Makalah Pajak PPN PPNBM
Makalah Pajak PPN PPNBM
Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Perpajakan Page i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................1
B. Rumusan dan Batasan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Pengertian PPN dan PPnBM......................................................................................................3
B. Subjek PPN dan PPnBM dan yang Dikecualikan.........................................................................3
C. Objek Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) dan yang
dikecualikan.....................................................................................................................................10
D. Tarif PPN dan PPnBM...............................................................................................................15
E. Dasar Hukum Pengenaan PPN dan PPnBM..............................................................................16
F. Contoh dan Kasus Soal Perhitungan PPN dan PPnBM.............................................................17
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................23
A. Kesimpulan..............................................................................................................................23
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................24
Perpajakan Page ii
BAB I
PENDAHULUAN
kemakmuran rakyat. Pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang ditimbulnya kewajiban
pajaknya sangat ditentukan oleh objek pajak. Keadaan subjek pajak tidak menjadi
Dikenakan setiap rantai distribusi (multi stage tax). Sepanjang suatu transaksi
memenuhi syarat sebagaimana disebutkan dalam angka 2, maka pihak PKP penjual
berkewajiban memungut PPN atas transaksi yang terjadi dan kemudian menyetorkan ke
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.
PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Service Tax (GST). PPN
termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain
(pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan suatu paket dalam undang-
undang Pajak Pertambahan Nilai. Mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda
dengan PPN.
Perpajakan Page 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Rumusan masalah-masalah yang menjadi batasan masalah, yang akan kami coba
C. Tujuan Penulisan
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah sebagai bentuk konkret dari subbagian
kegiatan pengajaran pada matakuliah Perpajakan, sebagai salah satu bentuk penjabaran
kegiatan perkuliahan yang biasa disebut sebagai tugas yang sudah menjadi salah satu
kewajiban mahasiswa yang mengontrak matakuliah tersebut. Makalah ini pun disusun
1. Mengumpulkan teori-teori serta PPN dan PPn-BM pada pustaka yang kami lakukan;
3. Untuk lebih mempelajari dan memahami dari kajian yang penulis paparkan;
Perpajakan Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha.
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha.
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak, dan
Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang
“Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam
kegiatan
Perpajakan Page 3
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor
barang melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan
jasa dari luar Daerah Pabean.” Pengertian orang pribadi dirasa cukup jelas, sedangkan
dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha daerah dengan nama
dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
Untuk memperjelas ruang lingkup dari arti pengusaha maka perhatikan ilustrasi ini:
Dika seorang mahasiswa mendapatkan kiriman DVD Player dari saudaranya yang
tetapi berdasarkan pasal 1 ayat 14 Dika bukan seorang pengusaha di bidang impor
karena kegiatan yang dilakukan tidak berhubungan dengan pekerjaan atau usahanya.
Arry, Seorang pengusaha di bidang jual beli barang elektronik. Ia mengimpor televisi
secara berkala dari Cina. Berdasarkan uraian tersebut Arry bisa dikatakan seorang
usahanya.
Dengan demikian, Pengusaha Kena Pajak bisa terdiri dari Orang Pribadi atau Badan.
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
Perpajakan Page 4
Negara atau Badan Usaha\ Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai
pajak
Tahun 2009. Dengan kata lain PKP adalah Pengusaha yang usahanya adalah
memperdagangkan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak. Apabila Pengusaha
pajak atau jasa yang tidak kena pajak, maka Pengusaha tersebut adalah bukan
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang ini
adalah penyerahan Barang dan/atau Jasa sesuai pasal 4 UU PPN. Termasuk dalam
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf f UU PPN, serta bentuk kerjasama
operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor
143 tahun 2000. Lebih rinci lagi, penyerahan BKP dan/atau JKP dimaksud meliputi :
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha;
b. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha;
Perpajakan Page 5
dan
kemudian
disempurnakan lagi di dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 143 tahun
2000, yaitu termasuk di dalam pengertian PKP adalah Pengusaha yang sejak semula
bermaksud mengadakan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP atau ekspor BKP.
Terdapat pengecualian untuk pengusaha kecil sesuai dengan pasal 3A ayat 1 UU PPN
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan wajib
memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang terutang.” Sehingga kepada pengusaha kecil diberikan
kebebasan memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak atau tidak. Jika
Pengusaha kecil adalah pengusaha yang memenuhi kriteria sesuai dengan yang diatur
Pertambahan Nilai.
