Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

Protista Mirip Tumbuhan


Makroalga

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Protista
Yang dibimbing oleh Dr. Susri Mahanal, M.Pd.

OLEH :
KELOMPOK 11
Offering C

Tristanti Rakhmaningrum (150341603788)


Uswatun Hasanah (150341602376)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

Maret 2016
1. Tujuan
1.1. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis protista mirip tumbuhan yang tergolong
Makroalga
1.2. Untuk lebih memahami ciri masing-masing kelompok protista mirip tumbuhan yang
tergolong Makroalga
2. Dasar Teori
Alga merupakan tumbuhan thallus yang hidup di air, baik air tawar maupun air
laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Alga
mendominasi kehidupan perairan, karena alga merupakan produsen bagi makhluk hidup
yang ada dihabitatnya. Alga kelompokkan dalam 2 kelompok besar yaitu makroalga dan
mikroalga. Mikro alga (alga yang berukuran kecil) adalah alga yang tidak dapat dilihat
secara kasat mata tetapi hanya dapat dilihat dengan menggunakan alat bantu yaitu
mikroskop. Sebaliknya makroalga (alga yang berukuran besar) adalah alga yang dapat
dilihat langsung (kasat mata) contohnya seperti rumput laut.
Membahas mengenai makroalga adalah membahas mengenai rumput laut.
Makroalga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada substrat di
dasaran laut. Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang, daun, bunga, buah dan biji
sejati (Jana,2006). Namun meskipun demikian makroalga memiliki pigmen atau zat
warna yang menjadi ciri khas dari masing alga. Pigmen ini terdapat pada mikroalga
maupun makroalga, namun yang paling menonjol adalah pada makroalga. Pigmen atau
zat warna tersebut berupa fikosianin (berwarna biru), fikosantin (berwarna pirang),
fikoeritrin (berwarna merah). Di samping itu juga dapat ditemukan zat-zat warna
santofil, dan karoten (Tjitrosoepomo, 2005).
Makroalga dapat diklasifikasikan menjadi tiga divisi berdasarkan kandungan
pigmen fotosintetik dan pigmen asesoris, yaitu: Rhodophyta, Phaeophyta, dan
Chrysophyta (Hutabarat dan Evans, 1985).Sebagai produsen primer, kelompok alga ini
juga menfiksasi bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan cahaya matahari
yang dimanfaatkan langsung oleh herbivora (Asriyana dan Yuliana, 2012). Chrysophyta
mempunyai pigmen yang melekat pada kromatofor yaitu hijau kekuningan sampai coklat
keemasan, hal ini disebabkan oleh karotin dan xantofil yang predominan. Chrysophyta
memiliki tiga kelas yakni Xanthophyceae, Chrysophyceae, dan Bacillariophyceae.
Phaeophyta mempunyai pigmen fukosantin atau warna cokelat dan memiliki satu kelas
yakni Phaeophyceae. Rhodophyta memiliki pigmen fotosintesis yakni fikobiliprotein (R-
fikosianin dan R-fikoeritrin). Klorofil a dan b serta karotenoid (tetraxanthin).
Rhodophyta memiliki satu kelas yakni Rhodophyceae.(Saptasari, 2006)

3. Waktu dan Tempat


3.1 Praktikum ini telah dilaksanakan pada
Hari, tanggal : Kamis, 10 Maret 2016
Waktu : 07.00 WIB 09.35 WIB
Tempat : Laboratorium Biologi SPH dan Taksonomi Hewan, ruang 05.212
4. Alat dan Bahan
4.1 Alat
Serbet
Lup
4.2 Bahan
Preparat awetan makroalga
5. Cara Kerja

Mengidentifikasi Alga

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Mengambil preparat awetan makroalga yang telah disediakan

3. Mengamati preparat awetan makroalga yang telah diawetkan baik


dengan alat bantu ataupun menggunakan lup

3. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel sebagai laporan sementara


