Anda di halaman 1dari 23

Agus Yudiawan

Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 2

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................4
2.1 Penelitian Naratif (Narrative Research) .....................................................................4
2.1.1 Definisi dan Latarbelakang .........................................................................................4
2.1.2 Tipe Penelitian Naratif ................................................................................................5
2.1.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Naratif ....................................................................6
2.1.4 Jenis Penelitian Naratif ...............................................................................................7
2.2 Penelitian Fenomenologi (Phenomenology Research) ............................................7
2.2.1 Definisi dan Latar Belakang .......................................................................................7
2.2.2 Tipe Penelitian Fenomenologi ....................................................................................8
2.2.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Fenomenologi ........................................................9
2.3 Penelitian Membumi (Grounded Theory)...............................................................10
2.3.1 Definisi dan Latarbelakang .......................................................................................10
2.3.2 Tipe Grounded Research Theory ..............................................................................13
2.3.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Grounded Theory .................................................17
2.4 Penelitian Etnografi (Ethnography Research) .......................................................17
2.4.1 Definisi dan Latarbelakang .......................................................................................17
2.4.2 Tipe Penelitian Etnografi ..........................................................................................17
2.4.3 Jenis-Jenis Etnografi .................................................................................................18
2.4.4 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Etnografi ..............................................................19
2.5 Penelitian Studi Kasus (Case Study Research)........................................................20
2.5.1 Definisi dan Latarbelakang .......................................................................................20
2.5.2 Tipe Penelitian Studi Kasus ......................................................................................20
2.5.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Studi Kasus ..........................................................21
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................24
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 3

BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami


makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah
sosial atau kemanusiaaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting
seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang
spesifik dari para partisipan, menganalisi data secara induktif mulai dari tema-tema khusus ke
tema-tema umum dan menafsirkan makna data. Laporan akhir penelitian ini memiliki struktur
atau kerangka yang fleksibel. Siapapun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus
menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus pada makna individual
dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.

Ada hal penting yang harus dipahami oleh setiap orang yang belajar penelitian
kualitatif yakni apa yang disebut sebagai orientasi teoretis atau perspektif teoritis? Apa yang
dicari oleh ahli metodologi kualitatif dalam penelitiannya? Bagaimana ia melakukan
penelitiannya? Dan bagaimana ia menafsirkan penelitannya itu? Semuanya bergantung pada
perspektif teori. Bila kita menyebut ‘orientasi teoretis’ atau ‘perspektif teoretis’, maka kita
berbicara tentang cara memandang dunia, apa yang dianggap penting oleh orang dan apa
yang menyebabkan segala sesuatu berjalan. Disebutkan atau tidak, semua riset dibimbing
oleh orientasi teoretis. Peneliti yang baik, menyadari landasan teoretisnya dan
menggunakannya untuk keperluan mengumpulkan dan menganalisis data. Teori menyatukan
data dan mencegah riset membuat gambaran yang tidak berarah dan tidak sistematis.

Dalam tulisan ini, akan dibahas beberapa teori dan jenis penelitian yang ada dalam
penelitian kualitatif yakni Penelitian Naratif (Narrative Research), Penelitian Fenomenologi
(Phenomenology Research), Penelitian Teori Membumi (Grounded Theory Research),
Penelitian Etnografi (Ethnography Research), dan Penelitian Studi Kasus (Case Study
Research). Sumber utama yang dipakai sebagai rujukan dalam tulisan ini adalah Buku karya
Jhon W. Creswell berjudul ‘Qualitative Inquiry & Research Design-Choosing Among Five
Approaches. Dipublikasikan oleh Sage Publications-London pada tahun 2007.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penelitian Naratif (Narrative Research)

2.1.1 Definisi dan Latarbelakang

Menurut Clandinin dan Conelly (2000), Penelitian naratif merupakan strategi


penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki kehidupan individu-individu dan meminta
seseorang atau sekelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini
kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam sebuah kronologi Naratif. Diakhir tahap
penelitian, peneliti harus menggabungkan dengan gaya naratif pandangan-pandangannya
tentang kehidupan partisipan dengan pandangannya tentang kehidupan peneliti
sendiri1.penelitian naratif banyak digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Inti dari metode
penelitian ini adalah kemampuannya untuk memahami identitas dan pandangan dunia
seseorang dengan mengacu pada cerita-cerita yang ia dengar maupun tuturkan setiap hari.

Penelitian naratif adalah studi tentang cerita. Dalam beberapa hal cerita dapat muncul
sebagai catatan sejarah, sebagai novel fiksi, seperti dongeng, sebagai autobi-ographies, dan
genre lainnya. Cerita ditulis melalui proses mendengarkan dari orang lain atau bertemu secara
langsung dengan pelaku melelui wawancara. Studi tentang cerita dilakukan dalam berbagai
disiplin keilmuan, termasuk sastra kritik, sejarah, filsafat, teori organisasi, dan sosial ilmu
pengetahuan. Dalam ilmu sosial, cerita dipelajari oleh para antropolog, sosiologis, psikolog,
dan pendidik.

Penelitian naratif mempunyai banyak bentuk dan berakar dari disiplin ilmu
kemanusiaan dan sosial yang berbeda. Naratif bisa berarti terma yang diberikan pada teks
atau wacana tertentu, atau teks yang digunakan dalam konteks atau bentuk penyelidikan
dalam penelitian kualitatif. Naratif dipahami sebagai sebuah teks tertulis atau lisan yang
memberikan sebuah catatan tentang suatu kejadian, peristiwa atau rangkaian kejadian, dan
rangkaian peristiwa yang dihubungkan secara kronologis.

Penelitian naratif biasanya digunakan ketika peneliti ingin membuat laporan naratif
dari cerita individu. Peneliti membuat ikatan dengan partisipan dengan tujuan supaya peneliti
maupun partisipan merasa nyaman. Bagi partisipan berbagi cerita akan merasa ceritanya itu
penting dan merasa didengarkan. Penelitian naratif juga digunakan ketika cerita memiliki
kronologi peristiwa. Penelitian ini berfokus pada gambar mikroanalitik (cerita individu)
daripada gambar yang lebih luas tentang norma kebudayaan, seperti dalam etnografi, atau
teori-teori umum dan abstrak, seperti dalam grounded theory.

Desain penelitian naratif ditinjau secara luas dalam bidang pendidikan pada tahun
1990. Oleh seorang Tokoh pendidikan D. Jean Clandinin dan Michael Connelly untuk
1
Jhon W. Creswell. Research Design ‘Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed’. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar). 2013. P. 21
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 5

pertama kalinya memberikan tinjauan penelitian naratif dalam bidang pendidikan. Mereka
menyebutkan dalam tulisannya beberapa aplikasi penelitian naratif dalam ilmu sosial,
menguraikan proses pengumpulan catatan-catatan naratif dan mendiskusikan struktur atau
kerangka penelitian dan penulisan laporan penelitian naratif.

Dikaji dari Struktur Naratif, Gaya naratif merupakan kekuatan dari riset kualitatif,
tekniknya sama dengan bentuk story telling dimana cara penguraian yang menguraikan batas-
batas fiksi, jurnalisme dan laporan akademis, “narratives in story telling modes blur the lines
between fiction, jurnalism and scholarly studies”.

Bentuk penelitian naratif antara lain: memakai pendekatan kronologis sepersis


menguraikan peristiwa demi peristiwa di bentangkan secara perlahan mengikuti proses waktu
“slowly over time”, seperti ketika menjelaskan subyek studi mengenai budaya saling-berbagi
di dalam kelompok ‘a culture-sharing group’, narasi kehidupan seseorang ‘the narrative of
the life of on individual’ atau evolusi sebuah program atau sebuah organisasi ‘evolution of a
program or an organization’.

