5 Pendekatan Penelitian Kualitatif-Jhon Creswell
5 Pendekatan Penelitian Kualitatif-Jhon Creswell
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................4
2.1 Penelitian Naratif (Narrative Research) .....................................................................4
2.1.1 Definisi dan Latarbelakang .........................................................................................4
2.1.2 Tipe Penelitian Naratif ................................................................................................5
2.1.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Naratif ....................................................................6
2.1.4 Jenis Penelitian Naratif ...............................................................................................7
2.2 Penelitian Fenomenologi (Phenomenology Research) ............................................7
2.2.1 Definisi dan Latar Belakang .......................................................................................7
2.2.2 Tipe Penelitian Fenomenologi ....................................................................................8
2.2.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Fenomenologi ........................................................9
2.3 Penelitian Membumi (Grounded Theory)...............................................................10
2.3.1 Definisi dan Latarbelakang .......................................................................................10
2.3.2 Tipe Grounded Research Theory ..............................................................................13
2.3.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Grounded Theory .................................................17
2.4 Penelitian Etnografi (Ethnography Research) .......................................................17
2.4.1 Definisi dan Latarbelakang .......................................................................................17
2.4.2 Tipe Penelitian Etnografi ..........................................................................................17
2.4.3 Jenis-Jenis Etnografi .................................................................................................18
2.4.4 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Etnografi ..............................................................19
2.5 Penelitian Studi Kasus (Case Study Research)........................................................20
2.5.1 Definisi dan Latarbelakang .......................................................................................20
2.5.2 Tipe Penelitian Studi Kasus ......................................................................................20
2.5.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Studi Kasus ..........................................................21
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................24
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 3
BAB I
PENDAHULUAN
Ada hal penting yang harus dipahami oleh setiap orang yang belajar penelitian
kualitatif yakni apa yang disebut sebagai orientasi teoretis atau perspektif teoritis? Apa yang
dicari oleh ahli metodologi kualitatif dalam penelitiannya? Bagaimana ia melakukan
penelitiannya? Dan bagaimana ia menafsirkan penelitannya itu? Semuanya bergantung pada
perspektif teori. Bila kita menyebut ‘orientasi teoretis’ atau ‘perspektif teoretis’, maka kita
berbicara tentang cara memandang dunia, apa yang dianggap penting oleh orang dan apa
yang menyebabkan segala sesuatu berjalan. Disebutkan atau tidak, semua riset dibimbing
oleh orientasi teoretis. Peneliti yang baik, menyadari landasan teoretisnya dan
menggunakannya untuk keperluan mengumpulkan dan menganalisis data. Teori menyatukan
data dan mencegah riset membuat gambaran yang tidak berarah dan tidak sistematis.
Dalam tulisan ini, akan dibahas beberapa teori dan jenis penelitian yang ada dalam
penelitian kualitatif yakni Penelitian Naratif (Narrative Research), Penelitian Fenomenologi
(Phenomenology Research), Penelitian Teori Membumi (Grounded Theory Research),
Penelitian Etnografi (Ethnography Research), dan Penelitian Studi Kasus (Case Study
Research). Sumber utama yang dipakai sebagai rujukan dalam tulisan ini adalah Buku karya
Jhon W. Creswell berjudul ‘Qualitative Inquiry & Research Design-Choosing Among Five
Approaches. Dipublikasikan oleh Sage Publications-London pada tahun 2007.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 4
BAB II
PEMBAHASAN
Penelitian naratif adalah studi tentang cerita. Dalam beberapa hal cerita dapat muncul
sebagai catatan sejarah, sebagai novel fiksi, seperti dongeng, sebagai autobi-ographies, dan
genre lainnya. Cerita ditulis melalui proses mendengarkan dari orang lain atau bertemu secara
langsung dengan pelaku melelui wawancara. Studi tentang cerita dilakukan dalam berbagai
disiplin keilmuan, termasuk sastra kritik, sejarah, filsafat, teori organisasi, dan sosial ilmu
pengetahuan. Dalam ilmu sosial, cerita dipelajari oleh para antropolog, sosiologis, psikolog,
dan pendidik.
