Anda di halaman 1dari 30

Psikology Pendidikan

Prepared by. Haposan Simanjuntak

DIKTAT
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DI SbUSUN OLEH :
Drb.Haposan Simanjuntak
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
REAL
TA 2022/23
1
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak

KELOMPOK :
MATA KULIAH KETRAMPILAN BERKARYA

NOMOR :
NAMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KODE :
BOBOT : 2 sks
SEMESTER :
PRASYARAT : Psikologi Umum
BANYAKNYA : 14 X 2 X 50 menit
PERTEMUAN/ WAKTU
TIAP PERTEMUAN

STANDAR KOMPETENSI :
Mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologi pendidikan dan
pembelajaran PAK, senang mengidentifikasi karakteristik peserta didik anak yang
disesuaikan dengan kemampuan belajarnya, serta menerapkan prinsip-prinsip psikologi
pendidikan dalam pembelajaran PAK

KOMPETENSI DASAR
1. Mampu menjelaskan hakikat psikologi pendidikan
2. Mampu mengidentifikasi kemampuan-kemampuan psikologis dan pemanfaatannya dalam
pendidikan
3. Mampu mengidentifikasi perbedaan individu dan kemampuan berpikir
4. Mampu menjelaskan hubungan antara faktor-faktor psikologis dan prestasi belajar anak
5. Mampu memperlihatkan kreativitasnya dalam pembelajaran PAK
6. Mampu mencermati karakteristik peserta didik sesuai dengan kemampuan belajarnya
7. Mampu memperlihatkan kesenangannya mengamati perkembangan belajar pesertadidik
8. Mampu menganalisis kesulitan belajar peserta didik
9. Mampu menerapkan prinsip-prinsip psikologi pendidikan dalam pembelajaran PAK

URUTAN DAN RINCIAN MATERI


1. Hakikat dan Peranan psikologi dalam pendidikan
2. Kemampuan-kemampuan psikologis dan pemanfaatannya dalam pendidikan
3. Perbedaan individu dan kemampuan berpikir
4. Hubungan antara faktor-faktor psikologis dan prestasi belajar peserta didik
5. Kreativitas pembelajaran PAK.
6. Karakteristik peserta didik dan kemampuan belajarnya
7. Tinjauan psikologis perkembangan belajar peserta didik
8. Kesulitan belajar peserta didik
9. Prinsip-prinsip psikologi pendidikan dalam pembelajaran PAK
2
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak

INDIKATOR HASIL BELAJAR


1. Menjelaskan hakikat psikologi pendidikan
2. Mengidentifikasi kemampuan-kemampuan psikologis dan pemanfaatannya dalam
pendidikan
3. Mengidentifikasi perbedaan individu dan kemampuan berpikir
4. Menjelaskan hubungan antara faktor-faktor psikologis dan prestasi belajar peserta
didik
5. Memperlihatkan kreativitas pembelajaran PAK.
6. Mencermati karakteristik peserta didik anak sesuai dengan kemampuan belajarnya
7. Senang mengamati perkembangan belajar peserta didik.
8. Mampu menganalisis kesulitan belajar peserta didik
9. Menerapkan prinsip-prinsip psikologi pendidikan dalam dan pembelajaran PAK.

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

PENDEKATAN : Kelompok, partisipatoris

PENGALAMAN :
BELAJAR 1. Mahasiswa mendengar penjelasan dosen tentang
materi psikologi perkembangan dan bimbingan
peserta didik
2. Mahasiswa berdiskusi
3. Mahasiswa mengembangkan strategi yang
kontekstual sesuai dengan materi pembelajaran
4. Mahasiswa mengamati

METODA : Ceramah, tanya jawab, diskusi, pengamatan, unjuk karya

TUGAS : 1. Studi Kepustakaan


2. Pengamatan dan menganalisis penyebabnya
3. Membuat Laporan (portofolio)
4. Membuat Presentasi

STANDAR PENILAIAN : 1. Partisipasi dan kehadiran : 20%


2. Presentasi : 20%
3. Laporan Tugas (portofolio) : 30%
4. UAS :30%

TEKNIK : Tertulis
3
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak

BENTUK SOAL : Esei, Tes Sikap, Porto Folio, proyek, unjuk kerja

MEDIA : Laptop, LCD Proyektor, VCD

SUMBER BELAJAR
1. Keluarga
2. Media elektronik (internet)
3. Narasumber,
4. Lingkungan alam,
5. Lingkungan sosial,
6. Teman di kampus
7. Teman di masyarakat setempat
8. Komunitas gereja

Media cetakWitherington, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Aksara Baru, 1982.


1. W.S. Winkel. Psikologi Pengajaran. Jakarta. Grasindo, 1998.
2. Makmun, Abin Syamsuddin, Psikologi Kependidikan: perangkat sistem pengajaran
modul, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003.
3. Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan: landasan kerja pemimpin pendidikan, Jakarta:
Rineka Cipta, 2003.
4. Winkel, W.S., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia,1983.
5. Suryabrata, Sumardi, 1984, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rajawali.
6. Syah, Muhibbin, 1995, Psikologi Pendidikan: suatu pendekatan baru, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
7. Whitherington (terj. oleh M. Buchori), Psikologi Pendidikan, Jakarta: Aksara Baru, 1983.

4
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB I
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa, dan Logos yang artinya
ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi bahwa psikologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang jiwa. Dengan singkat disebut ilmu jiwa.
Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan
pengatur bagi seluruh perbuatan-perbuatan pribadi (personal behaviour) dari hewan tingkat
tinggi dan manusia. Karena sifatnya yang abstrak, maka kita tidak dapat mengetahui jiwa
secara wajar, melainkan kita hanya dapat mengenal gejalanya saja.
Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. atau ilmu
yamg mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia. karena para ahli jiwa mempunyai
penekanan yang berbeda, maka definisi yang dikemukakan juga berbeda-beda. Diantara
pengertian yang dirumuskan oleh para ahli itu, diantaranya sebagai berikut :
a. Dr. Singgih Dirgagunarsa:” Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia.
b. Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa : psikologi adalah pengetahuan yang
mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
c. Wilhelm Wundt, tokoh psikologi eksperimental, berpendapat bahwa psikologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang
timbul dalam diri manusia seperti penggunaan pancaindera, pikiran, perasaan, dan
kehendak.

Pengertian Pendidikan
Menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat
imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau
perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan.

Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang


pengertian pendidikan yaitu: “Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-
anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.”

Sedangkan menurut H. Horne, “pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik
dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar
intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

5
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak

Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh pendidik kepada
perkembangan peserta didik untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter
sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita- cita yang
diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.
Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek
kehidupan.

Peran dan Kontribusi Psikologi dalam Dunia Pendidikan


Peranan psikologi dalam pendidikan ialah bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai
laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan psikologi serta
meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan dan dalam situasi proses belajar
mengajar.
Psikologi dalam dunia pendidikan banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan,
perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode belajar mengajar. Psikologi
berperan memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan masalah-masalah sebagai
berikut:
a. Perubahan yang terjadi pada peserta didik selama dalam proses pendidikan.
b. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar.
c. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
d. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri
individu.
e. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para pendidik.
f. Pengaruh interaksi antara pendidik dan peserta didik dan antara peserta didik
dengan peserta peserta didik.
g. Hambatan, kesulitan,ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh peserta didik
selama proses pendidikan.
h. Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu lain dalam batas
kemampuan belajar.
Kontribusi psikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan terhadap dunia
pendidikan memang sangat besar karena menyangkut semua aspek di bidang pendidikan,
bukan hanya menyangkut proses belajar mengajar itu sendiri, akan tetapi juga
menyangkutmasalah-masalah di luar proses belajar mengajar.
Berikut beberapa kontribusi psikologi dalam dunia pendidikan, diantaranya: Membekali
pengetahuan dan pemahaman kepada para pendidik tentang aktivitas umum jiwa peserta
didik dalam proses pendidikan. Membentuk pendidik yang kreatif, memiliki rasa ingin
tahu yang kuat tentang mengapa dan bagaimana peserta didik serta memahami perubahan
kondisi yang memungkinkan belajar lebih efektif.
Mengingat begitu besarnya kontribusi psikologi dalam dunia pendidikan, maka sudah
barang tentu dapat dikatakan bahwa psikologi sebagai landasan pengembangan kurikulum
pendidikan.