Teknik lainnya ialah seperti menyempitkan dan memfokuskan pembahasan. Laporan


juga bisa seperti pendeskripsian pelbagai kejadian, berdasarkan tema-tema atau persepektif
tertentu. Gaya naratif, dari studi kualitatif bisa juga mengerangkakan sosial tipikal keseharian
hidup seseorang ‘a typical day in the life’ dari sosok individu atau kelompok2.

2.1.2 Tipe Penelitian Naratif

Jika seorang peneliti berencana melaksanakan kajian naratif maka ia perlu


mempertimbangkan tipe kajian naratif yang akan dilaksanakannya. Pendekatan pertama yang
digunakan dalam penelitian naratif adalah membedakan tipe penelitian naratif melalui strategi
analisis yang digunakan oleh pengarang. Polkinghorne (1955) dalam Cresswell menyebutkan
strategi tersebut menggunakan paradigma berpikir untuk menghasilkan deskripsi tema yang
menggenggam sekaligus melintasi cerita atau sistem klasifikasi tipe cerita. Analisis naratif ini
menekankan peneliti untuk mengumpulkan deskripsi peristiwa atau kejadian dan kemudian
mengkonfigurasikannya ke dalam cerita menggunakan sebuah alur cerita atau plot3.

Chase (2005) dalam Cresswell menyajikan pendekatan yang tidak jauh berbeda
dengan definisi analisis naratif milik Polkinghorne. Chase menyarankan bahwa peneliti boleh
menggunakan alasan paradigmatik untuk kajian naratif, seperti bagaimana individu
dimampukan dan dipaksa oleh sumberdaya sosial, disituasikan secara sosial dalam
penampilan interaktif, dan bagaimana pencerita membangun interpretasi.

Pendekatan lainnya menekankan pada ragam bentuk yang ditemukan dalam praktik-
praktik penelitian naratif. Kajian biografi adalah bentuk kajian naratif di mana peneliti
menulis dan mencatat pengalaman kehidupan seseorang. Autobiografi ditulis dan dicatat oleh

2
Santana K Septian. Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Anggota IKAPI DKI
Jakarta).2007. P. 82
3
Jhon W. Cresswell. Second Edition-Qualitative Inquiry & Research Design ‘Choosing Among Five Approaches’
(London: Sage Publications) 2007. P,54.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 6

individu sebagai subjek kajian. Sejarah hidup (life histories) memotret seluruh kehidupan
seseorang. Cerita pengalaman seseorang adalah kajian naratif terhadap pengalaman personal
seseorang yang ditemukan dalam episode majemuk atau tunggal, situasi pribadi, atau cerita
rakyat komunal (communal folklore). Sejarah lisan terdiri dari kumpulan refleksi personal
terhadap kejadian dan sebab akibat kejadian tersebut dari satu atau beberapa individu. Kajian
naratif bisa jadi memiliki fokus kontekstual yang spesifik, seperti guru atau murid di kelas,
cerita tentang organisasi, atau cerita yang diceritakan tentang organisasi.

Dengan kata lain, tipe dari penelitian naratif ini adalah adanya kemampuan dari
peneliti sendiri untuk membangun interpretasi tentang situasi sosial dan fenomena yang ia
cerap secara inderawi ataupun melalui dirinya sendiri sebagai pencerita. Selain itu,
kemampuan mendeskripsikan suatu peristiwa juga menjadi tipe dari jenis penelitian ini,
dimana hasil deskripsi tersebut kemudian dikonfigurasikan dalam sebuah alur cerita yang
runtun dan berkesinambungan.

2.1.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Naratif

Menurut Claindinin dan Connelly (2000) dalam Creswell. Langkah-langkah


melaksanakan penelitian Naratif adalah sebagai berikut:

a) Menentukan problem penelitian atau pertanyaan terbaik yang tepat untuk penelitian
naratif. Setiap penelitian pastilah berangkat dari sebuah masalah yang harus diteliti,
demikianpun dengan penelitian naratif yang berawal dari penentuan masalah dan
merumuskan masalah tersebut secara lebih detail. Penelitian naratif adalah penelitian
terbaik untuk menangkap cerita detail atau pengalaman kehidupan terhadap
kehidupan tunggal atau kehidupan sejumlah individu.
b) Menyeleksi satu atau lebih individu yang memiliki cerita atau pengalaman kehidupan
untuk diceritakan, dan menghabiskan waktu (sesuai pertimbangan) bersama mereka
untuk mengumpulkan cerita mereka melalui tipe majemuk informasi. Penyeleksian
individu harus berdasarkan ketepatan peneliti dalam menentukan individu mana yang
akan dideskripsikan pengalaman atau ceritanya.
c) Mengumpulkan cerita tentang konteks cerita tersebut. pada tahap ini, peneliti akan
mencari konteks apa yang melatarbelakangi pengalaman yang dialami oleh individu
yang akan diteliti. Pengumpulan cerita tentang konteks, membutuhkan ketelitian dari
peneliti untuk membatasi cerita-cerita mana saja yang dapat dikategorikan sebagai
data yang akan dipakai peneliti dalam menyusun penelitiannya.
d) Menganalisa cerita partisipan dan kemudian menceritakan ulang (Re-Story) cerita
mereka ke dalam kerangka kerja yang masuk akal. Restorying adalah proses
organisasi ulang cerita ke dalam beberapa tipe umum kerangka kerja. Kerangka kerja
ini meliputi pengumpulan informasi, penganalisaan informasi untuk elemen kunci
cerita (misalnya: waktu, tempat, alur, dan scene/adegan) dan menulis ulang cerita
guna menempatkan mereka dalam rangkaian secara kronologis.
e) Berkolaborasi dengan partisipan melalui pelibatan aktif mereka dalam penelitian.
Mengingat para peneliti mengumpulkan cerita, maka mereka menegosiasikan
hubungan, transisi yang halus, dan menyediakan cara yang berguna bagi partisipan.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 7

Dalam tahap ini, peneliti dan partisipan yang akan bercerita, saling bertukar pikiran
tentang apa yang dialami oleh masing-masing dari mereka. Keterlibatan aktif berarti
peneliti dan partisipan dituntut untuk secara menyeluruh (Holistic) mendeskripsikan
pengalaman mereka dan menguraikan dalam tulisan yang komperehensif hasil
deskripsi pengalaman tersebut.

2.1.4 Jenis Penelitian Naratif

Menurut Polkinghorne (1955) ada dua pendekatan yang bisa diambil yaitu
pendekatan dengan membedakan antara analisis narasi dan analisis naratif dapat di pahami
juga degan narasi sebagai data: data sebagai narasi.4Adapun Jenis narasi (narrative) yang
dapat dilihat dengan mengetahui pendekatan apa yang digunakan adalah yang pertama
Analisis narasi. Analisis narasi adalah sebuah paradigma dengan cara berpikir untuk
membuat deskripsi tema yang tertulis dalam cerita atau taksonomi. Kemudian yang kedua
adalah Analisis naratif. Analisis naratif adalah sebuah paradigma dengan mengumpulkan
deskripsi peristiwa atau kejadian dan kemudian menyusunya menjadi cerita dengan
menggunakan alur cerita.

Dari kedua pendekatan tersebut Pendekatan kedua adalah untuk menekankan berbagai
bentuk yang ditemukan pada praktek penelitian naratif. Misalnya: sebuh otobiografi, biografi,
dokumen pribadi, riwayat hidup, personal accounts, etnobiografi, otoetnografi. Jika peneliti
merencanakan melakukan studi naratif, maka perlu mempertimbangkan jenis studi naratif apa
yang akan dilakukan. Dalam studi naratif, untuk mengetahui jenis naratif apa yang akan
digunakan memang penting, tetapi yang lebih penting adalah mengetahui karakteristik
esensial dari tiap-tiap jenis.

