Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Aktivitas makhluk hidup memerlukan energi yang diperoleh dari

bahan makanan. Salah satu makromolekul yang terdapat pada bahan makanan

yaitu karbohidrat. Energi yang terkandung dalam karbohidrat berasal dari

energi matahari. Pembentukan karbohidrat dalam hal ini glukosa dibentuk

dari karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil

dalam daun melalui proses fotosintesis. Karbohidrat terdiri dari unsur karbon,

hidrogen dan oksigen (Galuh Ratmana Hanum, 2017).

Karbohidrat merupakan sumber energi yang utama bagi tubuh dan

merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan terdiri dari unsur Carbon

(C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Berdasarkan panjang rantai karbonya,

karbohidrat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu monosakarida, disakarida dan

polisakarida. Gangguan metabolisme karbohidrat disebabkan karena adanya

kelainan hormonal dari insulin, growth hormone, dan hormon steroid.

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit metabolik yang diakibatkan

oleh gangguan metabolisme karbohidrat karena produkasi insulin kurang atau

resistensi insulin. Penyakit ini ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi

(hiperglikemia). Untuk mengetahui kadar glukosa dalam tubuh seseorang

maka diperlukan pemeriksaan laboratorium (Susanti dan Firdayanti, 2021).

Laboratorium, baik laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi

maupun laboratorium medik (klinik), mempunyai peran yang sangat penting

1
dalam kehidupan sehari-hari. Hasil yang dikeluarkan oleh laboratorium pada

umumnya digunakan untuk memastikan kesesuaian (conformity) objek

tertentu terhadap standar atau persyaratan. Standar atau persyaratan tersebut

dapat berupa batas minimal, batas maksimal atau rentang toleransi dari sifat

atau karakteristik suatu barang, alat ukur atau spesimen biologis dan

digunakan untuk mengambil keputusan untuk menyatakan pemenuhan

(compliance) terhadap regulasi, nilai acuan, atau kesepakatan kontrak di

antara pihak-pihak yang terikat dalam kesepakatan serta untuk tujuan lainnya

(Sunarya, 2021).

Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan

pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari

manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis

penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat

berpengaruh pada kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat (Moh.

Ainul Yaqin dan Dian Arista, 2015).

Laboratorium klinik merupakan laboratorium kesehatan yang

melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan

informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya

diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan

(Permenkes, 2013).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Indah Fahmiyah (2016) tentang

faktor yang mempengarui kadar gula darah puasa pasien diabetes mellitus

tipe 2 di poli diabetes RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Hasil penelitian bahwa

2
terdapat perbedaan karakteristik kadar gula darah puasa pasien DM tipe 2

GDP tidak terkendali dan GDP terkendali kadar gula darah puasa setelah

berpuasa 8-12 jam.

Tahapan pada pemeriksaan laboratorium kimia klinik terdiri dari pra-

analisis, analisis dan pasca-analisis. Tingkat kesalahan pada setiap tahap

berbeda. Pra-analisis (60-70%), analisis (10-15%) dan pasca-analisis (15-

18%). Tahap pra-analisis adalah penyebab kesalahan nomor satu, karena

masalah dapat terjadi pada tahap ini, dimulai dengan permintaan tes awal,

persiapan pasien, pengambilan sampel, pengiriman dan penyimpanan sampel.

(Apriani dan Alfita Umami, 2018).

Pada penelitian Fandy Novrian (2019) tentang perbandingan

peningkatan kadar glukosa darah puasa sebelum dan sesudah pemberian

madu hutan dan gula pasir pada mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan

nilai rata-rata kadar glukosa darah puasa pada kelompok A sebesar 76,82

mg/dl dan nilai rata-rata setelah pemberian madu hutan sebesar 115.91 mg/dl

dengan nilai p=0.000. Sedangkan nilai rata-rata kadar glukosa darah puasa

pada kelompok B sebesar 81.01 mg/dl dan nilai rata-rata kadar glukosa darah

setelah pemberian madu sebesar118.36 mg/dl dengan nilai p=0.000.

Kesimpulan kenaikan kadar glukosa darah mahasiswa 15 menit setelah

diberikan madu hutan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan yang

diberikan gula pasir.

Persiapan pasien yang harus dilakukan untuk pemeriksaan glukosa

adalah pasien berpuasa selama 10-12 jam sebelum melakukan pemeriksaan.

3
Pemeriksaan laboratorium kadar glukosa berdasarkan waktu pengambilan

darah terdiri dari glukosa puasa, glukosa 2 jam setelah makan dan glukosa

sewaktu. Nilai rujukan pemeriksaan glukosa puasa 70-110 mg/dl, nilai

rujukan 2 jam setelah makan 70-140 mg/dl dan nilai rujukan pemeriksaan

glukosa sewaktu 70-140 mg/dl. Pengambilan darah spesimen sebaiknya pagi

hari antara pukul 07.00-09.00 (Maria Tuntun, et al., 2018).

Penelitian Mita Oktasari (2019) mengenai perbedaan kadar glukosa

darah lama puasa 8 jam dan 10 jam menyatakan bahwa terdapat perbedaan

bermakna hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa 8 jam dan 10 jam

dengan rerata kadar glukosa darah puasa 8 jam sebesar 106,56 mg/dl dan

rerata kadar glukosa darah puasa 10 jam sebesar 101,75 mg/dl.

Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2021)

tentang perbedaan kadar glukosa darah puasa 8 jam dan 12 jam dengan

sampel serum menggunakan metode GOD-PAP menyatakan bahwa hasil

rata-rata lebih meningkat terhadap responden yang berpuasa selama 8 jam

yaitu 109,5 mg/dl sedangkan hasil rata-rata dari responden yang berpuasa

selama 12 jam yaitu 87,7 mg/dl. Dengan adanya perbedaan hasil pada

penelitian sebelumnya, ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian

“Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa 11 Jam, Puasa 12 Jam dan

Puasa 13 Jam Di RSUD Lahat”.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan kadar glukosa darah puasa 11 jam, puasa 12 jam dan

puasa 13 jam di RSUD Lahat ?

4
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya perbedaan kadar glukosa darah puasa 11 jam,

puasa 12 jam dan puasa 13 jam di RSUD Lahat.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kadar glukosa darah puasa 11 jam di RSUD

Lahat.

b. Untuk mengetahui kadar glukosa darah puasa 12 jam di RSUD

Lahat.

c. Unruk mengetahui kadar glukosa darah puasa 13 jam di RSUD

Lahat.

d. Menganalisis perbedaan kadar glukosa darah puasa 11 jam, puasa

12 jam dan puasa 13 jam di RSUD Lahat.

1.4. Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini penulis mengambil objek penelitian pada RSUD

Lahat dengan subjek hanya pada tenaga kesehatan di poli rawat jalan RSUD

Lahat. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada variabel-variabel yang

berkaitan dengan kadar glukosa darah.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaaat untuk

menambah pengetahuan, wawasan ilmiah, sebagai dasar penelitian

lanjutan, referensi bagi perpustakaan dan sebagai bahan masukan dalam

5
proses belajar mengajar tentang kadar glukosa darah puasa 11 jam, puasa

12 jam dan puasa 13 jam.

1.5.2. Manfaat Praktis

Memberikan informasi bagi petugas laboratorium dalam tahapan pranalitik

pemeriksaan glokosa untuk lama puasa yang dianjurkan.

