
Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
1.4.3 Puskesmas Lubuk Sikaping
Sebagai masukan bagi puskesmas untuk memanfaatkan TOGA dalam upaya
pengobatan penderita Diabetes Melitus

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus


2.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik
hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun
keduanya. Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus akan disertai dengan
kerusakan,ganguan fungsi beberapa organ tubuh khususnya mata, ginjal, saraf,
jantung, danpembuluh darah.7,8
Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh insulin yang ada tidak dapat bekerja
dengan baik. Meskipun kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat
tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada atau kurang. Walaupun
insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas,diabetes mellitus tipe 2 dianggap
sebagai non insulin dependent diabetes mellitus yang berarti glukosa dalam darah
tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, dan sekitar 75% dari penderita DM type
II ini dengan kondisi obesitas atau kegemukan serta biasanya diketahui DM setelah
usia 30 tahun.7
2.1.2 Epidemiologi Diabetes Melitus
Secara global, pada tahun 2011, diperkirakan 366 juta orang menderita
DM, dengan jumlah tipe 2 yang sekitar 90% kasus. Jumlah penderita DM tipe 2
meningkat di setiap negara dengan 80% penderita DM tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Prevalensi diabetes mellitus di Afrika adalah
3,2%, dan 40.895 orang (2,0%) berada di Ethiopia.8 Meskipun Tipe 2 DM
didiagnosis secara luas pada orang dewasa, frekuensinya meningkat tajam pada
kelompok usia anak-anak selama dua dekade terakhir. Diabetes mellitus tipe 2
sekarang mewakili 8-45% dari semua kasus diabetes baru yang dilaporkan di antara
anak-anak. Prevalensi DM tipe 2 pada populasi anak-anak lebih tinggi pada anak
perempuan daripada anak laki-laki, sama seperti di kalangan perempuan daripada
laki-laki. Usia rata-rata onset DM tipe 2 adalah 12-16 tahun.9
Periode ini bertepatan dengan masa pubertas, ketika keadaan fisiologis
resistensi insulin berkembang. Dalam keadaan fisiologis ini, DM tipe 2 berkembang

8
hanya jika fungsi sel beta yang tidak adekuat dikaitkan dengan faktor risiko lainnya
(misalnya obesitas).8 Setelah usia pubertas, tingkat kejadian secara signifikan turun
pada wanita muda, namun tetap relatif tinggi pada pria dewasa muda hingga usia
29-35 tahun. Saat ini sebanyak 50% penderita diabetes tidak terdiagnosis. Risiko
terkena diabetes tipe 2 meningkat seiring bertambahnya usia, obesitas, dan
kurangnya aktivitas fisik. Kejadiannya meningkat dengan cepat, dan pada tahun
2030 jumlah ini diperkirakan hampir sekitar 552 juta . Diabetes melitus terjadi di
seluruh dunia, namun lebih umum (terutama tipe 2) di negara-negara yang lebih
maju, di mana mayoritas pasien berusia antara 45 dan 64 tahun. Namun,
peningkatan prevalensi terbesar diperkirakan terjadi di Asia dan Afrika. 10
2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko
Faktor risiko diabetes mellitus dapat dikelompokkan menjadi faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi diantaranya ras, etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga
dengan diabetes mellitus, riwayat melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4000
gram, dan riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu kurang dari
2500 gram. Sedangkan factor risiko yang dapat dimodifikasi diantaranya berat
badan lebih, obesitas sentral, kurangnya aktivitas fisik, dislipidemia, hipertensi, diet
yang tidak sehat/ tidak seimbang, riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau
gula darah puasa terganggu, dan merokok.11
Tabel 2.1 Faktor Resiko Diabetes

9
DM tipe 2 terdiri dari 80% sampai 90% dari semua kasus DM. Kebanyakan
individu dengan diabetes tipe 2 menunjukkan obesitas intra-abdominal (visceral),
yang berkaitan erat dengan adanya resistensi insulin. Selain itu, hipertensi dan
dislipidemia (kadar trigliserida tinggi dan kadar kolesterol HDL rendah;
hiperlipidemia postprandial) sering ditemukan pada individu-individu ini. Ini
adalah bentuk diabetes mellitus yang paling umum dan sangat terkait dengan
riwayat keluarga diabetes, usia lanjut, obesitas dan kurang olahraga. Hal ini lebih
sering terjadi pada wanita, terutama wanita dengan riwayat diabetes gestasional,
dan pada kulit hitam, Hispanik dan penduduk asli Amerika. 11
2.1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.Defisiensi insulin dapat terjadi
melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pancreas
c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
DM tipe 2 ditandai dengan gangguan sekresi insulin, resistensi insulin,
produksi glukosa hepatik yang berlebihan, dan metabolisme lemak yang abnormal.
Obesitas, terutama visceral atau pusat (yang dibuktikan dengan rasio pinggul-
pinggang), adalah sangat umum di DM tipe 2 (≥80% dari pasien mengalami
obesitas). Pada tahap awal dari gangguan, toleransi glukosa tetap mendekati normal,
meskipun resistensi insulin, karena sel-sel beta pankreas mengimbanginya dengan
meningkatkan produksi insulin.12
Sebagai resistensi insulin dan kemajuan kompensasi hiperinsulinemia, pulau
pankreas pada individu tertentu tidak dapat mempertahankan keadaan
hiperinsulinemia. Ini ditandai dengan peningkatan glukosa postprandial. Penurunan
lebih lanjut dalam sekresi insulin dan peningkatan hepatik memimpin produksi
glukosa untuk diabetes yang nyata dengan hiperglikemia puasa. Pada akhirnya,
kegagalan sel beta terjadi. Meskipun kedua resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin berkontribusi pada patogenesis DM tipe 2, kontribusi relatif dari masing-
masing bervariasi dari individu ke individu.12

10
Abnormalitas Metabolik
Resistensi insulin, penurunan kemampuan insulin untuk bertindak secara
efektif pada jaringan target (terutama otot, hati, dan lemak), merupakan fitur yang
menonjol dari DM tipe 2 dan hasil dari kombinasi kerentanan genetik dan obesitas.
Resistensi insulin relative karena beredarnya tingkat insulin yang supranormal akan
menormalkan glukosa plasma Resistensi insulin mengganggu penggunaan
glukosa oleh jaringan sensitif insulin dan meningkatkan output glukosa hepatik;
kedua efek berkontribusi pada terjadinya hiperglikemia. 12,13 Peningkatan output
glukosa hepatik terutama menyumbang peningkatan tingkat GDP, sedangkan
penurunan hasil penggunaan glukosa perifer di hiperglikemia postprandial. Pada
otot rangka, ada penurunan lebih besar dalam penggunaan glukosa nonoxidative
(pembentukan glikogen) dari pada metabolisme glukosa oksidatif melalui glikolisis.
metabolisme glukosa pada jaringan independen insulin tidak diubah dengan DM
tipe 2.12,13