Penelitian naratif mempunyai banyak bentuk dan berakar dari disiplin ilmu
kemanusiaan dan sosial yang berbeda. Naratif bisa berarti terma yang diberikan pada teks
atau wacana tertentu, atau teks yang digunakan dalam konteks atau bentuk penyelidikan
dalam penelitian kualitatif. Naratif dipahami sebagai sebuah teks tertulis atau lisan yang
memberikan sebuah catatan tentang suatu kejadian, peristiwa atau rangkaian kejadian, dan
rangkaian peristiwa yang dihubungkan secara kronologis.
Penelitian naratif biasanya digunakan ketika peneliti ingin membuat laporan naratif
dari cerita individu. Peneliti membuat ikatan dengan partisipan dengan tujuan supaya peneliti
maupun partisipan merasa nyaman. Bagi partisipan berbagi cerita akan merasa ceritanya itu
penting dan merasa didengarkan. Penelitian naratif juga digunakan ketika cerita memiliki
kronologi peristiwa. Penelitian ini berfokus pada gambar mikroanalitik (cerita individu)
daripada gambar yang lebih luas tentang norma kebudayaan, seperti dalam etnografi, atau
teori-teori umum dan abstrak, seperti dalam grounded theory.
Desain penelitian naratif ditinjau secara luas dalam bidang pendidikan pada tahun
1990. Oleh seorang Tokoh pendidikan D. Jean Clandinin dan Michael Connelly untuk
1
Jhon W. Creswell. Research Design ‘Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed’. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar). 2013. P. 21
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 5
pertama kalinya memberikan tinjauan penelitian naratif dalam bidang pendidikan. Mereka
menyebutkan dalam tulisannya beberapa aplikasi penelitian naratif dalam ilmu sosial,
menguraikan proses pengumpulan catatan-catatan naratif dan mendiskusikan struktur atau
kerangka penelitian dan penulisan laporan penelitian naratif.
Dikaji dari Struktur Naratif, Gaya naratif merupakan kekuatan dari riset kualitatif,
tekniknya sama dengan bentuk story telling dimana cara penguraian yang menguraikan batas-
batas fiksi, jurnalisme dan laporan akademis, “narratives in story telling modes blur the lines
between fiction, jurnalism and scholarly studies”.
Chase (2005) dalam Cresswell menyajikan pendekatan yang tidak jauh berbeda
dengan definisi analisis naratif milik Polkinghorne. Chase menyarankan bahwa peneliti boleh
menggunakan alasan paradigmatik untuk kajian naratif, seperti bagaimana individu
dimampukan dan dipaksa oleh sumberdaya sosial, disituasikan secara sosial dalam
penampilan interaktif, dan bagaimana pencerita membangun interpretasi.
Pendekatan lainnya menekankan pada ragam bentuk yang ditemukan dalam praktik-
praktik penelitian naratif. Kajian biografi adalah bentuk kajian naratif di mana peneliti
menulis dan mencatat pengalaman kehidupan seseorang. Autobiografi ditulis dan dicatat oleh
2
Santana K Septian. Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Anggota IKAPI DKI
Jakarta).2007. P. 82
3
Jhon W. Cresswell. Second Edition-Qualitative Inquiry & Research Design ‘Choosing Among Five Approaches’
(London: Sage Publications) 2007. P,54.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 6
individu sebagai subjek kajian. Sejarah hidup (life histories) memotret seluruh kehidupan
seseorang. Cerita pengalaman seseorang adalah kajian naratif terhadap pengalaman personal
seseorang yang ditemukan dalam episode majemuk atau tunggal, situasi pribadi, atau cerita
rakyat komunal (communal folklore). Sejarah lisan terdiri dari kumpulan refleksi personal
terhadap kejadian dan sebab akibat kejadian tersebut dari satu atau beberapa individu. Kajian
naratif bisa jadi memiliki fokus kontekstual yang spesifik, seperti guru atau murid di kelas,
cerita tentang organisasi, atau cerita yang diceritakan tentang organisasi.