6. Hasil Pengamatan

No Nama Kelompok
Gambar dan Keterangan Deskripsi
. Organisme Protista
1. Sargassum Phaeophyta Memiliki warna
jenis a cokelat yang lebih
tua dan gelap
Daun
semunya(bladed)
berbentuk lembaran
kecil
Terdapat stipe
(batang semu) tempat
melekatnya bladed
Tidak terlihat adanya
gas bleder pada saat
pengamatan
Memiliki pigmen
fukosantin
Sargassum Phaeophyta Memiliki warna
jenis b cokelat terang dan
lebih muda dari yang
jenis a
Bledednya berbentuk
lembaran dengan
ukuran lebih lebar di
banding Sargassum
jenis a dan bergerigi
di pinggir bladed.
Terdapat gas bleder
(gelembung udara)
yang terdapat pada
ketiak daun
Memiliki pigmen
fukosantin
2. Halymenia Rhodophyta Thallusnya gepeng
harveyana Tangkainya bergerigi
Percabangan
menyudut tegak dan
bentuk mengecil ke
arah bagian ats
dengan ujung
memanjang agak
silindris
Menempel pada
substrat karang batu
atau karang mati

3. Gigartina Rhodophyta Mengandung pigmen


karotenoid, klorofil a,
dan b
Berwarna kemerahan
atau keunguan
Thalli lunak seperti
gel
Thalli membentuk
percabangan yang
rimbun dan
dipermukaannya
terdapat bintilan-
bintilan (cystokarp)
Bentuk stipenya tebal
4. Gracilaria Rhodophyta Bentuk thallus
bercabang-cabang
Bentuk lancip agak
transparan
Warna talus putih
bercampur merah
muda

5. Ulva lactuca Chlorophyta Daun semu (foliose)


berwarna hijau
berupa lembaran dan
helaian
Struktur foliose licin
dan tipis
Tepian dari foliose
halus dan
bergelombang
Hidup dilaut dan
menempel pada batu.
Terdapat akar semu
(holdfast) untuk
menempel pada
substrat.
6. Dyctyota Phaeophyta Talus pipih seperti
pita
Percabangan
dichotamus dengan
ujung meruncing
membentuk rumpun
yang rimbun
sehingga sering
merupakan gumpalan
Warna thallus cokelat
tua
Terdapat holdfast
yang berfungsi untuk
melekat pada
substrat.

7. Analisis Data
1. Sargassum jenis a
a. Memiliki warna cokelat yang lebih tua dan gelap
b. Daun semunya(bladed) berbentuk lembaran kecil
c. Terdapat stipe (batang semu) tempat melekatnya bleded
d. Tidak terlihat adanya gas bleder pada saat pengamatan
e. Memiliki pigmen fukosantin
Pengamatan yang kami lakukan dengan membandingkan dua sampel untuk
Sargassum karena pada Sargassum jenis a yang kami amati tidak ditemukan
adanya gas blader, mungkin dikarenakan karena ukuran dari ganggangnya yang
kecil dan bleded nya juga kecil, sehingga gas bladernya tidak tampak, sehingga
kami melakukan pengamatan dengan mengamati Sargassum jenis yang lain, yang
kami beri nama Sargassum jenis b.
Sargassum jenis b
a. Memiliki warna cokelat terang dan lebih muda dari yang jenis a
b. Bledednya berbentuk lembaran dengan ukuran lebih lebar di banding Sargassum
jenis a dan bergerigi di pinggir bleded.
c. Terdapat gas bleder (gelembung udara) yang terdapat pada ketiak daun
d. Memiliki pigmen fukosantin
Pada Sargassum jenis b,bladed nya lebih lebar dibandingkan Sargassum jenis a
dan gas blader di sekitar ketiak daun. Kemudian warna dari Sargassum jenis b ini
juga lebih cerah di bandingkan Sargassum jenis a.
2. Halymenia harveyana
a. Thallusnya gepeng
b. Tangkainya bergerigi
c. Percabangan menyudut tegak dan bentuk mengecil ke arah bagian ats dengan
ujung memanjang agak silindris
d. Menempel pada substrat karang batu atau karang mati
3. Gigartina

