DAFTAR ISI
A. Tim Pengampu Mata Kuliah 3
C. Capaian Pembelajaran 7
Koordinator MK:
Dr. Sri Kurnianingsih, S.Psi., M.M., Psikolog
Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Zahrina Mardhiyah, M.Psi., Psikolog.
Dr. Moh Abdul Hakim, S.Psi., M.A.
Modul Mata Kuliah Terapan Psikologi Pendidikan ini terdiri dari 13 Sub Topik
Modul, antara lain :
Tema 1.1 : Konsep psikologi belajar dan hambatan dalam belajar (Minggu 1 )
1. Metode pembelajaran : Pembelajaran kooperatif bersama Dosen
Pengampu
2. Sumber bacaan/artikel jurnal :
● Santrock, J. W. (2011). Educational Psychology 5th Edition. New York:
McGraw Hill.
● Schunk, D. H. (2012). Learning Theories: An Educational Perspective.
Boston: Pearson Education Inc.
3. Ringkasan Materi :
1) Konsep Dasar Psikologi Belajar
a) Pengertian
Berdasarkan pendapat para ahli, belajar dapat diartikan sebagai:
● Belajar adalah perubahan perilaku yang bertahan lama, atau
kapasitas untuk berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan
dari latihan atau bentuk pengalaman lainnya (Schunk, 2014).
● Perubahan yang relatif permanen dalam berperilaku, yang dihasilkan
dari praktik atau bentuk pengalaman lainnya (Kimble).
● Modifikasi dari perilaku melalui pengalaman (Gates dkk.).
● Pembentukan perilaku baru atau penguatan/pelemahan dari perilaku
lama yang merupakan hasil dari pengalaman (Henry P. Smith).
● Proses adaptasi dari perilaku progresif (Skinner).
● Cara mengubah perilaku dan pengalaman (Munn).
● Perubahan dalam pengetahuan, perilaku, persepsi, motivasi, atau
kombinasi dari hal tersebut (M. L. Bigge).
b) Karakteristik
Belajar melibatkan perubahan—dalam perilaku atau dalam kapasitas
untuk berperilaku. Orang belajar ketika mereka mampu melakukan
sesuatu secara berbeda. Pembelajaran dinilai berdasarkan apa yang orang
3) Gaya Belajar
Auditori, Visual, dan Kinestetik
4. Link Materi :
Klik disini
Teori Connectionism
Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and
connecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan
membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut
cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai
hasil. Respons menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru
ini akan menimbulkan respons lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat
digambarkan sebagai berikut:
Sebuah konsep lain juga lahir dari teori connectionism yang disebut
transfer of training dimana disebutkan bahwa keterampilan yang telah
diperoleh dalam belajar dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
lain. Konsep ini lahir berdasarkan percobaan yang dilakukan kepada kucing
dengan “problem-box” nya.
Pengondisian Operan
Dalam analisis Skinner, yang telah menginspirasi banyak orang
untuk melakukan penelitian, sebuah respons (“operant”) dapat
menghasilkan dua macam konsekuensi:
1. Reinforcement memperkuat atau meningkatkan
kemungkinan terjadinya respons di masa yang akan datang.
Sebagai contoh, ketika anjing anda mengharapkan makanan yang
ada di atas meja, kemudian anda memberikan potongan daging
kepadanya, kemungkinan perilaku mengharapkan makanan ini akan
semakin kuat.
Reinforcement (Penguatan) adalah proses sebuah stimulus atau
kejadian memperkuat atau meningkatkan kemungkinan terjadinya
respons yang menyertainya. Penguatan dapat berupa penguatan
primer, yang umumnya memenuhi kebutuhan fisiologis. Misalnya:
makanan, minuman, cahaya, dan temperatur udara yang nyaman.
Reinforcement primer dapat menjadi tidak efektif bila hewan atau
manusia tersebut tidak berada dalam keadaan serba kekurangan.