Dengan kata lain, tipe dari penelitian naratif ini adalah adanya kemampuan dari
peneliti sendiri untuk membangun interpretasi tentang situasi sosial dan fenomena yang ia
cerap secara inderawi ataupun melalui dirinya sendiri sebagai pencerita. Selain itu,
kemampuan mendeskripsikan suatu peristiwa juga menjadi tipe dari jenis penelitian ini,
dimana hasil deskripsi tersebut kemudian dikonfigurasikan dalam sebuah alur cerita yang
runtun dan berkesinambungan.
a) Menentukan problem penelitian atau pertanyaan terbaik yang tepat untuk penelitian
naratif. Setiap penelitian pastilah berangkat dari sebuah masalah yang harus diteliti,
demikianpun dengan penelitian naratif yang berawal dari penentuan masalah dan
merumuskan masalah tersebut secara lebih detail. Penelitian naratif adalah penelitian
terbaik untuk menangkap cerita detail atau pengalaman kehidupan terhadap
kehidupan tunggal atau kehidupan sejumlah individu.
b) Menyeleksi satu atau lebih individu yang memiliki cerita atau pengalaman kehidupan
untuk diceritakan, dan menghabiskan waktu (sesuai pertimbangan) bersama mereka
untuk mengumpulkan cerita mereka melalui tipe majemuk informasi. Penyeleksian
individu harus berdasarkan ketepatan peneliti dalam menentukan individu mana yang
akan dideskripsikan pengalaman atau ceritanya.
c) Mengumpulkan cerita tentang konteks cerita tersebut. pada tahap ini, peneliti akan
mencari konteks apa yang melatarbelakangi pengalaman yang dialami oleh individu
yang akan diteliti. Pengumpulan cerita tentang konteks, membutuhkan ketelitian dari
peneliti untuk membatasi cerita-cerita mana saja yang dapat dikategorikan sebagai
data yang akan dipakai peneliti dalam menyusun penelitiannya.
d) Menganalisa cerita partisipan dan kemudian menceritakan ulang (Re-Story) cerita
mereka ke dalam kerangka kerja yang masuk akal. Restorying adalah proses
organisasi ulang cerita ke dalam beberapa tipe umum kerangka kerja. Kerangka kerja
ini meliputi pengumpulan informasi, penganalisaan informasi untuk elemen kunci
cerita (misalnya: waktu, tempat, alur, dan scene/adegan) dan menulis ulang cerita
guna menempatkan mereka dalam rangkaian secara kronologis.
e) Berkolaborasi dengan partisipan melalui pelibatan aktif mereka dalam penelitian.
Mengingat para peneliti mengumpulkan cerita, maka mereka menegosiasikan
hubungan, transisi yang halus, dan menyediakan cara yang berguna bagi partisipan.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 7
Dalam tahap ini, peneliti dan partisipan yang akan bercerita, saling bertukar pikiran
tentang apa yang dialami oleh masing-masing dari mereka. Keterlibatan aktif berarti
peneliti dan partisipan dituntut untuk secara menyeluruh (Holistic) mendeskripsikan
pengalaman mereka dan menguraikan dalam tulisan yang komperehensif hasil
deskripsi pengalaman tersebut.
Menurut Polkinghorne (1955) ada dua pendekatan yang bisa diambil yaitu
pendekatan dengan membedakan antara analisis narasi dan analisis naratif dapat di pahami
juga degan narasi sebagai data: data sebagai narasi.4Adapun Jenis narasi (narrative) yang
dapat dilihat dengan mengetahui pendekatan apa yang digunakan adalah yang pertama
Analisis narasi. Analisis narasi adalah sebuah paradigma dengan cara berpikir untuk
membuat deskripsi tema yang tertulis dalam cerita atau taksonomi. Kemudian yang kedua
adalah Analisis naratif. Analisis naratif adalah sebuah paradigma dengan mengumpulkan
deskripsi peristiwa atau kejadian dan kemudian menyusunya menjadi cerita dengan
menggunakan alur cerita.
Dari kedua pendekatan tersebut Pendekatan kedua adalah untuk menekankan berbagai
bentuk yang ditemukan pada praktek penelitian naratif. Misalnya: sebuh otobiografi, biografi,
dokumen pribadi, riwayat hidup, personal accounts, etnobiografi, otoetnografi. Jika peneliti
merencanakan melakukan studi naratif, maka perlu mempertimbangkan jenis studi naratif apa
yang akan dilakukan. Dalam studi naratif, untuk mengetahui jenis naratif apa yang akan
digunakan memang penting, tetapi yang lebih penting adalah mengetahui karakteristik
esensial dari tiap-tiap jenis.
Karakteristik esensial adalah karakter yang lebih halus dari karakter eksistensial.
