Dengan niat yang kuat dan ikhlas, ibadah puasa dapat kita jalani
dengan maksimal sekaligus memberikan manfaat yang maksimal pula bagi
diri kita. Selain menjadi ladang pahala bagi umat muslim, berpuasa juga
memiliki manfaat yang luar biasa bagi kesehatan tubuh manusia itu sendiri.
Karena itu, agar makin termotivasi dalam menjalani puasa Ramadhan, kita
juga perlu tahu apa saja manfaat berpuasa dari segi ilmiah.
Di dalam Islam puasa termasuk ibadah yang mendidik jasmani
maupun rohani. Puasa ialah meninggalkan makan, minum, merokok dan
segala yang membatalkannya dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Pengertian puasa dalam Islam atau secara syar'i adalah menahan serta
mencegah diri secara sadar dari makan, minum, orang bersetubuh dengan
perempuan (hubungan intim) dan hal-hal semisalnya termasuk kebiasaan
merokok dari sebagian besar masyarakat kita dan dilakukan selama 1 hari
penuh. Yakni dimulai dari kemunculan fajar hingga terbenamnya matahari,
dengan niat untuk memenuhi perintah dan taqarub kepada Allah Ta'ala. Itulah
yang dimaksud dengan definisi dari puasa. Puasa sering kita sebut dengan
istilah shiyam, saum.
Dalam Hadist dikatakan " Berpuasalah niscaya kamu menjadi orang
sehat ".Puasa Ramadhan yang dilakukan oleh umat muslim selama 30 hari
memang penuh makna, selain menunaikan rukun Islam ke-3 puasa pun
memilki manfaat bagi kesehatan. Di bulan suci ini umat Islam melakukan
ibadah yang amat mulia,menumbuhkan empati dan kesadaran sosial melalui
infak dan sedekah, menempa diri dengan meredam amarah serta mengekang
hawa nafsu. Puasa pun menjadi ibadah yang paling nikmat dilakukan oleh
semua umat muslim di dunia.
Segunung manfaat puasa selain dari sisi religi, berpuasa dari sudut
kesehatan pun memiliki banyak manfaat. Dalam perkembangan dunia
kesehatan, puasa sebagai terapi untuk mengatasi gangguan kesehatan semakin
banyak diteliti. Para peneliti mengaitkan puasa dengan tujuan mengendalikan
stress juga penyakit lain seperti hipertensi, kardiovaskuler, ginjal juga kanker.
Dengan berpuasa ada beberapa manfaat yang bisa dipetik antara lain memberi
1
kesempatan pada alat pencernaan untuk beristirahat, membersihkan tubuh
dari racun dan kotoran yang menumpuk dan merusak kesehatan,
menyeimbangkan asam basa tubuh, memperbaiki fungsi hormon yang
diperlukan dalam berbagai proses fisiologis dan biokimia tubuh, serta
meremajakan sel-sel tubuh. Peremajaan sel-sel tubuh saat berpuasa organ
pencernaan dan organ lainnya berada dalam posisi rileks sehingga
kesempatan untuk memperbaiki selsel yang rusak juga menjadi lebih baik,
selain itu fungsinya juga lebih meningkat. Hasilnya, ibadah puasa tuntas,
tubuhpun jadi lebih sehat.
Manfaat berpuasa bagi kesehatan :
2
membuatnya justru bekerja lebih tajam. Selain itu ditinjau dari segi insting,
masalah rasa lapar adalah masalah kelanjutan hidup sehingga wajar jika
rasa lapar memaksa kita untuk berpikiran lebih tajam dan kreatif.
Hal ini juga dibuktikan dengan suatu kasus pada sekelompok
mahasiswa di University of Chicago yang diminta berpuasa selama tujuh
hari. Selama masa itu, terbukti bahwa kewaspadaan mental mereka
meningkat dan progres mereka dalam berbagai penugasan kampus
mendapat nilai REMARKABLE.
5. Mengurangi Kegemukan
Secara ilmiah berpuasa juga berdampak pada penurunan berat
badan. Dengan berpuasa usus-usus dalam tubuh akan lebih bersih dari
sisa-sisa endapan makanan, Endapan makanan inilah yang bila kelebihan
akan menjadi lemak diperut. Selain itu berpuasa juga memperbaiki sistem
pencernaan kita, sehingga sirkulasi makanan dan buang air menjadi lebih
lancar.
3
fisik dan lebih lanjut untuk mendapatkan kesehatan mental, seseorang
harus menjalani puasa lebih dari 21 hari.
4
11. Menurunkan Glukosa Darah serta Berat Badan
Ada penelitian dan studi yang menunjukkan bahwa puasa bisa
untuk menurunkan berat badan dan juga kadar glukosa darah dalam
tubuh. Studi kohort dilakukan kepada 81 mahasiswa Universitas Teheran
of Medical Sciences ketika berpuasa Ramadhan. Dilakukan evaluasi
berat badan, indeks massa tubuh (BMI), glukosa, trigliserida (TG),
kolesterol, lipoprotein densitas rendah (LDL), high density lipoprotein
(HDL), dan Very Low density lipoprotein (VLDL), sebelum dan sesudah
Ramadhan. Hasil dari studi penelitian ini menunjukkan bahwa puasa
Ramadhan menyebabkan penurunan kadar glukosa dan juga berat badan.