a. Mengandung pigmen karotenoid, klorofil a, dan b


b. Berwarna kemerahan atau keunguan
c. Thalli lunak seperti gel
d. Thalli membentuk percabangan yang rimbun dan dipermukaannya terdapat
bintilan bintilan (cystokarp)
e. Bentuk stipenya tebal
4. Gracilaria
a. Bentuk thallus bercabang-cabang
b. Bentuk lancip agak transparan
c. Warna talus putih bercampur merah muda
5. Ulva lactuca
a. Daun semu (foliose) berwarna hijau berupa lembaran dan helaian
b. Struktur foliose licin dan tipis
c. Tepian dari foliose halus dan bergelombang
d. Hidup dilaut dan menempel pada batu.
e. Terdapat akar semu (holdfast) untuk menempel pada substrat
Ulva lactuca memiliki panjang sampai 100 cm dan berwarna hijau apel
terang, dan memiliki bentuk strap-shaped blades (pedang melipat) dengan tepi
yang halus tapi bergelombang. Spesies ini, memiliki blade berwarna hijau
terang,rapuh, berkerut, berbentuk lonjong atau bulat, memiliki diameter lembaran
bladesepanjang 65 cm, dan hidupnya di zona intertidal atau di daerah yang
dangkal. (Littler dkk., 1989; Reine dan Junior, 2002).
6. Dyctyota
a. Terdapat holdfast yang berfungsi untuk melekat pada substrat
b. Warna thallus cokelat tua
c. Talus pipih seperti pita
d. Percabangan dichotamus dengan ujung meruncing membentuk rumpun yang
rimbun sehingga sering merupakan gumpalan.
Sebagian besar dari Dictyota ini terdapat di lautan daerah tropik. Dictyota sp.
beradaptasi terhadap gerakan ombak pada daerah intertidal dengan holdfast yang
melekat kuat pada substrat sehingga tidak mudah terhempas (Nurmiyati, 2013).
8. Pembahasan
1. Sargassum
Menurut Pratt (1999), taksonomi Sargassum sp secara umum adalah
sebagai berikut:
Kerajaan : Chromalvoelata
Divisi : Heterokontophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga : Sargassum
Sargassum adalah genus dari divisiphaeophyta yang merupakan ganggang
yang berwarna coklat/pirang. Dalam kromatoforanya terkandung klorofil a,
karotin dan xanthofil tetapi yang terutama adalah fukosantin yang menutupi warna
lainnya dan menyebabkan ganggang itu kelihatan berwarna pirang dan kecoklatan.
Kebanyakan phaeophyceae hidup dalam air laut dan hanya beberapa jenis saja
yang dapat hidup di air tawar. Di laut dan samudera di daerah iklim sedang dan
dingin, thallusnya dapat mencapai ukuran yang amat besar dan sangat berbeda-
beda bentuknya (Tjitrosoepomo, 1994). Menurut Romimohtarto dan Juwana
(2009), alga coklat berukuran besar, alga ini sangat berkembang di perairan yang
sangat dingin karena alga ini adalah khas tumbuhan pantai berbatu.
Struktur tubuh Sargassum terbagi atas sebuah holdfast yang berfungsi sebagai
struktur basal, sebuah stipe atau batang semu, dan sebuah bladed yang berbentuk
seperti daun, (Abbot dan Hollenberg, 1976; Guiry, 2007). Selain itu Sargassum
juga memiliki gas blader yang (gelembung udara) yang terdapat di sekitar ketiak
daun. Pada pengamatan yang kami amati, pada Sargassum jenis a ini, kami tidak
menemukan adanya gas blader, mungkin dikarenakan ukuran dari ganggangnya
sendiri kecil, dan pengamatannya juga dilakukan di luar gelas pengawet. Sehingga
tidak nampak adanya gas blader, tetapi pada teorinya Sargassum memiliki gas
blader pada ketiak daunnya. Sedangkan pada Sargassum jenis b, kami
menemukan adanya gas blader yang ukurannya lumayan besar, dengan ukuran
thallusnya juga cukup besar. Bladednya lebih lebar disbanding Sargassum jenis a.
Gas blader ini berfungsi agar Sargassum dapat mengapung di atas permukaan
air. Tujuannya mengapung adalah untuk mendapatkan sinar matahari untuk proses
fotosintesis, karena ganggang ini bersifat autotrof. Kebutuhan intensitas cahaya
matahari marga Sargassum lebih tinggi dari pada marga algae merah (Cambell,
2003) Bagian atas tanaman menerupai semak yang berbentuk simetri bilateral atau
radial serta dilengkapi bagian sisi pertumbuhan.Sargassum biasa dicirikan oleh
sifat sebagai berikut yaitu adanya pigmen coklat yang menutupi warna hijau, hasil
fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminarin dan alginate (Lovelelles, 1989).
Perkembangbiakan atau reproduksi marga Sargassum yang termasuk bangsa
Fucales, marga Sargassaceae dikenal dua cara yaitu Reproduksi aseksual
(vegetatif) dan sexual (generatif). Reproduksi vegetatif dilakukan melalui
fragmentasi yaitu potongan thallus berkembang melakukan
pertumbuhannya.Reproduksi generatif yaitu perkembangan individu melalui
organ jantan (antheridia) dan organ betina (oogenia) (Cambell,2003).Sargassum
banyak terdapat di Indonesia, yang merupakan alga yang khas untuk lautan daerah
tropis. Sargassum sp digunakan sebagai bahan kosmetik karena mengandung asam
alginate. Sargassum dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman Allium cepa
L., Bawang Putih (Allium sativum L.), Merica (Capsicum L.) dan Ubi Jalar
(Ipomoea batatas (L.). (Pramesti, 2007).
2. Halymenia harveyana