Karakter esensial cenderung tidak terlihat pada partisipan yang diteliti apabila peneliti tidak
memakai gaya berpikir yang abstrak dan filosofis. Gaya berpikir yang abstrak dan filosofis
mengharuskan peneliti melihat jauh sampai kepada apa yang mendasari karakter seseorang
secara Inhern atau dari dalam sehingga darinya dihasilkan sebuah cerita yang benar-benar
berangkat dari pengalaman pribadi dan bukan hanya sekedar karangan belaka yang memang
tak pernah dialami sama sekali oleh partisipan tersebut.
4
Donald E Polkinghorne. Narrative In Research, (Los Angeles: University of Southern California)2007, P.12
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 8
Sifat dari metode penelitian kualitatif adalah menggali nilai-nilai dalam pengalaman
dan kehidupan manusia, fokus penelitian adalah pada keseluruhannya, bukan pada perbagian
yang membentuk keseluruhan itu, tujuan penelitian adalah menemukan makna dan hakikat
dari pengalaman;bukan sekedar mencari penjelasan atau sekedar mencari ukuran dari relitas,
memperoleh gambaran dari sudut pandang orang pertama melalui wawancara formal dan
informal, data yang diperoleh adalah dasar bagi pengetahuan ilmiah untuk memahami realita,
dan pertanyaan yang dibuat merefleksikan kepentingan, keterlibatan dan komitmen pribadi
dari peneliti7.
Salah satu poin penting yang menjadi kelebihan atau tipe dari studi fenomenologis
adalah pengalaman yang tersembunyi di dalam aspek filosofis dan psikologis individu dapat
5
Op.,Cit. Jhon W. Creswell. 2013. P,21
6
Dr. Mohammad Mulyadi. AP, M.Si. Metode Penelitian Praktis KUANTITATIF KUALITATIF. (Jakarta: Publica
Institute) 2004 . P..23.
7
Prof.Dr.Engkus Kuswarno, M.S. Metode penelitian komunikasi FENOMENOLOGI konsepsi,pedoman, dan
contoh penelitiannya. (Bandung: Penerbit Widya Padjadjaran) 2009. Hal. 36
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 9
terungkap melalui narasi sehingga peneliti dan pembaca seolah dapat mengerti pengalaman
hidup yang dialami oleh subjek penelitian.
Tujuan dari penelitian fenomenologis, seperti yang sudah disinggung di awal adalah
mereduksi pengalaman individual terhadap suatu fenomena ke dalam deskripsi yang
menjelaskan tentang esensi universal dari fenomena tersebut. Fenomenolog berupaya
”memahami esensi dari suatu fenomena”.
Creswell memberi satu contoh esensi universal dari suatu fenomena yang menurut
saya cukup mudah dipahami, yaitu duka cita. Duka cita adalah fenomena yang dialami oleh
individu secara universal. Duka cita memiliki esensi universal yang dialami oleh individu
terlepas dari siapa objek yang hilang atau meninggalkannya sehingga sekelompok individu
tersebut berduka. Entah orang terdekatnya yang hilang atau hewan peliharaan yang
disayanginya, duka cita memiliki esensi universal sehingga sangat mungkin diteliti secara
fenomenologis.
Fenomenologi melihat realita yang tampak lebih jauh dalam entitas terdalam dari
objek. Penelitian fenomenologi mengharuskan peneliti untuk ‘berempati’ dengan objek
penelitian. Peneliti harus merasakan secara langsung apa yang merupakan pengalaman dari
objek penelitiannya. Merasakan secara langsung dapat memberi suatu gambaran jelas tentang
realitas apa yang terjadi dan sedang dialami oleh objek penelitiannya. Kegagalan dan
penelitian fenomenologi dapat diakbitkan oleh ketidakmampuan peneliti untuk merasakan
secara sama apa yang dirasakan objek penelitiannya, dalam artian ini adalah peneliti tidak
melihat realitas sampai pada unsur terdalamnya.
