Tugas Biodiversitas - Ikan Endemik Dan Ikan Invasif Di Perairan Indonesia
Tugas Biodiversitas - Ikan Endemik Dan Ikan Invasif Di Perairan Indonesia
BIODIVERSITAS AGRO-MARITIM
DAN SISTEM PANGAN BERKELANJUTAN
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1. Mengetahui perbedaan Ikan Endemik dan Ikan Invasif yang berada di
perairan Indonesia.
2. Mengetahui persebaran Ikan Endemik dan Ikan Invasif di perairan
Indonesia
3. Mengetahui ancaman dari Ikan invasid terhadap Ikan Endemik
1.3. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini agar dapat menjadi bahan
pembelajaran kepada Mahasiswa terkait persebaran dan ancaman Ikan
endemik dan Ikan Invasif.
BAB II.
HASIL PEMBAHASAN
2.1. Definisi Dan Karakteristik Ikan Endemik
2.1.1 Penjelasan Ikan Endemik
Ikan endemik merupakan ikan yang keberadaannya secara alami dengan
sebaran geografis yang terbatas (hanya pada suatu wilayah tertentu) (de Silva et
al. 2007). Ikan asli (ikan dan sumber daya ikan dari Indonesia yang diketahui
berasal dari Indonesia atau hidup di wilayah tertentu dan/atau berbeda
lingkungan dan ekosistemnya namun masih terdapat di perairan Indonesia
(Dirjen Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan 2015). Wilayah geografis ini dapat
berupa danau, sungai, sistem pulau, atau bahkan suatu kawasan laut yang
spesifik. Keberadaan ikan endemik sangat erat kaitannya dengan faktor
lingkungan dan sejarah evolusi. Spesies ini biasanya memiliki adaptasi khusus
terhadap lingkungannya yang unik, dan seringkali mereka menjadi ciri khas
penting dalam ekosistem lokal.
Ikan endemik memiliki ciri khas yang membedakannya dengan ikan yang
berasal dari wilayah lain. Ciri khas tersebut dapat berupa bentuk tubuh, warna,
atau perilaku. Ikan endemik juga memiliki adaptasi yang khusus terhadap
lingkungan hidupnya. Hal ini membuat ikan endemik menjadi sangat penting
dalam menjaga keseimbangan ekosistem air tawar.
Ikan endemik memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan
ekosistem air tawar. Ikan endemik dapat menjadi indikator kesehatan ekosistem
air tawar karena keberadaannya sangat tergantung pada kondisi lingkungan
yang ada di wilayah tersebut. Jika lingkungan tersebut mengalami kerusakan,
maka ikan endemik yang ada di wilayah tersebut juga akan terancam punah.
Indonesia memiliki kurang lebih sekitar 440 spesies ikan endemik air
tawar yang hanya dapat ditemukan di Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia
sebagai negara dengan jumlah spesies ikan endemik air tawar terbanyak
keempat di dunia. Beberapa contoh ikan endemik air tawar yang dapat
ditemukan di Indonesia antara lain Ikan Wader Cakul, Ikan Baung, Ikan Tawes,
dan Ikan Betok.
Keberadaan ikan endemik tidak terjadi begitu saja. Beberapa faktor yang
berperan dalam pembentukan ikan endemik adalah isolasi geografis, perubahan
lingkungan, dan evolusi cepat. Isolasi geografis adalah faktor utama yang
memungkinkan ikan endemik berkembang. Spesies ikan tertentu dapat terjebak
di dalam suatu wilayah tertentu, seperti danau terisolasi atau sungai yang
terputus, dan karena itu, mereka mengalami perubahan genetik yang seiring
waktu menghasilkan spesies yang berbeda. Perubahan lingkungan, seperti
perubahan suhu, salinitas, atau kondisi habitat lainnya, dapat mendorong ikan
untuk mengembangkan adaptasi khusus untuk bertahan hidup dalam kondisi
tersebut. Hal ini dapat mengarah pada evolusi spesies ikan endemik yang unik.
Dalam beberapa kasus, ikan endemik dapat mengalami proses evolusi yang
lebih cepat daripada ikan yang tersebar luas di berbagai wilayah. Ini dapat
terjadi karena tekanan seleksi yang lebih kuat dalam lingkungan yang terbatas.
