Anda di halaman 1dari 22

Dalam menjalani puasa, asupan gizi pasti hanya bisa dilaksanakn setelah waktu berbuka sampai

waktu sahur

Bulan Ramadhan merupakan bulan suci umat Islam dimana pada bulan ini seluruh umat Islam
diwajibkan untuk berpuasa selama satu bulan penuh, mulai dari terbit fajar hingga tenggelam
matahari.
Pengaruh puasa Ramadhan terhadap fisiologis dan biokimia tubuh telah banyak dipelajari
dengan hasil yang berbeda-beda. Banyak penelitian menunjukkan puasa Ramadhan dapat
ditoleransi dengan aman pada orang sehat dan memberikan efek yang menguntungkan dalam hal
regulasi tekanan darah, kadar lipid darah, stres oksidatif, sensitivitas insulin, dan penyakit
jantung kronis jika dilakukan dengan benar. Ada banyak kontroversi mengenai puasa Ramadhan
untuk penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) terutama apakah puasa tersebut memperbaiki
indikator fungsi ginjal atau malah sebaliknya. Terdapat juga banyak kekhawatiran tentang
dampak dehidrasi dan efek hipoperfusi ginjal selama puasa Ramadhan terhadap penderita PGK.
Tinjauan kepustakaan ini memberikan bukti-bukti terbaru tentang pengaruh puasa Ramadhan
terhadap progresifitas PGK, baik pada penderita predialisis, yang sedang menjalani dialisis,
maupun yang telah menjalani transplantasi ginjal.
(Abdullah et al., 2021)
Puasa Ramadhan merupakan salah satu kewajiban umat Islam yang dilakukan dengan tidak
makan, minum, dan melakukan berbagai larangan selama beribadah dimulai dari subuh hingga
terbenamnya matahari. Waktu berpuasa di setiap negara dapat bervariasi tergantung musim. Di
Indonesia, perkiraan lamanya berpuasa adalah sekitar 14 jam. Puasa agama Islam ini
digolongkan sebagai puasa intermiten namun tentunya berbeda dengan puasa secara umum.
Akhir-akhir ini, puasa intermiten dianggap merupakan salah satu cara terbaik untuk menjaga
Kesehatan atau program menurunkan berat badan. Kondisi kehamilan, menurut pendapat ahli
dapat digolongkan dalam kondisi bukan penyakit. Namun, kondisi ini disertai dengan perubahan-
perubahan dari metabolism, system pencernaan, system kardiovaskular dan imunitas yang dapat
saja tidak seoptimal Wanita dalam keadaan tidak hamil. Pertanyaan bolehkah ibu hamil berpuasa
Ramadhan merupakan hal yang terus muncul saat tibanya Ramadhan. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, praktisi harus memahami penilaian, syarat, dan edukasi yang tepat
berdasarkan penelitian dan rekomendasi yang terus berkembang.
(Shariff & Sirojuddin, 2023)

.Puasa bukan bukan untuk kesenangan, memabukkan, menggemukkan badan atau


memperindah diri, tetapi menghilangkan perasaan lapar sehingga dapat hidup dengan tentram.
Persoalan yang muncul adalah: Apakah Puasa secara Pertumbuhan Kesehatan? Apakah Puasa
secara Psikologis? Apakah Puasa secara Spiritual? Bagaimanakah Teologi “Puasa” dalam
Perspektif Kesehatan, Psikologis dan Spiritual dapat Meningkatkan Kualitas Dasar Manusia
Hidup? Metode penelitian in menggunakan kualitatif melalui studi pustaka dengan pendekatan
analisis isi. Hasil penelitian: (1) Puasa secara kesehatan berarti seseorang melatih diri sendiri
untuk mempunyai kesadaran meningkatkan tubuhnya menjadi sehat dan jauh dari segala
penyakit. (2) Puasa secara psikologi berarti seseorang melatih diri sendiri untuk mampu
mengotrol diri dari segala perkara atau situasi yang dihadapi sehingga ia mempunyai reaksi yang
bijak dalam mengambil segala keputusan. (3) Puasa secara spiritual berarti seseorang melatih diri
sendiri semakin hidup fokus hanya kepada Allah. Ia mengadakan perjumpan terus-menerus
dengan Allah dengan cara berpuasa, berdoa, dan membaca Alkitab. (4) Teologi “Puasa”
membentuk berpikir secara holistik tentang paradigma puasa dalam perspektif kesehatan,
psikologis dan spiritual menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pertumbuhan
kesehatan, psikologi dan spiritual adalah makna dari teologi puasa: berhasil di dunia dan berhasil
di surga.
(Harianto, 2021)

Prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia terus meningkat dan mencapai 10,9% dari
populasi penduduk dewasa pada tahun 2018. Indonesia juga merupakan negara dengan jumlah
penduduk muslim terbesar di dunia. Setiap tahunnya, sebagian besar pasien DM di Indonesia
menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Hal ini dilandasi oleh keutamaan nilai spiritual
yang tinggi pada puasa Ramadan yang menjadi motivasi bagi umat Islam, termasuk pasien DM.
Namun, puasa Ramadan tidak terlepas dari beberapa perubahan baik terkait asupan makanan,
aktivitas fisik, dan rutinitas harian, yang berpotensi menimbulkan dampak pada metabolisme
tubuh seseorang, khususnya penyandang DM.
(Tahapary et al., 2021)

Puasa merupakan salah satu bagian dari pra operasi, puasa sebelum operasi mencegah terjadinya
aspirasi. Pengetahuan puasa pra operasi didefinisikan sebagai periode tidak diperbolehkan
menerima asupan cairan maupun padat peroral dalam jangka waktu tertentu sebelum prosedur
pembedahan. Tujuan: untuk Mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Puasa Pra
Operasi Pada Pasien Di RSUD. H. Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi
Selatan. Metode: menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Sampel
penelitian ini adalah pasien operasi dengan regional anastesi dan general anastesi dengan tehnik
sampling accidental sampling yaitu sebanyak 47 responden. Data yang di ambil dengan
melakukan pemberian kuesioner. Hasil: penelitian menunjukkan bahwa dari 47 orang yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 40 (85.1%) dan pengetahuan kurang sebanyak 7(14.9%).
Kesimpulan: Masih terdapat beberapa responden yang pengetahuannya kurang tentang puasa pra
operasi, oleh karena itu dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi dan dorongan
untuk memberikan informasi dan penjelasan tentang puasa pada pasien pre operasi.
(Rahmatia, 2023)
Asam urat merupakan asam berbentuk kristal-kristal dan hasil akhir dari metabolisme purin,
salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel tubuh. Pembentukan asam urat
dalam darah dapat meningkat disebabkan oleh faktor luar seperti makanan dan minuman yang
merangsang pembentukan asam urat. Gangguan timbul saat proses ekskresi dalam tubuh,
produksi asam urat lebih banyak dibanding pembuangannya, sehingga menyebabkan
penumpukan asam urat di dalam ginjal dan persendian.Tujuan penelitian adalah menganalisis
perbedaan kadar asam urat pada pasien tidak puasa dengan pasien puasa 8, 10 dan 12 jam.
Metode Penelitian Analitik dengan desain Eksperimental. Populasi penelitian merupakan seluruh
pasien rawat jalan di Laboratorium Klinik Nurfalah Ciamis yang menderita asam urat. Sampel
penelitian adalah pasien rawat jalan penderita asam urat di Laboratorium Klinik Nurfalah Ciamis
yang melakukan pemeriksaan pada tanggal 9-10 Agustus tahun 2016. Sampel diambil dari vena
dengan jumlah 6 sampel tidak puasa, 6 sampel puasa 8 jam, 6 sampel puasa 10 jam dan 6 sampel
puasa 12 jam, total 24 sampel periksa. Kadar asam urat di ukur menggunakan alat Fotometer
Erba Mannheim Chem5 V3. Hasil Pemeriksaan dianalisis secara deskriptif dengan perolehan
kadar asam urat pada sampel pasien tidak puasa rata-rata 7.233 mg/dl, sampel puasa 8 jam 6.933
mg/dl, sampel puasa 10 jam 6.083 mg/dl dan dengan sampel puasa 12 jam diperoleh rata-rata
6.017 mg/dl. Uji normalitas data menggunakan Kolmogorof-smirnov dan dilanjutkan uji One-
way anova. Berdasarkan uji statistik one- way anova diperoleh nilai P-value= 0.423 yang berarti
P-value >0.05, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar asam urat sampel
tidak puasa dengan sampel puasa 8, 10 dan 12 jam. Kata
(Istianah, 2016)

