Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA SISTEM

MUSKULOSKELETAL, INTEGUMEN, PERSEPSI SENSORI DAN


PERSYARAFAN

CASE STUDY
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa
Sistem Muskuloskeletal, Integumen, Persepsi Sensori dan Persyarafan.

Dosen: Maulidya Septiany, S. Kep., Ns., M. Kep.


Disusun Oleh:
Kelompok 4

1. Aditya Restu Prayoga 2110913210001


2. Anggi Noordwi Apriati 2110913320018
3. Jannatul Rahmah 2110913220024
4. Muhammad Kahfi Ridhany 2110913310015
5. Mutiara Eka Putri 2110913220003
6. Rahmidawati 2110913120020
7. Nabila Rasyidah Fitriyana 2110913220011
8. Nadhea Puteri Rieskita 2110913220015
9. Nafa Puspita Rani 2110913220009
10. Prio Yoga Pratama 2110913310006

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Banjarbaru, 17 September 2023

Mengetahui
Dosen

Maulidya Septiany, S. Kep., Ns., M. Kep.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas case study yang berjudul
“Studi Kasus Pasien Post Operasi Fraktur Tn. A dengan Hambatan Mobilitas Fisik
di Ruang Edelweis RSUD Dr. R” ini tepat pada waktunya. Selawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw. Dimana
beliau adalah sosok yang membawa kita pada zaman yang terang benderang ini.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar, anggota


kelompok, dan semua pihak yang mendukung pengerjaan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan dan terima dengan senang hati demi
kesempurnaan makalah yang akan kami buat selanjutnya.

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ⅱ


KATA PENGANTAR ................................................................................... ⅲ
DAFTAR ISI .................................................................................................. ⅳ
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2
A. Konsep Fraktur ........................................................................................... 2
B. Pathway Fraktur ......................................................................................... 3
BAB III KASUS ............................................................................................ 4
A. Pengkajian Keperawatan Dewasa ............................................................... 5
B. Analisa Data ............................................................................................... 15
C. Prioritas Masalah ......................................................................................... 16
D. Rencana Keperawatan ................................................................................. 17
E. Tindakan Keperawatan dan Catatan Perkembangan ................................... 20
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 24
Kesimpulan ..................................................................................................... 24
Saran ................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25

iv
BAB I
PENDAHULUAN
Lamanya proses penyembuhan setelah mendapatkan penanganan dengan
cara operasi maka bagi pasien post operasi fraktur selalu mengalami permasalahan
keterbatasan gerak. Keterbatasan gerak tersebut menimbulkan kelemahan otot dan
vascular yang akibatnya adalah memperparah hambatan mobilisasi. Kelemahan
otot terjadi karena ekstremitas tidak pernah digerakkan sehingga mendorong
terhadap berhentinya suplai makanan pada otot sehingga berkurangnya masa otot,
kondisi inilah yang bisa menyebabkan kelemahan otot. Intervensi mandiri yang
bisa dilakukan perawat antara lain mengkaji tingkat mobilisasi yang disebabkan
oleh edema dan persepsi, dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi, anjurkan
pasien untuk melakukan latihan aktif dan pasif dan berikan support kepada pasien.
Intervensi kolaborasi yang bisa dilakukan antara lain pemeriksaan laboratorium,
pemberian obat, pemberian gizi yang seimbang dan kolaborasi dengan fisioterapi.
(Hidayat et al. 2021)
Penatalaksanaan fraktur bisa dengan reduksi, mobilisasi, graft tulang,
rehabilitasi sampai dengan amputasi jika anggota tubuh tersebut tidak bisa
diselamatkan. Intervensi mandiri yang bisa dilakukan tenaga kesehatan untuk
menangani masalah keperawatan diantaranya kaji tingkat kemampuan pasien, kaji
tingkat imobilisasi, yang disebabkan oleh edema, dorong partisipasi dalam
aktivitas rekreasi, anjurkan kepada pasien untuk melakukan mobilisasi. Intervensi
kolaborasi yang bisa dilakukan dengan tenaga kesehatan lain diantaranya
pemberian obat, pemberian gizi seimbang dan kolaborasi dengan fisioterapis
untuk penanganan traksi yang boleh digerakkan dan tidak boleh digerakkan.
Penampilan fraktur dapat bervariasi, tetapi untuk alasan praktis, dibagi menjadi
beberapa kelompok diantaranya berdasarkan sifat, berdasarkan komplit atau
ketidak komplitan fraktur, berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya
dengan mekanisme trauma, berdasarkan jumlah garis patah, berdasarkan
pergeseran fragmen tulang, berdasarkan tekanan yang berulang, dan berdasarkan
patologis atau penyakit yang diderita. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal
dengan memperhatikan atau menginspeksi daerah fraktur, palpasi daerah fraktur
dan mengkaji lingkup gerak. (Hidayat et al. 2021)