5
Maka hal ini juga bisa memberikan manfaat untuk mengurangi
kadar stressor dalam tubuh dan juga mengendalikan tanda-tanda stres dan
emosional yang berlebihan pada diri kita. Manfaat puasa dalam Islam
juga bisa merupakan cara untuk mempersempit jalan aliran darah yang
merupakan jalan setan pada diri anak Adam. Karena setan masuk kepada
anak Adam melalui jalan aliran darah. Dengan berpuasa, maka kita akan
lebih terjaga daripada gangguan setan, kekuatan nafsu syahwat dan
kemarahan. Dan inilah bagian dari mukjizat puasa itu sendiri bagi kita
semuanya.
14. Keseimbangan anabolisme dan katabolisme
6
Dalam penelitian, saat puasa tidak berpengaruh pada sel darah
manusia & tidak terdapat perbedaan jumlah retikulosit, volume sel darah
merah serta rata-rata konsentrasi hemoglobin (MCH, MCHC)
dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa.
7
Ketika berpuasa ternyata juga terbukti tidak berpengaruh pada
fungsi kelenjar gondok manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan kadar plasma tiroksin (TS), tiroksin bebas,
tironin triyodium dan hormon perangsang gondok (TSH) pada penderita
laki-laki yang berpuasa.
Saat puasa terjadi perubahan dan konversi yang masif dalam asam
amino yang terakumulasi dari makanan, sebelum didistribusikan dalam
tubuh terjadi format ulang. Sehingga, memberikan kesempatan tunas
baru sel untuk memperbaiki dan merestorasi fungsi dan kinerjanya. Pola
makan saat puasa dapat mensuplai asam lemak dan asam amino penting
saat makan sahur dan berbuka. Sehingga terbentuk tunas-tunas protein,
lemak, fosfat, kolesterol dan lainnya untuk membangun sel baru dan
membersihkan sel lemak yang menggumpal di dalam hati. Jumlah sel
yang mati dalam tubuh mencapai 125 juta perdetik, namun yang lahir dan
meremaja lebih banyak lagi.
8
Dalam keadaan tertentu hal ini akan memberi perlindungan terhadap
fungsi ginjal. Kekurangan air dalam puasa ternyata dapat meminimalkan
volume air dalam darah. Kondisi ini berakibat memacu kinerja
mekanisme lokal pengatur pembuluh darah dan menambah prostaglandin
yang pada akhirnya memacu fungsi dan kerja sel darah merah.
24. Penurunan berbagai hormon salah satu rahasia hidup jangka panjang
manusia
9
Bertambahnya kualitas dan kuantitas ibadah di bulan puasa akan
juga meningkatkan komunikasi sosial dengan sesama manusia baik
keluarga, saudara dan tetangga akan lebih sering. Berbagai peningkatan
ibadah secara langsung akan meningkatkan hubungan dengan Pencipta
dan sesamanya ini akan membuat jiwa lebih aman, teduh, senang,
gembira, puas serta bahagia.
Di dalam Islam, segala sesuatu telah diatur dalam Al-Quran dan telah
dijelaskan serta diperkuat oleh hadits Rasulullah, baik dalam sholat, zakat,
berhaji, makan, berjalan, dan banyak hal lainnya, begitu pun dengan
bagaimana kita berakhlak dalam masyarakat.
Hidup bermasyarakat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari
seseorang manusia. Penciptaan manusia sebagai mahluk sosial membuatnya
selalu membutuhkan orang lain.
Hidup bermasyarakat tentu bukan perkara yang mudah, hal ini
merupakan perkara yang tidak boleh disepelekan. Menjaga akhlak dalam
hidup bermasyarakat adalah hal yang sangat penting. Hal ini bertujuan agar
hubungan baik dengan orang lain selalu terjalin dengan harmonis sehingga
menciptakan rasa cinta, damai dan tentram di antara masyarakat.
Dalam pokok pembahasan ini, ada hal-hal yang harus diperhatikan, yakni :
2. Bertamu
Beberapa etika yang perlu diperhatikan :
10
Ucapkan salam maksimal 3x
Jika salah seorang di antara kalian meminta izin 3x lalu tidak diizinkan,
hendaknya ia kembali (HR. Bukhari)
Berbuat baik kepada tamu termasuk perkara penting yang diwajibkan oleh
Rasulullah S.a.w kepada kita. Perbuatan ini termasuk hak muslim atas
muslim lainnya. Termasuk ahklak yang mulia, Rasulullah S.a.w bersabda :
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, endaklah ia memuliakan
tamu-tamunya dengan memberinya hadia. Apa hadianya itu ya Rasulullah?
Beliau menjawab (menjaunya sehari semalam, jamuan untuk tamu ialah 3
hari dan selebihnya adalah sedekah).
Jamuan untuk tamu adalah 3 hari dan selebihnya (untuk bekal perjalanan)
untuk sehari semamlam. Tidak halal bagi seorang muslim meneteap di rumah
saudaranya kemudian membuatnya berdosa. Para sahabat bertanya, Wahai
Rasulullah! Bagaimana ia membuatnya berdosa? Rasulullah menjawab Ia
(tamu tersebut) menetap padanya, namun tuan rumah tidak mempunyai
sesuatu untuk memuliakannya.