Sedangkan penguatan sekunder melalui asosiasi stimulus dengan
Dalam proses belajar siswa menempuh tiga episode atau tahap, yaitu:
Proses-Proses Pemodelan
Pemodelan mengacu pada perubahan-perubahan perilaku, kognitif,
dan afektif yang diperoleh dari mengamati satu atau lebih model atau contoh.
Dulu, pemodelan disamakan dengan peniruan, tetapi pemodelan adalah
konsep yang luas cakupannya.
1. Fungsi-fungsi Pemodelan
Bandura (1986) membedakan tiga fungsi utama dari pemodelan:
pemfasilitasan respons (response facilitation), hambatan/penghilang
Proses-proses motivasional
Hal yang sangat penting pengaruhnya terhadap pembelajaran melalui
praktik, pengamatan, dan juga praktik dari perilaku yang telah dipelajari
adalah tujuan-tujuan, harapan-harapan atas hasil, nilai-nilai, dan efikasi diri si
pengamat.
1. Tujuan
2. Harapan-harapan akan Hasil
3. Nilai-nilai
Efektivitas-Diri
1. Gambaran Konseptual
Mengacu pada keyakinan seseorang tentang kemampuan dirinya
untuk belajar pada level yang ditentukan dan Mengacu pada persepsi
seseorang tentang kapabilitasnya untuk menghasilkan tindakan
2. Efikasi-diri dalam Situasi-situasi Berprestasi
Efikasi-diri sangat berkaitan dengan usaha dan keuletan menjalankan
tugas. Orang-orang dengan keyakinan terhadap efikasi-diri yang tinggi
cenderung mengeluarkan usaha lebih banyak ketika menghadapi
kesulitan dan bertahan dalam suatu tugas ketika mereka memiliki
keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Singkatnya, efikasi-diri merupakan hal yang sangat berpengaruh
terhadap motivasi dan prestasi. Efikasi-diri diasumsikan lebih spesifik,
dinamik, fluktuatif, dan dapat berubah menurut situasinya dibandingkan
dengan ukuran-ukuran yang lebih statis dan stabil seperti konsep diri dan
kompetensi diri secara umum.
3. Model dan Efikasi-diri
Anak: Wow. Keren. Lihat giginya yang besar. Bu, lihat giginya yang besar.
Ibu: Itu sepertinya kerangka harimau bertaring pedang. Menurutmu
binatang itu makan daging atau tumbuhan?
Anak: Bu, lihat giginya yang besar, lihat gigi-gigi di mulutnya, besar sekali.
Ibu: Itu kerangka harimau bertaring pedang. Menurutmu binatang itu
makan daging atau tumbuhan?
Anak: Aduh, aduh, aduh (menunjuk ke gigi-gigi yang tajam di fosil)
Ibu: Menurutmu binatang itu makan daging atau tumbuhan?
Anak: Daging.
Ibu: Kok bisa?
Anak: Gigi-giginya tajam (menirukan suara mengeram)
3. Scaffolding
Scaffolding merupakan mekanisme pendukung yang membantu
seorang pembelajar untuk berhasil menyelesaikan suatu tugas dalam
zona perkembangan proksimalnya. Istilah scaffolding ("perancahan")
seringkali digunakan saat orang dewasa atau individu yang lebih
kompeten memberikan sejumlah bimbingan atau arahan anak melakukan
tugas-tugas dalam zona perkembangan proksimal mereka. Perancah
(scaffold) adalah perangkat yang berfungsi sebagai penyangga (tempat
berpijak) bagi para pekerja hingga bangunan itu sendiri telah cukup kuat
untuk menyangga mereka. Saat kestabilan bangunan meningkat. perancah
menjadi kurang diperlukan dan akhirnya secara berangsur-angsur
dilepaskan.