Halymenia harveyana merupakan spesies dari divisi Rhodophyta. Ciri dari


divisi ini adalah memiliki pigmen fotosintesis berupa fikobiliprotein (R-fikosianin
dan R-fikoeritrin), klorofil a dan d serta karotenoid(tetraxanthin). Cadangan
makanannya berupa tepung florida yang terdapat diluar kromatofor, yaitu ada
didalam sitoplasma (Saptasari, 2006). Habitat Halymenia harveyna ini sebagian
besar hidup di laut. Bentuk yang terdapat di laut mempunyai habitat yang
bervariasi mulai dari intertidal sampai laut yang dalam (Dawes, 1981). Tumbuh di
bagian sisi luar terumbu yang selalu tergenang air danterkena ombak langsung,
menempel pada substrat karang batu hidup ataukarang mati. Misal terdapat di
perairan Bali Selatan antara lain di Banoadan Nusa Penida.
Thallus gepeng, pinggir bergerigi, hodfast bentuk cakram.Percabangan
alternate atau pinnate, menyudut tegak dan bentuknyamengecil kearah bagian atas
dengan ujung percabangan memanjang agaksilindris.
3. Gigartina

Klasifikasi
Devisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Subclass : Florideae
Ordo : Gigartinales
Familiy : Gigartinaceae
Genus : Gigartina
Spesies : Gigartina sp.

Alga ini hidup menempel pada batu di rataan terumbu, terutama di tempat-
tempat yang masih tergenang air pada saat air surut rendah. Substansi thali lunak
seperti gel dan tipis dengan warna ungu. Thali-nya membentuk lembaran (disebut
lamina atau blade) dengan percabangan yang rimbun, simple (biasa). Di
permukaan thali terdapat sisticarp yang jelas kelihatan berupa bintilan dan
spermatogonianya mengumpul pada ujung percabangan thali. Jenis alga ini dalam
dunia kesehatan dimanfaatkan sebagai bahan anti bakteri dan bahan anti tumor.
Alga ini juga kaya akan asam folat dan asam folinat.
Gigartinamerupakan spesies dari divisi Rhodophyta. Ciri dari divisi ini adalah
memiliki pigmen fotosintesis berupa fikobiliprotein (R-fikosianin dan R-
fikoeritrin), klorofil a dan d serta karotenoid(tetraxanthin). Cadangan makanannya
berupa tepung florida yang terdapat diluar kromatofor, yaitu ada didalam
sitoplasma. Habitat Halymenia harveyna ini sebagian besar hidup di laut.
(Saptasari, 2006)
Daftar Pustaka

Campbell, Neil A, J.B Reece dan L.G Mitchell. 2003. Biologi Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Dawes, C. J. 1990. Marine Botany A Wiley Interscience. Publication John Wiley & SonsMc

Lovelles. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerak Tropik 2. Jakarta:


Gramedia.

Pramesti, Rini. 2007. Study Organ Reproduksi Gracilaria gigas Harvey


padaFase Karposporofit. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol. 12 No 2

Saptasari, M., Triastono, Mahanal, S., 2006. Botani Tumbuhan Bertalus. Malang: FMIPA
Universitas Negeri Malang

Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press

Anda mungkin juga menyukai