Manfaat Psikologi dalam Dunia Pendidikan


Pada dasarnya orang mempelajari psikologi untuk menjadikan manusia agar hidupnya baik
dan bahagia. Karena psikologi sekarang ternyata telah memasuki banyak bidang dalam

6
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
kehidupan, begitu banyaknya persoalan yang dapat dibantu dan diselesaikan oleh
psikologi. Misalnya persoalan-persoalan manusia yang hidup di pabrik, di sekolah, di
sawah dan sebagainya. Dengan psikologi, manusia tidak ragu-ragu lagi mengubah cara
hidup, tingkah laku dan pergaulan dalam masyarakat.
Dahulu orang menyangka, bahwa orang gila itu disebabkan karena tubuhnya diganggu
oleh roh halus, tetapi sekarang orang sudah berubah asumsinya. Dahulu orang menyangka,
bahwa orang berbuat kejahatan itu hanya terdapat pada oarng-oarng dewasa saja, tetapi
sekarang orang berpendapat bahwa kejahatan iut juga terdapat pada anak-anak, tersebab
warisan dari orang tuanya. Dahulu oarng sering marah terhadap anaknya apabila tidak mau
belajar, tetapi ahli-ahli psikologi sekarang tidak demikian.
Jadi tegasnya, psikologi sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia, karena dapat
memberikan kesenangan dan kebahagiaan hidup manusia dan oarng yang ingin sukses
dalam segalanya harus mengetahui dasar-dasar dari psikologi, misalnya :
a. Saudagar, penting mengetahui dasar-dasar jiwa, supaya dapat melayani pembeli
dengan baik.
b. Hakim, tanpa mengetahui dasar-dasar jiwa tidak mungkin mereka dapat
menjatuhkan hukuman dengan baik/tepat.
c. Polisi, tanpa mengetahui dasar-dasar jiwa tak mungkin dapat mengetahui dan
melaksanakan kepidanaan dengan baik

Di samping hal tersebut di atas, psikologi juga sangat penting dalam kalangan pendidikan,
bahkan sangat erat hubunngannya, misalnya: Ali mengajar Beni Aljabar. Di sini ada dua
obyek, yaitu : Ali harus mengetahui jiwa Beni & Ali harus mengetahui pengetahuan
Aljabar.
Oleh karena itu adanya psikologi, maka timbulah soal-soal penting di dalam mengajar dan
mendidik. Sebab soal mengajar dan mendidik harus benar-benar mengetahui jiwa
seseorang. Seperti halnya seorang dokter, di dalam mengobati seseorang harus mengetahui
soal-soal urat saraf, susunan tubuh dan sebagainya. Begitu juga spoir harus mengetahui
tentang onderdil-onderdil mobil dan mesin-mesin dan sebagainya.
Sebetulnya setiap oarang dewasa yang normal sedikit banyak telah mengetahui psikologi,
meskipun pengetahuan mereka itu tidak sistematis. Jadi sebetulnya mempelajari psikologi
itu, bukanlah sesuatu hal yang baru bagi seseorang. Semua pengertian-pengertian yang
diajarkan oleh psikologi telah dirasakan bersama manfaatnya dan diakui kecocokannya
dengan kenyataan yang dihayati.
Oleh karena itu, barang siapa dapat mengetahui psikologi, ia akan dapat menempatkan
dirinya sedemikian rupa dimanapun ia berada. Misalnya di lapangan, pendidikan,
kedokteran, pengadilan. Industri, jual beli, tentara, pemuda, anak-anak dan sebagainya.
Pendidikan adalah salah satu praktek dari psikologi. Oleh karena itu, sebenarnya seorang
pendidik hendaknya juga seorang yang paham tentang psikologi. Sebab apabila tidak
demikian si pendidik itu akan berbuat sesuatu dengan tanpa pedoman atau landasan-
landasan teori yang semestinya. Psikologi dapat memberi sumbangan pada pendidikan
misalnya bagaimana cara anak belajar, berfikir, mengingat, memperhatikan dan
sebagainya.

Mempelajari psikologi dalam kehidupan tidak hanya berguna bagi orang tua dan guru
dalam memberikan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, tapi
juga berguna ketika memahami diri kita sendiri. Bagi seorang guru, yang tugas utamanya

7
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
adalah pendidik, sangat penting memahami psikologi belajar. kegiatan pembelajaran dalam
pendidikan sarat dengan muatan psikologis.

Mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam proses pembelajaran akan berakibat


kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan mudah. Sehubungan
dengan ini, setiap pendidik selayaknya memahami seluruh proses dan perkembangan
manusia, khususnya peserta didik. Pengetahuan mengenai proses dan perkembangan dan
segala aspeknya itu sangat bermanfaat, dan manfaat yang dapat diraih antara lain :
a. Pendidik dapat memberikan layanan dan bantuan dan bimbingan yang tepat
kepada peserta didik dengan pendekatan yang relefan dengan tingkat
perkembangannya
b. Pendidik dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan
belajar peserta tertentu
c. Dapat mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai aktifitas proses
belajar mengajar bidang studi tertentu
d. Pendidik dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran sesuai
dengan kemampuan psikologisnya
e. Mampu membantu memecahkan permasalahan siswa dalam belajar
f. Memudahkan penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi kepada anak
didik
g. Membantu menciptakan suasana edukatif dan efektif
h. Dapat menyusun program pengajaran yang sesuai dengan masa perkembangan
peserta didik
i. Pendidik dapat dengan mudah memilih metode-metode pembelajaran dan
pengajaran yang tepat untuk digunakan

8
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB II
STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi Belajar-Mengajar
Guru merupakan jabatan yang dipilih berdasarkan prinsip-prinsip vokasional. Dalam hal itu aspek
psikologis menjadi faktor utama. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pendidik, mau tak mau guru harus mengenal dengan baik bidang psikologi pendidikan.Banyak
pokok yang perlu mendapat perhatian dari guru dan calon guru, antara lain sebagai berikut :
1. Anda sebagai guru perlu memperhatikan masalah-masalah relevansi psikologi pendidikan,
psikologi yang meyakinkan, dan analisis psikologi tentang pilihan jabatan.
2. Apa yang berlangsung di sekolah yang mencakup masalah-masalah pendidikan
penyesuaian kehidupan bagi murid dengan penyesuaian diri versus pendidikan.
3. Bagaimana anak-anak tumbuh dan berkembang, yang dibahas meliputi masalah anak didik
dan siklus kehidupan
4. Anak sebelum sekolah. Dalam hubungan ini dibahas teori kebutuhan dalam rangka
pelaksanaan pendidikan, latar belakang anak-anak yang mampu menyesuaikan diri, dan
munculnya masalah moralitas.
5. Anak di sekolah dasar. Dalam hubungan ini dikemukakan dua jenis sekolah percobaan
yang menggunakan pendekatan yang radikal.
6. Para remaja, terutama ditujukan pada teori pengembangan karakter, kesehatan psikologis,
dan masalah-masalah pemuda.
7. Pengalaman-pengalaman belajar yang meliputi masalah-masalah pengajaran, kesempatan
belajar yang lebih luas, dan prinsip pilihan sendiri.
8. Petunjuk belajar yang ditujukan kepada fungsi-fungsi pengajaran, definisi relativistic S-R,
dan teori belajar dalam situasi sekolah.
9. Cara-cara belajar terutama yang berkenaan dengan masalah imajinasi dan berpikir kreatif.
10. Pemantapan dan penggunaan belajar yang mencakup masalah ulangan, eksperimental
masalah-masalah belajar, masalah transfer, dan masalah penggunaan alat instruksional.
11. Kesiapan belajar yang meliputi masalah perbedaan individual, kecenderungan-
kecenderungan dan praktik-praktik pendidikan, anak-anak yang terbelakang, dan program
pendidikan bagi anak yang berbakat.
12. Motivasi belajar yang meliputi masalah harapan sukses sebagai faktor perilaku, pemecahan
masalah, perspektif waktu dan optimism, dan hasil belajar akademis serta motivasi siswa
dalam hubungannya dengan kegiatan dan dorongan sosial.

Pemanfaatan Psikologi Pendidikan di Sekolah-sekolah


Jika kita ingin mengambil manfaat dari studi psikologi pendidikan maka :
1. Para guru selaku tenaga profesional harus mempelajari psikologi pendidikan secara
mendasar dengan maksud memperoleh pengetahuan tentang semua aspek sebagai landasan
pokok, terutama untuk melaksanakan proses belajar-mengajar.
2. Para guru harus mempelajari pula hal-hal yang berkenaan dengan bidang sosiologi,
kebudayaan, filsafat pendidikan, bahkan aspek politik. Hal-hal tersebut merupakan alat
yang sangat penting untuk menghayati teori-teori dan desain penelitian dalam bidang
psikologi pendidikan.
3. Oleh karena itu, isi bacaan ini akan lebih besar manfaatnya jika kita bermaksud
mengadakan penelitian tentang berbagai problem dalam bidang psikologi pendidikan.
Bahan-bahan tersebut dapat dijadikan salah satu sumber bacaan.