Subjek PPN yang bukan PKP adalah orang atau badan yang mengimpor
BKP,
memanfaatkan jasa atau BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean, dan yang
Perpajakan Page 6
usaha dimaksud dalam Pasal 4 huruf b (mengimpor Barang Kena Pajak), huruf d
tak berwujud), dan huruf e (memanfaatkan Jasa Kena Pajak) dalam UU PPN tidak
D. Pengusaha Kecil
melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran
bruto
keseluruhan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh
pengusaha
dalam rangka kegiatan usahanya. Bagi pengusaha orang pribadi yang dikecualikan
sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tidak wajib memungut, menyetor, dan melaporkan
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak maka pengusaha kecil tersebut wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan wajib
Perpajakan Page 7
memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang atas
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukannya.
Apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah peredaran bruto
dan/atau
Pengusaha Kena Pajak dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Apabila diperoleh data
Pengusaha Kena Pajak secara jabatan. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
surat ketetapan pajak dan/atau surat tagihan pajak untuk Masa Pajak sebelum
yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib memungut, menyetor,
dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukannya. Dalam hal pengusaha telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan jumlah peredaran bruto dan/atau
Perpajakan Page 8
(empat miliar delapan ratus juta rupiah), Pengusaha Kena Pajak dapat mengajukan
E. Joint Operation
Pasal 2 ayat 2 PP 143/2000 secara tersirat menetapkan bahwa bentuk usaha Joint
Operation setelah 1 Januari 1995, perlakuan terhadap konsorsium, joint operation, dan
joint venture ditegaskan dalam Surat Edaran nomor S-349/PJ.321/1990 dan nomor S-
263/PJ.42/1991 yang intinya bahwa pengusaha dengan bentuk usaha semacam itu
a. Apabila dalam transaksi dengan pihak lain, secara nyata dilakukan atas nama JO,
maka JO harus dikukuhkan sebagai PKP. Untuk itu JO harus mendaftarkan diri
sebagai PKP.
b. Apabila seluruh transaksi dengan pihak lain tersebut secara nyata dilakukan masing
masing anggota JO, maka yang dikukuhkan sebagai PKP hanyalah anggota JO
tersebut
saja.
c. Dalam hal JO menunjuk ‘leader’, maka apabila atas jasa yang diberikan oleh
‘leader’
kepada anggota diterima pembayaran, maka atas pembayaran itu terutang PPN.
Perpajakan Page 9
C. Objek Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn
BM) dan yang dikecualikan
1) Objek Pajak Pertambahan Nilai
Syarat-syaratnya adalah:
berwujud
b. Impor BKP
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan dari luar Daerah Pabean di dalam
daerah Pabean
atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri
Perpajakan Page 10
i. Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semual tidak untuk
b. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah
Maka atas penyerahan BKP yang tergolong Mewah oleh produsen atau impor BKP
yang tergolong mewah, disamping dikenakan Pajak Pertambhan Nilai (PPN) juga
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM).Batasan suatu termasuk
berpenghasilan tinggi
Perpajakan Page 11
PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN. PPn BM hanya dikenakan
satu kali pada waktu penyerahan BKP yang tergolong mewah oleh pengusaha yang
b. Gas bumi.
c. Panas bumi.
f. Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,
banyak, yaitu:
a. Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah,
Digiling.
Beras pecah.
Perpajakan Page 12
Menir (groats) dari beras.
dalam bentuk:
bentuk butiran.
Empulur sagu.
Garam meja.
Perpajakan Page 13
b. Jasa dokter hewan.
c. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan
fisioterapi.
F. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi.