Latar belakang: Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin dalam darah kurang dari angka
normal. Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh asupan dan pola makan salah satunya adalah
puasa. Jenis puasa Daud, Ngrowot, dan tidak puasa memiliki aturan makan yang berbeda. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kadar hemoglobin pada santriwati dengan puasa
Daud, Ngrowot, dan Tidak berpuasa.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observational
dengan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah santriwati berusia 15-19 tahun di pondok
pesantren Temanggung Jawa Tengah. Subjek terbagi atas kelompok puasa Daud (n = 16),
kelompok Ngrowot (n = 11), dan kelompok tidak puasa (n=16). Kadar hemoglobin diuji dengan
metode cyanmethemoglobin. Uji One way ANOVA untuk mengetahui perbedaan kadar
hemoglobin.Hasil: Kadar hemoglobin pada kelompok puasa Daud sebesar 12.58 ± 1.22 g/dl,
Ngrowot sebesar 12.31 ± 1.19 g/dl, dan tidak puasa sebesar 12.78 ± 1.34 g/dl. Kelompok
Ngrowot memiliki rerata kadar hemoglobin lebih rendah dibanding dengan puasa Daud dan tidak
puasa. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok.Simpulan: Tidak terdapat
perbedaan kadar hemoglobin antar kelompok dengan puasa daud, ngrowot dan tidak berpuasa.
(Chairunnisa et al., 2019)

Puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa, dengan niat tertentu, mulai
dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Puasa yang dikerjakan dengan ikhlas, bukan
saja akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda, tapi juga akan menghapuskan berbagai
dosa, baik yang terlanjur kita kerjakan di masa lalu maupun yang akan datang. Dari berbagai
penelitian, berpuasa terbukti memberi kesempatan beristirahat bagi organ pencernaan, termasuk
system enzim maupun hormon. Dalam keadaan tidak berpuasa, system pencernaan dalam perut
terus aktif mencerna makanan, hingga tak sempat beristirahat sehingga dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit kulit, mencegah penuaan, dan penyakit jantung. Puasa juga bisa
mengangkat seseorang yang telah berkubang dalam maksiat menuju fitrahnya sebagai manusia
itu sendiri
(Rahmi, 2015)

Selama menjalankan ibadah puasa terdapat penurunan asupan makanan yang dapat menyebabkan
pasien dengan diabetes berada pada resiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi.
Tingginya resiko yang terjadi dapat dipengaruhi oleh lamanya waktu berpuasa. Tujuan dari
review jurnal ini adalah untuk mengetahui resiko pasien diabtes yang menjalankan puasa
Ramadhan serta cara menanganinya. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan
pencarian data sekunder di internet berupa publikasi jurnal. Menurut penelitian dalam jurnal
yang telah direview, selama berpuasa terdapat beberapa perubahan metabolisme pada tubuh.
Resiko komplikasi yang mungkin dapat terjadi, yaitu hipoglikemia, hiperglikemia, dehidrasi,
serta trombosis. Pencegahan komplikasi tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup
yang direkomendasikan atau dengan melaksanakan pendidikan pra-Ramadhan.
(Natalia & Sulistyaningsih, 2018)

Puasa memiliki kaya akan berkah dan manfaat, baik secara fisik maupun non-fisik bagi yang
melakukannya dengan baik dan sempurna. Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan serta
gizi seimbang selama puasa menyebabkan manfaat dari puasa tidak dapat dirasakan oleh orang
yang melakukannya. Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan siswa
mengenai gizi seimbang selama puasa. Tahapan dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat
memiliki 3 (tiga) tahap, tahap pertama yaitu dengan memberikan pre-test untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa sebelum mendapatkan materi dari tim pengabdian, tahap selanjutnya
tahap kegiatan pelaksanaan dilakukan dengan pemaparan materi gizi seimbang dengan media
power point, terakhir tahap pasca kegiatan dilakukan dengan memberikan pos-test yang
bertujuan untuk mengetahui wawasan atau pengetahuan akhir siswa setelah mendapatkan
edukasi dari tim pengabdian. Peningkatan pengetahuan terkait gizi seimbang saat puasa yang
terjadi setelah pemberian edukasi, menunjukkan bahwa kegiatan edukasi gizi dengan media
power point dapat membantu responden dalam mengerti tentang materi yang diberikan
(Haryati et al., 2021)

Rendahnya asupan zat gizi makro dan mikro menjadi faktor risiko kekurangan gizi.
(Sari et al., 2023)

Tubuh memerlukan zat gizi yang lengkap untuk menjalankan aktivitas, pada umumnya diketahui
bahwa zat gizi digolongkan dalam dua jenis yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro.
(Bachtiar et al., 2022)

Zat gizi makro berupa Karbohidrat, Lemak dan Protein sangat penting dan berpengaruh terhadap
status gizi, karena zat gizi makro dapat membantu dalam pemenuhan kebutuhan gizi secara
efisien untuk kemampuan kerja, dan pergerakan aktifitas
(Liando et al., 2021)

Zat gizi makro terdiri dari protein, lemak, dan karbohidrat. (Rahmadi et al., 2021)

ABSTRAK Zat gizi mikro adalah vitamin dan mineral. Salah satu peran vitamin dan mineral
adalah sebagai antioksidan yang mampu memperkuat sistem daya tahan tubuh manusia (sistem
imun). Peran vitamin A banyak pada pemeliharaan sel epitel, dimana sel epitel merupakan salah
satu jaringan tubuh yang terlibat di dalam fungsi imunitas non-spesifik. Vitamin E atau α-
tokoferol mempunyai peran penting di membran eritrosit dan lipoprotein plasma, vitamin ini
mampu mempertahankan integritas membran sel karena vitamin E mempunyai cincin fenol yang
mampu memberikan ion hidrogennya kepada radikal bebas. Demikian pula dengan vitamin C
sebagai donor elektron sehingga cepat memutus rantai reaksi SOR (Spesies Oksigen Reaktif) dan
SNR (Spesies Nitrogen Reaktif). Selenium merupakan mineral kelumit yang penting untuk
sintesis protein dan aktivitas enzim glutation peroksidase (GSH-PX). Selenium mempunyai
peranan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida yang terbentuk di dalam tubuh menjadi
ikatan yang tidak bersifat toksik. Maka karena itu kecukupan zat gizi terutama vitamin dan
mineral sangat diperlukan dalam mempertahankan sistem kekebalan tubuh yang optimal sebagai
upaya preventif agar selalu sehat. Kata kunci: zat gizi mikro, antioksidan, sistem kekebalan
tubuh ABSTRACT THE ROLES OF MICRONUTRIENTS ON IMUNITY SYSTEM
(. et al., 2014)

Ada dua macam zat gizi yang dibutuhkan tubuh dari makanan sehari-hari, yakni zat gizi makro
dan zat gizi mikro. Anda harus mendapatkan asupan keduanya dalam jumlah yang sesuai agar
dapat beraktivitas dan menjalankan fungsinya dengan baik. Zat gizi makro dan zat gizi mikro
mempunyai kegunaan tersendiri bagi tubuh. Apa saja kegunaan tersebut dan apa pula yang
membedakan kedua jenis zat gizi ini? Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
(Goentoro & Nimas Mita Etika M, 2021)

Abstrak: Munculnya coronavirus baru di Wuhan, Cina, yang menyebabkan infeksi saluran
pernapasan parah pada manusia (COVID-19), telah menjadi masalah kesehatan global. Sebagian
besar virus corona menginfeksi hewan tetapi dapat berevolusi menjadi strain yang juga dapat
menginfeksi manusia. Baru-baru ini, kami menunjukkan bahwa pengobatan imunoglobulin
intravena (IVIg) mengurangi peradangan sel epitel usus dan menghilangkan pertumbuhan
berlebih dari patogen jamur manusia oportunistik Candida albicans di usus murine dalam
hubungannya dengan downregulasi mediator proinflamasi yang dikombinasikan dengan
upregulasi sitokin anti-inflamasi. Zat gizi mikro adalah vitamin dan mineral. Salah satu peran
vitamin dan mineral adalah sebagai antioksidan yang mampu memperkuat sistem daya tahan
tubuh manusia (sistem imun). Peran vitamin A banyak pada pemeliharaan sel epitel, dimana sel
epitel merupakan salah satu jaringan tubuh yang terlibat di dalam fungsi imunitas non-spesifik.
Vitamin E atau α-tokoferol mempunyai peran penting di membran eritrosit dan lipoprotein
plasma, vitamin ini mampu mempertahankan integritas membran sel karena vitamin E
mempunyai cincin fenol yang mampu memberikan ion hidrogennya kepada radikal bebas.
Demikian pula dengan vitamin C sebagai donor elektron sehingga cepat memutus rantai reaksi
SOR (Spesies Oksigen Reaktif) dan SNR (Spesies Nitrogen Reaktif). Selenium merupakan
mineral kelumit yang penting untuk sintesis protein dan aktivitas enzim glutation peroksidase
(GSH-PX). Selenium mempunyai peranan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida yang
terbentuk di dalam tubuh menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik. Maka karena itu kecukupan
zat gizi terutama vitamin dan mineral sangat diperlukan dalam mempertahankan sistem
kekebalan tubuh yang optimal sebagai upaya preventif agar selalu sehat.
(Amaliah & Fery, 2021)