Dalam dialog guru-siswa mengenai soal pembagian (gambar) yang
disajikan sebelumnya, guru memberikan petunjuk mengenai cara
mengerjakan soal, seperti mencari perkalian 6 yang hasilnya paling dekat
(namun masih di bawah) 44. Berikut ini adalah beberapa mekanisme
pendukung yang dapat membantu siswa menguasai tugas-tugas yang
berada dalam zona perkembangan proksimal mereka.
● Bantulah siswa mengembangkan rencana dalam mengerjakan
suatu tugas baru.
● Tunjukkanlah cara mengerjakan tugas dengan benar, yang
dapat ditiru siswa dengan mudah.
● Bagilah suatu tugas yang kompleks menjadi sejumlah
tugas-tugas yang lebih kecil dan sederhana. Berikan garis
pedoman yang spesifik untuk menyelesaikan suatu tugas.
● Sediakan kalkulator, software komputer (program pemrosesan
kata, spreadsheet, dan sebagainya) atau teknologi lain yang
Pemagangan
Pemagangan (apprenticeship) merupakan model bimbingan
(mentorship) di dalamnya seorang pemula bekerja secara intensif bersama
seorang pakar untuk mempelajari cara menjalankan
keterampilan-keterampilan baru yang kompleks dalam jangka waktu yang
cukup lama. Sang pakar memberikan arahan dan bimbingan yang intensif
sepanjang proses tersebut, secara bertahap menghentikan perancahan
(scaffolding) dan memberikan anak tanggung jawab yang semakin besar
seiring meningkatnya kompetensinya (A. Collins, 2006: Rogoff, 1990, 1991).
Melalui pemagangan, siswa seringkali mempelajari tidak hanya cara
melakukan suatu tugas, melainkan juga cara memikirkan tugas tersebut-suatu
situasi yang dikenal sebagai pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship)
(J. S Brown, Collins, & Duguid, 1989, A. Collins, 2006: Roth & Bowen, 1995).
Penerapan teori
1. Dorong siswa untuk berbicara dengan diri mereka sendiri saat
mengerjakan tugas-tugas sulit.
2. Sediakan perangkat-perangkat kognitif yang dapat digunakan siswa
untuk mempermudah pengerjaan soal-soal sulit.
3. Berikan beberapa tugas yang dapat diselesaikan siswa hanya bila
siswa mendapatkan bimbingan.
4. Berikan dukungan yang tepat untuk memudahkan siswa
menyelesaikan tugas dan secara bertahap hentikan dukungan saat
siswa semakin mahir.
5. Minta siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan
tugas rumit.
6. Berikan anak-anak kecil waktu untuk berlatih memerankan peran
dan perilaku orang dewasa melalui sandiwara atau permainan.
7. Libatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan orang dewasa yang sering
ditemui dalam kebudayaan (ekstrakurikuler).
Tema 2.1 : Konsep, deteksi dini perkembangan motorik anak, deteksi dini
perkembangan bahasa/bicara anak, deteksi dini perkembangan sosial (Minggu
4)
1. Metode pembelajaran : Pembelajaran kooperatif bersama Dosen
Pengampu
2. Sumber bacaan/artikel jurnal:
● Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, Bali : Buku Kedokteran EGC,
1995
● Rivanica, R & Oxyandi, M. , Buku Ajar Deteksi Dini Tumbuh Kembang
dan Pemeriksaan Bayi Baru Lahir, Bandung : Salemba Medika, 2016
3. Ringkasan Materi :
3. Ringkasan Materi :
● Definisi Intelegensi
1. George D. Stoddard
Bentuk kemampuan untuk memahami masalah dengan ciri :
a. Mengandung kesukaran
b. Kompleks
c. Abstrak
d. Ekonomis
e. Diarahkan pada suatu tujuan jelas
f. Mempunyai nilai sosial
g. Membangkitkan kreativitas
2. Davidweschler
Inteligensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan
seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu berfikir
rasional dan menghadapi lingkungan dengan efektif
Tema 3.1 : Konsep, ruang lingkup, peran keluarga dan pendidikan pada anak
berkebutuhan khusus dan klasifikasi anak berkebutuhan khusus (Minggu 7 )
1. Metode pembelajaran : Pembelajaran kooperatif bersama Dosen
Pengampu
2. Sumber bacaan/artikel jurnal:
● American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistic
Manual of Mental Disorders (DSM) 5th ed. London: American
Psychiatric Publishing.
