DIKTAT
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DI SbUSUN OLEH :
Drb.Haposan Simanjuntak
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
REAL
TA 2022/23
1
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
KELOMPOK :
MATA KULIAH KETRAMPILAN BERKARYA
NOMOR :
NAMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KODE :
BOBOT : 2 sks
SEMESTER :
PRASYARAT : Psikologi Umum
BANYAKNYA : 14 X 2 X 50 menit
PERTEMUAN/ WAKTU
TIAP PERTEMUAN
STANDAR KOMPETENSI :
Mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologi pendidikan dan
pembelajaran PAK, senang mengidentifikasi karakteristik peserta didik anak yang
disesuaikan dengan kemampuan belajarnya, serta menerapkan prinsip-prinsip psikologi
pendidikan dalam pembelajaran PAK
KOMPETENSI DASAR
1. Mampu menjelaskan hakikat psikologi pendidikan
2. Mampu mengidentifikasi kemampuan-kemampuan psikologis dan pemanfaatannya dalam
pendidikan
3. Mampu mengidentifikasi perbedaan individu dan kemampuan berpikir
4. Mampu menjelaskan hubungan antara faktor-faktor psikologis dan prestasi belajar anak
5. Mampu memperlihatkan kreativitasnya dalam pembelajaran PAK
6. Mampu mencermati karakteristik peserta didik sesuai dengan kemampuan belajarnya
7. Mampu memperlihatkan kesenangannya mengamati perkembangan belajar pesertadidik
8. Mampu menganalisis kesulitan belajar peserta didik
9. Mampu menerapkan prinsip-prinsip psikologi pendidikan dalam pembelajaran PAK
PENGALAMAN :
BELAJAR 1. Mahasiswa mendengar penjelasan dosen tentang
materi psikologi perkembangan dan bimbingan
peserta didik
2. Mahasiswa berdiskusi
3. Mahasiswa mengembangkan strategi yang
kontekstual sesuai dengan materi pembelajaran
4. Mahasiswa mengamati
TEKNIK : Tertulis
3
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BENTUK SOAL : Esei, Tes Sikap, Porto Folio, proyek, unjuk kerja
SUMBER BELAJAR
1. Keluarga
2. Media elektronik (internet)
3. Narasumber,
4. Lingkungan alam,
5. Lingkungan sosial,
6. Teman di kampus
7. Teman di masyarakat setempat
8. Komunitas gereja
4
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB I
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa, dan Logos yang artinya
ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi bahwa psikologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang jiwa. Dengan singkat disebut ilmu jiwa.
Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan
pengatur bagi seluruh perbuatan-perbuatan pribadi (personal behaviour) dari hewan tingkat
tinggi dan manusia. Karena sifatnya yang abstrak, maka kita tidak dapat mengetahui jiwa
secara wajar, melainkan kita hanya dapat mengenal gejalanya saja.
Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. atau ilmu
yamg mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia. karena para ahli jiwa mempunyai
penekanan yang berbeda, maka definisi yang dikemukakan juga berbeda-beda. Diantara
pengertian yang dirumuskan oleh para ahli itu, diantaranya sebagai berikut :
a. Dr. Singgih Dirgagunarsa:” Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia.
b. Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa : psikologi adalah pengetahuan yang
mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
c. Wilhelm Wundt, tokoh psikologi eksperimental, berpendapat bahwa psikologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang
timbul dalam diri manusia seperti penggunaan pancaindera, pikiran, perasaan, dan
kehendak.
Pengertian Pendidikan
Menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat
imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau
perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan.
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan menurut H. Horne, “pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik
dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar
intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
5
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh pendidik kepada
perkembangan peserta didik untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter
sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita- cita yang
diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.
Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek
kehidupan.
6
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
kehidupan, begitu banyaknya persoalan yang dapat dibantu dan diselesaikan oleh
psikologi. Misalnya persoalan-persoalan manusia yang hidup di pabrik, di sekolah, di
sawah dan sebagainya. Dengan psikologi, manusia tidak ragu-ragu lagi mengubah cara
hidup, tingkah laku dan pergaulan dalam masyarakat.