Ikan endemik memainkan peran penting dalam ekosistem tempat mereka
ditemukan. Mereka sering menjadi pemangsa atau mangsa dalam rantai
makanan lokal, dan ketidakmampuan untuk menemukan pengganti di luar
wilayah endemik mereka dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Ikan
endemik memiliki nilai ekologis, ilmiah, dan konservasi yang tinggi. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan melindungi ikan endemik.
Ikan endemik sering kali merupakan indikator penting tentang kesehatan
ekosistem lokal. Ketika ikan endemik menghadapi ancaman atau mengalami
penurunan populasi, ini bisa menjadi tanda bahwa ada masalah serius dalam
ekosistem tersebut. Ikan endemik juga dapat menjadi subjek penelitian ilmiah
yang sangat penting. Mempelajari adaptasi mereka terhadap lingkungan yang
unik dapat memberikan wawasan yang berharga tentang evolusi dan ekologi.
Melindungi ikan endemik juga memiliki nilai konservasi yang tinggi.
Kehilangan spesies endemik bisa menjadi kehilangan yang tak tergantikan
dalam warisan alam kita.
Meskipun ikan endemik memiliki nilai ekologis yang tinggi, banyak di
antaranya menghadapi ancaman serius seperti perubahan iklim, hilangnya
habitat, polusi, dan overfishing. Oleh karena itu, kita harus melakukan upaya
perlindungan dan pelestarian ikan endemik dengan cara menjaga kelestarian
habitat alami ikan endemik, mengurangi pencemaran air, mengendalikan
spesies invasif, dan mengembangkan budidaya ikan endemik secara
berkelanjutan. Selain itu, peran masyarakat juga sangat penting dalam menjaga
kelestarian habitat alami ikan endemik dengan cara tidak melakukan aktivitas
yang merusak lingkungan hidup.
A. Paparan Sunda
Paparan Sunda mencakup pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, dan
pulau-pulau kecil di sekitarnya. Pada masa lampau Paparan Sunda merupakan
bagian dari benua Asia, yang kemudian terpisah pada zaman es sehingga
terbentuk kondisi geografis seperti sekarang. Terdapat suatu teori yang
menganggap bahwa ketika masa silam sungai-sungai yang mengalir ke timur
pantai Sumatera, sungai yang mengalir ke selatan dari Vietnam,Muangthai, dan
Birma, serta sungai yang mengalir kearah barat Kalimantan merupakan anak
sungai dari suatu sungai raksasa yang pernah mengalirdi antara Kalimantan dan
India menuju ke Laut Cina Selatan. Oleh karena itu ikan-ikan yang terdapat di
pulau-pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan sangat mirip dengan ikan-ikan di
daratan Asia. Ikan yang tinggal di sungai-sungai Sumatera yang mengalir ke
pantai timur dan ikan yang tinggal di sungai-sungai Kalimantan yang mengalir
ke pantai barat mempunyai banyak kesamaan. Sebaliknya, antara ikan-ikan
penghuni Sungai Mahakam yang mengalir ke pantai timur dan ikan-ikan
penghuni Sungai Kapuas yang mengalir ke pantai barat, terdapat perbedaan
yang sangat besar; walaupun dua sungai tersebut terletak di pulau Kalimantan.
Sumatera dicirikan oleh perairan danau, sungai, dan rawa banjiran. Pada
beberapa danau di Sumatera masih ditemukan ikan endemik, yang sebagian
besar belum ada catatan aspek ekobiologisnya. Beberapa contoh ikan endemik
misalnya: keperas (Poropuntius tawarensis) dan depik (Rasbora tawarensis)
yang hidup di Danau Laut Tawar. Ihan atau dikenal sebagai ikan batak
(Neolissochilus thienemanni) adalah ikan endemik di Danau Toba yang
sekarang keberadaannya diragukan karena tidak pernah ditemukan lagi.
Tiga sungai besar mengalir di Kalimantan yaitu Kapuas, Barito dan
Mahakam. Sekurang-kurangnya dua spesies ikan endemik ditemukan di Sungai
Kapuas yaitu kelajang (Osteochilus kappenii) dan seluang (Rasbora subtilis).
