Anda di halaman 1dari 5

BERITA ACARA PRESENTASI

KELOMPOK 12

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

Topik : Politik Islam

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dosen Pengampu : Dr. Hapni Laila Siregar, S. Ag., M. A.

Hari/Tanggal : Kamis, 26 Mei 2022

Moderator : Muthia Az Zahra

Anggota :

1. Muthia Az Zahra (4203111149)

2. Nabila faradika (4201111010)

3. Nahda Nafila (4203311014)

4. Vina Amelia Tobing (4203311026)

Pertanyaan SESI 1

1. Penanya : Ardia Pramesty (4203111050)


Masih banyak orang yang menganggap Islam tidak boleh di kaitkan dengan politik?.
Dan beberapa orang juga menganggap negatif jika ada ulama yang berpolitik?
Bagaimana pendapat kelompok 12 mengenai pernyataan" tersebut.
Penjawab : Nabila Faradika (4201111010)
Menurut kelompok 12, seperti penjelasan sebelumnya bahwa islam adalah agama
universal, meliputi semua unsur kehidupan, dan politik, Negara dan tanah airi adalah
bagian dari islam. tidak ada yang namanya pemisahan antara agama dan politik.
karena politik bagian dari risalah Islam yang sempuran. Seperti ungkapan bahwa
tidak ada kebaikan pada agama yang tidak ada politiknya dan tidak ada kebaikan
dalam politik yang tidak ada agamanya.
Nah di dalam Islam pun, politik mendapat kedudukan dan tempat yang hukumnya
bisa menjadi wajib. Para ulama kita terdahulu telah memaparkan nilai dan keutamaan
politik. Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa Dunia merupakan
ladang akhirat. Agama tidak akan menjadi sempurna kecuali dengan dunia.
memperjuangkan nilai kebaikan agama itu takkan efektif kalau tak punya kekuasaan
politik. Memperjuangkan agama adalah saudara kembar dari memperjuangkan
kekuasaan politik (al-din wa al-sulthan tawamaan).
Lengkapnya Imam Al- Ghazali mengatakan: “Memperjuangkan kebaikan ajaran
agama dan mempunyai kekuasaan politik (penguasa) adalah saudara kembar. Agama
adalah dasar perjuangan, sedang penguasa kekuasaan politik adalah pengawal
perjuangan. Perjuangan yang tak didasari (prinsip) agama akan runtuh, dan
perjuangan agama yang tak dikawal akan sia-sia”.[5] Dari pandangan Al-Ghazali itu
bisa disimpulkan bahwa berpolitik itu wajib karena berpolitik merupakan prasyarat
dari beragama dengan baik dan nyaman. Begitulah islam memandang pollitik. Dan
dapat disimpulkan bahwa kita tidak dapat memisahkan antara Islam dengan Politik
serta Islam dan Politik saling berkaitan.
Untuk pertanyaan kedua yaitu beberapa orang juga menganggap negatif jika ada
ulama yang berpolitik, sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa setiap muslim
wajib untuk berpolitik karena pada dasarnya tanpa kita sadari kita juga sering
berpolitik dalam kehidupan sehari-hari seperti tawar menawar, bermusyawarah, dsb.
Dan bahkan kita juga tinggal di suatu negara yang menganut azaz demokrasi dimana
kita mempunyai hak dan kewajiban untuk berpolitik baik itu ulama, mahasiswa,
buruh, dll bukan hanya seorang politikus yang dapat berpolitik. Dan pada dasarnya
politik di Indonesia sudah dicemari oleh kemungkaran seperti kebohongan, bahkan
korupsi. Mereka-mereka yang ada di dalam suatu ruang lingkup politik seperti itu
akan takut jikalau seorang ulama masuk dan menggoyahkan semua hal yang sudah
mereka capai oleh karena itu sangat jarang kita jumpai ulama yang tahan dengan
masuk ke politik pemerintahan jikalau ia tidak mau menurut pada pemimpin.
Jadi kami kelompok 12 sangat mensupport dan akan bangga jikalau ulama menjadi
pemimpin di Indonesia. Dan sebagai mahasiswa kita harus terus selalu berpolitik
baik dalam ruang lingkup kecil dan besar.
2. Pernanya : Annida Aulia Jannah (4203111091)

Seandainya ada pemilihan presiden, dimana salah satu calonnya ialah non-muslin,
teman saya yg muslim memilih dia, jadi apa kah yg dilakukan teman saya bertentang
dengan islam? mengapa?

Penjawab : Muthia Az Zahra (4203111149)

Memilih pemimpin non Islam itu hukumnya adalah haram karna sudah terang
dijelaskan dalam Alquran dalam surah al- Imran ayat 85 yaitu Dan barangsiapa
mencari agama selain Islam, tidak akan diterima,dan di akhirat di termasuk orng yg
rugi. Maka dari itu bagi Islam haram hukumnya apabila memilih pemimpin non
Islam.

3. Penanya : Nurul Mardiyah Pinem (4203111099)

Bagaimana Islam memposisikan wanita dalam sistem politik?

