Anda di halaman 1dari 10

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.

1 (2014)

Jurnal Tugas Akhir Faktor-Faktor Yang Memegaruhi Penggunaan

Make-up Pada Perempuan Emerging Adulthood

Irawati Kartono

Fakultas Psikologi

irawatikartonoo@gmail.com

Abstrak– Cinta, karir, dan pandangan hidup merupakan fokus utama individu
pada masa emerging adulthood. Untuk mencapai ketiga fokus tersebut salah satu
hal yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan make-up. Menggunakan
make-up akan membuat perempuan tampil cantik dan menarik. Namun tidak
hanya sekedar untuk menjadi cantik, perempuan juga memiliki pertimbangan lain
yang mendasari ketika menggunakan make-up terutama yang berkaitan dengan
fokus hidupnya pada tahap emerging adulthood. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa ada faktor psikologis yang mendasari penggunaan make-up
seperti kepribadian, self estem, dan body image. Oleh karena itu melalui penelitian
ini peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan make-
up pada perempuan emerging adulthood. Subjek penelitian ini adalah 114
mahasiswi Universitas Surabaya usia 18-25 tahun yang pernah menggunakan
minimal 2 jenis make-up (tidak termasuk bedak). Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif eksploratif. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
teknik analisis faktor. Teknik sampel yang digunakan adalah tipe non-random,
snowball dan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-
faktor yang memengaruhi penggunaan make-up pada perempuan emerging
adulthood adalah: ekstraversion, neuroticism, body-image, anxiety, assertiveness,
tuntutan situasi terkait gender role, kondisi fisik yang mempengaruhi personal
relationship, romantic relationship, dan penerimaan sosial. Faktor-faktor tersebut
merupakan faktor-faktor psikologis yang berkaitan dengan fungsi sosial yaitu
ketika individu berinteraksi dengan lingkungannya.

Kata Kunci: make-up, emerging adulthood, perempuan.


Abstrack– love, carrier, anda outlook on life are three main focus for individuals
who are in the emerging adulthood stage. For reach the third focus, many ways
can do, one of them is using make-up. Wearing make-up will made women more
acttractive and beautiful. But it is not only being beautiful, women have other
consideration that underlies that make-up usage, especially the life focus at
emerging adulthood stage. Several researchs described that there are some
phychological factors that underlies make-up usage for instance is personality, self
estem, and body image. So with this research, the researcher wants to know the
factors that affected make-up usage in emerging adulthood woman. This subject
of this research is 114 of the University of Surabaya students aged 18-25 who

1
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014)

used at least 2 types of make-up (except powder). This research is a descriptif


explorative with snownball and accidental sampling. The result show that the
factors affected make-up usage in emerging adulthood women are exstraversion,
neuroticism, body-image, anxiety, assertiveness, situation demand according to
gender role, physical condition that affects personal relationship, romantic
relationship, and social acceptance. Those factors are physiological factors that
related with social function when a human interacts with their environment.

Keywords: make-up, emerging adulthood, woman.

PENDAHULUAN

Wajah merupakan fokus dari keseluruhan daya tarik fisik seseorang


(Sitompul disitat dalam Prasetyani, 2011). Tidak bisa dipungkiri bahwa memiliki
wajah yang cantik dan menarik merupakan dambaan bagi sebagian besar
perempuan. Seorang perempuan dengan wajah yang cantik dan menarik sering
dipandang sebagai individu yang lebih pintar, menyenangkan, bersemangat, dan
sukses (MeBrouwers disitat dalam Moldenhauer, 2004). Hal tersebut terjadi
karena pada zaman ini masyarakat memang lebih bisa menilai kualitas perempuan
dari segi kemenarikan fisiknya. Untuk itu memiliki wajah cantik dan menarik bagi
banyak perempuan merupakan hal yang penting. Berdasarkan hasil survey awal
peneliti dapat disimpulkan bahwa perempuan merasakan banyak dampak yang
positif dengan memiliki wajah yang cantik. Memiliki wajah yang cantik membuat
perempuan merasa dihargai, diterima, dan memberikan banyak kemudahan dalam
cinta dan pekerjaan. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa perempuan pada
usia 18-22 tahun memiliki kecemasan yang cukup besar akan penampilan mereka
di depan pasangan, penilaian orang lain, dan juga masa depan mereka. Mengacu
pada usia subjek yang berada pada rentang usia 18-22 tahun dikategorikan berada
pada masa Emerging adulthood.
Perempuan pada emerging adulthood sesuai tugas perkembangannya
memiliki fokus yang besar akan cinta, karir, dan masa depannya (Arnett, 2000).
Memiliki wajah yang cantik dan menarik diasosiakan dengan keberhasilan dalam
cinta dan pekerjaan serta kesempatan kerja yang lebih luas (Melliana, 2006).
Untuk itu banyak perempuan pada masa emerging adulthood lebih berusaha untuk

