Uu HPP Konsolidasi-Pph

INDEX PASAL KETERANGAN
KETENTUAN UMUM PASAL 1 PENGERTIAN PPh

PASAL 2 SERBA SERBI SUBJEK PAJAK, SPDN, SPLN DAN BUT
SUBJEK PAJAK PASAL 2A KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF SPDN, SPLN DAN BUT
PASAL 3 ENTITAS YANG TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK
PASAL 4 SERBA SERBI OBJEK PAJAK, FINAL, DIKECUALIKAN
PASAL 5 OBJEK PAJAK BUT
PASAL 6 DEDUCTABLE EXPENSES
PASAL 7 PTKP
PASAL 8 PENGHASILAN SUAMI ISTRI DAN ANAK YANG BELUM DEWASA
PASAL 9 UNDEDUCTABLE EXPENSES
OBJEK PAJAK PASAL 10 PENILAIAN HARGA PEROLEHAN & HARGA POKOK PENJUALAN PERSEDIAAN
PASAL 11 PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
PASAL 11A AMORTISASI AKTIVA TAK BERWUJUD
PASAL 12 -
PASAL 13 -
PASAL 14 NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
PASAL 15 NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS WP USAHA TERTENTU
PASAL 16 PENGHITUNGAN PKP
PASAL 17 TARIF PAJAK
PENGHITUNGAN PAJAK
PASAL 18 SPECIFIC ANTI AVOIDANCE RULES (SAAR)
PASAL 19 KEWENANGAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA OLEH MENKEU
PASAL 20 PELUNASAN PAJAK TAHUN BERJALAN
PASAL 21 PEMOTONGAN PPh SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA DAN KEGIATAN UNTUK WPDN OP
PASAL 22 PEMUNGUTAN PPh ATAS PENGHASILAN DARI USAHA, IMPOR DAN PEMBELIAN BARANG
PELUNASAN PAJAK
PASAL 23 PEMOTONGAN PPh ATAS PENGHASILAN DARI MODAL, JASA DAN KEGIATAN TERTENTU
PASAL 24 KREDIT PAJAK ATAS PEMOTONGAN PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI
PASAL 26 PEMOTONGAN PPh UNTUK WPLN YANG MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA
PASAL 27 -
PASAL 28 PENGKREDITAN PAJAK
PERHITUNGAN PPh PADA AKHIR PASAL 28A PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK
TAHUN PASAL 29 PELUNASAN KEKURANGAN PEMBAYARAN PAJAK YANG TERUTANG
PASAL 30 -
PASAL 31 -
PASAL 31A FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK WP PRIORITAS TINGGI DI BIDANG DAN/ATAU DAERAH TERTENTU
PASAL 31B -
PASAL 31C PEMBAGIAN PENERIMAAN NEGARA ATAS PPh OP ANTARA PUSAT DAN DAERAH
PASAL 31D KETENTUAN MENGENAI PERPAJAKAN BIDANG PERTAMBANGAN, GAS BUMI DAN SYARIAH
KETENTUAN LAIN-LAIN
PASAL 31E FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK WP BADAN DENGAN OMZET <Rp 50 M
PASAL 32 TATA CARA PENGENAAN PAJAK DAN SANKSI SESUAI DENGAN KETENTUAN KUP
PASAL 32A KERJASAMA UNTUK P3B, BEPS PROJECT 2.0, AEOI, BANTUAN PENAGIHAN PAJAK, DLL
PASAL 32B PENGENAAN PAJAK ATAS BUNGA ATAU DISKONTO OBLIGASI NEGARA YANG DIPERDAGANGKAN DI NEGARA LAIN
PENDELEGASIAN KEWENANGAN PASAL 32C BERBAGAI KETENTUAN YANG DIATUR LEBIH LANJUT DENGAN PERATURAN PEMERINTAH
THE LEX SPECIALIS
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU)

NOMOR TAHUN TENTANG RANAH
NOMOR 02 2022 PENYESUAIAN PENGATURAN DI BIDANG PPh OP
PERATURAN PRESIDEN (PERPRES)

PENGESAHAN MULTILATERAL CONVENTION TO IMPLEMENT TAX TREATY RELATED MEASURES TO PREVENT BEPS (KONVENSI
NOMOR 77 2019 MULTILATERAL UNTUK MENERAPKAN TINDAKAN-TINDAKAN TERKAIT DENGAN P3B UNTUK MENCEGAH PENGGERUSAN BASIS INTER TAX & TP
PEMAJAKAN DAN PENGGESERAN LABA)
PERATURAN PEMERINTAH (PP)

NOMOR 41 1994 PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK WHT
PPh ATAS PENGHASILAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM ATAU PENGALIHAN
NOMOR 04 1995 WHT
PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN PASANGAN USAHANYA
NOMOR 14 1997 PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1994 WHT
NOMOR 130 2000 PENGECUALIAN SEBAGAI OBJEK PAJAK ATAS KEUNTUNGAN KARENA PEMBEBASAN UTANG DEBITUR KECIL BADAN
NOMOR 131 2000 PPh ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA WHT
NOMOR 132 2000 PAJAK PENGHASILAN ATAS HADIAH UNDIAN WHT
NOMOR 27 2008 PAJAK PENGHASILAN ATAS DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA WHT
NOMOR 51 2008 PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI WHT
NOMOR 15 2009 PPh ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI WHT
NOMOR 19 2009 PAJAK PENGHASILAN ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI WHT
TARIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS PENGHASILAN BERUPA UANG PESANGON, UANG MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN
NOMOR 68 2009 WHT
HARI TUA, DAN JAMINAN HARI TUA YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS
NOMOR 80 2010 TARIF PEMOTONGAN DAN PENGENAAN PPh PASAL 21 ATAS PENGHASILAN YANG MENJADI BEBAN APBN ATAU APBD WHT
SUMBANGAN PENANGGULANGAN BENCANA NASIONAL, SUMBANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, SUMBANGAN
NOMOR 93 2010 FASILITAS PENDIDIKAN, SUMBANGAN PEMBINAAN OLAHRAGA, DAN BIAYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SOSIAL YANG BADAN
DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
NOMOR 94 2010 PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PPh DALAM TAHUN BERJALAN PPh & WHT
NOMOR 07 2012 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2011 WHT
NOMOR 123 2015 PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 131 TAHUN 2000 WHT
PPh ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN, DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI
NOMOR 34 2016 WHT
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
NOMOR 34 2017 PPh ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WHT
NOMOR 53 2017 PERLAKUAN PERPAJAKAN PADA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT WHT
NOMOR 37 2018 PERLAKUAN PERPAJAKAN DAN/ATAU PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DI BIDANG USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BADAN
NOMOR 78 2019 FASILITAS PPh UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU BADAN
NOMOR 09 2021 PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK MENDUKUNG KEMUDAHAN BERUSAHA ALL
PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI YANG MELIBATKAN LEMBAGA PENGELOLA INVESTASI DAN/ATAU ENTITAS YANG
NOMOR 49 2021 WHT
DIMILIKINYA
NOMOR 91 2021 PPh ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WPDN DAN BUT WHT
PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGALIHAN PARTISIPASI INTERES PADA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS
NOMOR 93 2021 WHT
BUMI
NOMOR 09 2022 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 2008 WHT
NOMOR 55 2022 PENYESUAIAN PENGATURAN DI BIDANG PPh OP, BADAN & WHT
PERATURAN MENTERI KEUANGAN (PMK)

NOMOR 79 2008 PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP PERUSAHAAN UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN WHT
TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, PELAPORAN, DAN PENATAUSAHAAN PPh ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA
NOMOR 187 2008 WHT
KONSTRUKSI
BANTUAN ATAU SANTUNAN YANG DIBAYARKAN OLEH BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KEPADA WP TERTENTU YANG
NOMOR 247 2008 BADAN
DIKECUALIKAN DARI OBJEK PPh
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATAN
NOMOR 252 2008 WHT
ORANG PRIBADI
NOMOR 253 2008 WP BADAN TERTENTU SEBAGAI PEMUNGUT PPh DARI PEMBELI ATAS PENJUALAN BARANG YANG TERGOLONG SANGAT MEWAH WHT
PEMOTONGAN PPh PASAL 26 ATAS PENGHASILAN DARI PENJUALAN ATAU PENGALIHAN SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD
NOMOR 258 2008 WHT
DALAM PASAL 18 AYAT (3c) UU PPh YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WPLN
NOMOR 81 2009 PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN YANG BOLEH DIKURANGKAN SEBAGAI BIAYA BADAN
PEMOTONGAN PPh PASAL 26 ATAS PENGHASILAN DARI PENJUALAN ATAU PENGALIHAN HARTA DI INDONESIA, KECUALI YANG
NOMOR 82 2009 WHT
DIATUR DALAM PASAL 4 AYAT (2) UU PPh YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WPLN SELAIN BUT DI INDONESIA
NOMOR 02 2010 BIAYA PROMOSI YANG DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO BADAN
TATA CARA PEMOTONGAN PPh PASAL 21 ATAS PENGHASILAN BERUPA UANG PESANGON, UANG MANFAAT PENSIUN,
NOMOR 16 2010 WHT
TUNJANGAN HARI TUA, DAN JAMINAN HARI TUA YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS
NOMOR 111 2010 TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPh ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WP OP DN WHT
TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPh ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI
NOMOR 112 2010 WHT
KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI
TATA CARA PEMOTONGAN PPh PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI, DAN PENSIUNANNYA
NOMOR 262 2010 WHT
ATAS PENGHASILAN YANG MENJADI BEBAN APBN ATAU APBD
NOMOR 85 2011 TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA OBLIGASI WHT
NOMOR 219 2012 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 81/PMK.03/2009 BADAN
NOMOR 141 2015 JENIS JASA LAIN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 23 AYAT (1) HURUF C UU PPh & PERUBAHANNYA WHT
NOMOR 169 2015 PENENTUAN BESARNYA PERBANDINGAN ANTARA UTANG DAN MODAL PERUSAHAAN UNTUK KEPERLUAN PENGHITUNGAN PPh BADAN
JENIS DOKUMEN DAN/ATAU INFORMASI TAMBAHAN YANG WAJIB DISIMPAN OLEH WAJIB PAJAK YANG MELAKUKAN TRANSAKSI
NOMOR 213 2016 INTER TAX & TP
DENGAN PARA PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA, DAN TATA CARA PENGELOLAANNYA
TATA CARA PENYETORAN, PELAPORAN, DAN PENGECUALIAN PENGENAAN PPh ATAS PHTB, DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL
NOMOR 261 2016 WHT
BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN KEGIATAN DI BIDANG
NOMOR 34 2017 WHT
IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN
PENGGUNAAN NILAI BUKU ATAS PENGALIHAN DAN PEROLEHAN HARTA DALAM RANGKA PENGGABUNGAN, PELEBURAN,
NOMOR 52 2017 BADAN
PEMEKARAN, ATAU PENGAMBILALIHAN USAHA
PENETAPAN SAAT DIPEROLEHNYA DIVIDEN DAN DASAR PENGHITUNGANNYA OLEH WP DN ATAS PENYERTAAN MODAL PADA
BADAN USAHA DI LUAR NEGERI SELAIN BADAN USAHA YANG MENJUAL SAHAMNYA DI BURSA EFEK
NOMOR 192 2018 PELAKSANAAN PENGKREDITAN PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI BADAN
NOMOR 212 2018 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA WHT
NOMOR 49 2019 TATA CARA PELAKSANAAN PROSEDUR PERSETUJUAN BERSAMA INTER TAX & TP
NOMOR 92 2019 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 253/PMK.03/2008
NOMOR 93 2019 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 107/PMK.03/2017 INTER TAX & TP
TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NPWP, PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN PKP, SERTA PEMOTONGAN
NOMOR 231 2019 WHT, KUP & PPN
DAN/ATAU PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK BAGI INSTANSI PEMERINTAH
NOMOR 11 2020 PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 78 TAHUN 2019 BADAN
NOMOR 22 2020 TATA CARA PELAKSANAAN KESEPAKATAN HARGA TRANSFER (ADVANCE PRICING AGREEMENT) INTER TAX & TP
PERLAKUAN PPh ATAS BEASISWA YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU DAN SISA LEBIH YANG DITERIMA ATAU
NOMOR 68 2020 DIPEROLEH BADAN ATAU LEMBAGA NIRLABA YANG BERGERAK DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN/ATAU BIDANG PENELITIAN BADAN
DAN PENGEMBANGAN
NOMOR 96 2020 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2020 BADAN
NOMOR 18 2021 PELAKSANAAN UU NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA DI BIDANG PPh, PPN DAN PPNBM, SERTA KUP ALL
NOMOR 54 2021 TATA CARA MELAKUKAN PENCATATAN & KRITERIA TERTENTU SERTA TATA CARA PEMBUKUAN UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN OP
NOMOR 56 2021 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52/PMK.010/2017 BADAN
NOMOR 41 2022 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 34/PMK.010/2017 WHT
NOMOR 59 2022 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 231/PMK.03/2019 WHT, KUP & PPN
NOMOR 68 2022 PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENGHASILAN ATAS TRANSAKSI PERDAGANGAN ASET KRIPTO PPh & PPN
NOMOR 69 2022 PPh DAN PPN ATAS PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI FINANSIAL PPh & PPN
BENTUK DAN TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN SERTA DAFTAR WP DALAM RANGKA PEMENUHAN PERSYARATAN
NOMOR 40 2023 BADAN
PENURUNAN TARIF PPh BAGI WP BADAN DALAM NEGERI YANG BERBENTUK PERSEROAN TERBUKA
PPh DAN/ATAU PPN ATAS PENJUALAN/PENYERAHAN EMAS PERHIASAN, EMAS BATANGAN, PERHIASAN YANG BAHAN
SELURUHNYA BUKAN DARI EMAS, BATU PERMATA DAN/ATAU BATU LAINNYA YANG SEJENIS, SERTA JASA YANG TERKAIT
NOMOR 48 2023 DENGAN EMAS PERHIASAN, EMAS BATANGAN, PERHIASAN YANG BAHAN SELURUHNYA BUKAN DARI EMAS, DAN/ATAU BATU PPh & PPN
PERMATA DAN/ATAU BATU LAINNYA YANG SEJENIS, YANG DILAKUKAN OLEH PABRIKAN EMAS PERHIASAN, PEDAGANG EMAS
PERHIASAN, DAN/ATAU PENGUSAHA EMAS BATANGAN
PERLAKUAN PPh ATAS PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG DITERIMA ATAU
NOMOR 66 2023 OP & BADAN
DIPEROLEH DALAM BENTUK NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN
NOMOR 72 2023 PENYUSUTAN HARTA BERWUJUD DAN/ATAU AMORTISASI HARTA TAK BERWUJUD BADAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN (KMK)

NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS PENGHASILAN NETTO BAGI WP BADAN YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DI BIDANG
PENGEBORAN MINYAK DAN GAS BUMI SERTA ANGSURAN PPh DALAM TAHUN BERJALAN OLEH WP SENDIRI
NOMOR 1169 1991 KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) BADAN
NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS PENGHASILAN KENA PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI PEKERJAAN YANG DITERIMA TENAGA
NOMOR 433 1994 WHT
ASING YANG BEKERJA PADA WP BADAN DI BIDANG PENGEBORAN MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA
PEMOTONGAN PPh PASAL 26 ATAS PENGHASILAN BERUPA PREMI ASURANSI DAN PREMI REASURANSI YANG DIBAYAR KEPADA
NOMOR 624 1994 WHT
PERUSAHAAN ASURANSI DI LUAR NEGERI
NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS PENGHASILAN NETO BAGI WAJIB PAJAK LUAR NEGERI YANG MEMPUNYAI KANTOR
NOMOR 634 1994 WHT
PERWAKILAN DAGANG DI INDONESIA
PERLAKUAN PPh TERHADAP PIHAK-PIHAK YANG MELAKUKAN KERJASAMA DALAM BENTUK PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH
NOMOR 248 1995 WHT
("BUILT OPERATE AND TRANSFER")
NOMOR 394 1996 PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PEMOTONGAN PPh ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WHT
NOMOR 416 1996 NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS PENGHASILAN NETO BAGI WAJIB PAJAK PERUSAHAAN PELAYARAN DALAM NEGERI WHT
NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS PENGHASILAN NETO BAGI WAJIB PAJAK PERUSAHAAN PELAYARAN DAN/ATAU
NOMOR 417 1996 WHT
PENERBANGAN LUAR NEGERI
NOMOR 475 1996 NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS PENGHASILAN NETO BAGI WAJIB PAJAK PERUSAHAAN PENERBANGAN DALAM NEGERI WHT
NOMOR 282 1997 PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK WHT
PEMOTONGAN PPh PASAL 26 ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK LUAR NEGERI SELAIN BUT
NOMOR 434 1999 WHT
ATAS PENGHASILAN BERUPA KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN SAHAM
NOMOR 120 2002 PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 394/KMK.04/1996 WHT
NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS PENGHASILAN NETO DAN CARA PEMBAYARAN PPh BAGI WP YANG MELAKUKAN KEGIATAN
USAHA JASA MAKLON (CONTRACT MANUFACTURING) INTERNASIONAL DI BIDANG PRODUKSI MAINAN ANAK-ANAK
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (PER-DIRJEN)
TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN DAN PENGADMINISTRASIAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP PERUSAHAAN UNTUK
NOMOR 12 2009 BADAN
TUJUAN PERPAJAKAN
PENUNJUKAN PEMOTONG, TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 26 ATAS PENGHASILAN DARI
NOMOR 52 2009 PENJUALAN ATAU PENGALIHAN HARTA DI INDONESIA, KECUALI YANG DIATUR DALAM PASAL 4 AYAT (2) UU PPh YANG DITERIMA WHT
ATAU DIPEROLEH WPLN SELAIN BUT DI INDONESIA
NOMOR 01 2011 TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PEMBEBASAN DARI PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN WHT
NOMOR 22 2013 PEDOMAN PEMERIKSAAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA INTER TAX & TP
TATA CARA PERMOHONAN DAN PENETAPAN MASA MANFAAT YANG SESUNGGUHNYA ATAS HARTA BERWUJUD BUKAN
NOMOR 20 2014 BADAN
BANGUNAN UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTAN
NOMOR 21 2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 WHT
NOMOR 11 2015 PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS HADIAH DAN PENGHARGAAN WHT
NOMOR 17 2015 NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO OP
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26
NOMOR 16 2016 WHT
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATAN OP
PELAKSANAAN PENENTUAN BESARNYA PERBANDINGAN ANTARA UTANG DAN MODAL PERUSAHAAN UNTUK KEPERLUAN
PENGHITUNGAN PPh DAN TATA CARA PELAPORAN UTANG SWASTA LUAR NEGERI
NOMOR 29 2017 TATA CARA PENGELOLAAN LAPORAN PER NEGARA INTER TAX & TP
NOMOR 25 2018 TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA INTER TAX & TP
NOMOR 28 2018 SURAT KETERANGAN DOMISILI BAGI SPDN INDONESIA DALAM RANGKA PENERAPAN P3B INTER TAX & TP
NOMOR 04 2020 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ADMINISTRASI NPWP, SERT-EL, DAN PKP OP & BADAN
PENANGANAN PERMINTAAN PELAKSANAAN PROSEDUR PERSETUJUAN BERSAMA DAN PENYELESAIAN TINDAK LANJUT
PERSETUJUAN BERSAMA
TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI KESEPAKATAN HARGA TRANSFER (ADVANCE PRICING
AGREEMENT)
TATA CARA PENGAJUAN DAN PENERBITAN KEPUTUSAN MENGENAI PENGGUNAAN NILAI BUKU ATAS PENGALIHAN DAN
NOMOR 03 2021 BADAN
PEROLEHAN HARTA DALAM RANGKA PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PEMEKARAN, ATAU PENGAMBILALIHAN USAHA
NOMOR 21 2021 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-03/PJ/2021 BADAN
BENTUK DAN TATA CARA PEMBUATAN BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN UNIFIKASI SERTA BENTUK, ISI, TATA CARA
NOMOR 24 2021 WHT
PENGISIAN, DAN PENYAMPAIAN SPT MASA PAJAK PENGHASILAN UNIFIKASI
BADAN ATAU LEMBAGA YANG DIBENTUK ATAU DISAHKAN OLEH PEMERINTAH YANG DITETAPKAN SEBAGAI PENERIMA ZAKAT
NOMOR 04 2022 BADAN
ATAU SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG SIFATNYA WAJIB YANG DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPh PASAL 23 ATAS PENGHASILAN ROYALTI
NOMOR 01 2023 WHT
YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WP OP YANG MENERAPKAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN MENGGUNAKAN NPPN
NOMOR 03 2023 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2022 BADAN
NOMOR 05 2023 PERCEPATAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK OP
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (KEP-DIRJEN)

NOMOR 50 1994 PENUNJUKAN WP OP DN TERTENTU SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 23 WHT
NOMOR 537 2000 PENGHITUNGAN BESARNYA ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN PAJAK BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU OP & BADAN
NOMOR 316 2002 PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGELUARAN/BIAYA PEROLEHAN PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) KOMPUTER BADAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (SE)

