Anda di halaman 1dari 95

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

HALAMAN SA MPUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA PEKERJA NON MEDIS DI PUSAT KESEHATAN
JIWA NASIONAL RUMAH SAKIT JIWA DR. H. MARZOEKI MAHDI
(PKJN RSJMM) BOGOR TAHUN 2023

SKRIPSI

EVRI ERISKADEVI

20190301006

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2023
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
HALAMAN JUDU L

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA PEKERJA NON MEDIS DI PUSAT KESEHATAN
JIWA NASIONAL RUMAH SAKIT JIWA DR. H. MARZOEKI MAHDI
(PKJN RSJMM) BOGOR TAHUN 2023

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana


Kesehatan Masyarakat

EVRI ERISKADEVI

20190301006

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2023
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Evri Eriskadevi

NIM : 20190301006

Tanda Tangan :

Tanggal :01-Agustus-2023
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Evri Eriskadevi

NIM : 20190301006

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Judul Skripsi : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Pekerja Non-Medis Di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional dr. H. Marzoeki Mahdi
(PKJN RSJMM) Bogor Tahun 2023

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan
yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul

Menyetujui,

Prof. Dr. Apt. Aprilita Rina Yanti Eff, M.Biomed

(Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul)

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Dr. Mugi Wahidin, S.KM., M.Epid Tanda Tangan :


Penguji I : Ade Heryana, M.K.M Tanda Tangan :
Penguji II : Susi Shorayasari, S.KM., M.Kes Tanda Tangan :
Ditetapkan di :

Tanggal :

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

DATA DIRI
Nama : Evri Eriskadevi
Tempat, Tanggal Lahir : Depok, 03 November 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Jalan Merdeka Ujung No.33, Depok II Tengah
Contact Person : 085955207386
Alamat Email : evriersdv@gmail.com

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN


SMP (2013) : SMP Swasta Yayasan Pendidikan Tugu Ibu I
SMA (2016) : SMA Swasta Yayasan Pendidikan Tugu Ibu I
Perguruan Tinggi (2019-sekarang) : Universitas Esa Unggul

RIWAYAT ORGANISASI
SMP : Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
SMA : Majelis Perwakilan Kelas (MPK)
Perguruan Tinggi : Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Skripsi sivitas akademik Universitas Esa Unggul, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Evri Eriskadevi
NIM : 20190301006
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Ilmu-ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Esa
Unggul Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalti Free Right) atas karya ilmiah
saya yang berjudul :
“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PADA PEKERJA NON-MEDIS DI PUSAT KESEHATAN JIWA NASIONAL RUMAH
SAKIT JIWA DR. H. MARZOEKI MAHDI (PKJN RSJMM) BOGOR TAHUN 2023”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini
Universitas Esa Unggul berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencatumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 20 Agustus 2023
Yang menyatakan

(Evri Eriskadevi)

v
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Atas segala Rahmat dan Karunianya serta senantiasa memberikan kesehatan jasmani dan rohani.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi yang berjudul “Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa
Nasional Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi (PKJN RSJMM) Bogor Tahun 2023” Tidak
lupa, penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi. Penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Apt. Aprilita Rina Yanti Eff, M.Biomed., selaku Dekan Fakultas Ilmu-
ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.
2. Ibu Putri Handayani, SKM., M.KKK., selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Esa Unggul.
3. Bapak Dr. Mugi Wahidin, S.KM, M.Epid selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah membantu penulisan menyusun laporan hingga selesai.
4. Ibu Cut Alia Keumala Muda, SKM, M.K.K.K selaku dosen pembimbing akademik
yang selalu memberi saran dan solusi kepada penulis.
5. Para Dosen dan Staff Seketariat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul
yang selalu membantu segala keperluan proposal skripsi.
6. Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang telah memberikan penulis
kesempatan untuk melaksanakan penelitian.
7. Staff Diklit Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang telah membantu
penulis dalam mengurus administrasi dan surat.
8. Bapak Moch. Zaenal Muttaqin, SST, RD selaku pengurus PKJN Rumah Sakit Jiwa dr.
H. Marzoeki Mahdi yang telah memberikan bimbingan secara langsung di Rumah
Sakit selama pengambilan data penelitian.
9. Ibu Vitri Lestari, SKM, M.Kes selaku kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan dan
K3RS PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi yang telah memberikan
bimbingan secara langsung di Rumah Sakit selama pengambilan data penelitian.

vi
10. Ibu Ratna Susilawati, SKM selaku staff Instalasi Kesehatan Lingkungan dan K3RS
PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi yang telah mendampingi penulis
selama penelitian berlangsung.
11. Kepada kedua orang tua tercinta, yang telah memberikan do’a serta dukungan moral
dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini.
12. Kepada NIM 20190301006 terima kasih karena telah mengerjakan tugas akhir ini
dengan baik hingga selesai.
Demikian rasa syukur dan ucapan terimakasih yang dapat penulis ucapkan kepada semua
pihak. Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan yang
harus diperbaiki, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu dan
melengkapi segala kekurangan pada proposal skripsi ini. Penulis berharap proposal skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca bagi semua pihak, terutama rekan-
rekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan.

Jakarta, 2023

Evri Eriskadevi

vii
ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit degenerative yang menjadi masalah serius di dunia. Hipertensi
dikategorikan sebagai the silent killer disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi. Menurut World Health Organization (2021) 42% penderitanya tidak sadar mengalami
hipertensi karena sering terjadi tanpa keluhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara usia, jenis kelamin, Riwayat keluarga, kebiasaan merokok, dan obesitas dengan
kejadian hipertensi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitaif dengan pendekatan cross sectional.
Besar sampel yang diperoleh dari hasil penelitian sebanyak 58 sampel. Penelitian berlangsung pada bulan
April – Juli 2023. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan tensimeter digital
untuk mengukur tekanan darah. Hasil data disajikan dalam bentuk analisis univariat dan bivariat dengan
menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan bahwa usia (p=0,047), jenis kelamin
(p=0,015), Riwayat keluarga (p=0,007), dan obesitas (p=0,019) menunjukan adanya hubungan yang
signifikan dengan kejadian hipertensi. Namun kebiasaan merokok (p=0,634) tidak menunjukan adanya
hubungan yang signifikan. Pekerja yang menderita hipertensi dengan usia ≥45 tahun, sebaiknya menjaga
pola gaya hidup, seperti menurunkan berat badan, Batasi asupan lemak dan garam, memperbanyak makan
buah dan sayur, tidak merokok, dan melakukan olahraga yang teratur.
Kara kunci: Hipertensi, Faktor Risiko, Pekerja, Rumah Sakit
6 Bab, 79 halaman, 2 gambar, 16 daftar tabel, 6 lampiran
ABSTRACT
Hypertension is a degenerative disease that is a serious problem in the world. Hypertension is
categorized as a silent killer disease because sufferers do not know they have hypertension. According to
the World Health Organization (2021), 42% of sufferers are unaware of having hypertension because it
often occurs without complaints. The purpose of this study was to determine whether there is a
relationship between age, gender, family history, smoking habits, and obesity with the incidence of
hypertension. The type of research conducted was quantitative with a cross-sectional approach. The
sample size obtained from the results of the study was 58 samples. The research took place in April - July
2023. The instruments used in this study were questionnaires and digital tensimeters to measure blood
pressure. The data results are presented in the form of univariate and bivariate analysis using the chi-
square test. The results showed that age (p=0.047), gender (p=0.015), family history (p=0.007), and
obesity (p=0.019) showed a significant relationship with the incidence of hypertension. However, smoking
habit (p=0.634) did not show a significant relationship. Workers who suffer from hypertension with age
≥45 years, should maintain lifestyle patterns, such as losing weight, limiting fat and salt intake, eating
more fruits and vegetables, not smoking, and doing regular exercise.
Keywords: Hypertension, Risk Factors, Workers, Hospital
6 chapters, 79 pages, 2 pictures, 16 tables, 6 appendixes

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS .................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4

1.3. Pertanyaan Penelitian .......................................................................................................... 4

1.4. Tujuan penelitian ................................................................................................................. 5

1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................................ 5


1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian............................................................................................................... 6

1.5.1 Bagi pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi ....... 6
1.5.2. Bagi Rumah Sakit .................................................................................................. 7
1.5.3. Bagi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan ...................................................................... 7
1.5.4. Bagi Peneliti Lain .................................................................................................. 7
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 9


2.1. Landasan Teori .................................................................................................................... 9

2.1.1 Hipertensi ............................................................................................................... 9

ix
2.1.2 Faktor Risiko Hipertensi ...................................................................................... 14
2.2. Kerangka Teori .................................................................................................................. 24

2.3. Penelitian Terkait ............................................................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................ 27


3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................................................. 27

3.2 Definisi Operasional .......................................................................................................... 27

3.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................................................... 30

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................................ 30

3.5 Jenis Penelitian .................................................................................................................. 30

3.6 Populasi dan Sampel ......................................................................................................... 30

3.6.1 Populasi................................................................................................................ 31
3.6.2 Sampel ................................................................................................................. 31
3.6.3 Teknik Pengambilan Sampel................................................................................ 32
3.7 Pengumpulan Data ............................................................................................................ 33

3.8 Instrumen Penelitian .......................................................................................................... 33

3.9 Analisis Data ..................................................................................................................... 35

3.9.1 Analisis Univariat ................................................................................................ 35


3.9.2 Analisis Bivariat .................................................................................................. 35
BAB IV HASIL ........................................................................................................................... 37
4.1 Analisis Univariat.............................................................................................................. 37

4.1.1 Gambaran kejadian penyakit hipertensi pada pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa
Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023. ............ 37
4.1.2 Gambaran usia pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa
dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023. ......................................................... 37
4.1.3 Gambaran jenis kelamin pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023. ....................................... 38
4.1.4 Gambaran Riwayat keluarga pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 ............................ 38
4.1.5 Gambaran kebiasaan merokok pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 ............................ 38
4.1.6 Gambaran obesitas pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit
Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.................................................. 39
4.2 Analisis Bivariat ................................................................................................................ 39

x
4.2.1 Hubungan antara usia dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa
Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 ............. 39
4.2.2 Hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi Pekerja di Pusat Kesehatan
Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 .... 40
4.2.3 Hubungan antara Riwayat keluarga dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat
Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun
2023 ..................................................................................................................... 41
4.2.4 Hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat
Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun
2023 ..................................................................................................................... 42
4.2.4 Hubungan antara obesitas dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat Kesehatan
Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 .... 43
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................................................. 44
5.1 Analisis Univariat.............................................................................................................. 44

5.1.1 Gambaran kejadian hipertensi pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 ............................ 44
5.1.2 Gambaran usia pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa
dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 .......................................................... 45
5.1.3 Gambaran jenis kelamin pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 ........................................ 46
5.1.4 Gambaran Riwayat keluarga pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 ............................ 47
5.1.5 Gambaran kebiasaan merokok pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 ............................ 48
5.1.6 Gambaran obesitas pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit
Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.................................................. 49
5.2 Analisis Bivariat ................................................................................................................ 50

5.2.1 Hubungan antara usia dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa
Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 ............. 50
5.2.2 Hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat
Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun
2023 ..................................................................................................................... 51
5.2.3 Hubungan antara Riwayat keluarga dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat
Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun
2023 ..................................................................................................................... 53
5.2.4 Hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat
Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun
2023 ..................................................................................................................... 54
5.2.5 Hubungan antara obesitas dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat Kesehatan
Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 .... 55
5.3 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................................... 56

xi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 58
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 58

6.2 Saran ............................................................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 61


LAMPIRAN................................................................................................................................. 66
Lampiran 1 Informed Consent Penelitian ................................................................................. 66

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian .............................................................................................. 67

Lampiran 3 Ethical Approval .................................................................................................... 68

Lampiran 4 Ethical Clearence PKJN RSJMM .......................................................................... 69

Lampiran 5 Surat Penelitian Rumah Sakit ................................................................................ 69

Lampiran 6 Hasil Analisis ......................................................................................................... 70

xii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Joint National Comitte - VII ............................... 10
Table 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO - ISH ......................................................... 10
Table 2.3 Tekanan Darah Berdasarkan Usia Menurut American Heart Association / AHA ......... 16
Table 2.4 Klasifikasi Indeks Masa Tubuh Populasi Asia Menurut WHO ..................................... 19
Table 2.5 Penelitian Terkait .......................................................................................................... 25
Tabel 4.1 Gambaran kejadian penyakit hipertensi pada pekerja di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 ............................................................................ 37
Tabel 4.2 Gambaran Usia Pada Pekerja di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor Tahun 2023 ........................................................................................................ 37
Tabel 4.3 Gambaran Jenis Kelamin pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit
Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 .......................................................... 38
Tabel 4.4 Gambaran Riwayat Keluarga pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 ................................................. 38
Tabel 4.5 Gambaran Kebiasaan Merokok Keluarga pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa
Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 ..................... 38
Tabel 4.6 Gambaran Obesitas pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa
dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 .................................................................. 39
Tabel 4.7 Hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi pada pekerja di PKJN RSJMM
Bogor Tahun 2023 ........................................................................................................ 39
Tabel 4.8 Hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi pada pekerja di PKJN RSJMM
Bogor Tahun 2023 ........................................................................................................ 40
Tabel 4.9 Hubungan antara Riwayat hipertensi keluarga dengan hipertensi pada pekerja di PKJN
RSJMM Bogor Tahun 2023.......................................................................................... 41
Tabel 4.10 Hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi pada pekerja di PKJN
RSJMM Bogor Tahun 2023.......................................................................................... 42
Tabel 4.11 Hubungan antara obesitas dengan hipertensi pada pekerja di PKJN RSJMM Bogor
Tahun 2023 ................................................................................................................... 43

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................................................... 24


Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................................... 27

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent Penelitian ..................................................................................... 66


Lampiran 2 Kuesioner Penelitian.................................................................................................. 67
Lampiran 3 Ethical Approval ........................................................................................................ 68
Lampiran 4 Ethical Clearence PKJN RSJMM.............................................................................. 69
Lampiran 5 Surat Penelitian Rumah Sakit .................................................................................... 69
Lampiran 6 Hasil Analisis ............................................................................................................. 70

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian


Pola penyakit di Indonesia mengalami transisi epidemiologi selama dua dekade terakhir,
yaitu dari penyakit menular yang semula menjadi beban utama kemudian mulai beralih
menjadi penyakit tidak menular (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Penyakit Tidak Menular
(PTM) atau biasa juga disebut sebagai penyakit degenerative. Penyakit tidak menular
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat karena tingkat morbiditas dan mortalitas
yang tinggi secara global perkiraan kematian yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular
adalah sekitar 60% dan 43% diantaranya adalah meninggal dengan mengalami kesakitan
(WHO, 2013). Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang dapat
menyebabkan kematian. Mengategorikan penyakit ini sebagai the silent killer disease karena
penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksa tekanan
darahnya (WHO, 2018).

Hipertensi merupakan penyakit degenerative yang menjadi masalah serius saat ini.
Hipertensi dikategorikan sebagai the silent killer disease karena penderita tidak mengetahui
dirinya mengidap hipertensi. Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah terus
menerus meningkatkan tekanan. Darah dibawa dari jantung ke seluruh bagian tubuh melalui
pembuluh darah. Semakin tinggi tekanan, semakin keras jantung harus memompa. Hipertensi
merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai
peringatan dini. Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi (Kemenkes
RI, 2010).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2020 menunjukkan sekitar 1,13
Miliar masyarakat di dunia mengalami penyakit hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan
diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa prevalensi global hipertensi saat
ini sebesar 22% dari total populasi dunia. Prevalensi hipertensi di Asia Tenggara menempati
urutan ke-3 tertinggi sebesar 25% dari total populasi (WHO, 2020).