Latar belakang: Dua dekade terakhir ini terdapat peningkatan populasi penduduk usia lanjut di
Indonesia. Hal ini diiringi dengan meningkatnya usia harapan hidup dari 66,7 tahun menjadi 70,5
tahun. Peningkatan usia harapan hidup tentunya mempunyai dampak pada timbulnya penyakit
pada lansia, salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif . Penurunan fungsi kognitif dapat
mengganggu produktivitas dan aktivitas sehari-hari dan akan mempengaruhi kualitas hidup
lansia. Salah satu yang mempengaruhi fungsi kognitif adalah asupan zat gizi mikro (vitamin B6,
Folat, vitamin C, dan vitamin E) yang merupakan faktor penting dalam mempertahankan fungsi
kognitif. Menurut hasil beberapa penelitian menyebutkan bahwa asupan vitamin B6, folat,
vitamin C, dan vitamin E yang cukup akan membantu untuk memelihara kemampuan fungsi
kognitif. Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan antara asupan gizi mikro (vitamin B6, Folat,
vitamin C, dan vitamin E) terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia di Paguyuban Among Yuswa
Banteng Baru Kabupaten Sleman. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional
dengan rancangan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia yang ada di
paguyuban Among Yuswa Banteng Baru Kabupaten Sleman. Jumlah subjek dalam penelitian ini
adalah 99 orang. Data fungsi kognitif menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE).
Data asupan zat gizi mikro (vitamin B6, folat, vitamin C, and vitamin E) menggunakan SQFFQ
(Semi Quantitatif Food Frequency Questionnaire). Analisis bivariat menggunakan Chi Square
dan multivariat menggunakan Regresi Logistik. Hasil : Hasil analisis menunjukkan bahwa
variabel yang bermakna secara statistik terhadap fungsi kognitif adalah vitamin B6 (p=0,019;
RP=2,514, 95%CI =1,133-5,575), vitamin C (p=0,011; RP=3,039, 95%CI =1,454- 6,353) dan
vitamin E (p=0,021; RP=1,266, 95%CI= 1,057-1,516). Pada folat menunjukkan tidak ada
hubungan bermakna secara statistik (p> 0.05). Kesimpulan : Ada hubungan yang bermakna
antara asupan vitamin B6, vitamin C dan vitamin E dengan fungsi kognitif. Tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara asupan folat dengan fungsi kognitif pada lanjut usia.
(Rahmawati, 2012)

Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor.
Faktor resiko terjadinya DM antara lain faktor genetik, pertambahan usia, kurangnya aktifitas
fisik dan pola makan atau diet yang tidak seimbang. Artikel ini membahas penyakit DM dan
peran asupan zat gizi dalam mencegah dan mengatasi Penyakit DM. Vitamin C adalah salah satu
zat gizi mikro yang berperan dalam mengontrol kadar gula darah. Dianjurkan bagi masyarakat
untuk mengonsumsi makanan secara seimbang dan bagi penderita DM disarankan untuk
mengonsumsi makanan dengan Indeks Glikemik rendah, konsumsi serat yang cukup dan
konsumsi buah-buahan serta sayuran yang banyak mengandungvitamin seperti vitamin C, yang
berperan sebagai antioksidan dan mencegahberkembangnya Penyakit DM.
(Azrimaidaliza, 2011)

Prevalensi Anemia pada remaja putri di Indonesia masih tinggi dan umumnya disebabkan
defisiensi zat gizi mikro. Buah bit banyak mengandung zat gizi mikro yang dibutuhkan untuk
perbaikan anemia. Indek Eritrosit digunakan untuk mengetahui derajad dan jenis anemia
berdasarkan morfologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi buah bit
terhadap indek eritrosit pada remaja putri dengan anemia. Jenis penelitian yang digunakan
eksperimen dengan rancangan one group pretest posttest. Sampel penelitian 30 orang dari
populasi mahasiswi AAK 17 Agustus 1945 Semarang dengan teknik sampling quota. Obyek
penelitian digunakan darah vena EDTA. Asupan buah bit sebanyak 200 gr yang dikonsumsi
dalam bentuk sari buah bit 250 ml/hari selama 7 hari. Nilai Indek eritrosit diperhitungkan dari
kadar Hb, jumlah eritrosit dan nilai hematokrit yang diperiksa dengan alat hematology analyzer.
Data kemudian dianalisis dengan uji beda Paired T-test dan Wilcoxon test. Rata-rata kadar
Hemogobin meningkat sebesar 1,3 g/dl (12%), hematokrit meningkat sebesar 4 vol% (13%),
jumlah eritrosit meningkat sebanyak 310.329 sel/µl (8,4%). Untuk Indek Eritrosit terjadi
peningkatan nilai rata-rata MCV sebesar 3fl (3,5%), nilai MCH meningkat 1 pg (3%) dan nilai
MCHC meningkat 1 point atau 3%. Hasil uji beda didapatkan nilai P<0.05. Terdapat peningkatan
yang bermakna terhadap nilai Indek Eritrosit setelah mengonsumsi buah bit. Konsumsi buah bit
berpengaruh terhadap peningkatan nilai indek eritrosit remaja putri dengan anemia.
(Ikawati & ., 2018)

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat di negara berkembang. Di
Indonesia, penyebab utama terjadinya anemia adalah kekurangan zat besi. Besi merupakan zat
gizi mikro yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin. Anemia defisiensi besi sering
terjadi pada remaja dan dapat mengenai semua kelompok terutama yang memiliki sosial
ekonomi rendah. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan konsumsi zat besi dengan
kejadian anemia pada murid SMP Negeri 27 Padang. Penelitian ini menggunakan desain potong
lintang dari bulan Februari – Juli 2015. Jumlah sampel adalah 102 murid yang dipilih secara
systematic random sampling. Konsumsi zat besi diukur dengan kuisioner food recall 2 x 24 jam
dan penetapan kadar hemoglobin dengan metode hemometer digital. Analisis statistik yang
digunakan uji korelasi Pearson. Hasil studi menunjukkan kekuatan hubungan yang sangat lemah.
Berpola positif, artinya semakin tinggi konsumsi zat besi semakin tinggi kadar hemoglobinnya.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada
murid SMP Negeri 27 Padang.
(Lestari et al., 2018a)

… Selain itu zat gizi mikro juga diperlukan tubuh untuk melaksanakan fungsi-fungsi fisiologis
seperti … makanan bagi atlet adalah menu yang membosankan, atlet malas makan karena letih,
atlet suka makanan jajanan, sehingga kebutuhan gizinya kemungkinan tidak …
(Dwiyana et al., 2017)

Latar Belakang: Stunting menggambarkan kegagalan pertumbuhan dan sering ditemui pada anak
sekolah. Stunting dapat menurunkan kualitas generasi di masa mendatang. Anak stunting perlu
diberikan sarapan agar dapat fokus pada pelajaran dan beraktivitas optimal di sekolah. Tujuan:
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis beda asupan zat gizi makro dan mikro saat sarapan
pada siswa sekolah dasar stunting dan tidak stunting di Kota Kupang. Metode: Desain case
control diterapkan dalam studi ini. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2019
di SD Inpres Maulafa dan SD Negeri Kelapa Lima, Kota Kupang. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah asupan zat gizi, meliputi karbohidrat, protein, lemak, zat besi, seng, vitamin
A, dan kalsium, sedangkan variabel terikat, yaitu stunting. Asupan zat gizi dikumpulkan
menggunakan form food recall 1x24 jam dan status stunting ditentukan dengan melakukan
pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise kemudian dihitung menggunakan indikator
TB/U. Sampel penelitian adalah siswa kelas 5 dengan jumlah 58 siswa stunting dan 58 siswa
tidak stunting yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling dan diuji dengan
independent t-test. Hasil: Lebih banyak responden berjenis kelamin perempuan yang stunting
(58,6%). Ada perbedaan asupan karbohidrat (p=0,022), protein (p=0,044), lemak (p=0,046), zat
besi (p=0,035) dan seng (p=0,043) saat sarapan pada siswa stunting dan tidak stunting.
Simpulan: Ada perbedaan asupan zat gizi makro dan mikro saat sarapan pada siswa sekolah
dasar stunting dan tidak stunting di Kota Kupang.
(Zogara et al., 2020)

Anemia ialah masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang paling
banyak dialami oleh anak-anak sekolah khususnya remaja. Anemia ialah kekurangan zat gizi
makro (protein) serta zat gizi mikro. Anemia dapat menimbulkan dampak pada remaja yaitu
mengalami keterlambatan pertumbuhan fisik, menurunnya daya tahan tubuh, mudah lemas,
konsentrasi terganggu, serta dapat mengakibatkan prestasi menurun. Beberapa faktor yang
mempengaruhi anemia remaja yaitu pengetahuan tentang anemia, pendidikan orang tua, sikap
remaja putri tentang anemia, dan pola konsumsi makanan pada remaja putri. Pengetahuan dan
pola konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan remaja
putri dengan tingkat kesadaran remaja putri tentang anemia. Desain yang digunakan ialah
korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dilaksanakan dengan
purposive sampling dengan jumlah sampel 120 responden. Pengumpulan data menggunakan
instrumen kuisioner dengan pengolahan data dengan uji Spearman. Hasil korelasi Spearman
memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang anemia
dengan pola konsumsi makanan pada remaja putri (p value = 0,001 dengan koefisien korelasi
sebesar 0,698). Dengan demikian diharapkan agar bisa meningkatkan pengetahuan remaja putri
tentang anemia serta memperbaiki pola konsumsi makanan pada remaja putri. Peneliti
selanjutnya perlu diteliti terkait peningkatan pengetahuan dan pola konsumsi makanan.
(Dewi et al., 2023)

