Anda di halaman 1dari 7

Naskah cerpen proyek literasi SMAN 1 GONDANG

HARAP
DI UJUNG
ASA

Cerpen Karya : Syavira Roudhotul Jannah X MIPA 3


Pagi itu langit begitu kelabu, menampilkan langit yang nampak keruh. Hari itu, salah
satu rumah sakit yang ada di kota Bandung nampak ramai, membuat dokter dan suster di
sana terlihat berlalu lalang. Semua itu dikarenakan, adanya sebuah musibah yang melanda
tempat yang tidak jauh dari posisi rumah sakit itu. Gempa bumi dengan skala yang cukup
besar, melanda salah satu kampung di Kota Bandung. Mengakibatkan banyak korban
berjatuhan, tangisan memilukan terdengar dari segala penjuru di rumah sakit itu. Di sana
banyak doa dan harapan yang tengah di panjatkan, mengalahkan doa orang-orang yang
berada di dalam masjid atau gereja.

Sekar Dwi Adinata, seorang gadis lugu yang juga menjadi salah satu korban, dalam
bencana alam tersebut. Gadis yang dikenal dengan sifat cerianya, kini bahkan tidak
sanggup untuk mengeluarkan sebuah suara. Takdir membawanya kepada sebuah
kehampaan tak bermakna, ia harus menerima kenyataan, bahwa seluruh keluarganya
dinyatakan meninggal dunia, akibat bencana. Dalam hatinya, ia mengutuk takdir yang telah
digariskan untuknya, semua seolah tidak adil untuk dirinya.

Sekar termasuk dalam jajaran korban, yang mengalami luka cukup parah. Sekar
mengalami benturan keras di kepalanya, membuat ia harus mendapatkan luka yang
menyakitkan disana. Namun, tidak hanya luka fisik yang ia dapatkan, mentalnya juga ikut
terguncang, menurut sisi psikologis, sekarang sekar juga terluka mentalnya. Dia di doktrin
oleh dokter disana, positif mengalami Skizofrenia, sebuah gangguan mental serius yang
membuat seseorang mengalami distorsi realitas. Para penderita Skizofrenia dapat
mengalami halusinasi atau delusi, yang akan membuatnya sulit membedakan mana
kenyataan, mana yang bukan.

Di waktu yang bersamaan, ada seorang dokter yang masuk kedalam kamar rawat
Sekar. Seorang dokter perempuan, yang nampak sangat cantik di mata orang-orang.
“Selamat pagi Sekar, hari ini saya izin memeriksa kondisi kamu ya.” Ucap dokter
yang bername tage Sophie. Sekar hanya diam, tidak menanggapi dokter Sophie, yang kini
tengah memeriksanya. Dokter Sophie tahu, bahwa Sekar adalah tipe pasien yang sulit
diajak berkomunikasi, tapi ia tidak menyerah, ia tetap memperlihatkan sikap ramah pada
Sekar.
“Nah Sekar, syukurlah kini luka-lukamu sudah hampir sembuh. Sebentar lagi, kamu
tidak akan mengalami sakit lagi di bagian kepalamu. Oh iya, saya hampir lupa, ini ada
sedikit cemilan manis dari saya untuk kamu. Cepat sembuh ya cantik, besok saya akan
datang kesini lagi untuk memeriksamu kembali, selamat beristirahat.” Ucap dokter Sophie,
lengkap dengan senyuman manis yang terpatri di wajahnya.

Lain halnya dengan Sekar, gadis itu tetap bertahan dengan keterdiamannya. Dokter
Sophie yang tak kunjung mendapat respon dari Sekar hanya menghela nafas, ia tersenyum
kecil dan kemudian menaruh bungkusan kecil berisi cemilan manis di meja samping
brankar. Kemudian, ia pun segera pergi meninggalkan kamar Sekar.

Sophie Amatheia, seorang dokter perempuan yang cantik dan baik tindak
tanduknya. Dia adalah salah satu dokter, yang paling di sukai pasien di rumah sakit tempat
ia bekerja karena kelembutannya dalam merawat pasiennya.

Keesokan paginya, dokter Sophie kembali datang menemui Sekar. Dia datang
dengan terburu-buru, karena mendapat laporan dari salah satu suster yang menjaga Sekar,
bahwa sekarang Sekar tengah memberontak ingin lompat dari balkon kamarnya, sambil
terus memanggil ibunya. Dia tengah berhalusinasi, bahwa ibunya ada di depan balkon
kamarnya dan datang menjemput sekar.