Bila kita melakukan studi fenomenologi, maka cerita oral tentang pengalaman hidup
menjadi bentuk data primer yang wajib dikumpulkan. Untuk memperoleh data tersebut tentu
saja dibutuhkan keterbukaan informan untuk mengungkapkan apa yang dialaminya di masa
lalu. Beberapa langkah perlu dipahami ketika melaksanakan riset fenomenologis. Saya
merujuk pada pendapat pakar metodologi Creswell dalam pemaparan langkah-langkah ini8:
1. Pertama, peneliti memastikan bahwa apakah rumusan masalah yang dibuat relevan
untuk diteliti menggunakan pendekatan fenomenologis. Rumusan masalah penelitian
yang relevan menerapkan fenomenologi adalah masalah penelitian dimana sangat
penting untuk memahami pengalaman pribadi yang dirasakan sekelompok individu
terhadap suatu fenomena yang dialaminya. Pemahaman terhadap pengalaman tersebut
8
Op. Cit. Creswell. 2007,. P.61
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 10
contoh secara teoretis (Teoretical Sampling) atas kelompok yang berbeda untuk
memaksimalkan kesamaan dan perbedaan informasi9.
Sebagai sebuah pendekatan riset, grounded theory memiliki posisi yang sama dengan
beberapa orientasi lain, seperti studi kasus. Grounded Theory adalah sebuah pendekatan yang
refleksif dan terbuka, di mana pengumpulan data, pengembangan data, pengembangan
konsep teorities, dan ulasan literatur berlangsung dalam proses siklus yang berkelanjutan10.
Penggunaan hukum kausalitas sebagai dasar penyusunan teori. Seperti diketahui, bahwa
dalam epistemologi ilmiah, prinsip kausalitas adalah salah asumsi dasar bagi pengembangan
ilmu pengetahuan, karena sangat diyakini bahwa segala hal yang terjadi di alam ini tidak
lepas dari hukum sebab-akibat.
Penelitian ini adalah versi lain dari penelitian kualitatif. Grounded Theory ini
merupakan reaksi yang tajam dan sekaligus member jalan keluar dari “ stagnasi teori” dalam
ilmu-ilmu social, dengan menitik beratkan sosiologi11.Disiplin ilmu yang mempengaruhi
Grounded Theory adalah sosiologi, terutama madzab interaksionisme simbolik.
Interaksionisme simbolik berfokus pada interaksi antar manusia. metode ini dapat dan telah
digunakan dengan baik di berbagai disiplin ilmu, seperti pendidikan, keperawatan, ilmu
politik, dan psikologi. Khusus di bidang pendidikan.
Menurut penggagasnya yaitu Barney Galser dan Anselm Strauss, Grounded theory
tertulis sebagai the discovery of theory from data which we call grounded theory ajaran
utama pendekatan ini adalah, bahwa teori harus muncul dari data atau dengan kata lain, teori
harus berasal (grounded) dalam data. Ungkapan grounded theory merujuk pada teori yang
dibangun secara induktif dari satu kumpulan data bila dilakukan dengan baik. Maka teori
yang dihasilkan akan sangat sesuai dengan kumpulan data tadi12.
9
Op. Cit. Creswell.2013. P.20
10
Daymon, Cristin, dan Holloway, Immy .Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing
Communication.( Yogyakarta: Bentang) 2008. .P. 181
11
Bungin,Burhan.(MetodologiPenelitian Sosial, Format-format kuantitatif dan kualitatif.(Surabaya: Airlangga
University Press) 2001. P. 8-9
12
Agus Salim. Teori dan Paradigma penelitian Sosial. (Yogyakarta: Tiara Wacana) 2001. P. 110
13
Op. Cit, Daymond Cristin. 2008.P.182
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 12
Grounded research menyajikan suatu pendekatan yang baru data merupakan sumber
teori, teori berdasarkan data, dan karena itu dinamakan grounded. Kategori-kategori dan
konsep-konsep dikembangkan oleh peneliti di lapangan. Data yang bertambah dimanfaatkan
untuk verivikasi teori yang timbul di lapangan yang terus menerus disempurnakan selama
penelitian berlangsung15.
14
Tatang Amirin, Menyusun Rencana Penelitian.Ed,I.,Cet.3.(.Jakarta: PT.Raja Grafindo) 1995. P.121-122
15
Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai. 1989.(Jakarta: LP3ES) 1989.P. 8-9
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 13
Penelitian Grounded Theory dikembangkan pertama kali pada tahun 1960-an oleh dua
ahli sosiologi, Barney Glaser and Anselm Strauss, berdasarkan penelitian yang mereka
lakukan pada pasien-pasien berpenyakit akut di Rumah Sakit Universitas California, San
francisco. Glaser dari Universitas Columbia yang desertasi doktornya (1961) tentang karir
professional para ilmuan. Penelitian untuk desertasinya ini menggunakan pendekatan
kualitatif terhadap data sekunder. Gleser sangat terpengaruh oleh pola kerja pikiran induktif
(baik kualitatif maupun kuantitatif) yang dikembangkan oleh Paul Lazarsfeld dan koleganya.