Gangguan Sekresi Insulin


Sekresi insulin dan sensitivitas saling terkait. Pada DM tipe 2, sekresi insulin
awalnya meningkatkan respons terhadap resistensi insulin untuk menjaga toleransi
glukosa normal. Awalnya, defek sekretori insulin ringan dan selektif melibatkan
glukosa yang merangsang sekresi insulin, termasuk penrunan pada fase sekretori
pertama. Respon terhadap secretagogues nonglucose lainnya, seperti arginin, yang
diawetkan, tapi fungsi beta keseluruhan berkurang sebanyak 50% pada awal DM
tipe 2. Kelainan pada pengolahan proinsulin tercermin dengan peningkatan sekresi
proinsulin di DM tipe 2. Akhirnya, defek sekretori insulin adalah progresif. Alasan
penurunan kapasitas sekresi insulin dalam DM tipe 2 tidak jelas. Asumsinya adalah
bahwa defek genetik kedua menyebabkan kegagalan sel beta. Massa sel beta turun
sekitar 50% pada individu dengan lama DM tipe 2. Islet amyloid polipeptida atau
amylin, disekresikan oleh sel beta, membentuk deposit amyloid fibril ditemukan di
pulau dariindividu dengan berdiri lama DM tipe 2. Apakah deposit amyloid pulau
seperti peristiwa primer atau sekunder tidak diketahui. Lingkungan metabolik
diabetes juga dapat berdampak negatif terhadap fungsi islet. Misalnya,
hiperglikemia kronik paradoks merusak fungsi islet (toksisitas glukosa) dan

11
mengarah ke memburuknya hiperglikemia.Peningkatan kontrol glikemik sering
dikaitkan dengan peningkatan fungsi islet. Selain itu, ketinggian kadar asam lemak
bebas (lipotoxicity) dan lemak dari makanan juga dapat memperburuk fungsi pulau.
Mengurangi GLP-1 tindakan dapat berkontribusi untuk sekresi insulin
berkurang.12,13

2.1.5 Diagnosis Diabetes Melitus


Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa
lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya
diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM
pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.
Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun
cepat.14
Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji


diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak
bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi,
riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr,
kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik
dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring.14

12
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa
darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes
toleransi glukosa oral (TTGO) standar.14

Gambar 2.1 Langkah-langkah diagnostik DM dan gangguan toleransi

2.1.6 Tatalaksana Diabetes Melitus


Tujuan Tatalaksana Diabetes Melitus, yaitu :
- Menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan
mencapai target pengendalian glukosa darah.
- Mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati.
- Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

13
Penatalaksanaan Diabetes Melitus, yaitu
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (24 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO)
dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan
secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan
dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang
menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. 15
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan
partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan
mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk
mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang
pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa
darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus. 15
2. Terapi Nutrisi Medis
- Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan
diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan
secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas
kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya).
- Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai dengan
kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi.
- Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang

14
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin.15
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari 15:
Karbohidrat
- Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 4565% total asupan energi.
- Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
- Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat
tinggi.
- Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes
dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain.
- Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
- Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak
melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted-Daily Intake)
- Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat
dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan
buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Lemak
- Asupan lemak dianjurkan sekitar 2025% kebutuhan kalori. Tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
- Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
- Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal.
- Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu penuh (whole milk).
- Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari.
Protein
- Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.

15
- Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang,
cumi,dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu
rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
- Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan pro-
tein menjadi 0,8 g/KgBB perhari atau 10% dari kebutuhan
energi dan 65% hendaknya bernilai biologiktinggi.
Natrium
- Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran
untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7
gram (1 sendok teh) garam dapur.
- Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg.
- Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan
pengawet seperti natrium benzoat dan na-trium nitrit.
Serat
- Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes
dianjurkan mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan,
buah, dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat,
karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain
yang baik untuk kesehatan.
- Anjuran konsumsi serat adalah± 25 g/hari.
Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 2530 kalori/kgBB ideal, ditambah atau
dikurangi bergantung pada beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur,
aktivitas, berat badan, dll. Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus
Brocca yang dimodifikasi adalah sbb:
 Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm 100) x 1 kg.
 Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150
cm, rumus dimodifikasi menjadi :
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm 100) x 1 kg.
 BB Normal : BB ideal ± 10 %

16
 Kurus : < BBI 10 %
 Gemuk : > BBI + 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).Indeks
massa tubuh dapat dihitung dengan rumus:
IMT = BB(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT
 BB Kurang < 18,5
 BB Normal 18,522,9
 BB Lebih ≥ 23,0
Faktorfaktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain 15:
- Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori
wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/kg BB.
- Umur
Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk
dekade antara 40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk dekade antara 60 dan
69 tahun dan dikurangi 20%, di atas usia 70 tahun.
- Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada kedaaan
istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30% dengan aktivitas
sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat.
- Berat Badan
Bila kegemukan dikurangi sekitar 2030% tergantung kepada tingkat
kegemukan. Bila kurus ditambah sekitar 2030% sesuai dengan kebutuhan
untuk meningkatkan BB.Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori
yang diberikan paling sedikit 10001200 kkal perhari untuk wanita dan 1200-
1600 kkal perhari untuk pria.
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur (34 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit). Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang

17
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki,
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani.15

Tabel 2.3Aktivitas Sehari-hari

4. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk
suntikan.15

Obat Hipoglikemik Oral


Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan 15:
a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid.
1) Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk
pasien dengan berat badan normal dan kurang.Namun masih boleh
diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih.
Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai
keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang
nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan
sulfonilurea kerja panjang.15

18
2) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam
benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi
dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara
cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post
prandial.15
b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin:
1) Tiazolidindion
Tiazolidindion merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator
Activated Receptor Gamma (PPAR-gamma), suatu reseptor inti yang
terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini
mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan
glukosa di jaringan perifer. Tiazolidindion meningkatkan retensi
cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal
jantung (NYHA FC III-IV) karena dapat memperberat edema/retensi
cairan. Hati-hati pada gangguan faal hati, dan bila diberikan perlu
pemantauan faal hati secara berkala. Obat yang masuk dalam
golongan ini adalah Pioglitazone.15
2) Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis) serta memperbaiki ambilan glukosa perifer.
Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus
DMT2. Dosis Metformin diturunkan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal (GFR 30-60 ml/menit/1,73 m2). Metformin tidak boleh
diberikan pada beberapa keadaan sperti: GFR<30 mL/menit/1,73 m2,
adanya gangguan hati berat, serta pasien-pasien dengan
kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebrovaskular,
sepsis, renjatan, PPOK, gagal jantung [NYHA FC III-IV]). Efek