“LEPASKAN AKU!! AKU HANYA INGIN BERTEMU IBUKU, IBU IBU JANGAN
TINGGALIN SEKAR BU!! IBU, MEREKA SEMUA JAHAT BU, SEKAR MAU IKUT IBU.” Teriak
Sekar sambil terus memberontak, mencoba melepaskan cekalan beberapa suster yang
menahannya.
“LEPASKAN AKU! DISANA ADA IBUKU, IBU IBU IBUU..” Teriak Sekar kembali.

Dokter Sophie akhirnya sampai, di kamar rawat Sekar. Ia dengan sigap, meminta
salah satu dokter laki-laki yang tadi pergi bersamanya, untuk menarik Sekar dan
membawanya kembali ke brankar. Pada akhirnya, Sekar berhasil ditenangkan dan dibawa
kembali ke atas brankarnya, dokter laki-laki yang bername tage Daniel pun segera
meminta para suster yang tadi mencoba membantu, untuk kembali ke tempat kerja
masing-masing. Tersisalah sekarang dokter Sophie, dokter Daniel dan sekar dalam ruangan
itu. Dokter Sophie kemudian berjalan mendekati Sekar, memeluk hangat gadis itu,
mencoba menenangkannya dengan bisikan-bisikan kalimat penenang di telinga Sekar.
“Sekar tenang yaa, semua pasti akan baik-baik saja.” Ucap dokter Sophie.
Selanjutnya dokter Danial juga mendekat, ia perlahan mengelus surai Sekar mencoba
memahami apa yang gadis itu rasakan.

Daniel Gracian Lucretius, seorang dokter laki-laki yang menjadi incaran para
mertua, karena profesinya dan ketampanan wajahnya. Sikapnya yang tegas menambah
karisma tersendiri bagi dirinya, tidak lupa ia menjadi incaran para wanita karena
keharumannya, harum uang.

“Dokter Sophie, gadis ini sepertinya sangat terguncang mentalnya, dia


membutuhkan seseorang yang bisa menemaninya agar kejadian seperti tadi tidak terulang.
Saya heran dimana anggota keluarganya, apakah mereka tidak mau menemani gadis ini?”
Ujar dokter Daniel.
“Seluruh anggota keluarganya dinyatakan meninggal, bisa dikatakan bahwa gadis ini
adalah gadis sebatang kara. Anda benar, memang gadis ini sangat membutuhkan seseorang
yang dapat menemaninya dan saya sudah mengambil keputusan bahwa saya yang akan
merawat dan menemani gadis ini.” Ucap dokter Sophie sambil mengelus surai Sekar, yang
saat ini tengah tertidur di pelukannya. Dokter Daniel mengerti, kenapa dokter Sophie
berani mengambil keputusan itu, semua itu di karenakan kisah hidup mereka berdua yang
sama-sama ditinggal pergi oleh keluarga mereka.

Hari demi hari berlalu, Sekar sudah mulai bisa untuk bersifat tenang. Walau
terkadang, ia masih saja sulit untuk membedakan mana kenyatan dan mana yang bukan.
Dokter Sophie dan dokter Daniel, adalah orang yang berperan besar dalam perawatan
Sekar. Mereka berdua, benar-benar membimbing sekar hingga sekarang, Sekar sudah mulai
mampu menerima takdir yang di gariskan tuhan. Perlahan, Sekar sudah bisa dikatakan
sembuh dari lukanya, baik luka fisik maupun mental. Dia bahkan sudah mau berinteraksi
dengan orang lain, terutama dokter Sophie dan dokter Daniel.

Sore ini, dokter Sophie dan dokter Daniel, mengajak Sekar untuk berjalan-jalan di
taman rumah sakit. Dokter Daniel yang mendorong kursi roda Sekar, sesekali mengajak
gadis itu untuk membicarakan tentang ilmu yang berhubungan dengan tata surya, karena
Sekar menyukai topik itu.
“Sekar, menurut kamu siapa yang lebih indah antara bulan dan bintang?” Tanya
dokter Daniel.
“Keduanya sama-sama indah, namun saya lebih menyukai bintang karena bintang
mampu bersinar dengan cahayanya sendiri tanpa bantuan planet yang lain. Seperti dokter
Daniel dan dokter Sophie, kalian adalah bintang terindah di hidup Sekar, seandainya tuhan
tidak mengirimkan kalian untuk membimbing Sekar, mungkin hari ini Sekar masih teriak-
teriak seperti orang gila. Kalau kalian tidak datang ke hidup Sekar, mungkin sampai
sekarang Sekar masih akan menjadi orang naif, yang menyalahkan tuhan atas segala
kemalangan yang terjadi di hidup Sekar.” Jawab Sekar, sambil menatap langit senja yang
nampak indah di pandangan Sekar.