Status gizi adalah keadaan gizi seseorang akibat zat gizi yang masuk dan keluar sehingga dapat
mengetahui apakah memiliki gizi normal atau bermasalah (malnutrition). Masalah gizi yang
dimaksud adalah stunting, wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia.
Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantara faktor yang mempengaruhi status
gizi adalah pengetahuan dan perilaku gizi seimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dan perilaku gizi seimbang dengan status gizi pada remaja di wilayah
Kabupaten Tangerang tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian cross sectional dengan jumlah sampel penelitian 110 orang yang didapat dari metode
purposive sampling. Pengumpulan variable status gizi menggunakan timbangan digital dengan
ketelitian 0,1 kg untuk mengukur BB dan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur
TB dengan indikator z-score (IMT/U), variable pengetahuan dan perilaku gizi seimbang
menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
perilaku gizi seimbang dengan status gizi remaja dan tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi remaja, sehingga diharapkan remaja di wilayah
Kabupaten Tangerang Tahun 2021 untuk meningkatkan perilaku gizi seimbang seperti makan
makanan beragam, rutin mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, serta menggunakan media
digital untuk mencari tahu apa saja yang harus diperhatikan dalam mengukur berat badan dan
tinggi badan, serta bagaimana cara mengitung status gizi remaja.
Kata kunci : pengetahuan gizi seimbang, perilaku gizi seimbang, status gizi, remaja.
(Rayipratiwi et al., 2023)

Guru merupakan elemen utama yang memiliki peran penting dalam pendidikan formal.
Keberadaannya menjadi penentu keberhasilan peserta didik dan kualitas pendidikan. Pada masa
pandemi Covid 19 saat ini guru dituntut harus mampu menunjukkan kompetensi guru dalam
membimbing, melatih, mendidik, dan mengajar siswanya. Sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah yaitu diwajibkan untuk seluruh sekolah melakukan sistem
pembelajaran secara daring, oleh karenanya guru maupun siswa harus sama-sama bekerja sama
agar tujuan dari pembelajaran selama pandemic COVID-19 tercapai. Guru harus tetap
menjalankan tugasnya dalam mengajar, melatih, mendorong kreativitas meskipun tanpa harus
bertatap muka secara langsung dengan siswa. dalam hal ini diperlukan peran guru dalam
menunjang proses pembelajaran secara daring (dalam jaringan). Tulisan ini bertujuan untuk
mendeskripsikan peranan guru dalam pembelajaran daring dimasa pandemi COVID-19. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode studi pustaka. Hasil kajian menunjukkan
bahwa guru memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran khususnya pada masa pandemi
COVID-19. Guru harus bisa memotivasi siswa agar tetap semangat dalam belajar. Kata
(Nadiyah et al., 2020)

ABSTRAK Latar Belakang : Underweight masih menjadi salah satu masalah gizi di Indonesia.
Balita merupakan kelompok usia yang rentan mengalami masalah gizi khususnya underweight.
Salah satu penyebab langsung terjadinya underweight adalah asupan zat gizi. Asupan zat gizi
makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat) dan zat gizi mikro seperti zink dan zat besi yang
rendah dapat menyebabkan pemanfaatan zat gizi didalam tubuh tidak optimal sehingga
menyebabkan masalah gizi dan rentan mengalami penyakit infeksi.Tujuan: Tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis hubungan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, zink dan
fe dengan underweight pada ibu dan balita.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi case
control dengan jumlah sampel 30 ibu dan 30 balita yang tinggal di wilayah Desa Suwari Bawean
Gresik. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terkait
karakteristik keluarga, karakteristik ibu dan balita, form food recall 3x24 jam, form frequency
questionere, form keragaman pangan, dan pengukuran antropometri seperti berat badan dan
tinggi badan. Data dianalisis menggunakan uji chi square.Hasil: Hasil dari penelitian ini
menunjukkan ibu dan balita underweight 50% dan ibu dan balita dengan status gizi normal 50%.
Sebagian besar ibu memiliki tingkat asupan energi, lemak, karbohidrat, zink dan zat besi yang
kurang, sedangkan sebagian besar balita memiliki tingkat asupan karbohidrat dan zink yang
kurang. Terdapat hubungan antara asupan zink dengan underweight pada ibu (p=0,031) dan juga
terdapat hubungan antara zat besi dengan underweight pada balita (p=0,032).Kesimpulan: Ibu
dan balita dengan status gizi underweight memiliki tingkat kecukupan asupan energi, lemak,
karbohidrat, zink dan zat besi lebih rendah dibandingkan dengan ibu dengan status gizi baik.
Perlu meningkatkan asupan bahan makanan sumber energi, lemak, karbohidrat, zink dan zat besi
pada ibu dan meningkatkan asupan bahan makanan sumber karbohidrat dan zink pada balita
serta konsumsi makanan bervariasi agar masalah gizi underweight tidak memburuk.
(Fitriyah & Setyaningtyas, 2021)

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan. Gizi seimbang menjadi cara tepat yang dapat dipraktikkan oleh remaja untuk
memenuhi peningkatan zat gizi dan untuk mencapai status gizi serta kesehatan yang optimal.
Masalah yang sering terjadi di kalangan remaja saat ini adalah kekurangan gizi mikro yang biasa
disebut dengan anemia. Tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam pemilihan makanan yang selanjutnya juga akan berpengaruh pada keadaan gizi orang
tersebut. Remaja sebagai generasi penerus bangsa berperan penting untuk kemajuan negara di
masa yang akan datang dengan menjadi generasi sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang dan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan
agar dapat menjaga kesehatan tubuh remaja di MTS EXPGA Proyek UNIVA Medan. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan crosssectional dengan
memberikan pre-test, pemberian materi dan post-test. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
orang dengan distribusi jenis kelamin laki-laki sebanyak (53,3%) dan perempuan sebanyak
(46,7%) dalam kategori usia 12-15 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan
remaja tentang gizi seimbang yang baik bagi tubuh masuk ke dalam kategori baik. Hal ini
dibuktikan dengan adanya peningkatan dalam menjawab pre-test dan post-test. Tingkat
pengetahuan semakin meningkat dari 82,7% menjadi 98,7%.
(Panjaitan et al., 2022)

Sayur dan buah merupakan sumber zat gizi mikro yang diperlukan untuk proses metabolisme
tubuh. Di dalam sayuran dan buahan hijau mengandung antioksidan, vitamin C, dan vitamin A
yang akan mencegah terjadinya gizi lebih pada anak usia sekolah dasar. Sayur dan buah
merupakan makanan yang rendah kalori dan kaya akan serat yang menghambat terjadinya
penimbunan lemak pada tubuh yang menyebabkan gizi lebih. Tujuan menganalisis hubungan
konsumsi sayur dan buah dengan kejadian gizi lebih pada siswa kelas IV dan V di SD
Teknologi Kota Pekanbaru. Metode: Rancangan penelitian kuantitatif bersifat analitik dengan
pendekatan cross sectional. Waktu penelitian tanggal 16 Juni – 15 Juli 2021 di SD Teknologi
Kota Pekanbaru. Sampel penelitian 100 siswa. Tekhnik pengambilan sampel Total Sampling.
Instrumen yang digunakan timbangan, microtoice dan formulir FFQ. Analisis data mengunakan
analisis univariat dan brivariat dengan uji Chi-Square. Hasil analisis univariat diproses bahwa
kejadian tidak gizi lebih pada kategori gizi lebih sebanyak 21%, konsumsi sayur pada anak pada
kategori kurang sebanyak 52%, konsumsi buah pada anak pada kategori kurang sebanyak 51%.
Berdasarkan uji chi-squre diperoleh ada hubungan antara konsumsi sayur dengan kejadian gizi
lebih diperoleh p=0,000 (p<0,05), konsumsi buah dengan kejadian gizi lebih p =0,000 (p<0,05).
Kesimpulan dari peneliti ini terdapat hubungan signifikan antara konsumsi sayur dan buah
dengan kejadian gizi lebih pada siswa kelas IV dan V di SD Teknologi. Saran untuk  dapat
memberikan penyuluhan tentang standar porsi sayur dan buah agar masalah gizi lebih dapat
teratasi dengan menggunakan leaflet standar porsi sayur dan buah bagi anak usia 9-11 tahun. Â
Kata Kunci    : Konsumsi Sayur, Buah, Gizi Lebih, Siswa Kelas IV dan V.
(Farida et al., 2022)

Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan
merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Yodium yang ditambahkan ke garam
memberikan dampak yang baik bagi kesehatan. Yodium merupakan zat mineral mikro yang
harus tersedia didalam tubuh yang berfungsi untuk pembentukan hormon tiroid dan berguna
untuk proses metabolisme di dalam tubuh, pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi otak.
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi mikro di
Indonesia yang mempunyai dampak langsung ataupun tidak langsung pada kelangsungan hidup
dan kualitas sumber daya manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan, pola kebiasaan lingkungan hidup dan motivasi ibu dalam memilih kondisi
garam untuk makanan keluarga.Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Populasi
adalah semua ibu rumah tangga di Lingkungan Wilayah RT 01 RW 02 Desa Polagan Sampang
yaitu sebanyak 42 orang. Sampel sebanyak 42 orang didapatkan dengan teknik sampling total
populasi. Analisa data dengan menggunakan model regresi linier berganda. Hasil analisis data
menunjukan bahwa tingkat pengetahuan dan pola kebiasan lingkungan hidup berhubungan
dengan motivasi ibu dalam memilih kondisi garam.
(Astutik, 2017)