Dahulu orang menyangka, bahwa orang gila itu disebabkan karena tubuhnya diganggu
oleh roh halus, tetapi sekarang orang sudah berubah asumsinya. Dahulu orang menyangka,
bahwa orang berbuat kejahatan itu hanya terdapat pada oarng-oarng dewasa saja, tetapi
sekarang orang berpendapat bahwa kejahatan iut juga terdapat pada anak-anak, tersebab
warisan dari orang tuanya. Dahulu oarng sering marah terhadap anaknya apabila tidak mau
belajar, tetapi ahli-ahli psikologi sekarang tidak demikian.
Jadi tegasnya, psikologi sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia, karena dapat
memberikan kesenangan dan kebahagiaan hidup manusia dan oarng yang ingin sukses
dalam segalanya harus mengetahui dasar-dasar dari psikologi, misalnya :
a. Saudagar, penting mengetahui dasar-dasar jiwa, supaya dapat melayani pembeli
dengan baik.
b. Hakim, tanpa mengetahui dasar-dasar jiwa tidak mungkin mereka dapat
menjatuhkan hukuman dengan baik/tepat.
c. Polisi, tanpa mengetahui dasar-dasar jiwa tak mungkin dapat mengetahui dan
melaksanakan kepidanaan dengan baik
Di samping hal tersebut di atas, psikologi juga sangat penting dalam kalangan pendidikan,
bahkan sangat erat hubunngannya, misalnya: Ali mengajar Beni Aljabar. Di sini ada dua
obyek, yaitu : Ali harus mengetahui jiwa Beni & Ali harus mengetahui pengetahuan
Aljabar.
Oleh karena itu adanya psikologi, maka timbulah soal-soal penting di dalam mengajar dan
mendidik. Sebab soal mengajar dan mendidik harus benar-benar mengetahui jiwa
seseorang. Seperti halnya seorang dokter, di dalam mengobati seseorang harus mengetahui
soal-soal urat saraf, susunan tubuh dan sebagainya. Begitu juga spoir harus mengetahui
tentang onderdil-onderdil mobil dan mesin-mesin dan sebagainya.
Sebetulnya setiap oarang dewasa yang normal sedikit banyak telah mengetahui psikologi,
meskipun pengetahuan mereka itu tidak sistematis. Jadi sebetulnya mempelajari psikologi
itu, bukanlah sesuatu hal yang baru bagi seseorang. Semua pengertian-pengertian yang
diajarkan oleh psikologi telah dirasakan bersama manfaatnya dan diakui kecocokannya
dengan kenyataan yang dihayati.
Oleh karena itu, barang siapa dapat mengetahui psikologi, ia akan dapat menempatkan
dirinya sedemikian rupa dimanapun ia berada. Misalnya di lapangan, pendidikan,
kedokteran, pengadilan. Industri, jual beli, tentara, pemuda, anak-anak dan sebagainya.
Pendidikan adalah salah satu praktek dari psikologi. Oleh karena itu, sebenarnya seorang
pendidik hendaknya juga seorang yang paham tentang psikologi. Sebab apabila tidak
demikian si pendidik itu akan berbuat sesuatu dengan tanpa pedoman atau landasan-
landasan teori yang semestinya. Psikologi dapat memberi sumbangan pada pendidikan
misalnya bagaimana cara anak belajar, berfikir, mengingat, memperhatikan dan
sebagainya.
Mempelajari psikologi dalam kehidupan tidak hanya berguna bagi orang tua dan guru
dalam memberikan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, tapi
juga berguna ketika memahami diri kita sendiri. Bagi seorang guru, yang tugas utamanya
7
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
adalah pendidik, sangat penting memahami psikologi belajar. kegiatan pembelajaran dalam
pendidikan sarat dengan muatan psikologis.
8
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB II
STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi Belajar-Mengajar
Guru merupakan jabatan yang dipilih berdasarkan prinsip-prinsip vokasional. Dalam hal itu aspek
psikologis menjadi faktor utama. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pendidik, mau tak mau guru harus mengenal dengan baik bidang psikologi pendidikan.Banyak
pokok yang perlu mendapat perhatian dari guru dan calon guru, antara lain sebagai berikut :
1. Anda sebagai guru perlu memperhatikan masalah-masalah relevansi psikologi pendidikan,
psikologi yang meyakinkan, dan analisis psikologi tentang pilihan jabatan.
2. Apa yang berlangsung di sekolah yang mencakup masalah-masalah pendidikan
penyesuaian kehidupan bagi murid dengan penyesuaian diri versus pendidikan.