NOMOR 27 1986 BIAYA "ENTERTAINMENT" DAN SEJENISNYA BADAN
PETUNJUK PELAKSANAAN KMK NOMOR 433/KMK.04/1994 TENTANG NORMA PENGHASILAN KENA PAJAK BAGI TENAGA ASING
NOMOR 17 1994 WHT
PADA DRILLING COMPANY
NOMOR 25 1995 PEMOTONGAN PPh PASAL 26 ATAS PEMBAYARAN PREMI ASURANSI KE LUAR NEGERI (SERI PPh PASAL 23/26 NOMOR 5) WHT
NOMOR 38 1995 PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH BADAN
PERLAKUAN BIAYA BUNGA YANG DIBAYAR ATAU TERUTANG DALAM HAL WP MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN
NOMOR 46 1995 BADAN
BERUPA BUNGA DEPOSITO ATAU TABUNGAN LAINNYA
NOMOR 29 1996 PPh TERHADAP WAJIB PAJAK PERUSAHAAN PELAYARAN DALAM NEGERI WHT
NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS PENGHASILAN NETO BAGI WAJIB PAJAK YANG BERGERAK DI BIDANG USAHA PELAYARAN
NOMOR 32 1996 WHT
DAN/ATAU PENERBANGAN LUAR NEGERI
NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS PENGHASILAN NETO BAGI WAJIB PAJAK YANG BERGERAK DIBIDANG USAHA PENERBANGAN
NOMOR 35 1996 WHT
DALAM NEGERI
NOMOR 40 1996 PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA ATAU DISKONTO OBLIGASI YANG DIJUAL DI BURSA EFEK WHT
NOMOR 02 2003 PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 543/KMK.03/2002 BADAN
NOMOR 53 2009 JUMLAH BRUTO SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 23 AYAT (1) HURUF C ANGKA 2 UU PPh & PERUBAHANNYA WHT
PENGERTIAN SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA, JASA TEKNIK, JASA MANAJEMEN,
NOMOR 35 2010 WHT
DAN JASA KONSULTAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 23 AYAT (1) HURUF C UU PPh DAN PERUBAHANNYA
PELAKSANAAN PPh YANG BERSIFAT FINAL ATAS PENGHASILAN DARI PHTB YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG
NOMOR 30 2013 WHT
USAHA POKOKNYA MELAKUKAN PHTB DAN PENENTUAN JUMLAH BRUTO NILAI PHTB OLEH WP YANG MELAKUKAN PHTB
NOMOR 50 2013 PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA INTER TAX & TP
PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS IMBALAN YANG DITERIMA OLEH PEMBELI SEHUBUNGAN DENGAN KONDISI TERTENTU DALAM
NOMOR 24 2018 WHT
TRANSAKSI JUAL BELI
NOMOR 52 2021 PETUNJUK UMUM INTERPRETASI DAN PENERAPAN KETENTUAN DALAM PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA INTER TAX & TP
NOMOR 07 2023 PETUNJUK PELAKSANAAN PERCEPATAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK OP
NOMOR 10 2023 PENYEMPURNAAN ATAS PETUNJUK PELAKSANAAN PERCEPATAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK OP
PPh PASAL
4 AYAT (2)
NOMOR JENIS PENGHASILAN TARIF DASAR PENGHITUNGAN DASAR HUKUM TENTANG SIFAT
BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA
A. ATAS BUNGA DARI DEPOSITO DALAM MATA UANG DOLAR AMERIKA SERIKAT YANG DANANYA BERSUMBER
DARI DEVISA HASIL EKSPOR (DHE) DAN DITEMPATKAN DI DALAM NEGERI PADA BANK YANG DIDIRIKAN ATAU
BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA ATAU CABANG BANK LUAR NEGERI DI INDONESIA *PERUBAHAN ATAS
PERATURAN
JANGKA WAKTU 1 BULAN 10.00% JUMLAH BRUTO PEMERINTAH
JANGKA WAKTU 3 BULAN 7,5% JUMLAH BRUTO NOMOR 131 TAHUN
JANGKA WAKTU 6 BULAN 2,5% JUMLAH BRUTO 2000 TENTANG PPh
JANGKA WAKTU >6 BULAN 0.00% JUMLAH BRUTO ATAS BUNGA
DEPOSITO DAN
TABUNGAN SERTA
B. ATAS BUNGA DARI DEPOSITO DALAM MATA UANG RUPIAH YANG DANANYA BERSUMBER DARI DEVISA HASIL
DISKONTO
EKSPOR (DHE) DAN DITEMPATKAN DI DALAM NEGERI PADA BANK YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT *PP 123/2015
SERTIFIKAT BANK
KEDUDUKAN DI INDONESIA ATAU CABANG BANK LUAR NEGERI DI INDONESIA **PMK 212/2018
INDONESIA
JANGKA WAKTU 1 BULAN 7,5% JUMLAH BRUTO **PEMOTONGAN
JANGKA WAKTU 3 BULAN 5.00% JUMLAH BRUTO PPh ATAS BUNGA
JANGKA WAKTU >=6 BULAN 0.00% JUMLAH BRUTO DEPOSITO DAN
TABUNGAN SERTA
C. ATAS BUNGA DARI TABUNGAN DAN DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI), SERTA BUNGA DARI DISKONTO
DEPOSITO SELAIN DARI DEPOSITO SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM HURUF A DAN HURUF B SERTIFIKAT BANK
1 INDONESIA FINAL
WP DN & BUT 20.00% JUMLAH BRUTO
WP LN 20%* JUMLAH BRUTO
*ATAU TARIF BERDASARKAN P3B YANG BERLAKU
PENGECUALIAN
A. BUNGA DARI DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA SEPANJANG JUMLAH
*PPh ATAS BUNGA
DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA SERTIFIKAT BANK INDONESIA TERSEBUT TIDAK MELEBIH RP7.500.000,00 DAN
DEPOSITO DAN
BUKAN MERUPAKAN JUMLAH YANG DIPECAH-PECAH
TABUNGAN SERTA
DISKONTO
B. BUNGA DAN DISKONTO YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH BANK YANG DIDIRIKAN DI INDONESIA ATAU SERTIFIKAT BANK
CABANG BANK LUAR NEGERI DI INDONESIA INDONESIA
C. BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA YANG DITERIMA ATAU *PP 131/2000 S.T.D.T.D PP 123/2015
DIPEROLEH DANA PENSIUN YANG PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN OLEH MENTERI KEUANGAN SEPANJANG **PMK 212/2018 **PEMOTONGAN
DANANYA DIPEROLEH DARI SUMBER PENDAPATAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 29 UNDANG- PPh ATAS BUNGA
UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DEPOSITO DAN
TABUNGAN SERTA
D. BUNGA TABUNGAN PADA BANK YANG DITUNJUK PEMERINTAH DALAM RANGKA PEMILIKAN RUMAH DISKONTO
SEDERHANA DAN SANGAT SEDERHANA, KAVELING SIAP BANGUN UNTUK RUMAH SEDERHANA DAN SANGAT SERTIFIKAT BANK
SEDERHANA, KAVELING SIAP BANGUN UNTUK RUMAH SEDERHANA DAN SANGAT SEDERHANA, ATAU RUMAH INDONESIA
SUSUN SEDERHANA SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG BERLAKU, UNTUK DIHUNI SENDIRI
BUNGA OBLIGASI YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WPDN DAN BUT

JUMLAH BRUTO SESUAI MASA
A. BUNGA DARI OBLIGASI DENGAN KUPON (INTEREST BEARING BOND)
KEPEMILIKAN OBLIGASI
*PPh ATAS
SELISIH LEBIH HARGA JUAL
PENGHASILAN
ATAU NILAI NOMINAL DI ATAS
BERUPA BUNGA
HARGA PEROLEHAN OBLIGASI,
B. DISKONTO DARI OBLIGASI DENGAN KUPON OBLIGASI YANG
2 TIDAK TERMASUK BUNGA FINAL
10.00% *PP 91/2021 DITERIMA ATAU
BERJALAN
DIPEROLEH WPDN
DAN BUT
SELISIH LEBIH HARGA JUAL

ATAU NILAI NOMINAL DI ATAS
C. DISKONTO DARI OBLIGASI TANPA BUNGA (ZERO-COUPON BOND)
HARGA PEROLEHAN OBLIGASI
DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA (SPN)
SELISIH LEBIH ANTARA:

NILAI NOMINAL PADA SAAT
JATUH TEMPO DENGAN
A. WAJIB PAJAK DALAM NEGERI DAN BENTUK USAHA TETAP (BUT)
HARGA PEROLEHAN DI PASAR
PERDANA ATAU DI PASAR
*PAJAK
SEKUNDER
PENGHASILAN ATAS
3 FINAL
20.00% *PP 27/2008 DISKONTO SURAT
ATAU
PERBENDAHARAAN
NEGARA
HARGA JUAL DI PASAR
SEKUNDER DENGAN HARGA
B.. WAJIB PAJAK PENDUDUK/BERKEDUDUKAN DI LUAR NEGERI
PEROLEHAN DI PASAR
PERDANA ATAU DI PASAR
SEKUNDER
BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI
*PPh ATAS BUNGA
SIMPANAN YANG
DIBAYARKAN OLEH
A. PENGHASILAN BERUPA BUNGA SIMPANAN <= Rp 240.000,00 PER BULAN 0.00% KOPERASI KEPADA
ANGGOTA KOPERASI
ORANG PRIBADI
4 **TATA CARA FINAL

*PP 15/2009
JUMLAH BRUTO PEMOTONGAN,
**PMK 112/2010
PENYETORAN, DAN
PELAPORAN PPh
ATAS BUNGA
SIMPANAN YANG
B. PENGHASILAN BERUPA BUNGA SIMPANAN > Rp 240.000,00 PER BULAN 10.00%
DIBAYARKAN OLEH
KOPERASI KEPADA
ANGGOTA KOPERASI
OP
*PPh ATAS HADIAH
UNDIAN
*PP 132/2000
HADIAH UNDIAN 25.00% JUMLAH BRUTO
**PER-11/2015 **PENGENAAN PPh
ATAS HADIAH DAN
5 FINAL
PENGHARGAAN
KECUALI: HADIAH LANGSUNG DALAM PENJUALAN BARANG ATAU JASA SEPANJANG DIBERIKAN KEPADA SEMUA
PEMBELI ATAU KONSUMEN AKHIR TANPA DIUNDI DAN HADIAH TERSEBUT DITERIMA LANGSUNG OLEH
KONSUMEN AKHIR PADA SAAT PEMBELIAN BARANG ATAU JASA
TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM

A. TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK *PPh ATAS
JUMLAH BRUTO NILAI PENGHASILAN DARI
UMUM 0,1%
TRANSAKSI TRANSAKSI
PENJUALAN SAHAM
*PP 41/1994 DI BURSA EFEK FINAL
**PP 14/1997
**PERUBAHAN ATAS
PERATURAN
PEMERINTAH
NOMOR 41 TAHUN
6 1994
*PPh ATAS
PENGHASILAN DARI
TRANSAKSI
JUMLAH BRUTO NILAI PENJUALAN SAHAM
0,1% TRANSAKSI *PP 41/1994 DI BURSA EFEK FINAL
DITAMBAH **PP 14/1997
PEMILIK SAHAM PENDIRI HARGA SAHAM PADA SAAT **PERUBAHAN ATAS
0,5% PENAWARAN UMUM PERATURAN
PERDANA (IPO) PEMERINTAH
NOMOR 41 TAHUN
6 B. TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM ATAU PENGALIHAN PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN PASANGAN 1994
USAHANYA OLEH PERUSAHAAN MODAL VENTURA PPh ATAS
PENGHASILAN
PERUSAHAAN
JUMLAH BRUTO NILAI MODAL VENTURA
TRANSAKSI DARI TRANSAKSI
SYARAT PERUSAHAAN PASANGAN USAHA:
ATAU *PP 04/1995 PENJUALAN SAHAM FINAL
A. MERUPAKAN PERUSAHAAN KECIL, MENENGAH, ATAU YANG MELAKUKAN KEGIATAN DALAM SEKTOR-SEKTOR
0,1% JUMLAH BRUTO PENGALIHAN ATAU PENGALIHAN
USAHA YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN
PENYERTAAN MODAL PENYERTAAN MODAL
B. SAHAMNYA TIDAK DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK DI INDONESIA
PADA PERUSAHAAN
PASANGAN
USAHANYA
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN, DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
A. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN SELAIN PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN BERUPA RUMAH SEDERHANA ATAU RUMAH SUSUN SEDERHANA YANG DILAKUKAN OLEH WAJIB 2,5% JUMLAH BRUTO
PAJAK YANG USAHA POKOKNYA MELAKUKAN PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN *PPh ATAS
PENGHASILAN DARI
PENGALIHAN HAK
B. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
ATAS TANAH
BANGUNAN BERUPA RUMAH SEDERHANA DAN RUMAH SUSUN SEDERHANA YANG
DAN/ATAU
7 DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK YANG USAHA POKOKNYA MELAKUKAN PENGALIHAN HAK ATAS 1.00% JUMLAH BRUTO FINAL
BANGUNAN, DAN
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN *PP 34/2016
PERJANJIAN
PENGIKATAN JUAL
BELI ATAS TANAH
C. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN KEPADA PEMERINTAH, BUMN YANG MENDAPAT DAN/ATAU
PENUGASAN KHUSUS DARI PEMERINTAH, ATAU BUMND YANG MENDAPAT PENUGASAN KHUSUS DARI KEPALA BANGUNAN BESERTA
DAERAH, SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR MENGENAI PENGADAAN 0.00% JUMLAH BRUTO PERUBAHANNYA
TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM.
USAHA JASA KONSTRUKSI

A. PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG DILAKUKAN OLEH PENYEDIA JASA YANG MEMILIKI SERTIFIKAT BADAN USAHA
KUALIFIKASI KECIL ATAU SERTIFIKAT KOMPETENSI KERJA UNTUK USAHA ORANG PERSEORANGAN 1,75%
B. PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG DILAKUKAN OLEH PENYEDIA JASA YANG TIDAK MEMILIKI SERTIFIKAT BADAN
4.00%
USAHA ATAU SERTIFIKAT KOMPETENSI KERJA UNTUK USAHA ORANG PERSEORANGAN
*PAJAK
C. PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG DILAKUKAN OLEH PENYEDIA JASA SELAIN PENYEDIA JASA SEBAGAIMANA PENGHASILAN ATAS
DIMAKSUD DALAM HURUF A DAN HURUF B 2,65% PENGHASILAN DARI
JUMLAH USAHA JASA
PEMBAYARAN/PENERIMAAN KONSTRUKSI
8 PEMBAYARAN YANG *PP 51/2008 S.T.D.T.D PP 09/2022 FINAL
D. PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI YANG DILAKUKAN OLEH PENYEDIA JASA YANG MEMILIKI SERTIFIKAT
2,65% MERUPAKAN BAGIAN DARI **PP 09/2022 **PERUBAHAN
BADAN USAHA
NILAI KONTRAK JASA KEDUA ATAS
KONSTRUKSI PERATURAN
E. PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI YANG DILAKUKAN OLEH PENYEDIA JASA YANG TIDAK MEMILIKI PEMERINTAH
4.00%
SERTIFIKAT BADAN USAHA NOMOR 51 TAHUN
2008
F. JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI YANG DILAKUKAN OLEH PENYEDIA JASA YANG MEMILIKI SERTIFIKAT BADAN
USAHA ATAU SERTIFIKAT KOMPETENSI KERJA UNTUK USAHA ORANG PERSEORANGAN 3,5%
G. JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI YANG DILAKUKAN OLEH PENYEDIA JASA YANG TIDAK MEMILIKI SERTIFIKAT
6.00%
BADAN USAHA ATAU SERTIFIKAT KOMPETENSI KERJA UNTUK USAHA ORANG PERSEORANGAN
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BAIK SEBAGIAN MAUPUN SELURUH BANGUNAN
YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH OP ATAU BADAN, TERMASUK:
JUMLAH BRUTO (TERMASUK
A. PENGHASILAN ATAS PEMBAYARAN BERKALA SELAMA MASA PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH;
BIAYA PERAWATAN, BIAYA
B. PENGHASILAN DALAM BENTUK BANGUNAN YANG DISERAHKAN SEBELUM PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH
PEMELIHARAAN, BIAYA PPh ATAS
BERAKHIR;
KEAMANAN, BIAYA LAYANAN, PENGHASILAN DARI
9 C. PENGHASILAN DALAM BENTUK BANGUNAN YANG DISERAHKAN ATAU SEHARUSNYA DISERAHKAN PADA SAAT FINAL
10.00% DAN BIAYA FASILITAS *PP 34/2017 PERSEWAAN TANAH
PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH BERAKHIR; DAN/ATAU
LAINNYA, BAIK YANG DAN/ATAU
D. PENGHASILAN LAIN TERKAIT PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH, TERMASUK PEMBAYARAN TERKAIT BAGI HASIL
PERJANJIANNYA DIBUAT BANGUNAN
PENGGUNAAN BANGUNAN DAN DENDA PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH.
SECARA TERPISAH MAUPUN
YANG DISATUKAN)
PENGECUALIAN
*PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI JASA PELAYANAN PENGINAPAN BESERTA AKOMODASINYA
PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP PERUSAHAAN

PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP PERUSAHAAN TERHADAP:
A. SELURUH AKTIVA TETAP BERWUJUD, TERMASUK TANAH YANG BERSTATUS HAK MILIK ATAU HAK GUNA SELISIH LEBIH PENILAIAN *PENILAIAN KEMBALI
10 BANGUNAN KEMBALI AKTIVA TETAP AKTIVA TETAP FINAL
10.00% *PMK 79/2008
B. SELURUH AKTIVA TETAP BERWUJUD TIDAK TERMASUK TANAH PERUSAHAAN DI ATAS NILAI PERUSAHAAN UNTUK
YANG TERLETAK ATAU BERADA DI INDONESIA, DIMILIKI, DAN DIPERGUNAKAN UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, SISA BUKU FISKAL SEMULA TUJUAN PERPAJAKAN
DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG MERUPAKAN OBJEK PAJAK
DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WP OP DN
*PPh ATAS DIVIDEN
YANG DITERIMA
ATAU DIPEROLEH FINAL
A. TIDAK DIINVESTASIKAN DI WILAYAH NKRI SESUAI KETENTUAN PMK 18/2021 10.00% NILAI DIVIDEN *PP 19/2009
WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI DALAM
NEGERI
*PELAKSANAAN
11 UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN
2020 TENTANG CIPTA
KERJA DI BIDANG
*PMK 18/2021 PPh, PPN DAN PPN
B. DIINVESTASIKAN DI WILAYAH NKRI SESUAI KETENTUAN PMK 18/2021 DIKECUALIKAN DARI OBJEK PPh -
**PP 55/2022 BM, SERTA KUP
**PENYESUAIAN
PENGATURAN DI
BIDANG PAJAK
PENGHASILAN
KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI
*PERLAKUAN
PERPAJAKAN PADA
KEGIATAN USAHA
1. PENGHASILAN LAIN KONTRAKTOR BERUPA UPLIFT ATAU IMBALAN LAIN YANG SEJENIS 20.00% HULU MINYAK DAN
GAS BUMI DENGAN
KONTRAK BAGI HASIL
GROSS SPLIT
12 *PP 53/2017 FINAL
JUMLAH BRUTO
**PP 93/2021 **PERLAKUAN PAJAK
PENGHASILAN ATAS
PENGALIHAN
PARTISIPASI INTERES
PADA KEGIATAN
USAHA HULU
MINYAK DAN GAS
BUMI
*PERLAKUAN
PERPAJAKAN PADA
KEGIATAN USAHA
1. PENGHASILAN LAIN KONTRAKTOR BERUPA UPLIFT ATAU IMBALAN LAIN YANG SEJENIS 20.00% HULU MINYAK DAN
GAS BUMI DENGAN
KONTRAK BAGI HASIL
GROSS SPLIT
12 *PP 53/2017 FINAL
JUMLAH BRUTO
**PP 93/2021 **PERLAKUAN PAJAK
2. PENGHASILAN KONTRAKTOR DARI PENGALIHAN PARTISIPASI INTERES (PARTICIPATING INTEREST) PENGHASILAN ATAS
PENGALIHAN
A. PENGALIHAN PARTISIPASI INTERES (PARTICIPATING INTEREST) SELAMA MASA EKSPLORASI 5.00% PARTISIPASI INTERES
PADA KEGIATAN
USAHA HULU
B. PENGALIHAN PARTISIPASI INTERES (PARTICIPATING INTEREST) SELAMA MASA EKSPLOITASI 7.00% MINYAK DAN GAS
BUMI
PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WP DENGAN PEREDARAN BRUTO TERTENTU
WAJIB PAJAK DALAM NEGERI YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU MERUPAKAN:
A. WP OP; DAN
B. WP BADAN BERBENTUK KOPERASI, PERSEKUTUAN KOMANDITER, FIRMA, PERSEROAN TERBATAS, ATAU BADAN
USAHA MILIK DESA/BADAN USAHA MILIK DESA BERSAMA,
YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN DENGAN PEREDARAN BRUTO TIDAK >RP4.800.000.000,00
DALAM 1 (SATU) TAHUN PAJAK
*PENYESUAIAN
13 PENGATURAN DI FINAL
PENGECUALIAN 0,5% PEREDARAN BRUTO *PP 55/2022
BIDANG PAJAK
A. PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DARI JASA SEHUBUNGAN PENGHASILAN
DENGAN PEKERJAAN BEBAS
B. PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH DI LUAR NEGERI YANG PAJAKNYA TERUTANG ATAU TELAH
DIBAYAR DI LUAR NEGERI
C. PENGHASILAN YANG TELAH DIKENAI PPh YANG BERSIFAT FINAL DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN PERPAJAKAN TERSENDIRI
D. PENGHASILAN YANG DIKECUALIKAN SEBAGAI OBJEK PAJAK
PPh PASAL
15
PERUSAHAAN PELAYARAN DALAM NEGERI
*NORMA
PENGHITUNGAN
KHUSUS
PENGHASILAN DARI PENGANGKUTAN ORANG DAN/ATAU BARANG YANG DIPEROLEH WP PERUSAHAAN PELAYARAN
1 PENGHASILAN NETO FINAL
DALAM NEGERI 1,2% PEREDARAN BRUTO *KMK 416/1996
BAGI WP
PERUSAHAAN
PELAYARAN DALAM
NEGERI
PERUSAHAAN PELAYARAN DAN/ATAU PENERBANGAN LUAR NEGERI
*NORMA
PENGHITUNGAN
KHUSUS
PENGHASILAN NETO
2 PENGHASILAN DARI PENGANGKUTAN ORANG DAN/ATAU BARANG YANG DIPEROLEH WP PERUSAHAAN PELAYARAN BAGI WP FINAL
2,64% PEREDARAN BRUTO *KMK 417/1996
DAN/ATAU PENERBANGAN LUAR NEGERI PERUSAHAAN
PELAYARAN
DAN/ATAU
PENERBANGAN LUAR
NEGERI
PERUSAHAAN PENERBANGAN DALAM NEGERI
*NORMA
PENGHITUNGAN
KHUSUS
3 PENGHASILAN DARI PENGANGKUTAN ORANG DAN/ATAU BARANG YANG DIPEROLEH WP PERUSAHAAN PENGHASILAN NETO TIDAK FINAL
1,8% PEREDARAN BRUTO *KMK 475/1996
PENERBANGAN DALAM NEGERI, BERDASARKAN PERJANJIAN CHARTER BAGI WAJIB PAJAK
PERUSAHAAN
PENERBANGAN
DALAM NEGERI
WAJIB PAJAK LUAR NEGERI YANG MEMPUNYAI KANTOR PERWAKILAN DAGANG DI INDONESIA
*NORMA
PENGHITUNGAN
KHUSUS
SEMUA NILAI PENGGANTI ATAU IMBALAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WP LN YANG MEMPUNYAI KANTOR PENGHASILAN NETO
4 PERWAKILAN DAGANG DI INDONESIA DARI PENYERAHAN BARANG KEPADA OP ATAU BADAN YANG BERADA ATAU BAGI WP LN YANG FINAL
0,44% NILAI EKSPOR BRUTO *KMK 634/1994
BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA MEMPUNYAI
KANTOR
PERWAKILAN
DAGANG DI
INDONESIA
PIHAK-PIHAK YANG MELAKUKAN KERJASAMA DALAM BENTUK PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH ("BUILT
OPERATE AND TRANSFER")
*PERLAKUAN PAJAK
PENGHASILAN
TERHADAP PIHAK-
FINAL (OP)
PIHAK YANG
5 BANGUNAN YANG DISERAHKAN OLEH INVESTOR KEPADA PEMEGANG HAK ATAS TANAH SETELAH MASA JUMLAH BRUTO (NILAI MELAKUKAN
TIDAK FINAL
PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH BERAKHIR 5.00% TERTINGGI ANTARA NILAI *KMK 248/1995 KERJASAMA DALAM
(BADAN)
PASAR VS NS.T.D.T.DP) BENTUK PERJANJIAN
BANGUN GUNA
SERAH ("BUILT
OPERATE AND
TRANSFER")
WP YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA JASA MAKLON (CONTRACT MANUFACTURING) INTERNASIONAL DI
BIDANG PRODUKSI MAINAN ANAK-ANAK
*NORMA
PENGHITUNGAN
KHUSUS
PENGHASILAN NETO
JUMLAH SELURUH BIAYA DAN CARA
PEMBUATAN ATAU PEMBAYARAN PPh
IMBALAN JASA MAKLON INTERNASIONAL YANG DITERIMA/DIPEROLEH WAJIB PAJAK
PERAKITAN BARANG TIDAK BAGI WP YANG FINAL
2.10% TERMASUK BIAYA *KMK 543/2002 MELAKUKAN
*TARIF BERLAKU BILA WP TIDAK MENGADAKAN ADVANCE PRICING AGREEMENT DENGAN DJP
PEMAKAIAN BAHAN BAKU KEGIATAN USAHA
(DIRECT MATERIALS) JASA MAKLON
(CONTRACT
MANUFACTURING)
INTERNASIONAL DI
BIDANG PRODUKSI
6 MAINAN ANAK-ANAK
PPh PASAL
21
PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATAN OP
1
DIATUR LEBIH RINCI PADA SHEET TEKNIS PPh 21 BERDASARKAN PMK 252/2008 &PER-16/2016
PENGHASILAN YANG MENJADI BEBAN APBN ATAU APBD
TIDAK FINAL
PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN YANG MENJADI BEBAN APBN ATAU APBD MELIPUTI
PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR BAGI:
A. PEJABAT NEGARA, UNTUK:
*TARIF PEMOTONGAN
1) GAJI DAN TUNJANGAN LAIN YANG SIFATNYA TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN; ATAU DAN PENGENAAN PPh
2) IMBALAN TETAP SEJENISNYA TARIF PASAL 21 ATAS TIDAK FINAL
YANG DITETAPKAN BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PASAL 17 PENGHASILAN KENA PAJAK PENGHASILAN YANG
B. PNS, ANGGOTA TNI, DAN ANGGOTA POLRI, UNTUK GAJI DAN TUNJANGAN LAIN YANG SIFATNYA TETAP DAN UU PPh MENJADI BEBAN APBN
TERATUR SETIAP BULAN YANG DITETAPKAN BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ATAU APBD
C. PENSIUNAN, UNTUK UANG PENSIUN DAN TUNJANGAN LAIN YANG SIFATNYA TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN *PP 80/2010
2 **TATA CARA
YANG DITETAPKAN BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN **PMK 262/2010 PEMOTONGAN PPh
*TARIF LEBIH TINGGI 20% JIKA TIDAK BERNPWP PASAL 21 BAGI PEJABAT
NEGARA, PNS,
PENGHASILAN LAIN BERUPA HONORARIUM ATAU IMBALAN LAIN DENGAN NAMA APAPUN YANG MENJADI ANGGOTA TNI,
BEBAN APBN ATAU APBD ANGGOTA POLRI, DAN
PENSIUNANNYA ATAS
A. HONORARIUM ATAU IMBALAN LAIN BAGI PNS GOLONGAN I DAN GOLONGAN II, ANGGOTA TNI DAN ANGGOTA PENGHASILAN YANG
0.00%
POLRI GOLONGAN PANGKAT TAMTAMA DAN BINTARA, DAN PENSIUNANNYA MENJADI BEBAN APBN
FINAL
B. HONORARIUM ATAU IMBALAN LAIN BAGI PNS GOLONGAN III, ANGGOTA TNI DAN ANGGOTA POLRI GOLONGAN ATAU APBD
5.00% JUMLAH BRUTO
PANGKAT PERWIRA PERTAMA, DAN PENSIUNANNYA
C. HONORARIUM ATAU IMBALAN LAIN BAGI PEJABAT NEGARA, PNS GOLONGAN IV, ANGGOTA TNI DAN ANGGOTA
15.00%
POLRI GOLONGAN PANGKAT PERWIRA MENENGAH DAN PERWIRA TINGGI, DAN PENSIUNANNYA
UANG PESANGON, UANG MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN HARI TUA, DAN JAMINAN HARI TUA YANG
DIBAYARKAN SEKALIGUS *TARIF PPh PASAL 21 ATAS
PENGHASILAN BERUPA UANG
UANG PESANGON PESANGON, UANG MANFAAT
PENSIUN, THT, DAN JHT YANG
0 - Rp 50.000.000 0.00% DIBAYARKAN SEKALIGUS
>Rp 50.000.000 - Rp 100.000.000 5.00%
**TATA CARA PEMOTONGAN PPh
3 >Rp 100.000.000 - Rp 500.000.000 15.00% PASAL 21 ATAS PENGHASILAN TIDAK FINAL
*PP 68/2009 BERUPA UANG PESANGON, UANG
> Rp 500.000.000 25.00% PENGHASILAN BRUTO MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN
**PMK 16/2010 HARI TUA, DAN JAMINAN HARI
TUA YANG DIBAYARKAN
SEKALIGUS
UANG MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN HARI TUA, ATAU JAMINAN HARI TUA
0 - Rp 50.000.000 0.00%
> Rp 50.000.000 5.00%
PENGHASILAN DARI PEKERJAAN YANG DITERIMA TENAGA ASING YANG BEKERJA PADA WP BADAN DI BIDANG *NORMA PENGHITUNGAN
KHUSUS PENGHASILAN KENA
PENGEBORAN MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI
A. GENERAL MANAGER $ 11,275/BULAN PEKERJAAN YANG DITERIMA
TENAGA ASING YANG BEKERJA
4 B. MANAGER TARIF $ 9,350/BULAN PADA WP BADAN DI BIDANG TIDAK FINAL
*KMK 433/1994 PENGEBORAN MINYAK DAN GAS
C. RIG SPV/RIG SUPERINTENDENT ATAU TOOL PUSHER PASAL 17 $ 5,830/BULAN BUMI DI INDONESIA
**SE-17/1994
D. ASSISTANT RIG SPV/ASSISTANT RIG SUPERINTENDENT ATAU ASSISTANT TOOL PUSHER UU PPh $ 4,510/BULAN **PETUNJUK PELAKSANAAN KMK
NOMOR 433/KMK.04/1994
E. CREW LAINNYA $ 3,245/BULAN
PPh PASAL
22 *TANPA NPWP = TARIF 100% LEBIH TINGGI UNTUK TIDAK FINAL PMK 34/2017 S.T.D.T.D PMK 41/2022
NOMOR OBJEK PPh TARIF DASAR PENGHITUNGAN DASAR HUKUM TENTANG SIFAT
PEMBELIAN BARANG OLEH PEMUNGUT PAJAK (BENDAHARAWAN PEMERINTAH/KUASA PENGGUNA