1.6. Keaslian Penelitian

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian


Peneliti Penelitian
1. Indah Faktor yang Variabel bebas: Terdapat perbedaan Peneliti sebelumnya puasa
Fahmiyah, mempengarui kadar pasien diabetes karakteristik kadar gula dianjurkan 8-12 jam untuk
(2016) gula darah puasa melitus tipe 2 darah puasa pasien DM tipe melihat kadar GDP terkendali
pasien diabetes melitus Variabel terkait: 2 GDP tidak terkendali dan
dan tidak terkendal. Sedangkan
tipe 2 di poli diabetes kadar glukosa GDP terkendali kadar gula
penelitian saat ini
RSUD Dr. Soetomo darah puasa darah puasa setelah
membedakan lama puasa puasa
Surabaya berpuasa 8 – 12 jam
3 jam dan puasa 8 jam
2. Mita Perbedaan kadar Variabel bebas: Terdapat perbedaan Peneliti sebelumnya puasa
Oktasari, glukosa darah 8 jam pasien diabetes bermakna hasil pemeriksaan dianjurkan 8 jam dan 10 jam.
(2019) dan 10 jam Variabel terkait: kadar glukosa darah puasa 8 Sedangkan penelitian saat ini
kadar glukosa jam dan 10 jam dengan membedakan lama puasa puasa
darah puasa rerata kadar glukosa darah
3 jam dan puasa 8 jam
puasa 8 jam sebesar 106,56
mg/dl dan rerata kadar
glukosa darah puasa 10 jam
sebesar 101,75 mg/dl

3. Fandy Perbandingan Variabel bebas: Nilai rata-rata kadar glukosa Peneliti sebelumnya terdapat
Novrian Peningkatan Kadar mahasiswa darah puasa pada kelompok perbedaan kadar glukosa darah
Glukosa Darah Puasa Variabel terkait: A sebesar 76,82 mg/dl dan
(2019) mahasiswa setelah diberikan
kadar glukosa
Sebelum dan Sesudah nilai rata-rata setelah madu hutan sedikit lebih tinggi
darah puasa
Pemberian Madu pemberian madu hutan dibandingkan dengan yang
Hutan Dan Gula Pasir sebesar 115.91 mg/dl.
diberikan gula pasir.
Sedangkan nilai rata-rata
Sedangkan penelitian saat ini
kadar glukosa darah puasa
membedakan lama puasa puasa
pada kelompok B sebesar
3 jam dan puasa 8 jam
81.01mg/dl dan nilai rata-
rata kadar glukosa darah
setelah pemberian madu
sebesar118.36 mg/dl

4. Indriani Perbedaan Kadar Variabel bebas: Hasil rata-rata lebih tinggi Peneliti sebelumnya puasa
(2021) Glukosa Darah Puasa pasien diabetes pada responden yang dianjurkan 8 jam dan 12 jam.
8 Jam Dan 12 Jam melitus. berpuasa selama 8 jam yaitu Sedangkan penelitian saat ini
Variabel terkait:
Dengan Sampel Serum 109,5 mg/dl sedangkan hasil membedakan lama puasa puasa
kadar glukosa
Menggunakan Metode darah puasa rata-rata dari responden 3 jam dan puasa 8 jam
GOD-PAP yang berpuasa selama 12
jam yaitu 87,7

Tabel 1. Keaslian Penelitian

6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telaah Pustaka

2.1.1. Glukosa

a. Pengertian Glukosa

Aktivitas makhluk hidup memerlukan energi yang diperoleh dari

bahan makanan. Salah satu makromolekul yang terdapat pada bahan makanan

yaitu karbohidrat. Energi yang terkandung dalam karbohidrat berasal dari

energi matahari. Pembentukan karbohidrat dalam hal ini glukosa dibentuk

dari karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil

dalam daun melalui proses fotosintesis. Karbohidrat banyak terdapat pada

beras, jagung, sagu, singkong dan gula. Selain itu, terdapat juga karbohidrat

yang tidak dapat dicerna seperti kayu dan serat kapas karena pada tumbuhan

tersebut mengandung selulosa (Galuh Ratmana Hanum, 2017).

Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih, yang

sukar larut dalam pelarut organik, tetapi larut dalam air (kecuali beberapa

sakarida). Sebagian besar karbohidrat dengan berat melekul yang rendah,

manis rasanya. Karena itu, juga digunakan istilah gula untuk zat-zat yang

tergolong karbohidrat (A. A. Putu Putra Wibawa, 2017).

Karbohidrat merupakan sumber energi yang utama bagi tubuh dan

merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan terdiri dari unsur Carbon

(C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Metabolisme karbohidrat adalah proses

kimia yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup untuk mengolah

8
karbohidrat yang mencakup reaksi pemecahan (katabolisme) dan reaksi

pembentukan (anabolisme). Berdasarkan panjang rantai karbonya,

karbohidrat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu monosakarida, disakarida dan

polisakarida. Gangguan metabolisme karbohidrat disebabkan karena adanya

kelainan hormonal dari insulin, growth hormone, dan hormon steroid.

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit metabolik yang diakibatkan

oleh gangguan metabolisme karbohidrat karena produkasi insulin kurang atau

resistensi insulin. Penyakit ini ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi

(hiperglikemia). Untuk mengetahui kadar glukosa dalam tubuh seseorang

maka diperlukan pemeriksaan laboratorium (Susanti dan Firdayanti, 2021).

Sakarida adalah nama lain dari karbohidrat dan berasal dari bahasa

Arab “sakkar” yang berarti gula. Karbohidrat merupakan suatu senyawa

organik polihidroksialdehid atau polihidroksiketon. Rumus umum dari

karbohidrat adalah Cn(H2O)n atau CnH2nOn. Karbohidrat terdiri dari unsur

karbon, hidrogen dan oksigen. Contoh : glukosa C6H12O6, sukrosa C12H22O11,

selulosa (C6H10O5)n (Galuh Ratmana Hanum, 2017).

Glukosa darah adalah kadar glukosa dalam darah yang konsentrasinya

diatur ketat oleh tubuh. Glukosa yang dialirkan dalam darah yang merupakan

sumber energi utama untuk sel-sel tubuh. Umumnya taraf glukosa pada darah

bertahan pada rentang 70-150 mg/dl, terjadi peningkatan kadar glukosa darah

sehabis makan dan umumnya berada pada tataran terendah di pagi hari

sebelum mengonsumsi makanan. Peningkatan kadar glukosa darah setelah

makan atau minum akan memacu pancreas untuk menghasilkan insulin yang

9
mencegah kenaikan kadar glukosa darah lebih lanjut dan mengakibatkan

kadar glukosa darah menurun secara perlahan (Gesang dan Abdullah, 2019).

Terdapat tiga golongan karbohidrat yang utama yaitu : monosakarida,

oligosakarida dan polisakharida. Kata sakarida diturunkan dari bahasa Yunani

yang berarti gula. Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu

unit polisakharida aldehida atau keton. D-glukosa adalah monosakarida yang

paling banyak dijumpai di alam. Oligosakarida (bahasa Yunani oligos yang

artinya sedikit) terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang

digabungkan bersamasama oleh ikatan kovalen. Diantaranya yang paling

dikenal adalah disakarida yang mempunyai dua unit monosakarida.

Teristimewa adalah sukrosa (gula tebu) yang terdiri gula D-glukosa dan D-

fruktosa yang digabungkan oleh ikatan kovalen. Kebanyakan oligo sakarida

yang mempunyai tiga atau lebih unit monosakarida tidak terdapat secara

bebas, tetapi digabungkan sebagai rantai samping polipeptida pada

proteoglikan. Polisakharida terdiri dari rantai panjang yang mempunyai

ratusan atau ribuan unit monosakarida. Beberapa polisakharida seperti

selulosa, mempunyai rantai lenier, sedangkan yang lain seperti amilum (pati)

dan glikogen mempunyai rantai yang bercabang. Polisakharida yang paling

banyak dijumpai pada dunia tanaman yaitu pati dan selulosa. Nama semua

monosakarida dan disakarida berakhiran -Osa (A. A. Putu Putra Wibawa,

2017).

10
b. Fungsi Glukosa

Glukosa disebut juga sebagai dekstrosa atau gula anggur. Jenis

monosakarida ini merupakan gula yang terpenting dalam metabolisme tubuh

karena merupakan produk utama yang dibentuk dari hidrolisis karbohidrat

kompleks dalam proses percernaan, dan di dalam sel, glukosa dioksidasi

untuk menghasilkan energi dan disimpan di dalam hati dan otot dalam bentuk

glikogen. Karena hanya glukosa yang ditemukan di dalam plasma darah dan

sel darah merah maka glukosa disebut juga sebagai gula darah. Glukosa yang

terdapat di dalam darah berasal dari pemecahan glikogen dari makanan yang

dikonsumsi. Sumber glukosa dapat diperoleh dari makanan ataupun hasil

pencernaan. Bahan makanan yang mengandung glukosa seperti buah-buahan,

sayuran, jagung (jagung manis), sari pohon dan sejumlah akar serta madu.