1
Menurut Riskesdas dalam Kemenkes RI (2021) prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
34,1%, mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi hipertensi pada Riskesdas Tahun
2013 sebesar 25,8%. Menurut data Sample Registration System (2014) Indonesia pada tahun
2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima)
pada semua umur. Menurut World Health Organization (2021) 42% penderitanya tidak sadar
mengalami hipertensi karena sering terjadi tanpa keluhan.

Pada tahun 2018, Jawa Barat menduduki urutan ke dua sebagai Provinsi dengan kasus
Hipertensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 39,6% setelah Kalimantan Selatan (Kemenkes
RI, 2019). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor 2018, Hipertensi termasuk dalam
sepuluh besar penyakit terbanyak di Kota Bogor, tepatnya terbanyak kedua setelah penyakit
Nasofaringitis akut. Data kunjungan hipertensi mengalami peningkatan dari tahun 2016
sampai dengan tahun 2020. Data hipertensi pada tahun 2016 terdapat 12.658 orang yang
menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan pada tahun 2020 yaitu 53.635 orang. Dari
53.635 penderita hipertensi tahun 2020 di kota Bogor, 31.882 penderita berjenis kelamin
perempuan dan 21.753 berjenis kelamin laki-laki (Dinkes Kota Bogor, 2018).

Hipertensi merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. Dari
beberapa penelitian telah membuktikan hal-hal yang menjadi faktor risiko yang berpengaruh
terhadap timbulnya kejadian hipertensi. Faktor risiko hipertensi dapat di golongkan menjadi
faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan usia
sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi seperti obesitas dan kebiasaan merokok (Indayani,
2016). Sedangkan menurut penelitian Irawan (2020) beberapa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian hipertensi diantaranya faktor (usia, jenis kelamin, genetic), obesitas
dari obat-obatan (steroid, obat penghilang rasa sakit).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2019) terdapat hubungan antara umur,
jenis kelamin, dan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Penelitian yang dilakukan
oleh Irene (2019) terdapat hubungan antara merokok dengan hipertensi. Penelitian yang
dilakukan Topan (2021) dengan topik hipertensi pada pekerja juga menemukan bahwa faktor
usia dan Riwayat genetic keluarga dapat menyebabkan timbulnya kejadian hipertensi.

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol akan menganggu kerja organ tubuh sehingga
akan menimbulkan komplikasi yang bisa mengakibatkan ketidakseimbangan. Hal ini akan

2
sangat membahayakan seseorang khususnya pada para pekerja yang setiap harinya produktif,
seperti pekerja di Rumah Sakit yang memiliki jam kantor dari senin sampai dengan minggu.

Penyakit hipertensi jika tidak ditangani dengan serius akan memperburuk organ tubuh
sehingga menimbulkan komplikasi seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), gagal jantung,
diabetes, gagal ginjal dan bahkan stroke. Komplikasi hipertensi menjadi penyebab 9,4 juta
kematian per tahun. Beberapa jenis komplikasi hipertensi yang paling banyak dialami adalah
penyakit jantung, penyakit ginjal kronis, dan stroke. Hipertensi menjadi penyebab dari 45%
kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke di seluruh dunia (World
Health Organization, 2013). Di Amerika Serikat, 7 dari 10 orang yang mengalami serangan
jantung pertama merupakan penderita hipertensi. Sedangkan 8 dari 10 orang yang mengalami
stroke pertama dan 7 dari 10 orang yang mengalami gagal jantung kronis juga merupakan
penderita hipertensi (CDC, 2015).

Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi (PKJN
RSJMM) Bogor telah resmi ditetapkan sebagai Pusat Kesehatan Jiwa Nasional. Hal itu
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/741/2022 (Kementerian Kesehatan, 2022). Profesi dari berbagai pekerja
yang berada di Rumah Sakit memiliki pola aktivitas fisik yang bervariasi, seperti instansi
Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Komite Mutu Rumah Sakit, Unit Kesehatan
Lingkungan dan K3RS, Manajemen Promosi Kesehatan Rumah Sakit, Komite PPI, Rawat
Inap Psikiatri, dan lain-lain. Kejadian hipertensi pada pekerja non medis di PKJN Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor risko, akan tetapi
penelitian terkait hal ini belum dilakukan. Karyawan di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H.
Marzoeki Mahdi ini memiliki profesi yang mempunyai risiko terkena hipertensi seperti pada
bagian Manajemen Rumah Sakit yang memiliki kondisi posisi duduk yang lama dalam setiap
harinya. Intensitas duduk terlalu lama dengan minim pergerakan dapat meningkatkan risiko
obesitas pada pekerja karena adanya penimbunan lemak pada tubuh. Kondisi ini membuat
tidak maksimalnya pembakaran kalori sehingga keseimbangan energi dalam tubuh dapat
terganggu dan berdampak pada kelebihan berat badan dan berisiko hipertensi dan karyawan
di Rumah Sakit ini rata-rata memiliki usia ≥45 tahun, ada beberapa karyawan yang memiliki
kondisi badan dengan berat yang berlebih dan perokok aktif.

3
Pada studi pendahuluan terhadap 10 orang karyawan non medis di Pusat Kesehatan Jiwa
Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi (PKJN RSJMM) Bogor, karyawan
diperiksa tekanan darahnya dan didapati 6 orang (60%) karyawan mengidap hipertensi
diantaranya 4 orang laki-laki, dan 2 orang perempuan. Dari hasil wawancara, penyebabnya
adalah faktor Riwayat dalam keluarga, memiliki berat badan berlebih dan memiliki usia ≥45
tahun. 3 dari karyawan yang menderita hipertensi mengaku sering merasakan sakit kepala
setelah jam kerja sudah berakhir. Sepuluh karyawan tersebut terdiri dari 6 orang laki-laki,
dan 4 orang perempuan berasal dari bagian administrasi Rumah Sakit, Komite Mutu Rumah
Sakit, Unit Kesehatan Lingkungan dan K3RS, manajemen promosi Kesehatan Rumah Sakit,
komite PPI, rawat inap psikiatri, dan lain-lain. Dari 10 orang tersebut, yang mempunyai
Riwayat hipertensi dalam keluarga sebanyak 7 orang (70%), karyawan memiliki usia ≥45
tahun 7 orang (70%), perokok aktif 6 orang (60%), dan 4 orang (40%) memiliki berat badan
berlebih. Berdasarkan latar belakang diatas penulis melakukan penelitian “Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pekerja non medis di PKJN Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023”

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang terdapat di
Pusat Kesehatan Jiwa Nasioal Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi yaitu dari hasil
kuesioner dan wawancara pada 10 pekerja non medis bagian manajemen dan administrasi
Rumah Sakit di dapati 6 orang pekerja (60%) mengidap hipertensi diantaranya 4 orang laki-
laki dan 2 orang perempuan penyebabnya adalah faktor Riwayat dalam keluarga, memiliki
berat badan berlebih dan memiliki usia ≥45 tahun. 3 dari karyawan yang menderita hipertensi
mengaku sering merasakan sakit kepala setelah jam kerja sudah berakhir. Dari 10 orang
tersebut, yang mempunyai Riwayat hipertensi dalam keluarga sebanyak 7 orang (70%),
karyawan memiliki usia ≥45 tahun 7 orang (70%), perokok aktif 6 orang (60%), dan 4 orang
(40%) memiliki berat badan berlebih. Dari uraian tersebut, penelitian ini diperlukan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit hipertensi pada
pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023.

1.3.Pertanyaan Penelitian

4
1. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit hipertensi pada
pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023?
2. Bagaimana gambaran kejadian penyakit hipertensi pada pekerja non medis di PKJN
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023?
3. Bagaimana gambaran usia pada pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H.
Marzoeki Mahdi Tahun 2023?
4. Bagaimana gambaran jenis kelamin pada pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit
Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023?
5. Bagaimana gambaran Riwayat keluarga pada pekerja non medis di PKJN Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023?
6. Bagaimana gambaran status merokok pada pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit
Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023?
7. Bagaimana gambaran obesitas pada pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr.
H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023?
8. Apakah ada hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi pada pekerja non medis
di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023?
9. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada pekerja
non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023?
10. Apakah ada hubungan antara Riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada
pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023?
11. Apakah ada hubunngan antara status merokok dengan kejadian hipertensi pada
pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023?
12. Apakah ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada pekerja non
medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023?

1.4.Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada


pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023.

5
1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran kejadian penyakit hipertensi pada pekerja non medis di


PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023.
2. Mengetahui gambaran usia pada pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit
Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023.
3. Mengetahui gambaran jenis kelamin pada pekerja non medis di PKJN Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023.
4. Mengetahui gambaran Riwayat keluarga pada pekerja non medis di PKJN
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023.
5. Mengetahui gambaran status merokok pada pekerja non medis di PKJN
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023.
6. Mengetahui gambaran obesitas pada pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit
Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023.
7. Mengetahui hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi pada pekerja
non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023.
8. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada
pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun
2023.
9. Mengetahui hubungan antara Riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi
pada pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi
Tahun 2023.
10. Mengetahui hubunngan antara status merokok dengan kejadian hipertensi
pada pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi
Tahun 2023.
11. Mengetahui hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada pekerja
non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Tahun 2023.

1.5.Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi pekerja non medis di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi

1. Memberikan sumber informasi kepada pekerja tentang bahaya hipertensi


2. Memberikan sumber informasi terkait status gizi dan tekanan darah pekerja

6
3. Memberikan sumber informasi untuk pencegahan hipertensi sehingga dapat
meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan terhadap bahaya dari hipertensi
sehingga bisa dicegah lebih awal

1.5.2. Bagi Rumah Sakit

1. Mengetahui gambaran kejadian hipertensi pada pekerja


2. Melakukan penanganan terhadap kondisi Kesehatan pekerja sehingga dampak
lebih lanjut dapat dicegah lebih awal

1.5.3. Bagi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

1. Memberikan hasil penelitian tentang hipertensi pada pekerja di PKJN Rumah


Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi
2. Penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan sebagai bahan penelitian
lebih lanjut

1.5.4. Bagi Peneliti Lain

1. Dapat dijadikan referensi atau bahan rujukan dalam pengembangan penelitian


lebih lanjut dibidang K3, Khususnya mengenai Penyakit Akibat Kerja yaitu
hipertensi pada pekerja di Rumah Sakit.
2. Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh
peneliti tentang metodelogi penelitian, epidemiologi penyakit tidak menular
khususnya penyakit hipertensi.

1.6.Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada
pekerja di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2023. Penelitian ini
dilakukan pada pekerja di bulan April - Juli 2023 berlokasi di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan
desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pekerja yang bekerja di PKJN Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor dengan sampel peneltiain yaitu 58 pekerja dengan
teknik pemilihan sampel menggunakan simple random sampling. Variabel yang diteliti
adalah Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan

7
kepada pekerja yang diisi secara langsung (offline) dan mandiri oleh pekerja di lokasi
penelitian, dan melakukan pengukuran tekanan darah menggunakan alat tensimeter digital.
Penelitian ini dilakukan karena kejadian hipertensi di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H.
Marzoeki Mahdi cukup tinggi (60%) dan risiko pada karyawan yang cukup besar. Analisis
data menggunakan univariat untuk mengetahui gambaran kejadian penyakit hipertensi pada
pekerja dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square dengan kepercayaan 95%.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1 Hipertensi

2.1.1.1 Definisi Hipertensi


Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronik akibat
Desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada pembuluh arteri,
berkaitan dengan meningkatnya tekanan darah pada arterial sistematik, baik
diastolik maupun sistolik, atau bahkan keduanya secara terus-menerus. Keadaan
ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras dari biasanya untuk menyalurkan
darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal tersebut dapat mengganggu
aliran darah, merusak pembuluh darah, bahkan dapat menyebabkan kematian
(Smeltzer, 2015).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013) seorang dapat
dikatakan mengalami penyakit hipertensi jika didapatkan hasil pemeriksaan
tekanan darah diatas 140/90 mmHg atau lebih, dalam keadaan istirahat, dengan
dua kali pemeriksaan dan selang waktu 5 menit. Dalam hal ini, 140 menunjukan
tekanan sistolik, sedangkan 90 menunjukan tekanan diastolic.
Menurut Zakky dalam tulisannya yang berada dalam buku Hipertensi
Manajemen Komprehensif mengatakan bahwa jika seseorang dengan hipertensi
berat yang memiliki tekanan darah 180/120 mmHg memerlukan evaluasi segera
untuk melihat adanya tanda-tanda kerusakan organ akut, dan memerlukan
pengobatan sesegera mungkin. Evaluasi pemeriksaan secara lengkap untuk
mengetahui adanya penyebab yang berpotensi terhadap derajat keparahan, dapat
ditunda dalam keadaan ini sampai dengan tercapainya target tekanan darah hingga
ke tingkat yang aman.
Menurut Lucky Aziza dalam bukunya yang berjudul Hipertensi the Silent
Killer menyatakan bahwa hipertensi digolongkan menjadi 2 kriteria, yaitu (Lucky
Aziza, 2007):
1. Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial

9
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya atau esensial. Hipertensi ini
biasanya selalu dikaitkan dengan faktor gaya hidup seperti kurangnya aktivitas
fisik dan pola makan yang tidak terarah. Sudah sekitar 90% seseorang mengalami
hipertensi primer atau essensial (Kemenkes RI, 2014).

2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang penyebabnya diketahui secara pasti, sekitar 5 – 10% kejadian


hipertensi disebabkan oleh penyakit ginjal. Sedangkan sekitar 1 – 2% disebabkan
oleh pemakaian obat tertentu maupun kelainan hormonal (Kemenkes RI, 2014).

2.1.1.2 Pengukuran Tekanan Darah


Alat pengukur tekanan darah atau Sfigmomanometer pada dasarnya terdiri
atas dua jenis, yaitu analog dan digital. Sfigmomanometer analog adalah yang
paling sering ditemui dapat menggunakan parameter air raksa atau merkuri jarum.
Sfigmomanometer digital yang dapat mengukur tekanan darah dengan energi
listrik dan tidak perlu menggunakan tenaga medis sehingga dapat dilakukan
penderita hipertensi untuk mengukur dan memantau tekanan darah di rumah
(Lucky Aziza, 2018).
Penggunaan alat ukur analog dan digital dilakukan dengan posisi dan kondisi
yang sudah disesuaikan secara ilmu dan etika kedokteran. Untuk meningkatkan
akurasi, pengukuran dapat dilakukan beberapa menit setelah pasien duduk di
ruang yang tenang sehingga intervensi yang dapat memengaruhi pengukuran
tekanan darah dapat diminimalkan (Lucky Aziza, 2018).

