Memahami Kota
MORFOLOGI
MORFOLOGI SEBAGAI PENDEKATA N
MEMAHAMI KOTA
WEISHAGUNA
WEISHAGUNA DA N ERNADY SAODIH
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota – UNISBA
J alan
alan Tam
Tamansa
ansarri No.1
No.1 Ban
Bandun
dung
ABSTRAK
AB STRAK
Dari berbagai teoritis yang ada, secara umum perancangan kota dapat
dibagi menjadi dua kelompok pendekatan yang saling berkaitan yaitu (1)
pendekatan kota sebagai proses dan (2) kota sebagai produk. Pendekatan
perancangan Kota sebagai proses perencanaan berhirarkis dengan melibatkan
aspek-aspek perencanaan seperti analisis proses ekologi berkaitan dengan fisik,
sosial-budaya, ekonomi, transportasi dan kebijaksanaan. Sedangkan pendekatan
perancangan kota sebagai produk lebih memfokuskan diri pada produk desain
massa dan ruang perkotaan. Pendekatan ini kemudian lebih banyak disebut
sebagai morfologi kota. Meskipun demikian dalam pemahaman morfologi kota,
perancang tidak dapat melepaskan diri dari pendekatan kota sebagai proses.
Tulisan ini mencoba memaparkan lebih lanjut morfologi sebagai sebuah
pendekatan meliputi pencarian argumentasi kebutuhan kajian morfologis,
pemahaman istilah, dan ruang lingkup kajian
kajia n morfologi kota.
2 4
fungsional dan visual kota yang baik . Argumentasi Amos Rapoport
3 5
Secara umum Paul D. Spreiregen , diperkuat dan A. Loeckx dengan
Edmund N. Bacon, Amos Rapoport dan menekankan pada alasan adanya
Raymon J . Curran, lebih menekankan hubungan timbal balik antara sistem
pada alasan keberadaan aspek pengaturan bentukan fisik kota dengan
lingkungan fisik perkotaan itu sendiri pola kebudayaan. Koentjaraningrat
yang memiliki kaitan erat dengan aspek menekqankan pada perkembangan fisik
perilaku masyarakat serta interaksi kota sebagal suatu produk budaya fisik
keduanya di dalam kota. (Physical culture). Hubungan lebih lanjut
6
diistilah oleh Ali Madanipour sebagai
pengaruh perubahan sosio-spatil dan
4
Lihat kembali C. Snyder, James dan
Catanese, Anthoni J Pengantar Sejarah
Gb. 2 Gedung Sate : Contoh kualitas Perencanaan Perkotaan, Bandung :
lingkungan, fungsional dan visual. Intermatra.1995 : 23 semua kebudayaan
Sumber : Dokumen penulis, 2003. kota memiliki sistem-sistem pengaturan
lingkungan yaitu kebudayaan tersebut
2
Menurut Muhammad Danisworo, peran- mengkomunikasikan secara simbolik
cangan kota menurut prosesnya adalah melalui tatanan lingkungan permukiman
piranti yang akan menentukan wujud kota tempat mereka tinggal. Semua
akhir dari lingkungan binaan kota yang lingkungan mempunyai makna dan
terbentuk oleh kumpulan produk-produk mengkomunikasikan bagian, prioritas,
hasil keputusan pembangunan yang telah kecenderungan-kecenderungan, dan
diambil baik di sektor umum (publik) kebudayaan dari penciptanya yang tidak
maupun sektor swasta. Sedangkan terlepas dari berbagai unsur pengaruh
menurut sasarannya adalah kualitas, yaitu melalui bentukan-bentukan fisiknya.
5
kualitas fungsional, visual, lingkungan Lihat kembali A. Loeckx, Some
dimana rancang kota sebagai suatu proses Introductory Relections On The Issue Of
adalah wahana untuk mencapainya. Form : “The Settlement Tissue,
Rancang kota merupakan penyambung Rediscovery Of A Key-Metaphor 1982 :3.
antara perencanaan kota dan perancangan bahwa pada banyak budaya, kosmologi
arsitektur. dan kepercayaan menentukan
3
Lihat kembali Spreiregen, Paul D, Urban karakteristik bentukan fisik pembentuk
Design : The Architecture Of Towns And yang esensial pada kawasan kota. kota
Cities, The American Institute of adalah proyeksi simbolik dari struktur
Architects (New York : McGraw-Hill fundamental budaya. Perubahan-
Book Company) 1965. p. 63 : perubahan pada bentukan fisik kota,
menekankan pada alasan karena adanya seringkali bukan hanya proyeksi simbolik
hubungan antara bentukan fisik kota dan dari perubahan-perubahan budaya di
kualitas kota. Kekacauan penampilan banyak kebudayaan tapi juga menjadi alat
wajah kota yang berarti juga penurunan gerak transformasi sosial, ekonomi serta
kualitas lingkungan, sering terjadi akibat budaya masyarakatnya.