Perpajakan Page 14
pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
kursus
I. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan.
tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga
b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (nol
persen).
c. Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Perpajakan Page 15
2. Pajak Penjualan atas Barang Mewah
a. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah paling rendah 10% (sepuluh
b. Atas ekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dikenakan pajak
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 yang tetap
2. Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 24
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
3. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang
4. Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena
Pajak yang Tergolong Mewah yang Dikenakan Pajak Penjualan atas Barang
5. Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau Penyerahan
Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang
Perpajakan Page 16
6. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan
Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari
Mengimpor barang elektronik dari amerika seharga US$ 100.000; Asuransi US$
1.000; ongkos angkut ke Makassar US$ 2.000. bea masuk sebesar 10% dari CIF
dan bea masuk tambahan sebesar 4% dari CIF (belum memiliki API dan barang
elektronik tersebut termasuk barang mewah dengan tarif 30%; diasumsikan kurs
Membeli sebuah mobil box pengangkut barang seharga Rp. 220.000.000 dan
sebuah mobil sedan untuk direktur sebesar Rp. 330.000.000 (harga kedua
Perpajakan Page 17
Diminta :
Pembahasan :
= Rp. 400.000.000
= Rp. 3.600.000
Perpajakan Page 18
= Rp. 70.000.000
= 10% x 845.424.000
= 30% x 845.424.000
= Rp. 253.627.200
= Rp. 200.000.000
Perpajakan Page 19
PPN = 10% x 200.000.000
= Rp. 300.000.000
= Rp. 30.000.000
disetor nantinya.
= Rp. 187.360.000
= Rp. 104.542.400
Jika PPN keluaran > PPN masukan maka disebut PPN kurang bayar. Namun, jika PPN
Perpajakan Page 20
Dalam kasus ini, PPN keluaran > PPN masukan maka :
= Rp. 82.817.600
Jadi, PPN yang harus disetor oleh PT. Munirah adalah Rp. 82.817.600
Untuk bisa menghapus sejumlah barang sebagai objek PPnBM, pemerintah telah
Jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor yang Dikenai
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, menjadi PMK Nomor 106/PMK.010/2015 seperti yang
Aturan yang diteken Bambang pada 8 Juni 2015 tersebut telah mendapat pengesahan
dan tercatat di lembar negara oleh Kementerian Hukum dan HAM pada 9 Juni 2015 lalu.
Dalam peraturan itu, disebutkan peraturan pembebasan 33 objek barang mewah dari
pajak barang mewah (PPnBM) berlaku setelah 30 hari peraturan tersebut diundangkan.
Namun pemerintah masih tetap mengenakan pajak penjualan untuk barang yang
tergolong mewah selain kendaraan bermotor, berikut daftar barang yang tergolong mewah
Tarif 20 persen:
2. Rumah dan town house dari jenis nonstrata title dengan luas bangunan 350 meter
Perpajakan Page 21
3. Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title, clan senisnya dengan
Tarif 40 persen:
1. Barang sejenis balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara
2. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya (kecuali untuk keperluan negara)
Tarif 50 persen:
1. Kelompok pesawat udara selain yang tercantum dalam Lampiran II, kecuali untuk
keperluan negara atau angkutan udara niaga: Helikopter, pesawat udara dan
2. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara:
a. Senjata artileri
c. Senjata api (selain senjata artileri, revolver dan pistol) dan peralatan semacam itu
Tarif 75 persen:
1. Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum:
Kapal pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan air semacam itu terutama dirancang untuk
pengangkutan orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk kepentingan negara atau
angkutan umum.
Perpajakan Page 22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.
PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Service Tax (GST). PPN
termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain
(pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan suatu paket dalam undang-
undang Pajak Pertambahan Nilai. Mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda
dengan PPN.
Perpajakan Page 23
Daftar Pustaka
Siti Resmi. 2015. Perpajakan: Teori dan Kasus. Yogyakarta: Salemba Empat.
Miyatso, 1991. Struktur Pajak Penjualan Pertambahan Nilai. Yogyakarta : Liberty
Djuanda, Gustian & Irwansyah Lubis.2002.Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Mardiasmo. 2009. edisi revisi 2009. Perpajakan. Yogyakarta : ANDI OFFSET
Oyok Abuyamin. 2012. Perpajakan Pusat dan Daerah. Bandung : Humaniora.
Untung Sukardji. 2006. edisi revisi 2006. Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta : Rajagrafindo
Persada.
Untung Sukardji. 2009. edisi revisi 2009. Pokok-Pokok Pajak Pertambahan. Nilai. Jakarta :
PT. Rajagrafindo Persada.
Muyasssarah 2008, , hukum pajak , teras : Yogyakarta
http://www.tarif.depkeu.go.id/Bidang/?bid=pajak&cat=ppn
http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/no-106-pmk010-2015
http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/pajak-pertambahan-nilai-ppn
http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/pajak-penjualan-atas-barang-mewah-ppnbm
Perpajakan Page 24