1
PENGERTIAN KONSEP PENYAKIT PATOFISIOLOGI

Fraktur adalah terputusnya jaringan tulang baik komplit FRAKTUR Fraktur terjadi ketika tulang mengalami tekanan atau trauma
maupun tidak terdiri dari beberapa tipe dan keparahan. yang melebihi batas kemampuan tulang untuk menahan beban
Fraktur terjadi ketika tulang mendapatkan tekanan yang tersebut. Fraktur dapat terjadi pada berbagai jenis tulang dan
sangat besar melebihi kemampuan tulang tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otot dan
(Rahmi, 2019). neurovaskular yang signifikan. Pada fraktur terbuka, terdapat
risiko terjadinya infeksi pada luka karena kontaminan dan
KLASIFIKASI bahan asing dapat masuk ke dalam korteks intramuskular dan
tulang.
1. Fraktur Terbuka : fraktur dengan luka terbuka ETIOLOGI
dimana tulang menonjol keluar melalui luka tersebut
2. Fraktur Tertutup : fraktur dimana kulit tidak a. Trauma PEMERIKSAAN PENUNJANG
ditembus oleh fragment tulang, sehingga tempat b. Trauma tidak langsung
c. Etiologi lain : Trauma tenaga fisik, 1. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur
fraktur tidak tercemar oleh lingkungan
penyakit pada tulang/keadaan, trauma
3. Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh
degenerasi spontan, gerakan pintir 2. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan
garis tengah tulang dan biasanya mengalami
mendadak, kontraksi otot ekstrim. fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
pergeseran dari posisi normal.
kerusakan jaringan lunak.
4. Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang FAKTOR RISIKO 4. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat
(Rahmi, 2019)
(hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan sel darah putih
Pertambahan usia, jenis kelamin,
adalah respon stress normal setelah trauma).
kondisi medis, kebiasaan merokok,
MANIFESTASI KLINIS 5. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
kekurangan nutrisi, merokok, dan
klien ginjal.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi konsumsi alkohol.
fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema. PENCEGAHAN
PENATALAKSANAAN
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang
yang patah.  Meningkatkan asupan kalsium dan vitamin D melalui
Imobilisasi, reduksi tertutup,
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena makanan atau suplemen.
pembedahan, terapi fisik, obat-obatan,  Melakukan latihan fisik secara teratur
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
dan pemeriksaan penunjang  Menghindari merokok dan konsumsi alkohol berlebihan.
tempat fraktur.
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan  Menjaga berat badan yang sehat.
lainnya. KOMPLIKASI  Menggunakan alat pengaman saat berada di tempat yang
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit berisiko
Infeksi, gangguan 2 penyembuhan
(Kriestana, 2020).  Menciptakan lingkungan yang aman di rumah
tulang, kerusakan saraf, sindrom
kompartemen, tromboemboli, cedera
organ.
Pathway

