Anda di halaman 1dari 4

Pertemuan ke-3 (19 September 2023)

STUDI KASUS
PENGETAHUAN LOKAL UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS

Sebuah layanan berbasis masyarakat melakukan latihan perencanaan


strategis setiap lima tahun sekali. Pada peristiwa ini para pekerja akan
berkonsultasi tentang apa yang mereka inginkan dari layanan tersebut. Hal ini
tampak sangat beralasan sebagai suatu cara memasukkan pandangan warga
lokal, hal itu juga merupakan kasus yang selalu mun-cul, yakni bahwa apa
yang orang inginkan dari layanan tersebut tidaklah mungkin dipenuhi. Ketika
sudah waktunya untuk melakukan perencanaan strategis kembali, prosesnya
diper- tanyakan oleh seorang pekerja masyarakat yang baru. Ia berpendapat
bahwa menanyakan warga apa yang mereka inginkan dari layanan adalah
mengundang mereka untuk berkomentor tentang wilayah 'profesional' dari
pengetahuan dan bahwa kaum profesional selalu memiliki jawaban tentang
mengapa yang diinginkan oleh warga tidak mungkin dipenuhi. la
mengusulkan suatu cara alternatif untuk menolong layanan memutuskan arah
masa depannya, yaitu yang akan menghargai pengetahuan masyarakat dan
yang akan mewakili partisipasi yang lebih penuh.
la merancang tiga pertanyaan untuk warga:
(1) Seperti apa rasanya hidup dalam masyarakat ini?
(2) Hal apa yang ingin Anda lihat diperbaiki?
(3) Jika ada orang lain bersemangat melakukan sesuatu, apakah Anda akan
bergabung?
Para anggota staf memulai sebuah proses menanyakan pertanyaan-
pertanyaan ini di jalanan, di sekolah, pusat perbelanjaan dan tempat-tempat
berkumpul lainnya di tempat itu. Jika responden memperlihatkan suatu
semangat pada pertanyaan pertama, pertanyaan berikutnya diajukan.
Sesudah beberapa saat, terdapat isu-isu yang jelas teridentifikasi dan banyak
orang mau terlibat dalam strategi-strategi untuk menangani isu-isu itu. Isu-isu
tersebut mencakup kualitas makanan, isolasi, keamanan, polusi dan
membantu kaum muda. Proses yang sudah berubah ini memastikan bahwa
kegiatan-kegiatan layanan didasarkan secara teguh atas pengalaman
kehidupan masyarakat lokal. Ia juga berarti bahwa masyarakat lokal
termobilisasi secara kolektif dan mereka mendefinisikan strategi-strategi
untuk menangani isu-isu tersebut. Dengan demikian, proses perencanaan
strategis tersebut mewakili suatu bentuk partisipasi yang jauh lebih dalam
dibandingkan dengan 'konsultasi masyarakat yang biasa. (Lihat Bab 6 untuk
diskusi lebih lanjut tentang partisipasi.)

 Bagaimana proses yang baru ini menghargai pengetahuan lokal?


 Apa konsekuensi bagi layanan dari mendengarkan dan melibatkan
masyarakat lokal dalam proses perencanaan?

Sumber: Jim Ife, Frank Tesoriero. 2008. Community Development: Alternatif


Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hlm 243-244
Pertemuan ke-3 (19 September 2023)
STUDI KASUS
KULTUR LOKAL YANG BERTENTANGAN DENGAN HAM