11
Dua hadits di atas menjelaskan bahwa jamuan bagi tamu untuk bekal
perjalanan sehari-semalam dan waktu perjamuan ialah 3 hari. Nabi
memedakannya antara hadiah untuk tamu dan jamuannya, bahkan terdapat
riwayat yang menegaskan bahwa perjamuan adalah hak muslim atas muslim
lainnya.
Dalam as-shalihah dari Uqbah bin Amir R.A. Ia berkata Wahai
Rasulullah, sesungguhnya engkau mengirim Kami, kemudian kami singgah di
kaum yang tidak menjamu kami, bagaimana pendapatmu? Rasulullah
berkata kepada kami Jika kalian singgah di salah satu kau, kalau mereka
memberikan kalian apa yang layak diterima tamu, maka tarimalah dan jika
mereka tidak melakukannya ambillah dari mereka hak tamu yang harus
mereka berikan.
Nash ini menunjukkan wajibnya menjamu tamu selama sehari
semalam dan ini adalah hadiah untuk tamu lalu disempunakan dengan adanya
2 hari 2 malam sehinggah kesempurnaan memuliakan tamu adalah 3 hari 3
malam.
Imam Ahmad berkata, tamu berhak menuntut semua, jika tuan rumah
tidak memberikannya, karena jamuan adalah hak wajib baginya. Tentu saja
menjamu tamu disesuaikan dengan kemampuan dan adat setempat. Orang
yang tidak mempu menjamu secara sempurna maka tidak diwajibkan dan
tamu tidak boleh meminta dijamu oleh orang yang tidak mampu menjamu.
Salman r.a, seorang sahabat Nabi berkata Rasulullah melarang kami
membebani diri untuk menjamu dengan sesuatu yang tidak kami miliki.
Tuan rumah tidak wajib membantu tamunya kecuali dengan sesuatu
yang dimilikinya. Jika tuan rumah tidak memiliki sesuatu pun, ia tidak wajib
memberi tamunya. Tapi, jika tuan rumah mau menutamakan tamunya dari
dirinya sendiri seperti yang dilakukan orang-orang Anshar, dimana dengan
sebab perbuatan mereka Allah turunkan Firman-Nya :
Artinya : Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah
beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka
(Anshor) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan
12
mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-
apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam
kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah
.orang orang yang beruntung
13
Sebagai seorang muslim yang baik maka hendaklah kita senantiasa
memperlakukan tetangga kita dengan senantiasa memperhatikan dan
memuliakan haknya. Hak seorang tetangga ini dapat diklasifikasikan menjadi
4, yaitu :
14
Imam Ibnu Abi Jamroh berkata, menjaga tetangga termasuk
kesempurnaan iman orang jahiliyah dahulu sangat menjaga hal ini
melaksanakan wasiat berbuat baik ini dengan memberikan beraneka ragam
sesuai kemampuan, seperti salam, bermuka manis ketika bertemu,
menahan sebab-sebab yang mengganggu mereka dengan segala macam
nya, baik jasmani dan rohani.
Bersahabat dengan lawan jenis tentu bukan suatu hal yang diharamkan
dalam agama, akan tetapi agar tidak terjadi fitnah, maka alangkah baiknya,
kita senantiasa memperhatikan beberapa batasan-batasan dalam bergaul
dengan lawan jenis.
15
memandang ke mana saja maka qalbunya ikut menjadi liar mengumbar
nafsu.
Katakan kepaa orang laki-laki yang beriman hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka (An-Nur : 30)
Syaikhul islam Ibnu Tamuan berkata mengenai ayat ini, Allah Swt
menjadikan sikap menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan
sebagai upaya paling kuat untuk membersihkan jiwa itu mencakup
hilangnya segala keburukan berupa perbuatan keji, kezaliman, kesirikan,
kedustaan, dsb.
16
yang tidak disertai mahramnya. Karena ditempat yang sepi itu ada setan
yang senantiasa mengajak berbuat zina (al-hadits)
Kita juga dilarang untuk bersentuhan dengan lawan jenis karena
itulah kita harus senantiasa memberi batasan dalam bergaul dengan
mereka, hindari hal-hal yang bisa membuat kita saling bercampur baur dan
bersentuhan dengan lawan jenis.
Dari Aisyah ra, Rasulullah S.a.w tidak pernah menyentuh
tangan seorang wanita kecuali yang dimiliki (HR. Bukhari). Dan suatu
kecelakaan besar, apabila menyepelekan hal seperti ini sesungguhnya
ditusukkan kepada salah seorang diantara kamu dengan jarum besi itu
lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya (HR.
Baihaqi, Ath-Tabrani)
Hadits ini memberikan gambaran betapa hinanya menyentuh
seorang yang bukan muhrimnya. Bahkan ditusuk dengan jarum besi itu
lebih baik daripada menyentuh seorang yang bukan muhrimnya.
Rasulullah pun mengabarkan kepada umat manusia agar senantiasa
berhati-hati dalam bergaul dengan lawan jenis karena dapat membuka
pintu fitnah.
Tidaklah ku tinggalkan setelahku suatu fitnah yang lebih berbahaya laki-
laki melainkan fitnah yang datang dari wanita. (HR. Muttafaqun Alaih)
UKHUWAH ISLAMIYAH
17
Ukhuwah Islamiyah bisa kita artikan sebagai persaudaraan di
antara umat islam, dimana persaudaraan diantara seorang muslim
diibaratkan sebagai bangunan yang kokoh yang sedang menguatkan.