● House, A. E. (1999). DSM-IV. Diagnosis in the Schools. New York: The
Guilford Press.
● Mangunsong, F. (2016). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus. Jilid Dua. Depok: LPSP3UI.
● Nevid, J. S.; Rathus, S. A.; & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal jilid 1
& 2. Jakarta: Penerbit Erlangga
● Wong, Bernice Y., Graham, Lorraine., Hoskyn, Maureen., & Berman,
Jeanette. (2008). The ABCs of Learning Disabilities. 2nd Edition. USA:
Elsevier
3. Ringkasan Materi :
Sejarah Anak Berkebutuhan Khusus di Dunia
Definisi ABK
● Menurut Kirk & Gallagher (2008), anak berkebutuhan khusus adalah
anak yang berbeda dari anak normal lainnya dalam hal: 1)
karakteristik mental; 2) kemampuan sensori; 3) kemampuan
komunikasi; 4) perilaku sosial; 5) karakteristik fisik, dimana
perbedaan tersebut membuat anak membutuhkan pelayanan khusus
dalam hal-hal tertentu seperti Pendidikan agar dapat berkembang
secara optimal.
● Menurut Desiningrum (2016), anak berkebutuhan khusus adalah anak
yang memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan,
baik itu bersifat fisik seperti tuna Netra dan tuna rungu, maupun
bersifat psikologis seperti autism dan ADHD.
b. Kategori
● Berdasarkan saat mulai ketulian
a. Kategori penyebab
● Gangguan neuromotor: cerebral palsy, spina bifida,
convulvise, poliomyetilis
● Gangguan ortopedik dan otot rangka: muscular
dystrophy, juvenile rheumatoid arthritis, scoliosis,
gangguan tubuh bawaan
● Kondisi lain: asma, hemafilia
b. Karakteristik
● Kepribadian, pada anak cerebral palsy dan polio
cenderung memiliki rasa takut yang tinggi
● Emosi-sosial, keterbatasan dalam berkegiatan
mengakibatkan masalah emosi, acuh jika dikumpulkan
bersama anak normal, pada disabilitas tertentu
mengalami keterbatasan komunikasi
● Intelegensi, beberapa mengalami penurunan yang
signifikan jika kecacatan meningkat
● Fisik, kecenderungan untuk mengalami gangguan lain
dan keterbatasan kemampuan motorik
a. Kategori
● Mild (IQ 50-55 sampai 70)
● Moderate (IQ 35-40 sampai 50-55)
a. Karakteristik
● Memiliki kemampuan di atas rata-rata
● Kreatif
● Adanya task commitment
● Memiliki kestabilan emosi
● Memiliki minat yang luas
● Memiliki kemampuan sosial dan tanggung jawab moral
yang baik
● Memilih aktivitas yang kurang sosial
b. Identifikasi
Diperlukan penggunaan pendekatan multiple measure atau
multiple criteria.
b. Identifikasi
Program Pendidikan
1. Tuna Netra
● Program Pengajaran
○ Kelas biasa
3. Tuna Wicara
a. Program pendidikan
● Pendidikan inklusif, sekolah biasa yang juga menampung
anak berkebutuhan khusus. Perlu perubahan dalam
sistem pendidikan sekolah biasa ke sekolah inklusi:
○ Modifikasi kurikulum
○ Peran guru
○ Sarana-prasarana
○ Dana
○ Pengelolaan kelas dan lingkungan
○ Kegiatan belajar mengajar.