9
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan
Bimbingan adalah proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
Tujuan yang hendak dicapai oleh bimbingan ialah tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap
individu sesuai deengan kemampuannya agar dapat menyesuaikan dirinya kepada lingkungan.

Beberapa Masalah Psikologi Pendidikan


Ada tiga masalah yang juga mendapat perhatian dalam studi tentang psikologi pendidikan, yakni
(a) masalah relevansi psikologi pendidikan
(b) apakah psikologi dapat meyakinkan kita
(c) analisis psikologi terhadap pilihan vokasional

Relevansi Psikologi Pendidikan


Relevansi psikologi pendidikan sebagian bergantung pada perumusan tentang pengertian
pendidikan itu sendiri karena menyangkut proses, institusi, dan peristiwa pendidikan.
Peran guru adalah membantu para siswa mengubah tingkah lakunya sesuai dengan arah yang
diinginkan. Dalam hal ini terdapat dua faktor utama, yakni proses (perubahan tingkah laku) dan
kriteria (arah yang diinginkan secara khusus) yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan.

10
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB III
ASPEK-ASPEK PSIKOLOGI PENDIDIKAN

pada hakikatnya perbedaan-perbedaan individual adalah perbedaan-perbedaan dalam kesiapan


belajar. Anak-anak yang masuk sekolah masing-masing memiliki tingkat kecerdasan, perhatian
dan pengetahuan yang berbeda dengan kesiapan belajar yang berbeda-beda. Mereka berbeda
dalam potensi bahkan dalam karakternya.
Salah satu cara yang patut ditempuh adalah melalui sistem kelompok. Kelompok itu harus stabil,
tahan lama, dapat dinilai segera teliti memberi sumbangan bagi kemajuan pendidikan anak, dan
dapat diterima di dalam masyarakat.

1.Anak Terbelakang Mental


Marion J. Ericson mengemukakan bahwa masalah yang dihadapi adalah bagaimana
penyelenggaraan pendidikan anak-anak yang terbelakang mental melalui program pendidikan
sekolah umum.
Dari hasil penelitian ternyata bahwa:
• Anak-anak terbelakang dapat dididik bersama anak normal dengan memberikan rencana-
rencana khusus dengan tingkat kemampuan dan pola berpikir dan perkembangannya.
• Anak-anak terbelakang memiliki potensi, sosial-ekonomi,dan personal yang kompeten,
yang dapat dilatih dalam batas-batas tertentu.
• Mereka mampu belajar, tetapi tidak dapat sebanyak dan secepat anak-anak normal.
• Anak-anak ini mampu mencapai kemandirian dalam bidang ekonomi yang lebih besar
yang lebih kompeten.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak terbelakang
mental bertujuan merealisasikan sendiri perkembangan perseorangan.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diusulkan tiga jenis program, yakni:
1. Kelas khusus,
2. Pelayanan konsultasi, dan
3. Sekolah biasa secara regular.
Program-program itu memiliki argumentasi sendiri-sendiri, masing-masing punya keuntungan dan
kelemahan. Hal tersebut meliputi kurikulum yang khusus, guru yang terlatih secara khusus, dan
fasilitas yang bersifat khusus pula.

2.Anak Berbakat
Virget S. Ward menjelaskan bahwa pendidikan bagi anak-anak yang berbakat perlu perhatian yang
saksama. Dia mengajukan argumentasi sebagai berikut:
• Persepsi demokrasi menghendaki pemberian kesempatan yang luas bagi anak dan pemuda
berbakat dengan potensinya yang melebihi anak-anak normal agar dia dapat berkembang
lebih baik.
• Keberhasilan pendidikan bagi anak-anak dan pemuda yang berbakat memberikan peluang
yang lebih besar kepada mereka untuk memberikan dukungan dan sumbangan terhadap
masyarakat.
• Selama ini sistem pendidikan kita (terutama di sekolah-sekolah) kurang memperhatikan
pendidikan bagi anak-anak yang berbakat ini. Ketidakpedulian ini dapat dianggap sebagai
suatu kegagalan dalam pendidikan.
Selanjutnya Virget mengatakan bahwa:
1. Diperlukan program khusus untuk anak yang berbakat,

11
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
2. Dibutuhkan teori tentang pengalaman pendidikan, mana praktek pendidikan yang berhasil
dan mana praktik pendidikan yang gagal untuk anak-anak yang berbakat.

3.Anak-anak di Daerah Terpencil


Kendatipun anak-anak yang berada di daerah terpencil bukan termasuk sebagai suatu kasus dalam
psikologi pendidikan, setiap anak pada hakikatnya ingin belajar dan mencapai kemajuan
sebagaimana layaknya semua anak di mana pun dia berada.
Secara spesifik dapat dipikirkan prinsip-prinsip belajar apa yang seyogyanya diterapkan dalam
rangka program pembelajaran jarak jauh, atau sistem pembelajaran pamong, atau sistem lain yang
lebih serasi dan relevan dengan kebutuhan, kondisi, dan tingkat perkembangan anak-anak tersebut.

4.Kebudayaan Pelajar
Guru-guru dan tenaga-tenaga yang memberikan bimbingan belajar terhadap para siswa harus
mempertimbangkan sikap, kepercayaan, dan aspirasi sebagai bagian yang integral dalam
lingkungan belajar. Kesediaan serta kesiapan para siswa untuk belajar dan cara-cara mereka
belajar dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan kultural dalam lingkungannya.

5.Kelas Sosial
Kelas sosial berarti pembedaan manusia berdasarkan hak-hak istimewa, prestise, kekuatan, dan
kesempatan. Kriteria untuk menentukan kelas sosial mencakup pendidikan, pekerjaan, jumlah
pendapatan, sumber penghasilan, tempat tinggal, jenis tempat tinggal, dan perilaku.
Gejala mobilitas sosial menunjukkan bahwa sesungguhnya batas-batas kelas sosial ini tidak terlalu
kaku dan dalam kenyataannya dapat saja ditembus.

6.Status Sosial-Ekonomis
Berdasarkan status sosial-ekonomis, struktur masyarakat terbagi menjadi lima golongan kelas
sebagai berikut:
Golongan kelas I, yaitu kelas sosial yang tertinggi yang didasarkan atas kombinasi antara
ekonomi, kelahiran, dan faktor-faktor keluarga.
Golongan kelas II, yaitu mereka yang mencapai statusnya atas usahanya sendiri.
Golongan kelas III, yaitu yang disebut lower-middle class yang anggota-anggotanya sangat sadar
akan garis-garis kelas.
Golongan IV, yaitu yang disebut upper-lower class. Mereka mengetahui bahwa mereka adalah
orang-orang yang kurang terhormat.
Golongan V, yaitu yang disebut lower-lower class yang terdiri atas pekerja-pekerja imigran,
tinggal di lingkungan yang sangat miskin, sering-sering mengalami kelaparan.
Sikap Guru dan Kelas Sosial
Guru dipengaruhi oleh data hasil tes, baik data mengenai prestasi siswa maupun data mengenai
bakat anak-anak. Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap guru, seperti pakaian,
kerapihan, kecepatan dalam belajar, dan sikap terhadap orang dewasa dan otoritas, menyebabkan
guru menyenangi para siswa dari kelas menengah.
Miller menyarankan bahwa guru hendaknya jangan memberikan perhatiannya hanya pada kelas
sosial tertentu. Guru harus lebih banyak mempelajari latar belakang para siswa, terutama sifat
hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya.

7.Anak dari Keluarga Miskin


Pada masyarakat yang sedang berkembang umumnya terdapat banyak anak yang hidup dalam
keluarga yang berada dalam tingkat di bawah kemiskinan secara ekonomis.