3. Bagaimana anak-anak tumbuh dan berkembang, yang dibahas meliputi masalah anak didik
dan siklus kehidupan
4. Anak sebelum sekolah. Dalam hubungan ini dibahas teori kebutuhan dalam rangka
pelaksanaan pendidikan, latar belakang anak-anak yang mampu menyesuaikan diri, dan
munculnya masalah moralitas.
5. Anak di sekolah dasar. Dalam hubungan ini dikemukakan dua jenis sekolah percobaan
yang menggunakan pendekatan yang radikal.
6. Para remaja, terutama ditujukan pada teori pengembangan karakter, kesehatan psikologis,
dan masalah-masalah pemuda.
7. Pengalaman-pengalaman belajar yang meliputi masalah-masalah pengajaran, kesempatan
belajar yang lebih luas, dan prinsip pilihan sendiri.
8. Petunjuk belajar yang ditujukan kepada fungsi-fungsi pengajaran, definisi relativistic S-R,
dan teori belajar dalam situasi sekolah.
9. Cara-cara belajar terutama yang berkenaan dengan masalah imajinasi dan berpikir kreatif.
10. Pemantapan dan penggunaan belajar yang mencakup masalah ulangan, eksperimental
masalah-masalah belajar, masalah transfer, dan masalah penggunaan alat instruksional.
11. Kesiapan belajar yang meliputi masalah perbedaan individual, kecenderungan-
kecenderungan dan praktik-praktik pendidikan, anak-anak yang terbelakang, dan program
pendidikan bagi anak yang berbakat.
12. Motivasi belajar yang meliputi masalah harapan sukses sebagai faktor perilaku, pemecahan
masalah, perspektif waktu dan optimism, dan hasil belajar akademis serta motivasi siswa
dalam hubungannya dengan kegiatan dan dorongan sosial.
9
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan
Bimbingan adalah proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
Tujuan yang hendak dicapai oleh bimbingan ialah tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap
individu sesuai deengan kemampuannya agar dapat menyesuaikan dirinya kepada lingkungan.
10
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB III
ASPEK-ASPEK PSIKOLOGI PENDIDIKAN
2.Anak Berbakat
Virget S. Ward menjelaskan bahwa pendidikan bagi anak-anak yang berbakat perlu perhatian yang
saksama. Dia mengajukan argumentasi sebagai berikut:
• Persepsi demokrasi menghendaki pemberian kesempatan yang luas bagi anak dan pemuda
berbakat dengan potensinya yang melebihi anak-anak normal agar dia dapat berkembang
lebih baik.
• Keberhasilan pendidikan bagi anak-anak dan pemuda yang berbakat memberikan peluang
yang lebih besar kepada mereka untuk memberikan dukungan dan sumbangan terhadap
masyarakat.
• Selama ini sistem pendidikan kita (terutama di sekolah-sekolah) kurang memperhatikan
pendidikan bagi anak-anak yang berbakat ini. Ketidakpedulian ini dapat dianggap sebagai
suatu kegagalan dalam pendidikan.
Selanjutnya Virget mengatakan bahwa:
1. Diperlukan program khusus untuk anak yang berbakat,
11
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
2. Dibutuhkan teori tentang pengalaman pendidikan, mana praktek pendidikan yang berhasil
dan mana praktik pendidikan yang gagal untuk anak-anak yang berbakat.
4.Kebudayaan Pelajar
Guru-guru dan tenaga-tenaga yang memberikan bimbingan belajar terhadap para siswa harus
mempertimbangkan sikap, kepercayaan, dan aspirasi sebagai bagian yang integral dalam
lingkungan belajar. Kesediaan serta kesiapan para siswa untuk belajar dan cara-cara mereka
belajar dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan kultural dalam lingkungannya.
5.Kelas Sosial
Kelas sosial berarti pembedaan manusia berdasarkan hak-hak istimewa, prestise, kekuatan, dan
kesempatan. Kriteria untuk menentukan kelas sosial mencakup pendidikan, pekerjaan, jumlah
pendapatan, sumber penghasilan, tempat tinggal, jenis tempat tinggal, dan perilaku.
Gejala mobilitas sosial menunjukkan bahwa sesungguhnya batas-batas kelas sosial ini tidak terlalu
kaku dan dalam kenyataannya dapat saja ditembus.