2
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014)

tampil cantik. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk tampil cantik adalah
dengan menggunakan make-up.
Make-up merupakan pemolesan serta pemberian sentuhan warna pada
wajah sehingga membuat wajah menjadi cantik dan menarik. Make-up bila
diaplikasikan ke tubuh akan menghasilkan suatu warna contohnya seperti lipstick,
mascara, eyeliner, eyeshadow, dan blush on (Yuwanto, 2011; Melliana, 2006).
Make-up bila diaplikasikan ke tubuh akan menghasilkan suatu warna contohnya
seperti lipstick, mascara, eyeliner, eyeshadow, dan blush on (Yuwanto, 2011;
Melliana, 2006). hingga Rp. 1,87 triliun (Penjualan Kosmetik Impor, 2012).
Make-up banyak dipilih karena dengan menggunakan make-up dapat
memberikan dampak positif terhadap daya tarik fisik perempuan (Scoot,2007).
Seseorang dengan menggunakan make-up yang berwarna dapat terlihat cantik
bahkan jauh lebih cantik dari sebelumnya. Hal tesebut secara langsung akan
membuat penggunanya merasa lebih percaya diri (Listianti, 2013). Rasa percaya
diri akan penampilan secara langsung akan memberikan dampak postif bagi
suasana hati seseorang (Handayani, 2012).
Penelitian oleh Korichi, Pelle-de-Queral, Gazano, dan Aubert (2008)
menyebutkan bahwa ada lima faktor psikologis yang mendasari seseorang
menggunakan make-up diantaranya adalah kepribadian, citra tubuh, self-esteem,
anxiety, dan assertiveness. Faktor-faktor psikologis menurut penelitian Korichi
dkk (2008) tersebut kemudian diuji secara empiris oleh beberapa peneliti.
Tabel 1
Penelitian terkait faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan make-up
Peneliti Tujuan Hasil
Congadi (2010) Untuk mengetahui Penelitian di lakukan pada SPG make-up
profil kepribadian dengan hasil yaitu subjek penelitian yang
Sales Promotion Girl menggunakan make-up sebagai sarana
(SPG) make-up untuk meningkatkan penampilan fisik
ditinjau dari fungsi memiliki profil kepribadian extraversion
psikologis make-up. sangat tinggi, agreeableness sangat tinggi,
conscentiusness sedang, neuroticism tinggi
dan openness sedang.
Subjek yang menggunakan make-up untuk
menutupi kekurangan yang ada di
wajahnya memiliki profil kepribadian
extraversion sedang dan rendah,
agreeableness tinggi, conscientiousness

3
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014)

tinggi dan openness sedang.


Subjek yang memakai make-up untuk
menutupi kekurangan dan meningkatkan
penampilan memiliki profil kepribadian
extraversion sedang, agreeableness tingi,
conscientiousness tinggi, neuroticism
sedang dan openness tinggi.

