Anda di halaman 1dari 37

PEDOMAN PENYUSUNAN

KARYA TULIS

Untuk Kalangan Sendiri

Tim Penyusun:

1. St. Bayu Krisna Murti, S. Pd.


2. M. Ida Hariastuti, S.Pd.

SEKOLAH MENENGAH ATAS


SEDES SAPIENTIAE JAMBU
2017
KATA PENGANTAR

Buku tentang “Pedoman Penyusunan Karya Tulis“ ini telah direvisi beberapa kali.
Buku ini disusun untuk kalangan intern SMA Sedes Sapientiae Bedono. Penyusunan ini
dilakukan dengan maksud untuk memberikan gambaran dan acuan bagi para siswa SMA
Sedes Sapientiae Bedono yang akan menyusun karya tulis ilmiah. Kegiatan penyusunan
karya tulis ilmiah merupakan tugas wajib bagi para siswa khususnya siswa kelas XI. Tugas
ini menjadi salah satu syarat kenaikan dari kelas XI ke kelas XII. Oleh karena itu, buku
“Pedoman Penyusunan Karya Tulis“ ini diharapkan dapat mempermudah dan membantu
para siswa dalam penyusunan karya tulis di lingkungan SMA Sedes Sapientiae Jambu.
Dalam praktik penyusunan karya tulis ilmiah, diharapkan penulis dapat mencari buku
rujukan/sumber lain sebagai pelengkap.
Penyusunan buku ini tidak lepas dari gagasan dan peran beberapa pihak. Oleh
karena itu, ucapan terima kasih yang tulus disampaikan kepada
1. Sr. M. Anastasia, OSF, S. Pd. yang telah memberikan dukungan tentang terbitnya
buku ini.
2. Drs. G. Suwartono yang telah memberikan gagasan dan pendampingan dalam
penyusunan buku “Pedoman Penyusunan Karya Tulis” ini.
3. Dra. Paulina Handayani yang telah merintis penyusunan buku “Pedoman
Penyusunan Karya Tulis” ini.
4. Banyak pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikian buku “Pedoman Penyusunan Karya Tulis“ ini disusun. Semoga dengan
hadirnya buku ini, dapat bermanfaat bagi pembaca, pembimbing dan siswa.

Jambu, 20 Juli 2017

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan visi dan misi sekolah tentang mewujudkan siswa berkarakter
cerdas, unggul, dan bersaudara, fungsi dari pendidikan yaitu untuk mengembangkan
pribadi yang memiliki karakter cerdas yang bersifat holistic, baik itu intelektual,
emosional, social, dan spiritual. Kemudian unggul dalam hal integritas, professional,
dan mampu menggunakan tanggung jawab dan kebebasan secara benar, serta terlibat
aktif dalam bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan gereja. Sedangkan yang terakhir
bersaudara, mampu bersikap plural, inklusif, adil, demokratis berbudaya, solider, dan
berbelarasa selaras dengan sikap spiritualitas St. Fransiskus Assisi. Pendidikan itu
sendiri bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki
kemampuan bernalar dan berkomunikasi dengan baik. Dengan berpegang pada hal
tersebut, SMA Sedes Sapientiae Jambu yang bergerak dalam dunia pendidikan turut
mengambil peran serta dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Para peserta didik diharapkan tidak hanya menekuni hal yang bersifat teoritis
saja melainkan juga dituntut untuk mampu dalam mengembangkan kreativitas
akademik. Salah satu program sekolah untuk mendukung pencapaian tujuan
pendidikan nasional tersebut yaitu dengan memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk mengembangkan bakat dan kemampuan dalam bidang penulisan karya tulis
ilmiah. Karya tulis ilmiah ini difokuskan pada pengkajian yang sesuai dengan minat
dan bakat siswa, baik itu Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa
dan Sastra Indonesia, Agama, Seni, dan lain-lain.

B. Tujuan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah


Tujuan dari diadakannya program penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu:
1. Menumbuhkan minat membaca;
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, kritis, inovatif, terbuka, objektif,
logis, dan sistematis;
3. Mengembangkan kepekaan dalam hal melihat dan menyikapi suatu fenomena
yang ada di lingkungan sekitar.

2
BAB II
BAGIAN AWAL KARYA TULIS

A. Abstrak
Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan karya tulis;
1. Kertas
a. Jenis : HVS kuarto (A4)
b. Ukuran : 21 cm x 29,7 cm (70 gram)
c. Warna sampul sesuai kesepakatan (dapat ada pembatas berupa kertas
doorslag setiap BAB)
2. Ketikan
Karya tulis diketik dengan jarak spasi rangkap (dua spasi) bentuk tulisan times
new roman ukuran 12
3. Margin
Sebuah naskah tidak boleh diketik dari ujung kertas sebelas kiri hingga pinggir
sebelah kanan, sehingga tidak ada bagian yang kosong pada sisi atau kanannya.
Bagian yang dikosongkan pada semua sisi kertas disebut margin atau batas
pinggir. Margin untuk tiap naskah adalah sebelah kiri 4 cm dan kanan 3 cm,
margin atas 4 cm dan margin bawah 3 cm. dengan demikian bila karya tulis itu
dijilid tidak ada bagain pada pinggir kiri yang tidak akan terbaca.

4 cm

4 cm 3 cm

3 cm

3 cm

4. Penomoran Halaman

3
Penomoran halaman mempergunakan angka arab di sudut kanan atas, dimulai
dari halaman pendahuluan sampai dengan halaman penutup. Penomoran
halaman judul sampai dengan halama daftar isi menggunakanan; i, ii, iii … dst.
Lihat format untuk tiap naskah
5. Penempatan, dan sistem penomoran anak BAB dalam karya tulis.
a. Judul–judul BAB diketik dengan huruf kapital ditempatkan di tengah
halaman
b. Judul anak–anak BAB bervariasi, sesuai dengan tingkatannya. Dalam
semua cara yang diuraikan di sini, akan diberikan maksimal enam tingkatan
anak BAB.
 Anak BAB tingkat I: diketik dengan huruf
capital ditempatkan di tengah halaman. angka–angka romawi untuk
anak BAB tingkat I : I, II, III, dst.
 Anak BAB tingkat II: diketik dengan huruf
capital pada awal dari setiap kata, kecuali kata–kata tugas seperti “dan“,
“pada”, “dalam” atau kata tugas lainnya. Ditempatkan pada batas
margin kiri dan digarisbawahi. Huruf capital A, B, C, dst. dipakai
untuk penomoran anak BAB tingkat II
 Anak BAB tingkat III: menggunakan angka
arab; 1, 2, 3, dst. Pengetikannya sama dengan anak BAB tingkat II
tetapi tidak digarisbawahi dan ditempatkan lurus vertical dengan huruf
pertama anak BAB tingkat II.
 Anak BAB tingkat IV: mengunakan huruf–
huruf kecil; a, b, c, dst. Pengetikanya sama dengan cara pengetikan
anak BAB tingkat III, ditempatkan lurus vertical dengan huruf pertama
anak BAB tingkat III.
 Anak BAB tingkat V: menggunakan angka–
angka arab dalam kurung; (1), (2), (3) dst. Pengetikannya dengan huruf
capital pada awal anak BAB, kecuali penulisan kata yang telah
ditetapkan dalam Ejaan Yang Disempurnakan, dan tidak digarisbawahi.
Ditempatkan lurus vertical dengan huruf pertama anak BAB tingkat IV.
 Anak BAB tingkat VI: menggunakan
huruf–huruf kecil dalam kurung; (a), (b), (c), dst. Pengetikannya sama