Dokter Sophie terenyuh, mendengar jawaban dari Sekar. Air matanya mulai
mengalir perlahan, membasahi pipinya. Begitu pula dokter Daniel, ia menengadahkan
kepalanya ke atas menghalau air matanya, yang ingin meluncur bebas dari kedua matanya.
Dalam hati mereka berdua, banyak harapan dan doa yang terucap untuk Sekar. Mereka
berdua berharap, agar setelah ini Sekar mampu mendapatkan kebahagiaan yang memang
telah di siapkan tuhan untuk Sekar.
“Dokter Sophie, terima kasih ya sudah merawat Sekar, hingga sekarang Sekar sudah
ga merasa sakit lagi di kepala maupun batin Sekar, dan juga terima kasih ya dokter Daniel,
karena dokter udah mau membimbing Sekar untuk kembali ke jalan yang benar, terima
kasih udah bantu Sekar untuk memahami bahwa apa yang terjadi di hidup Sekar, adalah
cara tuhan untuk menjadikan Sekar sebagai gadis yang kuat, terima kasih juga karena udah
mau ngajarin Sekar tentang dunia luar angkasa, jujur Sekar sangat suka saat dokter Daniel
menemui Sekar sambil membawa bertumpuk-tumpuk buku tentang ilmu falak. Demi tuhan
Sekar bahagia, karena tuhan sudah mempertemukan Sekar dengan malaikat tak bersayap
seperti kalian berdua. Terima kasih ya, sudah mau menemani Sekar semoga tuhan yang
maha esa membalas semua perbuatan baik kalian.” Ucap Sekar tulus, sambil menatap
dokter Sophie dan dokter Daniel bergantian.
Tanpa babibu lagi, dokter Sophie segera memeluk Sekar. Ia menangis di bahu Sekar,
ia tersentuh dengan ucapan Sekar. Tidak jauh berbeda dengan dokter Sophie, dokter Daniel
juga tengah menangis. Kakinya seolah tidak kuat menahan beban berat tubuhnya, ia jatuh
berlutut di samping kursi roda Sekar.
“Jangan menangis! Sekar tidak suka melihat tangisan!” Ucap Sekar
“Sekar gadis hebat, terima kasih juga ya sudah mau jadi pasien dokter, terima kasih
Sekar sudah mau berjuang untuk kesembuhan Sekar. Dokter selalu berdoa yang terbaik
untuk Sekar, bagi dokter Sekar bukan hanya sekedar pasien tapi juga anak perempuan
dokter. Sekar harus percaya bahwa, akan ada banyak kebahagiaan yang menanti sekar di
ujung jalan sana, kebahagiaan yang akan membuat kamu tenggelam di dalamnya.” Ucap
dokter Sophie tulus untuk sekar.
“Sekar harus berjanji pada dokter, bahwa suatu saat nanti Sekar harus jadi orang
yang akan mengajarkan kepada dunia tentang ilmu tata surya seperti yang dokter ajarkan.
Doa yang terbaik, selalu dokter haturkan untukmu sayang.” Ujar dokter Daniel sambil
mengelus sayang surai sekar.
Taman rumah sakit dan semilir angin sore itu, menjadi saksi dimana Sekar
menerima ketulusan dari dua orang yang sangat berjasa, bagi kelangsungan hidupnya. Dia
bersyukur, karena tuhan mengabulkan harapannya di ujung asanya, yakni bertemu dengan
orang yang tulus menyayangi Sekar seperti keluarganya yang telah berpulang kesamping
tuhan yang maha esa.
AMANAT :
“Tuhan adalah penulis skenario terhebat, dia sudah menetapkan takdir untuk
makhluknya bahkan jauh sebelum makhluknya memiliki ruh. Kita dalam
menjalani hidup, harus tetap optimis, tidak gampang putus asa. Karena, di
balik musibah yang menimpa, pasti ada kebahagiaan yang menanti kita di
sana. Setiap takdir yang memang sudah tuhan tuliskan, pastilah memiliki
alasan.
BIODATA PENULIS :
Syavira Roudhotul Jannah, seorang gadis yang lahir pada 05 Juli 2007 pada pukul
00:01. Dia adalah gadis yang kata gurunya sangat pendiam di kelas, padahal
kenyataannya tidak. Dia, adalah siswi di SMAN 1 GONDANG, masuk ke kelas MIPA
padahal otaknya di IPS. Sempat kepikiran untuk pindah ke jurusan BAHASA, tapi dia
ingat kapasitas otaknya tidak bisa memuat lebih dari 100 mb. Harapan yang besar,
ia tumpahkan pada cerpen ini, ia berharap melalui cerpen ini orang-orang akan
mengetahui bahwa dia bisa pintar biarpun sedikit.

Anda mungkin juga menyukai