Sutanto (2012) Untuk membuktikan Subjek penelitian ini adalah mahasiswi


secara empiris berusia 17-25 tahun. Hasil penelitian
pernyataan Korichi, menunjukan bahwa subjek yang memiliki
dkk (2008) yang citra tubuh sedang menggunakan make-up
menyatakan ada untuk meningkatkan penampilan
hubungan antara citra sedangkan subjek yang memiliki citra
tubuh dan fungsi tubuh tergolong positif menggunakan
psikologis make-up make-up untuk meningkatkan penampilan
fisiknya. Subjek dengan citra tubuh negatif
memiliki keyakinan bahwa make-up bisa
membuatnya mendapatkan penilaian yang
baik dari orang lain sehingga
membantunya untuk diterima di
lingkungan sosialnya. Dengan demikian
faktor lingkungan membawa pengaruh
kepada individu untuk menggunakan
make-up.

Handayani (2012) Untuk mendapatkan Penelitian ini dilakukan pada mahasiswi


gambaran secara pada usia 17-25 tahun. Hasil penelitian
empiris tentang menunjukan subjek yang memiliki self-
hubungan self-esteem esteem tergolong sedang menggunakan
dan fungsi psikologis make-up untuk meningkatkan penampilan
make-up dan menutupi kekurangan yang dimiliki.
Sementara subjek dengan self-esteem
tinggi menggunakan make-up untuk
meningkatkan penampilan fisiknya saja.
Subjek yang memiliki self-esteem rendah
merasa dengan mengggunakan make-up
dapat membuat diri mereka menarik dan
secara psikologis membuat mereka merasa
nyaman, berharga, penting, dan dihargai
oleh orang lain.

Puji (2013) Untuk melihat Penelitian ini dilakukan pada 50 orang


hubungan self-esteem mahasiswi Universitas Surabaya. Hasil
dan fungsi psikologis penelitian menunjukan bahwa subjek
make-up pada dengan self-esteem tinggi menggunakan
emerging adulthood. make-up untuk meningkatkan penampilan.
Subjek menggunakan make-up agar
merasa lebih nyaman dan merasa lebih
mudah untuk berelasi dengan banyak

4
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014)

orang. Secara singkat dapat dikatakan


bahwa penggunaan make-up pada
emerging adulthood tidak berhubungan
dengan self-esteem.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Korichi dkk (2008) dan Handayani
(2012) ditemukan hasil yaitu self-esteem memengaruhi seseorang menggunakan
make-up. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Puji (2013) menyebutkan
bahwa self-esteem tidak ada hubungannya dengan penggunaan make-up. Hasil
survey awal peneliti kemudian menemukan bahwa terdapat beberapa alasan atau
faktor yang mendasari seseorang menggunakan make-up. Namun faktor-faktor
tersebut perlu diuji secara empiris. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin menguji
faktor-faktor yang mendasari penggunaan make-up pada perempuan emerging
adulthood.

METODE PENELITIAN
Fokus penelitian ini adalah fakor-faktor yang memengaruhi penggunaan
make-up pada perempuan emerging adulthood. Berdasarkan rangkuman hasil
teori dan survey awal didapatkan 22 faktor yang mempengaruhi penggunaan
make-up pada perempuan emerging adulthood. 22 faktor tersebut akan dijadikan
aspek awal pengukuran faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan make-up
pada perempuan emerging adulthood Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa Universitas Surabaya yang berusia 18-22 tahun yang pernah
menggunakan make-up minimal 2 jenis make-up (tidak termasuk bedak). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-random
sampling dengan tipe accidental sampling dan snowball sampling. Data dalam
penelitian ini akan dikumpulkan dengan menggunakan wawancara dan dua buah
angket, yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Angket tertutup digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan make-up pada
permpuan emerging adulthood. Angket tertutup dibuat sendiri oleh peneliti
dengan blueprint sebagai berikut:
Tabel 2
Blueprint faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan make-up

5
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014)