6.Status Sosial-Ekonomis
Berdasarkan status sosial-ekonomis, struktur masyarakat terbagi menjadi lima golongan kelas
sebagai berikut:
Golongan kelas I, yaitu kelas sosial yang tertinggi yang didasarkan atas kombinasi antara
ekonomi, kelahiran, dan faktor-faktor keluarga.
Golongan kelas II, yaitu mereka yang mencapai statusnya atas usahanya sendiri.
Golongan kelas III, yaitu yang disebut lower-middle class yang anggota-anggotanya sangat sadar
akan garis-garis kelas.
Golongan IV, yaitu yang disebut upper-lower class. Mereka mengetahui bahwa mereka adalah
orang-orang yang kurang terhormat.
Golongan V, yaitu yang disebut lower-lower class yang terdiri atas pekerja-pekerja imigran,
tinggal di lingkungan yang sangat miskin, sering-sering mengalami kelaparan.
Sikap Guru dan Kelas Sosial
Guru dipengaruhi oleh data hasil tes, baik data mengenai prestasi siswa maupun data mengenai
bakat anak-anak. Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap guru, seperti pakaian,
kerapihan, kecepatan dalam belajar, dan sikap terhadap orang dewasa dan otoritas, menyebabkan
guru menyenangi para siswa dari kelas menengah.
Miller menyarankan bahwa guru hendaknya jangan memberikan perhatiannya hanya pada kelas
sosial tertentu. Guru harus lebih banyak mempelajari latar belakang para siswa, terutama sifat
hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya.
12
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Ada beberapa upaya yang dapat dikerjakan untuk membantu anak-anak yang berasal dari keluarga
miskin.
1. Menumbuhkan kesadaran pada orang tuanya agar diusahakan supaya anak-anak itu
bersekolah, tentunya dengan pemberian kemudahan, baik oleh pihak sekolah maupun oleh
pemerintah.
2. Memberikan bantuan biaya yang khusus disediakan oleh pemerintah sebagai dana khusus
bagi anak-anak miskin.
3. Membudayakan sistem anak asuh, selain bersifat kerelaan dari warga yang mampu
ekonominya, juga menghimpun dana dari masyarakat, misalnya melalui koperasi atau cara
lainnya.
4. Membebaskan kewajiban membayar sumbangan atau dana dalam bentuk apapun bagi
mereka dan mengusahakan insentif yang menarik bagi mereka, misalnya lapangan kerja,
melanjutkan sekolah, dan cara-cara lain yang bersifat merangsang belajar.
13
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB IV
PSIKOLOGI GURU DAN BELAJAR-MENGAJAR
14
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
terhadap kesehatan mental individu dan terhadap motivasi belajar. Lindgren menyatakan bahwa
kecemasan itu merupakan hal yang menentukan (determinant) tingkah laku.
15
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
16
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
3. Mereka tidak lekas tersinggung oleh larangan-larangan dalam hubungannya dengan
kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh beberapa orang untuk menggambarkan profesi
keguruan. Mereka secara psikologis lebih matang sehingga rangsangan-rangsangan
terhadap dirinya dapat ditaksir.
4. Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi yang diperolehnya dari
pengamatannya tentang bekerjanya psikologi, biologi, dan antropologi kultural di dalam
kelas.
5. Mereka berkeinginan untuk terus tumbuh. Mereka sadar bahwa di bawah pengaruhnya,
sumber-sumber manusia dapat berubah nasibnya.
Hasil-hasil penelitian tentang ciri-ciri guru yang efektif menunjukkan bahwa suasana manusiawi
(the human climate) untuk belajar lebih penting daripada prosedur mengajar yang spesifik.
Pandangan Siswa
Sikap-sikap atau karakteristik guru-guru yang disenangi oleh para siswa adalah guru-guru yang
(1) demokratis,
(2) suka bekerja sama (koperatif),
(3) baik hati,
(4) sabar,
(5) adil,
(6) konsisten,
(7) bersifat terbuka,
(8) suka menolong, dan
(9) ramah tamah.