● Peran keluarga
○ Memberikan intervensi pralinguistik
○ Menyekolahkan anak ke sekolah dengan
kurikulum pendidikan inklusif.
○ Berperan aktif menyediakan kegiatan bermain
● Strategi untuk Guru
○ Tidak melihat ke arah lain apabila berbicara
dengan anak
○ Tidak mengambil alih pembicaraan anak
4. Tuna Daksa
a. Program pendidikan
● Program pendidikan, penempatan pendidikan di sekolah
didasarkan hasil pengkajian fisik, psikologis, serta
keadaan emosi-sosial anak dari proses bimbingan dan
penyuluhan di pusat rehabilitasi.
● Proses bimbingan dan penyuluhan, dilakukan di pusat
rehabilitasi dengan melakukan kombinasi kegiatan
medis, psikologis, vokasional, sosial dan pendidikan
untuk membantu anak mencapai kemampuan fungsional
yang maksimal.
○ stadium pertama, mengatasi krisis awal dan
mendorong anak untuk menerima keadaan serta
menumbuhkan tekad untuk sembuh
○ saat terapi, dilakukan fisioterapi dan occupational
therapy
○ setelah perawatan, persiapan untuk kembali ke
sekolah dan masyarakat
5. Tuna Grahita
a. Program Pendidikan
a. Program pendidikan
● Prinsip pendidikan pada anak ASD adalah
pengembangan pada kemampuan komunikasi dan
kemampuan sosial (pada asperger)
● Program instruksional intensif selama minimal 25 jam
per minggu selama satu tahun. Rasio antara guru dan
siswa rendah (satu guru mengawasi 2 siswa saja)
● Pendidikan Inklusif
○ Berperan menentukan kesuksesan integrasi
kemampuan sosial
○ Membutuhkan asesmen akurat, IEP, dan
implementasi dari strategi intervensi
9. Kesulitan Belajar
a. Program Pendidikan
● Pelatihan kognitif
○ Mengubah proses berpikir
○ Menyediakan strategi belajar
○ Mengajari inisiatif diri
● Penggunaan pendekatan instruksional
● Fokus pada rincian proses instruksional dengan
komponen utama analisis yang melibatkan pemecahan
masalah menjadi bagian-bagian terpisah kemudian
diajarkan untuk menyatukannya
● Memanfaatkan tutor teman sebaya
● Pengajaran kooperatif antar guru
● Model pelayanan pendidikan
○ Kesulitan belajar karena kurang motivasi
○ Kesulitan belajar karena sikap negatif
○ Kesulitan belajar karena kebiasaan belajar
○ Kesulitan belajar karena ketidaksesuaian kondisi
a. Program pendidikan
Pertanyaan diskusi :
Analisislah riwayat hidup M melalui pendekatan Psikologi Anak
Berkebutuhan Khusus (gejala, indikasi, penyebab dan intervensi)
4. Kebutuhan diskusi :
● Ruangan untuk diskusi sejumlah anggota
● Alat tulis dan HVS kosong untuk mencatat hasil diskusi
5. Instruksi
● Jumlah anggota dalam kelompok : 5 orang
● Durasi waktu diskusi : 20-30 menit
● Durasi waktu presentasi hasil : 10-15 menit
● Durasi waktu feedback dari Dosen : 10-15 menit
● Batas pengumpulan laporan diskusi : Minggu ke 10
Tema 4.1 : Pengertian dan ruang lingkup Psikologi Budaya Jawa (Minggu 10)
1. Metode pembelajaran : Pembelajaran kooperatif bersama Dosen
Pengampu
2. Sumber bacaan/artikel jurnal:
● Kim, U. Yang, KS. & Hwang, KK, Indigenous and Cultural Psychology,
New York, 2006
● Jatman, Darmanto., Psikologi Jawa, Benteng Budaya 1997