Penjawab : Vina Amelia Tobing (4203311026)

Secara penuh wanita diberi hak berpolitik, boleh menempati sebagai kepala negara
walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam hal ini, dan menguasaai urusan hukum,
serta boleh berpartisipasi dalam memilih kepala negara atau pemimpin ummat,
sehingga dalam islam tidak ada perbedaan antara wanita dan pria dalam berpolitik
semua sama derajatnya dana siapapun bisa berpolitik.

Jawaban Tambahan : Syahfitri Humairoh (4202111012)

Saya ingin menambahkan bahwasanya tidak ada larangan dalam wanita untuk
berpolitik karena semua orang baik wanita dan pria wajib melakukan kewajiban
amar ma’ruf nahi munkar (Q.S. Al-Imran : 102), hak dan wajib ber ba’iad, hak
memilih dan dipilih serta kewajiban menasehati dan mengoreksi pemimpin. Dan
dapat disimpulkan bahwasanya dalam Islam tidak ada larangan buat muslimah untuk
berpolitik selagi masih dalam koridor Islam dan menjaga syariat.
Tanggapan : Annida Aulia Jannah (4203111091)

Apa hukumnya memilih wanita sebagai pemimpin?

Penjawab : Muthia Az Zahra (4203111149)

Tentu sama sekali tidak ada batasan untuk wanita menjadi seorang pemimpin, karna
tidak ada hukum yg mengharamkan hal tersebut. Maka dari itu sah sah saja apabila
wanita ingin menjadi seorang pemimpin.

Jawaban Tambahan : Nabila Faradika (4201111010)


Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap
kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memimpin manusia akan bertanggung jawab atas rakyatnya,
seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas
mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-
anaknya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang budak adalah
pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta tersebut. Setiap
kalian adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya,” (HR
Muslim 3408).
Hadits itu menjelaskan tugas dan kewajiban semua manusia sama, yaitu menjadi
seorang pemimpin. Minimal menjadi pemimpin diri sendiri dan setiap
kepemimpinannya diminta pertanggungjawaban nanti. Bahkan Allah menyebut
nama-nama perempuan mulia di Alquran. Seperti ratu Bilqis, Asiyah, dan Siti
Maryam.
Dari hal diatas dapat kita simpulkan bahwasanya perempuan dapat memimpin di
dalam kondisi dan waktu tertentu, tetapi ada baiknya jikalau disuatu waktu dan
tempat terdapat laki-laki maka di dahulukanlah laki-laki yang memimpin. Karena
kita ketahui bahwa perempuan lebih dominan menggunakan hati sedangkan laki-laki
menggunakan akalnya, jadi secara psikis laki-laki lebih utama memimpin dari pada
perempuan tetapi dengan catatan didalam kondisi dan waktu tertentu kepemimpinan
perempuan juga penting.
Pertanyaan SESI 2

4. Penanya : Sulthonah Zhafirah Fathani (4202411013)


Dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 51, disebutkan bahwa kita tidak boleh
menjadikan seorang yang bukan mukmin atau seorang non-muslim sebagai
pemimpin. Terkait dengan hal itu, apabila dalam sebuah kelompok belajar, apakah
memilih seorang non-muslim menjadi ketua kelompok itu juga tidak boleh?
Bagaimana hal tersebut menurut kelompok penyaji? Tolong jelaskan dengan
menggunakan landasan.
Penjawab : Nabila Faradika (4201111010)
Menurut kelompok 12, kita ketahui bahwa segala sesuatu dimulai dari hal terkecil,
dan sudah dijelaksan bahwasanya jikalau dalam lingkup kecil kita memilih
pemimpin yang non-muslim bagaimana pada ruang lingkup yang besar. Hal tersebut
dapat menggoyahkan kita dalam memilih padahal kita ketahui bahwa lebih baik
memilih pemimpin muslim karena jikalau memilih pemimpin non-muslim ada
kemungkinan kita diasingkan dan suara kita tidak di dengar. Jadi dapat disimpulkan
baik dalam ruang lingkup kecil dan luan(besar) kita harus memilih pemimpin yang
Muslim, beda halnya di suatu waktu dan kondisi tertentu. Kita dapat memilih
pemimpin non-muslim jikalau didaerah itu memang tidak ada orang muslim dengan
catatan pemimpin tersebut juga memperhatikan dan toleransi kepada muslim.
Tanggapan : Ardia Pramesty (4203111050)
Bagaimana kalau pemimpin non muslim lebih amanah daripada pemimpin muslim.
Yang mana yang harus kita pilih ?
Penjawab : Vina Amelia Tobing (4203311026)
Jika pemimpin non-muslim tidak memusuhi umat Islam dan mau bersama-sama
membangun dan memajukan wilayah yang dipimpinnya. Namun jika pemimpin non-
mulim ini dalam hatinya menyimpan rasa permusuhan dan bertindak sewenang-
wenang terhadap kaum mulimin maka memilih mereka adalah haram hukumnya.

Anda mungkin juga menyukai