Berbeda dengan pulau Sumatera dan Kalimantan yang keanekaragaman
ikannya masih cukup besar, di Pulau Jawa ikan sudah banyak yang punah atau
menipis populasinya.
B. Daerah Wallacea
Daerah Wallacea meliputi daerah Nusa tenggara dan Sulawesi. Di daerah
ini tidak begitu banyak terdapat spesies ikan air tawar. Ikan famili Cyprinidae
dan Siluridae tidak menyebar di daerah ini. Ikan famili Cyprinidae yang
ditemukan adalah hasil introduksi manusia, misal ikan tawes di Danau Tempe.
Sebagian besar spesies penghuni daerah ini termasuk dalam kelompok
ikan endemik. Beberapa contoh dapat dikemukakan antara lain Telmatherina
antoniae, T. prognatha, dan T. opudi yang menghuni Danau Matano (Hadiaty
& Wirjoatmodjo, 2002). Kelompok ikan endemik selain ditemukan di danau
ini, juga ditemukan di danau sekitarnya yang secara bersama-sama disebut
Malili complex (Matano, Mahalona, Towuti, Masapi dan Wawantoa). Ikan-ikan
yang ditemukan di sini mempunyai warna tubuh dan corak yang indah sehingga
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai ikan hias.
C. Paparan Sahul
Paparan Sahul yang bagian terluasnya adalah Papua, merupakan wilayah
yang ikan-ikannya belum banyak diketahui karena kurangnya penelitian ke arah
itu. Peneliti yang memberikan banyak kontribusi dalam mendeskripsikan ikan
di Papua adalah Allen (1991, 1998, dan 2001) dan rekan (Allen et al. 2000). Di
Paparan Sahul tidak ditemukan ikan-ikan dari Ordo Cypriniformes.
Beberapa jenis ikan yang hanya dapat dijumpai di sini ialah Glossolepis
incisusdan hilatherina sentaniensis yang menghuni di Danau Sentani. Di Danau
Ayamaru ditemukan ikan-ikan Melanotaenia ajamaruensis, Melanotaenia
boesmani, Glossogobius hoesei, dan Pseudomugil reticulatus. Sama halnya
dengan ikan-ikan di Daerah Wallacea, ikan-ikan di sini mempunyai potensi
dikembangkan sebagai ikan hias yang dapat menyejahterakan penduduk
setempat
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan spesies ikan air
tawar. Indonesia berada pada posisi ke-3 sebagai negara dengan spesies ikan air
tawar terbanyak di dunia, dengan total spesies mencapai 1155 spesies.
Berdasarkan data dari Fishbase, Indonesia memiliki total 440 spesies ikan air
tawar endemik, berada di posisi ke-4, setelah Brazil (1716 spesies), China (888)
dan Amerika Serikat (593 spesies). Beberapa jenis ikan yang terdapat dari
masing-masing wilayah yaitu sebgaia berikut ;
Ikan endemik yang terdapat di Pulau Sumatera, tercatat antara lain: di
Provinsi Nanggro Aceh Darussalam (NAD) terdapat ikan keperas (Poropuntius
tawarensis) dan depik (Rasbora tawarensis) yang hidup di Danau Laut Tawar
yang terletak di Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh
(Muchlisin et al. 2010; Giacalone et al. 2010). Tampilan kedua ikan endemik
Danau Laut Tawar, Aceh dapat dilihat pada Gambar 1. Ikan endemik dari
Provinsi Sumatera Utara, salah satunya adalah ikan batak (Neolissochilus
thienemanni) yang hanya mampu hidup dan berkembang di Danau Toba,
Sumatera Utara dan sejumlah anak sungai yang bermuara ke Danau Toba.
Untuk Provinsi Jambi, Sukmono et.al. (2017), mencatat tiga spesies
hampir terancam punah, yaitu: ikan lais kaca (Kryptoperus minor), ikan parang-
parang bengkok (Macrochirichtys marcrochirus), dan ikan sepat mutiara
(Trichopodus leerii) 3. Serta satu spesies tergolong genting, yaitu: ikan
ridiangus (Balantiocheilos melanop-terus) yang terdapat di perairan Hutan
Harapan di Jambi dapat dilihat pada Gambar 3.