ANGGARAN), DAN PEMBELIAN BARANG DAN/ATAU BAHAN-BAHAN UNTUK KEPERLUAN KEGIATAN USAHA OLEH
PEMUNGUT PAJAK (BUMN & SUB-HOLDINGNYA)
PENGECUALIAN
PEMBAYARAN YANG DILAKUKAN OLEH PEMUNGUT PAJAK BERKENAAN DENGAN:
1. PEMBAYARAN YANG DILAKUKAN OLEH PEMUNGUT PAJAK (BENDAHARAWAN PEMERINTAH/KUASA PENGGUNA
ANGGARAN) YANG JUMLAHNYA PALING BANYAK Rp 2.000.000,00 TIDAK TERMASUK PPN DAN BUKAN MERUPAKAN
PEMBAYARAN YANG DIPECAH DARI SUATU TRANSAKSI YANG NILAI SEBENARNYA LEBIH DARI Rp 2.000.000,00
2. PEMBAYARAN YANG DILAKUKAN OLEH PEMUNGUT PAJAK (BUMN & SUB-HOLDINGNYA) YANG JUMLAHNYA *PEMUNGUTAN PPh
PALING BANYAK RP 10.000.000,00 TIDAK TERMASUK PPN DAN BUKAN MERUPAKAN PEMBAYARAN YANG DIPECAH PASAL 22
DARI SUATU TRANSAKSI YANG NILAI SEBENARNYA LEBIH DARI RP 10.000.000,00 SEHUBUNGAN
DENGAN
3. PEMBAYARAN UNTUK:
PEMBAYARAN ATAS
A) PEMBELIAN BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR GAS, PELUMAS, BENDA-BENDA POS
PENYERAHAN
B) PEMAKAIAN AIR DAN LISTRIK BARANG DAN
1 4. PEMBAYARAN UNTUK PEMBELIAN MINYAK BUMI, GAS BUMI, DAN/ATAU PRODUK SAMPINGAN DARI KEGIATAN KEGIATAN DI BIDANG TIDAK FINAL
USAHA HULU DI BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI YANG DIHASILKAN DI INDONESIA DARI: HARGA PEMBELIAN (TIDAK *PMK 34/2017 S.T.D.T.D PMK 41/2022 IMPOR ATAU
A) KONTRAKTOR YANG MELAKUKAN EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI BERDASARKAN KONTRAK KERJA SAMA 1,5%
TERMASUK PPN) **PMK 41/2022 KEGIATAN USAHA DI
B) KANTOR PUSAT KONTRAKTOR YANG MELAKUKAN EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI BERDASARKAN KONTRAK BIDANG LAIN
KERJA SAMA
C) TRADING ARMS KONTRAKTOR YANG MELAKUKAN EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI BERDASARKAN KONTRAK **PERUBAHAN
KERJA SAMA KEDUA ATAS
5. PEMBAYARAN UNTUK PEMBELIAN PANAS BUMI ATAU LISTRIK HASIL PENGUSAHAAN PANAS BUMI DARI WAJIB PERATURAN
PAJAK YANG MENJALANKAN USAHA DI BIDANG USAHA PANAS BUMI BERDASARKAN KONTRAK KERJA SAMA MENTERI KEUANGAN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI NOMOR 34/PMK.
6. PEMBELIAN GABAH DAN/ATAU BERAS OLEH BENDAHARA PEMERINTAH (KUASA PENGGUNA ANGGARAN, 010/2017
PEJABAT PENERBIT SURAT PERINTAH MEMBAYAR YANG DIBERI DELEGASI OLEH KUASA PENGGUNA ANGGARAN,
ATAU BENDAHARA PENGELUARAN)
7. PEMBELIAN GABAH DAN/ATAU BERAS OLEH PERUSAHAAN UMUM BADAN URUSAN LOGISTIK (PERUM BULOG)
8. PEMBELIAN BAHAN PANGAN POKOK DALAM RANGKA MENJAGA KETERSEDIAAN PANGAN DAN STABILISASI
HARGA PANGAN OLEH PERUSAHAAN UMUM BADAN URUSAN LOGISTIK (PERUM BULOG) ATAU BUMN LAIN YANG
MENDAPATKAN PENUGASAN SESUAI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
IMPOR
A. BARANG TERTENTU SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM LAMPIRAN BAGIAN A DAN BARANG KIRIMAN
SAMPAI BATAS JUMLAH TERTENTU YANG DIKENAI BEA MASUK DENGAN TARIF PEMBEBANAN TUNGGAL SESUAI
10.00%
DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG KEPABEANAN, DENGAN ATAU TANPA
MENGGUNAKAN ANGKA PENGENAL IMPOR (API)
B. BARANG TERTENTU SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM LAMPIRAN BAGIAN B DENGAN ATAU TANPA
7,5% NILAI IMPOR (CIF + BM +
PUNGUTAN KEPABEANAN
C. BARANG BERUPA KEDELAI, GANDUM, DAN TEPUNG TERIGU SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM LAMPIRAN
0,5% LAINNYA)
BAGIAN C DENGAN MENGGUNAKAN ANGKA PENGENAL IMPOR (API)
D. BARANG SELAIN BARANG SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA HURUF A, HURUF B, DAN HURUF C YANG
2,5%
E. BARANG SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA HURUF C DAN HURUF D YANG TIDAK MENGGUNAKAN ANGKA
7,5%
PENGENAL IMPOR (API)
F. BARANG YANG TIDAK DIKUASAI 7,5% HARGA JUAL LELANG
PENGECUALIAN
A. IMPOR BARANG DAN/ATAU PENYERAHAN BARANG YANG BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TIDAK TERUTANG PPh.
B. IMPOR BARANG YANG DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK DAN/ATAU PPN BERUPA:
1. BARANG PERWAKILAN NEGARA ASING BESERTA PARA PEJABATNYA YANG BERTUGAS DI INDONESIA
BERDASARKAN ASAS TIMBAL BALIK
2. BARANG UNTUK KEPERLUAN BADAN INTERNASIONAL BESERTA PEJABATNYA YANG BERTUGAS DI INDONESIA
DAN TIDAK MEMEGANG PASPOR INDONESIA YANG DIAKUI DAN TERDAFTAR DALAM PERATURAN MENTERI
KEUANGAN YANG MENGATUR MENGENAI TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK DAN CUKAI ATAS
IMPOR BARANG UNTUK KEPERLUAN BADAN INTERNASIONAL BESERTA PARA PEJABATNYA YANG BERTUGAS DI
INDONESIA
3. BARANG KIRIMAN HADIAH/HIBAH UNTUK KEPERLUAN IBADAH UMUM, AMAL, SOSIAL, KEBUDAYAAN, ATAU
UNTUK KEPENTINGAN PENANGGULANGAN BENCANA
4. BARANG UNTUK KEPERLUAN MUSEUM, KEBUN BINATANG, KONSERVASI ALAM DAN TEMPAT LAIN SEMACAM
ITU YANG TERBUKA UNTUK UMUM
5. BARANG UNTUK KEPERLUAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
6. BARANG UNTUK KEPERLUAN KHUSUS KAUM TUNANETRA DAN PENYANDANG CACAT LAINNYA
7. PETI ATAU KEMASAN LAIN YANG BERISI JENAZAH ATAU ABU JENAZAH
*PEMUNGUTAN PPh
8. BARANG PINDAHAN PASAL 22
SEHUBUNGAN
DENGAN
PEMBAYARAN ATAS
PENYERAHAN
BARANG DAN
KEGIATAN DI BIDANG
2 *PMK 34/2017 S.T.D.T.D PMK 41/2022 IMPOR ATAU
TIDAK FINAL
**PMK 41/2022 KEGIATAN USAHA DI
BIDANG LAIN
*PEMUNGUTAN PPh
PASAL 22
9. BARANG PRIBADI PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN BARANG KIRIMAN SEHUBUNGAN
SAMPAI BATAS JUMLAH TERTENTU SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN KEPABEANAN DENGAN
10. BARANG YANG DIIMPOR OLEH PEMERINTAH PUSAT ATAU PEMERINTAH DAERAH YANG DITUJUKAN UNTUK PEMBAYARAN ATAS
KEPENTINGAN UMUM PENYERAHAN
11. PERSENJATAAN, AMUNISI, DAN PERLENGKAPAN MILITER, TERMASUK SUKU CADANG YANG DIPERUNTUKKAN BARANG DAN
BAGI KEPERLUAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA KEGIATAN DI BIDANG
2 12. BARANG DAN BAHAN YANG DIPERGUNAKAN UNTUK MENGHASILKAN BARANG BAGI KEPERLUAN *PMK 34/2017 S.T.D.T.D PMK 41/2022 IMPOR ATAU
TIDAK FINAL
PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA **PMK 41/2022 KEGIATAN USAHA DI
13. VAKSIN POLIO DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN) BIDANG LAIN
14. BUKU ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI, BUKU PELAJARAN UMUM, KITAB SUCI, BUKU PELAJARAN
AGAMA, DAN BUKU ILMU PENGETAHUAN LAINNYA **PERUBAHAN
15. KAPAL LAUT, KAPAL ANGKUTAN SUNGAI, KAPAL ANGKUTAN DANAU DAN KAPAL ANGKUTAN KEDUA ATAS
PENYEBERANGAN, KAPAL PANDU, KAPAL TUNDA, KAPAL PENANGKAP IKAN, KAPAL TONGKANG, DAN SUKU PERATURAN
CADANGNYA, SERTA ALAT KESELAMATAN PELAYARAN DAN ALAT KESELAMATAN MANUSIA YANG DIIMPOR DAN MENTERI KEUANGAN
DIGUNAKAN OLEH PERUSAHAAN PELAYARAN NIAGA NASIONAL ATAU PERUSAHAAN PENANGKAPAN IKAN NOMOR 34/PMK.
NASIONAL, PERUSAHAAN PENYELENGGARA JASA KEPELABUHAN NASIONAL ATAU PERUSAHAAN PENYELENGGARA 010/2017
JASA ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN NASIONAL, SESUAI DENGAN KEGIATAN USAHANYA
16. PESAWAT UDARA DAN SUKU CADANGNYA SERTA ALAT KESELAMATAN PENERBANGAN DAN ALAT
KESELAMATAN MANUSIA, PERALATAN UNTUK PERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN YANG DIIMPOR DAN DIGUNAKAN
OLEH PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA NIAGA NASIONAL, DAN SUKU CADANGNYA, SERTA PERALATAN UNTUK
PERBAIKAN ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT UDARA YANG DIIMPOR OLEH PIHAK YANG DITUNJUK OLEH
PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA NIAGA NASIONAL YANG DIGUNAKAN DALAM RANGKA PEMBERIAN JASA
PERAWATAN DAN REPARASI PESAWAT UDARA KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA NIAGA NASIONAL
17. KERETA API DAN SUKU CADANGNYA SERTA PERALATAN UNTUK PERBAIKAN ATAU PEMELIHARAAN SERTA
PRASARANA PERKERETAAPIAN YANG DIIMPOR DAN DIGUNAKAN OLEH BADAN USAHA PENYELENGGARA SARANA
PERKERETAAPIAN UMUM DAN/ATAU BADAN USAHA PENYELENGGARA PRASARANA PERKERETAAPIAN UMUM, DAN
KOMPONEN ATAU BAHAN YANG DIIMPOR OLEH PIHAK YANG DITUNJUK OLEH BADAN USAHA PENYELENGGARA
SARANA PERKERETAAPIAN UMUM DAN/ATAU BADAN USAHA PENYELENGGARA PRASARANA PERKERETAAPIAN
UMUM YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMBUATAN KERETA API, SUKU CADANG, PERALATAN UNTUK PERBAIKAN ATAU
PEMELIHARAAN, SERTA PRASARANA PERKERETAAPIAN YANG AKAN DIGUNAKAN OLEH BADAN USAHA
PENYELENGGARA SARANA PERKERETAAPIAN UMUM DAN/ATAU BADAN USAHA PENYELENGGARA PRASARANA
PERKERETAAPIAN UMUM
18. PERALATAN BERIKUT SUKU CADANGNYA YANG DIGUNAKAN OLEH KEMENTERIAN PERTAHANAN ATAU
TENTARA NASIONAL INDONESIA UNTUK PENYEDIAAN DATA BATASDAN FOTO UDARA WILAYAH NEGARA REPUBLIK
INDONESIA YANG DILAKUKAN UNTUKMENDUKUNG PERTAHANAN NASIONAL, YANG DIIMPOR OLEH
KEMENTERIANPERTAHANAN, TENTARA NASIONAL INDONESIA ATAU PIHAK YANG DITUNJUK OLEHKEMENTERIAN
PERTAHANAN ATAU TENTARA NASIONAL INDONESIA
19. BARANG UNTUK KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS BUMI YANG IMPORTASINYA DILAKUKAN OLEH
KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA
20. BARANG UNTUK KEGIATAN USAHA PANAS BUMI
C. IMPOR SEMENTARA, JIKA PADA WAKTU IMPORNYA NYATA-NYATA DIMAKSUDKAN UNTUK DIEKSPOR KEMBALI.
D. IMPOR KEMBALI (RE-IMPOR), YANG MELIPUTI BARANG-BARANG YANG TELAH DIEKSPOR KEMUDIAN DIIMPOR
KEMBALI DALAM KUALITAS YANG SAMA ATAU BARANG-BARANG YANG TELAH DIEKSPOR UNTUK KEPERLUAN
PERBAIKAN, PENGERJAAN DAN PENGUJIAN, YANG TELAH MEMENUHI SYARAT YANG DITENTUKAN OLEH
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI.
E. IMPOR EMAS BATANGAN YANG AKAN DIPROSES UNTUK MENGHASILKAN BARANG PERHIASAN DARI EMAS
UNTUK TUJUAN EKSPOR
EKSPOR
*PEMUNGUTAN PPh
PASAL 22
SEHUBUNGAN
DENGAN
PEMBAYARAN ATAS
PENYERAHAN
BARANG DAN
EKSPOR KOMODITAS TAMBANG BATUBARA, MINERAL LOGAM, DAN MINERAL BUKAN LOGAM, SESUAI URAIAN KEGIATAN DI BIDANG
3 BARANG DAN POS TARIF/HARMONIZED SYSTEM (HS) SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM LAMPIRAN BAGIAN OLEH NILAI EKSPOR (FREE ON *PMK 34/2017 S.T.D.T.D PMK 41/2022 IMPOR ATAU TIDAK FINAL
1,5%