Tim pengembangan masyarakat di sebuah balai masyarakat di


Adelaide, South Australia terus menerus bekerja keras untuk mendorong dan
meningkatkan partisipasi masyarakat. Sehingga, ketika sebuah kelompok
lokal penyewa perumahan umum mendekati tim tersebut untuk membentuk
suatu kelompok aksi yang peduli dengan isu-isu perumahan publik, para
pekerja masyarakat bergembira dan segera menawarkan dukungan kepada
kelompok arsebut. Para anggota kelompok mengatakan bahwa mereka ingin
otoritas perumahan publik bertindak lebih tegas dan lebih responsif terhadap
permintaan-permintaan penyewa, untuk memastikan mutu kehidupan yang
lebih baik. Karena kelompok tersebut tampaknya bentuk dengan baik dengan
tujuan-tujuannya yang jelas, staf balai menanyakan dukungan apa yang
diperlukan. Kelompok tersebut membutuhkan ruangan untuk pertemuan dan
fasilitas fotokopi. Semua ini disediakan dan tawaran diterima.
Beberapa minggu kemudian, ketika seorang pekerja melewati mesin
fotokopi, ia memperhatikan beberapa foto pada lembar-lembar yang sedang
difotokopi dan mengenali salah satu foto sebagai foto rumah seorang
keluarga Pribumi yang dikenalnya dengan baik. Ia berhenti dan menanyakan
hal ini kepada anggota-anggota kelompok tersebut. Mereka menjawab bahwa
rumah-rumah Pribumi itu tidak dipelihara dengan baik dan bahwa mereka
akan berkampanye bagi keluarga keluarga ini untuk direlokasi di luar daerah
tersebut sehingga mutu daerah tersebut dapat ditingkatkan. Para anggota
kelompok ini semuanya non-Pribumi.

⚫ Bagaimana aspek kultur lokal ini menimbulkan isu HAM yang penting? Isu-
isu apakah ini?

⚫ Bagaimanakah para pekerja menggunakan ini sebagai sebuah titik awal


untuk bekerja menuju perubahan dalam masyarakat, dan perubahan-
perubahan apakah yang akan dituju oleh mereka, baik dalam jangka
menengah maupun jangka panjang?

Sumber: Jim Ife, Frank Tesoriero. 2008. Community Development: Alternatif


Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hlm 253
Pertemuan ke-3 (19 September 2023)
STUDI KASUS
Seorang Pekerja belajar tentang pandangannya yang
Kolonialis terhadap Masyarakat

Sebuah pertemuan para pekerja masyarakat sedang mendiskusikan


isu-isu dalam praktik-praktik mereka. Wilayah kerja mereka mencakup
sebuah area pemukiman di luar sebuah ibukota negara bagian di Australia.
Area ini ditunjuk sebagai salah satu wilayah perkotaan Australi yang paling
dirugikan dan problematis. Isu-isu kemiskinan, keluarga dengan orang
tunggal, penelantaran dan penindasan anak, kekerasan domestik dan
kesehatan mental hanyalah sebagian dari daftar panjang indikator suatu
daerah yang bermasalah. Daerah tersebut menarik perhatian banyak
lembaga, dari pemerintah lokal sampai lembaga perlindungan anak dan
kepolisian.
Seorang pekerja melaporkan sebuah insiden baru. Seorang anak laki-
laki melarikan diri dari sebuah program pasca-sekolah dan perempuan
pekarig itu mengejarnya, karena kewajibannya sebagai pekerja dalam
program tersebut. Akan tetapi, tampak olehnya kalau anak itu tidak akan lari,
namun bermaksud mengajaknya berlari-larian di sekeliling. Saat itu sudah
gelap dan sudah di luar waktu kerja dari peka layanan kemanusiaan. Anak itu
memancingnya ke area yang terkenal buruk tersebut Selagi perempuan itu
berlari melewati daerah tersebut, di sepanjang jalan dan di depan rumah-
rumah, ia takjub dengan apa yang ia lihat. Di sana ada kelompok-kelompok
anak anak bermain di jalan dan di halaman depan. Ada orang-orang dewasa
yang duduk di tangga teras mengobrol (walaupun pada kesempatan lain
sering juga sambil minum-minum). Anak-anak melompati pagar sambil
berkejar-kejaran. Area itu merupakan sebuah pemandangan sore hari yang
bersemangat. Hal ini sangat berlawanan dengan lingkungan pertetanggaan si
pekerja itu sendiri yang seringkali tidak ada orang yang kelihatan, karena
mereka tinggal di dalam rumah pada sore hari. Pekerja itu berkomentar: "Area
yang telah kita anggap bermasalah dan kita anggap buruk mengingatkan
saya akan keadaan pemukiman pinggir kota kita pada tahun 1950an, apa
yang telah hilang dari diri kita karena ketakutan kepada orang lain, dan apa
yang, para pekerja (masuk jam 9 pagi dan pulang jam 5 sore tidak pernah
tahu masih ada dan hidup dan baik-baik saja."
….………………………………………………………………………………………