Dari hasil pencernaan glukosa diperoleh dari pati melalui proses pemecahan

pati menjadi dextrin kemudian dengan bantuan enzim menjadi maltosa hingga

akhirnya menghasilkan glukosa. Glukosa dalam bentuk bebas hanya terdapat

dalam jumlah terbatas dalam bahan makanan. Tingkat kemanisan glukosa

hanya separuh dari sukrosa, sehingga dapat digunakan lebih banyak untuk

tingkat kemanisan yang sama (Azrimaidaliza, et al., 2020).

Monosakarida, disakarida dan polisakarida merupakan bentuk-bentuk

dari karbohidrat. Karbohidrat yang masuk ke pencernaan akan dicernakan

menjadi monosakarida dan mengalami absorbsi terutama di duodenum dan

jejunum proksimal. Kadar glukosa darah akan meningkat untuk sementara

11
waktu setelah karbohidrat diabsorbsi dan kemudian kembali ke kadar semula

(baseline). Fisiologis pengaturan kadar glukosa darah tergantung dari:

1) Ekstraksi dari glukosa

2) Sintesa dari glikogen

3) Glikogenolisis yang terjadi di dalam hati

Jaringan otot perifer dan sel lemak (adiposa) mempergunakan glukosa

sebagai sumber energi. Jaringan-jaringan tersebut ikut berperanan dalam

regulasi dan mempertahankan kadar glukosa darah, walaupun secara

kuantitatif tidak seperti hepar (Meddy Setiawan, 2021).

Manfaat glukosa membantu mencegah sel-sel saraf di jaringan otak

dari keracunan amonia. Sebagai bahan baku, glukosa berperan dalam sintesis

asam-ketoglutarat dan berperan dalam pencegahan ini. Keuntungan penting

adalah dapat membantu jaringan tubuh menyerap oksigen yang dikeluarkan

oleh hemoglobin. Hal ini dapat terjad isetelah glukosa menjadi bagian dari

konstituen yang membentuk senyawa asam bifosfogliserat (Puji. A, 2021).

c. Metabolisme Glukosa

Metabolisme berasal dari bahasa Yunani metabolismos yang memiliki

arti “perubahan”. Secara istilah, metabolisme merupakan proses kompleks

yang melibatkan berbagai jalur lintasan reaksi kimia. Metabolisme dan jalur

metabolisme ini telah banyak diteliti oleh para ahli sehingga telah banyak

menghasilkan terobosan dan ilmu terkini yang dapat menjelaskan jalur-jalur

metabolisme secara lebih detail (Dedy Syahrizal, et al., 2020).

12
Glukosa adalah bahan bakar universal bagi sel manusia dan

merupakan sumber karbon untuk sintesis sebagian besar senyawa lainnya.

Semua jenis sel manusia menggunakan glukosa untuk memperoleh energi.

Gula lain dalam makanan (terutama fruktosa dan galaktosa) diubah menjadi

glukosa atau zat antara dalam metabolisme glukosa. Menurut Sri Wahjuni

(2013) proses metabolisme karbohidrat sebagai berikut :

1) Glikolisis ialah proses awal dari metabolisme gugus gula hasil pemecahan

karbohidrat di dalam sel. Proses glikolisis bertujuan untuk menghasilkan

piruvat dalam keadaan aerob ataupun laktat dalam keadaan anaerob

sehingga dapat terbentuk energi. Glikolisis terjadi di dalam sitoplasma sel/

sitosol. Pada keadaan aerob, 1 molekul glukosa yang melalui proses

glikolisis dapat menghasilkan 8 ATP sedangkan dalam keadaan anaerob

jumlah ATP yang dihasilkan lebih sedikit yaitu 2 ATP. Di eritrosit, proses

glikolisis selalu terjadi dalam keadaan anaerob karena ketiadaan

mitokondria. Hal ini menyebabkan hasil akhirnya selalu berupa laktat.

2) Glikogenesis adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat.

Selanjutnya, piruvat dioksidasi menjadi asetil-KoA. Akhirnya asetil-KoA

masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi

energi. Proses diatas terjadi jika kita membutuhkan energi, misalnya untuk

berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika jumlah glukosa

melebihi kebutuhan maka dirangkai menjadi glikogen untuk cadangan

makanan melalui proses glikogenesis.

13
3) Glikogenolisis, jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan,

maka glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber

energi. Proses ini digunakan glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan

kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk

memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim

fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 1→4

glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal

pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai

kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada sisi cabang 1→6.

4) Siklus Asam Sitrat adalah serangkaian reksi kimia dalam sel yaitu pada

mitokondria yang berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan

mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi. Proses

ini adalah proses oksidasi dengan menggunakan oksigen atau aerob. Siklus

asam sitrat ini disebut juga siklus kreb, menggunakan nama Hans

Krebsseorang ahli biokimia yang berjasa banyak dalam penelitian

metabolisme karbohidrat. Siklus ini merupakan siklus dimana terjadi

penggabungan antara molekul asetil koA dengan oksaloasetat hingga

terbentuk asam trikarboksilat yaitu asam sitrat. Asam sitrat akan

mengalami beberapa reaksi untuk akhirnya kembali membentuk

oksaloasetat.

5) Glukoneogenesis adalah proses sintesis glukosa dari prekursor bukan

karbohidrat, terjadi terutama di hati pada keadaan puasa. Glukoneogenesis

berlangsung melalui suatu jalur yaitu perubahan Piruvat Menjadi

14
Fosfoenolpiruvat Piruvat mengalami karboksilasi oleh piruvat karboksilase

untuk membentuk oksaloasetat. Enzim ini, yang memerlukan biotin, adalah

katalisator reaksi anaplerotik pada siklus asam trikarboksilat. Pada

glukoneogenesis, reaksi ini melengkapi lagi oksaloasetat yang digunakan

untuk sintesis glukosa. CO2 yang ditambahkan ke piruvat untuk

membentuk oksaloasetat dibebaskan oleh fosfoenol piruvat karboksikinase

(PEPCK) dan dihasilkan fosoenolpiruvat. Untuk reaksi ini, GTP

merupakan sumber energi serta sumber gugus fosfat fosfoenolpiruvat.

Enzim-enzim yang mengkatalisis kedua langkah ini terletak di dua

kompartemen subsel yang berbeda. Piruvat karboksilase dijumpai di

mitokondria. Pada berbagai spesies, fosfoenolpiruvat karboksikinase

terletak di sitosol atau mitokondria, atau tersebar di kedua kompartemen

ini. Pada manusia, enzim ini tersebar hampir sama banyak di masing-

masing kompartemen.

6) Pengaturan Glukoneogenesis, karena hati dapat membuat glukosa melalui

glukoneogenesis dan menggunakan glukosa melalui glikolisis, maka harus

ada suatu sistem pengaturan yang mencegah agar kedua lintasan ini bekerja

serentak. Sistem pengatur juga harus menjamin bahwa aktivitas metabolik

hati sesuai dengan status gizi tubuh, yaitu pembentukan glukosa selama

puasa dan menggunakan puasa pada saat glukosa banyak. Aktivitas

glukoneogenesis dan glikolisis diatur secara terkoordinasi dengan cara

perubahan jumlah relatif glukagon dan insulin dalam sirkulasi.

15
7) Siklus Cori, lokalisasi enzim-enzim tertentu hanya dalam sel-sel tertentu

berarti bahwa beberapa organ tergantung pada yang lain untuk melengkapi

metabolisme substrat tertentu. Selama karbohidrat diperhitungkan, hati dan

otot rangka menjalankan suatu kerjasama metabolisme tertentu. Otot

rangka memperoleh ATP selama berlatih, hampir semuanya dari glikolisis.