12
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Ada beberapa upaya yang dapat dikerjakan untuk membantu anak-anak yang berasal dari keluarga
miskin.
1. Menumbuhkan kesadaran pada orang tuanya agar diusahakan supaya anak-anak itu
bersekolah, tentunya dengan pemberian kemudahan, baik oleh pihak sekolah maupun oleh
pemerintah.
2. Memberikan bantuan biaya yang khusus disediakan oleh pemerintah sebagai dana khusus
bagi anak-anak miskin.
3. Membudayakan sistem anak asuh, selain bersifat kerelaan dari warga yang mampu
ekonominya, juga menghimpun dana dari masyarakat, misalnya melalui koperasi atau cara
lainnya.
4. Membebaskan kewajiban membayar sumbangan atau dana dalam bentuk apapun bagi
mereka dan mengusahakan insentif yang menarik bagi mereka, misalnya lapangan kerja,
melanjutkan sekolah, dan cara-cara lain yang bersifat merangsang belajar.

13
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak

BAB IV
PSIKOLOGI GURU DAN BELAJAR-MENGAJAR

Guru sebagai Pribadi Kunci


Kita mengetahui bahwa guru merupakan key person dalam kelas. Guru yang memimpin dan
mengarahkan key person dalam kelas. Guru yang memimpin dan mengarahkan kegiatan belajar
para siswanya. Guru yang paling banyak berhubungan dengan para siswa dibandingkan dengan
personel sekolah lainnya. Di depan mata anak-anak, guru adalah seorang yang memiliki otoritas,
bukan saja otoritas dalam bidang akademis, melainkan juga dalam bidang nonakademis. Dalam
masyarakat kita “guru” dipandang sebagai orang yang harus “digugu dan ditiru” (dituruti dan
ditiru). Pengaruh guru terhadap para siswanya sangat besar. Faktor-faktor imitasi, sugesti,
identifikasi, dan simpati, misalnya, memegang peran penting dalam interaksi sosial
(Gerungan,1967, h. 62).
Menurut Cronbach dalam bukunya, Educational Psychology, kalau kita mengagumi salah satu
sifat seseorang, maka kita cenderung untuk mengagumi orang tersebut secara keseluruhan. Jika
terjadi hal demikian, maka muncul apa yang disebut identifying figure bagi kita.
Belajar tentang tastes (citarasa), hal-hal yang disenangi, cita-cita, dan sikap merupakan hal-hal
yang paling penting sebagai hasil pendidikan karena biasanya hal-hal tersebut dapat menjadi
penghambat atau sebaliknya, menjadi pendorong bagi seseorang untuk melanjutkan kegiatan
belajarnya, yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan setelah mereka keluar dari
sekolah.
Dalam hubungannya dengan pembentukan sikap, perasaan senang atau tidak senang, cita-cita, dan
sebagainya ada yang berpendapat bahwa hal-hal tersebut tidak diajarkan dengan sengaja, tetapi
merupakan hasil tambahan atau by produk dari belajar formal, yaitu belajar yang disengaja dan
dipimpin serta diarahkan oleh guru.
Pentingnya suasana kelas dan tindakan-tindakan guru dalam mempengaruhi pembentukan sikap
dan perasaan para siswa.
Bernard menunjukkan hasil-hasil penelitian bahwa intelegensi (IQ) dapat berubah, padahal selama
30 tahun sejak konsep IQ ini diperkanalkan ada anggapan bahwa IQ tidak berubah. Dalam
hubungan ini Bernard menekankan pengaruh lingkungan sebagai faktor yang cukup penting dalam
perkembangan intelek.
Henry C. Lindgren menyatakan bahwa ia telah mengadakan sedikit modifikasi tentang susunan
atau hierarki kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hierarki pada prinsipnya sama dengan yang
dikemukakan oleh Bernard. Kelima kebutuhan dasar itu adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan jasmaniah atau proses-proses jasmaniah.
2. Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan.
3. Kebutuhan untuk dicintai (kasih sayang).
4. Kebutuhan akan status dan diterima oleh kelompok (menurut Bernard: esteem needs).
5. Kebutuhan akan adanya perasaan memadai, kreativitas, dan ekspresi diri. (Lindgren, 1972,
h. 22)
Menurul Lindgren kebutuhan-kebutuhan jasmaniah merupakan kebutuhan yang sederhana dan
langsung, tetapi kebutuhan yang lebih tinggi lebih kompleks dan abstrak karena bertalian dengan
jalinan hubungan-hubungan antar manusia.
Adapun reaksi emosianal yang ditimbulkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut
berbeda-beda. Bila kebutuhan jasmaniah tidak terpenuhi, maka reaksi emosi yang timbul adalah
takut dan marah. Akan tetapi, kalau kebutuhan yang lebih tinggi tidak terpenuhi, maka yang
timbul adalah kecemasan atau kekhawatiran (arixiety). Hal ini yang berpengaruh lebih jauh

14
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
terhadap kesehatan mental individu dan terhadap motivasi belajar. Lindgren menyatakan bahwa
kecemasan itu merupakan hal yang menentukan (determinant) tingkah laku.

Peran Guru sebagi Pengajar dan Pembimbing


Guru dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan
pendidikan. Lebih-lebih dalam sistem sekolah sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan, dan
keterampilan tenaga pengajar perlu mendapat perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya
kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan
kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, peningkatan
mutu tenaga-tenaga pengajar untuk membina tenaga-tenaga guru yang profesional adalah unsur
yang penting bagi pembaruan dunia pendidikan.

Guru sebagai Pengajar


Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah ialah memberikan pelayanan
kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah
itu.Yang dimaksud sebagai peran ialah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas
semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggung jawab atas hasil
kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang
mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-
prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan diajarkan.

Guru sebagai Pembimbing


Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan
pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap
sekolah, keluarga, serta masyarakat.
Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula, dan tingkah laku
itu merupakan ciri khas dari tugas atau jabatan tadi. Sehubungan dengan peranannya sebagai
pembimbing, seorang guru harus:
1. Mengumpulkan data tentang siswa.
2. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari.
3. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus.
4. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa baik secara individu
maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak.
5. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk membantu
memecahkan masalah siswa.
6. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik.
7. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu.
8. Bekerja sama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan
masalah para siswa.
9. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya.
10. Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Kepribadian Guru sebagai Faktor utama dalam Belajar


Kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan kebiasaan-
kebiasaan belajar para siswa. Yang dimaksud dengan kepribadian di sini meliputi pengetahuan,
keterampilan, ideal, dan sikap, dan juga persepsi yang dimilikinya tentang orang lain. Pengalaman
menunjukkan bahwa masalah-masalah seperti motivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi, dan
hasrat belajar yang terus-menerus itu semuanya bersumber dari kepribadian guru.

15
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak

Beberapa Studi tentang Kepribadian Guru dan Tingkah Laku Siswa


Guru-guru yang efektif mempunyai pengaruh yang yang kuat dan positif terhadap para siswa,
sedangkan guru-guru yang lemah akan menimbulkan ketidaksenangan siswa terhadap sekolah dan
belajar formal.
Pada tahun 1968 Clements melaporkan, bahwa kebanyakan sekolah, metode mengajar, tipe guru,
dan besarnya kelas tidak menunjukkan perbedaan yang jelas dalam performance test.
Dalam banyak hal, pengaruh kepribadian guru terhadap siswanya akan melekat bertahun-tahun.
Seperti sering dikemukakan, perilaku anak-anak itu menggambarkan bagaimana orang tuanya
mendidik mereka. Maka mengingat lamanya guru bergaul dengan para siswanya, dapat dinyatakan
bahwa perilaku siswa mencerminkan kepribadian guru.

Dinamika Interaksi Guru-Siswa


Perilaku siswa mencerminkan perilaku guru dalam berbagai cara. Meniru, menolak pesan, dan
mempertahankan diri terhadap sikap dan tindakan guru adalah yang paling lazim. Bertindak
seperti guru bukan sekedar mengambil contoh tentang seseorang menurut idealnya, melainkan hal
ini juga adalah masalah identifikasi terhadap guru. Yang ditiru siswa mungkin cara berperilaku
tertentu, cara berbicara, atau sikap-sikapnya.

Problem Prilaku dan Kepribadian Guru


Hasil-hasil penelitian menekankan bahwa pendidikan dapat diperbaiki dengan menerima
perbedaan-perbedaan siswa, toleran terhadap ambiguitas, menghormati bakat-bakat yang unik dan
memperluas pandangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Kesemuanya ini erat berhubungan
dengan ciri-ciri kepribadian guru dari keterampilan-keterampilan metodologis.
Yang cukup menarik dalam hal ini adalah apa yang dikemukakan oleh Bernard berdasarkan hasil
penelitian Azeline, 1964, dan Dennison, 1969, yaitu : Apabila anak yang nakal (misbehaving)
bertemu dengan guru yang toleran, menghormati, dan menerima anak, maka sering tingkah laku
anak itu menjadi lebih buruk.
Menurut Bernard, hal itu dapat diatasi dengan sikap guru yang sabar, ulet, penuh perhatian, tetap
memberikan saran-saran dan motivasi yang konstruktif kepada anak itu. Dengan memahami latar
belakangnya, kapasitasnya, motifnya, dan minatnya guru itu mau menerima anak tersebut, dan
akhirnya anak itu akan menerima gurunya.