Karakteristik esensial adalah karakter yang lebih halus dari karakter eksistensial.
Karakter esensial cenderung tidak terlihat pada partisipan yang diteliti apabila peneliti tidak
memakai gaya berpikir yang abstrak dan filosofis. Gaya berpikir yang abstrak dan filosofis
mengharuskan peneliti melihat jauh sampai kepada apa yang mendasari karakter seseorang
secara Inhern atau dari dalam sehingga darinya dihasilkan sebuah cerita yang benar-benar
berangkat dari pengalaman pribadi dan bukan hanya sekedar karangan belaka yang memang
tak pernah dialami sama sekali oleh partisipan tersebut.

Karangan terhadap cerita dari partisipan dapat menimbulkan ambiguitas terhadap


hasil penelitian dari peneliti. Kesinambungan dapat terputus apabila terjadi bahwa cerita dari
partisipan mengandung kebohongan atau merupakan hasil karangan sendiri. peneliti dituntut
ketelitiannya juga untuk menghubungkan kata demi kata dalam cerita yang diutarakan oleh
partisipan. Peneliti dituntut untuk melihat karakter pencerita dari kedalaman gaya berpikir
dan maksud sebenarnya dari cara bicaranya sehingga keterkaitannya tidak menjadi rancu.

2.2 Penelitian Fenomenologi (Phenomenological Research)

2.2.1 Definisi dan Latar Belakang

4
Donald E Polkinghorne. Narrative In Research, (Los Angeles: University of Southern California)2007, P.12
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 8

Menurut Moustakas (1994), Penelitian Fenomenologi Merupakan strategi penelitian


dimana didalamnya peneliti mengidentifikasikan hakekat pengalaman manusia tentang suatu
fenomena tertentu. Memahami pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologi
sebagai sebuah metode penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk
mengkaji sejumlah subjek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama didalamnya untuk
mengembangkan pola-pola dan relasi makna. Dalam proses ini, peneliti mengesampingkan
terlebih dahulu pengalaman-pengalaman pribadinya agar ia dapat memahami pengalaman-
pengalaman partisipan yang ia teliti5.

Paradigmat fenomenologi yang dikembangkan pertama kali oleh seorang


matematikawan jerman Edmund Husserl (1850-1938). Menurutnya, filsafat fenomenologi
berupaya untuk memahami makna yang sesungguhnya atas suatu pengalaman dan
menekankan pada kesadaran yang disengaja (intentionality of consciousness) atas
pengalaman, karena pengalaman mengandung penampilan keluar dan kesadaran didalam,
yang berbasis pada ingatan, gambaran dan makna. Fenomenologi digambarkan sebagai suatu
aliran atau paham yang bertujuan untuk memahami gejala alam seperti apa adanya, tanpa
harus mengontrol variabel dan tidak berusaha menggeneralisasikan gejala tersebut dengan
gejala-gejala yang lain6. Fenomenologi didasarkan pada asas subyketifitas terhadap
pengalaman terdalam dari realita yang merupakan obyek.

Landasan pemikiran fenomenologi inilah yang memunculkan metode pendekatan


kualitatif. Secara etimologis, kata kualitatif berasal dari kata ‘Kualitas’ (tingkat baik-buruk
atau derajat mutu sesuatu). Kualitas bukan merujuk pada penjumlahan (kuantitas) tapi lebih
kepada pendeskripsian dari apa yang dijumlahkan tersebut. artinya kualitatif mengungkap
sesuatu objek yang ada lebih dalam (Fenomena) dari apa yang tampak dan tercerap oleh
indera.

Sifat dari metode penelitian kualitatif adalah menggali nilai-nilai dalam pengalaman
dan kehidupan manusia, fokus penelitian adalah pada keseluruhannya, bukan pada perbagian
yang membentuk keseluruhan itu, tujuan penelitian adalah menemukan makna dan hakikat
dari pengalaman;bukan sekedar mencari penjelasan atau sekedar mencari ukuran dari relitas,
memperoleh gambaran dari sudut pandang orang pertama melalui wawancara formal dan
informal, data yang diperoleh adalah dasar bagi pengetahuan ilmiah untuk memahami realita,
dan pertanyaan yang dibuat merefleksikan kepentingan, keterlibatan dan komitmen pribadi
dari peneliti7.

2.2.2 Tipe Penelitian Fenomenologi

Salah satu poin penting yang menjadi kelebihan atau tipe dari studi fenomenologis
adalah pengalaman yang tersembunyi di dalam aspek filosofis dan psikologis individu dapat

5
Op.,Cit. Jhon W. Creswell. 2013. P,21
6
Dr. Mohammad Mulyadi. AP, M.Si. Metode Penelitian Praktis KUANTITATIF KUALITATIF. (Jakarta: Publica
Institute) 2004 . P..23.
7
Prof.Dr.Engkus Kuswarno, M.S. Metode penelitian komunikasi FENOMENOLOGI konsepsi,pedoman, dan
contoh penelitiannya. (Bandung: Penerbit Widya Padjadjaran) 2009. Hal. 36
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 9

terungkap melalui narasi sehingga peneliti dan pembaca seolah dapat mengerti pengalaman
hidup yang dialami oleh subjek penelitian.

Tujuan dari penelitian fenomenologis, seperti yang sudah disinggung di awal adalah
mereduksi pengalaman individual terhadap suatu fenomena ke dalam deskripsi yang
menjelaskan tentang esensi universal dari fenomena tersebut. Fenomenolog berupaya
”memahami esensi dari suatu fenomena”.

Creswell memberi satu contoh esensi universal dari suatu fenomena yang menurut
saya cukup mudah dipahami, yaitu duka cita. Duka cita adalah fenomena yang dialami oleh
individu secara universal. Duka cita memiliki esensi universal yang dialami oleh individu
terlepas dari siapa objek yang hilang atau meninggalkannya sehingga sekelompok individu
tersebut berduka. Entah orang terdekatnya yang hilang atau hewan peliharaan yang
disayanginya, duka cita memiliki esensi universal sehingga sangat mungkin diteliti secara
fenomenologis.

Fenomenologi melihat realita yang tampak lebih jauh dalam entitas terdalam dari
objek. Penelitian fenomenologi mengharuskan peneliti untuk ‘berempati’ dengan objek
penelitian. Peneliti harus merasakan secara langsung apa yang merupakan pengalaman dari
objek penelitiannya. Merasakan secara langsung dapat memberi suatu gambaran jelas tentang
realitas apa yang terjadi dan sedang dialami oleh objek penelitiannya. Kegagalan dan
penelitian fenomenologi dapat diakbitkan oleh ketidakmampuan peneliti untuk merasakan
secara sama apa yang dirasakan objek penelitiannya, dalam artian ini adalah peneliti tidak
melihat realitas sampai pada unsur terdalamnya.

2.2.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Fenomenologi

Riset fenomenologis selalu berusaha untuk mereduksi pengalaman-pengalaman


personal ke dalam kesamaan pemaknaan atau esensi universal (essentializing) dari suatu
fenomena yang dialami secara sadar oleh sekelompok individu. Perlu dicatat sekali lagi
bahwa pengalaman tersebut merupakan pengalaman individual. Peneliti mengumpulkan
cerita dari sekelompok individu untuk dicari kesamaan maknanya.