Sebagai hasilnya, produk akhir laktat memasuki darah. Laktat ini kemudian

dihilangkan dari darah oleh hati terutama melalui isozim M4 laktat

dehidrogenase yang mengkatalisis konversi cepat laktat menjadi piruvat.

d. Kelainan Metabolisme Glukosa

Karbohidrat adalah Polihidroksi aldehida dan Polihidroksi keton atau

zat zat yang bila dihidrolisis akan menghasilkan derivat senyawa-senyawa

tersebut. Suatu kaharbohidrat tergolong aldehida (CHO), jika oksigen

karbonil berikantan dengan suatu atom karbon terminal dan suatu keton

(C=O) jika oksigen karbonil berikatan dengan suatu karbon internal (A. A.

Putu Putra Wibawa, 2017).

Menurut Eva Yuniritha (2021) Diantara berbagai penyakit gangguan

metabolisme karbohidrat yang paling banyak diketahui penyebabnya adalah

diabetes mellitus, galaktosemia dan penyakit penyimpanan glikogen.

Diabetes Mellitus Gejala pertama yang ditunjukkan oleh penyakit ini

adalah hiperglisemia, glukosuria, poliuria, polidipsi dan polipagi, turunanya

berat badan, ketonemia, ketonuria, asidosis. Gejala kedua yang diakibatkan

oleh penyakit ini dalam waktu yang lama adalah degenerasi dinding

pembuluh darah dan pengaruhnya terhadapa berbagai organ tubuh, terutama

16
kemungkinan terjadinya kebutaan. Terdapatnya glukosa di dalam air kemih

menunjukkan kadar glukosa yang tinggi di dalam plasma darah

(hiperglukosemia). Hal ini disebabkan karena pengangkutan glukosa ke

dalam sel dihambat, sehingga glukosa tidak dapat dioksidasi (melalui proses

glikolisis) atau tidak dapat diubah menjadi glikogen (proses glikogenolisis)

akibatnya proses reaksi penghasil energi (glikolisis) akan berkurang sehingga

mempengaruhi laju reaksi jalur metabolisme yang memerlukan energi

(anabolisme) (Wirahadikusumah, 1985). Proses pengangkutan glukosa ke

dalam sel bergantung pada insulin, suatu hormon yang dikeluarkan oleh

kelenjar pankreas. Kekurangan insulin akan menyebabkan terhambatnya

proses pengangkutan tersebut. Mekanisme lain dari pengaruh insulin terhadap

metabolisme karbohidrat adalah terhalangnya tahap reaksi masuknya asetil –

KoA ke dalam daur asam trikarboksilat. Penghalangan ini, sedemikian rupa

sehingga asetil- KoA yang juga merupakan hasil katabolisme asam lemak

bukannya digunakan sebagai sumber energi oleh daur asam trikarboksilat,

tetapi diubah menjadi 20 asetoasetat, aseton dan β-hidroksibutirat, yang

kemudian dikeluarkan dari sel dan diekskresi bersama urin.

Galaktosemia Galaktosa sebagai hasil perombakan karbohidrat

(melalui laktosa) yang masuk dari usus halus kedalam aliran darah diubah

menjadi glukosa 1-fosfat. Penyakit galaktosemia pada bayi dan anak-anak

disebabkan karena tidak terdapat enzim fofogalaktosa uridietransferase.

Enzim ini berperan dalam pembentukan glukosa 1-fosfat dari galaktosa.

Dalam keadaan ini galaktosa 1- fosfat tetimbun dalam sel darah merah dan

17
jaringan tertentu lainnya. Keadaan ini menyebabkan kerusakan pada hati,

otak dan lensa mata. Pada orang dewasa kekurangan enzim ini tidak

menyebabkan penyakit galaktosemia karena adanya enzim UDP-galaktosa

fosfolirasi (UTP: galaktosa 1-fosfat uridetranferase) yang dapat mengubah

galaktosa 1-fosfat menjadi UDP galaktosa, yang selanjutnya diubah oleh

UDP-galaktosa, yang selanjutnya diubah oleh UDP-galaktosa epimerase

menjadi UDP-galaktosa.

Penyakit Penyimpanan Glikogen Penyakit ini terdiri dari berberapa

kelainan yang masing-masing merupakan akibat adanya ketidaknormalan dari

reaksi ireversibel perubahan glukosa ke glikogen. Penyakit keturunan yang

langka ini ditunjukkan dengan tertimbunnya glikogen dalam hati, jantung,

atau otot rangka. Keadaan ini dapat mengakibatkan hilangnya daya tahan

tubuh terhadap infeksi. Salah satu macam penyakit ini yang disebut penyakit

Von Gierke, disebabkan oleh tidak terdapatnya glukosa 6-fosfatase, yaitu

enzim yang mengkatalisis perubahan glukosa 6-fosfat ke glukosa. Penyebab

lainnya adalah tidak terdapatnya enzim amilo(1->6) gukosidase yang

berperan dalam pembentukan atau pemecahan (1->6) glikosida antara satuan

glukosa dalam molekul glikogen yang bercabang. Tanpa adanya enzim ini

proses perombakan glikogen terbatas hanya sampai molekul dekstrin saja,

karena ikatan glikosida ada bagian yang bercabang tidak dapat dipecahkan.

Penyakit ini disebut penyakit Cori. Penyakit kelainan glikogen lainnya adalah

penyakit Pompe.

18
Seseorang yang menderita diabetes mellitus dapat memiliki gejala

antara lain poliuria (sering kencing), polidipsia (sering merasa haus) dan

polifagia (sering merasa lapar) serta penurunan berat badan yang tidak

diketahui penyebabnya. Selain hal-hal tersebut, gejala penderita DM lain

adalah keluhkan lemah badan dan kurangnya energi, kesemutan di tangan

atau kaki, gatal, mudah terkena infeksi bakteri atau jamur, penyembuhan luka

yang lama dan mata kabur. Namun, pada beberapa kasus, penderita DM tidak

menunjukkan adanya gejala. Apabila seseorang merasakan gejala-gejala

tersebut, hendaknya memeriksakan diri ke dokter. Apabila terdapat

kecurigaan terhadap DM, dokter akan menyarankan pemeriksaan gula darah.

Pemeriksaan gula darah terdiri atas gula darah setelah berpuasa (minimal 8

jam), gula darah 2 jam setelah makan dan gula darah sewaktu. Selain ketiga

pemeriksaan tersebut, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan

laboratorium lainnya. Dari hasil pemeriksaan dan didukung oleh hasil

laboratorium, dokter akan menentukan apakah pasien terkena DM atau tidak

(Ratih Puspita Febrinasari et al., 2020).

Diabetes mellitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang

ditandai dengan hiperglikemia. Secara umum, diabetes diklasifikasikan

menjadi: diabetes melitus tipe 1 (DMT1), diabetes melitus tipe 2 (DMT2),

gestasional dan diabetes spesifik lain. Penyebab diabetes adalah kelainan

genetik dan lingkungan. Gejala umum diabetes antara lain: polidipsia,

polifagia, glikosuria, poliuria, dehidrasi, kelelahan, penurunan berat badan,

daya penglihatan berkurang, kram, konstipasi, dan infeksi candida.

19
Pemeriksaaan untuk diagnosis diabetes meliputi: pemeriksaan glukosa

plasma saat puasa, pemeriksaan glukosa plasma setelah 2 jam pemberian

glukosa oral 75 g, pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1C) dan

pemeriksaan glukosa darah acak. Pencegahan DMT1 masih sulit karena

terbatasnya pengetahuan proses metabolisme, genetik dan imunologi pada

perkembangan DMT1. DMT2 dicegah dengan intervensi gaya hidup dan

intervensi medis. Insulin merupakan satu-satunya obat untuk DMT1,

sedangkan DMT2 diobati dengan metformin sebagai pilihan utama dan non

obat untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah (Dudi Hardianto, 2020).