19
samping yang mungkin berupa gangguan saluran pencernaan seperti
halnya gejala dispepsia.15
c. Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan: penghambat Alfa
Glukosidase.
Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam usus
halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah
sesudah makan. Penghambat glukosidase alfa tidak digunakan pada
keadaan: GFR≤30ml/min/1,73 m2, gangguan faal hati yang berat,
irritable bowel syndrome. Efek samping yang mungkin terjadi berupa
bloating (penumpukan gas dalam usus) sehingga sering menimbulkan
flatus. Guna mengurangi efek samping pada awalnya diberikan dengan
dosis kecil. Contoh obat golongan ini adalah Acarbose.15
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl PeptidaseIV)
Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim DPP-IV
sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang
tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi
insulin dan menekan sekresi glukagon bergantung kadar glukosa darah
(glucose dependent). Contoh obat golongan ini adalah Sitagliptin dan
Linagliptin.15
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)
Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral
jenis baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuli distal
ginjal dengan cara menghambat kinerja transporter glukosa SGLT-2.
Obat yang termasuk golongan ini antara lain: Canagliflozin,
Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin.

Tabel 2.4 Profil obat antihiperglikemia oral yang tersedia di


Indonesia

20
Obat Antihiperglikemia Suntik16
a. Insulin Insulin diperlukan pada keadaan:
 HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolic
 Penurunan berat badan yang cepat
 Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
 Krisis Hiperglikemia
 Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
 Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
 Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
 Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
 Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
b. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic

21
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan pendekatan baru
untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat bekerja pada sel-beta sehingga terjadi
peningkatan pelepasan insulin, mempunyai efek menurunkan berat badan,
menghambat pelepasan glukagon, dan menghambat nafsu makan. Efek penurunan
berat badan agonis GLP-1 juga digunakan untuk indikasi menurunkan berat badan
pada pasien DM dengan obesitas. Pada percobaan binatang, obat ini terbukti
memperbaiki cadangan sel beta pankreas. Efek samping yang timbul pada
pemberian obat ini antara lain rasa sebah dan muntah. Obat yang termasuk golongan
ini adalah: Liraglutide, Exenatide, Albiglutide, dan Lixisenatide. 17
Salah satu obat golongan agonis GLP-1 (Liraglutide) telah beredar di Indonesia
sejak April 2015, tiap pen berisi 18 mg dalam 3 ml. Dosis awal 0.6 mg perhari yang
dapat dinaikkan ke 1.2 mg setelah satu minggu untuk mendapatkan efek glikemik
yang diharapkan. Dosis bisa dinaikkan sampai dengan 1.8 mg. Dosis harian lebih
dari 1.8 mg tidak direkomendasikan. Masa kerja Liraglutide selama 24 jam dan
diberikan sekali sehari secara subkutan.11

Tabel 2.4 Jenis-jenis insulin

22
c. Terapi Kombinasi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama
dalam penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan
bersamaan dengan pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau
kombinasi sejak dini. Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin
selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara
bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Terapi kombinasi obat
antihiperglikemia oral, baik secara terpisah ataupun fixed dose combination,

23
harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja yang berbeda.
Pada keadaan tertentu apabila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai
dengan kombinasi dua macam obat, dapat diberikan kombinasi dua obat
antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan
klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dapat
diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral.
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai dengan
pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang).
Insulin kerja menengah harus diberikan jam 10 malam menjelang tidur,
sedangkan insulin kerja panjang dapat diberikan sejak sore sampai sebelum
tidur. Pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali
glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal
insulin basal untuk kombinasi adalah 6-10 unit. kemudian dilakukan
evaluasi dengan mengukur kadar glukosa darah puasa keesokan harinya.
Dosis insulin dinaikkan secara perlahan (pada umumnya 2 unit) apabila
kadar glukosa darah puasa belum mencapai target. Pada keadaaan dimana
kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali meskipun sudah
mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi kombinasi insulin basal
dan prandial, sedangkan pemberian obat antihiperglikemia oral dihentikan
dengan hati-hati.

Prinsip pemberian terapi:16


 Untuk penderita DM tipe-2 dengan HbA1C<7,5% maka pengobatan non
farmakologis dengan modifikasi gaya hidup sehat dengan evaluasi HbA1C
3 bulan, bila tidak mencapai target <7% maka dilanjutkan dengan
monoterapi oral
 Untuk penderita DM tipe-2 dengan HbA1C 7,5%- 9% diberikan modifikasi
gaya hidup sehat ditambah monoterapi oral. Pemilihan obat perlu
pertimbangan keawaman (hipoglikemi, pengaruh terhadap jantung),
efektivitas, ketersediaan, toleransi pasien, dan harga. Obat monoterapi dapat
dikelompokkan menjadi

24
 Bila obat monoterapi tidak bias mencapai target HbA1C<7% dalam waktu
3 bulan maka terapi ditingkatkan menjadi kombinasi 2 macam obat, yang
terdiri dari obat yang diberikan pada lini pertama ditambah dengan obat lain
yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda
 Bila HbA1C sejak awal >9% maka bias langsung diberikan kombinasi 2
macam obat, jika tidak mencapai target kendali maka diberikan kombinasi
3 macam obat.
 Bila dengan kombinasi 3 macam obat masih belum mencapai target maka
langkah berikutnya adalah pengobatan insulin basal plus/bolus atau premix

Gambar 2.1 Algoritma Pengelolaan Diabetes Melitus

25
2.1.7 Komplikasi DM

26
Komplikasi diabetes melitus biasanya melibatkan mikrovaskular,
makrocaskular dan neuropati.
a. Komplikasi akut
1. Hipoglikemia
Adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal (< 50 mg/dl).
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat
dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak
berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan. Hipoglikemia ditandai dengan
menurunnya kadar glukosa darah < 70 mg/dl.
Pada keadaan ini biasanya ditemukan whipple’s triad:
-terdapat gejala-gejala hipoglikemia
-kadar glukosa darah yang rendah
-gejala berkurang dengan pengobatan

Rekomendasi pengobatan hipoglikemia:


a. Hipoglikemia Ringan
- Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa (karbohidrat sederhana)
- Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk karbohidrat lain yang
berisi glukosa juga efektif untuk menaikkan glukosa darah
- Makanan yang mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikkan
glukosa darah.
- Glukosa 15-20 gr (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air dapat
diberikan pada pasien hipoglikemia yang masih sadar.
- Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus dilakukan 15 menit
pemberian upaya terapi.
- Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah mencapai normal, pasien
diminta untuk makan atau mengonsumsi snack untuk mencegah
berulangnya hipoglikemia.

b. Hipoglikemia Berat

27
- Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa
pemberian dekstrose 20% sebanyak 50 cc (bila terpaksa bisa diberikan
dextrose 40% sebanyak 25 cc), diikuti dengan infus D5% atau D10%.
- Periksa gluksa darah 15 menit setelah pemberian iv tersebut. Bila kadar
glukosa darah belum mencapai target, dapat diberikan ulang pemberian
dextrose 20%
- Selanjutnya lakukan monitoring glukosa darah settiap 1-2 jam kalau masih
terjadi hipoglikemia berulang, pemberian dekstrose 20% dapat diulang.