Bila kita melakukan studi fenomenologi, maka cerita oral tentang pengalaman hidup
menjadi bentuk data primer yang wajib dikumpulkan. Untuk memperoleh data tersebut tentu
saja dibutuhkan keterbukaan informan untuk mengungkapkan apa yang dialaminya di masa
lalu. Beberapa langkah perlu dipahami ketika melaksanakan riset fenomenologis. Saya
merujuk pada pendapat pakar metodologi Creswell dalam pemaparan langkah-langkah ini8:

1. Pertama, peneliti memastikan bahwa apakah rumusan masalah yang dibuat relevan
untuk diteliti menggunakan pendekatan fenomenologis. Rumusan masalah penelitian
yang relevan menerapkan fenomenologi adalah masalah penelitian dimana sangat
penting untuk memahami pengalaman pribadi yang dirasakan sekelompok individu
terhadap suatu fenomena yang dialaminya. Pemahaman terhadap pengalaman tersebut

8
Op. Cit. Creswell. 2007,. P.61
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 10

sekiranya nanti dapat membantu proses mengembangkan kebijakan atau untuk


memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap fenomena yang diteliti.
2. Kedua, dalam menyusun masalah penelitian, peneliti menangkap fenomena untuk
dipertanyakan maknanya bagi sekelompok individu yang mengalaminya. Misalnya,
apa maknanya menjadi seorang profesional, apa maknanya menjadi korban
HIV/AIDS, apa maknanya kehilangan sesuatu atau orang yang disayangi, dan lain
sebagainya.
3. Ketiga, peneliti sebagai manusia harus sejauh mungkin meninggalkan pengalaman
pribadinya terkait dengan fokus penelitiannya. Upaya ini disebut dengan ”bracket
out”. Bracket out dilakukan untuk membantu peneliti memperoleh pemahaman
sedalam dan se-objektif mungkin fenomena yang dialami secara personal oleh
informan tanpa terkontaminasi oleh pengalaman peneliti sendiri. Sebagai contoh studi
fenomenologis tentang orang-orang yang baru saja patah hati. Fenomenolog harus
sejauh mungkin menginggalkan pengalamannya patah hati, misalnya.
4. Keempat, data fenomenologis berupa narasi deskriptif yang dikumpulkan dari cerita
individu yang mengalami suatu fenomena yang diteliti. Data riset fenomenologis
diperoleh dari wawancara mendalam dengan sekelompok individu. Jumlahnya tidak
dapat ditentukan. Beberapa peneliti merekomendasikan antara 5-25 orang. Pertanyaan
yang diajukan seorang fenomenolog bisa beragam. Tipikalnya, peneliti menanyakan
tentang apa yang dialami dan bagaimana fenomena tersebut bisa dialami.
5. Kelima, proses analisis data pada prinsipnya mirip dengan analisis kualitatif lainnya,
yaitu data ditranskrip, lalu dengan merujuk pada rumusan masalah, peneliti
melakukan koding, klastering, labelling secara tematik dan melakukan interpretasi.
Proses tersebut berlangsung bolak-balik sebagaimana analisis data kualitatif pada
umumnya.
6. Keenam, masing-masing tema yang muncul dalam proses analisis mengandung
narasi verbatim. Secara garis besar berupa deskripsi tekstual tentang apa yang dialami
oleh partisipan dan bagaimana mereka mengalaminya. Dari deskripsi tekstual tersebut
peneliti mendeskripsikan esensi universal dari fenomena yang ditelitinya. Tipikal
deskripsi tektual yang disusun dalam riset fenomenologi adalah terdiri dari paragraf
yang cukup panjang dan mendalam.

2.3 Penelitian Membumi (Grounded Theory Research)

2.3.1 Definisi dan LatarBelakang

Merupakan strategi penelitian yang didalamnya peneliti ‘memproduksi’ teori umum


dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal dari pandangan-
pandangan partisipan. Rancangan ini mengharuskan peneliti untuk menjalani sejumlah tahap
pengumpulan data dan penyaringan kategori-kategori atas informasi yang diperoleh.
Rancangan ini memiliki dua karakteristik utama yaitu pertama adalah perbandingan yang
konstan antara data dan kategori-kategori yang muncul dan yang kedua adalah pengambilan
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 11

contoh secara teoretis (Teoretical Sampling) atas kelompok yang berbeda untuk
memaksimalkan kesamaan dan perbedaan informasi9.

Sebagai sebuah pendekatan riset, grounded theory memiliki posisi yang sama dengan
beberapa orientasi lain, seperti studi kasus. Grounded Theory adalah sebuah pendekatan yang
refleksif dan terbuka, di mana pengumpulan data, pengembangan data, pengembangan
konsep teorities, dan ulasan literatur berlangsung dalam proses siklus yang berkelanjutan10.
Penggunaan hukum kausalitas sebagai dasar penyusunan teori. Seperti diketahui, bahwa
dalam epistemologi ilmiah, prinsip kausalitas adalah salah asumsi dasar bagi pengembangan
ilmu pengetahuan, karena sangat diyakini bahwa segala hal yang terjadi di alam ini tidak
lepas dari hukum sebab-akibat.

Penelitian ini adalah versi lain dari penelitian kualitatif. Grounded Theory ini
merupakan reaksi yang tajam dan sekaligus member jalan keluar dari “ stagnasi teori” dalam
ilmu-ilmu social, dengan menitik beratkan sosiologi11.Disiplin ilmu yang mempengaruhi
Grounded Theory adalah sosiologi, terutama madzab interaksionisme simbolik.
Interaksionisme simbolik berfokus pada interaksi antar manusia. metode ini dapat dan telah
digunakan dengan baik di berbagai disiplin ilmu, seperti pendidikan, keperawatan, ilmu
politik, dan psikologi. Khusus di bidang pendidikan.

Menurut penggagasnya yaitu Barney Galser dan Anselm Strauss, Grounded theory
tertulis sebagai the discovery of theory from data which we call grounded theory ajaran
utama pendekatan ini adalah, bahwa teori harus muncul dari data atau dengan kata lain, teori
harus berasal (grounded) dalam data. Ungkapan grounded theory merujuk pada teori yang
dibangun secara induktif dari satu kumpulan data bila dilakukan dengan baik. Maka teori
yang dihasilkan akan sangat sesuai dengan kumpulan data tadi12.

Pendekatan grounded theory memungkinkan peneliti melakukan riset prosessual,


yaitu riset yang berfokus pada “rangkaian peristiwa, tindakan, dan aktivitas individual
maupun kolektif yang berkembang dari waktu ke waktu dalam konteks tertentu. Grounded
theory berguna dalam situasi-situasi ketika sedikit sekali yang diketahui tentang topic atau
fenomena tertentu, atau ketika diperlukan pendekatan baru untuk latar-latar yang sudah
dikenal. Pada umumnya, tujuan grounded theory adalah membangun teori baru, walaupun
sering juga digunakan untuk memperluas atau memodifikasi teori yang ada. Sebagai contoh,
peneliti bisa mengembangkan grounded theory peneliti sendiri, atau grounded peneliti lain.
dengan meninjau kembali data yang sama dengan pertanyaan dan interprestasi yang
berbeda13.

9
Op. Cit. Creswell.2013. P.20
10
Daymon, Cristin, dan Holloway, Immy .Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing
Communication.( Yogyakarta: Bentang) 2008. .P. 181
11
Bungin,Burhan.(MetodologiPenelitian Sosial, Format-format kuantitatif dan kualitatif.(Surabaya: Airlangga
University Press) 2001. P. 8-9
12
Agus Salim. Teori dan Paradigma penelitian Sosial. (Yogyakarta: Tiara Wacana) 2001. P. 110
13
Op. Cit, Daymond Cristin. 2008.P.182
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 12

Penelitian grounded pada dasarnya sama dengan penelitian eksplanatif. Penelitian


grounded dilakukan dengan terjun ke lapangan untuk meneliti sekian banyak aspek (variable)
penelitian untuk menemukan, untuk memunculkan teori. Peneliti dating ke lapangan “ tanpa
berbekal “ teori ( hipotesis ). Hipotesis ( kalau ada ) baru nanti di lapangan itu sendiri
dimunculkan, lalu diuji. Nampaknya penelitian grounded akan banyak mempergunakan
metode survey dan metode observasi. Karena karakteristiknya sama dengan penelitian
Eksploratif.14

Survei merupakan pendekatan kuantitatif, sedangkan titik berat grounded research


adalah pada pendekatan kualitatif. Data terutama dikumpulkan melalui wawancara bebas
seperti yang dikemukakan oleh Glaser dan strauss (1967), grounded research merupakan
reaksi yang tajam dan sekaligus menyajikan jalan keluar dari “ stagnasi teori “ dalam ilmu-
ilmu sosial, dengan penitikberatan pada sosiologi. Kritik dilontarkan baik kepada pendekatan
yang kuantitatif maupun kualitatif yang selama ini dilakukan.