Desertasi Gleser di bimbing oleh Robert K. Merton yang menjadi murid Talcott Persons.
Setelah lulus program doktornya, Gleser bergabung dengan university of California Medical
Center di San Fransisco, tempat ia kemudian bertemu dengan Anselm L. Strauss (sosiolog)
yang menyelesaikan program doktornya (1945) di University of Cicago. Strauss cenderung
untuk berkonsentrasi dalam menentukan prosedur dalam mengaplikasikan pendekatan.
Sedangkan Gleser menentang perubahan apapun dari gagasan awalnya. Dua versi grounded
theory kemudian muncul, straussian dan glaserian16.
Perubahan yang terjadi di kalangan peneliti sosial, menjadikan perubahan pula pada
aspek pemanfaatan metode grounded theory seperti: Kombinasi metode grounded theory
dengan metode lain, maka akan menghasilkan ragam-ragam model grounded theory dalam
berbagai pokok masalah dan disiplin ilmu pengetahuan. Prosedur yang digunakan dalam
metode mungkin akan lebih dielaborasi. Posedur ini akan disesuaikan dengan substansi kajian
yang terus menerus akan dikembangkan. Berbagai teori atau interpretasi akan terus
dikembangkan oleh ilmuan yang berbeda dari disiplin yang berbeda pula.
1) Pendekatan Proses
Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa setiap fenomena sosial merupakan hasil
proses tindakan atau interaksi antar individu. Dalam penelitian Grounded Theory, proses
merujuk pada urutan tindakan-tindakan dan interaksi antar manusia dan peristiwa-peristiwa
yang berhubungan dengan sebuah topik, seperti pengalihbahasaan novel Animal Farm ke
dalam bahasa Indonesia. Dalam topik seperti ini, berdasarkan transkrip wawancara atau
catatan pengamatan yang dilakukan pada partisipan, peneliti Grounded Theory dapat
mengidentifikasi dan mengisolasi tindakan-tindakan dan interaksi antar manusia, aspek-aspek
yang diisolasi ini disebut kategori-kategori, yang digunakan sebagai tema-tema informasi
16
Op.Cit. Daymond Cristin.2008. P. 182
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 14
dasar dalam rangka memahami suatu proses .Guna menerapkan pendekatan Grounded
Theory dengan baik, Glaser dan Strauss menekankan bahwa peneliti harus fleksibel.
Mendekati studi dengan pikiran terbuka, dan tidak membuat asumsi sebelum riset di mulai.
Dengan memilih pendekatan Grounded Theory, peneliti memilih untuk beroperasi sebagai
penafsir data, bukan sekedar reporter (pelapor) atau orang yang menguraikan sebuah situasi.
Dalam hal ini peneliti harus terus menerus mencari hubungan antar konsep untuk
menghasilkan pola dan jaringan, yang lantas peneliti gunakan untuk mengembangkan teori-
teori atau setidaknya gagasan teoritis.
2) Sampling Teoritis
Dalam Grounded theory, digunakan “sampling teorities”. Penarikan sampel jenis ini
berpedoman pada gagasan-gagasan yang signifikan bagi teori yang muncul. Pada awal riset,
peneliti membuat keputusan penarikan sampel hanya untuk langkah awal saja. Pilih latar atau
fenomena yang ingin diteliti, pilih sekelompok orang atau individu tertentu yang bisa
memberikan informasi mengenai topic yang diteliti. Begitu riset diawali, peneliti mulai
menganalisis data awal, konsep baru akan muncul, kemudian peneliti bisa menerapkannya
pada sampel yang berbeda situasi, latar atau individu. Lantas berfokus pad aide baru guna
memperluas teori yang muncul. Penarikan sampel teoritis dilanjutkan hingga mencapai titik
jenuh, yaitu ketika tidak ada lagi informasi baru ( dalam data ) yang relevan dengan riset.