Klasifikasi Tekanan Darah:

Table 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Joint National Comitte - VII

Tekanan Darah Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pra-hipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi (stadium 1) 140 – 159 90 – 99
Hipertensi (stadium 2 atau bahaya) > 160 > 100

Table 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO - ISH


10
Kategori Tekanan Darah Sistol TekananDarah Diastol
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal – tinggi 130 – 139 85 – 89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140 – 159 90 – 99
Sub – group: perbatasan 140 – 149 90 – 94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub – group: perbatasan 140 – 149 <90

2.1.1.3 Patofisiologi Hipertensi


Banyak faktor yang turut berinteraksi dalam menentukan tingginya natrium
tekanan darah. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan resistensi perifer,
tekanan darah akan tinggi bila salah satu dari faktor yang menentukan tekanan
darah mengalami kenaikan (Kaplan, 2010).
a. Curah Jantung

Peningkatan curah jantung dapat terjadi melalui 2 cara yaitu peningkatan


volume cairan (preload) dan rangsangan syaraf yang mempengaruhi kontraktilitas
jantung. Bila curah jantung meningkat tiba-tiba, misalnya rangsangan syaraf
adrenergik, barorefleks akan 19 menyebabkan penurunan resistensi vaskuler dan
tekanan darah akan normal, namun pada orang tertentu, kontrol tekanan darah
melalui barorefleks tidak adekuat, ataupun kecenderungan yang berlebihan akan
terjadi vasokonstriksi perifer, menyebabkan hipertensi yang temporer akan
menjadi hipertensi dan sirkulasi hiperkinetik (Kaplan, 2010).

b. Resistensi Perifer

Peningkatan resistensi perifer dapat disebabkan oleh hipertrofi dan konstriksi


fungsional dari pembuluh darah, berbagai faktor yang dapat menyebabkan
mekanisme ini yaitu adanya: 1) promote pressure growth seperti adanya
katekolamin, resistensi insulin, angiostensin, hormon natriuretik, hormon
pertumbuhan, dll 2) faktor genetik adanya defek transport natrium dan Ca
terhadap sel membran. 3) faktor yang berasal dari endotel yang bersifat

11
vasokonstriktor seperti endotelium, tromboxe A2 dan prostaglandin H2 (Kaplan,
2010).

2.1.1.4 Gejala Hipertensi


Seseorang yang menderita hipertensi bisa saja tidak menampakkan gejala
hingga bertahun-tahun. Gejala ada jika menunjukan adanya kerusakan vascular,
dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nocturia atau peningkatan urinasi pada malam hari dan
azotemia atau peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien
yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau
gangguan tajam penglihatan (Dafriani & Prima, 2019).
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan,
dan penyempitan pembulu darah. Gejala umum yang ditimbulkan akibat
menderita hipertensi tidak sama pada setiap seseorang, bahkan ada seseorang
yang timbul tanpa gejala apapun yang dialaminya. Secara umum gejala hipertensi
yang sejauh ini dikeluhkan oleh si penderita hipertensi, antara lain (Dafriani &
Prima, 2019):
a. Sakit Kepala
b. Rasa pegal dan merasa tidak nyaman pada tengkuk
c. Selalu merasa seperti berputar dan serasa ingin jatuh
d. Detak jantung berdebar terasa cepat
e. Telinga berdengung

Sebagai besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi berupa:

a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan datah intrakramial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina yang disebabkan oleh hipertensi
c. Ayunan, Langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
2.1.1.5 Komplikasi Hipertensi

12
Jika hipertensi tidak dikendalikan akan adanya dampak yang timbul seperti
penyakit komplikasi lainnya. Komplikasi hipertensi pada organ lain dapat
menyebabkan penyakit lain yang dapat merusak organ ginjal, pendarahan selaput
getah bening, pecahnya pembuluh darah di otak, dan kelumpuhan.

Berikut komplikasi dari penyakit hipertensi, yaitu:

1. Stroke

Tekanan darah yang tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak atau
stroke. Srroke merupakan kematian jaringan otak yang terjadi karena
berkurangnya aliram darah dan oksigen ke otak. Biasanya kasus ini terjadinya
secara mendadak dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit
(Anshari, 2020).

2. Gagal Jantung

Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga
jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan
oleh kerja kerasnya jantung untuk memompa darah (Anshari, 2020).

3. Gagal Ginjal

Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan
akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun
hingga mengalami gagal ginjal. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi,
yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna (Anshari, 2020).

2.1.1.6 Pencegahan Hipertensi


Untuk pencegahan penyakit hipertensi sendiri yaitu dapat dilakukan melalui
lima pendekatan yang bisa dilakukan oleh masing-masing seseorang, yaitu:
1. Memberikan edukasi tentang hipertensi kepada masyarakat. Hipertensi tidak
hanya disebabkan oleh kelalaian individu dalam menjaga tubuhnya, tetapi bisa
juga hipertensi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan informasi
masyarakat tentang suatu penyakit salah satunya yaitu penyakit hipertensi.

13
Masih kurangnya informasi tentang perbaikan pola makan bagi penderita
hipertensi juga membuat pengetahuan masyarakat akan perbaikan pola makan
juga masih rendah. Pemberian informasi kesehatan diharapkan mampu
mencegah dan mengurangi angka kejadian suatu penyakit dan sebagai sarana
promosi kesehatan. Pemberian edukasi mengenai hipertensi terbukti efektif
dalam pencegahan hipertensi.
2. Modifikasi gaya hidup individu. Gaya hidup merupakan faktor penting yang
sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Modifikasi gaya hidup dapat
dilakukan dengan membatasi asupan garam, menurunkan berat badan agar
menghindari terjadinya obesitas, tidak merokok, tidak meminum alcohol, dan
menghindari asupan makanan berlemak yang berlebih. Menjalankan pola
hidup sehat setidaknya selama 4–6 bulan terbukti dapat menurunkan tekanan
darah dan secara umum dapat menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular.
3. Pencegahan Primer, yaitu melakukan istirahat yang cukup dengan cara tidur
dengan minimal (6 – 8 jam) per hari.
4. Pencegahan Sekunder, yaitu melakukan pola makanan yang sehat, seperti
mengurangi konsumsi garam, tidak mengonsumsi alcohol, dan berhenti
merokok.
5. Pencegahan Tersier, yaitu pengontrolan tekanan darah secara rutin, olahraga
secara teratur dan menyesuaikan dengan kondisi tubuh.

2.1.2 Faktor Risiko Hipertensi

2.1.2.1 Faktor Risiko Hipertensi yang tidak dapat di modifikasi


a. Jenis Kelamin

Hipertensi berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki dan usia.


Namun, pada usia tua, risiko hipertensi meningkat tajam pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Hipertensi berkaitan dengan IMT atau Indeks
Masa Tubuh. Laki-laki obesitas lebih mempunyai risiko hipertensi lebih
besar dibandingkan perempuan obesitas dengan berat badan sama. Di
Amerika Serikat, tekanan darah sistolik rata-rata lebih tinggi pada laki-

14
laki daripada perempuan sepanjang awal dewasa, walaupun pada individu
lebih tua peningkatan terkait usia lebih tinggi pada perempuan (Leonard,
2015).

Pria cenderung lebih banyak menderita penyakit hipertensi dari


pada Wanita. Hal tersebut dikarenakan adanya dugaan bahwa gaya hidup
pria yang kurang sehat dibandingkan dengan Wanita. Akan tetapi,
prevalensi hipertensi akan mengalami peningkatan setelah memasuki usia
menopause, hal ini disebabkan karena adanya perubahan hormonal yang
dialami Wanita yang sudah menopause (Sari, 2017). Penelitian terbaru
telah mengidentifikasi beberapa kemungkinan mekanisme yang
berhubungan dengan hipertensi antara laki-laki dan perempuan. Sebuah
publikasi terbaru membahas tentang sistem imun pada laki-laki dan
perempuan yang mengalami hipertensi. Perempuan memiliki imun anti
inflamasi yang lebih kuat sedangkan profil imun pada laki-laki lebih
bersifat pro inflamasi. Kondisi tersebut menjadikan jenis kelamin
perempuan memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami hipertensi.

Dari hasil penelitian Elsanti (2009) didapatkan hasil lebih dari


setengah penderita hipertensi berjenis kelamin Wanita sekitar 56,6%.
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa.
Sedangkan pada Wanita menyerah setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah Wanita. Pada penelitian Lestari (2019)
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dengan kejadian hipertensi.

b. Usia

Menurut WHO (2013) usia merupakan lamanya seseorang hidup


mulai dari sejak dilahirkan sampai saat diwawancarai, semakin tinggi
usia seseorang maka semakin matang seseorang itu dalam berfikir dan
bertindak. Usia sangat berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan,
kedewasaan merupakan tingkat kemampuan teknis atau psikologis dalam

15
pelaksanaan tugas, semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat
kedewasaannya.

Pada penellitian Framingham Heart Study, pada orang normotensi


pada usia 55 atau 65 tahun, kemudian diikuti selama 20 tahun, 90% di
antaranya akan menjadi hipertensi pada usia 75 atau 85 tahun. Di
Amerika Serikat, hipertensi terkontrol pada Wanita berusia 70 – 79 tahun
hanya 29%. Morbiditas dan mortalitas kardiovaskular meningkat sesuai
oeningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic, tetapi pada individu di
atas 50 tahun, tekanan sistolik dan tekanan nadi merupakan predictor
komplikasi yang lebih baik dibandingkan tekanan diastolic (Leonard,
2015).

Pada umumnya, Penyakit hipertensi paling banyak dialami oleh


kelompok umur ≥45 tahun dan umumnya berkembang pada saat umur
seseorang mencapai paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya
yang berusia ≥45 tahun bahkan pada usia ≥60 tahun keatas. Kepekaan
terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur
seseorang. Individu yang berumur ≥60 tahun, 50-60% mempunyai
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu
merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah
usianya (Departemen Kesehatan, 2009).

Table 2.3 Tekanan Darah Berdasarkan Usia Menurut American Heart


Association / AHA

16
Usia Minimal Normal Maksimal
14 – 19 105 / 73 117 / 77 120 / 81
20 – 24 108 / 75 120 / 79 132 / 83
25 – 29 109 / 76 121 / 80 133 / 84
30 – 34 110 / 77 122 / 81 134 / 85
35 – 39 111 / 78 123 / 82 135 / 86
40 – 44 112 / 79 125 / 83 137 / 87
45 – 49 115 / 80 127 / 84 139 / 88
50 – 54 116 / 81 129 / 85 142 / 89
55 – 59 118 / 82 131 / 86 144 / 90
60 – 64 121 / 83 134 /87 147 / 91

Source: American Heart Association

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Namira (2014)


ditemukan bahwa responden yang memiliki usia ≥45 tahun memiliki
proporsi kejadian hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
usia responden usia <45 tahun. Pada penelitian Heni (2017) menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia dengan
kejadian hipertensi.

c. Genetic

Hipertensi pada orang yang mempunyai Riwayat hipertensi dalam


keluarga sekitar 15 – 35%. Hipertensi dibawah 55 tahum terjadi 3.8 kali
lebih sering pada orang dengan Riwayat hipertensi dalam keluarga.
Menurut WHO, anggota keluarga dengan riyawat hipertensi akan berisiko
lebih besar untuk menderita hipertensi. Bila dalam satu keluarga ada yang
menderita hipertensi pada anggota keluarga, makan yang lainnya pada
masa mendatang hipertensi tersebut juga akan meningkat (Heni, 2015).

Riwayat hipertensi yang di dapat pada kedua orang tua, akan


meningkatkan risiko terjadinya hipertensi esensial. Seseorang yang
memiliki keluarga yang menderita hipertensi, memiliki risiko lebih besar

17
menderita hipertensi essensial. Adanya faktor genetic pada keluarga
tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut memiliki risiko menderita
hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium
intraseluler dan rendahkan antara potassium terhadap sodium. Hipertensi
cenderung merupakan penyakit keturunan jika seseorang dari orang tua
menderita hipertensi, maka sepanjang hidup keterunan mempunyai 25%
maka kemungkinan 60% keturunannya akan menderita hipertensi
(Astiari, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dinda (2020)


menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara genetic
atau Riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Analisis multivariat
menunjukan bahwa variable genetic atau Riwayat keluarga merupakan
faktor risiko paling dominan dalam menyebabkan hipertensi (Dinda,
2020).

2.1.2.2 Faktor yang dapat dimodifikasi


a. Obesitas

Obesitas terjadi pada 64% seseorang yang terkena hipertensi.


Lemak badan mempengaruhi kenaikan tekanan darah dan hipertensi.
Penurunan berat badan menurunkan tekanan darah pada seorang obesitas
dan memberikan efek menguntungkan pada faktor risiko terkait, seperti
resistensi insulin, dan diabetes melitus.

Insiden obesitas lebih tinggi pada perempuan 34.4% dibandingkan


laki-laki 28.6%. Obesitas sebuah masalah Kesehatan di dunia, telah
diidentifikasi sebagai faktor risiko sangat penting untuk penyakit
hipertensi. Individu obesitas mempunyai risiko lebih tinggi signifikan
terjadinya hipertensi. Obesitas diketahui sebagai hasil kombinasi
disfungsi pusat makan di otak, ketidakseimbangan asupan energi dan
pengeluaran, dan variasi genetic.

18
Obesitas adalah keadaan dimana terjadi penimbuan lemak berlebih
didalam jaringan tubuh. Jaringan lemak tidak aktif akan menyebabkan
beban kerja jantung meningkat. Kelebihan berat badan berkaitan dengan
2 hingga 6 kali kenaikan risiko hipertensi. Obesitas adalah presentasi
abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam IMT atau Indeks Masa Tubuh
yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam
meter. Cara untuk mengetahui obesitas yaitu dengan menggunakan
Indeks Masa Tubuh yang dapat dihitung menggunakan rumus:

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Table 2.4 Klasifikasi Indeks Masa Tubuh Populasi Asia Menurut


WHO

Indeks Masa Tubuh (kg/cm2) Kategori


<18.5 Berat badan kurang
18.50 – 22.9 Normal
>23 Berat badan lebih
23 – 24.9 Beresiko
25 – 29.9 Obesitas derajat 1
>30 Obesitas derajat 2
Sumber: The Asia Pasific Prespektif, 2000 dalam (Kemenkes, 2013)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Sulastri &


Ramadhani, 2019) yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikasn antara obesitas dan kejadian hipertensi.

b. Konsumsi Alcohol berlebih

Konsumsi alcohol akan meningkatkan risiko hipertensi, namun


mekanismenya belum begitu jelas, dalam mengkonsumsi alcohol
mungkin akibat meningkatnya transport kalsium ke dalam sel otot polos
dan melalui peningkatan katekolamin plasma. Terjadinya hipertensi lebih
tinggi pada peminum alcohol berat akibat dari aktivasi simpatetik.

19
Konsumsi minuman alkohol secara berlebihan akan berdampak
buruk pada kesehatan jangka panjang. Salah satu akibat dari konsumsi
alkohol yang berlebihan tersebut adalah terjadinya peningkatan tekanan
darah yang disebut hipertensi. Alkohol merupakan salah satu penyebab
hipertensi karena alkohol memiliki efek yang sama dengan
karbondioksida yang dapat meningkatkan keasaman darah, sehingga
dalah menjadi kental dan jantung dipaksa untuk memompa (I Gusti Ayu,
2017).