2.1.2. Laboratorium Klinik

Menurut Ninis Hadi Haryanti (2016) laboratorium dapat diartikan

secara luas maupun sempit. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, laboratorium

adalah tempat mengadakan percobaan (menyelidiki sesuatu yang

berhubungan dengan fisika, kimia). Kata laboratorium berasal dari kata

laboratory, yang memiliki beberapa pengertian yaitu :

a. Tempat yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen di

dalam sains atau melakukan pengujian dan analisis.

b. Bangunan atau ruang yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan

penelitian ilmiah ataupun praktik pembelajaran bidang sains.

c. Tempat memproduksi bahan kimia atau obat.

d. Tempat kerja untuk melangsungkan penelitian ilmiah.

e. Ruang kerja seorang ilmuwan dan tempat menjalankan eksperimen bidang

studi sains (kimia, fisika, biologi).

20
Laboratorium medik sering juga disebut dengan laboratorium klinik,

sering pula hanya disebut dengan laboratorium saja. Laboratorium klinik

adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan

spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan

terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit dan memulihkan

kesehatan (Permenkes, 2010).

Laboratorium adalah tempat yang dilengkapi dengan berbagai

instrumen, peralatan dan bahan kimia (reagen), untuk melakukan karya

eksperimental, kegiatan penelitian dan prosedur pemeriksaan. Laboratorium

medik merupakan salah satu bagian laboratorium yang dilengkapi dengan

berbagai instrumen biomedis, peralatan, bahan dan reagen (bahan kimia)

untuk melakukan berbagai kegiatan pemeriksaan laboratorium dengan

menggunakan spesimen biologis (whole blood, serum, plasma, urine, tinja,

dll). Bila melihat kedua definisi di atas, dapat dikatakan bahwa laboratorium

klinik adalah sebuah tempat di mana di dalamnya terdapat instrumen,

peralatan, serta bahan dan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan

laboratorium dengan menggunakan spesimen biologis sebagai penunjang

diagnosis penyakit dan pemulihan kesehatan (Mardiana dan Ira Gustira

Rahayu, 2017).

Tujuan pemeriksaan laboratorium adalah:

1. Menegakkan diagnosa,

2. Memantau pengobatan,

3. Memantau perjalanan penyakit (prognosis)

21
4. Check up/ skrining.

Jenis pemeriksaan glukosa darah adalah sebagai berikut:

1. Glukosa Puasa

Pemeriksaan glukosa yang dilakukan dengan syarat pasien harus puasa 8-

12 jam sebelum pengambilan darah.

2. Glukosa 2 Jam Post Prandial (2 Jam Setelah Makan)

Pemeriksaan yang dilakukan 2 jam setelah GDP. Pasien dianjurkan makan

makanan yang mengandung 100 gram karbohidrat sebelum pemeriksaan

dilakukan.

3. Glukosa Sewaktu

Pemeriksaan glukosa yang dilakukan sewaktu-waktu.

4. Test Toleransi Glukosa Oral

Digunakan untuk menilai adanya gangguan toleransi glukosa.

Pengambilan darah dilakukan 2 kali, puasa dan 2 jam setelah pemberian

larutan glukosa 75 gram dalam 200 ml air.

2.1.3. Pemeriksaan Glukosa Darah

a. Tahap Pra-Analitik

Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses

pra-analitik yang dapat mempengaruhi pengujian laboratorium, tapi hampir

tidak dapat diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup

variabel fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa, diet, stres, efek posisi,

menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat

adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi,

22
pasca operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang

kuat terhadap beberapa variabel biokimia dan hematologi, maka gaya hidup

individu dan ritme biologis pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum

pengambilan sampel (Maria Tuntun et al., 2018).

Faktor praanalitik dapat dikatakan sebagai tahap persiapan awal,

dimana tahap ini sangat menentukan kualitas sampel yang nantinya akan

dihasilkan dan mempengaruhi proses kerja berikutnya.

1) Persiapan pasien

2) Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari jam 07.00 – 09.00 Wib

3) Jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi

4) Identifikasi Pasien

5) Pengelolaan Spesimen

Berdasarkan penelitian, dikatakan bahwa dari sejumlah 40.490 analisis

sampel analitik di laboratorium terdapat 4,5% kesalahan. Persentase tersebut

berupa kesalahan preanalitik (60-70%), analitik (10-15%), dan pasca analitik

(15-18%). Faktor kesalahan preanalitik menyumbang 60- 70% kesalahan di

laboratorium diagnostik. Jumlah persentase ini umumnya merupakan masalah

yang timbul dari persiapan pasien, pengumpulan sampel, pengiriman dan

penyimpanan specimen.

Telah lama diketahui bahwa metabolisme glukosa dalam serum dalam

tabung berisi darah akan mengalami penurunan seiring waktu berjalan. Saat

spesimen darah belum diuji, proses glikolisis dapat terjadi oleh komponen-

komponen seluler di dalamnya dan dapat mengkonsumsi 5%-7% glukosa

23
yang terkandung dalam sampel tiap jam. Penundaan pemeriksaan akan

menurunkan kadar glukosa darah dalam sampel. Hal ini terjadi karena adanya

aktifitas yang dilakukan sel darah. Penyimpanan sampel pada suhu kamar

akan menyebabkan penurunanan kadar glukosa darah kurang lebih 1-2 % per

jam (Apriani dan Alfita Umami, 2018).

b. Tahap Analitik

Pelayanan laboratorium kesehatan atau klinik adalah pelayanan yang

dapat menunjang diagnosis penyakit atau monitoring kesembuhan dari

pasien. Salah satu parameter kualitas pelayanan di laboratorium adalah

penanggulangan beberapa faktor kesalahan. Di laboratorium, kesalahan

dalam pelayanan dapat dikatagorikan menjadi tiga, yaitu kesalahan pada

proses preanalitik (kesalahan identifikasi sampel, kesalahan permintaan,

kesalahan dalam teknik phlebotomi, pemilihan alat dan bahan).

Faktor analitik yang berpengaruh terhadap kadar glukosa darah

meliputi kondisi alat, reagen dan metode yang digunakan. Alat yang

digunakan harus selalu dilakukan pemeliharaan, dilakukan evaluasi

pemantapan mutu harian dan kalibrasi. Reagen harus disimpan pada suhu

yang sesuai supaya tidak rusak dengan memperhatikan batas kadaluwarsanya

(Mardiana dan Ira Gustira Rahayu, 2017).

c. Tahap Pasca-Analitik

Pemeriksaan glukosa darah adalah pemeriksaan yang penting di dalam

laboratorium klinik terutama bagi pasien diabetus melitus. Pengendalian

kondisi gula darah adalah cara yang paling efektif dalam mencegah atau

24
membalikkan komplikasi diebetes sekaligus peningkatan kualitas hidup bagi

pasien diabetes. Penentuan kadar glukosa darah menjadi salah satu tolok ukur

dalam diagnosis diabetes mellitus.

Faktor pasca analitik menitikberatkan pada hasil pemeriksaan glukosa

darah sebagai penunjang diagnostik meliputi penulisan hasil, harga normal

dan satuan. Faktor ferfusi yang turun dan peningkatan pengunaan glukosa

pada pasien hipotensi akan menyebabkan perbedaan bermakna pada

pemeriksaan kadar glukosa. Tekanan oksigen yang tinggi pada pasien dengan

terapi oksigen (pO2) lebih dari 100 mmHg dapat menyebabkan rendah palsu.

Interaksi obat ini dapat terjadi pada alat POCT dengan metode glukosa

oksidase. Keadaan hipertriglycerida dan atau hiperuricaenia dapat

menyebabkan volume relatif plasma berkurang (triglycerid tinggi)

menyebabkan hasil rendah palsu. Asam urat yang tinggi dapat menyebabkan

menyebabkan oksidase pada elektroda sehingga menyebabkan hasil tinggi

palsu (Aulia dan Diana, 2016).