Dalam Grounded Theory, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah
populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara penyampelan teoritik, yaitu penyampelan yang
dilakukan. Dengan kata lain, penyampelan teoritik merupakan pengambilan sampel yang
dilakukan peneliti dengan cara memilih data-data atau konsep-konsep yang terbukti
berhubungan dengan dan mendukung secara teoritik teori yang sedang disusun. Tujuannya
adalah mengambil sampel peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran
yang secara langsung menjawab masalah penelitian.
Berkenaan dengan proposisi terakhir, pada hakikatnya fenomena yang telah terpilih
itulah yang dicari atau digali oleh peneliti selama mengumpulkan data. Karena fenomena itu
melekat dengan subyek yang diteliti, maka jumlah subyek pun terus bertambah sampai tidak
ditemukan lagi informasi baru yang diungkap oleh beberapa subyek yang terakhir. Itulah
sebabnya, penentuan sampel subyek dalam penelitian Grounded Theory, seperti halnya
penelitian kualitatif pada umumnya, tidak dapat direncanakan dari awal. Subyek-subyek yang
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 15
diteliti secara berproses ditentukan di lapangan, ketika pengumpulan data berlangsung. Cara
penyampelan inilah yang disebut dalam penelitian kualitatif sebagai snow bowl sampling.
Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam Grounded
Theory diarahkan dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar prosedur pengkodean. Ada
tiga pola penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan
data. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang ketiga penyampelan tersebut.
Penyampelan terbuka bertujuan untuk menemukan data sebanyak mungkin sepanjang
berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian. Karena pada tahap
awal itu peneliti belum yakin tentang konsep mana yang relevan secara teoritik, maka obyek
pengamatan dan orang-orang yang diwawancarai juga masih belum dibatasi. Data yang
terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal inilah kemudian dianalisis dengan
pengkodean terbuka.
Analisis data berlangsung selama riset berproses, mulai wawancara awal hingga
berakhir pada pengamatan. Analisis terdiri dari koding ( coding ) dan kategorisasi
(categorizing). Koding dilakukan terlebih dahulu pada permulaan riset. Koding
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 16
4) Kategori Inti
Dari seluruh kategori utama yang diperoleh dari data, peneliti memilih satu kategori
sebagai inti fenomena dalam rangka merumuskan teori. Setelah mengidentifikasi beberapa
kategori (misalnya, 8 hingga 10—tergantung pada besarnya database), peneliti memilih satu
kategori inti sebagai basis penulisan teori. Berikut ini adalah enam kriteria untuk menentukan
kategori inti. Kategori tersebut harus merupakan sentral, dalam artian kategori-kategori utama
lainnya dapat dihubungkan padanya. Kategori tersebut sering muncul dalam data, dengan
pengertian bahwa dalam semua kasus terdapat indikator-indikator yang merujuk pada
kategori inti tersebut. Penjelasan-penjelasan yang menghubungkan kategori-kategori bersifat
logis, konsisten dan tidak dipaksakan. Istilah atau frasa yang digunakan untuk menjelaskan
kategori inti harus abstrak.
Seiring dengan penyempurnaan konsep, teori berkembang dalam aspek kedalaman dan
kemampuan menjelaskan.Meskipun kondisi bervariasi, kategori inti masih mampu
menjelaskan seara akurat. Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa memilih kategori inti
terlalu awal adalah sangat riskan. Akan tetapi, bila terlihat bahwa salah satu kategori mucul
dengan frekuensi tinggi dan terhubung dengan jelas pada kategori-kategori lain, kategori itu
dapat dipilih sebagai kategori inti.
5) Perumusan Teori
Teori substantive muncul dari kajian terhadap kondisi sosial yang nyata seperti
manejemen hubungan konsumen, praktik professional, hubungan gender, kepemimpinan,
atau komunikasi internet. Karena teori ini menyajikan hubungan yang mendekati realitas
empirisnya, maka teori ini sangat berguna bagi para peneliti di arena bisnis atau professional.
Teori formal dikembangkan dari teori substantive. Teori ini dihasilkan dari berbagai
situasi dan latar yang berbeda-beda, bersifat konseptual dan memiliki generalitas yang tinggi.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 17
Cara untuk menghasilkan teori dengan metode grounded theory terdiri dari lima fase yang
harus diikuti: 1) Desain penelitian, 2) pengumpulan data, 3) penyusunan data, 4) analisis data
dan 5) pembanding dengan literature.