No Faktor Nomer aitem


1 Kepribadian; Ekstraversion 1, 23
2 Kepribadian; Neuroticism 2, 24
3 Kepribadian; Agreeableness 3, 25
4 Kepribadian; Openness 4, 26
5 Self-Esteem 5, 27
6 Body Image 6, 28
7 Anxiety 7, 29
8 Assertivenes 8, 30
9 Tuntutan sosial terkait situasi 9, 31
10 Penampilan fisik 10, 32
11 Menjaga keaslian wajah 11, 33
12 Tuntutan sosial yang terkait gender 12, 34
role
13 Persuasi sosial 13, 35
14 Kondisi fisik yang berpengaruh pada 14, 36
personal relationship
15 Personal pleasure 15, 37
16 Kesehatan Fisik 16, 38
17 Romantic Relationship 17, 39
18 Habit 18, 40
19 Konformitas 19, 41
20 Mood 20, 42
21 Penerimaan sosial 21, 43
22 Modeling 22, 44
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan dan
memetakan hubungan antar faktor. Dengan demikian teknik analisis data
penelitian ini adalah analisis faktor explanatory.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Peneliti menyebarkan 130 angket kepada subjek penelitian. Dari 130 angket
tersebut hanya 114 angket yang sesuai dengan karakteristik penelitian.
Berdasarkan pengujian KMO and Bartlett’s diketahui bahwa nilai KMO > 0,5
yaitu sebesar 0, 920 sedangkan nilai sig. Bartlett’s Test diketahui < 0,05 yaitu
sebesar 0,000. Oleh karena hasil dua asumsi tersebut terpenuhi maka bisa
dilakukan analisis faktor.
Hasil rotated component matrix menunjukkan bahwa hasil penelitian ini
menghasilkan 1 faktor yang terdiri dari 9 sub faktor yaitu ekstraversion,
neuroticism, body image, anxiety, assertiveness, tuntutan situasi terkait gender
role, personal realationship, romantic relationship, dan penerimaan sosial.

6
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014)

Faktor-faktor tersebut diberi nama yaitu faktor-faktor psikologis yang berkaitan


dengan fungsi sosial. Selanjutnya dilakukan penghitungan terhadap batasan nilai
untuk masing-masing kategori faktor menggunakan mean dan standar deviasi
ideal. Berikut adalah rumus untuk mencari mean dan standar deviasi ideal:

Mean ideal :

Standar deviasi ideal : n t x jb   (n r x jb)


2
Keterangan:

Jb: Jumlah butir yang valid

nt: Nilai tertinggi setiap aitem nr: Nilai terendah setiap


aitem

Berdasarkan perhitungan tersebut di dapatkan kategori dan batasan nilai sebagai


berikut:
Tabel 2
Kategori dan Batasan Nilai

Kategori Batasan Nilai


Sangat Tinggi X ≥ 10,00
Tinggi 8,00 ≤ X < 9,99
Sedang 6,00 ≤ X < 7,99
Rendah 4.00 ≤ X < 5.99
Sangat Rendah X < 3.99

Berdasarkan kategori pada tabel 2 kemudian dibuatlah penggolongan


kategori faktor sebagai berikut:

7
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014)

Tabel 3
Katergori Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penggunaan Make-up
Faktor Kategori
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
F % F % F % F % F %
Ekstraversion 24 21.1 40 35.1 23 20.2
8 7.0 19 16.7
Neuroticism 29 25.4 32 28.1 28 24.6 17 14.9 8 7.0
Body image 14 12.3 22 19.3 40 35.1 24 21.1 14 12.3
Anxiety 15 13.2 28 24.6 29 25.4 24 21.1 18 15.8
Assertiveness 21 18.4 36 31.6 27 23.7 21 18.4 9 7.9
Tuntutan situasi terkait
- - 16 14.0
gender role 5 4.4 - - 93 81.6
Kondisi fisik yang
memengaruhi personal 8 7.0 27 23.7 37 32.5 22 19.3 20 17.5
relationship
Romantic relationship 15 13.2 20 17.5 35 30.7 22 19.3 22 19.3
Penerimaan sosial 15 13.2 27 23.7 26 22.8 23 20.2 23 20.2

Tabel 3 menunjukkan bagaimana kategori faktor-faktor yang


memengaruhi penggunaan make-up pada perempuan emerging adulthood. Subjek
pada penelitian cenderung berada pada faktor ekstraversion sedang (35.1%),
neuroticism rendah (28.1%), body image sedang (24.6%), anxiety yang rendah
(24.6%) dan sedang (25.4%), assertiveness rendah (31.6%), tuntutan situasi
terkait gender role (81.6%), kondisi fisik yang memperngaruhi personal
relationship (32.5%), romantic relationship (30.7%), dan penerimaan sosial yang
rendah (23.7%).