Sebagai umat islam, ada hal-hal yang harus ditunaikan anatar sesama umat
islam sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah dalam sabdanya :
Jadi, ada 6 hak seorang muslim sebagaimana yang disebutkan dalam hadits
diatas, yaitu
Kalian tidak akan masuk surga, kecuali dengan beriman. Kalian tidak
akan beriman, kecuali dengan saling mencintai. Maukah kalian aku
tunjukkan kepada sesuatu yang jika kalian lakukan, maka kalian akan
saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian! (HR. Muslim)
Selain itu, kita dianjurkan untuk saling memberi salam tidak hanya
kepada orang-orang yang kita kenal saja tetapi begitupun dengan orang
yang belum kita kenal. Dari Abdullah ibn Amr r.a., Seorang pemuda
bertanya kepada Rasulullah saw, Apa yang terbaik dalam islam?
Rasulullah menjawab, Memberi makan (orang miskin) dan mengucapkan
salam kepada yang engkau kenal atau yang tidak engkau kenal. (HR.
Bukhari dan Muslim)
18
Salam merupakan salah satu dari nama-nama Allah menyebarkan
salam berarti banyak menyebut Allah, sebagaimana difirmankan oleh
Allah, sebagaimana difirmankan oleh Allah,
Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.(QS.
AL-Ahzab: 35)
Beberapa kejahatan yang gagal dengan adanya kalimat as-salamu
alaikum! Beberapa banyak kebaikan diperoleh dengan kalimat, as-salamu
alaikum! Beberapa banyak hubungan persaudaraan terjalin dengan
kalimat as-salamu alaikum!
19
mengerahkan segala yang dimiliki demi (kebaikan) orang yang dinasihati.
Ia merupakan sebuah kata yang ringkas (namun luas maknanya). Tidak ada
satu kata pun dalam bahasa Arab yang bisa mengungkapkan makna dari
kata (nasehat) ini, kecuali bila digabung dengan kata lain. (Ilamul-Hadits
(I/189-190) dan Syarah Shahih Muslim (II/32-33), lihat Fathul Bari
(I/167)).
20
menasehati kaumnya, Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku
kepada kalian dan aku ini hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya
bagimu (Q.S. Al-Araf: 68).
21
Barangsiapa menjenguk orang yang sakit, maka ia akan selalu berada
dalam kebun surga. Orang-orang bertanya, Wahai Rasulullah, apa
yang dimaksud dengan kebun surga itu? Rasulullah menjawab, Buah-
buahnya. (HR.Muslim)
Ada banyak nilai positif dalam menjenguk orang yang sakit. Di antaranya:
mendoakannya, mendapakan pahala dari menjenguknya, terutama dalam
menghibur keluarganya. Bukhari meriwayatkan dari Jabir ibn Abdillah,
Aku sedang sakit dan Rasulullah bersama Abu Bakar menjengukku
dengan jalan kaki. Ketika itu aku sedang pingsan. Nabi segera mengambil
air wudhu kemudian meneteskan air wudhu itu kepalaku. Ketika tersadar,
ternyata itu Nabi.
22
C. TOKOH KESEHATAN DALAM ISLAM
23
Biografi Muhammad bin Zakariya ar-Razi
Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi
tapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-
30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan
berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian
dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-
Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang
dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang
Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil
sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah
Abbasiyah, al-Mu'tashim.
24
Kontribusi Muhammad bin Zakariya ar-Razi
Bidang Kedokteran
"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini
akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan
seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan
warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan
dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini dapat terjadi
tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik
untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini,
karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."
25
bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan
warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah
perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."
Farmasi
Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan
seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan
yang berasal dari merkuri.
Etika kedokteran
Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika
kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu
dan tukang obat yang berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan.
Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak mungkin
mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa
menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak
mungkin. Tapi untuk meningkatkan mutu seorang dokter, ar-Razi
menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari informasi
baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa disembuhkan
dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa
seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan
penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, ar-Razi
menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan,
karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter.
26
Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk
berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk
masyarakat sekitar.[2]
27
Perhatian utama filsafat al-Razi adalah jiwa, kemudian lima yang
kekal. Setelah itu, moral, kenabian dan agama, yang merupakan sisi
pengembangan daya kritik intelektualnya. jiwa merupakan titik kesamaan
perhatian utama antara al-Razi dan Plato. Selain ia seorang filosof, ia juga
seorang yang ahli dalam bidang kimia dan kedokteran. Tulisannya dalam
bidang kimia yang terkenal ialah Kitab Al-Asrar yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin oleh Geard fo Cremon. Sedangkan dalam bidang medis
atau pengobatan karyanya yang terbesar ialah al-Hawi, al-Hawi merupakan
ensiklopedi ilmu kedokteran, diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan
judul Continens yang tersebar luas dan menjadi buku pegangan utama
dikalangan kedokteran Eropa sampai abad ke 17.