Kedua pengarang tersebut mengkritik keterikatan peneliti yang berlebihan terhadap


teori-teori yang sangat umum (grand theories) dari tokoh-tokoh besar seperti Weber, Persons,
Veblen, Cooley dan lain-lain. Ini menjurus kepada studi verivikasi yang bermunculan seperti
Jamur dimusim hujan, yakni verivikasi dan teori-teori tersebut melalui pendekatan kuantitatif
dan tes statistik. Hasil akhir dari penelitian merupakan verifikasi dari teori atau hipotesa,
untuk diterima atau di tolak.

Grounded research menyajikan suatu pendekatan yang baru data merupakan sumber
teori, teori berdasarkan data, dan karena itu dinamakan grounded. Kategori-kategori dan
konsep-konsep dikembangkan oleh peneliti di lapangan. Data yang bertambah dimanfaatkan
untuk verivikasi teori yang timbul di lapangan yang terus menerus disempurnakan selama
penelitian berlangsung15.

Pelaksanaan penelitian Grounded bertolak belakang dengan layaknya penelitian pada


umumnya kalau penelitian umumnya diawali dengan desain tertentu, namun grounded theory
tidak demikian. Peneliti langsung kelapangan, semuanya dilaksanakan dilapangan. Rumusan
masalah ditemukan dilapangan, hipotesis senantiasa jatuh bangun ditempa data. Data
merupakan sumber teori, teori berdasarkan data,s ehingga teori juga lahir dan berkembang
dilapangan.

Kredibelitas penelitian grounded merupakan pertimbangan utama dalam penggunaan


metodologi ini, kalau kredibilitas peneliti rendah, mungkin akan merusak penelitian yang
membutuhkan “keterbukaan” mata, telinga serta intuisi responsive. Implementasi metodologi
ini memang amat sukar terutama oleh peneliti pemula, karenanya perlu latihan-latihan
tertentu dalam waktu yang lama. Dari pemaparan mengenai pengertian dan tujuan dari
grounded theory, pembahasan selanjutnya adalah tentang sejarah Grounded Theory beserta
perkembangannya.

14
Tatang Amirin, Menyusun Rencana Penelitian.Ed,I.,Cet.3.(.Jakarta: PT.Raja Grafindo) 1995. P.121-122
15
Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai. 1989.(Jakarta: LP3ES) 1989.P. 8-9
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 13

Penelitian Grounded Theory dikembangkan pertama kali pada tahun 1960-an oleh dua
ahli sosiologi, Barney Glaser and Anselm Strauss, berdasarkan penelitian yang mereka
lakukan pada pasien-pasien berpenyakit akut di Rumah Sakit Universitas California, San
francisco. Glaser dari Universitas Columbia yang desertasi doktornya (1961) tentang karir
professional para ilmuan. Penelitian untuk desertasinya ini menggunakan pendekatan
kualitatif terhadap data sekunder. Gleser sangat terpengaruh oleh pola kerja pikiran induktif
(baik kualitatif maupun kuantitatif) yang dikembangkan oleh Paul Lazarsfeld dan koleganya.
Desertasi Gleser di bimbing oleh Robert K. Merton yang menjadi murid Talcott Persons.
Setelah lulus program doktornya, Gleser bergabung dengan university of California Medical
Center di San Fransisco, tempat ia kemudian bertemu dengan Anselm L. Strauss (sosiolog)
yang menyelesaikan program doktornya (1945) di University of Cicago. Strauss cenderung
untuk berkonsentrasi dalam menentukan prosedur dalam mengaplikasikan pendekatan.
Sedangkan Gleser menentang perubahan apapun dari gagasan awalnya. Dua versi grounded
theory kemudian muncul, straussian dan glaserian16.

Catatan-catatan dan metode penelitian yang digunakan dipublikasikan dan menarik


minat banyak orang untuk mempelajarinya. Sebagai respon, Glaser dan Strauss menerbitkan
The Discovery of Grounded Theory (1967), buku yang menjelaskan prosedur metode
Grounded Theory secara terperinci. Hingga saat ini, buku ini diterima sebagai peletetak
konsep-konsep mendasar Grounded Theory.

Perubahan yang terjadi di kalangan peneliti sosial, menjadikan perubahan pula pada
aspek pemanfaatan metode grounded theory seperti: Kombinasi metode grounded theory
dengan metode lain, maka akan menghasilkan ragam-ragam model grounded theory dalam
berbagai pokok masalah dan disiplin ilmu pengetahuan. Prosedur yang digunakan dalam
metode mungkin akan lebih dielaborasi. Posedur ini akan disesuaikan dengan substansi kajian
yang terus menerus akan dikembangkan. Berbagai teori atau interpretasi akan terus
dikembangkan oleh ilmuan yang berbeda dari disiplin yang berbeda pula.

2.3.2 Tipe Grounded Research Theory

Menurut Creswell, lima karakteristik berikut merupakan elemen-elemen yang terdapat


dalam pendekatan Grounded Theory, yaitu:

1) Pendekatan Proses

Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa setiap fenomena sosial merupakan hasil
proses tindakan atau interaksi antar individu. Dalam penelitian Grounded Theory, proses
merujuk pada urutan tindakan-tindakan dan interaksi antar manusia dan peristiwa-peristiwa
yang berhubungan dengan sebuah topik, seperti pengalihbahasaan novel Animal Farm ke
dalam bahasa Indonesia. Dalam topik seperti ini, berdasarkan transkrip wawancara atau
catatan pengamatan yang dilakukan pada partisipan, peneliti Grounded Theory dapat
mengidentifikasi dan mengisolasi tindakan-tindakan dan interaksi antar manusia, aspek-aspek
yang diisolasi ini disebut kategori-kategori, yang digunakan sebagai tema-tema informasi

16
Op.Cit. Daymond Cristin.2008. P. 182
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 14

dasar dalam rangka memahami suatu proses .Guna menerapkan pendekatan Grounded
Theory dengan baik, Glaser dan Strauss menekankan bahwa peneliti harus fleksibel.
Mendekati studi dengan pikiran terbuka, dan tidak membuat asumsi sebelum riset di mulai.
Dengan memilih pendekatan Grounded Theory, peneliti memilih untuk beroperasi sebagai
penafsir data, bukan sekedar reporter (pelapor) atau orang yang menguraikan sebuah situasi.
Dalam hal ini peneliti harus terus menerus mencari hubungan antar konsep untuk
menghasilkan pola dan jaringan, yang lantas peneliti gunakan untuk mengembangkan teori-
teori atau setidaknya gagasan teoritis.