4
denngan cara pengertikan anak BAB tingkat V dan ditempatkan lurus
vertical dengan huruf pertama anak BAB tingkat V.
Keterangan:
Jarak anak BAB dengan kalimat pada awal alinea 2 spasi. Jarak kalimat pada
akhir anak BAB sebelumnya dengan kalimat yang merupakan anak BAB
berikutnya juga 2 spasi.
Tanda titik (.) tidak digunakan untuk mengakhiri kalimat yang merupakan
judul dari anak BAB.
a. Format Halaman Judul (halaman sampul)

4 cm

MINAT SISWA KELAS X ANGKATAN KE-23


ASRAMA PUTRA SMA SEDES SAPIENTIAE BEDONO
TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat kenaikan kelas


dari kelas XI ke kelas XII SMA Sedes Sapientiae Jambu

LOGO

Tanpa titik dua


Oleh

Nama : Guntari
Nomor Induk : 3767
Kelas/Program : XI /IPS1

SEKOLAH MENENGAH ATAS


SEDES SAPIENTIAE JAMBU
KARYA2017
TULIS ILMIAH

JUDUL tanpa nomor halaman

Disusun oleh:
Nama
NIS

Telah disetujui oleh:

Guru Pembimbing,
b. Format Halaman Persetujuan

Dra. Anita Danita Tanggal, ……………… 5


ii
c. Format Halaman Pengesahan

PENGESAHAN

Karya tulis berjudul “............” ini telah diperiksa, disetujui, dan disahkan sebagai salah satu
syarat kenaikan kelas dari kelas XI ke kelas XII Sekolah Menengah Atas Sedes Sapientiae
Jambu Tahun Pelajaran 2016/2017

Hari : ……………
Tanggal : ……………

Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Penguji,

Sr. M. Anastasia, OSF, S. Pd. Dra. Anita Danita

iii

MOTTO:
1. ……………………
2. ……………………

d. Format Halaman Motto dan Persembahan


PERSEMBAHAN
2 spasi
Karya tulis ini dipersembahkan untuk:
1. ………………..
2. ……………….
6
3. dst

iv
e. Format Halaman Kata Pengantar
Kata pengantar tidak sama dengan pendahuluan. Kata pengantar dalam
karya tulis berisi;
1. Ucapan syukur kepada Tuhan
2. Penjelasan dalam rangka karya tulis ini disusun.
3. Pertanggungjawaban mengenai bagaimana karya tulis ini disusun
4. Suka duka penulis dalam rangka mengumpulkan data atau materi
5. Siapa saja yang telah membantu penyusunan karya tulis.
6. Ucapan terima kasih kepada yang telah membantu.
7. Harapan penulis akan manfaat karya tulis.
Adapun format halaman kata pengantar:

KATA PENGANTAR
2 spasi
5 ketikan
………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………
………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………dst

Bedono, ……… 2017

Penulis

f. Format Halaman Daftar Isi

7
Daftar isi merupakan rekapitulasi dari judul–judul BAB atau judul–judul
anak BAB atau perincian selanjutnya, disertai penunjukan halaman dimana
BAB atau anak BAB itu terdapat. Judul–judul BAB ditulis dengan huruf
kapital, judul anak–anak BAB ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf awal
dari kata–kata yang penting.
Anak–anak BAB diketik 3 ketikan ke dalam. Jarak BAB dengan BAB diberi
spasi rangkap, sedangkan antara anak BAB dengan BAB diberi jarak 1,5
spasi. Sebelah kanan atas ditulis kata “halaman. Angka–angka penunjuk
halaman BAB atau anak BAB harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
angka terakhir atau satuan membentuk garus lurus vertikal dengan huruf “n”
dari kata “halaman”.

4 cm
DAFTAR ISI
2 spasi
halaman
1,5 spasi
Halaman Judul …………………………………………………………………. i
Halaman Persetujuan …………………………………………………………… ii
Halaman Pengesahan …………………………………………………………… iii
Motto dan Persembahan ………………………………………………………… iv
Kata Pengantar …………………………………………………………………. v
Daftar Isi ………………………………………………………………………. vi

2 spasi
BAB I PENDAHULUAN … ……………………………………… 1
A. Alasan Pemilihan Judul …………………………………………. 1
B.
C.
D. dst
……………………
2 spasi

BAB XI ANALISA DATA …………………………………………………… 45


………………………..

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

g. Format Halaman yang Memuat BAB Baru

8
Pada halaman judul, secara keseluruhan pengetikan dimulai agak ke
bawah. Kata “BAB dan nomor BAB diketik dengan huruf capital kira–kira
4 cm dari pinggir atas. Di bawahnya diketik judul BAB dalam huruf capital,
dalam jarak 2 spasi di bawahnya lagi baru dimulai pengetikan baris pertama
teks. Baik BAB, nomor BAB, dan judul BAB harus ditempatkan dalam
posisi yang simetris di tengah halaman

4 cm

BAB I
Bold
PENDAHULUAN

A. (Judul Subbab) Bold


……………………………………………………………………………………
………………………………………………………..

B. (Judul Subbab) Bold


………………………………………………………………………………………
……………………………………………………..
1. (Judul Anak Subbab/Subsubbab)
………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………..........................
a. ……………………………………………………………………………..……..
……………………………………………………………………………………
1) ………………………………………………………………………………
a) ………………………………………………………………………...
…………...……………………………………………………………
(1) ………………………………………………………………..
…………………………………………………………………
…...
1