1) Ath-Thibb Ar-Ruhani,
2) Ash-Shirat Al-Falsafiyyah,
4) Kitab Al-Ladzdzah,
7) Al-Hawi Fi Ath-Thibb,
8) Manshuri,
10) Muluki,
28
11) Kitab Al-Jami Al-Kabir,
16) Fisika,
dengan sendirinya dan bahwa Gerakan itu pada Hakikatnya adalah milik
mereka,
29
29) Metafisika Menurut Ajaran Plato,
a. Materi, yakni apa yang ditangkap dengan panca indra tentang benda itu.
d. Di antara benda-benda ada yang hidup dan oleh karena itu perlu ada roh.
e. Semua ini perlu pada Pencipta Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.
Dua dari yang Lima Kekal itu hidup dan aktif, Tuhan dan roh. Satu
daripadanya tidak hidup dan pasif, yaitu materi. Dua lainnya tidak hidup,
tidak aktif dan tidak pula pasif, ruang dan masa.
Sedangkan sistematika filsafat Lima Kekal al-Razi dapat dijelaskan
sebagai berikut: pertama, Al-Bari Taala (Allah); hidup dan aktif dengan sifat
Independen. Menurut al-Razi, Allah Maha Pencipta dan Pengatur seluruh
alam ini. Alam diciptakan Allah bukan dari tidak ada (creatio ex nihilo), tetapi
30
dari bahan yang telah ada. Oleh karena itu, menurutnya alam semesta tidak
qadim, baharu, meskipun materi asalnya qadim, sebab penciptaan di sini
dalam arti di susun dari bahan yang telah ada.[10] Kedua, an-Nafs al-
Kuliyyah (jiwa universal); hidup dan aktif serta menjadi al-Mabda al-qadim
ats-tsani (sumber kekal kedua). Hidup dan aktifitasnya bersifat independen.
An-nafs al-Kulliyah tidak berbentuk. Namun, karena mempunyai naluri untuk
bersatu dengan al-hayula al-ula, an-nafs al-kulliyah memiliki zat yang
berbentuk (form) sehingga bisa menerima, sekaligus menjadi sumber
penciptaan benda-benda alam semesta, termasuk badan manusia. Ketika
masuk pada benda-benda itulah, Allah menciptakan roh untuk menempati
benda-benda alam dan badan manusia di mana jiwa (parsial) melampiaskan
kesenangannya. Karena semakin lama jiwa bisa terlena pada kejahatan, Allah
kemudian menciptakan akal untuk menyadarkan jiwa yang terlena dalam fisik
tersebut.
Ketiga, al-hayula al-ula (materi pertama), tidak hidup dan pasif. Al-
hayula al-ula adalah subtansi (jauhar) yang kekal yang terdiri atas dzarrah,
dzarrah (atom-atom). Setiap atom terdiri atas volume. Jika dunia hancur,
volume juga akan terpecah dalam bentuk atom-atom.materi yang sangat padat
menjadi substansi bumi, yang agak renggang menjadi substansi air, yang
renggang menjadi substansi udara dan yang lebih rengggang menjadi api. Al-
hayula al-ula, kekal karena tidak mungkin berasal dari ketiadaan. Buktinya,
semua ciptaan Tuhan melalui susunan-susunan (yang berproses) dan tidak
dalam sekejap yang sangat sederhana dan mudah. Dengan kata lain, Tuhan
tidak mungkin menciptakan sesuatu tanpa bahan sebelumya yang kekal
karena mendapat (semacam emanasi, pancaran) dari Yang Maha Kekal.
Keempat, al-Makan al-Muthlaq (ruang absolut), tidak aktif tidak pasif. Materi
yang kekal membutuhkan ruang yang kekal pula sebagai tempat yang
sesuai. Ada dua macam ruang, yakni; ruang partikular (relatif) dan ruang
universal. Yang partikular terbatas, sesuai dengan keterbatasan maujud yang
menempatinya. Adapun ruang universal tidak terbatas dan tidak terikat pada
maujud karena bisa saja dapat terjadi kehampaan tanpa maujud. Kelima, az-
zaman al-muthlaq (zaman absolut), tidak aktif dan tidak pasif. Zaman atau
31
masa ada dua; relatif/terbatas yang biasa disebut al-waqt dan zaman universal
yang biasa disebut ad-dhar. Yang terakhir ini (ad-dhar) tidak terikat pada
gerakan alam semesta dan falak atau benda-benda angkasa raya.
a. Filsafat Metafisika
Al-Razi adalah sosok filsuf yang berani, rasionalis-empiris dan
argumentasi-argumentasinya banyak dipengaruhi oleh para pemikir besar
Yunani sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, sampai ia
dikenal dikalangan para pemikir Islam sebagai pemikir atheis, dimana
komentar-komentarnya banyak berbeda dengan filsuf muslim lain. Dalam
hal ini diantara pemikirannya yang dianggap keluar dari Islam adalah
pandangannya terhadap ketidakperluan Nabi sebagai perantara wahyu,
bahwa ia mengatakan Tuhan dengan kasih Sayang-Nya memberikan
potensi kepada manusia untuk bisa mengenalnya.
Ketika ditanya bagaimana filsafat bersikap terhadap imam pada
sebuah agama wahyu, ia menjawab: Bagaimana seseorang dapat berfikir
secara filosofis sedangkan ia mengikatkan diri pada cerita-cerita kuno,
yang ditegakkan atas dasar kontradiksi, kebodohan yang membandel, dan
dogmatisme? Kenabian khususnya (special prophecy), tegasnya,
merupakan sesuatu yang tidak diperlukan: Bagaimana anda menerima
Tuhan lebih mencintai seorang manusia sebagai pengemban standar umat
manusia, yang membuat manusia lainnya bergantung padanya?