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat di negara berkembang. Di
Indonesia, penyebab utama terjadinya anemia adalah kekurangan zat besi. Besi merupakan zat
gizi mikro yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin. Anemia defisiensi besi sering
terjadi pada remaja dan dapat mengenai semua kelompok terutama yang memiliki sosial
ekonomi rendah. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan konsumsi zat besi dengan
kejadian anemia pada murid SMP Negeri 27 Padang. Penelitian ini menggunakan desain potong
lintang dari bulan Februari – Juli 2015. Jumlah sampel adalah 102 murid yang dipilih secara
systematic random sampling. Konsumsi zat besi diukur dengan kuisioner food recall 2 x 24 jam
dan penetapan kadar hemoglobin dengan metode hemometer digital. Analisis statistik yang
digunakan uji korelasi Pearson. Hasil studi menunjukkan kekuatan hubungan yang sangat lemah.
Berpola positif, artinya semakin tinggi konsumsi zat besi semakin tinggi kadar hemoglobinnya.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada
murid SMP Negeri 27 Padang.
(Lestari et al., 2018b)
Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia didapatkan kejadian Kekurangan Energi Kronik
(KEK) di Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab terjadinya KEK adalah kurangnya
asupan energi yang berasal dari zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi
mikro terutama vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi, seng, kalsium dan iodium, kurangnya
konsumsi tablet Fe serta kejadian anemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dan anemia terhadap Kekurangan Energi Kronik
(KEK) pada ibu hamil. Desain penelitian ini adalah menggunakan metode studi literatur. Sumber
data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapat dengan melakukan studi
literatur dari jurnal-jurnal yang sesuai dengan topik penelitian dari tahun 2010-2020 sebanyak 10
jurnal. Berdasarkan hasil literatur review yang dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa
menyatakan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dan anemia
dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil. Berdasarkan hasil literatur review
diketahui bahwa faktor yang dominan menjadi penyebab Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada
ibu hamil adalah kejadian anemia. Saran bagi petugas kesehatan diharapkan adanya penyuluhan
kesehatan kepada ibu hamil akan pentingnya mengonsumsi tablet fe dalam mencegah terjadinya
anemia serta melakukan pengamatan terhadap status gizi ibu hamil sehingga dapat dihindari
terjadinya kurang energi kronis pada ibu hamil sedini mungkin.
(Yuli Bahriah, 2021)

Masalah gizi mikronutrien pada remaja sampai saat ini masih ditemukan di Indonesia yakni
sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami anemia. Zat gizi mikro
diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil, dan harus didapatkan dari makanan dan minuman.
Fortifikasi pangan yang lazim dikonsumsi dengan zat gizi mikro adalah salah satu strategi utama
yang dapat digunakan untuk meningkatkan status mikronutrian pangan. Sumber bahan pangan
yang terbukti kaya akan nilai gizi adalah ikan gabus dan biji wijen. Salah satu bentuk olahan
yang disukai remaja adalah biskuit. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan fortifikan dengan
kandungan Gizi Biskuit Ikan Gabus dengan Biji Wijen. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan rancangan acak lengkap yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok
kontrol, kelompok fortifikasi ikan gabus dan biji wijen 80:20, 75:25, dan 70:30. Penilaian pada
produk biskuit ikan gabus dan biji wijen terhadap 30 orang panelis. Hasil uji organoleptik aroma
dan rasa yang memberikan hasil terbaik adalah P3 karena timbul aroma gurih, tekstur tidak
berbeda antar perlakuan, warna yang terbaik penerimaan panelis pada P2. Simpulan dari
penelitian ada perbedaan dari setiap mutu organoleptik biskuit ikan gabus dan biji wijen yaitu
dari segi warna nilai rata – rata (3.55), rasa nilai rata – rata (3.40), tekstur nilai rata – rata (3.48),
aroma nilai rata – rata (2.80).
(Syainah et al., 2022)

Sehat merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai oleh semua orang. Di Indonesia, terdapat
tanaman yang mengandung banyak manfaat bagi kesehatan masyarakat dan mengandung zat gizi
yang sangat tinggi mulai dari zat gizi makro hingga zat gizi mikro. Tanaman tersebut adalah
Moringa oleifera atau yang lebih sering disebut pohon kelor oleh masyarakat Indonesia. Namun,
tidak banyak orang mengetahui akan manfaat-manfaat pohon kelor sehingga pemanfaatannya
masih sangat rendah di masyarakat. Salah satu manfaat yang dapat diambil dari pohon kelor
terdapat pada daunnya. Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah
banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Penelitian lain menyatakan bahwa
menunjukkan bahwa daun kelor mengandung vitamin C setara vitamin C dalam 7 jeruk, vitamin
A setara vitamin A pada 4 wortel, kalsium setara dengan kalsium dalam 4 gelas susu, potassium
setara dengan yang terkandung dalam 3 pisang, dan protein setara dengan protein dalam 2
yoghurt. Daun kelor merupakan tanaman lokal yang mengandung zat gizi yang tinggi, namun
pemanfaatannya sebagai bahan pangan masih sangat rendah. Agar zat gizi yang terkandung
dalam daun kelor dapat dimanfaatkan tubuh, maka perlu diolah menjadi minuman yang digemari
oleh masyarakat seperti minuman effervescent dengan sensasi rasa yang menyegarkan di
mulut.Kata kunci: kelor, serbuk, nutrisi, effervescent
(Zubaydah et al., 2019)

Pada usia 13–15 tahun merupakan masa remaja awal yang memiliki kebutuhan gizi jauh lebih
besar, Pemberian asupan makanan yang rendah akan mengakibatkan seseorang memiliki
masalah gizi yang disebabkan oleh karena kurangnya zat gizi mikro dan makro, yang sering kali
disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi. Kekurangan seng dan kalsium akan menghambat
petumbuhan tulang dan dapat membuat seseorang menjadi kekurangan asupan dalam tubuh.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan zink, kalsium dan sosial ekonomi
dengan prestasi belajar siswa usia 13-15 tahun di SMP Nabil Husein Samarinda. Metode yang
digunakan adalah bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel 49
responden. Asupan zink dan kalsium didapatkan dengan wawancara food recall 24 jam. Sosial
ekonomi diperoleh dari pengisian form kusisoner sosial ekonomi. Analisis data digunakan
menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian ini dengan menggunakan uji chi-square
didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan pemberian asupan zink (0.435), kalsium (0.647)
dan sosial ekonomi keluarga (0.435) tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di SMP
Nabil Husein Samarinda dengan p > 0.05.
(Anggraini et al., 2023)

Latar Belakang: Dismenorea adalah nyeri yang terjadi terutama di perut bagian bawah yang
dapat menyebar hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis.
Faktor yang memengaruhi dismenorea antara lain defisiensi asupan zat gizi dan aktivitas fisik.
Asupan zat gizi yang berpengaruh pada dismenorea diantaranya adalah asupan kalsium,
magnesium dan zink. Tujuan: Untuk menganalisis perbedaan asupan kalsium, magnesium, zink,
dan aktivitas fisik berdasarkan kejadian dismenorea di SMA Negeri Ragunan (Khusus
Olahragawan). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif melalui pendekatan
observasional analitik dengan desain case control. Responden dalam penelitian ini terbagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok dismenorea dan tidak dismenore, dengan masing-masing
kelompok berjumlah 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik responden, data asupat zat gizi
mikro yang dikumpulkan menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire. Data
aktivitas fisik dikumpulkan menggunakan kuesioner Physical Activity Level, data kram perut
saat menstruasi dikumpulkan menggunakan Numerical Rating Scale. Analisis bivariat
menggunakan uji statistik Independent t-Test dan Mann Whitney. Hasil: Ada perbedaan yang
signifikan pada variabel asupan kalsium, asupan magnesium, dan aktivitas fisik (p<0,05). Tidak
ada perbedaan yang signifikan pada variabel asupan zink (p>0,05). Kesimpulan: Ada perbedaan
asupan kalsium, asupan magnesium, dan aktivitas fisik pada remaja putri atlet yang mengalami
dismenorea dan tidak mengalami dismenorea. Tidak ada perbedaan asupan zink pada remaja
putri yang mengalami dismenorea dan tidak mengalami dismenorea.
(Wahyuni et al., 2021)

Asupan nutrisi pasien merupakan isu krusial di rumah sakit modern, dimana tingginya
prevalensi malnutrisi terkait penyakit dapat memperburuk outcome klinis. Di sisi lain, sampah
makanan menimbulkan kekhawatiran dalam hal keberlanjutan dan beban lingkungan

(Rinninella et al., 2023)