Ciri-ciri Guru yang Efektif


Kriteria Keefektifan Seorang Guru
Guru yang efektif pada suatu tingkatan tertentu mungkin tidak efektif pada tingkatan yang lain.
Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dalam tingkat perkembangan mental dan
emosional para siswa. Dengan kata lain, para siswa memiliki respons yang berbeda-beda terhadap
pola-pola perilaku guru yang sama. Sekalipun demikian, ada ciri-ciri yang dapat dijadikan
pegangan untuk memperbaiki diri pribadi guru.

Kriteria yang Ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat


Para peneliti dari Departemen Pendidikan Amerika Serikat menyimpulkan bahwa guru-guru yang
baik digambarkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Guru yang baik adalah guru yang waspada secara profesional terus berusaha untuk
menjadikan masyarakat sekolah menjadi tempat yang paling baik bagi anak-anak muda.
2. Mereka yakin akan nilai atau manfaat pekerjaannya. Mereka terus berusaha memperbaiki
dan meningkatkan mutu pekerjaannya.

16
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
3. Mereka tidak lekas tersinggung oleh larangan-larangan dalam hubungannya dengan
kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh beberapa orang untuk menggambarkan profesi
keguruan. Mereka secara psikologis lebih matang sehingga rangsangan-rangsangan
terhadap dirinya dapat ditaksir.
4. Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi yang diperolehnya dari
pengamatannya tentang bekerjanya psikologi, biologi, dan antropologi kultural di dalam
kelas.
5. Mereka berkeinginan untuk terus tumbuh. Mereka sadar bahwa di bawah pengaruhnya,
sumber-sumber manusia dapat berubah nasibnya.
Hasil-hasil penelitian tentang ciri-ciri guru yang efektif menunjukkan bahwa suasana manusiawi
(the human climate) untuk belajar lebih penting daripada prosedur mengajar yang spesifik.

Pandangan Siswa
Sikap-sikap atau karakteristik guru-guru yang disenangi oleh para siswa adalah guru-guru yang
(1) demokratis,
(2) suka bekerja sama (koperatif),
(3) baik hati,
(4) sabar,
(5) adil,
(6) konsisten,
(7) bersifat terbuka,
(8) suka menolong, dan
(9) ramah tamah.

Sifat-sifat lain yang disenangi siswa adalah


(1) suka humor,
(2) memiliki bermacam ragam minat,
(3) menguasai bahan pelajaran,
(4) fleksibel, dan
(5) menaruh minat yang baik terhadap siswa.

17
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB V
MODEL DASAR PENGAJARAN

Hakikat Proses Belajar


Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga
perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap.
Tidak semua perubahan perilaku berarti belajar. Perubahan tidak selalu harus menghasilkan
perbaikan ditinjau dari nilai-nilai sosial.
Hilgard dan Brower mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas,
praktek, dan pengalaman.

Aspek Jasmaniah Belajar


Ada aspek fisik yang tidak boleh diabaikan oleh para guru, antara lain penglihatan dan
pendengaran. Faktor biokimia mempengaruhi sejumlah energi yang dapt berhubungan dengan
belajar, dan juga mempengaruhi kesenangan dan kepuasan yang diperoleh individu dari perbuatan
belajar. Pengaruh-pengaruh itu banyak berhubungan dengan orientasi kepribadian, apakah kita
senang atau tidak senag dalam proses belajar-mengajar.
Di samping itu guru juga harus memperhatikan gejala-gejala yang menunjukkan perlunya
pemeriksaan dokter, misalnya terhadap gangguan penglihatan dan pendengaran.

Respon Siswa
Segi lain yang juga penting adalah respons atau tanggapan siswa. Para siswa memberikan respons
terhadap suatu rangsang dengan berbagai tingkat kekuatan dan tujuan. Seorang anak mungkin
memandang bahwa keberhasilan dalam bidang akademis akan menempatkannya dalam posisi
yang berprestise atau kepemimpinan. Mengajar yang efektif, yang secara kultural berbeda, harus
meliputi keterampilan untuk melihat dunia beserta orang-orangnya dari segi pandangan anak.

Lingkungan Belajar
Kriteria tentang lingkungan yang menyenangkan untuk belajar merupakan masalah yang paling
mendasar dalam sistem pendidikan formal. Dialog serta komunikasi antara anak dengan orang
dewasa merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan lingkungan belajar. Colemen
menunjukkan betapa kuatnya pengaruh teman sebaya terhadap aspirasi serta kegiatan para remaja.
Oleh karena itu, faktor yang penting sekali tentang lingkungan pendidikan adalah bantuan orang
dewasa, yaitu guru, dan orang tua yang membentuk lingkungan manusia (human environment) di
sekolah.

Kategori belajar
Keterampilan sensori motor
Salah satu kategori belajar adalah keterampilan-keterampilan sensori motor, yaitu tindakan-
tindakan yang bersifat otomatis sehingga kegiatan-kegiatan lain yang telah dipelajari dapat
dilaksanakan secara simultan tanpa saling mengganggu.

Belajar Asosiasi
Kategori belajar yang lain adalah belajar asosiasi di mana urutan kata-kata tertentu berhugungan
sedemikian rupa terhadap objek-objek, konsep-konsep, atau situasi sehingga bila kita menyebut
yang satu cenderung untuk ingat kepada yang lain.

18
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Keterampilan Pengamatan Motoris
Kategori belajar ini menggabungkan belajar sensorimotorik dengan belajar asosiasi. Guru dapat
menolong belajar golongan ini dengan cara mengawasi terbentuknya keterampilan sensorimotor,
dengan menjelaskan pemahaman tentang asosiasi-asosiasi yang harus dibentuk, dengan bergerak
secara tenang dan lambat, sehingga tidak terjadi saling mengganggu dengan gerakan-gerakan
terdahulu atau dengan latihan (drill) dalam berbagai situasi.

Belajar Konseptual
Belajar konseptual adalah gambaran mental secara umum dan abstrak tentang situasi-situasi atau
kondisi-kondisi. Contoh konsep adalah demokrasi.
Cita-cita dan Sikap
Belajar tentang cita-cita dan sikap sedang diteliti dengan penuh perhatian. Suatu masalah dunia
yang besar adalah sulitnya orang-orang dari kebudayaan yang berbeda memiliki saling pengertian
antara yang satu dengan yang lainnya.
Masalah sikap antara lain berhubungan dengan masalah senang dan tidak senang yang biasanya
berhubungan dengan kontak-kontak pertama dengan orang atau objek tertentu dalam situasi yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Belajar Memecahkan Masalah


Pemecahan masalah dipandang oleh beberapa para ahli sebagai tipe yang tertinggi dari belajar
karena respons tidak bergantung hanya pada asosiasi masa lalu dan conditioning, tetapi
bergantung pada kemampuan manipulasi ide-ide yang abstrak, menggunakan aspek-aspek dan
perubahan-perubahan dari belajar terdahulu, melihat perbedaan-perbedaan yang kecil, dan
memproyeksikan diri sendiri ke masa yang akan datang.

Psikologi Belajar
1.Conditioning
Simple Conditioning atau teori contiguity menekankan bahwa belajar terdiri atas
pembangkitan respons dengan stimulus yang pada mulanya bersifat netral atau tidak
memadai. Melalui persinggungan (contiguity) stimulus dengan respons, stimulus yang tidak
memadai untuk menimbulkan respons tadi akhirnya mampu menimbulkan respons.
2.Connectionism
Pembentukan ikatan-ikatan ini dipengaruhi oleh frekuensi, resensi, intensitas dan kejelasan
pengalaman, perasaan dan kapasitas individu, kesamaan situasi dan menghasilkan kepuasan
atau reinforcement yang merupakan dasar dalam teori conditioning.