● Jatman, D., Ilmu Jiwa Pribumi. Naskah Pengukuhan Guru Besar., UNDIP,
2008
● Lombard, D., Nusa Jawa Silang Budaya, Gramedia Pustaka Utama, 2005
● Prihantini, N., Psikologi Kepribadian Ki Ageng Suryomentaram., UMS
Press Surakarta, 2004
● Suryomentaram, K. A., Ilmu Jiwa Kramadangsa, CV Haji Masagung, 0
● Wulandari, GY., Analisis Realistis Diri dan Aktualisasi Diri dalam
Mistisme Jawa (Studi Kasus Pengalaman Mistik Pangestu Melalui
Pendekatan Psikologi Analitik dan Humanistik). Skripsi., Fakultas
Psikologi UNS, 2010
● Kholik, A. & Himam, F, Konsep Psikoterapi Kawruh Jiwa Ki Ageng
Suryomentaram, Jurnal Psikologi Gadjah Mada, 1(2), 120-134., 2015,
Fakultas Psikologi UGM
● Sunarno, Imam., Konsep Sehat menurut Perspektif Budaya Jawa (Studi
Perilaku Masyarakat Jawa dalam Menjaga dan Meningkatkan
Kesehatan di Blitar Jawa Timur). Disertasi., UNAIR, 2012
● Sugiyatno, Membangun karakter orang jawa dengan laku prihatin.,
UNY, 0,
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296044/penelitian/Membangun
+Karakter+Orang+Jawa+Dengan+Laku+Prihatin.pdf
3. Ringkasan Materi :
What Is Cross Cultural Psychology?
● Scientific study of variations in human behavior, taking into account
the ways in which behavior is influenced by cultural context.
● “Cross-cultural research in psychology is the explicit, systematic
comparison of psychological variables under different cultural
conditions in order to specify the antecedents and processes that
mediate the emergence of behavior differences” (Eckensberger, 1972, p.
100).
● “Cross-cultural psychology is the empirical study of members of various
culture groups who have had different experiences that lead to
predictable and significant differences in behavior. In the majority of
such studies, the groups under study speak different languages and are
Tema 4.2 : Pemikiran tentang “diri” dalam sudut pandang Psikologi Budaya
Jawa (Minggu 11 )
1. Metode pembelajaran : Pembelajaran kooperatif bersama Dosen
Pengampu
2. Sumber bacaan/artikel jurnal:
● Kim, U. Yang, KS. & Hwang, KK, Indigenous and Cultural Psychology,
New York, 2006
● Jatman, Darmanto., Psikologi Jawa, Benteng Budaya 1997
3. Ringkasan Materi :
Pertemuan 2 Materi Konsep Diri dan Perkembangan Manusia dal…
4. Link Materi : Klik disini
Hal tersebut disampaikan oleh Hj. Ciptaningsih Utaryo dari Yayasan Sayap
Ibu Yogyakarta saat menyampaikan paparannya dalam acara Sosialisasi
Kabupaten Layak Anak di Gedung Induk Lantai III, Komplek Parasamya
Bantul, Kamis (12/7).
Pada acara yang diikuti oleh perwakilan dari dinas dan instansi, organisasi
wanita, kepala SMK, lembaga peduli anak dan yang terkait, camat, lurah
desa tersebut narasumber yang lainya di Kasmorejo Ketua III LPA DIY
menerangkan bahwa menurut data yang ada di lembaganya kasus
kekerasan terhadap anak di DIY sudah tinggi, Bantul menduduki angka
cukup tinggi, seperti kasus nikah usia dini hingga Februari tahun 2012
terdapat 135 kasus, Sleman, Kota dan Kulonprogo jauh dibawah Bantul
dan Gunung Kidul ada 145 kasus.