6
tidak adanya suatu pola yang jelas di Madanpour, Ali, Design of Urban Space.
dalam pengaturan bentukan fisik kota. Chichester. 1996 p. 31.
7 9
Djoko Sujarto sebagai hubungan waktu (perubahan). Gallion dan Eishner
lingkungan fisik dan sosial. memperkuat argumentasi kaitan
bentukan fisik kota dan dimensi waktu
Sedangkan menurut J .Barnett
(perubahan) yaitu Kota terbentuk dalam
kebutuhan itu lebih disebabkan oleh
waktu bertahun-tahun melalui kerja keras
tuntutan perancangan kota dalam
semua orang, digerakan oleh keinginan,
memberikan arahan desain fisik terhadap
kesempatan dan evolusi kondisi yang
pertumbuhan dan perubahan kota.
berubah, maka kota selalu berada dalam
Menurutnya tujuan perancangan kota
keadaan yang terus menerus berubah.
adalah meningkatkan penggunaan
elemen material kota secara kreatif untuk Menurut Kevin Lynch,
menciptakan keteraturan optikal (optical memfokuskan pada kebutahan
order) yang dapat diterapkan pada pembentukan karakter kota yang dimulai
pengaturan fisik kota. dengan persepsi lingkungan, tanda
8 10
Menurut J ames C. S nyder pengenal dan kemudian citra kota . Oleh
bahwa perencanaan kota juga karena itu Lynch menekankan pada
menangani kualitas fisik dan estetika argumentasi adanya 8 kriteria terpadu
aktual dari bentuk-bentuk dalam tiga dalam menciptakan bentuk yang kota
dimensi. Hal yang lebih penting dari itu adalah (1) Singularity yaitu adanya
adalah dimensi ke empat yaitu dimensi batasan yang jelas baik antar kawasannya
maupun antara kawasan perkotaan dan
perdesaan sekitarnya (2) Continuity yaitu
7
Sujarto, Djoko, Suatu Tinjauan Tentang
kaitan fungsional antara satu tempat dan
Aspek Urban Design dengan Sorotan ke tempat yang lain secara efektif dan efisien,
Beberapa Keadaan Perkembangan Kota
di Indonesia, Bandung : Departemen
(3) Simplicity yaitu kejelasan dan
Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan keterpaduan morfologi dan tipologinya, (4)
Perencanaan ITB. 1981 : 42 bahwa untuk
mewujudkan pengaturan dan penataan
Dominance yaitu memiliki bagian kota
struktur tata ruang fisik secara efektif, yang mempunyai karakter khusus dan
efisien, serasi dan terciptanya
keseimbangan secara meyeluruh antara
9
lingkungan sosial (social environment) Gallion dan Eishner, Pengantar Peran-
dengan lingkungan fisik (physical cangan Kota, Jakarta : Erlangga. 1992 : 63
environment). Menurut Djoko Sujarto, bahwa kota terbentuk dalam waktu
perancangan kota merupakan perwujudan bertahun-tahun melalui kerja keras semua
yang nyata secara bentukan, ukuran, orang, digerakkan oleh keinginan,
kualitas dan kuantitas dari perkembangan kesempatan, dan evolusi kondisi yang
dan pertumbuhan sosial budaya dan berubah, maka kota selalu berada dalam
ekonomi yang terjadi. Bentuk kota keadaan yang terus berubah sejalan dengan
merupakan manifestasi dari perubahan- perubahan kondisi sosial ekonomi
perubahan masyarakat. sepanjang perjalanan sejarahnya.
8 10
Lihat kembali C.Snyder, James dan Lynch, Kevin, The Image Of The City,
Catanese, Anthoni J Perencanaan Kota, MIT Pres Cabridge. 1960 : p. 3 -52.