Bagaimana anda dapat mempertemukan kebijaksanaan Tuhan Yang Maha
Bijaksana dengan memilih seseorang dengan cara demikian, yang
membuat umat manusia siap untuk saling membunuh, menimbulkan
pertumpahan darah, perang dan konflik.![12] Ia sangat dikenal sebagai
pemikir kontradiktif sekaligus pemikir kreatif. Pikiran-pikirannya sangat
brilian, liberal dan radikal sampai dikecam dan tidak terlalu mendapat
simpati dikalangan para ulama dan pemikir Islam lainnya.
32
Namun dalam fokus kita kali ini yang menjadi perhatian kita
adalah perhatiannya terhadap metafisika yang hal ini juga salah satu
akibat ia dimarjinalkan dari konteks kesejarahan Islam. Ada lima teori
kekekalan diajukan sebagai yang mewakili pandangan metafisikanya
secara umum; pertama, materi menurut al-Razi bahwa itu tidak mesti
tersusun dari kuantum yang diskret dan tak dapat dibagi-bagi, materi
baginya bergerak menurut unsur-unsur materinya masing-masing,
pendapat ini dijelaskan dengan panjang lebar dalam bukunya yang
membahas bahwa Tuhan tidak campur tangan dalam tindakan mahluk.
Al-Razi lebih meyakinkan adanya gerak bawaan dan intrinsik, inilah
perbedaan tajam antara fisika Democritus dan Aristoteles.
Keabadian materi didemontrasikan dalam dua cara. Penciptaan,
yaitu tindakan materi yang sedang dalam Pembentukan, mensyaratkan
(adanya) bukan saja seorang Pencipta yang telah mendahuluinya, tetapi
juga sebuah substratum atau meteri dimana tindakan itu melekat. Selain
itu, konsep yang sebenarnya dari penciptaan ex nihilo tidak dapat
dipertahankan secara logis, karena jika Tuhan telah mampu menciptakan
sesuatu dari tiada, maka tentu saja ia harus terikat pada penciptaan segala
sesuatu dari tiada, karena hal ini merupakan modus pembuatan yang
paling sederhana dan paling cepat. Tetapi karena tidak demikian halnya,
maka dunia haruslah dikatakan telah diciptakan dari materi tanpa bentuk,
yang telah mendahuluinya sejak semula. Materi memerlukan sebuah
locus tempat ia tinggal, dan ini adalah prinsip yang kedua.
Kedua, Ruang dipahami oleh al-Razi, sebagai sebuah konsep
abstrak, yang berbeda dengan tempat (tonos) Aristoteles, tidak dapat
dipisahkan secara logis dari tubuh. Akibatnya, ia menarik garis perbedaan
antara tempat atau ruang universal dan particular. Tempat (ruang)
universal sama sekali berbeda dengan tubuh, sehingga konsep tubuh yang
menempatinya tidak perlu masuk kedalam defenisinya, seperti yang
implisit dalam konsep ruang Aristotelian, atau batas tubuh yang paling
dalam yang terkandung di dalamnya. Sementara bagi Aristoteles pun
dalam kapasitas universalnya sebagai locus communis, ruang tidak dapat
33
dipisahkan dari tubuh, alam semesta dan karena itu bersifat terbatas.
Tempat particular, dipihak lain, tidak dapat dipahami secara terpisah dari
materi, yang merupakan esensinya yang sejati. Dalam hal ini, ia berbeda
dengan konsep Aristoteles tentang ruang waktu sebagai locus atau
wahana (vehicle).
Ketiga, Dalam pandangannya tentang waktu, Al-Razi juga
menyimpang dari Aristoteles, yang memandang waktu sebagai semacam
gerak atau bilangan dari padanya. Konsep seperti itu menyebabkan
realitas waktu tergantung secara logis kepada gerakan secara umum dan
gerakan segenap langit secara khusus; tetapi dalam pandangan Al- Razi,
gerak tidaklah menghasilkan tetapi hanyalah menyingkap atau
memperlihatkan waktu, yang karenanya secara esensial tetap berbeda
dengannya. Seperti terhadap ruang lebih lanjut, ia membedakan antara
waktu particular atau tertentu dengan waktu mutlak atau universal. Yang
pertama dibayangkan sebagai (sesuatu) yang dapat diukur dan terbatas,
sedangkan yang terakhir sebagai yang tidak dapat diukur dan tidak
terbatas, sama dengan zaman universal (ad-Dahr) Neoplatonik, yang
merupakan ukuran perlangsungan dunia indriawi, yang disebut oleh Plato
baying-bayang keabadian yang bergerak-gerak.