Beberapa mekanisme dalam tubuh yang menyebabkan hipertensi


akibat alcohol adalah ketidakseimbangan system saraf pusat, gangguan
baroreseptor, dan peningkatan aktivitas simpatis. Selain itu hilangnya
relaksasi karena peradangan dan cedera oksidatif endotelium oleh
angiotensin II yang mengarah ke penghambatan endotelium yang
bergantung pada produksi nitrat adalah kontributor utama hipertensi
akibat alcohol (Husain, Ansari, & Ferder, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ayu (2017)


mengatakan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan antara pola
konsumsi minuman beralkohol dengan kejadian hipertensi.

c. Merokok

Rokok menghasilkan nikotin dan karbon monoksida, suatu


vasokonstriktor poten menyebabkan hipertensi. Merokok dapat
meningkatkan tekanan darah juga melalui peningkatan norepinefrin
plasma dari saraf simpatetik. Efek sinergistik merokok dan tekanan darah
tinggi pada risiko kardiovaskular telah jelas. Merokok menyebabkan
aktivitas simpatetik, stress oksidatif, dan efek vasopresor akut yang
dihubungkan dengan peningkatan marker inflamasi, yang akan
mengakibatkan disfungsi endotel, cedera pembuluh darah, dan
meningkatnya kekakuan pembuluh darah. Setiap batang rokok dapat
meningkatkan tekanan darah 7/4 mmHg.

20
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang
di hisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan tekanan darah
tinggi. Merokok juga dapat menyebabkan meningkatnya denyut nadi
jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung.
Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan
risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Departemen Kesehatan,
2015).

Perokok aktif bukan satu-satunya pihak yang terpapar asap rokok.


Asap dan uap bekas rokok adalah bahaya yang mengancam kesehatan
orang lain yang bukan perokok (perokok pasif). Orang tidak merokok
yang memiliki tekanan darah tinggi dan kolesterol darah tinggi memiliki
risiko lebih besar terkena penyakit jantung ketika mereka terpapar asap
rokok orang lain (AHA, 2015) Perokok pasif juga berisiko mengalami
hipertensi dan berbagai jenis penyakit kardiovaskular lain dikarenakan
darah mereka juga terpapar asap rokok sehingga cenderung lebih kental
dan memicu penyumbatan pembuluh darah (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irene Megawati (2019)


mengatakan bahwa terdapat hubungan antara Merokok dengan
Hipertensi. Lalu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyani
(2022) juga mengatakan hal yang sama yaitu menunjukan bahwa
kebiasaan merokok bisa memicu terkena penyakit hipertensi.

d. Konsumsi Garam Berlebih

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena


menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan menyebabkan
peningkatan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus
hipertensi essensial terjadi respons penurunan tekanan darah dengan
mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengonsumsi garam 3
gr atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan

21
pada masyarakat asupan garam sekiitar 7 – 8 gr tekanan darah rata-rata
lebih tinggi (Departemen Kesehatan, 2015)

Seorang dengan tekanan darah normal tinggi atau tinggi sebaiknya


konsumsi garam tidak lebih dari 100 mmol garam per hari. Asupan garam
dapat menyebabkan rigiditas otot polos vascular, oleh karena itu asupan
garam berlebihan dapat menyebabkan hipertensi.

WHO menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga


6gr sehari (2400mg natrium). Konsumsi garam berlebih akan
meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan mengganggu keseimbangan
cairan. Masuknya cairan ke dalam sel akan mengeringkan diameter
pembuluh darah arteri sehingga jantung memompa darah lebih kuat yang
berakibat meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tekanan darah
berpengaruh pada peningkatan kerja jantung, yang akhirnya akan
meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dan stroke. Selain itu
konsumsi garam yang tinggi dapat mengganggu kerja ginjal. Garam harus
dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal, tetapi karena natrium sifatnya
mengikat banyak air, maka makin tinggi garam membuat volume darah
meningkat. Volume darah semakin tinggi sedangkan lebar pembuluh
darah tetap, maka alirannya jadi deras, yang artinya tekanan darah
menjadi semakin meningkat. Sehingga akan menambah risiko hipertensi.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Berdasarkan penelitian Sutri Indayani (2016) ada hubungan


konsumsi garam dengan kejadian hipertensi. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Chouk Norist (2018) juga mengatakan hal yang sama
yaitu menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan konsumsi
natrium.

e. Kurangnya Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik
mengacu pada semua gerakan termasuk selama waktu senggang, untuk

22
transportasi menuju tempat, atau sebagai bagian dari pekerjaan seseorang
(WHO, 2018).

Tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup sebagai bagian dari


gaya hidup akan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Rendahnya
aktivitas fisik berhubungan langsung dengan peningkatan berat badan
(WHO, 2013). Peningkatan berat badan tersebut terjadi karena adanya
penimbunan zat gizi terutama karbohidrat, protein dan lemak. Aktivitas
fisik rutin merupakan Langkah paling penting untuk mencegah dan
merawat hipertensi (WHO, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Uswatun (2022)


menyatkan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas
fisik dengan hipertensi (P value = 0,029). Penelitian tersebut juga
menyatakan bahwa penderita hipertensi yang kurang melakukan aktivitas
fisik memiliki peluang 1,591 kali mengalami hipertensi derajat II jika
dibandingkan dengan penderita hipertensi yang cukup melakukan
aktivitas fisik (Siti Uswatun, 2022).

f. Stress
Stress merupakan suatu keadaan non spesifik yang dialami
penderita akibat tunrutan pekerjaan, emosi, fisik, maupun lingkungan
yang melebihi daya dan kemampuan untuk mengatasi dengan efektif.
Stress secara umum hal yang dialami oleh setiap orang. Tetapi terlalu
banyak stress juga dapat berkontribusi pada peningkatan tekanan darah
(AHA, 2014).

Pada situasi stress, tubuh akan merasakan ketidaknyamanan


emosional. Tubuh bereaksi dengan melepaskan hormon kortisol dan
adrenalin ke dalam darah. Hormon-hormon ini mempersiapkan tubuh
untuk merespon “melawan atau lari”. Hal ini membuat jantung berdetak
lebih cepat dan pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah
meningkat (AHA, 2016).

23
Stres yang sifatnya konstan dan berlanjut lama dan bisa
meningkatkan saraf simpatis yang bisa memicu meningkatnya tekanan
darah. Selain itu jika keadaan seringkali emosi dan berfikir negatif secara
perlahan dan tidak disadari akan muncul gejala fisik seperti hipertensi.
Kondisi psikis seseorang memang berbeda jika kondisi psikis seseorang
dapat mempengaruhi tekanan darah. Stres juga bisa berakibat
meningkatnya aliran darah ke ginjal, kulit dan saluran pencernaan dan
tubuh akan semakin banyak menghasilkan hormon adrenalin dengan hal
tersebut bias membuat jantung sistem bekerja akan semakin kuat dan
cepat (Subrata dan Wulandari, 2020).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyani (2021)


menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara stress kerja
(p=0,006), dengan kejadian hipertensi.

2.2. Kerangka Teori


Berdasarkan kejadian hipertensi yang umumnya disebabkan oleh beberapa faktor-faktor
risiko, secara skematis maka kerangka teori pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1
dibawah ini:

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:


1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Genetic

HIPERTENSI

Faktor yang dapat dimodifikasi:


1. Obesitas
2. Konsumsi alcohol berlebih
3. Merokok
4. Konsumsi Garam Berlebih
5. Aktivitas Fisik
6. Stress
24
Sumber: (Kemenkes RI, 2014), (Susilo, 2011)

2.3. Penelitian Terkait


Table 2.5 Penelitian Terkait

No Nama Judul Penelitian Variable Hasil Penelitian Desain


Peneliti Penelitian Penelitian
1 Heni Faktor-faktor yang Variable Prevalensi Kuantitatif
Indrawati mempengaruhi independent = hipertensi pada dengan
Sinambela hipertensi pada Usia, Riwayat pengemudi bus desain
pengemudi bus keluarga, status transjakarta adalah Cross
transjakarta di PT. gizi, kebiasaan 69%. Terdapat Sectional
Transportasi merokok, dan hubungan yang
Jakarta Tahun pola makan signifikan antara
2017 Variable kejadian hipertensi
dependen = dengan usia, dan
Hipertensi Riwayat keluarga.
2 Heni Faktor-faktor yang Variable Terdapat hubungan Kuantitatif
Maryani berhubungan independent = yang bermakna dengan
dengan hipertensi obesitas, umur, antara status gizi, desain
pada pekerja di PT. dan genetik umur, dan riwayat Cross
Citra Teknik hipertensi pada Sectional
Andalas Tahun orang tua dengan
2017 pra hipertensi /
hipertensi pada
pekerja
3 Dwi Faktor-Faktor Variable Adanya hubungan Kuantitatif
Lestari Yang Berhubungan independent = usia, jenis kelamin, dengan
Ratna Dengan Kejadian usia, jenis genetic, pola desain
Ningsih Hipertensi Pada kelamin, makan, dan Cross
Pekerja Sektor Pendidikan, pengetahuan Sectional
Informal Di Pasar pekerjaan, asal, dengan kejadian

25
Beringharjo Kota dan penghasilan hipertensi.
Yogyakarta Variable Tidak adanya
dependen = hubungan
Hipertensi konsumsi alcohol
dengan kejadian
hipertensi.
4 Rogita Faktor-Faktor Variabel Terdapat hubungan Kuantitatif
Sisillia Yang Berhubungan independent = yang bermakna dengan
Pangaribu Kejadian usia, jenis antara usia, jenis desain
an Hipertensi Pada kelamin, dan kelamin, dan Cross
Pekerja PT X Pada kebiasaan kebiasaan Sectional
Tahun 2021 merokok merokok dengan
Variable kejadian hipertensi
dependen = pada pekerja PT. X
hipertensi Tahun 2021.
5 Ervina Faktor-Faktor Variable Adanya hubungan Kuantitatif
Yang Berhubungan independent = genetic, jenis dengan
Dengan Kejadian genetic, usia, kelamin, konsumsi desain
Hipertensi Pada jenis kelamin, kopi, aktivitas Cross
Pekerja Sektor konsumsi kopi, merokok, dan Sectional
Informal di kebiasaan beban kerja fisik
Wilayah Kerja merokok, dan dengan kejadian
Puskesmas beban kerja hipertensi
Kecamatan fisik
Jagakarsa Tahun Variable
2022 dependen =
Hipertensi

26
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka Konsep berisi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian.
Variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

VARIABEL INDEPENDEN

1. Usia
VARIABEL DEPENDEN
2. Jenis Kelamin
3. Riwayat Keluarga Hipertensi

4. Kebiasaan Merokok
5. Obesitas

3.2 Definisi Operasional


Table 3.1 Table Definisi Operasional

Variable Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Variable Dependen

27
Hipertensi Tekanan darah Tensimeter digital Pengukuran 0 = Hipertensi Ordinal
persisten dengan dilakukan (Tekanan darah
tekanan sistolik setelah sistolik ≥ 140
di atas 140 responden mmHg atau
mmHg dan istirahat ±5 tekanan darah
tekanan diastolik menit dan diastolic ≥ 90
di atas 90 dilakukan mmHg)
mmHg. dalam
Sumber: posisi 1 = Tidak
(Kemenkes RI, duduk. Hipertensi
2014) (Tekanan darah
sistolik < 140
atau tekanan
darah diastolic <
90 mmHg)
Sumber:
(Kemenkes RI,
2014)
Variabel Independen
Usia Lama hidup Kuesioner Wawancara 0 = Berisiko Ordinal
dihitung menurut Hipertensi, Jika
ulang tahun usia ≥ 45 tahun
terakhir seorang
responden 1 = Tidak
berisiko
Hipertensi jika
usia < 45 tahun.

Sumber:
(Riskesdas, 2018)
Jenis Ciri biologis Kuesioner Wawancara 0 = laki laki Nominal

28
Kelamin yang dimiliki
oleh responden 1 = perempuan
yang dibedakan
menjadi laki-laki
dan perempuan.
Riwayat Hasil Kuesioner Wawancara 0 = Ada Riwayat Ordinal
Keluarga pemeriksaan keluarga
yang menyatakan (ibu/ayah/saudara
adanya anggota kandung)
keluarga
responden yang 1 = Tidak ada
memiliki Riwayat keluarga
hipertensi
Kebiasaan Sebuah aktivitas Kuesioner Wawancara 0 = Merokok Ordinal
Merokok menghisap atau
menghirup asap 1 = Tidak
rokok dengan Merokok
menggunakan
pipa atau rokok.
Obesitas Keadaan gizi Timbangan berat Mengukur 0 = Obesitas Ordinal
orang dewasa badan dan meteran berat badan (IMT = ≥25
berdasarkan dan tinggi kg/m2)
Indeks Massa badan
Tubuh (IMT) responden 1 = Tidak
dengan Obesitas (IMT =
menggunakan < 25 kg/m2)
berat badan dan
tinggi badan. Sumber:
Menggunakan (Kemenkes RI,
rumus 2014)
IMT = Berat

29
Badan / Tinggi
Badan (m) x
Tinggi Badan
(m)

3.3 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian maka hipotesis penelian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan usia dengan kejadian hipertensi pada pekerja di PKJN Rumah Sakit
Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
2. Ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada pekerja di PKJN
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
3. Ada hubungan Riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada pekerja di PKJN
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
4. Ada hubungan status merokok dengan kejadian hipertensi pada pekerja di PKJN
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
5. Ada hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada pekerja di PKJN Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang
terletak di Jl. DR. Sumeru No.114, RT.02/RW.01, Menteng, Kec. Bogor Bar., Kota Bogor,
Jawa Barat 16111. Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Juli 2023 dengan kuesioner
yang disebarkan ke pekerja di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

3.5 Jenis Penelitian


Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian
cross sectional, yaitu penelitian yang mengamati variable independent dan variable dependen
dalam satu waktu yang bersamaan.

3.6 Populasi dan Sampel

30
3.6.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah pekerja di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor, yang berjumlah 150 orang karyawan.

3.6.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Sebagian pekerja yang berada di PKJN
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Jumlah minimal sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini ditentukan


menggunakan rumus untuk uji hipotesis beda proporsi.

Table 3.2 Besar Proporsi yang digunakan untuk besar sampel penelitian

No Variable P1 P2 n nx2 Sumber


1 Usia 0,68 0,22 17 34 (Yeni Mulya,
dkk., 2018)
2 Jenis Kelamin 0,30 0,69 24 48 (Sulistiyowati,
dkk., 2009)
3 Riwayat Keluarga 0,37 0,75 26 52 (Elsi Setiandari,
dkk., 2020)
4 Status Merokok 0,81 0,25 11 22 (Rogita Sisilia,
2021)
5 Obesitas 0,73 0,28 14 28 (Suci Rahayu,
dkk., 2021)

Rumus yang digunakan untuk menghitung besar sampel penelitian ini yaitu:

𝑛 = {𝑧1 − 𝛼/2 √2 [𝑝(1 − 𝑝)]|+ 𝑧1 − 𝛽 √[𝑃1(1 − 𝑃1) + 𝑃2(1 − 𝑃2)]} .2

(𝑃1 − 𝑃2).2

Keterangan:

N = Jumlah Sampel

31
𝑧1 − 𝛼/2 = Derajat Kemaknaan (95%) = 1,96

𝑧1 – 𝛽 = Kekuatan Uji (80%) = 0,84

𝑃1 = Proporsi Hipertensi berdasarkan yang mempunyai Riwayat Hipertensi

𝑃2 = Proposi Hipertensi berdasarkan yang tidak mempunyai Riwayat


Hipertensi

p1 − p2
𝑃 = Rata-rata proporsi pada populasi 2

a) Riwayat Keluarga
Diketahui:
𝑃1 = 0,37
𝑃2 = 0,75
0,37 + 0,75
𝑃 = = 0,56
2

𝑁 = ??
Jawab:
𝑁

= {1,96 √2 [0,56 (1 − 0,56)]|+ 0,84 √[0,37 (1 − 0,37) + 0,75 (1 − 0,75)]} .2

(0,37 − 0,75).2

N = 26 X 2 + 10%
N = 58
Perhitungan terpilih besar sampel dengan hasil awal yaitu sebesar 26 lalu dikali 2 dan
ditambah 10% dengan hasil akhir yaitu 58 orang.