Sedangkan data kasus kekerasan yang ditangani LPA DIY diawal tahun
2012, terang Nyadi, di DIY ini angka tertinggi adalah kekerasan
pengasuhan 13, disusul kekerasan pencurian 11, kekerasan seks 10,
kekerasan fisik 8 dan baru kekerasan psikis 3 dan narkoba 1 kasus. (Sit)
Pertanyaan diskusi :
a. Analisislah kasus kenakalan remaja yang terjadi di Kota Yogyakarta
melalui pendekatan Perkembangan Anak dalam Perspektif Psikologi
Budaya Jawa!
4. Kebutuhan Diskusi :
● Ruangan untuk diskusi
● Laptop atau handphone untuk mencari bahan diskusi
● Alat tulis untuk mencatat hasil diskusi
5. Instruksi
● Jumlah anggota dalam kelompok : 4-5 orang
● Durasi waktu diskusi : 20-30 menit
6. Link Materi: Silahkan akses kembali materi melalui link berikut ini : Klik
Disini
HALAMAN COVER
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
a. Kondisi Mitra (Deskripsikan mitra, dan permasalahan yang
diamati)
b. Kajian Teori (Teori yang menunjang masalah atau mengarahkan
pada projek)
2. Tujuan
3. Manfaat
B. Rencana TBP
1. Rencana kegiatan (kegiatan apa yang akan dilakukan? misalnya
asesmen perkembangan, wawancara, dsb)
2. Timeline kegiatan (buat timeline kegiatan)
3. Metode pengumpulan data (Data apa saja yang akan diambil dan
bagaimana pengumpulannya, misalnya hasil tes, wawancara,
observasi)
C. Hasil TBP
1. Pelaksanaan TBP
2. Pembahasan hasil TPB
3. Rancangan intervensi
D. Kesimpulan
E. Daftar Pustaka
F. Lampiran (Dokumentasi)
Organisasi Terorganisasi dengan Terorganisasi dengan Presentasi mempunyai Cukup fokus, namun Tidak organisasi yang jelas,
menyajikan fakta yang baik dan menyajikan fokus dan menyajikan bukti kurang fakta tidak digunakan
didukung oleh contoh fakta yang meyakinkan beberapa bukti yang mencukupi untuk untuk mendukung
yang telah dianalisis untuk mendukung mendukung kesimpulan digunakan dalam pernyataan
sesuai konsep kesimpulan menarik kesimpulan
Isi Isi mampu menggugah Isi akurat dan lengkap, Isi secara umum akurat, Isinya kurang akurat Isinya tidak akurat atau
pendengar untuk para pendengar tetapi tidak lengkap. karena tidak ada data terlalu umum, Pendengar
mengembangkan menambah wawasan Para pendengar bisa faktual, tidak tidak belajar apapun atau
pendapat/masukan baru tentang topik mempelajari beberapa menambah kadang menyesatkan.
tersebut fakta yang tersirat, pemahaman
tetapi mereka tidak pendengar
menambah wawasan
baru tentang topik
tersebut
Gaya Berbicara dengan Pembicara tenang dan Secara umum Berpatokan pada Pembicara cemas, tidak
Presentasi semangat, menularkan menggunakan intonasi pembicara tenang. catatan, tidak ada ide nyaman, dan membaca
semangat dan yang tepat, berbicara tetapi dengan nada yang dikembangkan berbagai catatan daripada
antusiasme pada tanpa bergantung pada datar dan cukup sering di luar catatan, suara berbicara
pendengar, serta catatan, dan bergantung pada monoton
menampung ide-ide berinteraksi secara catatan, Kadang-kadang
konstruktif intensif dengan kontak mata dengan
pendengar. Pembicara pendengar
selalu kontak dengan
pendengar
No. Kelompok
Petunjuk : Amati perilaku ke 4 orang teman kamu dan nilailah secara jujur dengan memberi tanda V, jika temanmu melakukan perilaku yang sesuai
dengan pernyataan