2. Hiperglikemia
hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba,
dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain
ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto
asidosis.

b. Komplikasi Kronis17
1. Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yangumum berkembang
pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak),
mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke
2. Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada
penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati,
dan amputasi

2.2. Kayu Manis (Cinnammomum cassia)


2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi Ilmiah kayu manis berdasarkan integrated taxonomic information
system (ITIS):18
Kingdom : Plantae
Divisio : Tracheophyta
Subdivisio : Spermatophytina

28
Class : Magnoliopsida
Order : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Species : Cinnamomum cassia.
Kayu manis adalah tumbuhan berdaun hijau yang berasal dari Cina selatan,
yang sekarang ini banyak ditanam di Asia Tenggara seperti Indonesia, Laos, dan
Malaysia. Cinnamomum cassia adalah salah satu jenis kayu manis yang ekstraknya
memiliki potensi antidiabetik secara langsung19
Terdapat 54 jenis tanaman kayu manis (Cinnamomum spp.) tercatat di dunia.
12 diantaranya ada di Indonesia antara lain yang paling banyak ditanam adalah C.
burmanii, C. zeylanikum dan C.cassia. Penelitian menunjukkan C. cassia memiliki
efek antidiabetik yang lebih baik dari pada C. zeylanikum. 19
Dua jenis kayu manis yang paling berkembang didunia adalah C.zeylenicum
dan C.cassia.Dalam pemakaian medis, C. zeylenicum lebih aman, namun C.cassia
memiliki efek lebih kuat dalam menurunkan gula darah.20 Tanaman ini memiliki
banyak potensi selain sebagai agen hipoglikemik, juga memiliki fungsi sebagai
antihiperlipidemik, antioksidan, antipiretik, anti-inflamasi, antimikroba, dan
antialergi.21

Gambar 2.2 Kulit Kayu Manis Kering (Cinnamomum cassia Bark)

Tanaman kayu manis secara umum dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 8-
27m, panjang daun antara 5-17 cm dan lebar daun 3-10 cm. Warna daun hijau muda

29
dengan pucuk merah muda. Yang diharapkan dari tanaman kayu manis adalah hasil
kulit yang memiliki aroma yang kuat dengan kandungan utamanya sinamaldehid. 22
Berikut ini karakteristik dari C.cassia:
Tabel 2.2 Karakteristik Tanaman Cinnamomum cassi

2.2.2 Kandungan Kimia dalam Kayu manis


Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, kayu manis dilaporkan telah
terbukti memiliki efek hipoglikemik dan efek hipolipidemik pada tikus diabetes.
Hasil analisa fitokimia dari beberapa studi menunjukkan adanya beberapa senyawa
penting dalam ekstrak kayu manis diantaranya alkaloid, protein, tannin, glikosida,
flavonoid, saponin, asam cinnamat, polifenol, dan cinnamaldehid. 23
Dari sekian senyawa tersebut, bahan aktif yang paling berperan aktif adalah
adalah asam cinnamat, cinnamaldehid, polifenol dan flavonoid. Berbagai penelitian
melaporkan bahwa cinnamaldehid mampu meningkatkan transport glukosa oleh
GLUT4 pada sel adipose dan otot skelet sehingga mampu menurunkan glukosa
darah secara signifikan.23 Telah dilaporkan pemberian cinnamaldehid 20mg/kgbb
dapat menurunkan HbA1C, total kolesterol, dan TG.24
Kandungan yang lain adalah asam cinnamat yang berperan sebagai insulin
secretagog dan peningkatan ekspresi dari GLUT4. Asam cinnamat juga
dilaporkan mampu menghambat enzim HMG-CoA reduktase hepar dan
menurunkan peroksidasi lipid di hepar.25 Selain itu, kandungan polifenol dalam
Cinnamomum cassia bekerja dalam regulasi tiga protein, yaitu GLUT4, insulin
receptor β (IRβ) dan tristetrapolin. Polifenol insulin mengaktifkan reseptor insulin
dengan meningkatkan aktifitas fosforilasi insulin dan menghambat Protein
Tyrosine Phosphatase-1 (PTP-1) yang menurunkan aktifitas reseptor insulin di
jaringan adiposa .26
Salah satu komponen polifenol yang banyak dilaporkan MHCP yang bersifat
insulin mimetik. Sangal (2011) melaporkan MHCP memiliki beberapa efek antara

30
lain : (1) merangsang autofosforilasi reseptor insulin, (2) meningkatkan uptake
glukosa, (3) meningkatkan sintesis glikogen dan aktifitas glikogen sintase di sel
adiposit, dan (4) menurunkan aktifitas glikogen sintase kinase-3β. 23,25 Selain itu
pada penelitian yang lain dilaporkan juga bahwa MHCP dapat meningkatkan
sensitifitas insulin melalui penambahan ekspresi dari PPAR γ / α. 26
Kandungan polifenol tidak hanya memiliki mekanisme kerja menyerupai
insulin (insulin mimetic), namun juga sebagai antioksidan. Dilaporkan bahwa
ekstrak ethanol dari kulit kayu tanaman Cinnamomum cassia memiliki aktifitas
antioksidan tertinggi dibandingkan bagian lain dari tanaman ini. Tingginya aktifitas
antioksidan berbanding lurus dengan kandungan polifenol dan flavonoid,
Khususnya polifenol yang dilaporkan mampu menghambat enzim 5-
lipooksigenase.27
Kandungan polifenol dan flavonoid yang tinggi pada kulit kayu Cinnamomum
cassia memiliki aktifitas antioksidan tinggi yang didasarkan pada atau kemampuan
menangkap radikal bebas terutama pada sel β pankreas. Mekanisme ini sangat baik
dalam menangkal radikal bebas yang timbul akibat reaksi siklus redoks aloksan
yang menyebabkan kerusakan pada sel β pankreas.28

31
BAB 3
ANALISIS SITUASI

3.1 GAMBARAN UMUM

3.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Lubuk Sikaping terletak di Nagari Tanjung Beringin Kecamatan


Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman dengan luas wilayah 183.01 km2. Puskesmas
Lubuk Sikaping mewilayahi 6 Nagari dengan 22 Jorong yang terdiri dari :
Tabel 2.1 Distribusi jorong di wilayah Puskesmas Lubuk Sikaping Tahun 2020
No Nagari Jorong
1. Tanjung Jorong IV, Jorong V
Beringin Induk
2 Tanjung Jorong I, Jorong II, Jorong III
Beringin Utara
3 Tanjung Jorong VI, Jorong VII, Jorong VIII
Beringin Selatan
4. Durian Tinggi Jorong Tampang, Jorong Kapalo Koto, Jorong Kamp.
Lintang, Jorong Kamp. Taji, Jorong Kp Lua, Jorong
Durti, Jorong Cubadak Gadang, Jorong Kp. Rapak
5. Jambak Jorong Caniago, Jorong Kampuang Alai, Jorong Induk
Gadang
6. Pauh Jorong Tanjung Alai, Jorong Teluk Embun, Jorong
Pauh

Seluruh nagari dalam wilayah kerja Puskesmas dapat ditempuh dengan


kendaraan roda dua, jarak Puskesmas Lubuk Sikaping dengan pusat kota lebih
kurang 4 km, jarak dengan kantor camat Lubuk Sikaping lebih kurang 8 km.
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping adalah :
1. Sebelah Utara berbatas dengan wilayah Puskesmas Sundatar
2. Sebelah Selatan berbatas dengan kecamatan Bonjol
3. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Talamau

32
4. Sebelah Timur berbatas dengan kecamatan Mapat Tunggul Selatan

Gambar 2. 1 Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping

3.1.2 Keadaan Demografi


Jumlah Penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Sikaping tahun 2021 adalah sebanyak 28.055 jiwa dengan rincian per sasaran
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Data Sasaran Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Lubuk Sikaping
Tahun 2021
No Sasaran Jumlah
1 Jlh Penduduk 25.687
2 Jml Bayi 529
3 Bayi (0-6) Bln 241
4 Bayi (7-12) Bln 361
5 Jml Balita 2666
6 Jml Apras 1063
7 Jml Anak SD 529
8 Jml Remaja 5871
9 Jml Wus 6639

33
10 Jml Pus 4358
11 Jml Bumil 673
12 Jml Bulin 643
13 Jml Bufas 643
14 Jml Busui 612
15 Jml Lansia 2309

3.1.3 Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi


Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping sebagian besar
beragama Islam. Mata Pencarian Penduduknya beragam, mulai dari bertani, buruh,
pedagang, wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri, ABRI, dan lain- lain.

3.2 GAMBARAN KHUSUS


3.2.1 Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana Umum terdiri dari :
a. Sarana Ibadah
Mesjid dan mushalla
b. Sarana Lingkungan
Perumahan, Tempat- tempat Umum (TTU), Tempat Pengolahan
Makanan (TPM), Sarana Air Bersih (SAB) dan Sarana Pembuangan Air
Limbah (SPAL).
c. Sarana pendidikan
Jumlah sarana pendidikan yang ada diwilayah kerja Puskesmas Lubuk
Sikaping cukup banyak mulai dari tingkat TK sampai pada Perguruan
tinggi dengan rincian sebagai berikut

Tabel 3.2 Sarana pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Tahun
2021
No Nagari TK/PAUD SD/MI SLTP SLTA PT
1 Tj.Beringin 5 10 2 3 1

34
2 Jambak 2 1 - - -
3 Durian Tinggi 5 5 - - -
4 Pauh 10 8 2 3 1
Total 22 24 3 5 1

Sarana khusus untuk melaksanakan pelayanan kesehatan bagi seluruh


masyarakat dalam wilayah kerja, puskesmas Lubuk Sikaping memiliki sarana dan
prasarana yang cukup. Secara umum sarana dan prasarana tersebut meliputi :
1. Sarana fisik gedung
2. Sarana transfortasi
3. Sarana pelayanan dan penunjang pelayanan
4. Sarana penunjang administrasi dan sistem informasi
Tabel 3.3 Data sarana Kesehatan Yang ada di Puskesmas Lubuk Sikaping Tahun
2021
No Jenis Sarana Jumlah Ket
1 Puskesmas 1 -
2 Pustu 2 -
3 Polindes 7 -
4 Apotik 2 Swasta
5 Praktek Dr umum/gigi 10 Swasta
6 Praktek bidan 12 Swasta
9 Posyandu balita 42 -
10 Posyandu lansia 7 -
11 Posbindu 7 -
12 Puskel 0 -
13 Kendaraan Roda 2 12 -

3.2.2 Ketenagaan
Data ketenagaan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping
termasuk yang bertugas di Pustu/Poskesri/Polindes dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Lubuk Sikaping Tahun 2021

35
No Jenis Ketenagaan Jumlah Keterangan
1 Dokter umum 2 PNS
2 Dokter gigi 1 PNS
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 3 1 PNS, 2 kontrak
4 Perawat S1/ NERS 2 PNS
5 Perawat D III 4 PNS
9 Bidan D III 33 PNS,kontrak
10 Bidan D4 6 PNS
11 Sanitarian 2 PNS,kontrak
12 S1 Gizi 1 PNS
13 DIII Gizi 1 Kontrak
15 S1 Ekonomi 1 Kontrak
16 ATLM 2 PNS, Kontrak
17 Perawat Gigi 1 1 PNS
16 Sopir 1 PNS
17 K3 1 Kontrak
18 Satpam 1 PNS
19 Sukarela 6 -
Total 68

3.2.3 Upaya Kesehatan Masyarakat


Upaya Kesehatan Lansia
Setiap warga Negara Indonesia 60 tahun keatas mendapat pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar.
a. Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah
b. Deteksi diabetes dengan mengukur kadar gula darah
c. Deteksi kadar kolesterol dalam darah

Tabel 3.5 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Lubuk Sikaping

36
BAB 4
PEMBAHASAN

37
4.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan wawancara dengan


pemegang program, petugas yang menjalankan program dan analisis laporan
tahunan Puskesmas Lubuk Sikaping. Proses ini dilakukan dengan melihat data
sekunder berupa laporan standar pelayanan minimal (SPM) tahunan Puskesmas
Lubuk Sikaping tahun 2020 dan SPM bulan Januari sampai dengan Mei tahun
2022.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, terdapat beberapa masalah yang perlu


mendapat penyelesaian segera. Perlu dilakukan penentuan prioritas masalah yang
merupakan masalah terbesar dan terpenting yang mungkin untuk diselesaikan,
karena tidak semua permasalahan dalam program puskesmas dapat diselesaikan
sekaligus. Penentuan prioritas masalah menggunakan metode Hanlon.

4.2 Analisis Sebab Masalah


Rendahnya capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) penyakit tidak
menular (PTM) khususnya diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Sikaping akibat rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai DM, program
pencegahan, screening, dan pengobatan diabetes menyebabkan DM dipilih sebagai
prioritas masalah. Jumlah kasus DM yang terpantau di wilayah kerja Puskemas
Lubuk Sikaping terhitung selama Januari – Desember 2021 adalah sebanyak 80
orang, namun jumlah capaian SPM pelayanan kesehatan penderita DM masih
rendah, yaitu 55,5%.
.