2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah

a. Faktor Fisiologis

1) Makanan

Pola makan atau diet merupakan determinan penting yang menentukan

obesitas dan juga mempengaruhi resistensi insulin. Pola makan memainkan

peranan yang penting dalam proses peningkatan kadar glukosa darah dan

terjadinya diabetes tipe 2.

2) Usia

25
Usia merupakan salah satu faktor meningkatnya kadar glukosa darah.

Semakin bertambahnya usia semakin menurunnya fungsi tubuh.

3) Jenis Kelamin

Menurut SKRT (2004) diabetes laki-laki di Indonesia lebih tinggi daripada

perempuan, yaitu 24% pada laki-laki dan 20% pada perempuan.

4) Pendidikan

Pendidikan dan pengetahuan merupakan dasar tindakan pencegahan dan

pengobatan penyakit diabetes. Ketidaktahuan masyarakat menghalangi

tindakan pencegahan hiperglikemi. Dengan tingkat pendidikan yang semakin

tinggi maka akan meningkatkan tingkat intelektual seseorang sehingga akan

semakin mudah menyerap pengetahuan.

5) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dengan olahraga dapat memperbaiki sensitivitas insulin serta

meningkatkan asupan glukosa oleh otot. Dengan cara ini olahraga

memberikan efek yang menguntungkan bagi metabolisme karbohidrat pada

diabetesi maupun orang-orang yang bukan diabetesi. Olahraga memberikan

efek yang menguntungkan bagi metabolisme lemak dan berperan dalam

penuruan berat badan.

6) Faktor Hormonal

Tingkat gula darah diatur melalui mekanisme dalam mempertahankan

keseimbangan diorgan pankreas. Bila konsentrasi dalam darah menurun,

karena dimetabolisme untuk energi didalam tubuh, pankreas melepaskan

26
glukagon, hormon yang kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi

glukosa (proses ini disebut glukogenolisis).

7) Faktor Genetik

Menurut Pranoto (2003) penyakit diabetes secara umum dapat dikatakan

sebagai penyakit keturunan tetapi bukan penyakit menular. Meskipun

demikian, tidaklah berarti penyakit tersebut pasti menurun kepada anak.

Walaupun kedua orang tua menderita penyakit diabetes tersebut. Bila

dibandingkan dengan kedua orang tua yang normal (non-diabetes),

dibandingkan dengan kedua orang tua mempunyai anak yang menderita

penyakit diabetes

b. Faktor Patologis

Diabetes Mellitus (DM), merupakan gangguan metabolisme

karbohidrat yang menyebabkan kadar glukosa meningkat karena terjadi

akibat ketidakcukupan hormon issulin sehingga tidak dapat bekerja secara

normal. Tumor dan infeksi pada pankreas dapat meningkatkan kadar glukosa

Tumor pada kelenjar adrenal dan penyakit kortison, kondisi ini dapat

menyebabkan tubuh tidak bisa melepaskan hormone adrenalin meskipun

kondisi normal, sehingga turunnya hormone adrenalin dapat menyebabkan

menurunnya kadar glukosa darah.

c. Faktor Teknis

Pemeriksaan glukosa darah di Laboratorium digunakan untuk

mengetahui kadar glukosa darah di dalam tubuh. Penundaan waktu

pemeriksaan dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa darah, sehingga

27
hasil yang didapat tidak sesuai dengan keadaan tubuh yang sebenarnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara kadar glukosa

darah pada sampel plasma EDTA (Ethylenediaminetetraaceticacid) dan

serum yang langsung diperiksa dan ditunda selama dua jam. Penelitian ini

dilakukan menggunakan metode observasi eksperimental yaitu pengamatan

laboratorium klinik dengan mengukur kadar glukosa darah menggunakan

fotometer dan metode GOD-PAP (Apriani dan Alfita Umami, 2018).

Pemeriksaan gula darah sewaktu digunakan sebagai pemeriksaan

penyaring (screening) dan memantau (follow up) pada pasien Diabetes

Mellitus. Bahan pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan

spesimen darah utuh, serum, dan plasma dengan antikoagulan heparin,

EDTA, oksalat, dan fluoride. Perbedaan antara plasma dan serum terjadi

karena pada serum tidak terbentuk fibrinogen dan beberapa faktor koagulasi

lainnya, sedangkan plasma masih mengandung semua protein dan partikel

antikoagulan yang dapat mempengaruhi pemeriksaan. Hasil penelitian

menunjukkan adanya perbedaan terhadap kadar glukosa darah menggunakan

serum dan plasma EDTA dengan p value 0,001 (<ɑ 0,05) dengan nilai rata-

rata pada serum adalah 100,3 mg/dl serta nilai rata-rata pada plasma EDTA

adalah 113,5 mg/dl (Nur Ramadhani, et al., 2019).

2.1.5. Jaminan Mutu Laboratorium

Dalam rangka peningkatan kemajuan pelayanan Rumah Sakit

berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI dimulai

dengan penambahan sarana, prasarana, peralatan kerja, sesuai dengan

28
kemampuan kerja, sesuai dengan kemampuan pemerintah (Depkes), serta

peningkatan kesadaran, kemampuan dan minat para tenaga kerja kesehatan.

Perlu disadari bahwa dengan semakin tinggi tingkat pendidikan dan

kesejahteraan masyarakat, tuntutan masyarakat akan suatu pelayanan

kesehatan pun meningkat, di lain pihak pelayanan Rumah Sakit yang

memadai, baik di bidang diagnostik maupun pengobatan akan semakin

dibutuhkan. Sejalan dengan hak tersebut maka pelayanan diagnostik yang

diselenggarakan oleh laboratoruim Rumah Sakit akan semakin penting

(Riyono, 2017).

Menurut Maria Tuntun (2018) Jaminan mutu laboratorium merupakan

upaya yang dilakukan oleh suatu laboratorium secara terus menerus agar hasil

pemeriksaan yang diberikan kepada pasien benar dan dapat dipercaya. Upaya

yang umum dilakukan untuk maksud tersebut antara lain verifikasi metode,

PMI dan PME.

1) Verifikasi merupakan kegiatan untuk membuktikan metode yang sudah

ada diuji dan menghasilkan hasil yang valid. Verifikasi juga bertujuan

untuk membuktikan bahwa laboratorium memiliki data kinerja.

2) Presisi adalah pemeriksaan berulang yang dilakukan untuk mengetahui

kedekatan hasil pemeriksaan antara satu dengan yang lain menggunakan

sampel yang sama.

3) Akurasi adalah kedekatan hasil pemeriksaan yang disebut dengan nilai

sebenarnya (truevalue). Akurasi dilakukan dengan cara mengukur bahan

kontrol yang telah diketahui kadarnya secara langsung. Pengukuran

29
dilakukan secara berulang sebanyak 20 kali. Nilai kontrol yang telah

diketahui kadarnya dibandingkan dengan hasil pemeriksaan. Perbedaan

yang didapatkan dinyatakan dalam bentuk persen yang disebut dengan nilai

bias.

4) Linieritas ditunjukkan dengan besaran yang sejajar dari hasil pengujian

dengan konsentrasi analit yang terdapat pada sampel. Semakin linier

hasilnya maka metode, instrumen dan rentang ukurnya sangat cocok

digunakan untuk hasil pemeriksaan yang tepat. Kegiatan ini mencakup tiga

tahapan proses, yaitu pra-analitik, analitik dan paska analitik.

5) Validasi adalah cara pengujian kontrol kualitas dengan melakukan

konfirmasi sesuai bukti objektif agar dapat memberikan jaminan bahwa

metode pengukuran yang digunakan memenuhi persyaratan yang sesuai.

Validasi metode dilakukan untuk metode analisa yang baru dibuat dan

metode yang baru dikembangkan. Parameter uji untuk kegiatan validasi

meliputi presisi, akurasi, limit deteksi, limit kuantitasi, spesifisitas,

linearitas, range, robustness dan suitability.

6) Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan

pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium klinik secara

terus-menerus, menggunakan serum kontrol agar diperoleh hasil

pemeriksaan yang tepat. Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu

pra-analitik, analitik dan paska analitik.