… kebutuhan pertumbuhan dan pemeliharaan [5]. Zat Gizi Mikro adalah zat Gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh dalam jumlah yang kecil yaitu dalam satuan milligram/orang/hari, zat Gizi mikro terdiri dari zat
seperti vitamin dan mineral [2]. Sedangkan Zat Gizi makro merupakan zat …

(Tone & Suhastami, 2018)

Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro terhadap Kejadian Stunting pada Balita. Stunting merupakan proses
kumulatif dan disebabkan oleh asupan zat-zat gizi yang tidak cukup atau penyakit infeksi yang berulang,
atau kedua-duanya. Stunting dapat juga terjadi sebelum kelahiran dan disebabkan oleh asupan gizi yang
sangat kurang saat masa kehamilan, pola asuh makan yang sangat kurang, rendahnya kualitas makanan
sejalan dengan frekuensi penyakit infeksi sehingga dapat menghambat pertumbuhan (UNICEF, 2012).
Jenis penelitian adalah deskriptif analitik. Desain penelitian menggunakan cross sectional terdiri dari 58
sampel balita 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sumber Urip Kabupaten Rejang Lebong Tahun
2018. Data yang dikumpulkan berupa data status gizi TB/U menggunakan alat microtoice, asupan energi,
zat gizi makro dan mikro menggunakan kusioner recall 2x24 jam. Balita 24-59 bulan yang mengalami
stunting sebanyak 17 orang (29,3%) dan yang normal sebanyak 41 orang (70,7%). Kejadian stunting
sebagian besar disebabkan oleh kurangnya asupan energi, zat gizi makro dan zink. Hasil penelitian ini
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara asupan energi, zat gizi makro dan zink dengan
kejadian stunting pada balita.

(Ayuningtyas et al., 2018)


Sindrom pramenstruasi merupakan gejala psikologi dan fisik pada wanita usia subur sebelum
menstruasi. Penyebab sindrom pramenstruasi yaitu status gizi lebih dan asupan zat gizi mikro yang
kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan status gizi dan asupan zat gizi mikro
(tiamin, piridoksin, kalsium, magnesium) dengan sindrom pramenstruasi pada siswi SMA 74 Jakarta.
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan pengambilan subjek menggunakan teknik
systematic sampling. Jumlah subjek sebanyak 81 siswi. Penelitian ini menggunakan kuesioner food
frequency semi kuantitatif dan kuesioner SPAF (Shortened Premenstrual Assesment Form). Hasil uji
statistik chi-square menunjukkan adanya hubungan antara status gizi, asupan vitamin B1, asupan
vitamin B6, dan asupan kalsium dengan sindrom pramenstruasi, sedangkan asupan magnesium
menunjukkan tidak ada hubungan dengan sindrom pramenstruasi. Pemantauan status gizi dan
mengonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi mikro terutama sumber vitamin B1, vitamin
B6, dan kalsium sesuai kebutuhan mampu mengurangi risiko sindrom pramenstruasi. Kata

(Muijah et al., 2019)

Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Anemia pada ibu hamil dapat berdampak pada kesehatan ibu hamil dan anak yang akan
dilahirkan. Di negara sedang berkembang seperti di Indonesia penyebab anemia sebagian disebabkan
kurang asupan zat besi, dan zat gizi mikro lainnya seperti zink dan vitamin A. Tujuan. penelitian ini
bertujuan untuk meneliti profil zat gizi mikroserum ibu hamil dan melihat hubungan antara kadar Hb
dengan kadar sTfR, zink, dan vitamin A pada ibu hamil. Metode. Desain penelitian ini adalah potong
lintang yang merupakan bagian dari penelitian kohort biomedis tahun 2018 dengan subjek penelitian ibu
hamil berusia 16–46 tahun sebanyak 114 sampel. Variabel yang diamati adalah kadar Hb, sTfR, zink, dan
vitamin A. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 18.0 dengan uji deskriptif dan uji korelasi pearson.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat ibu hamil yang tergolong pada usia berisiko,
yaitu pada kelompok usia 16–19 tahun sebanyak 5,3% dan kelompok usia 41–46 tahun sebanyak 3,5%.
Proporsi anemia pada ibu hamil tertinggi dijumpai pada kelompok usia 20–30 tahun yaitu 67,9% dan
kelompok usia 31–40 yaitu 33,0%. Secara umum ibu hamil mengalami anemia sebanyak 35,1% dan
kekurangan zink sebanyak 86,8%. Kadar sTfR, zink, dan vitamin A berhubungan dengan kadar
hemoglobin pada ibu hamil. Untuk mencegah anemia pada ibu hamil perlu perbaikan kadar besi, zink,
dan vitamin A yang dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan makanan sumber zat besi, zink, dan
vitamin A khususnya pada ibu hamil usia 20–30 tahun.

(Nugraheni et al., 2021)

stunting pada seribu hari pertama kehidupan disebabkan oleh multifaktor, salah satunya disebabkan
oleh asupan zat gizi mikro dan defisiensi besi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asupan zat gizi
mikro, defisiensi besi, dan stunting pada anak usia 6–23 bulan. Penelitian dilakukan pada tiga kecamatan
di Kabupaten Aceh Besar menggunakan desain cross-sectional terhadap 257 anak usia 6–23 bulan yang
diambil secara cluster random sampling. Asupan zat gizi mikro dikumpulkan dengan metode 24-hours
recall dan dianalisis dengan software Nutrisurvey. Stunting dianalisis dengan indeks panjang badan
menurut umur (PB/U), serum ferritin, C reactive protein (CRP) dan alpha-acid glycoprotein (AGP)
ditentukan dengan metode enzime-linked Immunoassay. Analisis perbedaan asupan zat gizi dilakukan
uji-t independen, sedangkan untuk mengetahui pengaruh defisiensi terhadap stunting dengan uji
analysis of covariance (ANCOVA) pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata kadar serum feritin 23,9±23,1
µ/L dengan prevalensi defisiensi besi 36,2%, dan rerata nilai skor-Z indeks PB/U adalah -1,17±1,17
dengan prevalensi stunting 19,1%. Asupan energi, protein, dan zat gizi mikro (vitamin B1, B12, vitamin C,
kalsium, zat besi, dan seng) lebih rendah pada anak yang menderita defisiensi (p < 0,01) dan terdapat
perbedaan signifikan nilai skor-Z antara anak yang menderita defisiensi dengan anak yang normal (P =
0,02). Hasil analisis ANCOVA menunjukkan status defisiensi besi memengaruhi nilai skor-Z (PB/U) anak
(r2 = 0,221, P = 0,005) yang artinya 22,1% kejadian stunting dipengaruhi oleh defisiensi besi. Intervensi
peningkatan asupan zat gizi mikro dan penanggulangan defisiensi besi pada anak usia 6–23 bulan perlu
dilakukan untuk mencegah stunting.

(Ahmad et al., 2018)

Kekurangan gizi merupakan permasalahan serius, sekitar 30% penduduk dunia termasuk Indonesia,
terutama anak-anak, berisiko menderita kekurangan gizi Zn. Kekurangan gizi Zn juga menjadi salah satu
faktor kekerdilan (stunting) yang prevalensinya cukup besar dan merata di Indonesia. Demikian pula
masalah anemia karena kekurangan asupan zat gizi mikro terutama zat besi. Beras adalah makanan
pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. Sebagai pangan utama, beras diketahui memiliki nilai gizi
mikro yang tidak memadai sehingga berpotensi menimbulkan kekurangan gizi bagi konsumen.
Biofortifikasi merupakan salah satu inovasi dalam meningkatkan mutu gizi beras. Keuntungan
biofortifikasi antara lain : (1) dapat dikembangkan pada bahan makanan pokok, (2) lebih murah dan
menguntungkan dari aspek budidaya karena benih yang sudah melalui proses fortifikasi akan terikut
pada generasi selanjutnya, (3) bermanfaat bagi masyarakat konsumen rawan gizi. Kandungan mineral
penting seperti Fe (besi) dan Zn (seng) pada beras dapat ditingkatkan melalui biofortifikasi menjadi
beras kaya Fe atau Zn. Beras kaya gizi mineral hasil biofortifikasi dapat dimanfaatkan dan dikembangkan
Pemerintah guna menanggulangi masalah gizi pada masyarakat, terutama dari golongan ekonomi
lemah.

(Budi Hartoyo, 2022)

Tingginya kejadian stunting (balita pendek) di Indonesia (37,2%) merupakan permasalaha gizi yang
berdampak serius terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Ada bukti jelas bahwa individu yang
stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan
penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan
terganggu. Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan
yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan
jumlah anak yang mengalami stunting tinggi. Hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi
kependekan pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat
pendek dan 20 % pendek. Secara umum gizi buruk disebabkan karena asupan makanan yang tidak
mencukupi dan penyakit infeksi. Terdapat dua kelompok utama zat gizi yaitu zat gizi makro dan zat gizi
mikro. Zat gizi makro merupakan zat gizi yang menyediakan energi bagi tubuh dan diperlukan dalam
pertumbuhan, termasuk di dalamnya adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan zat gizi mikro
merupakan zat gizi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi tubuh lainnya, misalnya dalam
memproduksi sel darah merah, tubuh memerlukan zat besi. Termasuk di dalamnya adalah vitamin dan
mineral. Kegiatan dari pengabdian ini untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai
stunting. Metode yang digunakan dengan ceramah dan demonstrasi secara daring . Kegiatan ini berjalan
dengan lancar dan peserta sangat aktif mendengarkan materi yang disampaikan.