3.Field theory
Dirumuskan sebagai reaksi terhadap teori conditioning dan reinforcement yang dipandang
bersifat atomistis.
4.Psikologi Fenomenologis dan Humanistis
Psikologi Fenomenologis dan Humanistis menaruh perhatian besar terhadap kondisi-kondisi
di dalam diri individu, yaitu psychological state siswa.
5.Definisi S-R (Secara Relatif)
Gater menyatakan bahwa terdapat hubungan fungsional antara suatu situasi dan respons
yang disebutnya connection. S-R adalah teori psikologis, bukan teori neurologis.
Belajar adalah perubahan dalam perilaku yang merupakan refleksi definisi mekanistis S-R.
6.Teori Belajar dalam Situasi Sekolah

19
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Dr. E.J. Swenson meneliti keefektifan belajar anak-anak kelas dua dalam hal kombinasi-
kombinasi tambahan dalam tiga jenis proses belajar-mengajar. Menurutnya metode
generalisasi yang bermakna adalah signifikan superior dalam jumlah-jumlah kombinasi yang
dipelajari, dalam retensi, dan dalam transfer. Dia menekankan active discovery.

Pendayagunaan Belajar
Ulangan dan Belajar
Dalam teori belajar dikenal prinsip contiguity dan prinsip ulangan (repetition). Dalam prinsip
contiguity dapat kita mengasosiasikan dua hal bila kita mengalaminya pada waktu yang kira-kira
bersamaan. Dalam prinsip ulangan kita hanya membedakan asosiasi-asosiasi melalui pengalaman.

Transfer Belajar
William Clark traw menyatakan: “transfer is the name for the fact that the experience of learning
in one situation influences learning and performance in other situation.”
Menurut doktrin generalisasi stimulus-respon, transfer dapat dipandang sebagai konsep-konsep
yang timbul dalam eksperimentasi.

Prinsip-prinsip Belajar-Mengajar
Prinsip belajar Mengajar:
1. Belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku siswa.
2. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu.
3. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi, dan
melalui penguatan.
4. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis, dan
reorganisasi pengalaman.
5. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tak
langsung melalui bantuan pengalaman yang ganti.
6. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar diri individu.
7. Belajar sering dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang perlu dipecahkan.
8. Hasil belajar dapat di transfer ke dalam situasi lain.

20
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB VI
DASAR-DASAR PERKEMBANGAN PSIKOLOGI

Prinsip Perkembangan
1. Perkembangan sebagai fungsi interaksi antara organism dengan lingkungan.
2. Perkembangan berlangsung lebih cepat pada tahun-tahun permulaan.
3. Pola-pola tingkah laku berkembang secara berurutan.
4. Laju perkembangan bersifat individual.
5. Perkembangan itu merupakan diferensiasi dan integrasi.

Implikasi bagi Pendidikan


Di dalam proses perkembangan, para siswa dan guru mempunyai tugas masing-masing. Tujuan
para siswa adalah mengusahakan dirinya untuk mencapai perkembangan yang optimal dan
mengaktualisasikan dirinya. Adapun tugas guru adalah menyediakan lingkungan yang sebaik-
baiknya untuk perkembangan para siswanya.

Teori Lingkaran Hidup


Teori tentang lingkaran hidup (life cycle theory) atau tingkat-tingkat perkembangan dibagi atas :
1) Masa didalam kandungan
2) Masa bayi
3) Masa permulaan masa kanak-kanak
4) Masa bermain
5) Masa sekolah
6) Masa remaja (adolesen )
7) Masa dewasa muda
8) Masa kedewasaan
9) Masa tua

Perkembangan Inteligensi
Konsep tentang Inteligensi adalah kemampuan untuk memudahkan penyesuaian secara tepat
terhadap berbagai segi dari seluruh lingkungan seseorang.

Fungsi Inteligensi
Fungsi inteligensi yaitu kemampuan-kemampuan untuk belajar di dalam situasi-situasi yang
beraneka ragam, memahami dan membandingkan fakta-fakta yang luas, halus, dan abstrak dengan
cepat dan tepat, memusatkan proses-proses mental terhadap masalah-masalah dan menunjukkan
fleksibilitas dan kecerdikan dalam upaya mencari cara-cara penyelesaian.

Hal-hal yang menentukan inteligensi


a.Hubungan dengan usia
Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya bertambah sambil ia
berkembang menjadi lebih tua.

b.Lingkungan
Penelitian terhadap anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan kumuh di kota besar rata-rata IQ
nya lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka dari masyarakat golongan
menengah.

21
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak

c.Kelamin
Anak laki-laki (sebagai suatu kelompok) memperlihatkan variabilitas yang lebih besar daripada
anak perempuan dalam penyebaran inteligensi.

d.Ras
Perbedaan-perbedaan di antara ras dalam hal inteligensi sangat signifikan

Perubahan IQ
Faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan IQ adalah sebagai berikut:
• Pendidikan
• Iklim dalam lingkungan
• Lingkungan
• Keluarga

Anak yang Cerdas dan yang Lamban


Ciri Anak yang Cerdas
Ia mempunyai energi yang lebih besar, dorongan ingin tahunya lebih besar, sikap sosialnya lebih
baik, aktif, lebih mampu melakukan abstraksi, lebih cepat dan lebih jelas menghayati hubungan-
hubungan, bekerja atas dasar rencana dan inisiatif sendiri, suka menyelidiki sesuatu yang baru dan
lebih luas, lebih mantap dengan tugas-tugas rutin yang sederhana, lebih cepat mempelajari proses-
proses mekanis, tidak menyukai tugas-tugas yang belum dimengerti.

Ciri Anak yang Lamban


Ia belajar dalam unit-unit yang lebih sempit, ingin kemajuannya sering diperiksa dan perlu banyak
perbaikan, perbendaharaan katanya lebih terbatas, memerlukan banyak kata baru untuk
memperjelas pengertian, sulit membuat kesimpulan-kesimpulan atau memahami pengertian-
pengertian, kurang memiliki abilitas kreatif dan abilitas merencanakan.

Perkembangan Emosi
Emosi dapat dirumuskan sebagai keadaan perasaan atau pengalaman afektif yang mengiringi
suasana bergejolak dalam diri seseorang. Implikasinya adalah bahwa para siswa harus ditolong
untuk dapat mengontrol emosinya agar berkembang ke arah hal-hal yang positif dan
konstruktif.Emosi merupakan efek kumulatif dari perangsang. Banyak anak yang datang ke
sekolah dengan emosi yang tidak baik, misalnya lekas marah, mudah tersinggung.

Kematangan Emosi
Kematangan berarti perkembangan yang penuh, pengertiannya secara psikologis bersifat
fleksibel.Kriteria untuk kematangan emosi. Kriteria kematangan emosi ini perlu dipahami oleh
setiap orang sesuai dengan tahap perkembangannya.

Perkembangan Emosional pada Masa Bayi


Perkembangan emosional pada masa bayi ditentukan oleh faktor psikososial, yakni hubungan
emosional dengan ibunya.Masalah psikologis dan masalah ekonomi keluarga merupakan
penyebab utama terjadinya gejala depresi pada anak-anak di lingkungan keluarga.

22
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak

BAB VIII
ANAK SEBAGAI SISWA

Karakteristik Masa Kanak-kanak


Anak Menyenangi suatu Proses
Anak-anak tidak mempunyai tilikan dan pengalaman yang memungkinkan mereka dapat
menerima dengan sepenuh hati tujuan-tujuan yang dirumuskan oleh orang dewasa.
Kebutuhan Dasar Anak-anak
1. Kebutuhan tentang tujuan-tujuan yang dekat.
2. Kebutuhan akan sukses.
3. Kebutuhan terhadap hal-hal yang rutin dan konsisten
4. Kebutuhan untuk bermain.
5. Kebutuhan untuk diterima dan dibenarkan oleh lingkungan.
6. Kebutuhan akan pendidikan dari orang tua.

Faktor-faktor Psikologis dalam Transaksi Belajar-Mengajar


Pertimbangan-pertimbangan Dasar
Perasaan-perasaan yang mendasari transaksi belajar-mengajar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Penerimaan (acceptance).
2) Rasa aman.
3) Perbedaan-perbedaan antara para siswa.
4) Cara-cara yang demokratis.
5) Sikap bersahabat.