3.6.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode simple


random sampling yaitu pengambilan sampel yang berasal dari anggota populasi.
Prosesnya dilakukan secara acak tanpa melihat strata atau kedudukan. Cara pengambilan
sampel dengan melakukan undian semua jumlah populasi seperti arisan dan yang keluar

32
dari undian tersebut yang akan dijadikan sampel. Kriteria pengambilan sampel dibagi
menjadi dua yaitu:

1. Kriteria Inklusi: kriteria subyek penelitian yang memenuhi syarat sebagai


sampel. Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah pekerja yang sudah bekerja
minimal 1 tahun kerja dan pekerja yang menjadi karyawan tetap di PKJN
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
2. Kriteria Eksklusi: menghilangkan subyek penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi karena berbagai sebab. Kriteria Eksklusi pada penelitian ini adalah
pekerja yang mempunyai Riwayat penyakit jantung, Diabetes Melitus, Ginjal,
atau penyakit komplikasi lainnya yang berhubungan dengan Hipertensi dan
Pekerja yang tidak bersedia mengisi kuesioner dan di wawancarai.

3.7 Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan melalui
kuesioner yang diisi secara mandiri oleh responden dan wawancara secara offline di PKJN
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Data Primer yang digunakan adalah
Pengambilan data dilakukan dengan cara pengukuran langsung oleh peneliti terhadap tekanan
darah dengan menggunakan tensimeter digital, meteran, timbangan dan kuesioner untuk variable
usia, Riwayat keluarga, jenis kelamin, dan status merokok. Pengambilan data dilakukan saat
responden selesai bekerja dan telah melakukan istirahat ± 5 menit.

3.8 Instrumen Penelitian


Pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan oleh peneliti langsung setelah jam bekerja
karyawan rumah sakit sudah selesai menggunakan alat tensimeter digital. Dimana hasil
ukur yang akan dilihat ialah:

0= Hipertensi (tekanan darah sistolik ≥ 140 atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg).

1= Tidak hipertensi (tekanan darah sistolik < 140 atau tekanan darah diastolic < 90
mmHg)

33
b. Usia

Variable ini mengetahui lamanya hidup responden yang dihitung sejak dilahirkan.
Data usia diperoleh menggunakan kuesioner dengan harapan hasil ukur yaitu:

0 = ≥ 45: Berisiko Hipertensi

1 = < 45: Tidak berisiko Hipertensi.


Sumber: (Riskesdas, 2018)

c. Jenis Kelamin

Ciri biologis yang dimiliki oleh responden yang dibedakan menjadi laki-laki dan
perempuan, variable ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner.

0 = Laki-laki

1 = Perempuan

d. Riwayat Keluarga

Data Riwayat keluarga menggunakan quisioner dengan menanyakan apakah saudara


kandung responden memiliki Riwayat hipertensi atau tidak, dengan hasil ukur yaitu:

0 = Ada Riwayat Keluarga (jika ibu/ayah/saudara kandung memiliki Riwayat


hipertensi)
1 = Tidak ada Riwayat keluarga (jika salah satu kedua orang tua responden atau
saudara kandung tidak memiliki Riwayat hipertensi)

e. Kebiasaan Merokok

Data kebiasaan merokok diperoleh melalui pertanyaan quisioner tentang status


merokok dalam satu bulan terakhir dengan harapan hasil ukur ialah:

0 = Merokok
1 = Tidak Merokok

34
f. Obesitas

Pengukuran obesitas diukur menggunakan metode IMT atau Indeks Masa tubuh oleh
peneliti dengan menggunakan timbangan berat badan dan meteran untuk mengukur tinggi
badan.

0 = Obesitas (IMT ≥25 kg/m2)

1 = Tidak Obesitas (IMT <25 kg/m2)


Sumber: (Kemenkes RI, 2014)

3.9 Analisis Data


3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari masing-


masing variable, baik variable independent maupun dependen. Variable diteliti melalui
distribusi frekuensi dari masing-masing variable. Variable data kategorik disajikan dalam
bentuk statistic deskriptif yang mencakup nilai rata-rata, nilai tengah, standar deviasi,
nilai minimun, dan nilai maksimum.

Analisis data univariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
kejadian penyakit hipertensi pada pekerja di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki
Mahdi Tahun 2023 berdasarkan karakteristik Usia, Riwayat Keluarga, Jenis Kelamin,
kebiasaan merokok, dan obesitas.

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat proporsi berbagai
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pekerja di PKJN Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2023. Proporsi yang digambarkan adalah
Usia, Riwayat keluarga, Jenis Kelamin, status merokok, dan obesitas

Dalam penelitian ini jenis data pada variable independent maupun variable
dependen adalah bersifat kategorik maka menggunakan derajat kemaknaan menggunakan

35
uji chi-square dengan kepercayaan 95%. Maka jika hasil uji p-value menunjukan ≤ 0.05
berarti uji yang dilakukan adanya hubungan bermakna antara variable independent dan
variable dependen, dan sebaliknya jika hasil uji P-Value > 0.05 maka uji yang dilakukan
tidak adanya hubungan yang bermakna antara variable independent dan variable
dependen. Nilai derajat kemaknaan ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis dari
penelitian yang dilakukan. Jika chi square 2 x 2 tidak dapat digunakan, maka dapat
menggunakan rumus alternative Fisher Exact Test.

Pengukuran besar risiko dari penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai
Prevalence Ratio (PR). Prevalence Ratio adalah ukuran asosiasi paparan faktor risiko
dengan kejadian penyakit.

a Jika, PR = 1 berarti tidak ada hubungan asosiasi antara faktor risiko dengan
kejadian hipertensi.
b Jika, PR > 1 berarti ada hubungan asosiasi positif antara faktor risiko dengan
kejadian hipertensi.
c Jika, PR < 1 berarti ada hubungan asosiasi negative antara faktor risiko
dengan kejadian hipertensi.

36
BAB IV
HASIL

4.1 Analisis Univariat


4.1.1 Gambaran kejadian penyakit hipertensi pada pekerja di Pusat
Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor Tahun 2023.

Distribusi hipertensi pada pekerja di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H.


Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 dapat dilihat pada table 4.1

Tabel 4.1 Gambaran kejadian penyakit hipertensi pada pekerja di PKJN


Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Hipertensi Jumlah (n) Presentase (%)


Hipertensi 36 62
Tidak Hipertensi 22 38
Total 58 100
Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 4.1 diperoleh bahwa
proporsi pekerja yang memiliki hipertensi yaitu sebanyak 36 orang (62%).

4.1.2 Gambaran usia pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.

Tabel 4.2 Gambaran Usia Pada Pekerja di PKJN Rumah Sakit Jiwa dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Usia Jumlah (n) Presentase (%)


≥ 45 Tahun 37 63,8
< 45 Tahun 21 36,2
Total 58 100
Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 4.2 diperoleh bahwa
Sebagian besar pekerja memiliki usia ≥ 45 tahun yaitu 37 orang (63,8%).

37
4.1.3 Gambaran jenis kelamin pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.

Tabel 4.3 Gambaran Jenis Kelamin pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa
Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Jenis Kelamin Jumlah (n) Presentase (%)


Laki-laki 29 50
Perempuan 29 50
Total 58 100
Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 4.3 diperoleh bahwa
pekerja laki-laki dan perempuan memiliki jumlah yang sama yaitu 29 pekerja
(50%).

4.1.4 Gambaran Riwayat keluarga pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa


Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Tabel 4.4 Gambaran Riwayat Keluarga pada Pekerja di Pusat Kesehatan


Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Riwayat Keluarga Jumlah (n) Presentase (%)


Ada Riwayat Keluarga 42 72,4
Tidak Ada Riwayat 16 27,6
Keluarga
Total 58 100
Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 4.4 diperoleh bahwa
pekerja yang memiliki Riwayat hipertensi keluarga yaitu 42 orang (72,4%).

4.1.5 Gambaran kebiasaan merokok pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa


Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Tabel 4.5 Gambaran Kebiasaan Merokok Keluarga pada Pekerja di Pusat


Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun
2023

38
Kebiasaan Merokok Jumlah (n) Presentase (%)
Merokok 30 51,7
Tidak Merokok 28 48,3
Total 58 100
Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 4.5 diperoleh bahwa
pekerja yang merokok yaitu sebanyak 30 orang (51,7%), lebih besar daripada
pekerja yang tidak merokok yaitu 28 pekerja (48,3%).

4.1.6 Gambaran obesitas pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional


Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Tabel 4.6 Gambaran Obesitas pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa


Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Obesitas Jumlah (n) Presentase (%)


Ya 43 74
Tidak 15 26
Total 58 100
Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 4.5 diperoleh bahwa
pekerja yang mengalami obesitas yaitu 43 orang (74%).

4.2 Analisis Bivariat


4.2.1 Hubungan antara usia dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat Kesehatan
Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Hasil analisis hubungan antara usia dengan hipertensi pada pekerja di


Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Tahun 2023 dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi pada pekerja di PKJN
RSJMM Bogor Tahun 2023

Hipertensi
No Usia Hipertensi Tidak Total p-value PR (95%CI)
Hipertensi

39
n % n % n %
1 ≥ 45 27 73,0 10 27,0 37 100 1,703 (1,00-
Tahun 2,90)
0,047
2 < 45 9 42,9 12 57,1 21 100
Tahun
Berdasarkan table 4.7 terlihat bahwa pekerja yang berusia usia ≥ 45 tahun
yang menderita hipertensi sebesar 73%, sedangkan pada pekerja berusia <45
tahun sebesar 42,9%. Berdasarkan hasil analisis chi-square diperoleh p-value =
0,047 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara usia pekerja dengan
kejadian hipertensi. Hasil analisis juga menunjukkan nilai Prevalence Ratio (PR)
sebesar 1,703 (95% CI: 1,00 – 2,90) yang berarti pekerja yang memiliki usia ≥ 45
tahun berisiko 1,703 kali mengalami hipertensi dibandingkan dengan pekerja
yang memiliki usia <45 tahun.

4.2.2 Hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi Pekerja di Pusat


Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Tahun 2023

Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan risiko hiprtensi pada
pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor Tahun 2023 dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi pada pekerja di PKJN
RSJMM Bogor Tahun 2023

Hipertensi
Jenis Hipertensi Tidak Total p- PR
No
Kelamin Hipertensi value (95%CI)
n % n % n %
1 Laki-laki 23 79,3 6 20,7 29 100 1,77
(1,13-
0,015
2 Perempuan 13 44,8 16 55,2 29 100 2,76)

40
Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa pekerja yang berjenis kelamin laki-
laki yang menderita hipertensi sebesar 79,3%, sedangkan pada pekerja yang
berjenis kelamin perempuan berusia sebesar 44,8%. Berdasarkan hasil analisis
chi-square diperoleh p-value = 0,014 yang artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin pekerja dengan kejadian hipertensi. Hasil analisis
juga menunjukkan nilai Prevalence Ratio (PR) sebesar 1,77 (95% CI: 1,13 – 2,76)
yang berarti pekerja yang berjenis kelamin laki-laki berisiko 1,77 kali mengalami
hipertensi dibandingkan dengan pekerja yang berjenis kelamin perempuan.

4.2.3 Hubungan antara Riwayat keluarga dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat
Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Tahun 2023

Hasil analisis hubungan antara Riwayat hipertensi keluarga dengan risiko


hipertensi pada pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Hubungan antara Riwayat hipertensi keluarga dengan hipertensi pada
pekerja di PKJN RSJMM Bogor Tahun 2023

Hipertensi
Riwayat Hipertensi Tidak Total p- PR
No
Keluarga Hipertensi value (95%CI)
n % n % n %
1 Ada 31 73,8 11 15,9 42 100 2,36
Riwayat (1,12-
0,007
2 Tidak Ada 5 31,3 11 68,8 16 100 4,99)
Riwayat
Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa pekerja yang memiliki Riwayat
hipertensi keluarga sebesar 73,8%, sedangkan pada pekerja yang tidak memiliki
Riwayat hipertensi keluarga sebesar 31,3%. Berdasarkan hasil analisis chi-square
diperoleh p-value = 0,007 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
Riwayat hipertensi keluarga dengan kejadian hipertensi. Hasil analisis juga

41
menunjukkan nilai Prevalence Ratio (PR) sebesar 2,36 (95% CI: 1,12 – 4,99)
yang berarti pekerja yang memiliki Riwayat hipertensi keluarga berisiko 2,36 kali
mengalami hipertensi dibandingkan dengan pekerja yang tidak memiliki Riwayat
hipertensi keluarga.

4.2.4 Hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi pada Pekerja di


Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor Tahun 2023

Hasil analisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan risiko


hipertensi pada pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023 dapat dilihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi pada pekerja
di PKJN RSJMM Bogor Tahun 2023

Hipertensi
Kebiasan Hipertensi Tidak Total p- PR
No
Merokok Hipertensi value (95%CI)
n % n % n %
1 Merokok 20 66,7 10 33,3 30 100 1,16
(0,77-
0,634
2 Tidak 16 57,1 12 42,9 28 100 1,75)
Merokok
Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa pekerja yang merokok yang
menderita hipertensi sebesar 66,7%, sedangkan pada pekerja yang tidak merokok
sebesar 57,1%. Berdasarkan hasil analisis chi-square diperoleh p-value = 0,634
yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok
dengan kejadian hipertensi.

42
4.2.4 Hubungan antara obesitas dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat
Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Tahun 2023

Hasil analisis hubungan antara obesitas dengan risiko hipertensi pada pada
pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor Tahun 2023 dapat dilihat pada tabel 4.11

Tabel 4.11 Hubungan antara obesitas dengan hipertensi pada pekerja di PKJN
RSJMM Bogor Tahun 2023

Hipertensi
Hipertensi Tidak Total p- PR
No Obesitas
Hipertensi value (95%CI)
n % n % n %
1 Ya 31 72,1 12 27,9 43 100 2,16
(1,03-
0,019
2 Tidak 5 33,3 10 66,7 15 100 4,53)

Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa pekerja yang memiliki berat badan
berlebih (IMT ≥25) sebesar 72,1%, sedangkan pada pekerja yang tidak memiliki
berat badan berlebih (IMT <25) sebesar 33,3%. Berdasarkan hasil analisis chi-
square diperoleh p-value = 0,019 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Hasil analisis juga menunjukkan nilai
Prevalence Ratio (PR) sebesar 2,16 (95% CI: 1,03 – 4,53) yang berarti pekerja
yang memiliki obesitas berisiko 2,16 kali mengalami hipertensi dibandingkan
dengan pekerja yang tidak memiliki obesitas.