Trauma

Fraktur

Putusnya kontinuitas Perubahan pada fragmen tulang


jaringan Kerusakan pada jaringan
pembuluh darah

Pegeseran fragmen
tulang Perdarahan lokal

Hematoma pada daerah fraktur


Rangsangan reseptor
media spinalis
Kerusakan neuromaskuler

Nyeri Akut Gangguan fungsi organ

Hambatan Mobilitas Fisik

3
BAB III
KASUS
Pengkajian dilakukan tanggal 28 Desember 2020 di Ruang Edelweis
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dan didapatkan data yang
diperoleh diantaranya nama pasien Tn. A berumur 51 tahun berjenis kelamin laki
laki, sudah menikah, penanggung jawab Ny. N selaku istri. Riwayat kesehatan
pasien masuk rumah sakit tanggal 26 Desember 2020 dikarenakan terjatuh dari
pohon kelapa saat bekerja sebagai petani gula. Tn. A merupakan pasien post
operasi fraktur. Tn. A mengeluhkan tangan kanan tidak bisa digerakkan disertai
nyeri dan perubahan bentuk, pasien mengatakan tidak ada penyakit terdahulu dan
penyakit turunan. Dari hasil observasi diperoleh data vital sign TD 145/90 mmhg,
suhu 36C, nadi 85x/menit dan pernafasan 20x/menit. Didapatkan data yaitu nyeri
dengan skala 7 di bagian pergelangan tangan. Pada pemeriksaan kekuatan otot
didapatkan skala kekuatan otot ekstremitas kanan atas dua, ekstremitas kiri atas
lima, ekstremitas kanan bawah lima dan ekstremitas kiri bawah lima.
Menurut pola gordon pasien rrdidapatkan data pada pola aktivitas dan
latihan selama sakit kemampuan perawatan diri: mandi, toileting, berpakaian,
makan dan minum dibantu oleh keluarga. Pada pola aktivitas dan latihan selama
sakit kemampuan perawatan diri semua dibantu oleh keluarga. Data penunjang
tanggal 26 Desember 2020 didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium dengan
hasil pemeriksaan kalsium dengan hasil 7,5 mg/dl yang artinya kurang dari
rentang normal 9-12 mg/dl. Kemudian pemeriksaan rontgen didapatkan adanya
gambaran berbentuk oblique displaced di radius 1/3 distal dan juga mengalami
deformitas. Pada kasus Tn. A mengalami deformitas yang nyata dilihat melalui
pemeriksaan rontgen. Kemudian terapi yang diberikan yaitu asering 500ml,
injeksi ketorolac, injeksi ranitidine, calcium lactate via oral dan paracetamol.

4
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tanggal Praktik/Minggu Ke :
Tempat Praktik :
Tanggal/jam pengkajian :
Tanggal/jam MRS :
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Tidak terkaji
Pendidikan Terakhir : Tidak terkaji
Suku : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Petani gula
No. Rekam Medik : Tidak diketahui
Diagnosis : Fraktur
Keadaan Umum : Hasil pemeriksaan tanda tanda vital TD 145/90 mmhg, suhu 36C, nadi
85x/menit dan pernafasan 20x/menit.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tangan kanan tidak bisa digerakkan disertai nyeri dan
perubahan bentuk. Tn. A mengalami deformitas yang nyata dilihat melalui pemeriksaan
rontgen. Pada pemeriksaan kekuatan otot didapatkan skala kekuatan otot ekstremitas
kanan atas dua, ekstremitas kiri atas lima, ekstremitas kanan bawah lima dan ekstremitas
kiri bawah lima.

Keluhan Utama : Tn. A mengeluhkan tangan kanan tidak bisa digerakkan disertai nyeri di

5
pergelangan tangan dengan skala 7 dan terdapat perubahan bentuk.