Pandangan Guru tentang Perilaku yang Menyimpang


Penyimpangan-penyimpangan perilaku anak-anak pada umumnya dialami oleh anak yang tidak
menyukai dirinya, pencerminkan pandangan rendah dari teman-temannya terhadap dirinya. Dalam
hal ini guru dapat menolong anak tersebut mengembalikan harga dirinya dengan jelas
mendemonstrasikan kemampuan anak itu yang menimbulkan kekaguman teman-temannya.
Perilaku yang Menyimpang dan Masalah Disiplin
Masalah perilaku tak berdisiplin ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Untuk
mengatasi masalah perilaku menyimpang ini guru hendaknya mawas diri, meningkatkan
pemahaman konsep diri sembari meningkatkan kemampuan profesional secara optimal demi
kelancaran sistem belajar di kelas

Gejala Frustasi pada Anak-anak


Empat jenis perilaku sebagai gejala frustasi, yakni agresi kronis, submission, pengasingan diri, dan
sakit psikosomatis.
Anak-anak yang Mampu Menyesuaikan Diri
Anak-anak yang mampu menyesuaikan diri akan berpengaruh pula pada keberhasilannya di
perguruan tinggi kelak.

Anak Sekolah Dasar


Pendekatan Radikal Lembaga Pendidikan Anak

23
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Anak harus dibebaskan dari ikatan-ikatan dan hambatan-hambatan serta disiplin yang diatur oleh
orang dewasa. Anak harus berkembang sebaik mungkin sesuai dengan minat dan pola alami
perkembangan manusia.
Walden Two
Cara lain untuk memperbaiki hakikat manusia dan masyarakat manusia ialah melakukan kontrol
terhadap hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga anak menjadi suatu pribadi
(person) seperti yang diinginkan oleh pendidikan.
Masalah Anak Sekolah dalam Kaitannya dengan Orang Tua
Ack Rouman mengemukakan bahwa terdapat kaitan yang erat antara keadaan masyarakat,
khususnya yang memungkinkan para ibu bekerja di luar rumah, dengan timbulnya masalah-
masalah di kalangan anak-anak.
Pengaruh Mulai Bersekolah
Pengalaman pertama masuk sekolah (beginning first grade) memainkan peran yang penting dalam
sosialisasi anak.
Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Perilaku Anak
Faktor lingkungan sekolah besar pengaruhnya terhadap perkembangan perilaku anak. Yang
termasuk lingkungan sekolah adalah perilaku dan pribadi guru, perilaku teman sekolah, kondisi
bangunan sekolah, dan kurikulum serta sistem instruksional yang diterapkan terhadap anak-anak
tersebut.

Karakteristik Masa Remaja


Konsep tentang Adolescence
Ini adalah periode antara permulaan pubertas dengan kedewasaan yang secara kasar antara usia 14
– 25 tahun untuk laki-laki dan antara usia 12 – 21 tahun untuk perempuan.
Keunikan remaja
Keunikan remaja terletak pada individu-individunya. Tampak jelas bahwa para remaja dari
keluarga yang sama memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam besar badan, inteligensi, minat,
dan sifat sosialnya.

Kebutuhan Dasar Remaja


Kebutuhan Umum Manusia
Baik anak-anak, orang dewasa, maupun para remaja merasakan kebutuhan untuk mencintai dan
dicintai, ingin memiliki pengalaman-pengalaman baru, ingin memperoleh pengenalan atau
pengakuan, ingin menjadi seorang yang berdiri sendiri, dan ingin memuaskan kebutuhan-
kebutuhan jasmaniah.
Kebutuhan akan Identitas
Menurut penelitian Ericson, Eisenberg, Glasser, Mead, Shore, dan Masimo identitas merupakan
kebutuhan yang sangat besar pada para remaja.
Kebutuhan akan Bantuan Orang Dewasa
Pada saat lain mereka membutuhkan nasihat serta bimbingan dan penyuluhan orang dewasa.
Orang-orang dewasa dapat membantu para remaja dengan baik, dengan cara memahami sumber-
sumber yang menyebabkan kekacauan pada mereka.

Remaja dalam Lingkungan Belajar-Mengajar


Pertumbuhan Mental dan Pengukuran Potensi
Dalam hubungan ini Bernard mengutip pernyataan Barbara H. Kemp bahwa para pendidik harus
mendorong setiap siswa untuk mengembangkan bakat-bakat aslinya sepenuh-penuhnya sehingga
dikemudian hari ia dapat menggunakannya secara efektif.

24
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Mempermudah Belajar Remaja
Program sekolah yang konvensional dan berstruktur sangat baik bagi para siswa dari golongan
menengah. Bagi para siswa dengan latar belakang dan motivasi yang berbeda, program
konvensional ini menghasilkan perenggangan (alienation).
Perlunya Pembinaan Kemampuan Profesional Guru
Salah satu dimensi kemampuan profesional adalah kemampuan kepribadian. Dengan kata lain,
tiap guru harus memiliki kepribadian yang matang, dan dengan kepribadian itu dia mampu
bertindak sebagai pribadi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian siswa.

Perkembangan Karakter dan Masalah Remaja


Teori Perkembangan Karakter
Menurut Havinghurst, yang dimaksud dengan karakter adalah suatu perangkat (set) yang terdiri
atas lima karakter. Setiap tipe itu merupakan suatu representasi dari tingkat perkembangan
psikososial individu sebagai berikut:
Tipe Karakter
1. Kolerik
2. Sanguin
3. Flagmatik
4.

Kesehatan Psikologis
Sejak bertahun-tahun lamanya telah dilakukan banyak usaha untuk mengetahui mengapa banyak
siswa yang mengalami ketidakpuasan di sekolah. Dalam praktiknya banyak siswa yang
mengalami kegagalan dan putus sekolah karena rendahnya moral sebagai akibat kurang efektifnya
sekolah yang menimbulkan ketidakpuasan sehingga berakibat langsung terhadap penurunan
output sekolah.
Kesukaran Remaja yang Defiant
Defiant adalah bagian dari persil dalam proses pertumbuhan moral. Perilaku defiance merupakan
antagonism terhadap sikap orang dewasa sendiri yang menempatkan dirinya dalam kelas atau
kelompok tersendiri sehingga mereka memberikan reaksi lebih banyak dengan perasaan
dibandingkan dengan tindakan berdasarkan dengan pemikiran.
Implikasi Guru
Jansen mengemukakan sejumlah preposisi yang perlu untuk mengarahkan tindakan guru terhadap
para remaja, dan kemudian menyarankan beberapa implikasi bagi guru.
Preposisi-preposisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Motif dasar semua organism adalah konservasi dan pemberian kesempatan bagi fenomena
diri (self).
2. Keberhasilan diartikan dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan personal, bukan pada
ukuran-ukuran yang ditentukan oleh orang lain.
3. Perilaku itu rasional.
4. Remaja bertindak untuk mempertahankan fenomena self-nya.
5. Ruang gerak bebas mempengaruhi perilaku dan penyesuaian diri para remaja.
6. Salah satu masalah pokok yang dihadapi oleh remaja adalah pelaksanaan tugas-tugas
perkembangan bagi kelompoknya.

25
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB IX
BELAJAR DAN MENGAJARKAN PERILAKU

Belajar dan Mengajarkan Pengetahuan


Konsep adalah kelas atau kategori stimulus yang memiliki ciri-ciri umum. Stimulus adalah objek,
peristiwa, atau orang (person).
Ciri Konsep
1. Atribut konsep.
2. Atribut nilai-nilai.
3. Jumlah atribut.
4. Kedominanan atribut.

Jenis Konsep
Atribut-atribut berkombinasi dengan tiga cara untuk menghasilkan tiga jenis atau tipe konsep;
conjunctive concept, disjunctive concept, dan relational concept.
Kegunaan Konsep dan Prinsip
Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling tidak punya pengaruh tertentu.
1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan.
2. Konsep membantu kita dalam mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar kita
3. Konsep dan prinsip membantu kita dalam mempelajari sesuatu yang baru dengan lebih
luas dan lebih maju.
4. Konsep dan prinsip mengarahkan kegiatan instrumental.
5. Konsep dan prinsip memungkinkan pelaksanaan pengajaran.
6. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda dalam kelas yang sama.

Prosedur Pengajaran Konsep


Langkah-langkah mengajarkan konsep adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan perilaku yang bakal diperoleh oleh siswa setelah mempelajari konsep.
2. Memperkecil jumlah atribut yang terdapat di dalam konsep yang kompleks menjadi
beberapa atribut yang dominan saja.
3. Menyediakan mediator verbal yang berguna bagi siswa.
4. Mempertunjukkan contoh-contoh positif dan negatif mengenai konsep.
5. Menyajikan contoh-contoh kepada siswa.
6. Penguatan atas respons siswa
7. Menilai belajar konsep.