KESIMPULAN
Berdasarkan seluruh hasil dan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada peneltian ini didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang memengaruhi
penggunaan make-up pada emerging adulthood yaitu: ekstraversion, neuroticism,
body image, anxiety, assertiveness, tuntutan sosial terkait gender role, kondisi

8
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014)

fisik yang memengaruhi personal relationship, romantic relationship, dan


penerimaan sosial.
2. Faktor yang paling mempengaruhi perempuan emerging menggunakan make-
up adalah tuntutan situasi terkait gender role. Hal tersebut membuktikan bahwa
penggunaan make-up tidak hanya semata-mata untuk meningkatkan penampilan
fisik saja tetapi ada tuntutan situasional yang ikut mendorong subjek untuk
menggunakan make-up.
3. Tingkat penggunaan make-up pada masing-masing subjek berbeda-beda
tergantung dari bagaimana pandangan pribadi subjek terhadap faktor-faktor yang
memengaruhi penggunaan make-up.

SARAN
1. Perempuan Emerging Adulthood
Penggunaan make-up oleh perempuan emerging adulthood selain untuk
kecantikan juga perlu memperhatikan asepek make-up sebagai fungsi keseahatan.
2. Orangtua
Orangtua diharapkan dapat memberikan pemahaman yang tepat kepada
anak tentang fungsi make-up serta memberikan pengarahan mengenai penggunaan
make-up sesuai dengan situasi dan kondisi anak.
3. Penelitian selanjutnya
a. teknik pengambilan data pada peneliitian ini bisa menggunakan teknik random
sampling sehingga bisa mendapatkan data yang lebih representatif.
b. penelitian ini bisa dilakukan dengan mengambil pada subjek di luar Universitas
Surabaya sehingga ditemukan faktor-faktor penggunaan make-up pada perempuan
emerging adulthood yang khas dan lebih menyeluruh.
c. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mempersiapkan pertanyaan yang detail
dan mendalam ketika melakukan survey awal maupun angket penelitian sehingga
penelitian akan mendapatkan faktor yang lebih banyak dan detail.

9
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014)

Daftar Pustaka

Arnett, Jeffrey Jensen. (2000). Emerging Adulthood : A Theory of Development


From the Late Teens Through the Twenties.
Korichi, R., Pelle-De-Queral, D., Gazano, G., & Aubert, A. (2008). Why Women
Use Make Up: Implication Of Psychological Traits In Makeup Functions.
J. Cosmet.Sci. 59, 127-137.
Listianti, Sri Mulia. (2013). Makna Berdandan Perempuan (Studi Kasus Tentang
Penggunaan Make Up Pada Sales Promotion Girl Di Kota Surabaya.
Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Melliana, A. (2006). Menjelajah Tubuh: Perempuan dan Mitos Kecantikan.
Yogyakarta: LKIS.
Puji, M. ( 2012). Self Esteem Dan Fungsi Psikologis Make-Up Pada Perempuan
Emerging Adulthood. Skripsi. Tidak diterbitakan. Universitas Surabaya.
Scott, S. (2007). Influence of Cosmetics on Confidence of Collage Women: An
Exploratory Study. Hangover Collage.
Yuwanto, L. (2010). Make-Up= Memoles, Susuk= Membentuk: Sebuah Studi
Kecantikan Pada Pekerja Seks Komersial. Diunduh dari
https://www.ubaya.ac.id/2013/contenct/articles_detail/19/Make-up---
Memoles--Susuk---Membentuk---Sebuah-Studi-Kecantikan-Pada-Pekerja-
Seks-Komersial.html
Yuwanto, L (2010). Mobile Phone Addict. Surabaya. Putra Media Nusantara.
Yuwanto, L. (2010). Fungsi Make-up Dari Tinjauan Psikologi. Diunduh dari
http://www.ubaya.ac.id/ubaya/articles_detail/12/Fungsi-Make-up-dari-
Tinjauan-Psikologi.html

10

Anda mungkin juga menyukai