(a) (b)
Gambar 1. Ikan endemik dari Danau Laut Tawar, Aceh: (a) Puntius tawarensis
(b) Rasbora tawarensis (sumber foto; Muchlisin 2010)
Gambar 2. Ikan endemik dari Danau Toba, Sumatera Utara Ikan Batak,
Neolissochilus thienemanni (sumber foto; Thomas 1990 dalam Froese &
Pauly 2018)
Gambar 3. Ikan tergolong genting dari perairan Hutan Harapan Jambi Ikan
Ridiangus (Balantiocheilos melanopterus) (sumber foto; Sukmono 2013)
Ikan endemik yang terdapat di Pulau Sulawesi, antara lain ikan butini
(Glossogobius matanensis) dari perairan Danau Towuti, sebagaimana hasil
penelitian Mamangkay & Nasution (2012) yang terlihat pada Gambar 6. Catatan
pelengkap kehadiran ikan endemik di perairan Danau Towuti yang tercatat
sebagai danau terdalam nomor tujuh di dunia ini, dikemukakan pada tahun 1993
masih terdapar 52 spesies ikan endemik di peraiaran Danau Towuti (Kottelat et
al. 1993); dan berkurang hampir setengahnya pada 10 tahun kemudian, yaitu
pada tahun 2003 tercatat kurang dari 28 spesies ikan endemik yang tersisa
(Wirjoatmojo et al. 2003). Salah satunya adalah ikan bontibonti (Paratherina
striata Aurich) yang dapat dilihat pada Gambar 7.
Masih di Pulau Sulawesi, tepatnyadi perairan Danau Poso, Provinsi
Sulawesi Tengah; Rahardjo (2016) mencatat ikan rono (Xenopoecilus
oophorus) sebagai salah satu ikan endemik di perairan Danau Poso yang dapat
dilihat pada Gambar 8. Lebih lanjut dijelaskan Rahardjo (2016) bahwa pada
tahun 2016 masih tercatat sembilan spesies ikan endemik penghuni Danau Poso,
sedangkan satu spesies ikan endemik Danau Poso telah dinyatakan punah, yaitu:
Adrianichthys kruyti Weber 1913. Selain itu, Neilsen et al. (2009) melaporkan
ditemukannya spesies baru di perairan payau pada gua-gua di Pulau Muna,
Sulawesi Tenggara, yaitu ikan buta dari Pulau Muna (Diancistrus typhlops),
seperti terlihat pada Gambar 9.
Gambar 6. Ikan endemik dari perairan Danau Towuti Sulawesi Selatan Ikan
Butini (Glossogobius matanensis) (sumber foto: Mamangkey & Nasution
2012).
Gambar 7. Ikan endemik dari perairan Danau Towuti, Sulawesi Selatan Ikan
Bonti-bonti Paratherina striata Aurich) (sumber foto: Nasution 2008).
Gambar 8. Ikan endemik dari perairan Danau Poso, Sulawesi Tengah Ikan
Rono (Xenopoecilus oophorus) (sumber foto: Rahardjo 2016)
Gambar 9. Ikan endemik spesies baru dari perairan gua-gua payau Pulau
Muna, Sulawesi Tenggara: Ikan Buta dari Muna (Diancistrus typhlops)
(sumber foto: Nielsen et al. 2009)
Ikan endemik yang terdapat di Pulau Papua antara lain ikan pelangi arfak
(Melanotaenia arfakensis Allen 1990) yang terdapat di sepanjang Sungai Prafi,
Manokwari, di bagian timur laut Kepala Burung (Vogelkop), Pulau Papua.
Tampilan ikan pelangi arfak, atau nama lokal setempat disebut ikan “Anggicak”
dalam Bahasa Suku Arfak, dapat dilihar pada Gambar 10, yang merupakan
dokumentasi pribadi Manangkalangi. Selain itu, ditemukan ikan endemik
pelangi korumoi (Melanotaenia parva) dari perairan Danau Kurumoi Kabupaten
Sorong, Provinsi papua Barat (Allen et al. 2008), sebagaimana terlihat pada
Gambar 11.
Gambar 10. Ikan endemik dari perairan Sungai Prafi, Manokwari, Papua Ikan
Pelangi Arfak (Melanotaenia arfakensis) (sumber foto: dokumentasi pribadi E.