9
BAB III
BAGIAN ISI KARYA TULIS

A. Bagian Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bagian awal dari isi karya tulis. Tujuan utama dari
pendahuluan adalah menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca
terhadap masalah yang dibicarakan, dan menunjukkan dasar yang sebenarnya dari
uraian itu. Perlu diusahakan agar dalam membaca pendahuluan, orang akan tertarik
untuk membaca karya tulis itu. Pendahuluan berisi:
1. Latar Belakang
Menyajikan uraian mengenai topic yang dibahas, mengenai latar belakang atau
sejarah masalah tersebut. Penulis mempertanggungjawabkan alasan–alasan yang
logis, mengapa justru memilih judul itu (mengapa tertarik dengan judul tersebut).
Alasan-alasan ini dituangkan dalam paragraf-paragraf yang dimulai dari hal-hal
yang bersifat umum, sampai mengerucut pada hal yang bersifat khusus, yaitu alasan
melakukan penelitian dengan judul tersebut.
2. Rumusan masalah
Setelah pengidentifikasian, pemilihan masalah, dan melakukan studi pendahuluan
serta yakin terhadap masalah yang dipilih, kemudian dilakukan perumusan masalah
penelitian. Rumusan masalah penelitian selalu dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dalam merumuskan masalah, tentukan hal yang menjadi pokok-
pokok masalah. (Hindarkan mengawali kalimat pertanyaan dengan kata tanya siapa,
dimana, berapa, kapan) Hasil perumusan masalah itu dapat dijadikan topik atau
judul penelitian.
3. Penegasan Istilah
Bagian ini merupakan bagian yang memuat penjelasan tentang istilah-istilah yang
terdapat pada judul penelitian. Tujuan pembuatan penegasan istilah ini adalah untuk
menghindarkan adanya kesalahpahaman antara penulis dengan pembaca. Melalui
penegasan istilah, diharapkan muncul kesamaan persepsi antara penulis dengan
pembaca.
Merumuskan penegasan istilah, bukanlah membuat arti dari masing-masing kata
yang terdapat pada judul penelitian. Akan tetapi adalah menjelaskan kata-kata inti
yang ada pada judul tersebut. Yaitu bagaimanakah konsep peneliti terhadap
masing-masing istilah itu. Kalau penelitiannya berjudul "Hubungan antara

10
Membaca Pemahaman dengan Menulis Eksposisi", maka yang perlu dijelaskan
adalah istilah hubungan, membaca pemahaman, dan menulis eksposisi, bukan arti
dari kata hubungan, antara, membaca, pemahaman, dengan, menulis, dan eksposisi.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan pembahasan berkaitan erat dengan permasalahan. Tujuan pembahasan
mengemukakan hasil-hasil yang hendak dicapai dan tidak boleh menyimpang dari
permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian memaparkan kegunaan hasil penelitian yang akan dicapai, baik
bagi guru, siswa, maupun pembaca.

B. Landasan Teori
Bagian ini memuat uraian sistematika tentang hasil–hasil peneliatian terdahulu yang
ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan dan memuat pendapat atau hasil
kajian teoritis yang relevan dari berbagai ahli. Dalam uraian tersebut hendaknya
ditunjukkan bahwa masalah yang akan diteliti belum terjawab atau terpecahkan secara
memuaskan. Fakta yang dikemukakan sedapat mungkin diambil dari sumber aslinya.
Nama penulis dan tahun penerbit dari semua sumber yang dipakai harus disebutkan.
Selain itu bila memungkinkan, hipotesis dinyatakan dalam bagian landasan teori.
Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menggambarkan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah. Hipotesis dapat dirumuskan secara direksional
(terarah) maupun indireksional (tidak terarah).

C. Metodologi Penelitian
Metode penelitian memuat uraian tentang: (1) Waktu dan Tempat Penelitian (2) Jenis
Penelitian, (3) Subjek dan Objek Penelitian (Populasi, Sampel, dan
Teknik Pengambilan Sampel) (4) Teknik Pengumpulan Data dan (5) Teknik analisis
data serta (6) Teknik Menyimpulkan Data.
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Kapan dan dimana penelitian itu dilakukan.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian menunjukkan dengan cara apa masalah akan didekati (kuantitatif,
kualitatif, atau gabungan dari keduanya), dan metode atau cara apa yang dipilih
untuk memecahkan masalah penelitian tersebut.

11
Ada beberapa jenis metode, yaitu:
a. Survey
Penelitian survey digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Populasi
tersebut dapat berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi dan unit-
unit kemasyarakatan dan lain-lain, tetapi sumber utamanya adalah orang.
Desain survey tergantung pada penggunaan jenis kuisoner. Survey memerlukan
populasi yang besar jika peneliti menginginkan hasilnya mencerminkan kondisi
nyata, semakin besar sample survey semakin memberikan hasil akurat.
Penelitian survei memiliki tiga tujuan utama yaitu menggambarkan keadaan
saat itu, mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk
membandingkan, menentukan hubungan kejadian yang spesifik.
b. Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau
saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau
pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi
apa adanya. Penggambaran kondisi dapat individual atau menggunakan angka-
angka.
Penelitian deskriptif, dapat mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi dapat
juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya,
penelitian demikian disebut penelitan perkembangan (Developmental Studies).
Dalam penelitian perkembangan ini ada yang bersifat longitudinal atau
sepanjang waktu dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan
waktu.
c. Study kasus
Sebuah studi kasus adalah eksplorasi mendalam dari sistem terikat (misalnya,
kegiatan, acara, proses, atau individu) berdasarkan pengumpulan data yang
luas. Studi kasus melibatkan investigasi kasus, yang dapat didefinisikan
sebagai suatu entitas atau objek studi yang dibatasi, atau terpisah untuk
penelitian dalam hal waktu, tempat, atau batas-batas fisik. Penting untuk
memahami bahwa kasus dapat berupa individu, program, kegiatan, sekolah,
ruang kelas, atau kelompok. Setelah kasus didefinisikan dengan jelas, peneliti
menyelidiki mereka secara mendalam, biasanya menggunakan beberapa

12
metode pengumpulan data, seperti wawancara, observasi lapangan, dan
dokumentasi.
Studi kasus kolektif; (a) melibatkan beberapa kasus, (b) dapat terjadi selama
bertahun situs, dan (c) menggunakan banyak individu. Kerangka konseptual
untuk studi kasus adalah bahwa dengan mengumpulkan informasi mendalam
tentang kasus, peneliti akan mencapai pemahaman mendalam tentang kasus ini,
apakah kasus itu adalah seorang individu, kelompok, kelas, atau sekolah.
d. Study korelasional
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat
hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat
variabel yang penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada,
peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian korelasi merupakan bentuk penelitian untuk memeriksa hubungan
diantara dua konsep. Secara umum ada dua jenis pernyataan yang menyatakan
hubungan, yaitu: (1) gabungan antara dua konsep, ada semacam pengaruh dari
suatu konsep terhadap konsep yang lain; (2) hubungan kausal, ada hubungan
sebab akibat. Pada hubungan kausal, penyebab diferensikan sebagai varibel
bebas dan akibat direferensikan sebagai variabel terikat. Pada penelitian
korelasi tidak ada kontrol atau manipulasi terhadap variabel.
e. Penelitian tindakan
Penelitian tindakan merupakan bentuk penelitian yang berisi berbagai macam
prosedur untuk menguraikan kasus-kasus yang bersifat mikro atau khusus.
Simpulan dari penelitian tindakan langsung diberlakukan hanya untuk kasus
yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan. Penelitian tindakan lebih
condong ke metode kualitatif yang sangat bergantung pada data penagamatan
yang bersifat behavioralistik.
f. Eksperimen
Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan
minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-
akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji
suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan
perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan. Penelitian
eksperimen atau penelitian percobaan dibedakan menjadi 2 yaitu:

13
1) Eksperimen murni
Penelitian eksperimen murni mengambil subjek penelitian berupa benda
atau hewan percobaan. Penelitian dilaksanakan di laboratorium atau
penelitian yang dilakukan dalam ruangan tertutup, dimana kelompok
eksperimen dijauhkan dari variable pengganggu sebab dapat memengaruhi
hasil dari pengujian hubungan sebab akibat. Dengan demikian, hasil akhir
penelitian adalah murni karena ada pengaruh dari percobaan atau
eksperimen. Teknik Penelitan eksperimen murni banyak digunakan pada
penelitian dasar (basic research). Penelitian eksperimen murni bertujuan
untuk menemukan dasar teori tentang pengaruh percobaan terhadap
karakteristik benda atau percobaan yang sedang diteliti. Kelebihan
penelitian ini adalah hasil dari penelitian ini lebih dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya karena hanya memfokuskan pada
pengujian hubungan sebab dan akibat. Kelemahan penelitian laboratorium
adalah penelitian ini belum tentu dapat diberlakukan
dalam kehidupan sehari-hari.
2) Eksperimen kuasi
Penelitian Kuasi eksperimen (PKE) atau penelitian semu mengambil subjek
penelitian pada manusia. Penelitian dilaksanakan dalam ruangan terbuka, di
mana kelompok eksperimen masih dapat berhubungan dengan faktor-faktor
luar. Teknik penelitian kuasi eksperimen banyak digunakan pada penelitian
terapan (applied research). Penelitian eksperimen kuasi berfungsi untuk
mengetahui pengaruh percobaan/ perlakuan terhadap karakteristik subjek
yang diinginkan oleh peneliti. Kelebihan penelitian lapangan adalah hasil
penelitian ini dapat diberlakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kelemahan
penelitian lapangan adalah tingkat kepastian hubungan sebab akibat tidak
sebesar pada penelitian laboratorium karena sulitnya untuk mengontrol
variabel-variabel pengganggu.

3. Subjek dan Objek Penelitian (Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel)
Mendeskripsikan populasi dan sampel penelitian, serta bagaimana cara pegambilan
sampel berdasarkan acuan teori yang dipakai.
4. Teknik Pengumpulan Data

14
Teknik pengumpulan data berisi tentang uraian yang menjelaskan cara, teknik, dan
instrumen yang digunakan untuk memperoleh data. Pemerolehan data dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik: wawancara, angket, observasi,
kepustakaan/ dokumentasi, pengukuran, dan sebagainya.
a. Wawancara
Suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung
kepada seorang informan (sumber data). Pertanyaan yang diajukan biasanya
disiapkan terlebih dahulu yang diarahkan kepada informasi–informasi untuk
topic yang akan digarap. Untuk menggunakan daftar yang telah disiapkan
penanya tidak semata–mata tergantung dari pertanyaan–pertanyaan yang telah
disiapkan itu. Daftar pertanyaan yang digunakan untuk wawancara dilampirkan
dalam karya tulis. Kelemahan teknik wawancara adalah kita membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk melakukan wawancara, dengan jumlah nara
sumber yang sesuai dan dapat mewakili keseluruhan responden.
b. Angket
Angket adalah suatu alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan
tertulis dan dijawab secara tertulis pula oleh informan atau responden.
Keuntungan menggunakan angket adalah mendapatkan data yang cukup
banyak (kuantitatif) dalam waktu yang singkat, dan dapat tersebar merata
dalam suatu wilayah yang luas, tetapi kelemahannya tidak semua daftar
kuesioner dikembalikan, dapat terjadi salah paham sehingga jawaban berlainan
dengan apa yang ditanyakan, ada pertanyaan yang mungkin tidak terjawab,
jawaban–jawaban mungkin tidak jelas karena informasi dibatasi oleh ruang
yang tersedia. Di samping itu membuat pertanyaan yang baik adalah sulit dan
pengolahan data dari angket cukup sulit. Pengolahan data dari angket harus
disesuaikan dengan skala penelitian yang digunakan. Skala penelitian ini hanya
digunakan untuk mengukur sikap, perkembangan ilmu sosiologi dan pisikologi.
Beberapa skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi,
pendidikan dan social antara lain:
1) Skala likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti,
yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Contoh jawaban setiap

15
item dalam instrumen yang menggunakan skala Likert berupa kata-kata
dalam pilihan ganda ataupun checklist dan diuraikan secara lebih terperinci,
misal penggunaan kata-kata sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,
sangat tidak setuju.
Contoh bentuk checklist
Jawaban
No Pertanyaan
SS ST RG TS STS
Sekolah ini akan menggunakan Tehnologi informasi
1 ѵ
dalam pelayanan administrasi dan akademik
2

SS = Sangat Setuju
ST = Setuju
RG = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

Contoh bentuk pilihan ganda


Pertanyaan:
Kurikulum baru itu akan segera diterapkan di lembaga pendidikan Anda?
Pilihan jawaban:
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
2) Skala guttuman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan diperoleh jawaban yang tegas, yaitu
ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, positif-negatif, dan lain-lain.
Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3, 4, 5, 6, 7 interval, dari kata sangat
setuju sampai sangat tidak setuju, maka dalam skala Guttman hanya ada 2
interval yaitu setuju atau tidak setuju. Penelitian ini dilakukan bila ingin
mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang

16
ditanyakan. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda,
juga dapat dibentuk dalam bentuk cheklist.
Contoh;
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala Sekolah di sini?
Jawab:
a. Setuju
b. Tidak Setuju
3) Semantic defentrial.
Skala pengukuran yang berbentuk semantic differensial dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya
tidak pilihan ganda maupun cheklist, tetapi tersusun dalam satu garis
kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis,
dan jawaban yang “sangat negative” terletak dibagian kiri garis, atau
sebaliknya.
Contoh:
Pertanyaan
*gaya kepemimpinan Kepala Sekolah
Bersahabat 5 4 3 2 1 tidak bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Memercayai 5 4 3 2 1 mendominasi
4) Rating scale
Dari ketiga skala pengukuran di atas, data yang diperoleh semuanya adalah
data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale
data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk
pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi reponden terhadap
fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi,
kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, dan proses kegiatan lainnya. Yang
penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat
mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada
setiap item instrumen.

17
c. Observasi (pengamatan)
Pengamatan langsung pada suatu objek yang akan diteliti untuk mendapatkan
gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. Teknik ini dapat valid ketika
disertai oleh data-data pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan.
d. Penelitian lapangan
Usaha pengumpulan data secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali
atas semua yang telah dikumpulkan.
f. Kepustakaan
Pengumpulan data dengan jalan membaca buku-buku yang berkaitan dengan
masalah atau topik yang dibahas dalam karya tulis. Penelitian dengan
menggunakan teknik ini menuntut penulis untuk memiliki kemampuan belajar
dan melatih dirinya dalam mengatasi masalah-masalah penyusunan yang rumit,
bagaimana mengekspresikan semua bahan dari bermacam-macam sumber itu
menjadi suatu karya tulis yang panjang dan teratur. Penulisan dengan teknik ini
akan mengungkapakan kecerdasan penulis, bagaimana ia sanggup mengadakan
seleksi dari bermacam-macam bahan yang mengandung sudut pandang yang
berbeda-beda dan bertentangan satu sama lain, bagaimana ia dapat memilih,
menimbang, menolak, dan menyusun kembali bahan-bahan tadi ke dalam suatu
bentuk akhir yang dapat diterima oleh semua pambaca. Tuntutan lain dari
penggunaan teknik ini adalah penulis harus mampu membaca secara cermat
dan kritis segala bahan yang dijumpainya
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara bagaimana data yang sudah dikumpulkan akan
dianalisis. Jika penelitian kuantitatif, harus ditentukan jenis statistic yang
dipergunakan untuk menganalisis sesuai dengan jenis datanya. Jika kualitatif, harus
dijelaskan cara dan tahap-tahap menganalisis datanya. Demikian juga jika
gabungan kedua jenis penelitian tersebut, harus dijelaskan tahapannya sesuai
kualitatif dan kuantitatif.