2) Sampling Teoritis

Dalam Grounded theory, digunakan “sampling teorities”. Penarikan sampel jenis ini
berpedoman pada gagasan-gagasan yang signifikan bagi teori yang muncul. Pada awal riset,
peneliti membuat keputusan penarikan sampel hanya untuk langkah awal saja. Pilih latar atau
fenomena yang ingin diteliti, pilih sekelompok orang atau individu tertentu yang bisa
memberikan informasi mengenai topic yang diteliti. Begitu riset diawali, peneliti mulai
menganalisis data awal, konsep baru akan muncul, kemudian peneliti bisa menerapkannya
pada sampel yang berbeda situasi, latar atau individu. Lantas berfokus pad aide baru guna
memperluas teori yang muncul. Penarikan sampel teoritis dilanjutkan hingga mencapai titik
jenuh, yaitu ketika tidak ada lagi informasi baru ( dalam data ) yang relevan dengan riset.

Sebagaimana lazimnya dalam penelitian kualitatif, instrumen pengumpul data


penelitian Grounded Theory adalah peneliti sendiri. Data-data yang dikumpulkan dapat
berbentuk transkrip wawancara, percakapan, catatan wawancara, dokumen-dokumen publik,
buku harian dan jurnal responden, dan catatan reflektif peneliti. Proses pengumpulan data itu
dilaksanakan dengan mengunakan dua metode, yaitu observasi dan wawancara mendalam
(depth interview). Bentuk data yang paling sering digunakan peneliti adalah hasil wawancara
karena data seperti ini lebih mampu mengungkapkan pengalaman responden dalam kata-kata
mereka sendiri.

Dalam Grounded Theory, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah
populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara penyampelan teoritik, yaitu penyampelan yang
dilakukan. Dengan kata lain, penyampelan teoritik merupakan pengambilan sampel yang
dilakukan peneliti dengan cara memilih data-data atau konsep-konsep yang terbukti
berhubungan dengan dan mendukung secara teoritik teori yang sedang disusun. Tujuannya
adalah mengambil sampel peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran
yang secara langsung menjawab masalah penelitian.

Berkenaan dengan proposisi terakhir, pada hakikatnya fenomena yang telah terpilih
itulah yang dicari atau digali oleh peneliti selama mengumpulkan data. Karena fenomena itu
melekat dengan subyek yang diteliti, maka jumlah subyek pun terus bertambah sampai tidak
ditemukan lagi informasi baru yang diungkap oleh beberapa subyek yang terakhir. Itulah
sebabnya, penentuan sampel subyek dalam penelitian Grounded Theory, seperti halnya
penelitian kualitatif pada umumnya, tidak dapat direncanakan dari awal. Subyek-subyek yang
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 15

diteliti secara berproses ditentukan di lapangan, ketika pengumpulan data berlangsung. Cara
penyampelan inilah yang disebut dalam penelitian kualitatif sebagai snow bowl sampling.

Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam Grounded
Theory diarahkan dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar prosedur pengkodean. Ada
tiga pola penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan
data. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang ketiga penyampelan tersebut.
Penyampelan terbuka bertujuan untuk menemukan data sebanyak mungkin sepanjang
berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian. Karena pada tahap
awal itu peneliti belum yakin tentang konsep mana yang relevan secara teoritik, maka obyek
pengamatan dan orang-orang yang diwawancarai juga masih belum dibatasi. Data yang
terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal inilah kemudian dianalisis dengan
pengkodean terbuka.

Penyampelan relasional dan variasional berfokus pada pengungkapan dan pembuktian


hubungan-hubungan antara kategori dengan kategori dan kategori dengan sub-
subkategorinya. Pada kedua penyampelan ini diupayakan untuk menemukan sebanyak
mungkin perbedaan tingkat ukuran di dalam data. Hal pokok yang perlu pada penemuan
perbedaan tingkat ukuran tersebut adalah proses dan variasi. Jadi, inti utama penyampelan di
sini adalah memilih subyek, lokasi, atau dokumen yang memaksimalkan peluang untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan variasi ukuran kategori dan data yang bertalian
dengan perubahan.

Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean terpilih. Oleh karena


itu tujuan penyampelan pembeda adalah menetapkan subyek yang diduga dapat memberi
peluang bagi peneliti untuk membuktikan atau menguji hubungan antarkategori. Kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian Grounded Theory berlangsung secara bertahap dan dalam
rentang waktu yang relatif lama. Proses pengambilan sampel juga berlangsung secara terus
menerus ketika kegiatan pengumpulan data. Jumlah sampel bisa terus bertambah sejalan
dengan pertambahan jumlah data yang dibutuhkan.

Berdasarkan paparan tentang prinsip penyampelan di atas, jelaslah bahwa


pengambilan kesimpulan dalam penelitian Grounded Theory tidak didasarkan pada
generalisasi, melainkan pada spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini, penelitian
Grounded Theory bermaksud untuk membuat spesifikasi-spesifikasi terhadap (a) kondisi
yang menjadi sebab munculnya fenomena, (b) tindakan/interaksi yang merupakan respon
terhadap kondisi itu, (c) serta konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakan/i nteraksi
itu. Jadi, rumusan teoritik sebagai hasil akhir yang ditemukan dari jenis penelitian ini tidak
menjustfikasi keberlakuannya untuk semua populasi, seperti dalam penelitian kuantitatif,
melainkan hanya untuk situasi atau kondisi tersebut.

3) Analisis Data dan Melakukan Koding

Analisis data berlangsung selama riset berproses, mulai wawancara awal hingga
berakhir pada pengamatan. Analisis terdiri dari koding ( coding ) dan kategorisasi
(categorizing). Koding dilakukan terlebih dahulu pada permulaan riset. Koding
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 16

memungkinkan peneliti mengubah data, dan menguraikannya untuk membangun kategori


seiring dengan munculnya kategori utama, maka teori akan berkembang. Koding dalam
grounded theory adalah proses pengidentifikasian dan penamaan tema atau konsep dalam
tahapan analisis. Dalam hal ini, data dikodekan menjadi kategori. Proses koding mencakup
tiga langkah, yaitu: a. Open coding atau koding terbuka peneliti membentuk kategori
informasi tentang peristiwa atau fenomena yang dipelajari. b. Axial coding, peneliti
mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi-kondisi yang menyebabkannya,
mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan peristiwa tersebut. c. Selective
coding, peneliti (pemilihan kategori inti dan menghubungkannya dengan kategori lain)

4) Kategori Inti

Dari seluruh kategori utama yang diperoleh dari data, peneliti memilih satu kategori
sebagai inti fenomena dalam rangka merumuskan teori. Setelah mengidentifikasi beberapa
kategori (misalnya, 8 hingga 10—tergantung pada besarnya database), peneliti memilih satu
kategori inti sebagai basis penulisan teori. Berikut ini adalah enam kriteria untuk menentukan
kategori inti. Kategori tersebut harus merupakan sentral, dalam artian kategori-kategori utama
lainnya dapat dihubungkan padanya. Kategori tersebut sering muncul dalam data, dengan
pengertian bahwa dalam semua kasus terdapat indikator-indikator yang merujuk pada
kategori inti tersebut. Penjelasan-penjelasan yang menghubungkan kategori-kategori bersifat
logis, konsisten dan tidak dipaksakan. Istilah atau frasa yang digunakan untuk menjelaskan
kategori inti harus abstrak.

Seiring dengan penyempurnaan konsep, teori berkembang dalam aspek kedalaman dan
kemampuan menjelaskan.Meskipun kondisi bervariasi, kategori inti masih mampu
menjelaskan seara akurat. Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa memilih kategori inti
terlalu awal adalah sangat riskan. Akan tetapi, bila terlihat bahwa salah satu kategori mucul
dengan frekuensi tinggi dan terhubung dengan jelas pada kategori-kategori lain, kategori itu
dapat dipilih sebagai kategori inti.