Dalam prosedur pelaksanaan penelitian ini, ada 9 langkah yang harus diikuti, meliputi
Etnografi adalah metode penelitian sosial dengan manusia dan budaya sebagai bidang
telaahnya. Harris (dalam Creswell, 2007) menyebutkan etnografi sebagai desain kualitatif
dimana peneliti menjabarkan dan menginterpretasikan pola nilai, perilaku, kepercayaan, dan
bahasa yang dimiliki dan dipelajari dan oleh suatu kelompok budaya. Etnografi dapat pula
dikatakan sebagai sebuah proses (teknik pengambilan data) sekaligus sebagai hasil penelitian.
Etnografi berkembang pada awal abad ke-20, sebagai metode yang digunakan oleh
antropolog dalam kajian perbandingan budaya, dimana antropolog menuliskan pengalaman
budaya kelompok ‘primitif’ secara etnosentris (lihat Denzin & Lincoln, 2005). Metode ini
kemudian diadaptasi oleh para sosiolog untuk membandingkan kelompok-kelompok budaya
di Amerika Serikat, dan diadaptasi pula oleh komunikolog untuk mengidentifikasi kode dan
simbol komunikasi serta konteks-konteks pertukarannya dalam sebuah kelompok (Lindlof &
Taylor, 2002).
1. Fokus pada budaya atau aspek budaya. Spradley (dalam Lambert et al, 2011)
menempatkan penelitian etnografi dalam dua kontinum: Micro dan Macro. Etnografi
micro adalah penelitian yang meneliti aspek budaya dalam sebuah situasi, beberapa
situasi, atau sebuah institusi sosial, sementara etnografi makro adalah penelitian
yang meneliti budaya beberapa komunitas dan masyarakat yang kompleks.
4. Perspektif emik dan etik. Kenyataan adalah bentukan persepsi yang tumpah tindih,
hasil interaksi seluruh pihak yang terlibat, termasuk peneliti sendiri. Dalam tulisan
etnografi, interaksi persepsi peneliti (etik) dan informan (emik) menghasilkan kualitas
yang reflektif. Dengan kata lain, etnografi adalah seni untuk “…analyzing cultural
phenomena from the perspective of an outsider (to whom it is strange) while seeking
to understand it from the perspective of an insider (to whom it is familiar)” (Gall et
all dalam Lechissa, 2017) .
(kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi
dan studi kasus observasi.
e. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap
peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah
tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai
dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin
tokoh kunci lainnya.
f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang
sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang
sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.
c) Analisis data:
setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan
mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses
mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data
dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis
data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data
terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;
d) Perbaikan (refinement):
meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya
clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang
telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan
dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam
kategori yang sudah ada;
e) Penulisan laporan:
laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan
suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk
mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke
dalam situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompik.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 22
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, Jhon. W. 2007. Second Edition-Qualitative Inquiry & Research Design ‘Choosing Among
Five Approaches’ (London: Sage Publications)
Creswell, Jhon. W. 2013.Research Design ‘Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif Dan Mixed’.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Santana, K. Septian. 2007.Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Anggota
Ikapi Dki Jakarta).
Polkinghorne, Donald. E. 2007. Narrative In Research, (Los Angeles: University Of Southern
California)
Mulyadi, Mohammad. 2004. Metode Penelitian Praktis Kuantitatif Kualitatif. (Jakarta: Publica
Institute)
Kuswarno, Engkus . 2009. Metode Penelitian Komunikasi Fenomenologi Konsepsi,Pedoman, Dan
Contoh Penelitiannya. (Bandung: Penerbit Widya Padjadjaran)
Daymon, Cristin. & Holloway, Immy. 2008 .Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam Public Relations
Dan Marketing Communication.( Yogyakarta: Bentang)
Bungin,Burhan. 2001. (Metodologipenelitian Sosial, Format-Format Kuantitatif Dan
Kualitatif.(Surabaya: Airlangga University Press)
Salim, Agus . 2001. Teori Dan Paradigma Penelitian Sosial. (Yogyakarta: Tiara Wacana)
Amirin,Tatang. 1995. Menyusun Rencana Penelitian.Ed,I.,Cet.3.(.Jakarta: Pt.Raja Grafindo)
Singarimbun, Masri . 1989. Metode Penelitian Survai. 1989.(Jakarta: Lp3es)