17
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB V
MODEL DASAR PENGAJARAN
Respon Siswa
Segi lain yang juga penting adalah respons atau tanggapan siswa. Para siswa memberikan respons
terhadap suatu rangsang dengan berbagai tingkat kekuatan dan tujuan. Seorang anak mungkin
memandang bahwa keberhasilan dalam bidang akademis akan menempatkannya dalam posisi
yang berprestise atau kepemimpinan. Mengajar yang efektif, yang secara kultural berbeda, harus
meliputi keterampilan untuk melihat dunia beserta orang-orangnya dari segi pandangan anak.
Lingkungan Belajar
Kriteria tentang lingkungan yang menyenangkan untuk belajar merupakan masalah yang paling
mendasar dalam sistem pendidikan formal. Dialog serta komunikasi antara anak dengan orang
dewasa merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan lingkungan belajar. Colemen
menunjukkan betapa kuatnya pengaruh teman sebaya terhadap aspirasi serta kegiatan para remaja.
Oleh karena itu, faktor yang penting sekali tentang lingkungan pendidikan adalah bantuan orang
dewasa, yaitu guru, dan orang tua yang membentuk lingkungan manusia (human environment) di
sekolah.
Kategori belajar
Keterampilan sensori motor
Salah satu kategori belajar adalah keterampilan-keterampilan sensori motor, yaitu tindakan-
tindakan yang bersifat otomatis sehingga kegiatan-kegiatan lain yang telah dipelajari dapat
dilaksanakan secara simultan tanpa saling mengganggu.
Belajar Asosiasi
Kategori belajar yang lain adalah belajar asosiasi di mana urutan kata-kata tertentu berhugungan
sedemikian rupa terhadap objek-objek, konsep-konsep, atau situasi sehingga bila kita menyebut
yang satu cenderung untuk ingat kepada yang lain.
18
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Keterampilan Pengamatan Motoris
Kategori belajar ini menggabungkan belajar sensorimotorik dengan belajar asosiasi. Guru dapat
menolong belajar golongan ini dengan cara mengawasi terbentuknya keterampilan sensorimotor,
dengan menjelaskan pemahaman tentang asosiasi-asosiasi yang harus dibentuk, dengan bergerak
secara tenang dan lambat, sehingga tidak terjadi saling mengganggu dengan gerakan-gerakan
terdahulu atau dengan latihan (drill) dalam berbagai situasi.
Belajar Konseptual
Belajar konseptual adalah gambaran mental secara umum dan abstrak tentang situasi-situasi atau
kondisi-kondisi. Contoh konsep adalah demokrasi.
Cita-cita dan Sikap
Belajar tentang cita-cita dan sikap sedang diteliti dengan penuh perhatian. Suatu masalah dunia
yang besar adalah sulitnya orang-orang dari kebudayaan yang berbeda memiliki saling pengertian
antara yang satu dengan yang lainnya.
Masalah sikap antara lain berhubungan dengan masalah senang dan tidak senang yang biasanya
berhubungan dengan kontak-kontak pertama dengan orang atau objek tertentu dalam situasi yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Psikologi Belajar
1.Conditioning
Simple Conditioning atau teori contiguity menekankan bahwa belajar terdiri atas
pembangkitan respons dengan stimulus yang pada mulanya bersifat netral atau tidak
memadai. Melalui persinggungan (contiguity) stimulus dengan respons, stimulus yang tidak
memadai untuk menimbulkan respons tadi akhirnya mampu menimbulkan respons.
2.Connectionism
Pembentukan ikatan-ikatan ini dipengaruhi oleh frekuensi, resensi, intensitas dan kejelasan
pengalaman, perasaan dan kapasitas individu, kesamaan situasi dan menghasilkan kepuasan
atau reinforcement yang merupakan dasar dalam teori conditioning.
3.Field theory
Dirumuskan sebagai reaksi terhadap teori conditioning dan reinforcement yang dipandang
bersifat atomistis.
4.Psikologi Fenomenologis dan Humanistis
Psikologi Fenomenologis dan Humanistis menaruh perhatian besar terhadap kondisi-kondisi
di dalam diri individu, yaitu psychological state siswa.
5.Definisi S-R (Secara Relatif)
Gater menyatakan bahwa terdapat hubungan fungsional antara suatu situasi dan respons
yang disebutnya connection. S-R adalah teori psikologis, bukan teori neurologis.
Belajar adalah perubahan dalam perilaku yang merupakan refleksi definisi mekanistis S-R.