6. Teknik Menyimpulkan Data


Peneliti menjelaskan bagaimana menyimpulkan dari hasil dan analisis data dengan
menggunakan indikator yang telah ditetapkan peneliti.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

18
Hasil dan pembahasan masalah merupakan inti dari karya tulis ilmiah. Bagian ini
menyajikan data dan informasi yang ditemukan oleh peneliti serta digunakan sebagai
dasar untuk membuat kesimpulan. Pada bagian ini memuat uraian sebagai berikut:
1. Deskripsi data/ Hasil Penelitian
Deskripsi data adalah penyajian data berurutan sesuai dengan urutan masalah
penelitian. Data dapat disajikan dalam bentuk uraian atau table, kemudian diikuti
penjelasannya. Jika penelitian kuantitatif, deskripsi data pada dasarnya adalah
penyajian data yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Deskripsi data
disajikan sesuai dengan urutan hipotesis.
2. Analisis Data/ Pembahasan
a. Penelitian kuantitatif
BAB ini memuat deskripsi data (uraian mengenai data yang diteliti), analisis
data penelitian kuantitatif adalah penyajian hasil analisis (bukan proses
analisis) berdasarkan rumus statistic yang dipergunakan, dan interpretasi
makna hasil analisis dikaitkan dengan dasar teori yang dipergunakan.
b. Penelitian kualitatif
BAB ini menyajikan hasil klasifikasi, identifikasi, dan argument-argumen yang
dipergunakan untuk mempertanggungjawabkannya (dasar teori yang
dipergunakan).
Menyajikan pertanggungjawaban peneliti mengenai temuan-temuan (sebagai
jawaban dari rumusan masalah) berdasarkan teori-teori dan hasil-hasil penelitian
terdahulu.
Memuat penafsiran hasil analisis data, yang dikaitkan dengan teori-teori dan hasil-
hasil penelitian yang relevan, atau pemberian makna terhadap temuan dalam
penelitian.
Analisis data dapat:
 Perbandingan antara landasan teori dengan hasil
penelitian dan menentukan variable–variable (factor–factor) yang berpengaruh
dalam pelaksanaan penelitian.
 Menentukan kebaikan (keunggulan) dan kelemahan dari
pelaksanaannya (penelitian)
 Memperkirakan hasil lebih lanjut dari hasil percobaan
dalam penelitian itu.

19
 Pengubahan salah satu atau lebih dari factor atau langkah
dalam penelitian, apakah ada pengaruh/ tidaknya dengan hasil yang
diharapkan.
Misalnya: dalam penelitian, pembuatan sale nanas, masalahnya apakah ada
perbedaan hasil (rasa) apabila nanas ditumbuk dengan diparut dalam mendapatkan
sari nanas itu. Jika ada perbedaan hasilnya harus diuraikan juga factor–factor yang
mempengaruhi perbedaan hasil itu analisis untuk ini adalah:

Ditumbuk Diparut
1. Banyak keluar air, sehingga sarinya berkurang 1. Tidak terlalu banyak air
yang keluar
2. Ke”lembut”an kurang 2. Ke”lembut”an lebih baik
3. dan lain–lain 3. dan lain–lain

CATATAN:
1. Landasan teori mutlak/ harus ada, merupakan BAB sendiri yang diuraikan
setelah BAB pendahuluan
2. Pada bagian: metode/ pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pengolahan/
analisis hasi penelitian tidak harus dipakai sebagai judul BAB, tetapi ketiganya
merupakan gambaran dari BAB–BAB yang berdiri sendiri.

E. Bagian Penutup
Bagian penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.
a. Kesimpulan merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi karya tulis.
Kesimpulan merupakan sari dari pokok–pokok yang telah diuraikan secara panjang
lebar dalam BAB–BAB terdahulu. Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas
sebagai suatu pendapat pengarang atau penulis terhadap masalah yang telah
diuraikan. Penulis dapat merumuskan kesimpulan dengan dua cara:
Pertama, dalam tulisan–tulisan yang bersifat argumentative dapat dibuat
ringkasan–ringkasan argument yang penting dalam bentuk dalil–dalil (suatu
rumusan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya), sejalan dengan
perkembangan dalam tubuh karangan. Dalil–dalil itu diberi nomor urut.
Kedua, untuk kesimpulan biasa, cukup disarikan tujuan atau isi yang umum dari
pokok–pokok yang telah diuraikan dalam tubuh karangan.
20
Seharusnya dalam menyusun kesimpulan, penulis menyesuaikan dengan rumusan
masalah yang ada, baik dari segi isi maupun dari segi jumlah rumusan.
b. Saran berisi harapan–harapan yang bersifat persuatif (ajakan demi perbaikan atau
perkembangan).

21
BAB IV
BAGIAN AKHIR KARYA TULIS

A. Teknik Penulisan Kutipan


Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan
tidak langsung (kutipan isi). Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan
mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks
asli. Sebaliknya, kutipan tak langsung adalah pinjaman pendapat seorang pengarang
atau tokoh terkenal berupa intisari atau ikhtisar dari pendapat tersebut. Dalam
mengambil sebuah kutipan, hendaknya kutipan itu jangan terlalu panjang, misalnya
satu halaman atau lebih. Sebaiknya, kutipan diambil seperlunya saja sehingga tidak
merusak atau mengganggu uraian yang sebenarnya. Kutipan dapat diambil pula dari
penuturan lisan yang terjadi melalui wawancara atau ceramah. Agar nilai kutipan
semacam ini betul-betul valid dalam suatu penelitian, hendaknya perlu dimintakan
pengesahannya dari orang yang bersangkutan.
1. Cara Menulis Sumber Kutipan Langsung
Kutipan langsung dibagi menjadi dua jenis. Uraian kedua jenis tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Kutipan Langsung Tidak Lebih dari Empat Baris
Kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dari empat baris ketikan
dimasukkan dalam teks dengan cara sebagai berikut:
1) Kutipan diintegrasikan dengan paragraf dalam naskah;
2) Jarak spasi kutipan sama dengan jarak spasi teks dalam naskah;
3) Kutipan diapit dengan tanda petik ("…");
4) Sebelum atau sesudah kutipan diberi informasi sumber rujukan sesuai
dengan naskah yang diacu (penulisan informasi kutipan ditulis di dalam
kurung dengan urutan: nama akhir pengarang dan tahun terbit).
Contoh:
Menurut Mönks, Knoers, dan Haditono (1996), "masa remaja berlangsung antara
umur 12-21 tahun."