43
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat


5.1.1 Gambaran kejadian hipertensi pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian, prevalensi hipertensi pada pekerja di Pusat


Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun
2023 yang tertinggi yaitu sebanyak 36 pekerja (62,1%). Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2017) ditemukan bahwa 61,5%
pekerja mengalami hipertensi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%. Hal ini mengalami
peningkatan dibandingkan prevalensi hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 sebesar
25,8%. Berdasarkan karakteristik fungsional, pegawai negeri sipil (PNS) memiliki
presenentase tertinggi menderita tekanan darah tinggi yaitu 36,91%, disusul
petani/pekerja 36,14%, kemudian pengusaha 34,03%, nelayan 27,85% dan pekerja
swasta 24,37% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor
2018, Hipertensi termasuk dalam sepuluh besar penyakit terbanyak di Kota Bogor,
tepatnya terbanyak kedua setelah penyakit Nasofaringitis akut (Dinkes Kota Bogor,
2018)
Pada penelitian ini, tekanan darah systolic pada pekerja tertinggi yaitu 169 mmHg
dan tekanan darah systolic terendah yaitu 97 mmHg. Pada tekanan darah diastolic
pekerja tertinggi yaitu 106 mmHg dan tekanan darah diastolic terendah yaitu 86
mmHg. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH Sebagian besar responden
memiliki kategori hipertensi Grade 2 atau hipertensi sedang, sedangkan 3 dari 36
responden memiliki kategori sebagai hipertensi grade 3 atau hipertensi berat. Dari
hasil penelitian terlihat bahwa proporsi tertinggi pada pekerja yaitu mengalami
hipertensi. Bahaya yang ada pada pekerja di PKJN RSJMM yaitu adanya bahaya
Psikososial dimana pekerja mengalami kerja bergilir, kerja berlebih dan beban kerja
yang berat berisiko potensial terkena hipertensi. Menurut Kemenkes RI (2019)
Hipertensi merupakan penyakit yang sering disebut sebagai silent killer. Semakin

44
tinggi tekanan darah seseorang, maka risiko kerusakan jantung dan pembuluh darah
pada orang tersebut juga akan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil observasi peneliti pengukuran tekanan darah pekerja tidak
dilakukan pada setiap bulannya, pada ketentuan yang sudah berlaku di rumah sakit
pengukuran tekanan darah untuk seluruh pekerja dilakukan setiap tiga bulan sekali.
Apabila hipertensi tidak diukur setiap bulannya maka tidak dapat mendeteksi secara
dini penyakit hipertensi sehingga dampak dari hipertensi akan mempengaruhi
konsentrasi dan gangguan Kesehatan, dan dampak bagi rumah sakit yaitu akan
meningkatkan jumlah biaya Kesehatan yang ditanggung oleh rumah sakit. Oleh
karena itu disarankan rumah sakit harus memeriksa rutin tekanan darah pekerja
minimal satu bulan sekali.

5.1.2 Gambaran usia pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit
Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa prevalensi


usia pada pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2023 yang tertinggi yaitu proporsi usia dengan
kategori usia berisiko terkena hipertensi yaitu usia ≥ 45 tahun yang berjumlah 37
pekerja (63,8%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pangaribuan (2021)
menunjukan bahwa proporsi usia dengan kategori usia berisiko yaitu sebesar 51,4%.
Dari hasil penelitian proporsi tertinggi yaitu usia dengan kategori berisiko terkena
hipertensi (≥ 45 tahun). Dimana pada usia ≥ 45 tahun ini termasuk dalam kategori
prelansia, usia yang semakin meningkat dari tahun ketahun akan menyebabkan
penuaan dimana suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus
menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi
dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Lestari, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian Sebagian besar pekerja yang bekerja di PKJN
RSJMM Bogor memiliki usia ≥ 45 tahun, hal ini dikarenakan pekerja yang bekerja
di PKJN RSJMM sudah cukup lama dengan masa kerja rata-rata 10 – 12 tahun
bekerja dan sudah menjadi pekerja tetap di PKJN RSJMM. Adapun rata-rata umur

45
pada pekerja di PKJN RSJMM pada tahun 2023 adalah berusia 37 – 63 tahun.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti, diketahui
bahwa dari 37 pekerja yang berusia ≥ 45 tahun sebanyak 20 pekerja sudah bekerja >
10 tahun di PKJN RSJMM. Pekerja yang memiliki usia ≥ 45 tahun Sebagian besar
bekerja pada bagian Komite Mutu, Promosi Kesehatan Rumah Sakit, dan Satuan
Pemeriksa Internal. Pihak Rumah Sakit mengatakan bahwa pekerja yang telah lama
bekerja memiliki tingkat produktivitas yang bagus dalam bekerja, sehingga pekerja
masih tetap dipekerjakan di Rumah Sakit tersebut hingga pekerja tersebut pensiun
dan pekerja yang memiliki usia ≥ 45 tahun lebih berpengalaman dalam bidang
tersebut, sehingga hasil pekerjaannya baik. Disarankan kepada rumah sakit
sebaiknya menurunkan usia rekrutmen dimana calon pekerja berusia maksimal <45
tahun untuk menghindari usia berisiko terkena hipertensi. Disarankan kepada pekerja
yang memiliki usia ≥45 tahun untuk menjaga pola gaya hidup, seperti menurunkan
berat badan, batasi asupan lemak dan garam, memperbanyak makan buah dan sayur,
tidak merokok, dan melakukan olahraga yang teratur.

5.1.3 Gambaran jenis kelamin pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa prevalensi


jenis kelamin pada pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2023 sebagai responden seimbang yaitu 50% dari
masing-masing jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan dimana 29
pekerja berjenis kelamin laki-laki dan 29 pekerja berjenis kelamin perempuan. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aristoteles (2018),
dimana dalam penelitiannya menunjukan bahwa dari 30 responden diketahui bahwa
proporsi tertinggi adalah responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 16
responden (53,3%).
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang tidak dapat
dimodifikasi. Namun, beberapa literatur telah mengemukakan bahwa hubungan jenis
kelamin dan hipertensi juga dipengaruhi oleh usia.

46
5.1.4 Gambaran Riwayat keluarga pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian, prevalensi Riwayat hipertensi keluarga pada pekerja


di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
tahun 2023 yang tertinggi yaitu memiliki Riwayat sebanyak 42 pekerja (72,4%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryani (2017)
ditemukan bahwa 57,7% pekerja memiliki Riwayat hipertensi keluarga. Riwayat
keluarga dengan hipertensi pada penelitian ini sebesar (72,4%) yang menunjukkan
bahwa Sebagian besar pekerja di PKJN RSJMM memiliki peluang besar untuk
terkena hipertensi jika tidak menerapkan gaya hidup sehat.
Menurut WHO (2013) orang dengan Riwayat hipertensi keluarga akan berisiko
lebih besar untuk menderita hipertensi. Sejarah keluarga memegang peranan penting
dalam kondisi Kesehatan seseorang. Riwayat keluarga merupakan kondisi yang
merefleksikan genetic dan lingkungan yang sama pada nenerapa orang. Sekitar 70-
80% penderita hipertensi esensial ditemukan Riwayat hipertensi di dalam keluarga.
Apabila Riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi
esensial lebih besar (Lestari, 2019).
Di PKJN RSJMM Sebagian besar responden memiliki Riwayat hipertensi
keluarga pada orang tua. Jika orang tua atau saudara sekandung merupakan penderita
hipertensi maka berpeluang besar untuk mengalami penyakit yang sama. Hipertensi
diturunkan melalui gen resesif dari orang tua penderita hipertensi yang diturunkan
kepada generasi selanjutnya. Penurunan sifat baku tersebut dapat langsung
menurunkan kepada anak-anaknya dan generasi selanjutnya (Aziza, 2018).
Disarankan kepada pekerja yang memiliki Riwayat keluarga dengan hipertensi untuk
memeriksakan tekanan darahnya minimal satu kali dalam satu bulan dan
menerapkan gaya hidup sehat seperti mengatasi obesitas, tidak merokok, dan
melakukan aktivitas fisik yang memadai. Disarankan kepada rumah sakit sebaiknya
memperhatikan dan menjadikan syarat Riwayat hipertensi keluarga dalam proses
rekrutmen pekerja dan pekerja dengan Riwayat hipertensi keluarga perlu
mendapatkan perhatian lebih melalui monitoring tekanan darah.

47
5.1.5 Gambaran kebiasaan merokok pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Berdasarkan distribusi frekuensi menunjukan bahwa pada variabel kebiasaan


merokok dengan kategori merokok yaitu ada 30 pekerja (51,7%). Hasil analisis lebih
lanjut, 10 pekerja merupakan perokok berat (21-30 batang per hari), 5 pekerja
perokok sedang (11-20 batang per hari) dan 15 pekerja perokok ringan (1-10 batang
per hari). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryani (2017)
yang menunjukan responden yang merokok yaitu sebesar 54,8% dan Sebagian
pekerja adalah perokok berat (21-30 batang per hari). Besarnya proporsi perokok
pada pekerja di PKJN RSJMM yaitu 51,7% karena Sebagian besar pekerja laki-laki
adalah seorang perokok aktif, para pekerja akan merokok setelah mereka makan,
minum kopi, maupun pada saat dirinya merasakan cemas dan gelisah karena
pekerjaan. Pekerja akan menghisap rokok pertamanya di pagi hari selama 30 menit
sebelum memulai pekerjaanya dan menghisap rokok dalam jumlah batang yang
banyak pada saat telah merasa Lelah dengan pekerjaannya dan setelah makan
maupun meminum kopi.
Zat yang terdapat dalam rokok merusak lapisan dinding arteri berupa plak. Hal ini
menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri yang dapat meningkatkan tekanan
darah. Kandungan nikotinnya bisa meningkatkan hormon epinefrin yang bisa
menyempitkan pembuluh darah arteri, karbon monoksida dapat menyebabkan
jantung bekerja lebih keras untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh.
Kerja jantung yang lebih berat tentu meningkatkan tekanan darah (Aziza, 2018).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, terdapat larangan
merokok disekitar lingkungan Rumah Sakit. Disarankan kepada rumah sakit apabila
masih terdapat pegawai yang merokok di lingkungan kerja perlunya memberikan
sangsi yang tegas kepada pelanggarnya seperti denda dan diperlukan adanya
keteladanan pimpinan untuk memantau pekerja yang merokok.

48
5.1.6 Gambaran obesitas pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian, prevalensi obesitas pada pekerja di Pusat Kesehatan


Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2023 yang
tertinggi yaitu memiliki berat badan berlebih atau obesitas (IMT ≥25) sebanyak 43
pekerja (74,1%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Permana (2014) dimana hasil proporsi tertinggi dari pekerja yang memiliki obesitas
(IMT ≥25) adalah sebanyak 47 pekerja (75%). Tingginya obesitas pada pekerja di
PKJN RSJMM ini kemungkinan besar disebabkan oleh faktor genetik keluarga
pekerja yang memiliki berat badan berlebih atau disebabkan oleh gaya hidup yang
tidak sehat, hal ini menunjukan bahwa jumlah kalori yang dikonsumsi oleh pekerja
lebih banyak daripada yang dibakar melalui olahraga.
Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 tingkat status
gizi pada usia dewasa yaitu 35,4% mengalami obesitas. Salah satu masalah gizi yang
dialami oleh para pekerja yaitu masalah gizi berlebih. Kejadian gizi lebih disebabkan
oleh terjadinya ketidakseimbangan energi di dalam tubuh yaitu energi yang diasup
lebih besar daripada energi yang dikeluarkan. Obesitas dimana memiliki Indeks
Masa Tubuh ≥25 merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi, pada
obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktifitas renin plasma
rendah. Kelebihan berat badan meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar
insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan
air (Aziza, 2018).
Pada penelitian ini, berat badan tertinggi pada pekerja yaitu 90 kg dan berat badan
terendah yaitu 55 kg. Pada tinggi badan pekerja yang tertinggi yaitu 176 cm dan
tinggi badan terendah yaitu 155 cm. Pada Indeks masa tubuh (IMT) tertinggi pada
pekerja yaitu 31,15 dan terendah yaitu 24,26. Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi dilapangan pihak rumah sakit tidak ada pemeriksaan indeks masa tubuh
(IMT) secara berkala bagi pekerja karena semua pemeriksaan dilakukan satu kali
saat medical check up yaitu 3 bulan sekali. Oleh karena itu, pihak rumah sakit
disarankan untuk mengukur status gizi pekerja oleh tenaga ahli gizi setiap satu bulan
sekali agar pekerja bisa konsultasi status gizinya dan untuk menurunkan berat badan

49
pekerja dan mengontrol pola makan serta arahan untuk melakukan olahraga yang
teratur. Kepada pekerja yang memiliki berat badan berlebih di sarankan untuk
menurunkan berat badan dengan meningkatkan aktivitas fisik dengan berolahraga
secara rutin dan mengatur pola makan sesuai dengan kebutuhan energi tubuh agar
energi yang masuk seimbang dengan energi yang dikeluarkan sehingga mencegah
terjadinya penumpukan lemak yang menyebabkan terjadinya obesitas, dan
diharapkan tidak melewatkan sarapan dan mengurangi konsumsi gorengan atau
makanan yang tinggi lemak.

5.2 Analisis Bivariat


5.2.1 Hubungan antara usia dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat Kesehatan
Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan jumlah responden tertinggi


terdapat pada responden dengan usia ≥ 45 tahun yaitu sebanyak 27 pekerja (73%).
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan
kejadian hipertensi (p-value 0,028). Hasil Prevalence Ratio menunjukan nilai PR
= 1,703 (95% CI: 1,00-2,90) yang artinya responden dengan usia ≥ 45 tahun
memiliki peluang 1,703 kali berisiko hipertensi dibandingkan dengan responden
yang berusia < 45 tahun. Usia responden termuda adalah 32 tahun dan usia tertua
adalah 63 tahun. Rata-rata usia responden adalah 48 tahun (lansia awal). Pada
penelitian ini sangat jelas terlihat bahwa usia mempengaruhi kejadian hipertensi
dan memiliki hubungan yang signifikan. Hipertensi paling banyak dialami oleh
pekerja yang memiliki umur berisiko yaitu 48-55 tahun yang menderita hipertensi
karena pada kelompok usia yang menderita hipertensi memasuki usia lansia awal,
Kelompok lansia adalah kelompok yang paling mudah mengalami perubahan
struktural arteri yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sinambela (2017) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara usia dengan kejadian hipertensi, penelitian Maryani (2017) juga
menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian
hipertensi, dan penelitian yang dilakukan oleh Pangaribuan (2021) menyatakan

50
hal yang sama yaitu adanya hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian
hipertensi.
Pada umumnya tekanan darah akan naik dengan bertambahnya usia, hal
ini disebabkan oleh kekakuan dan menebalnya arteri karena arterioscleorisis
sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut. Semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita
hipertensi semakin besar. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis serta
pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua
(Aziza, 2018).
Rentan usia pada pekerja di PKJN RSJMM adalah 32 – 63 tahun, dimana
usia yang berisiko mengalami keadaan hipertensi yaitu di usia ≥ 45 tahun,
hipertensi merupakan penyakit degenerative dimana penyakit ini menyerang
mereka yang usianya mencapai paruh baya. Disarankan kepada rumah sakit
sebaiknya menurunkan usia rekrutmen dimana calon pekerja berusia maksimal
<45 tahun untuk menghindari usia berisiko terkena hipertensi. Kepada para
pekerja yang memiliki usia ≥45 tahun untuk memperhatikan dan melakukan pola
hidup yang sehat dengan menghentikan, menghindari, dan mengurangi kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, dan melakukan aktivitas fisik dengan
berolahraga secara teratur dengan minimal 30 menit perhari, serta perlu kesadaran
untuk melakukan pemantauan dan pengecekan tekanan darah secara rutin.