Jakarta : Airlangga. 1992 : 64.
penting, (5) Clarity of joint yaitu bagian menekankan pada kebutuhan mempe-
strategis yang mampu berhubungan lajari semua aspek permasalahan dalam
dengan sisi yang lain, (6) Visual scope perencanaan kota termasuk mempelajari
yaitu tempat terbuka atau tinggi yang morfologi untuk perancangan kota Dalam
dapat memandang secara bebas dan peraturan tersebut disebutkan juga
lepas ke semua penjuru kota, (7) maksud perencanaan kota yaitu untuk
Directional differentiation yaitu beragam- mewujudkan peningkatan kualitas
beragam bentukan fisik yang diatur secara lingkungan kehidupan dan penghidupan
harmonis, (8) Motion awareness yaitu masyarakat kota dalam mencapai
kemampuan menggerakan emosional kesejahteraan sesuai aspirasi warga
yaitu perasaan nyaman dan dinamis. kota.
Tahun 2004
logos yang berarti ilmu. Secara
sederhana morfologi kota berarti ilmu
yang mempelajari produk bentuk-bentuk
Tahun 1935 fisik kota secara logis. Morfologi
merupakan pendekatan dalam
Gb.3 P erubahan wajah pusat Kota Bandung
masa kolonial dan modern : memahami bentuk logis sebuah kota
Contoh kaitan perubahan bentukan sebagai produk perubahan sosio-spatial.
fisik kota dan dimensi.
Sumber : dokumen penulis, 2004. Disebabkan karena setiap karakteristik
sosial-spatial di setiap tempat berbeda-
Argumentasi lain tentang beda maka istilah morfologi sangat erat
kebutuhan kajian morfologi adalah kaitannya dengan istilah tipologi. Secara
12
karena ada kaitan antara perencanaan sederhana, Markus Zahn memberi
kota dan perancangan kota dengan pengertian istilah morfologi sebagai
segala persoalannya yang memerlukan formasi sebuah objek bentuk kota dalam
penelitian dan arahan. Argumentasi
dikemukakan oleh Peraturan Menteri perkembangannya dengan berbagai aneka
11 ciri dan sifat serta permasalahan
Dalam Negeri No.2 Tahun 1987 . yang
penghidupan perkotaannya memerlukan
pengarahan, penelitian dan perencanaan
11
Lihat kembali Menteri Dalam Negeri dalam pengembangannya.
Republik Indinesia, Peraturan Menteri 12
Zahn, Markus, Perancangan Kota Secara
Dalam Negeri No.2 Tahun 1987 tantang
Terpadu : Teori Perancangan Kota dan
Pedoman Penyusunan Recana Kota, 1997
Penerapannya, Yogyakarta, Kanisius,
: 1 bahwa perkembangan kota-kota di
1999, hlm 267.
Indonesia semakin pesat
19
f. Menurut Paul D. Spereiregen juga
menekankan pada pengertian kota
sebagai bentukan fisik yang secara
keseluruhan saling mengisi satu sama
lainnya dan membentuk satu kesatuan
penampilan kota.
20
g. Kota menurut Gallion and Eisner ,
(1992 : 64) adalah suatu laboratorium
Gb. 5 Bangunan tua bersejarah
tempat pencarian kebebasan
(Gedung Merdeka) diantara bangunan-
dilaksanakan dan percobaan- bangunan modern di Pusat Kota Bandung :
Contoh kota sebagai laboratorium produk
percobaan diuji mengenai bentukan- budaya. Sumber : dokumen penulis, 2004.
bentukan fisik. Bentukan-bentukan fisik
kota adalah perwujudan kehidupan
2.3 Ruang Lingkup Kajian Morfol ogi
manusia ; polanya dijalin dengan
Secara garis besar Hadi Sabari
pikiran dan tangan yang dibimbing oleh
Yunusmenitik beratkan kajian morfologi
suatu tujuan. Bentukan fisik kota
pada eksistensi keruangan dari bentuk-
terjalin dalam aturan yang juga
bentuk wujud ciri-ciri atau karakteristik
mengemukakan lambang-lambang
kota yaitu analisis bentuk kota dan faktor-
pola-pola ekonomi, sosial, politis dan
faktor yang mempengaruhinya meliputi
spiritual serta peradaban
(1) bentuk-bentuk kompak ; bentuk bujur
masyarakatnya. Kota adalah tempat
sangkar (the square cities), bentuk empat
mengaduk kekuatan-kekuatan budaya
persegi panjang (the rectangular cities),
dan rancangan kota merupakan
bentuk kipas (fan shaped cities), bentuk
ekspresinya.