b. Kutipan Langsung Lebih dari Empat Baris


Bila sebuah kutipan terdiri dari lima baris atau lebih, penulisan seluruh
kutipan mengikuti langkah berikut:

22
1) Kutipan ditulis pada paragraf tersendiri;
2) Seluruh kutipan masuk 5-7 ketikan dari margin kiri dan kanan;
3) Jarak antarbaris pada kutipan adalah satu spasi;
4) Kutipan itu boleh diberi atau tidak diberi tanda petik ("…");
5) Sebelum atau sesudah kutipan diberi informasi sumber rujukan sesuai
naskah yang diacu (penulisan informasi kutipan ditulis di dalam kurung
dengan urutan: nama akhir pengarang, tahun terbit, dan halaman);
6) Bila kutipan itu dimulai dengan alenia baru, baris pertama dari kutipan
itu dimasukkan 1tab atau 5-7 ketikan.
Contoh:
Kajiannya berupa linguistik deskriptif yang meliputi sistem fonologi, morfologi,
sintaksis, dan leksikon.
"Pertama, ditinjau dari sistem fonologinya tutur CP pada dasarnya
mengikuti sistem fonologi BJ dan menggunakan semua konsonan BJ tetapi
di antara beberapa penutur tidak dapat membedakan antara bunyi
apikodental /t/ dan apikoalveolar /T/; apikodental /d/ dan apikoalveolar /D/.
Misalnya pada kata ŋədaŋ ‘menanak nasi’, oleh CP kata tersebut dilafalkan
ŋəDaŋ sedangkan orang pribumi melafalkan ŋədaŋ" (Wolff dan
Poedjosoedarmo, 1982:245).

2. Cara Menulis Kutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya.
Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip dalam
kalimat yang disusun sendiri oleh pengutip. Beberapa syarat dalam menulis
kutipan tidak langsung adalah sebagai berikut:
a. Kutipan itu diintegrasikan dengan teks;
b. Jarak antara baris 2 spasi;
c. Kutipan tidak diapit dengan tanda petik "…";
Setelah penulisan kutipan dilakukan, informasi sumber rujukan ditulis sesuai
dengan naskah yang diacu (penulisan informasi kutipan ditulis di dalam
kurung dengan urutan: nama akhir pengarang, tahun terbit, dan halaman).

B. Teknik Pengacuan Sumber Rujukan


Pengacuan sumber rujukan yang diberlakukan di lingkungan SMA Sedes
Sapientiae Jambu adalah dengan menggunakan standar APA style. Pada dasarnya,
teknik pengacuan sumber rujukan dapat menggunakan APA style atau footnote.

23
Uraian mengenai APA style dan footnote adalah sebagai berikut. APA merupakan
singkatan dari American Psychological Association (Hevern, 2000). Dasar dari
aturan penulisan kutipan yang menggunakan standar APA yaitu dengan menuliskan
nama akhir pengarang dan disertai dengan tahun terbit buku/ artikel/ jurnal.
Penulisannya diletakkan di dalam paragraf. Aturan penulisan sumber rujukan
berdasarkan standar APA Style yaitu sebagai berikut.
1. Penulisan Sumber Rujukan dengan Satu Pengarang
Cara penulisan sumber rujukan dengan satu pengarang yaitu dengan menuliskan
nama akhir pengarang kemudian dilanjutkan tahun terbit.
Contoh:
Makrososiolingustik mengkaji tentang interaksi pada tataran inter (antar) kelompok
besar sedangkan mikrososiolinguistik analisisnya ditekankan pada individu dalam
interaksi intra kelompok yang kecil dan informal (Ibrahim, 1995:16).

2. Penulisan Sumber Rujukan dengan Satu Pengarang pada Tahun yang Sama
Jika terdapat sumber rujukan yang nama penulis dan tahunnya sama tetapi
judulnya berbeda, pembeda dari masing-masing sumber rujukan diikuti oleh huruf
a, b, c, dan seterusnya.
Contoh:
Sudaryanto (1993a) menyatakan bahwa …
…. (Sudaryanto, 1993b:14).
Menurut Sudaryanto (1993c), ….

3. Penulisan Sumber Rujukan dengan Banyak Pengarang


Untuk penulisan sumber rujukan dengan banyak pengarang pada kutipan pertama,
cara penulisannya yaitu dengan menuliskan nama akhir semua pengarang
kemudian diikuti tahun terbit buku. Pada kutipan selanjutnya, kita hanya perlu
menuliskan nama akhir pengarang pertama yang diikuti dengan "et.al" dan tahun
terbit.
Contoh:
Nama pengarang : Yulianto Adipitoyo, Tirtawijaya, dan Hudiyono
Tahun terbit : 1999

24
Cara penulisan:
1) Adipitoyo, Tirtawijaya, dan Hudiyono (1999) berpendapat bahwa …
selanjutnya
2) Adipitoyo, et al. (1999) …

4. Penulisan Sumber Rujukan yang Nama Pengarangnya Tidak Diketahui


Jika nama pengarang sumber rujukan yang dikutip tidak tercantum, penunjukan
sumber rujukan nama penulis diganti dengan nama lembaga yang bertanggung
jawab.
Contoh:
1) Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (2005), ….
2) Secara geografis, Kabupaten Jember terletak pada posisi 6027'9'' BT- 7014'35'' BT
dan 7059'6'' LS- 8033'56'' LS (Pemerintah Kabupaten Jember, 2005:12).
3) Pemerintah Kabupaten Jember (2005) mendeskripsikan bahwa secara geografis
Kabupaten Jember terletak pada posisi 6027'9'' BT- 7014'35'' BT dan 7059'6'' LS-
8033'56'' LS

5. Penulisan Sumber Rujukan Tanpa Tahun


Jika sumber rujukan yang dikutip tidak mencantumkan tahun terbitnya,
penunjukkan sumber rujukan dituliskan tanpa tahun.
Contoh:
1) Menurut Soepomo (Tanpa Tahun), …
2) … (Soepomo, Tanpa Tahun:13).
3) Soepomo (Tanpa Tahun) berpendapat bahwa …

6. Penulisan Sumber Rujukan dari Hasil Wawancara


Jika sumber rujukan berasal dari hasil wawancara, cara penulisan sumber rujukan
yaitu dengan menuliskan nama inisial yang kemudian diikuti nama belakang dan
tahun terbit.
Contoh:
1) … (T.T. Williams, komunikasi perseorangan, 26 Februari 2013).
2) T.T. Williams (komunikasi perseorangan, 26 Februari 2013) mengungkapkan …
3) Menurut T.T. Williams (komunikasi perseorangan, 26 Februari 2013), …

25
7. Penulisan Sumber Rujukan yang Berasal dari Suntingan
Apabila kutipan berasal dari sebuah rujukan suntingan, cara penulisan sumber
rujukan harus mencantumkan singkatan (Ed. jika hanya ada seorang editor dan
Eds. jika editornya lebih dari satu orang). Setelah nama penyunting, diikuti tahun
terbit.
Contoh:
1) Moeliono (Ed., 2000) berpendapat bahwa …
2) … (Mulyana dan Ratnaningsih, Eds., 2006:13).