 Apakah praktik kerja yang diperlihatkan di sini cenderung untuk, bahkan


jika ceroboh, mendukung wacana-wacana dominan tentang masyarakat-
masyarakat dalam kemiskinan dan membuat kegiatan masyarakat tidak
terlihat?

Sumber: Jim Ife, Frank Tesoriero. 2008. Community Development: Alternatif


Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hlm 273-274
Pertemuan ke-3 (19 September 2023)
STUDI KASUS
Menantang Pandangan Kolonialis dari Isu-Isu Masyarakat

Seorang pekerja masyarakat lokal yang merupakan ketua tim dalam


sebuah lembaga dengan peran majemuk, terlibat dalam sebuah diskusi yang
diadakan oleh seorang kolega, yaitu seorang pekerja kasus dalam
perlindungan anak. Pekerja perlindungan anak tersebut sedang
mendiskusikan salah satu keluarga dari kumpulan kasusnya, dalam pro-
yeknya tentang 'pemberdayaan keluarga di pertetanggaan kita'. Sang ayah
memukul anak laki-lakinya pada pantatnya dengan cukup keras. Si pekerja
kasus menerangkan kepada ketua timnya bahwa sang anak dalam masalah
besar dan diantar pulang ke rumah oleh polisi. Si pekerja cemas karena ia
merasa bahwa insiden tersebut menunjukkan bahwa, sesudah bekerja
dengan keluarga tersebut selama setahun dalam isu kekerasan, ia telah
gagal.
Ketua tim itu mengingatkan si pekerja bahwa setahun yang lalu sang
ayah seringkali menyiksa sang anak secara fisik. Sekarang, sang ayah dan
sang anak lebih banyak melakukan komunikasi, dan ia bertanya apakah si
pekerja dapat mengerti pukulan pada pantat sebagai sebuah respons kepada
sang anak yang sedang dalam masalah serius. Ketua tim itu juga bertanya
kepada si pekerja apakah ia telah menetapkan tujuan bersama keluarga
tersebut, seperti dibahas sebelumnya. 'Ya', jawab si pekerja, 'tapi tujuan
mereka adalah sekadar menghindari isu yang sebenarnya dari kekerasan dan
penyiksaan'. 'Apakah tujuan-tujuan bu? tanya ketua tim. Si pekerja menjawab
bahwa mereka memasukkan hal-hal seperti sang ibu ingin anak
perempuannya yang terisolasi mengembangkan persahabatan-persahabatan
dan seterusnya. Semua tujuan ini bukan tentang isu yang sebenarnya dari
kekerasan dan penyiksaan.

 Apakah menurut Anda isu-isu isolasi dan kurangnya hubungan-hubungan


persahabatan merupakan kepedulian yang sah dari sang ibu?
 Dengan cara apakah wacana-wacana profesional dan dominan, seperti
kekerasan domestik dan perlindungan akan, berfungsi bukan hanya
melindungi HAM tapi membuat wacana-wacana kaum kecil tidak kelihatan
dan dengan demikian terus menjajah mereka?
 Apa yang akan dikatakan oleh analisis post-kolonial tentang skenario ini?
Apa yang dapat dijadikan alasan yang sah bagi si pekerja untuk
meradikalisasi praktiknya dan menantang proses-proses penjajahan.

Sumber: Jim Ife, Frank Tesoriero. 2008. Community Development: Alternatif


Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hlm 274-275

Anda mungkin juga menyukai