Keempat, sekaligus kelima, adalah kedua prinsip jiwa dan
Pencipta, dalam sistim al-Razi dikaitkan erat dengan usaha yang berani
untuk bergulat dengan masalah yang mendesak bagi pembenaran
penciptaan dunia, yang telah begitu mengganggu (pikiran) para filosof
sejak zaman Plato. Persoalan yang ia gumuli bukan apakah dunia ini
diciptakan atau tidak (karena, seperti Plato, ia masih percaya bahwa
dunia diciptakan dalam waktu yang abadi), melainkan masalah yang
lebih rumit yang terus membahana lewat risalah-risalah polemic teologi
dan filsafat, baik dalam Islam maupun Kristen apakah Tuhan
menciptakan dunia , seperti yang dikatakan oleh kaum skolastik Latin
kemudian, malalui suatu kemestian alam (necessity of nature), atau
melalui sebuah tindakan kehendak bebas? Jika kemestian alam yang
dituntut katanya, maka konsekuensi logisnya adalah bahwa Tuhan, yang
34
menciptakan dunia dalam waktu, berada dalam waktu itu sendiri, karena
suatu produk alamiah harus terjadi secara niscaya atau pelaku alamiahnya
dalam waktu. Dipihak lain, jika tindakan kehendak bebaslah yang akan
dijadikan jawaban, maka pertanyaan lain segera akan muncul, Mengapa
Tuhan lebih suka menciptakan dunia dalam waktu particular ketimbang
dalam (cara) yang lainnya. Jiwa sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam bentuk-bentuk kekekalan yang lain bersifat sama-sama kekal
dengan Tuhan terpaksa mengadakan apa yang tidak dapat dicapai jiwa
secara mandiri, yakni, kesatuan dengan bentuk-bentuk material. Dengan
kesatuan inilah maka penciptaan dunia, dimana jiwa tetap seorang asing
untuk selamanya terjalin. Berkat cahaya akal maka jiwa, yang telah
demikian terpikat oleh bentuk-bentuk material dan kesenangan-
kesenangan indriawi, pada akhirnya sadar akan nasibnya yang sejati dan
terdorong untuk mencari tempat pemukimannya kembali di dunia akali
yang merupakan tempat tinggal yang hakiki.
Pandangan al-Razi tentang kesengsaraan jiwa dalam dunia indriawi
sabagai sambungan di atas, seperti Epicurus, al-Razi berminat pada sisi
patologis agama, dan ingin agar akal bisa menghalau kewajiban-
kewajiban tertentu agama, demi kepentingan kesehatan mental atau
kejernihan moral. Ritual (mazhab), tegasnya, berkaitan dengan hasrat
(passions), bukan pikiran kebersihan dan kesucian harus
dipertimbangkan semata-mata dengan indra, bukan dengan deduksi dan
harus diperlakukan berdasarkan persepsi bukan praduga. Adalah wajib
untuk menuntut pelbagai tingkat kesucian yang diserukan bukan oleh
tuntutan-tuntutan agama atau bahkan oleh respon sensivitas berlebihan.
Sebab, kata al-Razi, bukan agama atau sensibilitas yang dapat merespon
secara rasional terhadap kekotoran-kekotoran yang tidak dapat dirasakan.
Penolakan al-Razi terhadap sensivitas yang berlebihan sebagai suatu
keburukan adalah sesuai dengan pemahaman psikiatrisnya, terutama
mengenai melankolia alias depresi.
35
Harun Nasution dalam bukunya falsafat mistisisme dalam Islam
diungkapkan bahwa, Al-Razi adalah seorang rasionalis yang hanya
percaya pada kekuatan akal dan tidak percaya pada wahyu dan nabi-nabi.
Ia berkeyakinan bahwa akal manusia kuat untuk mengetahui apa yang
baik serta apa yang buruk, untuk tahu pada Tuhan dan untuk mengatur
hidup manusia di dunia ini. Manusia terlahir pada dasarnya telah dibekali
akan sebuah potensi daya berpikir yang sungguh sama besarnya, dan
perbedaan itu timbul karena berlainan pendidikan dan berlainan suasana
perkembangannya. Ia tidak percaya dengan para Nabi karena dia
menganggap para Nabi membawa tradisi berupa upacara-upacara yang
mempengaruhi jiwa rakyat yang pikirannya sederhana. Ia juga berani
menganggap bahwa al-Quran bukan mukjizat. Tetapi yang diutamakan
baginya adalah buku-buku falsafat dan ilmu pengetahuan daripada buku-
buku agama. Walaupun ia menentang agama pada umumnya, ia bukanlah
seorang ateis, akan tetapi ia seorang monoteis yang percaya pada adanya
Tuhan sebagai pengatur alam.
Dalam hal ini, Badawi menerangkan alasan-alasan al-Razi dalam
menolak kenabian, adapun alasan-alasannya antara lain: pertama, akal
sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat,
yang berguna dan tidak berguna. Hanya dengan akal semata, manusia
mampu mengetahui Allah yang mengatur kehidupan dengan sebaik-
baiknya. Kedua, tidak ada alasan yang kuat bagi pengistimewaan
beberapa orang untuk membimbing semua orang karena semua orang
lahir dengan kecerdasan yang sama. Perbedaan manusia bukan karena
pembawaan alamiah, tetapi karena pengembangan dan pendidikan.