7) Pemantapan Mutu Eksternal (PME) merupakan kegiatan yang

diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain diluar laboratorium yang

30
bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium

dalam bidang pemeriksaan tertentu. PME hendaknya dilakukan secara

teratur denga nmengikuti program yang dilaksanakan oleh organisasi

independen atau yang telah ditetapkan. Beberapa program PME

diwajibkan, baik yang diwajibkan oleh badan akreditasi atau menurut

hukum. Program PME dapat diselenggarakan pada tingkat yang berbeda

regional, nasional dan internasional. Dalam skala internasional, akreditasi

laboratorium klinis menggunakan standard ISO15189:2003 mewajibkan

laboratonium mengikuti Uji Profisiensi. Hasil laboratorium dijaga

kerahasiaannya, dan umumnya hanya diketahui oleh laboratorium yang

berpartisipasi dan penyedia PME.

31
2.2. Kerangka Teori

Hiperglikemi Diabetes Melitus

Insulin

Makanan, usia, olahraga,


Pemeriksaan Kadar Glukosa jenis kelamin, pendidikan,
Laboratorium
hormonal, genetik

Lama Puasa

Gambar 1. Kerangka Teori

2.3. Kerangka Konsep

32
Puasa 11 Jam

Kadar Glukosa
Puasa 12 Jam Darah

Puasa 13 Jam

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.4. Hipotesis

Ada perbedaan bermakna kadar glukosa darah puasa 11 jam, puasa 12 jam
dan 13 jam.

BAB III

33
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian merupakan penelitian analitik. Desain dalam penelitian

ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian

observasional dinama cara pengambilan data variabel bebas dan variable

terikat dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan.

3.2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah membandingkan hasil pemeriksaan

glukosa darah puasa dalam serum yang diperoleh dari pengambilan darah

pasien yang sudah berpuasa selama 11 jam, 12 jam dan 13 jam. Rancangan

penelitian yang akan digunakan adalah “One Group Pretest and posttest”

merupakan rancangan yang tidak mempunyai kelompok pembanding

(kontrol) tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang

memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya

eksperimen (Notoatmojo, 2012). Dengan bentuk rancangan sebagai berikut:

A1 B1

SP S A2 B2

A3 B3

Gambar 3. Rancangan Penelitian

34
Keterangan:
SP = Subjek penelitian
S = Sampel
A1 = Darah pasien puasa 11 jam
A2 = Darah pasien puasa 12 jam
A3 = Darah pasien puasa 13 jam
B1 = Hasil pemeriksaan sampel darah puasa 11 jam
B2 = Hasil pemeriksaan sampel darah puasa 12 jam
B3 = Hasil pemeriksaan sampel darah puasa 13 jam

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian atau subjek yang

menjadi sarana penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tenaga kesehatan di poli rawat jalan RSUD Lahat yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi

merupakan ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2012).

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi


1. Bersedia menjadi subjek penelitian 1. Pasien DM berumur > 50 tahun
dengan menanda-tangani informed
consent

2. Puasa 11 jam, puasa 12 jam dan 2. Melakukan aktifitas fisik berat


puasa 13 jam selama puasa

Tabel 2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

35
3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi. Besar sampel yang digunakan untuk penelitian ini

adalah menentukan ukuran minimal sampel dari jumlah populasi penelitian.

Dengan menggunakan rumus slovin, maka besar sampel sebagai berikut

(Riadi, 2016):

N
S= ------------------
N.d2 + 1

40
S= ------------------
40,052 + 1
40
S= ------------------
1,1

S = 36,3 = 36 sampel

Keterangan:
S = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
d = Taraf signifikan yang dikehendaki

3.3.3. Teknik Sampling

Tehnik sampling merupakan cara pengambilan sampel dari suatu

populasi yang digunakan. Pada penelitian yang akan dilakukan syarat untuk

menjadi populasi adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

pada tenaga kesehatan di poli rawat jalan RSUD Lahat. Teknik pengambilan

sampel yang dipakai adalah simple random sampling. Simple random

sampling yang mempunyai arti bahwa setiap anggota atau unit dari populasi

36
mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi menjadi sampel (Siregar,

2015), kemudian random sampling yang akan digunakan adalah dengan

mengundi anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari

40 subjek menjadi 36 sampel berdasarkan perhitungan dengan rumus slovin

(Notoatmojo, 2012).

3.4. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juni

2023. Penelitian dilakukan di Instalasi Laboratorium RSUD Lahat.

3.5. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat (Dependen) : Kadar glukosa darah

2. Variabel bebas (Independen) : Puasa 11 jam, 12 jam dan puasa 13 jam

3.6. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Cara Skala


Dependen
Kadar Kadar glukosa yang Dialab Pemeriksaan Rasio
glukosa diperiksa dalam darah menggunakan
darah alat Dialab
Independen
Puasa 11 jam Tidak mengkonsumsi Timer Menghitung Nominal
makanan/ minuman lama puasa
selama 11 jam sampai 11 jam

Puasa 12 jam Tidak mengkonsumsi Timer Menghitung Nominal


makanan/ minuman lama puasa
selama 12 jam sampai 12 jam

Puasa 13 jam Tidak mengkonsumsi Timer Menghitung Nominal


makanan/ minuman lama puasa
selama 13 jam sampai 13 jam

Tabel 3. Definisi Operasional

37
3.7. Teknik Pengumpulan Data

3.7.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data ada dua macam yaitu pengumpulan data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data informasi yang diperoleh tangan

pertama yang dikumpulkan langsung dari sumbernya, sedangkan Data

sekunder merupakan informasi tangan kedua yang sudah dikumpulkan oleh

beberapa orang untuk tujuan tertentu (Riadi, 2016). Pada penelitian yang

akan dilakukan data yang dipakai adalah data primer, dengan cara

mengumpulkan subjek yang telah puasa 11 jam, puasa 12 jam dan puasa 13

jam.

3.7.2. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian merupakan proses dalam

memperoleh data ringkasan menggunakan cara atau rumusan tertentu.

Pengolahan data dalam suatu penelitian meliputi beberapa tahap yaitu

(Notoatmojo, 2012):

a. Editing

Editing merupakan suatu proses pengecekan atau pemeriksaan data

yang telah dikumpulkan dari penelitian. Editing bertujuan untuk mengkoreksi

kesalahan-kesalahan dan kekurangan data yang telah dikumpulkan. Pada

penelitian yang akan dilakukan proses editing meliputi:

38
1) Apakah data lengkap, seperti pertanyaan yang tertera pada informed

consent telah terjawab semua. Jawaban relevan dengan pertanyaan yang

ada pada informed consent.

2) Apakah data glukosa dengan lama puasa 11 jam, puasa 12 jam dan puasa

13 jam sudah benar.

b. Codeting

Codeting merupakan kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap

data yang termasuk kategori yang sama. Codeting bertujuan untuk

membedakan antara data atau identitas data yang akan dianalisis. Pada

penelitian yang akan dilakukan proses codeting data glukosa yang telah

didapat diberi label.

c. Tabulasi

Tabulasi merupakan proses penempatan data ke dalam bentuk tabel

yang telah diberi kode sesuai kebutuhan analisis. Tabel-tabel yang dibuat

sebaiknya mampu meringkas agar memudahkan dalam proses analisis data.