1. Pola Persepsi Kesehatan dan Penanganan Kesehatan


Alasan masuk rumah sakit:
a) Riwayat penyakit sekarang: Tn. A mengalami fraktur dan mengeluhkan tangan kanan
tidak bisa digerakkan disertai nyeri dan perubahan bentuk
b) Riwayat penyakit dahulu: Tidak ada
c) Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada
Riwayat medik dan sosial Riwayat pengobatan
 Kecelakaan : Terjatuh dari pohon kelapa  Sebelumnya : Tidak ada
pada tanggal 26 Desember 2020  Saat ini : Pemberian terapi asering
 Dirawat : 26 Desember 2020 500ml, injeksi ketorolac, injeksi
 Operasi : Post operasi fraktur ranitidine, calcium lactate via oral dan
 Alergi : Tidak terkaji paracetamol
 Penyakit : Tidak ada  Persepsi klien tentang kesehatan : Tidak
 Lain-lain : Tidak terkaji terkaji

Diagnosis Keperawatan: -
2. Pola Nutrisi – Metabolik
Intake nutrisi sebelum sakit Intake nutrisi saat sakit
 Makanan  Makanan
Tidak terkaji Tidak terkaji
 Minuman  Minuman
Tidak terkaji Tidak terkaji

 Nafsu makan  Nafsu makan


Tidak terkaji Tidak terkaji

6
 Muntah  Muntah
Tidak ada Tidak ada

 Keluhan/ masalah yang memengaruhi  Keluhan/ masalah yang memengaruhi


asupan nutrisi: asupan nutrisi: Tidak ada
Tidak ada
 Keadaan kulit, rambut dan kuku
Tidak terkaji

BB : kg TB : cm Suhu :36 °C

IMT: : = Tidak terkaji

 Kelembaban kulit: Tidak terkaji


Warna kulit: Tidak terkaji
Turgor: Tidak terkaji
 Kondisi kulit: Tidak terkaji
 Kuku: Tidak terkaji
 Rambut dan kepala: Tidak terkaji
 Kelenjar tiroid : Tidak terkaji
 JVP : Tidak terkaji
 Kaku kuduk : Tidak terkaji
 Mukosa bibir : Tidak terkaji
 Kebersihan mulut : Tidak terkaji
 Gigi : Tidak terkaji
 Penggunaan NGT : Tidak ada
 Terapi intravena / parenteral: Terapi asering 500ml, injeksi ketorolac, injeksi ranitidine,
 Lain-lain: Tidak terkaji

Diagnosis Keperawatan: -
3. Pola Eliminasi
 Tanggal defekasi terakhir: Tidak terkaji
Frekuensi defekasi: Tidak terkaji

7
Konsistensi: Tidak terkaji
Warna: Tidak terkaji
 Masalah defekasi : Tidak terkaji
 Penggunaan alat bantu (laksatif/ pispot) : Tidak terkaji
 Bising usus : Tidak terkaji
 Struktur abdomen : Tidak terkaji
I : Tidak terkaji
A : Tidak terkaji
Pe : Tidak terkaji
Pa : Tidak terkaji
 Distensi: Tidak terkaji
 Nyeri tekan : Tidak terkaji
 Lain-lain : Tidak terkaji
 Frekuensi berkemih : Tidak terkaji
Jumlah: Tidak terkaji
Warna : Tidak terkaji
 Penggunaan alat bantu berkemih : Tidak terkaji
 Keluhan /masalah berkemih : Tidak terkaji
 Sakit pinggang : Tidak terkaji
 Palpasi ginjal : Tidak terkaji
 Perkusi ginjal : Tidak terkaji
 Kondisi blast : Tidak terkaji
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan : -

4. Pola Aktivitas - Latihan


Kemampuan perawatan diri:
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi ✔️ - - - - - - ✔️ - -

Berpakaian/ berdan dan ✔️ - - - - - - ✔️ - -

8
Eliminasi/ toileting ✔️ - - - - - - ✔️ - -

Makan ✔️ - - - - - - ✔️ - -
Mobilitas di tempat
✔️ - - - - - - ✔️ - -
tidur
Berpindah ✔️ - - - - - - ✔️ - -

Berjalan ✔️ - - - - - - ✔️ -

Naik tangga ✔️ - - - - - - ✔️ - -

Berbelanja ✔️ - - - - - - ✔️ - -

Memasak ✔️ - - - - - - ✔️ - -

Pemeliharaan rumah ✔️ - - - - - - ✔️ - -

Skor:
0 = mandiri
1 = alat bantu 3 = dibantu orang lain & alat
2 = dibantu orang lain 4 = tergantung/ tidak mampu