(Yazia et al., 2021)

… Karbohidrat, lemak dan protein merupakan zat gizi makro sebagai sumber energi, sedangkan vitamin
dan mineral merupakan zat gizi mikro sebagai pengatur kelancaran metabolisme tubuh … Supariasa, IDN
dkk. (2014). Penilaian status gizi. Edisi Revisi. Jakarta: EGC …

(Harun, 2019)

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi mikro mempunyai manfaat yang sangat penting bagi tubuh
manusia, terutama dalam penglihatan manusia. Seperti diketahui Vitamin A merupakan vitamin larut
lemak yang pertama ditemukan. Secara umum, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan
semua retinoid dan prekursor/provitamin A/ karotenoid yang mempunyai aktivitas biologic sebagai
retinol.

(Azrimaidaliza, 2007)

Status gizi yang buruk yang disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi dapat menimbulkan berbagai
dampak pada remaja. Hasil observasi di SMA-IT Al-Fityan Kabupaten Kubu Raya pada santri kelas X dan
XI menunjukan bahwa 80% santri memiliki asupan zat gizi yang masih kurang dan belum sesuai dengan
angka kecukupan gizi harian yang dianjurkan dalam tabel AKG tahun 2013, diketahui 60% santri
mengalami status gizi kurang, dan 50% santri menyatakan makanan yang disajikan kurang enak, 70%
menyatakan makanan yang disajikan kurang menarik, 80% menyatakan kurang puas terhadap porsi
makanan, dan 80% menyatakan makanan yang disajikan kurang bervariasi. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui gambaran asupan zat gizi (makro & mikro), sisa makanan, status gizi, dan tingkat
kepuasan mutu hidangan pada sistem penyelenggaraan makanan. Jenis penelitian yang digunakan
adalah observasional deskriptif. Teknik pemilihan sampel dengan total sampling dengan jumlah sampel
100 orang. Hasil penelitian asupan zat gizi makro dan mikro, diketahui bahwa 59% santri dengan asupan
energi kurang, 48% santri dengan asupan protein cukup, 46% santri dengan asupan lemak lebih, 77%
santri dengan asupan karbohidrat kurang, seluruh santri dengan asupan zink kurang, seluruh santri
dengan asupan kalsium kurang, dan 93% santri dengan asupan vitamin A kurang. Didapatkan 61% santri
tidak menghabiskan makanannya,dan diketahui 89% santri memiliki status gizi kurang. Diketahui 92%
santri merasa kurang puas terhadap cita rasa makanan yang disajikan, seluruh santri kurang puas
terhadap penampilan makanan yang disajikan, dan 63% santri puas terhadap variasi menu yang
disajikan. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan pihak sekolah bisa meningkatkan cita rasa dan
penampilan makanan agar lebih memenuhi selera santri-santri, karena rasa dan penampilan yang baik
akan merangsang nafsu makan santri sehingga santri bisa menghabiskan makanan nya dan merasa puas
dengan makanan yang tersedia dan asupan zat gizi santri bisa terpenuhi dengan baik. Disarankan juga
agar memberi makanan tambahan seperti buah pisang, jeruk, semangka dan minuman bergizi seperti
susu untuk memperbaiki asupan energi, karbohidrat, zink, kalsium, dan vitami A yang masih kurang.
Asupan zat gizi remaja perlu diperhatikan karena remaja dalam proses pertumbuhan sehingga
memerlukan zat gizi khusus untuk mendukung pertumbuhannya.

(Marlenywati et al., 2017)