Pengajaran Prinsip
Prinsip merupakan kombinasi konsep-konsep, bukan penjumlahan beberapa konsep yang
dikaitkan dalam satu kalimat. Langkah-langkah pelaksanaan pengajaran prinsip adalah sebagai
berikut:
1. Menetapkan perilaku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah mempelajari prinsip
baru.
2. Menunjukkan konsep atau prinsip yang harus diungkapkan kembali untuk mempelajari
prinsip baru.
3. Membantu siswa untuk mengungkapkan kembali penguasaan prerekuisit (pengalaman-
persepsi) mengenai komponen konsep yang telah dimiliki mereka
4. Membantu siswa mengombinasikan dan menyusun konsep menjadi suatu prinsip.
5. Memberikan latihan pengembangan prinsip dan penguatan respons siswa.

26
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
6. Menilai belajar prinsip.

Belajar dan Mengajar Keterampilan


Pengertian Keterampilan Motorik
Keterampilan motorik (perceptual motor skill) adalah serangkaian gerakan otot untuk
menyelesaikan tugas dengan berhasil.

Tahap-tahap Belajar Keterampilan


Belajar keterampilan, terutama keterampilan yang kompleks, dilakukan melalui tiga tahap:
kognitif, figsasi, dan otonom.

Kondisi Belajar
Kondisi belajar penting untuk mempelajari keterampilan. Ada tiga kondisi pokok: contiguity,
latihan (practice), dan balikan (feedback).

Prosedur Pengajaran Keterampilan


Pengajaran keterampilan dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Telaah keterampilan.
2. Menilai tingkah laku dasar (entering behavior) siswa.
3. Mengembangkan latihan dalam komponen unit keterampilan atauabilitas keterampilan.
4. Mempertunjukkan keterampilan kepada siswa.
5. Menyediakan kondisi dasar belajar keterampilan.
6. Menilai perilaku keterampilan.

Belajar dan Mengajar Memecahkan Masalah dan Kreativitas


Pengajaran Memecahkan Masalah
Ada tiga elemen di dalam proses ini yang perlu diperhatikan: masalah waktu, informasi, dan
tujuan (goal).
Pengajaran Kreativitas
Tahap-tahap berpikir kreatif ada empat langkah:
1. Preparasi (persiapan).
2. Inkubasi.
3. Iluminasi.
4. Veryfikasi atau revisi.

Belajar Kelompok
Proses kelompok memiliki karakteristik atau segi-segi relasi, interaksi, partisipasi, kontribusi,
afeksi, dan dinamika.
Bentuk-bentuk Pengajaran Kelompok
1. Kerja kelompok.
2. Proses kelompok untuk menyelesaikan masalah.
3. Diskusi kelas terbimbing.
4. Diskusi ceramah.
5. Diskusi formal.

Pengajaran Individual
Perbedaan Individual

27
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Beberapa jenis dan ciri perbedaan individual:
1. Kecerdasan (inteligensi).
2. Bakat (aptitude).
3. Keadaan jasmani (physical fitness).
4. Penyesuaian sosial dan emosional.
5. Latar belakang keluarga.
6. Prestasi belajar (academic achievement)
7. Anak-anak yang mengalami kesulitan seperti handicap jasmani, kesulitan berbicara, dan
kesulitan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial.
Penyediaan Pengalaman Belajar
1. Teaching machine.
2. Memperluas kesempatan belajar.
3. Prinsip memilih sendiri (self-selection)
4. Pelaksanaan prinsip-prinsip belajar di kelas.
5. Fungsi pengajaran.
Bentuk-bentuk pengajaran Individual
1. Akselerasi dan program tambahan.
2. Kelas khusus bagi anak-anak yang cerdas.
3. Memperkaya dan memperluas kurikulum.
4. Pelajaran pilihan (elective subjects).
5. Diferensiasi pemberian tugas dan pemberian tugas yang fleksibel.
6. Sistem tutorial.
7. Remedial class bagi para siswa yang lamban.
8. Bimbingan individual.
9. Pengelompokkan berdasarkan abilitas.
10. Pengelompokkan informal (small group within class)
11. Periode supervise individual.

28
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB X
MOTIVASI BELAJAR

Konsep dan Ciri Motivasi


Pengertian Motivasi
Menurut McDonald, motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component) dan komponen luar
(outer component).

Motivasi Belajar Remaja


Untuk memecahkan masalah tingkah laku belajar remaja ada dua faktor:
1. Kesulitan tugas yang dipelajari dan banyaknya pengalaman yang telah dimiliki individu
untuk mengerjakan tugas yang sama. (sulit mempelajari sejumlah pengalaman dalam
waktu yang sama).
2. Penggunaan situasi yang tepat untuk memecahkan masalah yang khusus.
a. Tinjauan Masa Depan yang Optimistis dan Prestasi Akademis
Individu yang berprestasi akademis tinggi tampaknya ditandai oleh sikap-sikap
yang lebih optimistis dan pemusatan perhatiannya lebih tinggi terhadap tujuan-
tujuan masa mendatang.
b. Motivasi Siswa dalam Hubungannya dengan Aktivitas Dorongan Sosial
Motivasi sangat penting karena suatu kelompok yang mempunyai motivasi
akan lebih berhasil ketimbang kelompok yang tidak mempunyai motivasi
(belajarnya kurang atau tidak berhasil).
c. Dorongan Aktivitas
Guru membantu siswa yang mendapat kesulitan atau suatu masalah. Ia
memberikan petunjuk dan demonstrasi, melaksanakan karyawisata, survey,
wawancara dengan warga masyarakat, dan sebagainya.
d. Dorongan untuk Merasa Aman
Remaja mempunyai motif yang kuat untuk mengembangkan minat dan
memperoleh pekerjaan, berdiri sendiri, mengubah status sosial, dan
mengembangkan emosi yang normal.
e. Dorongan untuk Masteri (The Drive Mastery)
f. Dorongan untuk Dihargai (The Drive for Recognition)
g. Dorongan untuk Merasa Dimiliki (The Drive for Belonging)

Prinsip Motivasi
Ada 17 prinsip motivasi yang dapat dilaksanakan:
1. Pujian lebih efektif daripada hukuman.
2. Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat
pemuasan.
3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan
dari luar.
4. Jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan
(reinforcement).
5. Motivasi mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain.
6. Pemahaman yang jelas tentang tujuanbelajar akan merangsang motivasi.

29
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
7. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar
untuk mengerjakannya.
8. Puji-pujian yang datangnya dari luar (eksternal rewards).
9. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam.
10. Minat yang dimiliki oleh siswa.
11. Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa.
12. Tekanan dari kelompok siswa.
13. Motivasi yang tinggi.
14. Kecemasan akan menimbulkan kesulitan belajar.
15. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik.
16. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi.
17. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlainan.

Teknik Memotivasi Berdasarkan Teori Kebutuhan


1. Pemberian Penghargaan atau Ganjaran.
2. Pemberian angka atau Grade.
3. Keberhasilan dan tingkat aspirasi.
4. Pemberian pujian.
5. Kompetisi dan kooperasi.
6. Pemberian harapan.

Kebutuhan akan Bimbingan


Kebutuhan akan bimbingan bagi para siswa disebabkan oleh perkembangan kebudayaan yang
sangat pesat, yang mempengaruhi perkembangan masyarakat secara keseluruhan.
Pengertian Bimbingan
Bimbingan dalam arti yang luas inheren dengan pendidikan. Bimbingan merupakan suatu proses
memberi bantuan kepada individu agar individu itu dapat mengenal dirinya dan dapat
memecahkan masalah-masalah hidupnya sendiri sehingga ia dapat menikmati hidup dengan
bahagia.
Program bimbingan berdaya guna dalam rangka belajar-mengajar berdasarkan alasan bahwa
pelayanan terhadap perbedaan individual berpengaruh terhadap perkembangan jasmani-rohani
siswa untuk meningkatkan hasil belajar, mendorong menggunakan bermacam-macam tes, dan
berguna untuk penelitian.

PENILAIAN PERILAKU
Penilaian dan pengukuran berbeda secara kualitatif dan kuantitatif, tetapi pengukuran perlu
karena menjadi landasan untuk melakukan penilaian. Penilaian dilaksanakan berdasarkan asas-
asas kuantitas dan kualitas, berkesinambungan, bersifat objektif, bersifat kooperatif, dan bersifat
konstruktif.
Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan tes baik lisan maupun tertulis. Tes tertulis terdiri
atas sejumlah soal yang disusun dalam bentuk uraian dan atau bentuk objektif. Soal-soal bentuk
objektif disusun dalam bentuk jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda
yang pada umumnya disusun untuk menilai aspek pengetahuan.

30

Anda mungkin juga menyukai