EKSPORTIR KECUALI YANG DILAKUKAN OLEH WP YANG TERIKAT DALAM PERJANJIAN KERJA SAMA PENGUSAHAAN BOARD) **PMK 41/2022 KEGIATAN USAHA DI
PERTAMBANGAN DAN KONTRAK KARYA BIDANG LAIN
**PERUBAHAN
KEDUA ATAS
PERATURAN
MENTERI KEUANGAN
NOMOR 34/PMK.
010/2017
PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR GAS, DAN PELUMAS OLEH PRODUSEN ATAU IMPORTIR
BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR GAS, DAN PELUMAS
FINAL: KEPADA
1. BAHAN BAKAR MINYAK *PEMUNGUTAN PPh PENYALUR/AGEN
A) PENJUALAN KEPADA SPBU YANG MENJUAL BBM YANG DIBELI DARI PERTAMINA ATAU ANAK PERUSAHAANNYA 0,25% PASAL 22
4 SEHUBUNGAN DENGAN
B) PENJUALAN KEPADA SPBU YANG MENJUAL BBM YANG DIBELI SELAIN DARI PERTAMINA ATAU ANAK TIDAK FINAL:
0,3% PEMBAYARAN ATAS
PERUSAHAANNYA NILAI PENJUALAN (TIDAK SELAIN KEPADA
PENYERAHAN BARANG PENYALUR/AGEN
C) PENJUALAN KEPADA PIHAK SELAIN HURUF A) & B) 0,3% TERMASUK PPN)
DAN KEGIATAN DI
2. BAHAN BAKAR GAS 0,3% BIDANG IMPOR ATAU
*PMK 34/2017 S.T.D.T.D PMK 41/2022
3. PELUMAS 0,3% KEGIATAN USAHA DI
**PMK 41/2022 BIDANG LAIN
PENJUALAN HASIL PRODUKSI KEPADA DISTRIBUTOR DI DALAM NEGERI OLEH BADAN USAHA YANG BERGERAK
DALAM BIDANG USAHA INDUSTRI SEMEN, INDUSTRI KERTAS, INDUSTRI BAJA, INDUSTRI OTOMOTIF, DAN
INDUSTRI FARMASI **PERUBAHAN KEDUA
ATAS PERATURAN
MENTERI KEUANGAN
5 1. SEMEN 0,25% NOMOR 34/PMK. TIDAK FINAL
2. KERTAS 0,1% 010/2017
NILAI PENJUALAN (TIDAK
3. BAJA 0,3%
TERMASUK PPN)
4. SEMUA JENIS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA ATAU LEBIH, TIDAK TERMASUK ALAT BERAT 0,45%
5. SEMUA JENIS OBAT 0,3%
PENJUALAN KENDARAAN BERMOTOR DI DALAM NEGERI OLEH AGEN TUNGGAL PEMEGANG MEREK (ATPM),
AGEN PEMEGANG MEREK (APM), DAN IMPORTIR UMUM KENDARAAN BERMOTOR, TIDAK TERMASUK ALAT
6 0,45% NILAI DPP PPN
BERAT
*PEMUNGUTAN PPh
PASAL 22 SEHUBUNGAN
PEMBELIAN BAHAN-BAHAN BERUPA HASIL KEHUTANAN, PERKEBUNAN, PERTANIAN, PETERNAKAN, DAN DENGAN PEMBAYARAN
PERIKANAN YANG BELUM MELALUI PROSES INDUSTRI MANUFAKTUR OLEH BADAN USAHA INDUSTRI ATAU ATAS PENYERAHAN
BARANG DAN KEGIATAN
EKSPORTIR HARGA PEMBELIAN (TIDAK
7 0,25% DI BIDANG IMPOR ATAU
TERMASUK PPN) *PMK 34/2017 S.T.D.T.D PMK 41/2022 KEGIATAN USAHA DI
PENGECUALIAN BIDANG LAIN
TIDAK FINAL
**PMK 41/2022
<= Rp 20.000.000,00 TIDAK TERMASUK PPN DALAM SATU MASA PAJAK
**PERUBAHAN KEDUA
ATAS PEMBELIAN BATUBARA, MINERAL LOGAM, DAN MINERAL BUKAN LOGAM, DARI BADAN ATAU ORANG ATAS PERATURAN
PRIBADI PEMEGANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN OLEH INDUSTRI ATAU BADAN USAHA MENTERI KEUANGAN
HARGA PEMBELIAN (TIDAK NOMOR 34/PMK.
8 1,5% 010/2017
PENGECUALIAN TERMASUK PPN)
YANG TELAH DIPUNGUT PPh PASAL 22 ATAS PEMBELIAN BARANG DAN/ATAU BAHAN-BAHAN UNTUK KEPERLUAN
KEGIATAN USAHA OLEH BUMN & SUB-HOLDINGNYA
PENGECUALIAN SECARA UMUM:
1. PEMBAYARAN UNTUK PEMBELIAN BARANG SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)
2. PENJUALAN KENDARAAN BERMOTOR DI DALAM NEGERI YANG DILAKUKAN OLEH INDUSTRI OTOMOTIF, AGEN TUNGGAL PEMEGANG MEREK (ATPM), AGEN PEMEGANG MEREK (APM), DAN IMPORTIR UMUM KENDARAAN BERMOTOR, YANG TELAH
DIKENAI PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 AYAT (1) HURUF C UNDANG-UNDANG PPh DAN PERUBAHANNYA
PENJUALAN BARANG YANG TERGOLONG SANGAT MEWAH
A. PESAWAT TERBANG PRIBADI DAN HELIKOPTER PRIBADI
B. KAPAL PESIAR, YACHT, DAN SEJENISNYA 5%
*WAJIB PAJAK BADAN
TERTENTU SEBAGAI
PEMUNGUT PAJAK
9 PENGHASILAN DARI TIDAK FINAL
HARGA JUAL *PMK 253/2008 S.T.D.T.D PMK 92/2019
PEMBELI ATAS
PENJUALAN BARANG
YANG TERGOLONG
SANGAT MEWAH
C. RUMAH BESERTA TANAHNYA, DENGAN HARGA JUAL ATAU HARGA PENGALIHANNYA >Rp 30.000.000.000,00 *WAJIB PAJAK BADAN
TERTENTU SEBAGAI
ATAU LUAS BANGUNAN >400 M2
1% PEMUNGUT PAJAK
9 D. APARTEMEN, KONDOMINIUM, DAN SEJENISNYA, DENGAN HARGA JUAL ATAU PENGALIHANNYA >Rp PENGHASILAN DARI TIDAK FINAL
30.000.000.000,00 ATAU LUAS BANGUNAN >150 M2 HARGA JUAL *PMK 253/2008 S.T.D.T.D PMK 92/2019
PEMBELI ATAS
E. KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT PENGANGKUTAN ORANG <10 ORANG BERUPA SEDAN, JEEP, SPORT PENJUALAN BARANG
UTILITY VEHICLE (SUV), MULTI PURPOSE VEHICLE (MPV), MINIBUS, DAN SEJENISNYA, DENGAN HARGA JUAL >Rp YANG TERGOLONG
2.000.000.000,00 ATAU DENGAN KAPASITAS SILINDER >3.000 CC 5% SANGAT MEWAH
F. KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DAN TIGA, DENGAN HARGA JUAL >Rp 300.000.000,00 ATAU DENGAN
KAPASITAS SILINDER >250 CC
PENJUALAN EMAS PERHIASAN, EMAS BATANGAN, PERHIASAN YANG BAHAN SELURUHNYA BUKAN DARI EMAS,
DAN/ATAU BATU PERMATA DAN/ATAU BATU LAINNYA YANG SEJENIS, YANG DILAKUKAN OLEH PABRIKAN EMAS
PERHIASAN, PEDAGANG EMAS PERHIASAN, DAN/ATAU PENGUSAHA EMAS BATANGAN
A. PENYERAHAN EMAS PERHIASAN HASIL PRODUKSI DARI PABRIKAN EMAS PERHIASAN KEPADA PENGUSAHA EMAS
PERHIASAN YANG MEMESAN EMAS PERHIASAN, DENGAN SPESIFIKASI, BAHAN BAKU, BARANG SETENGAH JADI, *PPh DAN/ATAU PAJAK
DAN/ATAU BAHAN PENOLONG/PEMBANTU UNTUK EMAS PERHIASAN TERSEBUT BAIK SEBAGIAN MAUPUN PERTAMBAHAN NILAI
SELURUHNYA DISEDIAKAN ATAU DISERAHKAN OLEH PENGUSAHA EMAS PERHIASAN YANG MEMESAN EMAS ATAS
PERHIASAN PENJUALAN/PENYERAHAN
EMAS PERHIASAN, EMAS
B. PENYERAHAN BAHAN BAKU BERUPA: BATANGAN, PERHIASAN
1. EMAS PERHIASAN; DAN/ATAU YANG BAHAN
2. EMAS BATANGAN SELURUHNYA BUKAN
DARI EMAS, BATU
DARI PENGUSAHA EMAS PERHIASAN YANG MEMESAN EMAS PERHIASAN KEPADA PABRIKAN EMAS PERHIASAN, PERMATA DAN/ATAU
YANG DIMAKSUDKAN UNTUK MENGHASILKAN EMAS PERHIASAN. TERMASUK PENJUALAN EMAS BATANGAN YANG BATU LAINNYA YANG
CATATAN KEPEMILIKAN EMASNYA DILAKUKAN SECARA DIGITAL SEJENIS, SERTA JASA
YANG TERKAIT DENGAN
C. PENGUSAHA EMAS PERHIASAN DAN/ATAU EMAS BATANGAN YANG MELAKUKAN PENJUALAN:
10 EMAS PERHIASAN, EMAS TIDAK FINAL
1. PERHIASAN YANG BAHAN SELURUHNYA BUKAN DARI EMAS; DAN/ATAU BATANGAN, PERHIASAN
2. BATU PERMATA DAN/ATAU BATU LAINNYA YANG SEJENIS 0,25% HARGA JUAL *PMK 48/2023 YANG BAHAN
SELURUHNYA BUKAN
*JUGA DILAKUKAN DALAM HAL DISERAHKAN SEBAGAI BAHAN BAKU DARI PENGUSAHA EMAS PERHIASAN YANG DARI EMAS, DAN/ATAU
MEMESAN EMAS PERHIASAN KEPADA PABRIKAN EMAS PERHIASAN YANG DIMAKSUDKAN UNTUK MENGHASILKAN BATU PERMATA
EMAS PERHIASAN DAN/ATAU BATU LAINNYA
YANG SEJENIS, YANG
PENGECUALIAN:
DILAKUKAN OLEH
1. PENJUALAN PADA POINT C KEPADA: PABRIKAN EMAS
A. KONSUMEN AKHIR PERHIASAN, PEDAGANG
EMAS PERHIASAN,
B. WP YANG DIKENAI PPh YANG BERSIFAT FINAL DAN/ATAU PENGUSAHA
C. WP YANG MEMILIKI SURAT KETERANGAN BEBAS PEMUNGUTAN PPh 22 EMAS BATANGAN
2. PENJUALAN EMAS BATANGAN OLEH PENGUSAHA EMAS PERHIASAN DAN/ATAU BATANGAN:
A. KEPADA BANK INDONESIA
B. MELALUI PASAR FISIK EMAS DIGITAL SEBAGAIMANA DIATUR DALAM KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG MENGATUR MENGENAI PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
11 PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN ASET KRIPTO
PENGHASILAN DARI SELURUH JENIS TRANSAKSI ASET KRIPTO, BERUPA:
A. TRANSAKSI DENGAN PEMBAYARAN MATA UANG FIAT
B. TUKAR MENUKAR ASET KRIPTO DENGAN ASET KRIPTO LAINNYA (SWAP)
C. TRANSAKSI ASET KRIPTO SELAIN TRANSAKSI A DAN B
YANG DILAKUKAN MELALUI SARANA ELEKTRONIK YANG DISEDIAKAN OLEH PENYELENGGARA PERDAGANGAN
MELALUI SISTEM ELEKTRONIK DAN DITERIMA ATAU DIPEROLEH:
A. PENJUAL ASET KRIPTO
B. PENYELENGGARA PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK (PMSE)
C. PENAMBANG ASET KRIPTO
*DALAM HAL PMSE YANG MELAKUKAN PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PENGHASILAN *PAJAK
0,1%
SEHUBUNGAN DENGAN ASET KRIPTO MERUPAKAN PEDAGANG FISIK ASET KRIPTO PERTAMBAHAN NILAI
*DALAM HAL PMSE YANG MELAKUKAN PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PENGHASILAN DAN PAJAK
0,2% NILAI TRANSAKSI (TIDAK FINAL
SEHUBUNGAN DENGAN ASET KRIPTO BUKAN MERUPAKAN PEDAGANG FISIK ASET KRIPTO *PMK 68/2023 PENGHASILAN ATAS
TERMASUK PPN DAN PPNBM)
*DALAM HAL PPh DISETOR MELALUI PMSE YANG MEMPEROLEH PERSETUJUAN DARI PEJABAT YANG BERWENANG TRANSAKSI
SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR MENGENAI PERDAGANGAN 0,1% PERDAGANGAN ASET
BERJANGKA KOMODITI (TERDAFTAR DI BAPEPPTI) KRIPTO
*DALAM HAL PPh DISETOR MELALUI PMSE YANG TIDAK MEMPEROLEH PERSETUJUAN DARI PEJABAT YANG
BERWENANG SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR MENGENAI 0,2%
PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI (TIDAK TERDAFTAR DI BAPEPPTI)
PENGECUALIAN
DALAM HAL PENJUAL ASET KRIPTO:
A. MERUPAKAN WPLN YANG BERKEDUDUKAN DI NEGARA-NEGARA YANG TELAH MEMPUNYAI P3B DENGAN
INDONESIA, YANG HAK PEMAJAKAN ATAS PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN ASET KRIPTO TIDAK BERADA DI
INDONESIA
B. MENYERAHKAN SURAT KETERANGAN DOMISILI WPLN NEGARA MITRA ATAU YURISDIKSI MITRA P3B SESUAI
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PERPAJAKAN, KEPADA PENYELENGGARA PMSE
PPh PASAL
23
1
TEKNIS PERHITUNGAN PPH 21
DASAR HUKUM
PMK 252/2008 & PER-16/PJ/2016
I. PEMOTONGAN PPh 21 TERHADAP PENGHASILAN PEGAWAI TETAP
II. PENGHITUNGAN PPh 21 ATAS UANG PENSIUN YANG DIBAYARKAN SECARA BERKALA (BULANAN)
III. PENGHITUNGAN PPh 21 TERHADAP PENGHASILAN PEGAWAI HARIAN, TENAGA HARIAN LEPAS,
IV. PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh 21 ATAS JASA PRODUKSI, TANTIEM, GRATIFIKASI YANG DITERIMA MANTAN PEGAWAI,
HONORARIUM KOMISARIS YANG BUKAN PEGAWAI TETAP DAN PENARIKAN DADA PENSIUN OLEH PESERTA PROGRAM
PENSIUN YANG MASIH BERSTATUS PEGAWAI
V. PENGHITUNGAN PPh 21 ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA OLEH BUKAN PEGAWAI
VI. PENGHITUNGAN PPh 21 ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA PESERTA KEGIATAN
VII. PENGHITUNGAN PPh 26 ATAS PENGHASILAN PEGAWAI DENGAN STATUS WPLN YANG MEMPEROLEH GAJI SEBAGIAN ATAU
SELURUHNYA DALAM MATA UANG ASING
SUBJEK PAJAK
DASAR HUKUM SERBA-SERBI SUBJEK PAJAK
PASAL 2 AYAT (1)
DASAR HUKUM SPDN