Manangkalangi)
Gambar 11. Ikan endemik dari perairan Danau Karamoi, Papua Barat Ikan
Pelangi Karamoi (Melanotaenia parva) (sumber foto:Allen et al. 2008)
Ikan endemik yang terdapat di Kepulauan Maluku, antara lain ikan hiu
berjalan Halmahera (Hemiscyllium halmahera Allen & Erdmann 2013) yang
terdapat perairan bagian selatan Ternate, Halmahera Utara, Provinsi Maluku
Utara (Allen et al. 2013). Morfologi iakn hiu berjalan halmahera ini dapat
dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Ikan endemik dari perairan laut bagian selatan Ternate, Halmahera
Ikan Hiu Berjalan (Hemiscyllium halmahera) (sumber foto:Allen et al. 2013)
2.6. Upaya pelestarian Ikan Endemik dapat dilakukan secara in- situ dan ex-
situ
A. In-situ
Upaya in-situ merupakan upaya pelestarian pada habitat alami spesies tersebut.
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah melalui:
1. Suaka perikanan: bertujuan untuk melindungi habitat ikan asli dan endemik, agar
terhindar dari upaya penangkapan (pembatasan) sehingga mampu
berkembangbiak secara alami. Seperti yang dilakukan masyarakat Kuningan
untuk melakukan upaya konservasi ikan tor dengan pendekatan kearifal lokal
dan kesadaran lingkungan sebagai prioritas (Mukhlis Kamal & Wardiatno,n.d.).
2. Modifikasi habitat dan rehabilitasi lingkungan: upaya ini dapat dilakukan pada
ikan yang mengalami penurunan komposisi (jumlah). Seperti adanya Peraturan
Desa No. 06 Tahun 2016 tentang Larangan Penangkapan Ikan dengan Setrum
dan Obat Kimia di Desa Jatimalang Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen.
Upaya ex-situ merupakan upaya pelestarian di luar habitat alami spesies tersebut.
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah:
2. Pelestarian melalui budidaya ikan: untuk menjaga sumber daya plasma nutfah
ikan khususnya biodiversitas ikan yaitu melalui konservasi jenis di tingkat
pembudidaya (on farm conservation) dengan cara domestikasi dan budidaya. Di
Pulau Jawa, saat ini ada dua unit pelaksana teknis (UPT) KKP di antaranya
adalah (1) Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi,
Jawa Barat. Fokus pengembangan ikan baung (Mystus nemurus), dan tawes
(Barbonymus gonionotus); (2) Pengembangan Budidaya Air Tawar (PBAT)
Umbulan, yang telah mengembangkan kegiatan domestikasi, teknologi
pembenihan, dan pembesaran beberapa komoditas ikan lokal seperti ikan tawes
(Barbonymus gonionotus), dan sengkaring (Tor douronensis). Berikut adalah
beberapa ikan asli dan endemik yang sudah dan belum bisa di budidayakan.
3.2 SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan Ikan Endemik dan Ikan Invasif di perairan
Indonesia serta berbagai macam ancaman maka, perlu adanya pembahasan lanjutan
terkait manajemen risiko dan atas dampak keberadaan ikan invasif di perairan
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Allen GR. 1991. Field guide to the freshwater fishes of New Guinea. Christensen
Research Institute, Madang – Papua New Guinea. 268 p.
Allen GR. 1998. A new genus and species of Rainbowfish (Melanotaeniidae) from
freshwaters of Irian Jaya, Indonesia. Revue Française d'Aquariologie 25 (1-
2): 11-16
Allen GR, Hortle KG, Renyaan SJ. 2000. Freshwater fishes of the Timika region
New Guinea. PT Freeport Indonesian Company, Timika. 175 p.
Dewantoro, G. W., & Rachmatika, I. (2016). Jenis Ikan Invasif Asing di Indonesia
(M. Kadapi, Ed.). LIPI Press.
Direktorat Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan. 2015. Ikan Air Tawar Langka
Indonesia.
Rahardjo MF. 2016. Ikan endemik Danau Poso. Masyarakat Iktiologi Indonesia,
http://iktiologiindonesia.org