5) Perumusan Teori

Agar kredibel, sebuah teori harus memiliki “kekuatan penjelasan (explanatory


power)”, dengan keterkaitan antar kategori, serta kekhususan, kategori berhubungan satu
sama lain dan berkaitan erat dengan data. Dalam penelitian Grounded Theory, yang dimaksud
dengan teori adalah penjelasan atau pemahaman yang abstrak tentang suatu proses mengenai
sebuah topik substantif yang didasarkan pada data. Ada dua jenis teori yang dihasilkan dalam
grounded research, yaitu teori substantive dan teori formal.

Teori substantive muncul dari kajian terhadap kondisi sosial yang nyata seperti
manejemen hubungan konsumen, praktik professional, hubungan gender, kepemimpinan,
atau komunikasi internet. Karena teori ini menyajikan hubungan yang mendekati realitas
empirisnya, maka teori ini sangat berguna bagi para peneliti di arena bisnis atau professional.

Teori formal dikembangkan dari teori substantive. Teori ini dihasilkan dari berbagai
situasi dan latar yang berbeda-beda, bersifat konseptual dan memiliki generalitas yang tinggi.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 17

Cara untuk menghasilkan teori dengan metode grounded theory terdiri dari lima fase yang
harus diikuti: 1) Desain penelitian, 2) pengumpulan data, 3) penyusunan data, 4) analisis data
dan 5) pembanding dengan literature.

2.3.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Grounded Theory

Dalam prosedur pelaksanaan penelitian ini, ada 9 langkah yang harus diikuti, meliputi

1) Tinjauan ulang literature teknisi


2) Memilih kasus
3) Membuat protokol pengumpulan data yang akurat
4) Masuk ke lapangan
5) Penyusunan data
6) Menganalisis data
7) Percontohan teoritis
8) Mencapai akhir penelitian
9) Pembandingan teori yang muncul dengan literature yang telah ada.
10) Penulisan Memo

Dalam penelitian Grounded Theory, memo merupakan catatan-catatan yang dibuat


peneliti untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan kategori-kategori
yang dikodekan. Dengan kata lain, memo merupakan catatan yang dibuat peneliti bagi
dirinya sendiri dalam rangka menyusun hipotesis tentang sebuah kategori, kususnya tentang
hubungan-hubungan antara kategori-kategori yang ditemukan. Menulis memo yang
menjelaskan dan mengulas kode-kode dan kategori-kategori analisis yang anda dapatkan dari
proses analisis data, juga sangat berguna. Memo sangat membantu peneliti untuk melacak
pola-pola dalam data dan mengidentifikasikan beragam tema yang muncul.

2.4 Penelitian Etnografi (Etnographic Research)

2.4.1 Definisi Dan Latarbelakang

Etnografi adalah metode penelitian sosial dengan manusia dan budaya sebagai bidang
telaahnya. Harris (dalam Creswell, 2007) menyebutkan etnografi sebagai desain kualitatif
dimana peneliti menjabarkan dan menginterpretasikan pola nilai, perilaku, kepercayaan, dan
bahasa yang dimiliki dan dipelajari dan oleh suatu kelompok budaya. Etnografi dapat pula
dikatakan sebagai sebuah proses (teknik pengambilan data) sekaligus sebagai hasil penelitian.

Etnografi berkembang pada awal abad ke-20, sebagai metode yang digunakan oleh
antropolog dalam kajian perbandingan budaya, dimana antropolog menuliskan pengalaman
budaya kelompok ‘primitif’ secara etnosentris (lihat Denzin & Lincoln, 2005). Metode ini
kemudian diadaptasi oleh para sosiolog untuk membandingkan kelompok-kelompok budaya
di Amerika Serikat, dan diadaptasi pula oleh komunikolog untuk mengidentifikasi kode dan
simbol komunikasi serta konteks-konteks pertukarannya dalam sebuah kelompok (Lindlof &
Taylor, 2002).

2.4.2 Tipe Penelitian Etnografi


Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 18

Berdasarkan studi literatur, penelitian etnografi memiliki kekhasan sebagai berikut:

1. Fokus pada budaya atau aspek budaya. Spradley (dalam Lambert et al, 2011)
menempatkan penelitian etnografi dalam dua kontinum: Micro dan Macro. Etnografi
micro adalah penelitian yang meneliti aspek budaya dalam sebuah situasi, beberapa
situasi, atau sebuah institusi sosial, sementara etnografi makro adalah penelitian
yang meneliti budaya beberapa komunitas dan masyarakat yang kompleks.

2. Pengambilan data dilakukan dalam lingkungan alamiah. Dalam penelitian


etnografi, peneliti turun ke lapangan dan berperan sebagai ‘pemagang’. Dalam
‘pembenaman diri’ ini, Peneliti kemudian menggali dan mendata pola-pola budaya,
keyakinan, perilaku, dan bahasa yang digunakan anggota budaya, melalui observasi
partisipatif dan percakapan informal. Pembenaman diri dan panjangnya waktu
penelitian memungkinkan Peneliti untuk mengambil gambaran utuh lingkungan
alamiah (beserta seluruh konteksnya) alih-alih satu dua cuplikan.

3. Peneliti adalah instrumen pengumpulan data yang utama. Peneliti menggunakan


beragam cara pengumpulan data, namun instrumen yang paling utama adalah Peneliti
itu sendiri.

4. Perspektif emik dan etik. Kenyataan adalah bentukan persepsi yang tumpah tindih,
hasil interaksi seluruh pihak yang terlibat, termasuk peneliti sendiri. Dalam tulisan
etnografi, interaksi persepsi peneliti (etik) dan informan (emik) menghasilkan kualitas
yang reflektif. Dengan kata lain, etnografi adalah seni untuk “…analyzing cultural
phenomena from the perspective of an outsider (to whom it is strange) while seeking
to understand it from the perspective of an insider (to whom it is familiar)” (Gall et
all dalam Lechissa, 2017) .

2.4.3 Jenis-Jenis Etnografi


Creswell menyebutkan beberapa jenis penelitian etnografi, seperti etnografi
pengakuan (confessional), sejarah hidup, autoethnography, etnografi feminis, novel
etnografi, dan etnografi visual. Namun hanya menjelaskan dua bentuk etnografi yang paling
populer:

1. Etnografi Realis. Adalah pendekatan etnografi yang ‘berjarak’. Peneliti


menggunakan kata ganti orang ketiga dan melaporkan informasi yang ditemukan di
situs secara objektif. Pelaporan bersifat jurnalistik, tanpa terkontaminasi oleh bias
politik, bias personal, dan pendapat pribadi peneliti. Peneliti dapat menuliskan hal-hal
kecil dengan detail, dan menggunakan standar pengelompokan budaya (seperti
kehidupan keluarga, jaringan komunikasi, kehidupan pekerjaan, jaringan sosial,
sistem status). Peneliti menentukan bagaimana budaya diinterpretasikan dan
dipresentasikan.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 19

2. Etnografi Kritis. Adalah tipe etnografi dimana peneliti mendorong emansipasi


kelompok-kelompok marjinal. Umumnya para peneliti adalah orang-orang dengan
aspirasi politik yang berusaha menentang kekuasaan dan dominasi. Etnografer kritis
akan meneliti permasalahan kekuatan, pemberdayaan, ketidaksetaraan, ketidakadilan,
dominasi, hegemoni, dan kebohongan.

