PEDOMAN E-KKP3K
Panduan Penyusunan
Rencana Pengelolaan dan Zonasi
Kawasan Konservasi Perairan,
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 1
I. Pendahuluan
Pedoman Teknis Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (selanjutnya disebut Pedoman Teknis E-KKP3K), disusun dengan
dua tujuan utama, yaitu memberikan pedoman untuk(1) mengevaluasi efektivitas
pengelolaan sebuah kawasan konservasi; dan (2) mengembangkan sebuah kawasan
konservasi disesuaikan dengan konteks ekologi, sosial-ekonomi dan politik dimana
kawasan tersebut didirikan, ketersediaan sumberdaya manusia dan kapasitas teknisnya,
serta pendanaan. Oleh karenanya, dengan mengacu kepada Pedoman Teknis E-KKP3K,
dapat dilakukan perencanaan bagi semua kegiatan yang perlu dilakukan agar arah
pengembangan kawasan konservasi sesuai dengan tujuan pendiriannya sekaligus
meningkatkan kinerja pengelolaan kawasan.
Salah satu komponen mendasar yang harus dimiliki oleh sebuah Kawasan Konservasi
adalah dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi (RPZ) yang akan memandu pengelola
dalam mengembangkan strategi dan melaksanakan kegiatan pengelolaan, baik secara
tahunan maupun dalam jangka-menengah (5 tahunan) dan jangka-panjang (20 tahun).
Mengingat pentingnya dokumen RPZ ini, maka dipandang perlu untuk menyusun sebuah
panduan yang dapat digunakan oleh pengelola untuk menyusun dokumen RPZ secara
runtut dan sistematik.
Panduan ini merupakan bagian dari satu seri panduan yang dikembangkan dalam konteks
pengelolaan dan tata-kelola sebuah Kawasan Konservasi. Panduan lain yang termasuk
dalam seri ini adalah (i) panduan untuk menginisiasi sebuah Kawasan Konservasi; dan (ii)
panduan untuk menetapkan sebuah Kawasan Konservasi.
Tujuan Panduan
Memberikan arahan kepada pengelola tentang langkah-langkah penyusunan dokumen
Rencana Pengelolaan dan Zonasi sebuah kawasan konservasi perairan, pesisir dan
pulau-pulau kecil (dengan mengacu kepada Pasal 30 dan 31, Bab V Tata Cara
Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi, Peraturan Menteri KP Nomor 30 Tahun
2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan).
DAFTAR ISI
I Pendahuluan . ...................................................................................................................... 3
Lampiran
2 Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 3
5
II. Diagram Alir Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
anggaran; dan
1. Pembentukan kelompok kerja;
2. Pengumpulan data dan informasi;
3. Analisis;
adalah:
4. Penataan zonasi kawasan konservasi perairan;
5. Penyusunan rancangan rencana jangka panjang dan rencana jangka menengah;
6. Konsultasi publik pertama;
7. Perumusan zonasi dan rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan;
8. Konsultasi publik kedua; dan
f. dunia usaha.
jawab;
dokumen rencana pengelolaan jangka panjang
Tidak
1. Pembentukan Kelompok Kerja penyusunan
Ya
MULAI!
4 Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 5
4
6
2. Pengumpulan data dan informasi
Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
6
7
8
4. Penataan zonasi kawasan
konservasi perairan
Ya
5. Penyusunan rancangan
Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
rencana jangka panjang dan
rencana jangka menengah
5. Penyusunan rancangan
rencana jangka panjang dan
rencana jangka menengah
Ya
9
10
6. Konsultasi Publik pertama
Ya
Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
10
11
12
8. Konsultasi Publik kedua
Ya
Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kawasan Konservasi Perairan
12
Ya
SELESAI!
Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
13
13
III. Penjelasan Diagram Alir itu, rencana pengelolaan tahunan (RKT) juga wajib dibuat untuk, paling tidak, 3-5
tahun pertama. Untuk rencana pengelolaan jangka menengah sangat disarankan untuk
mengikuti tahapan seperti yang tercantum pada Pedoman Teknis E-KKP3K.
1. Pembentukan kelompok kerja:
Disamping untuk memfasilitasi proses perencanaan yang harus dilaksanakan oleh Unit
Cukup jelas.
Organisasi Pengelola secara regular (per tahun dan per 5 tahun), perencanaan dengan
mengacu kepada Pedoman Teknis E-KKP3K juga untuk mendorong dan memastikan
2. Pengumpulan data dan informasi:
bahwa pengelolaan Kawasan akan meningkatkan kinerjanya setiap tahun.
Cukup jelas.
6. Konsultasi publik pertama:
3. Analisis data dan informasi:
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Untuk memastikan zonasi yang akan didirikan dapat diterima oleh semua pihak, atau
Dalam konteks pengelolaan Kawasan Konservasi secara efektif, tahapan analisis
paling tidak para pemangku-kepentingan setempat, perlu dilakukan konsultasi publik.
terhadap data dan informasi yang dikumpulkan pada tahap 3, disamping untuk
Disamping untuk mendorong pengurangan atau penghilangan potensi konflik di masa
melakukan penataan zonasi,juga meliputi pembuatan tujuan-tujuan tata-kelola
mendatang, konsultasi public ini jug amerupakan salah satu cara untuk melibatkan
(pelembagaan), sumberdaya Kawasan dan sosial-ekonomi-budaya, dengan
para pemangku-kepentingan dalam proses pembuatan zonasi dan pengelolaan
menggunakan kaidah SMART1 (lihat contoh pada boks di bawah ini).