Pada penelitian ini proses tabulasi yang akan dilakukan dalam bentuk tabel

yaitu, data yang masuk dan digunakan adalah 36 dari jumlah populasi yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.8. Cara Kerja

3.8.1. Perlakuan Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini diambil menjadi satu kelompok kemudian

subjek diharuskan puasa mulai pukul 20.00 wib lalu dilakukan pengambilan

39
darah mulai pukul 07.00 Wib (11 jam), pukul 08.00 Wib (12 jam) dan pukul

09.00 Wib (13 jam).

3.8.2. Pengambilan dan Pengolahan Darah

a. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus lurus,

jangan membengkokkan siku. Pilih lengan yang banyak melakukan

aktivitas

b. Pasien diminta untuk mengepalkan tangan

c. Pasang "torniquet"± 10 cm di atas lipat siku

d. Pilih bagian vena mediana cubiti

e. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol

70% dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa

terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

f. Tusuk bagian vena mediana cubiti dengan jarum, lubang jarum menghadap

ke atas dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat, tekan

tabung vakum sehingga darah terisap ke dalam tabung. Bila jarum berhasil

masuk vena,akan terlihat darah masuk dalam semprit. selanjutnya lepas

torniquet dan pasien diminta lepaskan kepalan tangan.

g. Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai. Apabila

dibutuhkan darah dengan antikoagulan yang berbeda dan volume yang

lebih banyak, digunakan tabung vakum yang lain.

h. Tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70 % pada bekas tusukan untuk

menekan bagian tersebut selama ± 2 menit. Setelah darah berhenti, plester

bagian ini selama ± 15 menit.

40
i. Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 5 kali agar

bercampur dengan antikoagulan.

j. Setelah pengambilan darah vena, segera masukkan ke dalam tabung tanpa

antikoagulan bertutup warna merah.

k. Biarkan darah membeku selama 20 – 30 menit pada suhu kamar

l. Lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 – 15 menit,

segera pisahkan serum dari sel-sel darah.

3.8.3. Pengaktifan Dialab

a. Menghidupkan mesin

- Tekan tombol power on/off mesin

- Hidupkan cpu tunggu sampai aplikasi mesin selesai selftest

- Masukan password dan user

b. Running sample

- Siapkan sample / serum pada nomor yg di inginkan

- Entry sample masukan id dan nama pasien sesuai nomor sample tray

- Pilih pemeriksaan (centang kolom) lalu run (jika 1 sample jika lebih dari

1 di save) option- select all-run selected

- Setelah selesai print hasil pasien

c. Run QC

- Pilih menu Qc

- Centang level 1 atau 2

- Pilih parameter yg hendak di qc

- Masukan sample qc ke posisi sesuai level

41
- Run

- Jika ada yg tidak masuk range lakukan calibrasi

- Kemudian qc ulang

d. Kalibrasi / standart

- Pilih menu calibrasi / standart

- Centang parameter yg akan di calibrasi

- Masukan diacal pada posisi tray

- Run

- Tunggu hingga selesai

e. Maintenance user

- Pilih menu maintenance lakukan wash cuvete- extra wash minimal 1 hari

sekali atau/ 100 test

f. Mematikan mesin

- Pilih menu shutdown pada aplikasi

- Extra wash cuvete yes tunggu sampai selesai dan otomatis cpu pc akan

mati

- Lalu matikan saklar on/off pada mesin.

42
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Puji. (09 September 2021). Mengenal Glukosa Dan Manfaat dan
CaraTubuh Mengolahnya. Hello Sehat Kemenkes.

Aulia dan Diana. (2016). POCT (Point OfCare Testing) Pada Pemeriksaan
Glukosa dan Keton Darah. Departemen Patologi Klinik FKUI-RSCM.

Apriani dan Alfita Umami. (2018). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Pada Plasma
EDTA dan Serum Dengan Penundaan Pemeriksaan. Jurnal Vokasi
Kesehatan. 4 (1).

Azrimaidaliza, Resmiati, Welly Famelia, Idral Purnakarya, Firdaus, Yasirly


Khairany. (2020). Dasar Gizi Kesehatan Masyarakat. Padang : LPPM
Universitas Andalas.

Fahmiyah Indah. (2016). Faktor Yang Mempengarui Kadar Gula Darah Puasa
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poli Diabetes RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Febrinasari Ratih Puspita, Tri Agusti Sholikah, Dyonisa Nasirochmi Pakha,


Stefanus Erdana Putra. (2020). Buku Saku Diabetes Melitus untuk Awam.
Surakarta : UNS Press.

Gesang & Abdullah, A. (2019). Biokimia Karbohidrat Dalam Perspektif Ilmu


Keolahragaan. (1sted.). Penerbit Wineka Media.

Hanum Galuh Ratmana. (2017). Biokimia Dasar. Sidoarjo : UMSIDA Press.

Hardianto Dudi. (2020). Telaah Komprehensif Diabetes Mellitus : Klasifikasi,


Gejala, Diagnosis, Pencegahan dan Pengobatan. Jurnal Bioteknologi &
Biosains Indonesia. 7 (2).

Haryanti Ninis Hadi. (2016). Pengantar Laboratorium. Banjarmasin : Lambung


Mangkurat University Press.

Indriani (2021). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa 8 Jam Dan 12 Jam
Dengan Sampel Serum Menggunakan Metode God-Pap. Diplomathesis.
Stikes Ngudia Husada Madura.

Mardiana dan Ira Gustira Rahayu. (2017). Bahan Ajar Teknologi Laboratorium
Medis. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Notoatmojo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

43
Novrian Fandy. (2019). Perbandingan Peningkatan Kadar Glukosa Darah Puasa
Sebelum Dan Sesudah Pemberian Madu Hutan Dan Gula Pasir Pada
Mahasiswa UMSU. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Oktasari Mita. (2019). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Pada Lama Puasa 8 Jam
Dan 10 Jam. Undergraduatethesis. Universitas Katolik Musi Charitas.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411 Tahun 2010 Tentang
Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik. Menteri Kesehatan.
Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2013 Tentang


Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik. Menteri Kesehatan.
Jakarta.

Ramadhani Nur, Q. Garini, A. Nurhayati, Harianja. S. (2019). Perbedaan Kadar


Glukosa Sewaktu Menggunakan Serum dan Plasma EDTA, Jurnal
Kesehatan Poltekes Palembang. 14 (2).

Riadi E. (2016). Statistik Penelitian (Analisis manual dan IBM SPSS). Yogyakarta :
CV. Andi.

Riyono. (2017). Pengendalian Mutu Laboratorium Kimia Klinik Dilihat Dari Aspek
Mutu Hasil Analisis Laboratorium. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan. 7
(2).

Setiawan Meddy. (2021). Sistem Endokrin dan Diabetes Mellitus. Malang : UMM
Press.

Sunarya. (2021). Manajemen Pengelolaan Laboratorium. Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press.

Susanti dan Firdayanti. (2021). Buku Ajar Kimia Klinik. Kendari : NEM.

Syahrizal Dedy, Nanda Ayu Puspita, Marisa. (2020). Metabolisme dan


Bioenergetika. Banda Aceh : Syiah Kuala University Press.

Tuntun Maria, Wieke Sriwulan, Doni Setiawan, Anik Nuryati. (2018). Bahan Ajar
Teknologi Laboratorium Medik : Kendali Mutu. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Wahjuni Sri. (2013). Metabolisme Biokomia. Denpasar : Udayana University Press.

Wibawa A. A. Putu Putra. (2017). Biokimia-Karbohidrat. Denpasar : Universitas


Udayana.

44
Yaqin Moh. Ainul dan Dian Arista. (2015). Analisis Tahap Pemeriksaan Pra
Analitik Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Hasil Laboratorium Di RS. Muji
Rahayu Surabaya. Jurnal Sains. 5 (10).

Yuniritha Eva. (2021). Buku Metabolisme Zat Gizi.


file:///C:/Users/ASUS/Downloads/BUKUMETABOLISMEZATGIZI_YENNI_E
VA%20(5).pdf, Diakses tanggal 16 Maret 2023.

45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Gambaran Umum Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan dari subjek penelitian yaitu

tenaga kesehatan di poli rawat jalan RSUD Lahat pada bulan ……. 2023.

Besar sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah 36 sampel

berdasarkan hitungan menggunakan rumus slovin.

Sampel berasal dari … laki-laki (%) dan … perempuan (%). Umur

termuda … tahun dan tertua … tahun dengan rata-rata umur … tahun.

4.2. Pembahasan

BAB V
PENUTUP

46
Kesimpulan

LAMPIRAN

47

Anda mungkin juga menyukai