38
4.3 Diagram Ishikawa

Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan dalam
diagram Ishikawa (diagram tulang ikan/fishbone) sebagai berikut.

Metode Manusia

Tingkat pengetahuan terkait


Kurangnya Pengetahuan DM masih rendah
masyarakat terkait
pemanfaatan TOGA untuk Tingkat kepatuhan minum
pengobatan obat masih rendah
Belum maksimalnya
Tingkat kesadaran
metode pencatatan yang
penderita untuk kontrol
komprehensif masih rendah

Pemanfaatan Kurangnya kepercayaan


media promosi Tidak ada tempat
masyarakat terhadap
belum optimal khusus untuk
evidence based medicine
pemberian
informasi

Material Lingkungan

Gambar 4. 1 Bagan Analisis Masalah Menggunakan Diagram Ishikawa

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah

1. Manusia
a. Kurangnya pengetahuan anggota prolanis penderita DM di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Sikaping dan penderita DM di Jorong Kampuang Lintang
mengenai definisi, faktor resiko, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan
komplikasi diabetes melitus.
b. Kurangnya peran aktif penderita DM dalam memeriksakan diri terutama
kontrol gula darah.

39
c. Rendahnya kesadaran penderita mengenai pentingnya mengkonsumsi obat
DM sehingga penderita DM cenderung hanya mengkonsumsi obat jika
terdapat gejala dan tidak mengkonsumsi obat secara rutin.
d. Kurangnya pengetahuan tentang manfaat penggunaan TOGA dalam
membantu menurunkan gula darah

Rencana:
 Melakukan observasi mengenai pengetahuan penderita terkait DM dan
dilanjutkan dengan penyuluhan pada penderita DM untuk mendukung
upaya pengendalian komplikasi DM, menjelaskan informasi mengenai
DM, seperti definisi, faktor resiko, pemeriksaan, diet, pengobatan, serta
komplikasinya dengan menggunakan leaflet edukasi.
 Edukasi pasien DM tentang pengobatan alternatif seperti penggunaan
TOGA sebagai pengobatan
Pelaksana :
 Petugas pemegang program pencegahan penyakit tidak menular, bidan
polindes, dan dokter internship di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Sikaping.
Sasaran:
 Masyarakat terutama nggota prolanis penderita DM di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Sikaping dan penderita DM di Jorong Kampuang
Lintang.
Target:

 Mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman penderita DM


mengenai penyakitnya dan memanfaatkan TOGA dalam membantu
menurunkan gula darah.

2. Lingkungan
a. Tidak ada tempat khusus dalam penyampaian informasi rutin yang dapat
mencakup seluruh penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping.
b. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap evidence based medicine

40
Rencana:
 Koordinasi dengan bidan Kampuang Lintang untuk mengadakan kegiatan di
polindes Kampuang Lintang dan koordinasi dengan pemegang program
prolanis untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan screening penderita DM
di Puskesmas Lubuk Sikaping.
Pelaksana:

 Petugas pemegang program pencegahan penyakit tidak menular, bidan


polindes, dan dokter internship di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping.
Sasaran:

 Masyarakat anggota prolanis penderita DM di wilayah kerja Puskesmas


Lubuk Sikaping dan penderita DM di Jorong Kampuang Lintang.

Target:

 Terkumpulnya semua penderita DM di tempat yang telah disediakan sehingga


penyuluhan dan pemantauan penderita DM dapat dilakukan secara aktif, yang
meliputi semua pasien DM anggota prolanis yang berada di Puskesmas
Lubuk Sikaping serta pasien DM di Jorong Kampuang Lintang.
 Pendataan dan pencatatan komprehensif anggota prolanis penderita DM dan
penderita DM di Jorong Kampuang Lintang dipantau secara aktif oleh
Puskesmas Lubuk Sikaping dan screening dilakukan secara maksimal.

3. Material
Kurangnya media promosi yang memuat informasi mengenai DM.

Rencana:

 Penyediaan media promosi mengenai DM melalui penempatan leaflet.

Pelaksana:

 Petugas pemegang program pencegahan penyakit tidak menular, bidan


polindes, dan dokter internship di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping.
Sasaran:

41
 Masyarakat anggota prolanis penderita DM di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Sikaping dan penderita DM di Jorong Kampuang Lintang.
Target:

 Tersebarnya poster/leaflet mengenai DM di wilayah kerja Puskesmas


Lubuk Sikaping.

4. Metode
Metode penyuluhan dan pencatatan yang komprehensif belum maksimal terutama
pada data dasar dan kontrol gula darah pada pasien DM yang terdapat di wilayah
kerja Puskemas Lubuk Sikaping.

Rencana:

 Menyediakan waktu khusus untuk pemeriksaan gula darah pada anggota


prolanis penderita DM dan pasien DM di Kampuang Lintang wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Sikaping.
 Menjelaskan tentang program preventif yang diadakan oleh puskesmas
yaitu senam sehat dan bugar setiap minggunya, sekaligus dilakukan
pengukuran tekanan darah dan edukasi hidup sehat.
 Menjelaskan mengenai tanggal pengingat untuk kontrol gula darah dan
pengambilan obat.
Pelaksana:

 Petugas pemegang program pencegahan penyakit tidak menular, bidan


polindes, dan dokter internship di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Sikaping.
Sasaran:

 Masyarakat anggota prolanis penderita DM di wilayah kerja Puskesmas


Lubuk Sikaping dan penderita DM di Jorong Kampuang Lintang.
Target:

 Menambah pengetahuan penderita DM mengenai definisi, faktor resiko,


pemeriksaan, diet, pengobatan, serta komplikasi DM.

42
BAB 5
RENCANGA KEGIATAN

5.1 Tahap Perencanaan


Jenis menggunakan rancangan kegiatan dengan Pre eksperiment yaitu
experiment yang memiliki perlakuan (treatments), pengukuran-pengukuran
(outcome measures) dan unit-unit (ekperimental units) namun tidak menggunakan
penepatan secara acak yaitu 7 orang yang mengalami hipertensi di Polindes
Kampung Lintang
5.1.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilakukan pada bulan Agustus 2022 dan dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Sikaping yaitu Polindes Kampung Lintang Kecamatan
Lubuk Sikaping
5.1.2 Sasaran
Sasaran pada penderita Diabetes Melitus yang berusia lebih dari 20 tahun,
Memiliki GDS≥ 200 mg/dl dan atau GDP≥126mg/dl dan tidak mengalami
komplikasi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping
5.1.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu gluco check, alcohol, lanset, dan
gelas. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kayu manis dan air mendidih.
5.1.4 Prosedur Kegiatan
Kegiatan yang digunakan yaitu : Lembar observasi untuk mencatat hasil
pengukuran gula darah yang dilakukan secara langsung pada responden dengan
menggunakan gluco check. Setiap penderita diabetes melitus akan di check glukosa
darah sebelum dan 2 jam sesudah meminum air kayu manis. Hasil pengukuran
gula darah akan dicatat pada lembar observasi, pengukuran gula darah sebelum
mengkonsumsi air kayu manis disebut sebagai hasil pre intervention dan hasil
pengukuran gula darah setelah mengkonsumsi air kayu manis sebagai hasil post-
intervention.