5.2.2 Hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat
Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan jumlah responden tertinggi


terdapat pada responden berjenis kelamin laki-laki yang menderita hipertensi
yaitu sebanyak 23 pekerja (79,3%). Hasil penelitian menunjukan adanya
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertesi (p-value
0,014). Hasil Prevalence Ratio menunjukan nilai PR = 1,769 (95% CI: 1,13 –
2,76) yang artinya responden yang berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang
1,769 kali berisiko hipertensi dibandingkan dengan responden yang berjenis

51
kelamin Perempuan. Rata-rata usia pada jenis kelamin laki-laki yang terkena
hipertensi yaitu ≥50 tahun, dimana hal ini menjadi alasan mengapa jenis kelamin
berhubungan dengan kejadian hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pangaribuan (2021) menyatakan hal yang sama yaitu adanya
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Yunus (2021) menyatakan bahwa adanya
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi, dan penelitian
yang dilakukan oleh Sinambela (2017) juga menyatakan hal yang sama yaitu
adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi.
Menurut Ervina (2022) Laki-laki lebih banyak memiliki kemungkinan
menderita hipertensi atau lebih rentan daripada perempuan karena ada peran dari
hormon estrogen dalam proteksi tekanan darah. Pada perempuan, hormon
estrogen lebih banyak ditemukan, sehingga hormon tersebut dapat melindungi
pembuluh darah Perempuan.
Hipertensi lebih mudah menyerang laki-laki hal itu kemungkinan karena
laki-laki lebih banyak memiliki faktor pendorong terjadinya hipertensi seperti
merokok, kelelahan, dari jenis kelamin laki-laki di umur produktif 55 tahun akan
lebih banyak terkena hipertensi, namun untuk umur 55-67 tahun kemungkinan
akan lebih banyak jenis kelamin perempuan yang terkena hipertensi. Fakta
tersebut sejalan dengan keterangan dari World Health Organization (WHO) yang
menyatakan bahwa 1 dari 4 laki-laki mengalami hipertensi 1 dari 5 wanita
mengalami hipertensi yang artinya jenis kelamin laki-laki lebih berisiko
mengalami hipertensi daripada Perempuan (WHO, 2018).
Pola makan dan lifestyle perempuan juga dinilai lebih sehat dibandingkan
dengan laki-laki. Perempuan memiliki kebiasaan diet yang lebih sehat dan
dianggap bertanggung jawab atas indeks massa tubuhnya dibandingkan dengan
laki-laki (Ervina, 2022). Oleh karena itu, disarankan bagi pekerja laki-laki untuk
menjaga pola hidup sehat dengan cara mengindari penggunaan tembakau dan
alcohol, mengubah gaya hidup, membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh,
berhenti merokok, dan memeriksa tekanan darah secara rutin.

52
5.2.3 Hubungan antara Riwayat keluarga dengan hipertensi pada Pekerja di
Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan jumlah responden tertinggi yang


memiliki hipertensi terdapat pada responden yang memiliki Riwayat hipertensi
keluarga yaitu sebanyak 31 pekerja (73,8%). Hasil penelitian menunjukan adanya
hubungan yang signifikan antara Riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi (p-
value 0,005). Hasil Prevalence Ratio menunjukan nilai PR = 2,362 (95% CI: 1,11
– 4,99) yang artinya responden yang memiliki Riwayat hipertensi keluarga
memiliki peluang 2,362 kali berisiko hipertensi dibandingkan dengan responden
yang tidak memiliki Riwayat hipertensi keluarga. Rata-rata Riwayat hipertensi
keluarga pada responden dimiliki oleh Ayah, ada 27 responden (87,10%) yang
memiliki Riwayat hipertensi keluarga berasal dari ayah. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryani (2017) yang menyatakan
bahwa adanya hubungan yang signifikan antara Riwayat hipertensi keluarga
dengan kejadian hipertensi, lalu juga menyatakan bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara Riwayat hipertensi keluarga dengan kejadian hipertensi.
Riwayat hipertensi pada orang tua merupakan salah satu faktor risiko
hipertensi yang tidak dapat dimodifikasi. Tekanan darah memiliki kecenderungan
untuk diturunkan didalam keluarga atau adanya faktor keturunan. Apabila
Riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka risiko terjadinya
hipertensi primer 2 kali lipat dibandingkan dengan orang lain yang tidak
mempunyai Riwayat hipertensi pada orang tuanya. Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi (Anshari, 2020).
Riwayat hipertensi pada orangtua mempengaruhi hipertensi pada pekerja
non medis di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki
Mahdi Tahun 2023, pekerja yang memiliki Riwayat hipertensi pada orangtuanya
maka peluang terkena penyakit hipertensi semakin besar. Disarankan untuk
pekerja dengan Riwayat hipertensi pada orang tua untuk berubah mengenai pola
gaya hidup, batasi asupan lemak dan garam, memperbanyak makan buah dan

53
sayur, tidak merokok, dan melakukan olahraga yang teratur. Disarankan kepada
Rumah sakit sebaiknya memperhatikan dan menjadikan syarat Riwayat hipertensi
keluarga dalam proses rekrutmen pekerja. Pekerja dengan riwayat hipertensi
keluarga disarankan memeriksa tekanan darah nya secara berkala minimal satu
kali dalam sebulan dan menerapkan gaya hidup sehat seperti mengatasi obesitas,
tidak merokok, dan melakukan aktivitas fisik yang memadai.

5.2.4 Hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi pada Pekerja di


Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan proporsi tertinggi pada pekerja


yang merokok yaitu penderita hipertensi sebanyak 20 pekerja (66,7%). Hasil uji
statistic menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
merokok dengan kejadian hipertensi pada pekerja di PKJN RSJMM.
Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyowati (2010) melihat tidak adanya
hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi. Penelitian yang dilakukan
oleh Maryani (2017) juga menyatakan hal yang sama yaitu tidak adanya
hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi. Penelitian yang dilakukan
oleh Erman (2021) juga menyatakan hal yang sama bahwa tidak adanya hubungan
yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.
Peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh nikotin yang diserap
oleh pembuluh darah kecil di paru-paru dan diedarkan ke aliran darah yang
kemudian mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal
pada kelenjar untuk melepas epinefrin atau adrenalin. Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung bekerja karena tekanan
yang lebih tinggi (Aziza, 2018).
Berdasarkan hasil uji statifikasi dengan kategori kebiasaan merokok yang
memiliki usia berisiko dengan kejadian hipertensi sebanyak 16 pekerja (84,2%),
sedangkan kategori kebiasaan tidak merokok yang memiliki usia berisiko dengan
kejadian hipertensi sebanyak 11 pekerja (61,1%). Dengan ini dapat disimpulkan
bahwa pekerja yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak memiliki kebiasaan

54
merokok di usia yang berisiko tetap memungkinkan berpotensi menderita
hipertensi.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan menunjukkan
adanya larangan merokok di sekitaran area Rumah Sakit. Namun pengakuan dari
responden mengatakan mereka biasa merokok sebelum bekerja, saat merasa
stress, jam istirahat, dan jam pulang kerja. Dimungkinkan hal ini yang menjadi
faktor pendukung proporsi tertinggi responden yang mengalami hipertensi adalah
responden yang merokok dan termasuk perokok berat (21 – 30 batang per hari)
(WHO, 2020). Disarankan kepada rumah sakit untuk menggiatkan kampanye anti
rokok dan mensosialisasikan peraturan mengenai lingkungan rumah sakit bebas
asap rokok dengan cara mengadakan seminar mengenai dampak rokok terhadap
produktivitas kerja, dengan menggunakan berbagai macam media misalnya
selembaran, madding atau pamflet.

5.2.5 Hubungan antara obesitas dengan hipertensi pada Pekerja di Pusat


Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan jumlah responden tertinggi


terdapat pada responden dengan obesitas atau Indeks Masa Tubuh ≥ 25 yaitu
sebanyak 31 pekerja (72,1%). Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan
yang signifikan antara Obesitas (IMT ≥ 25) dengan kejadian hipertensi. Hasil
Prevalence Ratio menunjukan nilai PR = 2,163 (95% CI: 1,03 – 4,53) yang
artinya responden dengan obesitas atau IMT ≥ 25 memiliki peluang 2,163 kali
berisiko hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak obesitas atau IMT
< 25. Berat badan terendah responden yaitu 60 kg, sedangkan berat badan
tertinggi responden yaitu 89 kg. IMT terendah yang dimiliki oleh responden yaitu
22, sedangkan IMT tertinggi yaitu 34. Rata-rata IMT yang dimiliki oleh
responden di PKJN RSJMM yaitu 27 kg/m2 yang artinya termasuk dalam kategori
Obesitas derajat 1 (25 – 29.9 kg/m2). Pada penelitian ini sangat jelas terlihat
bahwa obesitas mempengaruhi kejadian hipertensi dan memiliki hubungan yang

55
signifikan. Hipertensi paling banyak dialami oleh pekerja yang memiliki berat
badan berlebih atau memiliki IMT ≥25 kg/m2.
Penelitian ini sejalan oleh penelitian yang dilakukan oleh Maryani (2017)
yang mengatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara obesitas dengan
kejadian hipertensi dengan angka kejadian yang memiliki IMT ≥ 25 yaitu sebesar
85%, dan oleh peneliti yang sama menyatakan adanya hubungan yang signifikan
antara obesitas dengan kejadian hipertensi dengan angka kejadian yang memiliki
IMT ≥ 25 yaitu sebesar 52,9%.
Obesitas dimana IMT ≥ 25 merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
hipertensi, pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan
aktifitas renin plasma rendah. Kelebihan berat badan meningkatkan frekuensi
denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan
tubuh menahan natrium dalam air. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko
terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan
penyakit tidak menular. Dengan mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih Panjang
(Departemen Kesehatan, 2015). Oleh karena itu, saran intervensi yang bisa
dilakukan oleh Rumah sakit untuk menurunkan hipertensi pada pekerja yaitu
rumah sakit bisa melakukan skrinning status gizi melalui pemantauan Indeks
Masa Tubuh (IMT) setiap satu bulan sekali oleh ahli gizi secara berkala agar
pekerja bisa konsultasi status gizinya dan melakukan edukasi Kesehatan, dan
mengadakan program olahraga mingguan seperti senam di hari sabtu dan minggu.
Bagi pekerja yang memiliki berat badan berlebih sebaiknya melakukan olahraga
secara rutin selama 30 menit per hari untuk membakar kalori berlebih di dalam
tubuh serta mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang dan membatasi
konsumsi makanan yang memiliki kandungan tinggi lemak dan gula.

5.3 Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dialami oleh peneliti
selama melakukan penelitian. Keterbatasan tersebut adalah:
1. Tidak ada data sekunder berupa hasil medical check up pekerja untuk dijadikan
bahan pertimbangan dan melihat perkembangan Kesehatan pekerja.

56
2. Pada saat pengambilan sampel di waktu jam pulang kerja, nama yang keluar pada
saat di undi, pekerja tersebut sudah pulang. Untuk meminimalisir permasalahan
tersebut, peneliti mengganti nama tersebut dengan nama pekerja yang masih
berada di area Rumah Sakit dan bersedia untuk mengisi kuesioner dan di
wawancara.
3. Tidak menggunakan metode pengambilan sampel menggunakan Teknik proporsi
sampling.

57
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor mengalami hipertensi sebesar 62%.
2. Sebagian besar usia pada pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit
Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang beirisko terkena hipertensi (≥45 tahun)
adalah 63,8%.
3. Sebagian besar jenis kelamin pada pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang berisiko terkena hipertensi
yaitu jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 79,3%.
4. Sebagian besar pada pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa
dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor memiliki Riwayat hipertensi keluarga yaitu sebesar
72,4%.
5. Sebagian besar pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor merokok yaitu 51,7%
6. Sebagian besar pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor yang obesitas atau memiliki Indeks Masa Tubuh ≥25
yaitu sebesar 74,1%.
7. Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan hipertensi pada pekerja di
Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
8. Ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan hipertensi pada
pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor.
9. Ada hubungan yang signifikan antara Riwayat hipertensi keluarga dengan
hipertensi pada pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor.
10. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi
pada pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor.

58
11. Ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan hipertensi pada pekerja di
Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

6.2 Saran
1. Rumah sakit sebaiknya memeriksa rutin tekanan darah dan status gizi pekerja
minimal satu bulan sekali dan mengoptimalkan hasil MCU pekerja untuk
perbandingan pemeriksaaan selanjutnya.
2. Bagi pekerja laki-laki untuk menjaga pola hidup sehat dengan cara mengindari
penggunaan tembakau dan alcohol, mengubah gaya hidup, membatasi asupan
makanan tinggi lemak jenuh, berhenti merokok, dan memeriksa tekanan darah
secara rutin.
3. Pekerja yang memiliki berat badan berlebih di sarankan untuk menurunkan berat
badan dengan meningkatkan aktivitas fisik dengan berolahraga secara rutin dan
mengatur pola makan sesuai dengan kebutuhan energi tubuh agar energi yang
masuk seimbang dengan energi yang dikeluarkan sehingga mencegah terjadinya
penumpukan lemak yang menyebabkan terjadinya obesitas, dan diharapkan tidak
melewatkan sarapan dan mengurangi konsumsi gorengan atau makanan yang
tinggi lemak.
4. Rumah sakit sebaiknya melakukan promosi Kesehatan kerja yang
mengikutsertakan petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
(K3RS) dengan memberikan edukasi terhadap pekerja dengan Riwayat hipertensi
pada orang tua untuk berubah mengenai pola gaya hidup, seperti menurunkan
berat badan, batasi asupan lemak dan garam, memperbanyak makan buah dan
sayur, tidak merokok, dan melakukan olahraga yang teratur melalui seminar
maupun workshop.
5. Rumah sakit sebaiknya mengatur program olahraga minimal seminggu dilakukan
3 kali dan membuat poster bertemakan pentingnya olahraga bagi tubuh untuk
mengingatkan pekerja melakukan olahraga, rumah sakit membuat program
olahraga mingguan Bersama seperti senam pagi di hari sabtu dan minggu.
6. Rumah sakit sebaiknya melakukan advokasi dan sosialisasi tentang Kesehatan
Kerja Rumah Sakit pada semua pegawai rumah sakit yang bertemakan kampanye
anti rokok mensosialisasikan peraturan mengenai lingkungan rumah sakit bebas

59
asap rokok dengan cara mengadakan seminar mengenai dampak rokok terhadap
produktivitas.

