Anda di halaman 1dari 2

Nama: Safitri Ayu Novelita Setorini

Kelas : 3-E
NIM : F100220145
Metodelogi Penelitian
Judul Jurnal : Understanding Rape Myth Acceptance: The Impact Of Ambivalent Sexism And
Conservatism In Surabaya
(Memahami Penerimaan Mitos Pemerkosaan: Dampak Ambivalen Seksisme dan Konservatisme di
Surabaya)
Penulis : Adinda Dwi Wulandari, Margaretha
INTRODUCTION :

 Viktimisasi sekunder adalah perlakuan negatif terhadap korban, baik dengan menyalahkan mereka
sebagai penyebab pemerkosaan, menanyakan dan mengkritik riwayat perilaku seksual mereka, atau
membuat mereka enggan untuk mengadili pelaku (Connor et al., 2017).
 Pihak yang terlibat dalam kasus pemerkosaan (Seperti polisi dan petugas pengadilan, psikolog,
petugas kesehatan, media, dan anggota masyarakat) harus menyadari keyakinan pribadi mereka.
 Seksisme ambivalen adalah sikap dan perilaku yang bias terhadap orang lain berdasarkan gendernya,
yang bisa bersifat negatif atau positif (Chapleau et al., 2007).
 Konservatisme juga ditemukan mempengaruhi penerimaan mitos pemerkosaan. Konservatisme
mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam interaksi seksual, dimana seksualitas dipersepsikan
sebagai mekanisme memberi dan menerima (laki-laki memberi dan perempuan menerima).
Akibatnya, individu konservatif akan menolak gagasan pemaksaan dalam hubungan seksual intim;
korban sendiri harus bertanggung jawab atas kekerasan seksual yang mereka alami (Burt, 1980).
 Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah konservatisme dan seksisme ambivalen mempengaruhi
penerimaan mitos pemerkosaan pada perempuan korban.
 Hipotesis : seksisme ambivalen dan konservatisme mempengaruhi penerimaan mitos pemerkosaan.
METHOD :
 Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif melalui survei online yang disebarkan di media sosial
(Instagram, Twitter, dan WhatsApp) pada bulan Desember 2019 hingga Januari 2020.
 Data dari 381 responden berusia 18-40 tahun.
 Seksisme diukur dengan Inventarisasi Ambivalen yang Diperluas (α = 0,88).
 Skala Konservatisme mengukur keyakinan untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional dan
menentang perubahan (α = 0,77).
 Penerimaan mitos pemerkosaan diukur dengan skala sketsa yang dikembangkan oleh peneliti dengan
dua skenario: korban mengenal atau tidak mengenal pelaku (α = 0,87).
 Penelitian ini menggunakan analisis korelasi, Analysis of Variance (ANOVA), uji-t, dan regresi linier
hierarki. Regresi ini menguji kontribusi dimensi seksisme yang bermusuhan, seksisme yang baik
hati, dan konservatisme terhadap penerimaan mitos pemerkosaan.
RESULT AND DISCUSSION :
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa skenario umum penerimaan mitos pemerkosaan dipengaruhi
oleh konservatisme dan seksisme yang bermusuhan (R2= .11;F(4, 380) = 12,49P< .001).
 Penerimaan mitos pemerkosaan terhadap skenario yang tidak lazim juga dipengaruhi oleh
konservatisme dan seksisme yang bermusuhan (R2= .15;F(4, 380) = 17,14,P< .001).
 Individu yang memiliki sikap bermusuhan terhadap perempuan dan secara kaku mempertahankan
nilai-nilai tradisional cenderung percaya pada mitos pemerkosaan.

Anda mungkin juga menyukai