43
5.2 Hasil

No. Identitas Pre intervention


GDS GDP
1. Ny. E, 60 tahun 245
2. Ny. A, 54 tahun 209
3. Ny. D, 62 tahun 284
4. Ny. YS, 59 tahun 239
5. Ny. M, 59 tahun 227
6. Ny. PDP, 31 tahun 198
7. Tn. ZT, 36 tahun 128
8. Ny. W, 72 tahun 202
Rata-rata 234.3 163
Tabel 5.1 Hasil pemeriksaan sebelum pemberian air kayu manis

No. Identitas Pre intervention


GDS GDP
1. Ny. E, 60 tahun 202
2. Ny. A, 54 tahun 172
3. Ny. D, 62 tahun 228
4. Ny. YS, 59 tahun 176
5. Ny. M, 59 tahun 134
6. Ny. PDP, 31 tahun 179
7. Tn. ZT, 36 tahun 101
8. Ny. W, 72 tahun 178
Rata-rata 181.6 140
Tabel 5.2 Hasil pemeriksaan setelah 2 jam pemberian air kayu manis

Berdasarkan tabel diatas, terjadi penurunan rata-rata glukosa darah pasien


setelah dilakukan pemberian air rebusan kayu manis. Rata-rata GDS yang awalnya
234.3mg/dl turun menjadi 181.6 mg/dl, sementara GDP yang awalnya 163mg/dl
turun menjadi 140mg/dl.

5.3 Pengaruh Pemberian Kayu Manis terhadap Gula Darah


Tumbuhan kayu manis merupakan spesies dari genus Cinnamomum dengan
famili Lauraceae, berupa tumbuhan berkayu yang umumnya dikenal sebagai

44
rempah-rempah.29 Tumbuhan ini tersebar di Asia Tenggara, Cina dan Australia.
Terdapat sekitar 250 spesies yang termasuk genus Cinnamomum. Empat spesies
yang utama adalah Cinnamomum zeylanicum (C. verum: ‘True cinnamon’, Sri
Lanka atau Ceylon cinnamon), C. loureirii (Saigon atau Vietnamese cinnamon), C.
burmanni (Korintje atau Indonesian cinnamon) dan Cinnamomum aromaticum
19
(Cassia or Chinese cinnamon). Cinnamomum burmanii merupakan jenis kayu
manis yang berasal dari Indonesia. Dalam perdagangan Cinnamomum burmanii
diberi nama Padang Kaneel atau cassiavera eks. Padang. 30
Kulit kayu manis memiliki bau yang khas, banyak digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti penyedap rasa makanan atau kue. Kayumanis berbau wangi dan
berasa manis sehingga dapat dijadikan bahan pembuat sirup dan rasa pedas sebagai
penghangat tubuh. Kayu dari batang kayumanis dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti bahan bangunan, meubelair, dan kayu bakar.31
Komponen kimia terbesar pada kayumanis adalah alkohol sinamat, kumarin,
asam sinamat, sinamaldehid, antosinin dan minyak atsiri dengan kandungan gula,
protein, lemak sederhana, pektin dan lainnya. Hasil ekstraksi kulit batang
Cinnamomum burmanii mengandung senyawa antioksidan utama berupa polifenol
(tanin, flavonoid) dan minyak atsiri golongan fenol. Kandungan utama minyak
atsiri kayu manis adalah senyawa sinamaldehida dan eugenol. 32 Komponen mayor
minyak atsiri yang terkandung pada daun Cinnamomum burmanii adalah
transsinamaldehid (60,17%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Identifikasi
minyak atsiri batang C. burmannii dengan GC-MS dan LC-MS menemukan adanya
senyawa utama sinamaldehid dan beberapa polifenol terutama proanthocyanidin
dan epi-catechin.32 Chen et al menemukan diantara 4 spesies cinnamon yaitu C.
burmannii, C. verum, C. aromaticum, dan C. Loureiroi semua ekstraknya memiliki
manfaat kesehatan yang sama. Yang membedakannya C. burmannii memiliki rasa
yang tidak terlalu pahit seperti C. cassia and C. loureiroi. Tingkat kandungan
senyawa aktif pada tumbuhan bisa berubah tergantung metode yang digunakan
dalam proses ekstraksinya.33
Bandara et.al menyebutkan bahwa cinnamon memiliki kemampuan
antimikroba, antifungi, antivirus, antioksidan, antitumor, penurun tekanan darah,
kolesterol dan memiliki senyawa rendah lemak. Senyawa eugenol dan

45
sinamaldehid memiliki potensi sebagai antibakteri dan antibiofilm. Penelitian lain
menunjukkan ekstrak metanol kulit batang Cinnamomum burmannii Blume dengan
senyawa utamanya trans-cinnamaldehyde (TCA) yang memiliki kemampuan
menghambat proliferasi human NPC cell.32
Mekanisme aktifitas antidiabetes dari cinnamon masih diperdebatkan, namun
diduga aktifitas cinnamon berpebgaruh pada beberapa jalur sinyal insulin yaitu
pada reseptor insulin, glucose transporter 4 (GLUT 4), glucose transporter-1
(GLUT-1), glucagon-like peptide-1 (GLP-1), Peroxisomeproliferator activator
receptor (PPAR), aktifitas α glucosidase, pengaruh pada glukoneogenesis, dan
pengosongan lambung. 30
Pada gambar dibawah ditampilkan mekanisme molekul cinnamon
mempengaruhi aktifitas hipoglikemia.

Gambar 1. Mekanisme molekul cinnamon mendesak aktifitas hipoglikemia

46
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Ada
pengaruh pemberian air kayu manis terhadap penurunan gula darah pada penderita
diabetes di wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping di Jorong Polindes Kampung
Lintang

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan disarankan : bagi masyarakat Untuk


melakukan pengontrolan gula darah,mengatur pola makan, dan mengkonsumsi air
kayu manis untuk mencegah komplikasi dari penyakit diabetes melitus.