Kebersihan diri:
Di rumah
 Mandi : Tidak terkaji  /hr

 Gosok gigi : Tidak terkaji  /hr

 Keramas : Tidak terkaji  /mgg

 Potong kuku : Tidak terkaji  /mgg

Di rumah sakit

9
 Mandi : Tidak terkaji  /hr

 Gosok gigi : Tidak terkaji  /hr

 Keramas : Tidak terkaji  /mgg

 Potong kuku : Tidak terkaji  /mgg

Pernapasan
 Frekuensi napas: 20 x/ menit
Irama: Tidak terkaji
 SpO2: Tidak terkaji
 Bunyi napas: Tidak terkaji
 Riwayat merokok: Tidak terkaji
 Riwayat asma/ bronchitis/ emfisema : Tidak ada
 Riwayat penyakit paru dalam keluarga : Tidak ada
 Batuk : Tidak ada
 Penggunaan otot bantu napas : Tidak ada
 Suara napas tambahan : Tidak ada
 Adanya sputum : Tidak ada
 Lain-lain : Pemeriksaan dada (Pernafasan)
 I : Tidak terkaji
 P : Tidak terkaji
 P : Tidak terkaji
 A : Tidak terkaji

Sirkulasi

10
 Frekuensi nadi : 85 x/ menit
Irama : Tidak terkaji
TD : 145/90 mmHg
 Pemeriksaan dada (Jantung)
 I : Tidak terkaji
 P : Tidak terkaji
 A : Tidak terkaji
 Nyeri dada : Tidak terkaji
 Capillary refill : Tidak terkaji
 Edema : Tidak terkaji
 Palpitasi : Tidak terkaji
 Suhu ekstrimitas : Tidak terkaji
 Riwayat penyakit jantung dalam keluarga : Tidak terkaji
Mobilitas
 Pola latihan yang biasa dilakukan : Tidak terkaji
 Aktivitas di waktu luang : Tidak terkaji
 Sejak sakit : Aktivitas dibantu oleh keluarga
 Rentang gerak : Tangan kanan tidak dapat digerakkan
 Skala kekuatan otot :
Ekstremitas kanan atas; 2
Ekstremitas kiri atas: 5
Ekstremitas kanan bawah: 5
Ekstremitas kiri bawah: 5

 Keseimbangan dan cara jalan : Tidak terkaji


Bentuk tulang belakang : Tidak terkaji
 Genggaman tangan/ refleks : Tidak terkaji
 Penggunaan tongkat/ walker/ prostese : Tidak terkaji

11
 Persendian: Tidak terkaji
Nyeri : Pada pergelangan tangan kanan
Edema : Tidak terkaji
Kekakuan : Tidak terkaji
Deformitas : Oblique displaced di radius 1/3 distal
 Lain-lain : Tidak terkaji

Diagnosis Keperawatan :
Hambatan Mobilitas Fisik b.d Gangguan Muskuloskeletal: Fraktur (00085)
5. Pola Istirahat dan Tidur
 Waktu tidur
Sebelum sakit : Tidak terkaji

Saat sakit : Tidak terkaji

 Keluhan yang mempengaruhi tidur : Tidak terkaji


 Keluhan letih : Tidak terkaji
 Lingkaran gelap di mata : Tidak terkaji
 Penggunaan hipnotik/ sedasi : Tidak terkaji
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan : -
6. Pola Kognitif – Persepsi
 Fungsi penglihatan: Tidak terkaji
 Posisi bola mata: Tidak terkaji
 Gerakan mata: Tidak Terkaji
 Konjungtiva anemis: Tidak terkaji
 Kornea: Tidak terkaji
 Sklera ikterik: Tidak terkaji ( / )
 Pupil: Tidak terkaji
 Pemakaian alat bantu penglihatan: Tidak terkaji
 Fungsi pendengaran: Tidak terkaji
 Struktur luar telinga: Tidak terkaji
 Cairan dari telinga: Tidak terkaji