. S., . B., & Ernawati, F. (2014). Peran Beberapa Zat Gizi Mikro Dalam Sistem Imunitas. Gizi
Indonesia, 36(1). https://doi.org/10.36457/gizindo.v36i1.116
Abdullah, A., Salwani, D., Muhsin, M., Khairi, A. B., & Syukri, M. (2021). Puasa Ramadhan
Dan Pengaruhnya Terhadap Progresifitas Penyakit Ginjal Kronik. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala, 21(3). https://doi.org/10.24815/jks.v21i3.23754
Ahmad, A., Madanijah, S., Dwiriani, C. M., & Kolopaking, R. (2018). Asupan Gizi Mikro:
Defisiensi Besi Dan Stunting Pada Anak Usia 6–23 Bulan Di Aceh, Indonesia. Widyakarya
Nasional Pangan Dan Gizi (WNPG) “ Percepatan Penurunan Stunting Melalui Revitalisasi
Ketahanan Pangan Dan Gizi Dalam Rangka Mencapai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan.,” 1–11.
Amaliah, N., & Fery. (2021). Peran Beberapa Zat Gizi Mikro Untuk Meningkatkan Sistem
Imunitas Tubuh Dalam Pencegahan COVID-19. Science Education and Learning Journal,
1(1), 16–23. https://doi.org/10.54339/scedule.v1i1.97
Anggraini, A. D. N., Anshory, J., & Satriani, S. (2023). Hubungan Asupan Zink, Kalsium Dan
Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Prestasi Belajar Siswa Usia 13-15 Tahun Di Smp Nabil
Husein Samarinda. Widya Kesehatan, 5(1), 41–49.
https://doi.org/10.32795/widyakesehatan.v5i1.4069
Astutik, V. Y. (2017). Tingkat Pengetahuan, Pola Kebiasaan Lingkungan Hidup Berhubungan
Dengan Motivasi Ibu Dalam Memilih Kondisi Garam. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan, 5(2), 220. https://doi.org/10.33366/cr.v5i2.541
Ayuningtyas, A., Simbolon, D., & Rizal, A. (2018). Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro terhadap
Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal Kesehatan, 9(3), 445.
https://doi.org/10.26630/jk.v9i3.960
Azrimaidaliza, A. (2007). Vitamin a, Imunitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Infeksi. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas, 1(2), 90–96. https://doi.org/10.24893/jkma.v1i2.15
Azrimaidaliza, A. (2011). Asupan Zat Gizi Dan Penyakit Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas, 6(1), 36–41. https://doi.org/10.24893/jkma.v6i1.86
Bachtiar, T., Satriani, S., & Hardiyanti, N. (2022). Analisis Kandungan Zat Gizi dan Asupan Zat
Gizi Santri serta Status Gizi Santri MA. Sultan Hasanuddin Pattunggalengang-Limbung
Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam,
11(1), 21. https://doi.org/10.35580/sainsmat111244542022
Budi Hartoyo. (2022). Perbaikan Mutu Gizi Bahan Pangan Melalui Biofortifikasi Kandungan
Mineral Improving the Nutritional Quality of Food Ingredients Through Biofortification of
Mineral Content. Jurnal Agrifoodtech, 1(1), 12–20.
https://doi.org/10.56444/agrifoodtech.v1i1.53
Chairunnisa, O., Nuryanto, N., & Probosari, E. (2019). Perbedaan Kadar Hemoglobin Pada
Santriwati Dengan Puasa Daud, Ngrowot Dan Tidak Berpuasa Di Pondok Pesantren
Temanggung Jawa Tengah. Journal of Nutrition College, 8(2), 58.
https://doi.org/10.14710/jnc.v8i2.23814
Dewi, M. L. K., Maimunah, S., & Ekayamti, E. (2023). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang
Anemia dengan Pola Konsumsi Makanan pada Remaja Putri di SMK Negeri 1 Ngawi. E-
Journal Cakra Medika, 10(1), 1. https://doi.org/10.55313/ojs.v10i1.139
Dwiyana, P., Prasetio, A., & Ramayulis, R. (2017). Gambaran Tingkat Kecukupan Asupan
Energi, Zat Gizi Makro, Dan Zat Gizi Mikro Berdasarkan Tingkat Kekuatan Otot Pada
Atlet …. In Jurnal Ilmiah Kesehatan. http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/jurnal/JURNAL-
1519704028.PDF
Farida, A. B., Nurman, M., & Verawati, B. (2022). Hubungan Konsumsi Sayur Dan Buah
Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Siswa Kelas Iv Dan V Di Sd Teknologi Kota Pekanbaru
Tahun 2021. Jurnal Kesehatan Tambusai, 3(2), 1–7. https://doi.org/10.31004/jkt.v3i2.3915
Fitriyah, N., & Setyaningtyas, S. W. (2021). Hubungan Asupan Energi, Makronutrien, Zink Dan
Fe Dengan Underweight Pada Ibu Dan Balita Di Desa Suwari Bawean, Gresik. Media Gizi
Kesmas, 10(1), 56. https://doi.org/10.20473/mgk.v10i1.2021.56-62
Goentoro, D. P. L., & Nimas Mita Etika M. (2021). Mengenal Zat Gizi Makro dan Zat Gizi
Mikro Beserta Fungsinya. Hellosehat.Com.
Harianto, G. (2021). Teologi “Puasa” Dalam Perspektif Kesehatan, Psikologis Dan Spiritual
Untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Hidup. Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi,
Dan Pendidikan, 5(2), 155–170. https://doi.org/10.51730/ed.v5i2.82
Harun, O. (2019). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan.
Jurnal Kesehatan Budi Luhur: Jurnal Ilmu-Ilmu Kesehatan Masyarakat, Keperawatan,
Dan Kebidanan, 12(2), 164–171.
Haryati, Purba, A., & Putra, T. (2021). Penyuluhan Gizi Seimbang Saat Puasa Di SMK Al
Maksum Langkat. Jurnal Pengabdian Kepada Mayarakat (JPKM), 2(2), 23–29.
Ikawati, K., & . R. (2018). Pengaruhâ Buah Bit (Beta Vulgaris) Terhadapâ Indek Eritrosit Pada
Remaja Putri Dengan Anemia. Journal of Nursing and Public Health, 6(2), 60–66.
https://doi.org/10.37676/jnph.v6i2.659
Istianah, E. T. (2016). Perbedaan kadar asam urat pada pasien tidak puasa dengan pasien puasa 8,
10 dan 12 jam. Jurnal Kesehatan, 2–3. http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/409
Lestari, I. P., Lipoeto, N. I., & Almurdi, A. (2018a). Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan
Kejadian Anemia pada Murid SMP Negeri 27 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3),
507. https://doi.org/10.25077/jka.v6i3.730
Lestari, I. P., Lipoeto, N. I., & Almurdi, A. (2018b). Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan
Kejadian Anemia pada Murid SMP Negeri 27 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3),
507. https://doi.org/10.25077/jka.v6.i3.p507-511.2017
Liando, L. E., Amisi, M. D., & Sanggelorang, Y. (2021). Gambaran Aktivitas Fisik Mahasiswa
Semester Iv Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat Saat Pembatasan Sosial Masa Pandemi
Covid-19. Jurnal KESMAS, 10(1), 118–128.
Marlenywati, M., Saleh, I., & Lestari, P. (2017). GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO
dan MIKRO, SISA MAKANAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KEPUASAN MUTU
HIDANGAN SANTRI PADA SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN (studi
DISEKOLAH MENENGAH ATAS ISLAM TERPADU AL-FITYAN KABUPATEN
KUBURAYA). Jumantik, 4(2). https://doi.org/10.29406/jjum.v4i2.860
Muijah, S., Safitri, D. E., & Dewanti, L. P. (2019). Status Gizi Dan Asupan Zat Gizi Mikro
(Tiamin, Piridoksin, Kalsium, Magnesium) Berhubungan Dengan Sindrom Pramenstruasi.
Argipa, 4(1), 45–53.
Nadiyah, S., Gz, M., & Si. (2020). Modul Metabolisme Zat Gizi Mikro (Giz 352) Modul
Vitamin K Disusun Oleh. In
file:///C:/Users/VERA/Downloads/ASKEP_AGREGAT_ANAK_and_REMAJA_PRINT.docx
(Vol. 21, Issue Giz 325). http://esaunggul.ac.id0/11
Natalia, A., & Sulistyaningsih, R. (2018). Review: Puasa Ramadhan dan Diabetes Melitus.
Farmaka, 16(1), 331–336. http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/17498
Nugraheni, A., Prihatini, M., Arifin, A. Y., Retiaty, F., & Ernawati, F. (2021). Profil Zat Gizi
Mikro (Zat Besi, Zink, Vitamin a) Dan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil. Media Gizi
Mikro Indonesia, 12(2), 119–130. https://doi.org/10.22435/mgmi.v12i2.4648
Panjaitan, N. W., Hasibuan, S. S., Faradillah, F., Hasibuan, Y. N. P., WK, A. A., Anggraini, D.
R., & Sibuea, A. A. zahra. (2022). Analisis Tingkat Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang
Bagi Remaja di MTS Ex PGA Proyek UNIVA Medan. PubHealth Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 1(1), 57–62. https://doi.org/10.56211/pubhealth.v1i1.37
Rahmadi, I., Mareta, D. T., & Fithriyani, D. (2021). Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Makro Mahasiswa Tahun ke-3 Program Studi Teknologi Pangan ITERA. Journal of
Science, Technology, and Virtual Science, 1(1), 44–50.
Rahmatia, R. (2023). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Puasa Pra Operasi Pada Pasien Di
Rsud H. Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal
Cakrawala Ilmiah, 2(7), 2969–2976.
https://doi.org/10.53625/jcijurnalcakrawalailmiah.v2i7.5281
Rahmawati, A. (2012). Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro Dengan Fungsi Kognitif Pada Lanjut
Usia Di Paguyuban Among Yuswa Banteng Baru Kabupaten Sleman. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 8(4), 195–201. http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=51530
Rahmi, A. (2015). Puasa dan Hikmahnya Terhadap Kesehatan Fisik dan Mental Spiritual. Jurnal
Studi Penelitian, Riset Dan Pengembangan Pendidikan Islam, 3(1), 89–106.
Rayipratiwi, I. S., Rahayu, L. S., & Fitria, F. (2023). Hubungan Antara Pengetahuan Dan
Perilaku Gizi Seimbang Dengan Status Gizi Pada Remaja Di Wilayah Kabupaten
Tangerang Tahun 2021. ARGIPA (Arsip Gizi Dan Pangan), 7(2), 154–161.
https://doi.org/10.22236/argipa.v7i2.8139
Rinninella, E., Raoul, P., Maccauro, V., Cintoni, M., Cambieri, A., Fiore, A., Zega, M.,
Gasbarrini, A., & Mele, M. C. (2023). Hospital Services to Improve Nutritional Intake and
Reduce Food Waste: A Systematic Review. In Nutrients (Vol. 15, Issue 2).
https://doi.org/10.3390/nu15020310
Sari, N. P., Syahruddin, A. N., Irmawati, I., & Irmawati, I. (2023). Asupan Gizi Dan Status Gizi
Anak Usia 6-23 Bulan Di Kabupaten Maros. Jambura Journal of Health Sciences and
Research, 5(2), 660–672. https://doi.org/10.35971/jjhsr.v5i2.18617
Shariff, F. O., & Sirojuddin, M. (2023). Puasa Dan Kehamilan: Studi Literatur. Jurnal Ilmu
Kedokteran Dan Kesehatan, 10(3), 1746–1751. https://doi.org/10.33024/jikk.v10i3.9821
Syainah, E., Nurhamidi, N., & Abdurrachim, R. (2022). Pengaruh Daya Terima Biskuit Ikan
Gabus Dan Biji Wijen. Sains Medisina, 1(2), 91–95.
https://wpcpublisher.com/jurnal/index.php/sainsmedisina/article/view/68
Tahapary, D. L., Wafa, S., & Harbuwono, D. S. (2021). Puasa Ramadan dan Diabetes Melitus:
Risiko, Manfaat dan Peluang Penelitian. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 8(1), 1.
https://doi.org/10.7454/jpdi.v8i1.576
Tone, K., & Suhastami, I. E. (2018). Rancang Bangun Sistem Informasi Pemenuhan Kebutuhan
Gizi mikro dan Gizi Makro Pada Anak Usia 1-12 Tahun Berbasis Android. Jurnal Ilmiah
Ilmu Komputer Fakultas …, 4(2), 28–31.
https://fikom-unasman.ac.id/ejournal/index.php/jikom/article/view/87
Wahyuni, Y., Fasya, D. S., & Novianti, A. (2021). Analisis perbedaan asupan kalsium,
magnesium, zink, dan aktivitas fisik berdasarkan kejadian dismenorea pada remaja putri
atlet di SMA Negeri Ragunan. Ilmu Gizi Indonesia, 5(1), 71.
https://doi.org/10.35842/ilgi.v5i1.213
Yazia, V., Hasni, H., Nurleny, N., Andika, M., & Arista, C. (2021). Pemberian Intervensi Gizi
Spesifik Untuk Pencegahan Stunting Pada Anak Terhadap Orang Tua. Jurnal Abdimas
Saintika, 3(1), 26. https://doi.org/10.30633/jas.v3i1.1076
Yuli Bahriah. (2021). Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe Dan Anemia Terhadap Kekurangan
Energi Kronik (Kek) Pada Ibu Hamil Tahun 2020 (Studi Literatur). Jurnal Kebidanan :
Jurnal Medical Science Ilmu Kesehatan Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang, 11(1),
79–91. https://doi.org/10.35325/kebidanan.v11i1.254
Zogara, A. U., Pantaleon, M. G., Loaloka, M. S., & Sine, J. G. L. (2020). Perbedaan Asupan Zat
Gizi Saat Sarapan Pada Siswa Sekolah Dasar Stunting Dan Tidak Stunting Di Kota Kupang.
Journal of Nutrition College, 9(2), 114–120. https://doi.org/10.14710/jnc.v9i2.27384
Zubaydah, W. O. S., Fia, W., Adawia, S., Novitasari, N., Rahmasari, R., & Hasanuddin, D. D.
(2019). Formulasi Minuman Effervescent Mix Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera).
Pharmauho: Jurnal Farmasi, Sains, Dan Kesehatan, 4(2).
https://doi.org/10.33772/pharmauho.v4i2.6281

Anda mungkin juga menyukai