bulat (rounded cities), bentuk pita (ribbon
Dari beberapa pengertian di atas shaped cities), bentuk gurita atau bintang
dapat ditarik suatu rumusan bahwa (octopus / star shaped cities), bentuk
morfologi kota adalah sebuah tidak berpola (unpatterned cities), (2)
pendekatan dalam memahami kota bentuk tidak kompak ; bentuk terpecah
sebagai suatu kumpulan geometris (fragmented cities), bentuk berantai
bangunan dan artefak dengan (chained cities), bentuk terbelah (split
konfigurasi kesatuan ruang fisik tertentu cities), bentuk stellar (stellar cities), (3)
produk dari perubahan sosio-spatialnya. Proses perembetan (urban sprawl) ;
perembetan konsentris, perembetan
19
Paul D. Spereiregen. Op. Cit. 3. memanjang, dan perembetan meloncat,
20
Gallion, Arthur B dan Simon, Eisner. (4) faktor-faktor yang mempengaruhi
Pengantar Perancangan Kota, Jakarta : bentuk kota ; faktor bentang alam
Erlangga. 1992 : 64.
22
Sedangkan Menurut Herbert
lingkup kajian morpologi kota ditekankan
Gb.7 Photo udara kampus ITB dan
pada bentuk bentuk fisikal dari
sekitarnya. Contoh landuse, tata
lingkungan kekotaan yang dapat diamati bangunan dan jalan sebagai unsur
morfologi kota.
dari kenampakannya meliputi unsur (1)
Sumber : Dokumen penulis, 2004.
sistem jalan-jalan yang ada, (2) blok-blok
bangunan baik daerah hunian ataupun 25
Hamid Sirvani juga membahas
bukan (perdagangan/industri), (3)
kota dari elemen-elemen fisiknya y6ang
bangunan-bangunan individual. Sedang-
23
meliputi (1) penggunaan lahan (land
kan smailes menekankan lingkup
use), (2) bentuk dan massa bangunan
kajian morfologi meliputi (1) penggunaan
(building form and massing ), (3) sirkulasi
lahan (land use), (2) pola-pola jalan
dan parkir (circulation and parking ), (4)
(street) dan (3) tipe-tipe bangunan
ruang terbuka (open space), (5) jalur
21
Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang pedestrian (pedestrian way ), (6)
Kota, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000
dukungan aktivitas (activity support), (7)
: 114-156.
22
Herbert, D.T. Urban Geografi : A Social tata informasi (Signage ), dan (8)
Perspective, London : Longman, 1973. preservasi (preservation ).
23
Smailes, R.J, SomeReflection on the
Gographical Description and Analysis of 24
Townscapes, in The Institute of British Johnson, J.H, Urban Geography, Frankfrut
Geographer Transaction and Papers, 1955 : Pergamon Press, 1981.
25
: p 99-115. Sirvani, Hmaid, Op. Cit. p.7
26
Krier Rob, Urban Space, Hongkong :
Rizzoli International Publication Inc,
1991 :15-62. Gb. 12 Tipologi ruang terbuka dan tertutup
27
Trancik, Roger, Finding Lost Space : berdasarkan bentuk dasar segi empat,
Theories of Urban Design (1986 : 97- lingkaran dan segi tiga serta variasinya.
106), Van Nostrand Reinhold, New York. Sumber : Rob Krier, 1991 : 29.
28
Fumihiko Maki memfokuskan
pada kajian linkage kolektif, berasal dari
garis-garis yang menghubungkan satu
elemen ke elemen lainnya. Garis ini
dibentuk oleh jalan-jalan, jalur pejalan
kaki, ruang terbuka linier, atau elemen-
elemen menerus, atau yang
berhubungan lainnya secara fisik Gb. 14 Elemen-elemen linkage struktural.