12
 Perasaan penuh dalam telinga: Tidak Terkaji
 Tinitus: Tidak terkaji
 Penggunaan alat bantu dengar: Tidak terkaji
 Fungsi penciuman: Tidak terkaji
 Kondisi hidung: Tidak terkaji
 Cairan dari hidung: Tidak terkaji
 Keluhan nyeri: Tidak terkaji
 Vertigo: Tidak terkaji
 Pusing: Tidak terkaji
 Tingkat kesadaran: Compos mentis GCS: E4 V5 M6
 Kemampuan mengambil keputusan: Baik
 Lain-lain
 Pengkajian nyeri:
O: Setelah operasi fraktur

P: Tidak terkaji

Q: Cukup mengganggu sehingga aktivitas dibantu keluarga

R: Nyeri pada pergelangan tangan kanan

S: Skala 7

T: Tidak terkaji

Diagnosis Keperawatan : Nyeri Akut b.d Agens Cedera Fisik: Prosedur Invasif (00132)
7. Pola Persepsi Diri – Konsep Diri
 Persepsi klien tentang penyakitnya: Tidak terkaji
 Harapan setelah dirawat: Tidak terkaji
 Persepsi klien tentang diri: Tidak terkaji
 Ekspresi afek/emosi: Tidak terkaji
 Isyarat non verbal perubahan harga diri: Tidak terkaji
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan : -
8. Pola Seksualitas – Reproduksi

13
 Dampak sakit terhadap seksualitas: Tidak terkaji
 Riwayat haid: Tidak terkaji
 Pemeriksaan payudara sendiri: Tidak terkaji
 Keluhan mengenai keturunan: Tidak terkaji
 Tindakan pengendalian kelahiran: Tidak terkaji
 Riwayat penyakit hubungan seksual: Tidak terkaji
 Keluhan gatal-gatal: Tidak terkaji
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan : -
9. Pola Koping – Toleransi Stres
 Cara pengambilan keputusan klien: Tidak terkaji
 Stresor dalam 1 tahun terakhir: Tidak terkaji
 Koping yang biasa digunakan: Tidak terkaji
 Pengobatan untuk mengatasi stress: Tidak terkaji
 Kecemasan: Tidak terkaji
 Sistem pendukung: Tidak terkaji
 Perilaku yang ditunjukkan klien: Tidak terkaji
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan : -
10. Pola Peran – Hubungan
 Peran dalam keluarga: Tidak terkaji
 Hubungan dengan orang terdekat: Tidak terkaji
 Interaksi dengan pasien lain: Tidak terkaji
 Cara berkomunikasi: Tidak terkaji
 Efek perubahan peran: Tidak terkaji
 Perilaku selama dirawat: Tidak terkaji
 Bahasa yang digunakan sehari-hari: Tidak terkaji
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan : -
11. Pola Nilai – Kepercayaan
 Persepsi klien tentang agama: Tidak terkaji

14
 Kegiatan keagamaan: Tidak terkaji
 Sikap terhadap nilai: Tidak terkaji
 Bantuan spiritual: Tidak terkaji
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan : -

B. ANALISIS DATA
Nama Klien : Tn. A
Umur : 51 tahun
Ruangan/ Kamar : -
No. RM :-

No Data Etiologi Masalah

1. Data Subjektif: “Pasien Agens Cedera Nyeri Akut b.d Agens


mengeluhkan nyeri pada Fisik (Prosedur Cedera Fisik: Prosedur
pergelangan tangan Invasif) Invasif (00132)
kanan”

Data Objektif:
 Skala nyeri 7 (nyeri
berat)
 TD 145/90 mmHg

1. Data Subjektif: “Pasien Gangguan Hambatan Mobilitas


mengeluhkan tangan Muskuloskeletal Fisik b.d Gangguan
kanan tidak bisa (Fraktur) Muskuloskeletal: Fraktur
digerakkan.” (00085)