6.Teori Belajar dalam Situasi Sekolah
19
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Dr. E.J. Swenson meneliti keefektifan belajar anak-anak kelas dua dalam hal kombinasi-
kombinasi tambahan dalam tiga jenis proses belajar-mengajar. Menurutnya metode
generalisasi yang bermakna adalah signifikan superior dalam jumlah-jumlah kombinasi yang
dipelajari, dalam retensi, dan dalam transfer. Dia menekankan active discovery.
Pendayagunaan Belajar
Ulangan dan Belajar
Dalam teori belajar dikenal prinsip contiguity dan prinsip ulangan (repetition). Dalam prinsip
contiguity dapat kita mengasosiasikan dua hal bila kita mengalaminya pada waktu yang kira-kira
bersamaan. Dalam prinsip ulangan kita hanya membedakan asosiasi-asosiasi melalui pengalaman.
Transfer Belajar
William Clark traw menyatakan: “transfer is the name for the fact that the experience of learning
in one situation influences learning and performance in other situation.”
Menurut doktrin generalisasi stimulus-respon, transfer dapat dipandang sebagai konsep-konsep
yang timbul dalam eksperimentasi.
Prinsip-prinsip Belajar-Mengajar
Prinsip belajar Mengajar:
1. Belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku siswa.
2. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu.
3. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi, dan
melalui penguatan.
4. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis, dan
reorganisasi pengalaman.
5. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tak
langsung melalui bantuan pengalaman yang ganti.
6. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar diri individu.
7. Belajar sering dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang perlu dipecahkan.
8. Hasil belajar dapat di transfer ke dalam situasi lain.
20
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB VI
DASAR-DASAR PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
Prinsip Perkembangan
1. Perkembangan sebagai fungsi interaksi antara organism dengan lingkungan.
2. Perkembangan berlangsung lebih cepat pada tahun-tahun permulaan.
3. Pola-pola tingkah laku berkembang secara berurutan.
4. Laju perkembangan bersifat individual.
5. Perkembangan itu merupakan diferensiasi dan integrasi.
Perkembangan Inteligensi
Konsep tentang Inteligensi adalah kemampuan untuk memudahkan penyesuaian secara tepat
terhadap berbagai segi dari seluruh lingkungan seseorang.
Fungsi Inteligensi
Fungsi inteligensi yaitu kemampuan-kemampuan untuk belajar di dalam situasi-situasi yang
beraneka ragam, memahami dan membandingkan fakta-fakta yang luas, halus, dan abstrak dengan
cepat dan tepat, memusatkan proses-proses mental terhadap masalah-masalah dan menunjukkan
fleksibilitas dan kecerdikan dalam upaya mencari cara-cara penyelesaian.
b.Lingkungan
Penelitian terhadap anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan kumuh di kota besar rata-rata IQ
nya lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka dari masyarakat golongan
menengah.
21
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
c.Kelamin
Anak laki-laki (sebagai suatu kelompok) memperlihatkan variabilitas yang lebih besar daripada
anak perempuan dalam penyebaran inteligensi.
d.Ras
Perbedaan-perbedaan di antara ras dalam hal inteligensi sangat signifikan
Perubahan IQ
Faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan IQ adalah sebagai berikut:
• Pendidikan
• Iklim dalam lingkungan
• Lingkungan
• Keluarga
Perkembangan Emosi
Emosi dapat dirumuskan sebagai keadaan perasaan atau pengalaman afektif yang mengiringi
suasana bergejolak dalam diri seseorang. Implikasinya adalah bahwa para siswa harus ditolong
untuk dapat mengontrol emosinya agar berkembang ke arah hal-hal yang positif dan
konstruktif.Emosi merupakan efek kumulatif dari perangsang. Banyak anak yang datang ke
sekolah dengan emosi yang tidak baik, misalnya lekas marah, mudah tersinggung.
Kematangan Emosi
Kematangan berarti perkembangan yang penuh, pengertiannya secara psikologis bersifat
fleksibel.Kriteria untuk kematangan emosi. Kriteria kematangan emosi ini perlu dipahami oleh
setiap orang sesuai dengan tahap perkembangannya.
22
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB VIII
ANAK SEBAGAI SISWA
23
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Anak harus dibebaskan dari ikatan-ikatan dan hambatan-hambatan serta disiplin yang diatur oleh
orang dewasa. Anak harus berkembang sebaik mungkin sesuai dengan minat dan pola alami
perkembangan manusia.