Ketiga, para Nabi saling bertentangan. Pertentangan tersebut seharusnya
tidak ada jika mereka berbicara atas nama satu Allah.[19]
Sebagai bukti sikap Rasionalis yang dimiliki oleh al-Razi terhadap akal,
terlihat dalam bukunya Ath-Thibb Ar-Ruhani. Dalam Kitab tersebut, ia
mengatakan:
36
Tuhan, segala puji bagi-Nya, yang telah memberi kita akal agar
dengannya, kita memperoleh sebanyak-banyak manfaat. Inilah karunia
terbaik Tuhan kepada kita. Dengan akal, kita melihat segala yang
berguna bagi kita dan yang membuat hidup kita baik, dengan akal kita
dapat mengetahui yang gelap, yang jauh, dan yang tersembunyi dari kita
dengan akal pula, kita dapat memperoleh pengetahuan tentang Tuhan,
suatu pengetahuan tertinggi yang dapat kita peroleh ... jika akal
sedemikian mulia dan penting; kita tidak boleh melecehkannya, kita tidak
boleh menentukannya, sebab ia adalah penentu, atau kita tidak boleh
mengendalikannya, sebab ia adalah pengendali, atau memerintahnya,
sebab ia adalah pemerintah. Tetapi kita harus merujuk kepadanya dalam
segala hal dan menentukan segala masalah dengannya, kita harus sesuai
dengan perintahnya".
Pernyataan al-Razi merupakan suatu ungkapkan keagungannya
terhadap akal. Al-Razi memang menentang kenabian wahyu dan
kecendrungan irrasional. Segalanya harus masuk akal ilmiah dan logis.
Sehingga akal sebagai kriteria prima dalam pengetahuan dan prilaku.
Perbedaan manusia adalah disebabkan oleh berbedanyan pemupukan akal
karena ada yang memperhatikan hal tersebut dan ada yang tidak
memperhatikannya, baik dalam segi teoritis maupun yang bersifat
praktis.
Fenomena yang terjadi, bahwa al-Razi adalah seorang yang selalu
mengagungkan akal, ini terbantah karena pendapat demikian adalah
sebuah tuduhan-tuduhan yang diberikan kepadanya dari lawan-lawan
debatnya. Hal seperti ini lumrah terjadi karena untuk kepentingan politik
semata yang kalah tetapi tidak sadar diri. Dalam bukunya al- Thibb al-
Ruhani tidak ditemukan keterangan bahwa al-Razi mengingkari kenabian
ataupun agama, namun sebaliknya ia mewajibkan untuk menghormati
agama dan berpegang teguh kepada agama, karena dengan agama akan
mendapatkan kenikmatan di akhirat berupa surga dan mendapatkan
keuntungan berupa ridha Allah. Dalam buku tersebut ia mengatakan:
37
Mengendalikan hawa nafsu adalah wajib menurut rasio, menurut semua
orang berakal dan menurut semua agama dan wajiblah manusia yang
baik, Manusia yang utama dan yang melaksanakan syariah secara
sempurna, tidak perlu takut terhadap kematian. Hal ini disebabkan
syariah telah menjanjikan kemenangan dan kelapangan serta
(menjanjikan) bisa mencapai kenikmatan abadi.
38
materi ini. Untuk kembali ke Tuhan, maka roh harus lebih dahulu
disucikan dan yang dapat menyucikan roh adalah ilmu pengetahuan dan
membuat pantangan dalam mmengerjakan beberapa hal tanpa dasar ilmu.
Menurut al-Razi jalan mensucikan roh adalah falsafat. Manusia harus
menjauhi kesenangan yang dapat diperoleh hanya dengan menyakiti
orang lain atau yang bertentangan dengan rasio. Tetapi sebaliknya,
manusia jangan pula sampai tidak makan atau berpakaian, tetapi
makanlah dan berpakaian sekedar untuk memelihara diri.
Al- Razi adalah orang yang murah hati, sayang pada pasien-
pasiennya, dermawan kepada orang-orang miskin, karena itu ia memberikan
pengobatan sepenuhnya tanpa meminta bayaran sedikitpun. Jika tidak
bersama murid dan pasiennya, ia selalu menghabiskan waktunya untuk
menulis dan belajar.(Syarif, ed.1996:33)
Ada cerita menarik tentang dirinya. Pada suatu hari seorang dokter
datang untuk mengobati matanya. Sebelum memulai, dokter tersebut ditanya
39
oleh Ar-Razi tentang jumlah jaringan mata. Seketika itu dokter tersebut
gemetar dan diam tidak bisa menjawab, maka Ar-Razi pun menyela, Barang
siapa yang tidak bisa menjawab pertanyaan ini, tidak sepantasnya
memegang peralatan dan memain-mainkannya di mata saya.
Pesan-Pesannya:
Obatilah penyakit pada saat muncul gejala awalnya dengan sesuatu yang
tidak menghilangkan energi pasien. Hal ini disepakati oleh para dokter dan
telah terbukti secara empiris!
Apabila seorang dokter mampu mengobati dengan makanan tanpa obat,
maka hal itu sejalan dengan prinsip kebahagiaan.
Sebaiknya seorang pasien hanya berobat kepada satu orang dokter saja,
karena kemungkinan kelirunya akan lebih kecil.
Umur tidak cukup untuk mengetahui khasiat setiap tumbuhan yang yang ada
di muka bumi. Dari itu pilihlah yang sudah terkenal. Hal inipun telah
disepakati oleh para dokter dan terbukti secara empiris!
Kebenaran dalam kedokteran adalah suatu tujuan yang tidak mungkin
dicapai, mengobati dengan hanya bersandarkan kepada buku tanpa kemahiran
seorang ahli adalah tindakan yang berbahaya.
40