Data Objektif :
 Kemampuan perawatan
diri selama sakit semua

15
dibantu keluarga
 Skala kekuatan otot
ekstremitas kanan atas
yaitu 2

C. PRIORITAS MASALAH
Nama Klien : Tn. A
Umur : 51 tahun
Ruang/ Kamar :-
No. RM :-
No Masalah Keperawatan Tanggal Paraf (Nama
Ditemukan Teratasi Perawat)
1 Nyeri Akut b.d Agens 28 Desember X
Cedera Fisik: Prosedur 2020
Invasif (00085)
2 Hambatan Mobilitas 28 Desember X
Fisik b.d Gangguan 2020
Muskuloskeletal:
Fraktur (00132)

16
D. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri Akut b.d NOC : NIC :
Agens Cedera Fisik: - Kontrol Nyeri (1603) Manajemen Nyeri (1400)
Prosedur Invasif - Status Kenyamanan Fisik (2010)  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(00085) kualitas, intensitas nyeri
Kriteria Hasil :  Identifikasi skala nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Identifikasi respon nyeri non verbal
2 x 24 jam diharapkan tingkat nyeri pasien  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
teratasi, dengan kriteria hasil: nyeri
 Mengenali kapan nyeri terjadi  Idenfikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Menggunakan tindakan pengurangan nyeri  Identifikasi pengaruh nyeri pada kuaitas hidup
tanpa Analgesik  Monitor keberhasilan terapi komplementer ynag sudah
 Menggunakan Analgesik yang di di berikan
rekomendasikan  Monitor efek samping pengguna analgetik
 Melaporkan perubahan terhadap gejala
nyeri pada profesional kesehatan

17
 Melaporkan gejala yang tidak terkontrol
pada profesional kesehatan
 Mengenali apa yang terkait dengan gejala
nyeri
 Melaporkan nyeri yang terkontrol
2 Hambatan Mobilitas NOC : NIC :
Fisik b.d Gangguan - Pergerakan (0208) Peningkatan Latihan (0200)
Muskuloskeletal: -  Informasikan individu mengenai manfaat kesehatan
Fraktur (00132) Kriteria Hasil : dan efek fisiologis latihan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Instruksikan individu terkait dengan tipe aktivitas fisik
3 x 24 jam diharapkan hambatan mobilitas fisik yang sesuai dengan derajat kesehatannya,
dapat teratasi, dengan kriteria hasil: kolaborasikan dengan dokter dan atau ahli terapi fisik
 Pergerakan otot pasien dapat kembali  Instruksikan individu untuk melakukan pemanasan dan
normal dan pasien dapat bergerak dengan pendinginan dengan cukup pada saat latihan
mudah.  Instruksikan individu terkait teknik yang digunakan
untuk menghindari cedera selama latihan
 Monitor respon individu terhadap program latihan

18
Perawat profesional harus menerapkan intervensi yang
efektif seperti peningkatan mobilitas, manajemen nyeri,
manajemen lelah, peningkatan kualitas tidur, edukasi
pasien, penilaian rutin, dan integrasi dukungan sosial.
Intervensi ini berpotensi mempengaruhi faktor mobilitas
pada pasien pasca patah tulang (Yoryuenyong et al., 2023).

19
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx WaktuTgl/jam Tindakan TTD Waktu Catatan Perkembangan TTD
Kep Tgl/jam (SOAP)
Implementasi Hari Pertama
1 dan 2 28 Desember 2020  Pemeriksaan vital sign X 28 Desember 2020 S: Pasien mengeluhkan nyeri terjadi setiap saat, X
 Mengkaji kekuatan otot pasien, nyeri seperti ditusuk tusuk
 Memberikan obat via injeksi O : Pasien belum bisa menggerakan ekstremitas

 Memberikan pendidikan kesehatan kanan atasnya

tentang gizi yang dibutuhkan oleh A : Masalah belum teratasi

pasien P : Intervensi di lanjutkan

 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri, skala, respon, dan faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
 Idenfikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri dan pengaruh nyeri pada
kuaitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi

20
komplementer ynag sudah di berikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik

1 dan 2 29 Desember 2020  Melakukan obat via injeksi X 29 Desember 2020 S: Pasien masih mengeluhkan nyeri X
 Pemeriksaan vital sign O : Pasien mulai bisa menggerakan sedikit
 Mulai memberikan contoh gerakan ekstremitas kanan atasnya disertai dengan nyeri.
free active exercise berguna untuk A : Masalah teratasi sebagian
meningkatkkan kekuatan otot dan P : Intervensi di lanjutkan
lingkup sendinya
 Menginformasikan individu mengenai
manfaat kesehatan dan efek fisiologis
latihan
 Menginstruksikan individu terkait
dengan tipe aktivitas fisik yang sesuai
dengan derajat kesehatannya,

21
kolaborasikan dengan dokter dan atau
ahli terapi fisik dan pemanasan dan
pendinginan dengan cukup pada saat
latihan
 Menginstruksikan individu terkait
teknik yang digunakan untuk
menghindari cedera selama latihan
 Monitor respon individu terhadap
program latihan
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah di berikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
 Mengidentifikasi nyeri

22
1 dan 2 30 Desember 2020  Melakukan gerakan free active X 30 Desember 2020 S: Pasien mengatakan nyeri mulai berkurang X
exercise berguna untuk meningkatkkan setelah diberi obat
kekuatan otot dan lingkup sendinya O : Kekuatan otot pasien awalnya berskala dua
 Memberikan pendidikan kesehatan naik menjadi tiga. Pergerakan pasien mulai mudah
 Monitor keberhasilan terapi tetapi tidak boleh digerakkan secara paksa.
komplementer yang sudah di berikan A : Masalah teratasi sebagian

 Mengidentifikasi nyeri P : Intervensi di lanjutkan

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lamanya proses penyembuhan setelah mendapatkan penanganan dengan cara
operasi maka bagi pasien post operasi fraktur selalu mengalami permasalahan
keterbatasan gerak. Keterbatasan gerak tersebut menimbulkan kelemahan otot dan
vascular yang akibatnya adalah memperparah hambatan mobilisasi.
Penatalaksanaan fraktur bisa dengan reduksi, mobilisasi, graft tulang, rehabilitasi
sampai dengan amputasi jika anggota tubuh tersebut tidak bisa diselamatkan.
Intervensi mandiri yang bisa dilakukan tenaga kesehatan untuk menangani
masalah keperawatan diantaranya kaji tingkat kemampuan pasien, kaji tingkat
imobilisasi, yang disebabkan oleh edema, dorong partisipasi dalam aktivitas
rekreasi, anjurkan kepada pasien untuk melakukan mobilisasi.

B. Saran
Bagi tenaga kesehatan disarankan dalam memberikan asuhan pelayanan agar
lebih sabar menghadapi pasien. Bagi pasien dan keluarga disarankan
melaksanakan semua yang telah di ajarkan dan di anjurkan saat kembali ke rumah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat R, Wibowo TH, Sukmaningtyas W, Studi P, Program K, Tiga D, et al.


Studi Kasus Pasien Post Operasi Fraktur Tn. A dengan Hambatan
Mobilitas Fisik di Ruang Edelweis RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga. 2021;

RAHMI, S. (2019). Asuhan keperawatan pada ny. y post operasi sectio caesarea
dalam penurunan intensitas nyeri dengan teknik relaksasi genggam jari di
ruangan kb rawatan rumah sakit dr. achmad muchtar bukittinggi tahun
2019 (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA).

KRIESTANA, H. (2020). STUDI LITERATUR: ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Cahya, S. N., & Nizmah, N. (2023, January). Pengaruh Terapi Relaksasi nafas
Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Pada pasien Post Operasi Fraktur.
In Prosiding University Research Colloquium (pp. 887-891).

Pratama, M. A. (2020). APLIKASI RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP


NYERI PADA PASIEN FRAKTUR EKSTREMITAS (Doctoral dissertation,
Diploma, Universitas Muhammadiyah Magelang).

25

Anda mungkin juga menyukai