Walden Two
Cara lain untuk memperbaiki hakikat manusia dan masyarakat manusia ialah melakukan kontrol
terhadap hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga anak menjadi suatu pribadi
(person) seperti yang diinginkan oleh pendidikan.
Masalah Anak Sekolah dalam Kaitannya dengan Orang Tua
Ack Rouman mengemukakan bahwa terdapat kaitan yang erat antara keadaan masyarakat,
khususnya yang memungkinkan para ibu bekerja di luar rumah, dengan timbulnya masalah-
masalah di kalangan anak-anak.
Pengaruh Mulai Bersekolah
Pengalaman pertama masuk sekolah (beginning first grade) memainkan peran yang penting dalam
sosialisasi anak.
Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Perilaku Anak
Faktor lingkungan sekolah besar pengaruhnya terhadap perkembangan perilaku anak. Yang
termasuk lingkungan sekolah adalah perilaku dan pribadi guru, perilaku teman sekolah, kondisi
bangunan sekolah, dan kurikulum serta sistem instruksional yang diterapkan terhadap anak-anak
tersebut.
24
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Mempermudah Belajar Remaja
Program sekolah yang konvensional dan berstruktur sangat baik bagi para siswa dari golongan
menengah. Bagi para siswa dengan latar belakang dan motivasi yang berbeda, program
konvensional ini menghasilkan perenggangan (alienation).
Perlunya Pembinaan Kemampuan Profesional Guru
Salah satu dimensi kemampuan profesional adalah kemampuan kepribadian. Dengan kata lain,
tiap guru harus memiliki kepribadian yang matang, dan dengan kepribadian itu dia mampu
bertindak sebagai pribadi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian siswa.
Kesehatan Psikologis
Sejak bertahun-tahun lamanya telah dilakukan banyak usaha untuk mengetahui mengapa banyak
siswa yang mengalami ketidakpuasan di sekolah. Dalam praktiknya banyak siswa yang
mengalami kegagalan dan putus sekolah karena rendahnya moral sebagai akibat kurang efektifnya
sekolah yang menimbulkan ketidakpuasan sehingga berakibat langsung terhadap penurunan
output sekolah.
Kesukaran Remaja yang Defiant
Defiant adalah bagian dari persil dalam proses pertumbuhan moral. Perilaku defiance merupakan
antagonism terhadap sikap orang dewasa sendiri yang menempatkan dirinya dalam kelas atau
kelompok tersendiri sehingga mereka memberikan reaksi lebih banyak dengan perasaan
dibandingkan dengan tindakan berdasarkan dengan pemikiran.
Implikasi Guru
Jansen mengemukakan sejumlah preposisi yang perlu untuk mengarahkan tindakan guru terhadap
para remaja, dan kemudian menyarankan beberapa implikasi bagi guru.
Preposisi-preposisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Motif dasar semua organism adalah konservasi dan pemberian kesempatan bagi fenomena
diri (self).
2. Keberhasilan diartikan dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan personal, bukan pada
ukuran-ukuran yang ditentukan oleh orang lain.
3. Perilaku itu rasional.
4. Remaja bertindak untuk mempertahankan fenomena self-nya.
5. Ruang gerak bebas mempengaruhi perilaku dan penyesuaian diri para remaja.
6. Salah satu masalah pokok yang dihadapi oleh remaja adalah pelaksanaan tugas-tugas
perkembangan bagi kelompoknya.
25
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB IX
BELAJAR DAN MENGAJARKAN PERILAKU
Jenis Konsep
Atribut-atribut berkombinasi dengan tiga cara untuk menghasilkan tiga jenis atau tipe konsep;
conjunctive concept, disjunctive concept, dan relational concept.
Kegunaan Konsep dan Prinsip
Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling tidak punya pengaruh tertentu.
1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan.
2. Konsep membantu kita dalam mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar kita
3. Konsep dan prinsip membantu kita dalam mempelajari sesuatu yang baru dengan lebih
luas dan lebih maju.
4. Konsep dan prinsip mengarahkan kegiatan instrumental.
5. Konsep dan prinsip memungkinkan pelaksanaan pengajaran.
6. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda dalam kelas yang sama.