60
DAFTAR PUSTAKA

A, D. A., Sinaga, A. F., Syahlan, N., Siregar, S. M., Sofi, S., Zega, R. S., Annisa, A., & Dila, T.
A. (2022). Faktor - Faktor Yang Menyebabkan Hipertensi Di Kelurahan Medan Tenggara.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 10(2), 136–147.
https://doi.org/10.14710/jkm.v10i2.32252

AHA. (2014). Know Your Risk Factors for High Blood Pressure. Amerika: American Heart
Association (AHA). Retrieved from http://heart.org/en/health-topics/high-blood-
pressure/why-high-bloodpressure-is-a-silent-killer/know-your-risk-factors-for-high-blood-
pressure

AHA. (2015a). How Smoking and Nicotine Damage Your Body. American Heart Association
(AHA). Retrieved from https://www.herat.org/en/healthyliving/healthy-lifestyle/quit-
smoking-tobacco/how-smoking-and-nicotinedamage-your-body

AHA. (2015b). Obecity-Induced Hypertension. Retrieved from https://www.ahajournals.org

AHA. (2016). Managing Stress to Control High Blood Pressure. American Heart Association
(AHA). Retrieved from https://www.heart.org/en/healthtopics/high-blood-pressure/changes-
you-can-make-to-manage-high-bloodpressure/managing stress-to-control-high-blood-
pressure

Aprilliyanti, D. R., & Budiman, F. A. (2020). Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian
Hipertensi di Posyandu Lansia Desa Tegowangi Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri.
Nutriology : Jurnal Pangan,Gizi,Kesehatan, 1(1), 7–11.
https://doi.org/10.30812/nutriology.v1i1.729

Aziza, L. (2007). Hipertensi : the silent killer; berbagai aspek hipertensi berdasarkan kriteria
terbaru mencakup salah paham hipertensi di kamar praktik.

CDC. (2015). High Blood Pressure : Know Your Risk for High Blood Pressure. Centers for
Disease Control and Prevention. Retrieved from
https://www.cdc.gov/bloodpressure/risk_factors.htm

Chasanah, S. U., & Sugiman, S. S. (2022). Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Derajat Hipertensi
Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Berbah Sleman Yogyakarta. An-Nadaa Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 9(2), 119. https://doi.org/10.31602/ann.v9i2.6683

Damayantie, N., Heryani, E., & Muazir, M. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Penatalaksanaan Hipertensi oleh Penderita di Wilayah Kerja Pskesmas Sekernan Ilir
Kabupaten Muaro Jambi tahun 2018. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery), 5(3), 224–232. https://doi.org/10.26699/jnk.v5i3.art.p224-232

61
Dinkes Kota Bogor. (2018). Profil Kesehatan Kota Bogor 2018. Dinas Kesehatan Kota Bogor.

Dinkes Kota Bogor. (2020). Profil Kesehatan Kota Bogor 2020. Dinas Kesehatan Kota Bogor,
10–27.

Direktorat P2PTM Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. (2018). Manajemen Program
Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi dan Perhitungan Pencapaian SPM Hipertensi.
Workshop Pencegahan Dan Pengendalian Hipertensi, April, 11, 17, 20.
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2018/05/M
anajemen_Program_Hipertensi_2018_Subdit_PJPD_Ditjen_P2PTM.pdf

Erman, I., Damanik, H. D., & Sya’diyah. (2021). Hubungan Merokok Dengan Kejadian
Hipertensi Di Puskesmas Kampus Palembang. Jurnal Keperawatan Merdeka, 1(1), 54–61.
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jkm/article/view/983

Ervina. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pekerja
Sektor Informal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Tahun 2022.

Farrar, G. R., & Zhang, H. (1990). Erratum: Perturbative QCD calculation of real and virtual
Compton scattering (Physical Review D (1990) 42, 7 (2413)). Physical Review D, 42(7),
2413. https://doi.org/10.1103/PhysRevD.42.2413

Hasiando, N. C., Amar, M. I., & Fatmawati, Ii. (2019). Hubungan Kebiasaan Konsumsi Natrium,
Lemak Dan Durasi Tidur Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Cimanggis Kota
Depok Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 11(2), 214–218.

Jayanti, I. G. A. N., Wiradnyani, N. K., & Ariyasa, I. G. (2017). Hubungan pola konsumsi
minuman beralkohol terhadap kejadian hipertensi pada tenaga kerja pariwisata di Kelurahan
Legian. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 6(1), 65–70.
https://doi.org/10.14710/jgi.6.1.65-70

Kalangi, J. A., Umboh, A., & Pateda, V. (2015). Hubungan Faktor Genetik Dengan Tekanan
Darah Pada Remaja. E-CliniC, 3(1), 3–7. https://doi.org/10.35790/ecl.3.1.2015.6602

Kartika, M., Subakir, S., & Mirsiyanto, E. (2021). Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan
Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota Sungai Penuh Tahun 2020.
Jurnal Kesmas Jambi, 5(1), 1–9. https://doi.org/10.22437/jkmj.v5i1.12396

Kemenkes RI. (2011). Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab Kematian Terbanyak di
Indonesia. https://www.kemkes.go.id/article/view/1637/penyakit-tidak-menular-ptm-
penyebab-kematian-terbanyak-di-indonesia.html

Kemenkes RI. (2013a). Pedoman-Teknis-Penemuan-dan-Tatalaksana-Hipertensi.pdf.

Kemenkes RI. (2013b). Riset Kesehatan Dasar.

62
https://dinkes.bantenprov.go.id/upload/article_doc/Hasil_Riskesdas_2013.pdf

Kemenkes RI. (2018a). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan RI,
53(9), 1689–1699.

Kemenkes RI. (2018b). Klasifikasi Hipertensi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia. Retrieved from www.p2ptm.kemkes.go.id/infographicp2ptm/hipertensi-
penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/page/21/klasifikasihipertensi

Kemenkes RI. (2018c). Manajemen Program Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi dan
Perhitungan Pencapaian SPM Hipertensi. Jakarta: Subdit Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Hipertensi (Technical Guidelines for the Discovery and Management of Hypertension) (pp.
1–67). https://p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/pedoman-teknis-penemuan-dan-
tatalaksana-hipertensi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pusdatin Hipertensi. 1–7.


https://doi.org/10.1177/109019817400200403

Keselamatan, P., Kesehatan, D. A. N., Studi, P., Masyarakat, K., Kesehatan, F. I., Islam, U.,
Syarif, N., & Jakarta, H. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Informal Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Informal
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Tahun 2022.

Kurniadi, H., & Nurrahmani, U. (2014). Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi
Pada Lansia Di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun.

Lestari. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pekerja
Sektor Informal Di Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta. Naskah Publikasi, 1–20.

Lisiswanti, R., & Dananda, D. N. A. (2016). Hypertension Prevention Efforts. Majority, 5(3),
50–54. https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1036

Madyasari, A. (2020). Gambaran tingkat konsumsi natrium dan tekanan pada pasien hipertensi di
Puskesmas Tabanan III. Kemenkes RI, Poltekkes Kemenkes Denpasar, Prodi Gizi Diploma
Tiga Denpasar, 53(9), 1689–1699.

Maryani, H. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Pekerja Di Pt.
Citra Teknik Andalas Tahun 2017.

63
Maulidina, F. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Jati Luhur Bekasi Tahun 2018. arkesmas (Arsip Kesehatan Masyarakat),
4(1), 149–155. https://doi.org/10.22236/arkesmas.v4i1.3141

Mulyani, S. (2021). Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
puskesmas Padongko dan puskesmas Palakka Kabupaten Barru tahun 2021. 14–16.

Nilawati, I. (2023). Hipertensi merupakan Hubungan Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Lama
Menderita Hipertensi dengan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi di Puskesmas Cilacap
Selatan II. Jurnal Medika Usada, 6(1), 6–12.
https://doi.org/10.54107/medikausada.v6i1.143

Pangaribuan, S. R. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Kejadian Hipertensi Pada Pekerja


Pt X Pada Tahun 2021.

Rahmadhani, M. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi Pada


Masyarakat Di Kampung Bedagai Kota Pinang. Jurnal Kedokteran STM (Sains Dan
Teknologi Medik), 4(1), 52–62. https://doi.org/10.30743/stm.v4i1.132

Rosdiana, D., Achmadi, U. F., & Mahmuda, D. (2021). Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Dan
Proporsi Merokok Lampung , Bengkulu Dan Gorontalo Implementation Of Smoking Free
And Proportion Of Smoking In Population In Province Of Banten , West Java , Lampung ,
Bengkulu And Gorontalo. 205–219.

Sartik, S., Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. (2017). Risk Factors and the Incidence of
Hipertension in Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180–191.
https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3.180-191

Sinambela, I. H. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada pengemudi bus


transjakarta di PT Transportasi Jakarta Tahun 2017.

Siswanto, Y., Widyawati, S. A., Wijaya, A. A., Salfana, B. D., & Karlina, K. (2020). Hipertensi
pada Remaja di Kabupaten Semarang. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 1(1), 11–17. https://doi.org/10.15294/jppkmi.v1i1.41433

Sulistiyowati. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Kampung


Botton Kelurahan Magelang Kecamatan Magelang Tengah Kota Magelang ahun 2009.
[Skripsi]. https://lib.unnes.ac.id/3205/1/6396.pdf

Sulistyono, E., & Modjo, R. (2022). Literature Review : Analisis Faktor Terjadinya Hipertensi
Pada Pekerja Lapangan. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6, 1154–1159.

Sumarni, R., Sampurno, E., & Aprilia, V. (2016). Konsumsi Junk Food dan Hipertensi pada
Lansia di Kecamatan Kasihan, Bantul, YogyakartaKasihan,. Jurnal Ners Dan Kebidanan
Indonesia, 3(2), 59. https://doi.org/10.21927/jnki.2015.3(2).59-63

64
Syah. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas
Kabupaten Magelang. Universitas Muhammadiyah Magelang, 4–11.

Tri Hardati. (2017). Aktivitas fisik dan kejadian hipertensi pada pekerja: analisis data Riskesdas
2013. BKM Journal of Community Medicine and Public Health, 34(2), 467–474.
https://core.ac.uk/download/pdf/295356013.pdf

Ulfa, M. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah


Kerja Puskesmas Pondidaha Kabupaten Konawe.

WHO. (2019). Hypertension. World Health Organization. Retrieved from


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hipertension

WHO 2020. (2020). A Global Brief On Hypertension. Word Health Organization, 5(3), 248–
253.

Windani, C., Sari, M., Komalasari, V., & Suhendar, I. (2021). Description of Physical Activity
in. 4(1).

Windayanti, K. A. (2021). Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada
Pekerja yang Bekerja dari Rumah Selama Masa Pandemi Covid-19 Di Wilayah Kelurahan
Seririt Tahun 2021. RSUD Kota Semarang, 3, 103–111.

Yuli Hilda Sari, Usman, & Makhrajani Majid. (2019). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Maiwa
Kab.Enrekang. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 2(1), 68–79.
https://doi.org/10.31850/makes.v2i1.125

Yunus, M. (2021). Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Hipertensi Di
Puskesmas Haji Pemanggilan Kecamatan Anak Tuha Kab. Lampung Tengah.
11(September), 192–201.
https://journals.ekb.eg/article_243701_6d52e3f13ad637c3028353d08aac9c57.pdf

Zamrodah, Y. (2022). Pencegahan Hipertensi 27. Keperawatan, 15(2), 1–23.

65
LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent Penelitian


Informed Consent Penelitian

Perkenalkan nama saya Evri Eriskadevi, mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas


Esa Unggul semester delapan. Saya sedang melakukan penelitian untuk skripsi tentang “Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pekerja Di Pusat Kesehatan
Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi (PKJN RSJMM) Bogor Tahun
2023” untuk itu, apabila saudara menyetujui, saya akan meminta kesediaan saudara untuk
mengisi kuesioner tentang usia, jenis kelamin, Riwayat hipertesi pada keluarga, dan kebiasaan
merokok dengan jujur dan mengikuti proses pengukuran tekanan darah, Berat Badan, dan tinggi
badan.

Untuk keperluan tersebut saya mohon ketersediaan bapak/ibu untuk menjadi partisipan
dalam penelitian ini. Bapak/ibu berhak untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi secara sukarela
tanpa ada sanksi. Selanjutnya saya mohon ketersediaan bapak/ibu untuk bersedia diperiksa
tekanan darah dan mengisi kuesioner sebagai responden penelitian. Waktu yang dibutuhkan
untuk pengukuran dan pengisian kuesioner ini ± 30 menit. Semua tindakan yang dilakukan tidak
menyebabkan efek samping apapun terhadap responden. Jika bapak/ibu bersedia menjadi
responden, silahkan mengisi formulir ini dan saya memohon kesediannya untuk mengisi lembar
kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jawaban yang saudara berikan akan dirahasiakan dan
akan sangat bermanfaat bagi kelengkapan data penelitian ini. Jika ada hal yang kurang dipahami
dapat ditanyakan langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan bapak/ibu menjadi
partisipan dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Kontak peneliti : Evri Eriskadevi

No. Telepon : 0859-5520-7386

Jakarta, 2023

Peneliti partisipan

(Evri Eriskadevi) ( )

66
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda mempunyai penyakit Jantung, 1. Ya
Diabetes Melitus, atau Ginjal? 2. Tidak
2 Apakah anda bersedia menjadi responden untuk 1. Ya
mengisi questioner peneliti dan di wawancarai? 2. Tidak

No Pertanyaan Jawaban
1 Nama / Inisial
2 Usia ….. Tahun
3 Jenis Kelamin P/L
4 Unit Kerja / Instalasi / Ruangan
5 Lama Kerja / Masa Kerja ….. Tahun ….. Bulan
6 Apakah ada salah satu keluarga yang menderita 1. Ada (jika ada, boleh
tekanan darah tinggi / Hipertensi seperti ayah, lebih dari satu)
ibu, saudara kandung, atau lainnya? a. Ayah
b. Ibu
c. Saudara kandung
d. Lainnya…..
2. Tidak ada

B. PENGUKURAN TEKANAN DARAH (DIISI OLEH PENELITI)


No Kategori Pengukuran
1 Tekanan Darah Sistolik ….. mmHg
2 Tekanan Darah Diastolik ….. mmHg

C. PENGUKURAN OBESITAS (DIISI OLEH PENELITI)


No Kategori Hasil
1 Berat Badan

67
2 Tinggi Badan
3 IMT (Indeks Masa Tubuh)

D. STATUS MEROKOK
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah dalam sehari-hari responden 1. Ya (Lanjut No 2)
mengonsumsi rokok? 2. Tidak

Lampiran 3 Ethical Approval

68
Lampiran 4 Ethical Clearence PKJN RSJMM

Lampiran 5 Surat Penelitian Rumah Sakit

69
Lampiran 6 Hasil Analisis
a Univariat
1. Gambaran kejadian hipertensi pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.

2. Gambaran usia pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa
dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.
70
3. Gambaran jenis kelamin pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah
Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.

4. Gambaran Riwayat keluarga pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional


Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.

5. Gambaran kebiasaan merokok pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional


Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.

6. Gambaran obesitas pada Pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit
Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.

71
b Bivariat
1. Hubungan antara usia dengan hipertensi pada pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa
Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.

72
2. Hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi pada pekerja di Pusat Kesehatan
Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.

73
3. Hubungan antara Riwayat keluarga dengan hipertensi pada pekerja di Pusat
Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun

74
2023.

75
4. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi pada pekerja di Pusat
Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun
2023.

76
Uji Statifikasi Variabel kebiasaan Merokok

77
5. Hubungan antara obesitas dengan hipertensi pada pekerja di Pusat Kesehatan Jiwa
Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2023.

78
79

Anda mungkin juga menyukai