Sumber : Markus Zahn, 1999 : 121.
menghubungkan bagian-bagian dari
suatu pusat kegiatan suatu kota. Tipe
spatial linkage yang diungkapkannya
mel;iputi (1) Compositional Form. (2)
Megaform (3) Group Form. E. Bacon
membahas linkage secara visual meliputi
elemen (1) garis, (2) koridor, (3) sisi
edges, (4) sumbu dan irama. Sedangkan
linkage struktural dikemukakan oleh C.
Rowe meliputi elemen (1) tambahan, (2)
Gb. 15 Elemen linkage kolektif. Sumber :
sambungan, dan (3) tembusan. Markus Zahn, 1999 : 129
4. DAFTAR PUSTAKA
4. ----------------,1992, Perencanaan
3. PENUTUP
Kota, J akarta : Airlangga.
Ada dua argumentasi tentang
5. ----------------, 1995, Pengantar
kebutuhan kajian morfologi dalam
Sejarah Perencanaan Perkotaan ,
perancangan kota yaitu (1) karena ada
Bandung : Intermatra.
permasalahan terkait bentukan fisik kota
dengan berbagai faktor penyebabnya, 6. Gallion, Arthur B dan Simon, Eisner,
dan (2) karena tujuan perancangan kota 1992, Pengantar Perancangan
yang menghendaki terciptanya kota Kota, J akarta : Erlangga.
berkualitas baik secara lingkungan,
7. Herbert, D.T , 1973, Urban
fungsional dan visual. Morfologi kota
Geography : A Social Perspective,
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
London : Longman.
bentuk kota. Dengan definisi ini kota
8. J ohnson, J .H, 1981, Urban
dipahami sebagai tempat kumpulan
Geography, Frankfrut : Pergamon
bangunan dan manusia ; artifak yang
Press.
dihuni ; kumpulan bangunan dan artifak :
artikulasi pengalaman ruang ; produk 9. Krier, Rob, 1991, Urban Space,
perubahan sosio-spatial ; kesatuan Hongkong : Rizzoli International
penampilan kota ; karya kolektif dan Publication Inc.
laboratorium bentukan fisik. Secara garis
10. Loeckx, A, 1982, Some
besar bidang kajian morfologi meliputi (1)
Introductory Reflections On The
ekspresi keruangan, (2) land-use , (3)
Issue Of Form : The Settlement
figure-ground , (4) linkage , (5) tata
Tissue, Rediscovery Of A Key-
bangunan dan lingkungan, (6) place dan
Metaphor, Thailand : Bangkok.
(7) plan.
11. Lynch, Kevin, 1960, The Image Of 19. Spreiregen, Paul D, 1965, Urban
The City, MIT Pres Cabridge. Design : The Architecture Of Towns
And Cities, The American Institute of
12. Madanpour, Ali, 1996 Design
Architects (New York : McGraw-Hill
of Urban Space. Chichester.
Book Company)
13. Menteri Dalam Negeri Republik
20. Sujarto, Djoko, 1981, Suatu
Indonesia, 1987, Peraturan Menteri
Tinjauan Tentang Aspek Urban
Dalam Negeri No.2 Tahun 1987
Design dengan Sorotan ke
tentang Penyusunan Rencana Kota.
Beberapa Keadaan Perkembangan
14. Siregar, A., Sandi, 1998,Continuity
Kota di Indonesia, Bandung :
and Discontinuity in Urban
Departemen Planologi, Fakultas
Transformation , Yogyakarta :
Teknik Sipil dan Perencanaan ITB.
Simposim Sejarah Kota-Kota pada
21. Trancik, Roger. 1986, Finding Lost
Masyarakat Islami tanggal 21 – 23
Space : Theories of Urban Design,
April 1998.
New York : Nostrand Reinhold.
15. ----------, 2003, Tata Bangunan
22. Yunus, Hadi sabari, 2000, Struktur
dan Lingkungan di Kota Bandung :
Tata Ruang Kota, Yogyakarta :
Artikel Seminar pekan kebudayaan
Pustaka Pelajar.
J erman-Indonesia di Bandung
berjudul “Prospek Bandung Menuju 23. Zahn, Markus, 1999, Perancangan
Kota J asa di Era Globalisasi dilihat Kota Secara Terpadu : Teori
dari sudut pandang tata kota” 9 Perancangan Kota dan
oktober 2003. Penerapannya, Yogyakarta,
Kanisius.
16. Sirvani, Hamid, 1985, The
Urban Design Process, New York :
Van Nostrand Reinhold Company.