Pengajaran Prinsip
Prinsip merupakan kombinasi konsep-konsep, bukan penjumlahan beberapa konsep yang
dikaitkan dalam satu kalimat. Langkah-langkah pelaksanaan pengajaran prinsip adalah sebagai
berikut:
1. Menetapkan perilaku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah mempelajari prinsip
baru.
2. Menunjukkan konsep atau prinsip yang harus diungkapkan kembali untuk mempelajari
prinsip baru.
3. Membantu siswa untuk mengungkapkan kembali penguasaan prerekuisit (pengalaman-
persepsi) mengenai komponen konsep yang telah dimiliki mereka
4. Membantu siswa mengombinasikan dan menyusun konsep menjadi suatu prinsip.
5. Memberikan latihan pengembangan prinsip dan penguatan respons siswa.
26
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
6. Menilai belajar prinsip.
Kondisi Belajar
Kondisi belajar penting untuk mempelajari keterampilan. Ada tiga kondisi pokok: contiguity,
latihan (practice), dan balikan (feedback).
Belajar Kelompok
Proses kelompok memiliki karakteristik atau segi-segi relasi, interaksi, partisipasi, kontribusi,
afeksi, dan dinamika.
Bentuk-bentuk Pengajaran Kelompok
1. Kerja kelompok.
2. Proses kelompok untuk menyelesaikan masalah.
3. Diskusi kelas terbimbing.
4. Diskusi ceramah.
5. Diskusi formal.
Pengajaran Individual
Perbedaan Individual
27
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
Beberapa jenis dan ciri perbedaan individual:
1. Kecerdasan (inteligensi).
2. Bakat (aptitude).
3. Keadaan jasmani (physical fitness).
4. Penyesuaian sosial dan emosional.
5. Latar belakang keluarga.
6. Prestasi belajar (academic achievement)
7. Anak-anak yang mengalami kesulitan seperti handicap jasmani, kesulitan berbicara, dan
kesulitan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial.
Penyediaan Pengalaman Belajar
1. Teaching machine.
2. Memperluas kesempatan belajar.
3. Prinsip memilih sendiri (self-selection)
4. Pelaksanaan prinsip-prinsip belajar di kelas.
5. Fungsi pengajaran.
Bentuk-bentuk pengajaran Individual
1. Akselerasi dan program tambahan.
2. Kelas khusus bagi anak-anak yang cerdas.
3. Memperkaya dan memperluas kurikulum.
4. Pelajaran pilihan (elective subjects).
5. Diferensiasi pemberian tugas dan pemberian tugas yang fleksibel.
6. Sistem tutorial.
7. Remedial class bagi para siswa yang lamban.
8. Bimbingan individual.
9. Pengelompokkan berdasarkan abilitas.
10. Pengelompokkan informal (small group within class)
11. Periode supervise individual.
28
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
BAB X
MOTIVASI BELAJAR
Prinsip Motivasi
Ada 17 prinsip motivasi yang dapat dilaksanakan:
1. Pujian lebih efektif daripada hukuman.
2. Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat
pemuasan.
3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan
dari luar.
4. Jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan
(reinforcement).
5. Motivasi mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain.
6. Pemahaman yang jelas tentang tujuanbelajar akan merangsang motivasi.
29
Psikology Pendidikan
Prepared by. Haposan Simanjuntak
7. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar
untuk mengerjakannya.
8. Puji-pujian yang datangnya dari luar (eksternal rewards).
9. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam.
10. Minat yang dimiliki oleh siswa.
11. Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa.
12. Tekanan dari kelompok siswa.
13. Motivasi yang tinggi.
14. Kecemasan akan menimbulkan kesulitan belajar.
15. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik.
16. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi.
17. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlainan.
PENILAIAN PERILAKU
Penilaian dan pengukuran berbeda secara kualitatif dan kuantitatif, tetapi pengukuran perlu
karena menjadi landasan untuk melakukan penilaian. Penilaian dilaksanakan berdasarkan asas-
asas kuantitas dan kualitas, berkesinambungan, bersifat objektif, bersifat kooperatif, dan bersifat
konstruktif.
Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan tes baik lisan maupun tertulis. Tes tertulis terdiri
atas sejumlah soal yang disusun dalam bentuk uraian dan atau bentuk objektif. Soal-soal bentuk
objektif disusun dalam bentuk jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda
yang pada umumnya disusun untuk menilai aspek pengetahuan.
30