Kawasan yang terkait zonasi tersebut.
Cara konsultasi publik yang sangat disarankan adalah Diskusi Kelompok Fokus (Focus
Contoh tujuan SMART:
Group Discussion, FGD) yang melibatkan perwakilan dari Unit Organisasi Pengelola
Tata-kelola (pelembagaan): Dalam 5 tahun ke depan, kemampuan mengelola dan perwakilan dari pemangku-kepentingan (maksimum 12 orang) dengan difasilitasi
Kawasan, yang meliputi kapasitas teknis, jumlah SDM dan keberadaan sarana- oleh seorang atau dua orang fasilitator netral. Perlu ditekankan di sini bahwa FGD
prasarana, akan ditingkatkan sebanyak 200% dari kapasitas saat ini. seyogianya dilakukan berkali-kali (paling tidak sejumlah pemangku-kepentingan yang
Sumberdaya Kawasan: Pada akhir tahun 2018, jumlah titik-titik tempat berpijah berhasil diidentifikasi) dimana masing-masing FGD dilakukan dengan pemangku-
ikan bernilai ekonomis dipertahankan berdasarkan data garis-dasar 2013. kepentingan yang setara dan tidak menunjukkan ketimpangan hubungan-kekuasaan
Sosial-ekonomi-budaya: Dukungan masyarakat terhadap Kawasan Konservasi (power relations) untuk memperoleh gambaran yang palingmendekati dengan kondisi
dalam bentuk penurunan pelanggaran memasuki Zona Inti sebesar 70% pada riil di lapangan. Sebagai contoh, FGD dilakukan hanya kepada khalayak atau peserta
akhir tahun 2017 dibandingkan garis-dasar tahun 2012. dari latar belakang yang sama, seperti nelayan, pegawai pemda, dan seterusnya, dan
jangan pernah mencampur peserta. Sejumlah FGD kemudian diakhiri dengan sebuah
Selain itu, pada tahapan analisis data dan informasi ini ditentukan target/sasaran pertemuan akhir yang menyampaikan semua hasil FGD terutama dalam hal-hal
aspek-aspek tata-kelola (pelembagaan), sumberdaya Kawasan dan sosial-ekonomi- dimana para pemangku-kepentingan sepakat dan tidak sepakat terkait dengan zonasi
budaya yang akan dikelola, serta (bila memungkinkan) pengukuran data garis-dasar dan pengelolaan Kawasan.
(baseline atau t0) terkait untuk pemantauan kegiatan.
7. Penataan zonasi dan rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan:
4. Penataan zonasi kawasan konservasi perairan: Cukup jelas.
Cukup jelas. Sebagian besar, kalau tidak semua, masukan yang diberikan oleh para pemangku-
Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalan tahapan ini adalah perlunya kepentingan melalui konsultasi publik perlu diakomodasi dan terangkum pada zonasi
memastikan paling tidak, atau lebih dari, 2% dari luas keseluruhan Kawasan dan rencana pengelolaan yang sedang dipersiapkan oleh Unit Organisasi Pengelola.
Konservasi merupakan Zona Inti. Sebagai contoh, bila luas total Kawasan adalah 100 Keluaran dari tahapan ini adalah sebuah Rencana Pengelolaan dan Zonasi yang sudah
ribu Hektare, maka luas Zona Intinya paling tidak adalah 2% dari 100.000 Hektare diperkaya dengan masukan dari para pemangku-kepentingan. Tergantung dari
atau 2.000 Hektare. Luas Zona Inti yang lebih besar dari luasan minimum ini sangat seberapa banyak masukan yang diakomodasi, Rencana Pengelolaan dan Zonasi dapat
disarankan. berubah dari sedikit sampai total.
5. Penyusunan rancangan rencana jangka panjang dan rencana jangka 8. Konsultasi publik kedua:
menengah: Cukup jelas.
Cukup jelas. Bila dirasa perlu, dapat dilakukan konsultasi publik kedua untuk memastikan bahwa
Setiap dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi (RPZ) wajib dilengkapi dengan perubahan zonasi dalam rangka mengakomodasi para pemangku-kepentingan adalah
rencana pengelolaan jangka panjang (20 tahun) dan jangka menengah (5 tahun). Selain final dan dapat diterima oleh semua pihak.
1
SMART adalah singkatan dari kata-kata specific (spesifik), measurable (dapat diukur), attainable (dapat dicapai), 9. Perumusan dokumen final:
realistic (realistis), dan time-bound (terikat waktu) yang sangat disarankan untuk digunakan dan dinyatakan ketika Cukup jelas.
membuat sebuah pernyataan tujuan (statement of objective)
14 Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
14 Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 15
Setelah konsultasi publik pertama dan/atau kedua, disusun dokumen zonasi dan
rencana pengelolaan jangka panjang dan rencanapengelolaan jangka menengah
sekurang-kurangnyamemuat:
a. Ringkasan Eksekutif
b. Pendahuluan, yang berisi latar belakang, tujuan dan ruang lingkuppenyusunan
rencana pengelolaan;
c. Data potensi ekologis, ekonomi dan sosial budaya kawasan sertapermasalahan
pengelolaan;
d. Penataan Zonasi;
e. Kebijakan pengelolaan kawasan konservasi perairan;
f. Strategi pengelolaan kawasan konservasi; dan
g. Program pengelolaan kawasan konservasi perairan.
Rencana pengelolaan jangka panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan
tahunan.
Kepustakaan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.18/MEN/2008 tentang Kawasan
Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30/MEN/2010 tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan.
16 Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 17
16
18 Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 19