8. Penulisan Sumber Rujukan dengan Substansi yang Sama namun Berbeda Penulis
Apabila intisari/substansi dari suatu kutipan memiliki kesamaan namun berasal
dari berbagai sumber yang penulisnya berbeda, sumber rujukan ditulis semua.
Penulisan sumber rujukan yaitu dengan menuliskan nama akhir pengarang
kemudian diikuti tahun terbit. Masing-masing sumber dipisahkan dengan tanda
baca titik koma (;).
Contoh:
Peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai akibat dari adanya kontak
bahasa yaitu bilingualisme, diglosia, alih kode, campur kode, interferensi, integrasi,
konvergensi, dan pergeseran bahasa (Chaer dan Agustina, 2004:18; Elisa, 2007:25).

9. Penulisan Sumber Rujukan Berasal dari Hasil Kutipan


Apabila kutipan berasal dari hasil kutipan, cara penulisan sumber rujukan yaitu
dengan menuliskan nama akhir pengarang asli kemudian cantumkan sumber
kedua dengan cara menuliskan nama akhir pengarang sumber kedua dan disertai
dengan tahun terbit.
Contoh:
Menurut Mackey (dalam Wijana dan Rohmadi, 2006), besarnya pengaruh itu
didasarkan atas berbagai indikator geolinguistik, seperti demografi, persebaran,
ekonomi, kultural, dan ideologi.

C. Daftar Pustaka

26
Daftar pusaka merupakan sebuah daftar yang berisi judul buku–buku, artikel–artikel
dan bahan–bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah
karangan atau sebagian karangan yang sedang digarap. Sumber dari internet
hendaknya bukan sebagai bahan pustaka yang dicantumkan dalam daftar
pustaka namun cukup sebagai penambah wacana bagi penulis. Penulisan daftar
pustaka adalah sebagai berikut:
1. Penulisan Daftar Sumber Rujukan Berupa Buku
Penulisan sumber rujukan yang berupa buku adalah sebagai berikut.
a. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dengan Satu Pengarang
Jika sumber rujukan ditulis satu orang, penulisan daftar pustaka adalah sebagai
berikut.

Nama belakang, nama depan. (Tahun terbit). Judul Buku. Kota terbit:
Penerbit.

Contoh:
Nama : Jos Daniel Parera
Judul buku : Morfologi Bahasa
Tahun terbit : 2007
Kota terbit : Jakarta
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Parera, Jos Daniel. 2007. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

b. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dengan Dua atau Tiga Pengarang


Jika ada dua atau tiga pengarang, nama pengarang pertama dibalik, nama
pengarang kedua dan ketiga tidak dibalik. Urutan nama pengarang harus sesuai
dengan apa yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh diadakan
perubahan urutannya.
Nama belakang (pengarang pertama), nama pengarang kedua, nama
pengarang ketiga. Judul Buku. Kota terbit: Penerbit. (Tahun terbit)

Contoh:
Nama pengarang : Sunarlan Wibisono, Ratna Pamungkas, dan Bagus Setiadji
Tahun terbit : 2011
Judul buku : Penelitian Sastra
Kota terbit : Jakarta

27
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Wibisono, Sunarlan, Ratna Pamungkas, dan Bagus Setiadji. 2011. Penelitian
Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

c. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dengan Banyak Pengarang


Jika ada banyak pengarang, nama pengarang ditulis dkk atau et al. Teknik
penulisan nama yaitu dengan membalik setiap nama (nama belakang,
pengarang pertama).

Nama belakang (pengarang pertama). Judul Buku. Kota terbit: Penerbit.


(Tahun terbit)

Contoh:
Nama pengarang : Sunarlan Wibisono, Ratna Pamungkas, Bagus Setiadji, dan
Rina Ayu
Tahun terbit : 2011
Judul buku : Penelitian Sastra
Kota terbit : Jakarta
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Wibisono, Sunarlan. Et al. Penelitian Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 2011.

d. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dengan Nama Penulis sama, Tahun Sama,
dan Judul Berbeda
Apabila terdapat sumber rujukan yang nama penulis dan tahun sama tetapi
judulnya berbeda, penulisan sumber rujukan diikuti oleh lambang a, b, c, dst.
Contoh:
Muslich, Masnur. 2008a. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

_______________. 2008b. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan):


Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.

e. Penulisan Daftar Sumber Rujukan Tanpa Nama Penulis

28
Apabila nama penulisnya tidak tercantum/ tidak diketahui, nama penulis dapat
diganti dengan nama instansi/ lembaga/ editor.
Contoh:
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Kentjono, Djoko (Ed.). 2004. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas


Sastra Universitas Indonesia.

f. Penulisan Daftar Sumber Rujukan Tanpa Tahun Terbit


Apabila tahun terbit buku tidak tercantum/tidak diketahui, tahun terbit diganti
dengan tulisan "Tanpa Tahun."
Contoh:
Pratomo, M. (Tanpa Tahun). Teknik Pengolahan Hasil Pertanian. Bogor:
Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian.

g. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dengan Nama Penulis Sama, Tahun


Berbeda, dan Judul Berbeda
Apabila daftar sumber rujukan berasal dari penulis yang sama tetapi berbeda
judul buku dan tahun terbit, penulisan daftar sumber rujukan ditentukan
berdasarkan tahun terbit buku.
Contoh:
Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.

__________. 1994. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

2. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dari BAB dalam Buku


Apabila daftar sumber rujukan berasal dari salah satu BAB dalam sebuah buku
yang terdiri atas kumpulan beberapa penulis, penulisan daftar sumber rujukan
dilakukan dengan cara menuliskan semua nama penulis aslinya (nama belakang,
nama depan) dan diikuti dengan kata "dalam" kemudian baru diikuti dengan nama
editornya.

Contoh:

29
Brown, S. A., Aarons, G. A., dan Abrantes, A. M. 2001. Adolescent Alcohol and
Drug Abuse. Dalam C. E. Walker dan M. C. Roberts (Eds.), Handbook of
Clinical Child Psychology (Edisi Ketiga, hlm. 757-775). New York:
Wiley.

3. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dari Ensiklopedia


Apabila daftar sumber rujukan berasal dari ensiklopedia, penulisan daftar sumber
rujukan dilakukan dengan cara menuliskan nama penulis artikel (nama belakang,
nama depan) dan diikuti dengan kata "dalam" kemudian baru diikuti dengan judul
ensiklopedia.
Contoh:
Kinni, T.B. 2004. Disney, Walt (1901-1966): Founder of the Walt Disney
Company. Dalam Encyclopedia of Leadership (Vol. 1, hlm. 345-349).
Thousand Oaks: Sage Publications.

4. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dari Kamus


Cara penulisan daftar sumber rujukan dari kamus tidak berbeda dengan penulisan
daftar sumber rujukan yang berupa buku.
Contoh:
Sadie, S., dan Tyrrell, J. (Eds.). 2002. The New Grove Dictionary of Music and
Musicians (Edisi Kedua, Vols. 1-29). New York: Grove.

5. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dari Tesis/Desertasi


Hal yang perlu dicantumkan dalam penulisan sumber rujukan yang berupa
tesis/disertasi adalah: (1) nama pengarang (nama belakang, (koma) nama depan),
(2) tahun terbit, (3) judul artikel, (4) Tesis/Disertasi Tidak Dipublikasikan, (5)
nama universitas, (6) kota, dan (7) negara.
Tata cara penulisan daftar sumber rujukan yang berasal dari tesis/disertasi adalah
sebagai berikut.

Nama pengarang. (Tahun terbit). Judul Tesis/Disertasi. Tesis Tidak


Dipublikasikan/Disertasi Doktoral Tidak Dipublikasikan, Nama
Universitas, Kota, Negara.

30
Grayson, S. J. 2001. Nursing Management of the Rheumatic Fever Secondary
Prophylaxis Programme. Tesis Tidak Dipublikasikan, University of
Auckland, Auckland, New Zealand.

Spernak, S. M. 2001. The Impact of Constructive Thinking and Doctor-Patient


Relations On Cardiac Patient Adherence. Disertasi Doktoral Tidak
Dipublikasikan, George Washington University, Washington, DC.

6. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dari Jurnal


Hal yang perlu dicantumkan dalam penulisan sumber rujukan yang berupa jurnal
adalah: (1) nama pengarang (nama belakang, (koma) nama depan), (2) tahun
terbit, (3) judul artikel, (4) judul jurnal, (5) volume (ditulis italic), (6) nomor
terbitan, dan (7) nomor halaman.
Tata cara penulisan daftar sumber rujukan yang berasal dari jurnal adalah sebagai
berikut.

Nama pengarang. (Tahun terbit). “Judul artikel”. Nama Jurnal, nomor volume
(nomor terbitan), hlm. … .
.
Contoh:
Sukarjaputra, Rakaryan. 2009. “Tantangan Menjaga Sentralitas ASEAN”.
Semiotika, 45 (122), 10.

*)
Tata cara penulisan nama pengarang sama dengan tata cara penulisan
daftar sumber rujukan yang berasal dari buku.

7. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dari Majalah


Hal yang perlu dicantumkan dalam penulisan sumber rujukan yang berupa
majalah adalah: (1) nama pengarang (nama belakang, (koma) nama depan); (2)
judul artikel; (3) judul majalah; (4) volume (ditulis italic) nomor terbitan; (5)
tanggal, bulan, tahun terbit; dan (6) nomor halaman.
Tata cara penulisan daftar sumber rujukan yang berasal dari majalah adalah
sebagai berikut.
Nama pengarang. “Judul artikel”. Nama Majalah. nomor volume (nomor
terbitan) (Tanggal, Bulan, Tahun Terbit), hlm. …
.

31
Contoh:
Solihin, Burhan, dkk. “Selamat Datang di Surga Nirkabel”. Tempo, Edisi 4-10
April 2005, hlm. 90-91.

8. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dari Koran


Hal yang perlu dicantumkan dalam penulisan sumber rujukan yang berupa koran
adalah: (1) nama reporter (nama belakang, (koma) nama depan); (2) judul artikel;
(3) judul koran; (4) volume (ditulis italic) nomor terbitan; (5) tanggal, bulan,
tahun terbit; dan (6) halaman koran.
Tata cara penulisan daftar sumber rujukan yang berasal dari koran adalah sebagai
berikut.
Nama pengarang. Judul artikel. Nama Koran, (Tanggal, Bulan, Tahun
Terbit). hlm. … .
.
Contoh:
Utomo, Yunanto Wiji dan Wahono, Tri. “Banyak Orang Utan Dibunuh untuk
Dimakan”. Kompas, 1 November 2011. hlm. A1.

9. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dari Internet


Hal yang perlu dicantumkan dalam penulisan sumber rujukan dari internet adalah:
(1) nama pengarang, (2) tahun, (3) Judul artikel, (4) tanggal/bulan/tahun, dan (5)
alamat Web (URL).
Tata cara penulisan daftar sumber rujukan yang berasal dari koran adalah sebagai
berikut.
Nama pengarang. (Tahun terbit). Judul artikel. Diambil (tanggal pengasksesan)
dari alamat sumber rujukan.
.
Contoh:
University of Kent at Canterbury, The Centre for Social Anthropology and
Computing. (Tanpa Tahun). 45 Years in the Turkish Village, 1949-1994.
Paul Stirling's Ethnographic Data Archives. Diambil 14 April 2002 dari
http://lucy.ukc.ac.uk/TVillage/notes.html.

10. Penulisan Daftar Sumber Rujukan dari Televisi


Hal yang perlu dicantumkan dalam penulisan sumber rujukan dari televisi
adalah: (1) nama produser (nama belakang, nama depan), (2) direktur (nama

32
belakang, nama depan), (3) tahun, (4) judul, (5) frasa [Motion picture]/
[Television broadcast], (6) kota, dan (7) nama stasiun televise
Tata cara penulisan daftar sumber rujukan yang berasal dari televisi adalah
sebagai berikut.
Nama produser. (Tahun terbit). Judul film [Motion pitcure], negara: nama
stasiun televisi.
.
Contoh:
MetroTV (Producer). (1 September 2006). SBY Menjawab Wawancara dengan
MetroTV [Television broadcast]. Jakarta, Indonesia: MetroTV.

Shadyac, T. & M. G. Williams (Producers), dan Shadyac, T. (Director). (1998).


Patch Adams [Motion picture]. Universal City: Universal Pictures.

4 cm

DAFTAR PUSTAKA
3 cm

_________________________________________________________
____________________________________________________

Tidak diberi nomer

3 cm

tidak diberi nomer halaman

33
D. Lampiran
Lampiran dalam karya tulis memuat, daftar pertanyaan yang digunakan dalam
pengumpulan data; gambar–gambar dan lain–lain, halaman lampiran tidak diberi
nomor halaman. Sifat lampiran melengkapi karya tulis.

4 cm
LAMPIRAN

2 spasi

Daftar pedoman wawancara ………………… dst

34
DAFTAR PUSTAKA

Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. NTT: Nusa Indah.

Widharyanto, B. 2002. Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra


Indonesia, dan Daerah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Widoyoko, Eko Putro. 2014. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

35
LAMPIRAN

Format Karya Tulis:


COVER
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Penegasan Istilah
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan*
B. Kajian Teori yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis*
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Ilmu Sosial
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Jenis Penelitian
C. Subjek dan Objek Penelitian (Populasi dan Sampel)
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
F. Teknik Menyimpulkan Data
Ilmu Alam
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Jenis Penelitian
C. Subjek dan Objek Penelitian (Populasi dan Sampel)*
D. Alat dan Bahan
E. Langkah Kerja/ Prosedur Penelitian
F. Teknik Analisis Data
G. Teknik Menyimpulkan Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
B. Hasil Penelitian/ Analisis Data
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

36

Anda mungkin juga menyukai