47
DAFTAR PUSTAKA

1. PERKENI. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia


2015. Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia; 2015
2. medscape: Khardori R. 2018. Type 2 Diabetes melitus. Medscape:
https://emedicine.medscape.com/article/117853-overview#a1
3. Satria, D., Yus, T.M., Rezeki, S. Effect of Regular Physical Excercise on Blood
Glucose Level and Its Relationship to Total Levels in Diabetic. 2013; 47(1). hlm
16-21. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
4. Sudoyo ,A. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus Tipe
2. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed V. 2009: 2328-35
5. Ahmad, J., Rudianda, S., Evi, S.,Karakterisik Minyak Atsiri Daun Kayu Manis.
2015; 2(2). Universitas Riau
6. Ravidan, P.N. Babu, K.N. Shylaja, M, editor. Cinnamon and Cassia The Genus
Cinnamomum, CRC Press; 2004. USA. hlm 185-198.
7. Foster DW, et al. Diabetes melitus. Dalam: Harrison Prinsip-prinsip ilmu
penyakit dalam. Asdie, A, editor. Volume 5. Jakarta : EGC, 2009; 2196
8. Diabetes mellitus history- from ancient to modern times.
9. Schwatrz SS, et al. The time is right for a new classication system for diabetes
rationale and implications of the B-cell-centric classication schema. Diabetes
Care. 2016; 39: 179- 86
10. Harding, Anne Helen et al. Dietary Fat and Risk of Clinic Type Diabetes.
American Journal of Epidemiology.2003;15(1);150-9.
11. Soltesz G, Patterson CC, Dahlquist G; EURODIAB Study Group (2007)
Worldwide childhood type 1 diabetes incidence--what can we learn from
epidemiology? Pediatr Diabetes 8 Suppl 6: 6-14.
12. American Diabetes Association. Classification and diagnosis of diabetes:
standards of medical care in diabetes. Diabetes Care 41, S13–S27 (2018).
13. Price, Sylvia Aderson. Pankreas: Metabolisme glukosa dan diabetes mellitus.
Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses/ Sylvia Anderson price, Lorraine Mc
Carty Wilson; alih bahasa, Brahm U. Pendit[et.al.]editor bahasa Indonesia Edisi
6. Jakarta;2014; hal.1259
14. Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III.
Edisi V. Jakarta : balai penerbit FKUI, 2009.
15. Nathan MN, Buse JB, Mayer BD, Ferrannini E, Holman RR, Sherwin R et al.
Medical management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes A consensus
Algorithm for the Initiation and Adjustment of Therapy. A consensus
statement of the American Diabetes Association and the European Association
for the Study of Diabetes. Diabetes Care2008; 31:1-11

48
16. Waspadji S. Komplikasi Diabetes: Mekanisme Terjadinya, Diagnosis, dan
Strategi Pengelolaan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Departemen
Ilmu Panyakit Dalam FKUI. Hal: 2.411-2.460. 2016
17. Anders, H. J., Huber, T. B., Isermann, B. & Schiffer, M. CKD in diabetes:
diabetic kidney disease versus nondiabetic kidney disease. Nat. Rev.
Nephrol. 14, 361–377 (2018)
18. eFloras. Missouri Botanical Garden St.Louis MO and Harvard University
Herbaria Cambridge,MA. Diunduh dari http://www.efloras.org
19. Versphol, Eugen J., Bauer, Katrin., Neddermann, Eckhard., 2005. Antidiabetic
Effect of Cinnamomum cassia and Cinnamomum zeylanikum In vivo and In
vitro. Phytoterapy Research, 19, 203-206.
20. Kamble, Shoba., Rhambhimaiah, S., 2013. Antidiabetec Effect of Aqueous
Extract of Cinnamomum cassia in Aloxan- Induced Diabetic Rats. Biomedical
and Pharmacology Journal, 6(1), 83-88.
21. Sangal, A. 2011. Role of Cinnamon as Beneficial Antidiabetic Food Adjunct :a
review. Pelagia Research Library, 2(4), 440-450.
22. Daswir. 2011. Profil Tanaman Kayumanis di Indonesia (Cinnamomum spp.).
Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
23. Gaber E. El-Desoky., M Aboul-Soud, Mourad A., Al-Numair, Khalid S. 2012.
Antidiabetic and hypolipidemic effects of Ceylon Cinnamon (Cinnamomum
verum) in alloxan diabetic rats. Journal of Medical Plants Research. Journal of
Medicinal Plants Research, 6(9), 1685-1691.
24. Lakhsmi, Baddireddi Subadra., Sujatha, [et al]. 2009. Cinnamic Acid, From The
Bark of Cinnamomum cassia, Regulates Glucose Transport via Activation of
GLUT4 and L6 Myotube in a Phosphatidilinositol 3-kinaseindependent manner.
Journal of Diabetes, 1, 99
25. Lukman, Malisa. 2011 . Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)
terhadap Kadar TG, LDL, Kolesterol Tikus Model Diabetes Melitus Tipe 1 yang
Diinduksi Aloksan. Malang: Universitas Islam Malang.
26. Sangal, A. 2011. Role of Cinnamon as Beneficial Antidiabetic Food Adjunct :a
review. Pelagia Research Library, 2(4), 440-450.
27. Dugoua, Jean-Jacques., Seely, Dugald., Perri, Dan., Cooley Kieran., Forelly,
Tarin., Mills, Edward., Koren, Gideon. 2012. From Type II Diabetes to
Antioxidant Antivity: A Systematic Review of The Safety and Efficacy of
Common and cassia Cinnamon Bark. Canadian Journal of Physiology and
Pharmacology, 85, 837-847
28. Yang, Cheng-Hong., Li, Rong-Xian., Chuang, Li-Yeh. 2012. Antioxidant
Activity of Various Parts of Cinnamomum cassia Extracted with Different
Extraction Methods. Molecules Journal, 17, 7294-7304
29. Yulianis dkk. 2011. Penetapan Kadar Kumarin dari Kulit Manis (Cinnamomum burmanii Bl.)
dengan Metoda Kromatografi Gas. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 16, No.2, 2011,
halaman 203-208
30. Bandara T et al. 2011. Bioactivity of Cinnamon with Special Emphasis on
Diabetes Mellitus: A review. International Journal of Food Sciences and
Nutrition, 2011; Early Online: 1–7
49
31. Andianto. 2011. Pohon Berkhasiat Obat dan Keberadaannya. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.
Departemen Kehutanan RI.
32. Ferry Y. 2013. Prospek Pengembangan Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii
L) di Indonesia. SIRINOV, Vol 1, No 1, April 2013 ( Hal : 11 – 20)
33. Ervina M dkk. 2016. Comparison of In Vitro Antioxidant Activity of Infusion,
Extract and Fractions of Indonesian Cinnamon (Cinnamomum Burmannii) Bark.
International Food Research Journal 23(3): 1346-1350

50

Anda mungkin juga menyukai