3. Etnografi Virtual. Etnografi Virtual merupakan metode penelitian yang masih


terhitung baru jika dibandingkan dengan metode penelitan yang telah ada lebih dahulu
seperti fenomenologi, studi kasus atau etnografi komunikasi itu sendiri. Munculnya
teknologi internet yang memungkinkan manusia untuk melakukan interaksi satu sama
lain sehingga akhirnya tercipta masyarakat virtual (Netizen) dengan realitas online
yang bertolak belakang dengan realitas offline menuntut peneliti untuk melakukan
penelitan dengan metode yang lebih sesuai. Sebagai contoh, didunia online, seseorang
dapat mengkonstruksi identitasnya menjadi siapa saja; wanita menjadi pria, orang
dewasa menjadi anak-anak dan lain sebagainya. Selain itu, Nasrullah (2017)
mengatakan bahwa metode yang selama ini digunakan dalam penelitian di ranah
online cenderung sekedar melihat dipermukaan dan hanya meletakkan media sebagai
medium dalam arti saluran untuk membawa pesan. Kini medium itu membawa
peranan penting yang menyusun realitas-realitas diantara penggunanya. Artinya
ketika melakukan penelitian pengguna internet dan budaya yang muncul harus juga
melibatkan bagaimana medium itu sebagai bagian yang terpisahkan dari si pengguna.
Hine (2000:14) mengatakan bahwa internet tidak hanya merupakan artefak
kebudayaan (cultural artifact) tetapi juga telah menjadi kebudayaan itu sendiri.
Internet telah menciptakan ritual-ritual baru dalam kehidupan sosio-kultural manusia.
Dalam hal inilah etnografi virtual berperan. Metode penelitian ini mencoba merekam
bagaimana budaya, interaksi maupun struktur yang membentuk realitas siber (gotved,
2006a dalam Nasrullah,2017).

2.4.4 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Etnografi


Menurut Creswell, terdapat 6 tahap dalam prosedur pelaksanaan penelitian etnografi
yakni:
1) Mempertimbangkan tentang informan. Artinya peneliti harus secara selektif dalam
meimilih informan yang akan diwawancarai dan diteliti. Peneliti harus melindungi
informan dan akibat-akibat yang ditimbulkan bila memilih mereka.
2) Mengerti informan. Mengerti di sini memiliki arti bahwa peniliti harus
memperhatikan hak-hak asasi, kepentingan dan sensivitas. Seorang peneliti memiliki
tanggung jawab untuk melindungi mereka terhadap konsekuensi yang akan muncul.
3) Menyampaikan tujuan penelitian. Peneliti harus menympaikan kepada informan
sehingga mereka dapat membantu penelitian yang ada.
4) Melindungi privasi informan. Setiap kerahasiaan informan harus dilindungi, bila
mereka tidak mau disebutkan identitas mereka maka kitapun harus menjaga
kerahasiaan mereka (prinsip anonimitas) dan peneliti juga harus memperhatikan
keberatan-keberatan dari pihak informan.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 20

5) Jangan mengeksploitasi informan. Peniliti tidak boleh hanya menfaatkan informan


untuk mencapai tujuan penelitian, tetapi setelah penelitian selesai harus memberikan
balas jasa kepadanya karena telah menjadi informan yang membantu selama
penelitian berlangsung sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.
6) Memberikan laporan kepada informan. Setelah penelitian selesai etnografer harus
memperlihatkan (melaporkan kepada informan).

2.5 Penelitian Studi Kasus (Case Study Research)


2.5.1 Definisi Dan Latarbelakang
Merupakan strategi penelitian yang dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara
cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus
dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap
dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah
ditentukan (Stake, 1995).
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci
terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu
peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu
pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada
ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus
hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti
berusaha menernukan sernua variabel yang penting.
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1)
sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-
sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau
konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di
antara variabel-variabelnya.

2.5.2 Tipe Penelitian Studi Kasus


a). Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi
tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan
organisasinya. Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena
sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
b) Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi
peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada
suatu organisasi tertentu..
c). Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara
sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan
lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu
lainnya.
d. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community
study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 21

(kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi
dan studi kasus observasi.
e. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap
peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah
tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai
dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin
tokoh kunci lainnya.
f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang
sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang
sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.

2.5.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Studi Kasus


a) Pemilihan kasus
dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan
secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang,
lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas
objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan
sumbersumber yang tersedia;
b) Pengumpulan data
terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn
penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai
instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan
lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;

c) Analisis data:
setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan
mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses
mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data
dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis
data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data
terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;

d) Perbaikan (refinement):
meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya
clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang
telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan
dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam
kategori yang sudah ada;

e) Penulisan laporan:
laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan
suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk
mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke
dalam situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompik.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 22

BAB III

PENUTUP

Menurut Creswell (1998), penelitian kualitatif dilakukan oleh orang-orang atau


peneliti yang ingin melakukan hal-hal berikut:

1) Berkomitmen terhadap waktu yang lama dilapangan. Peneliti menghabiskan waktu


berjam-jam dilapangan, mengumpulkan data yang banyak, menghadapi isu-isu
lapangan untuk mencoba mencapai akses, hubungan dan perspektif ‘orang dalam’
(insider).
2) Terlibat dalam proses analisis data yang kompleks dan menghabiskan waktu lama
dalam tugas menyortir yang ambisius melalui sejumlah data yang besar dan
menguraikannya kedalam tema-tema dan kategori-kategori yang sedikit. Untuk tim
multidisiplin dalam penelitian kualitatif, tugas ini bisa dibagi karena sebagian besar
para peneliti, ini merupakan waktu perjuangan yang sepi dan terisolasi dengan data.
Tugas ini menantang, terutama karena database terdiri dari teks dan imajinasi yang
kompleks.
3) Menulis halaman yang panjang, karena bukti harus menyokong tuntutan-tuntutan dan
penulis perlu menunjukan perspektif ganda . penggabungan kutipan untuk
memberikan perspektif partisipan juga memperpanjang studi
4) Berpartisipasi dalam suatu bentuk penelitian sosial dan manusia tidak memiliki
pedoman yang tegas atau prosedur yang spesifik dan berkembang serta berubah
secara konstan.

Demikianlah beberapa alasan utama penggunaan metodologi penelitian kualitatif. Namun


tidak menutup kemungkinan ada alasan lain mengapa seseorang melakukan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif sering dianggap banyak orang sebagai penelitian yang tidak sebanding
dengan penelitian kuantitatif, namun lebih daripada itu, Penelitian yang dengan lima jenis
pendekatan ini, menghadirkan paradigma tentang penciptaan teori baru seturut jalannya
penelitian yang terus berkembang.
Aneka Teori Dan Jenis Penelitian Kualitatif 23

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, Jhon. W. 2007. Second Edition-Qualitative Inquiry & Research Design ‘Choosing Among
Five Approaches’ (London: Sage Publications)
Creswell, Jhon. W. 2013.Research Design ‘Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif Dan Mixed’.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Santana, K. Septian. 2007.Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Anggota
Ikapi Dki Jakarta).
Polkinghorne, Donald. E. 2007. Narrative In Research, (Los Angeles: University Of Southern
California)
Mulyadi, Mohammad. 2004. Metode Penelitian Praktis Kuantitatif Kualitatif. (Jakarta: Publica
Institute)
Kuswarno, Engkus . 2009. Metode Penelitian Komunikasi Fenomenologi Konsepsi,Pedoman, Dan
Contoh Penelitiannya. (Bandung: Penerbit Widya Padjadjaran)
Daymon, Cristin. & Holloway, Immy. 2008 .Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam Public Relations
Dan Marketing Communication.( Yogyakarta: Bentang)
Bungin,Burhan. 2001. (Metodologipenelitian Sosial, Format-Format Kuantitatif Dan
Kualitatif.(Surabaya: Airlangga University Press)
Salim, Agus . 2001. Teori Dan Paradigma Penelitian Sosial. (Yogyakarta: Tiara Wacana)
Amirin,Tatang. 1995. Menyusun Rencana Penelitian.Ed,I.,Cet.3.(.Jakarta: Pt.Raja Grafindo)
Singarimbun, Masri . 1989. Metode Penelitian Survai. 1989.(Jakarta: Lp3es)

Anda mungkin juga menyukai