PASAL 2 AYAT (3)
DASAR HUKUM SPLN

PASAL 2 AYAT (4)
DASAR HUKUM BENTUK BUT

PASAL 2 AYAT (5)
DASAR HUKUM KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF SPDN

PASAL 2A AYAT (1)
DASAR HUKUM KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF SPLN

PASAL 2A AYAT (3)
DASAR HUKUM KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF WARISAN YANG BELUM TERBAGI

PASAL 2A AYAT (5)
DASAR HUKUM KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF UNTUK BAGIAN TAHUN PAJAK

PASAL 2A AYAT (6)
DASAR HUKUM ENTITAS YANG TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK

PASAL 3 AYAT (1)
OBJEK PAJAK
DASAR HUKUM SERBA SERBI OBJEK PAJAK
PASAL 4 AYAT (1)
*YANG MENJADI OBJEK PPh, YAITU SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG DITERIMA WP, BAIK DARI
DALAM MAUPUN LUAR INDONESIA, YANG DAPAT DIPAKAI UNTUK KONSUMSI ATAU UNTUK MENAMBAH
KEKAYAAN WP YBS, DENGAN NAMA DAN BENTUK APAPUN, TERMASUK:
A. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN BERKENAAN DENGAN PEKERJAAN/JASA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
TERMASUK GAJI, UPAH, TUNJANGAN, HONORARIUM, KOMISI, BONUS, GRATIFIKASI, UANG PENSIUN, ATAU
IMBALAN DALAM BENTUK LAINNYA TERMASUK NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN, KECUALI DITENTUKAN LAIN;
B. HADIAH DARI UNDIAN ATAU PEKERJAAN ATAU KEGIATAN, DAN PENGHARGAAN;
C. LABA USAHA;
D. KEUNTUNGAN KARENA PENJUALAN ATAU KARENA PENGALIHAN HARTA TERMASUK:
1. KEUNTUNGAN KARENA PENGALIHAN HARTA KEPADA PERSEROAN, PERSEKUTUAN, DAN BADAN LAINNYA
SEBAGAI PENGGANTI SAHAM ATAU PENYERTAAN MODAL;
2. KEUNTUNGAN KARENA PENGALIHAN HARTA KEPADA PEMEGANG SAHAM, SEKUTU, ATAU ANGGOTA
YANG DIPEROLEH PERSEROAN, PERSEKUTUAN, DAN BADAN LAINNYA;
3. KEUNTUNGAN KARENA LIKUIDASI, PENGGABUNGAN,PELEBURAN, PEMEKARAN, PEMECAHAN,
PENGAMBILALIHAN USAHA, ATAU REORGANISASI DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APA PUN;
4. KEUNTUNGAN KARENA PENGALIHAN HARTA BERUPA HIBDAH, BANTUAN, ATAU SUMBANGAN, KECUALI YANG
DIBERIKAN KEPADA KELUARGA SEDARAH DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SATU DERAJAT DAN BADAN
KEAGAMAAN, BADAN PENDIDIKAN, BADAN SOSIAL TERMASUK YAYASAN, KOPERASI, ATAU OP YANG
MENJALANKAN USAHA MIKRO DAN KECIL, SEPANJANG TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN USAHA, PEKERJAAN,
KEPEMILIKAN, ATAU PENGUASAAN DI ANTARA PIHAK-PIHAK YANG BERSANGKUTAN; DAN
5. KEUNTUNGAN KARENA PENJUALAN ATAU PENGALIHAN SEBAGIAN ATAU SELURUH HAK PENAMBANGAN,
TANDA TURUT SERTA DALAM PEMBIAYAAN, ATAU PERMODALAN DALAM PERUSAHAAN TAMBANG;
E. PENERIMAAN KEMBALI PEMBAYARAN PAJAK YANG TELAH DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA DAN PEMBAYARAN
TAMBAHAN PENGEMBALIAN PAJAK;
F. BUNGA TERMASUK PREMIUM, DISKONTO, DAN IMBALAN KARENA JAMINAN PENGEMBALIAN UTANG;
G. DIVIDEN DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN, TERMASUK DIVIDEN DARI PERUSAHAAN ASURANSI
KEPADA PEMEGANG POLIS;
H. ROYALTI ATAU IMBALAN ATAS PENGGUNAAN HAK;
I. SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA;
J. PENERIMAAN ATAU PEROLEHAN PEMBAYARAN BERKALA;
K. KEUNTUNGAN KARENA PEMBEBASAN UTANG, KECUALI SAMPAI DENGAN JUMLAH TERTENTU YANG
DITETAPKAN DENGAN PP;
L. KEUNTUNGAN SELISIH KURS MATA UANG ASING;
M. SELISIH LEBIH KARENA PENILAIAN KEMBALI AKTIVA;
N. PREMI ASURANSI;
O. IURAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH PERKUMPULAN DARI ANGGOTANYA YANG TERDIRI DARI WP YANG
MENJALANKAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS;
P. TAMBAHAN KEKAYAAN NETO YANG BERASAL DARI PENGHASILAN YANG BELUM DIKENAKAN PAJAK;
Q. PENGHASILAN DARI USAHA BERBASIS SYARIAH;
R. IMBALAN BUNGA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM UU YANG MENGATUR KUP; DAN
S. SURPLUS BANK INDONESIA.
OBJEK PAJAK
*DILIHAT DARI MENGALIRNYA TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS WP, PENGHASILAN DAPAT DIKELOMPOKKAN
MENJADI:
I. PENGHASILAN DARI PEKERJAAN DALAM HUBUNGAN KERJA DAN PEKERJAAN BEBAS SEPERTI GAJI, HONORARIUM
, DAN PENGHASILAN DARI PRAKTIK DOKTER, AKTUARIS, AKUNTAN, PENGACARA, DAN SEBAGAINYA;
II. PENGHASILAN DARI USAHA DAN KEGIATAN;
III. PENGHASULAN DARI MODAL, YANG BERUPA HARTA BERGERAK ATAUPUN TIDAK, SEPERTI BUNGA, DIVIDEN,
ROYALTI, SEWA, DAN KEUNTUNGAN PENJUALAN HARTA ATAU HAK YANG TIDAK DIPERGUNAKAN UNTUK USAHA; DAN
IV. PENGHASILAN LAIN-LAIN, SEPERTI PEMBEBASAN UTANG DAN HADIAH.
DASAR PENGECUALIAN OBJEK PAJAK BERSYARAT UNTUK WNA YANG MENJADI SPDN
PASAL 4 AYAT (1A)
DASAR HUKUM OBJEK PPh BERSIFAT FINAL

PASAL 4 AYAT (2)
*PENGHASILAN INI DIKENAI PAJAK BERSIFAT FINAL:
A. PENGHASILAN BERUPA BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN LAINNYA, BUNGA OBLIGASI DAN SURAT UTANG
NEGARA, BUNGA ATAU DISKONTO SURAT BERHARGA JANGKA PENDEK YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR UANG,
DAN BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI OP;
PP: PP 131/2000 S.T.D.T.D PP 123/2015
B. PENGHASILAN BERUPA HADIAH UNDIAN;

C. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI SAHAM DAN SEKURITAS LAINNYA, TRANSAKSI DERIVATIF YANG
DIPERDAGANGKAN DI BURSA, DAN TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM ATAU PENGALIHAN PENYERTAAN MODAL
PADA PERUSAHAAN PASANGANNYA YANG DITERIMA OLEH PERUSAHAAN MODAL VENTURA;
D. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENGALIHAN HARTA BERUPA TANAH DAN/ATAU BANGUNAN, USAHA JASA
KONSTRUKSI, USAHA REAL ESTATE, DAN PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN; DAN
E. PENGHASILAN TERTENTU LAINNYA, TERMASUK PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
WP YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU,
YANG DIATUR DENGAN PP
*OBLIGASI PADA AYAT INI TERMASUK SURAT UTANG BERJANGKA WAKTU >12 BULAN, SEPERTI MEDIUM TERM NOTE,
FLOATING RATE NOTE.
*SUN YANG DIMAKSUD PADA AYAT INI MELIPUTI OBLIGASI NEGARA DAN SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA.
DASAR HUKUM PENGECUALIAN DARI OBJEK PAJAK

PASAL 4 AYAT (3)
DASAR HUKUM OBJEK PAJAK BUT

PASAL 5 AYAT (1)
*YANG MENJADI OBJEK PAJAK BUT ADALAH:
OBJEK PAJAK
A. PENGHASILAN DARI USAHA ATAU KEGIATAN BUT TERSEBUT DAN DARI HARTA YANG DIMILIKI ATAU DIKUASAI;
B. PENGHASILAN KANTOR PUSAT DARI USAHA ATAU KEGIATAN, PENJUALAN BARANG, ATAU PEMBERIAN JASA DI
INDONESIA YANG SEJENIS DENGAN YANG DIJALANKAN ATAU YANG DILAKUKAN OLEH BUT DI INDONESIA;
C. PENGHASILAN PADA PASAL 26 YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH KANTOR PUSAT, SEPANJANG TERDAPAT
HUBUNGAN EFEKTIF ANTARA BUT DENGAN HARTA ATAU KEGIATAN YANG MEMBERIKAN PENGHASILAN
DIMAKSUD.
PASAL 5 AYAT (2)

*BIAYA-BIAYA YANG BERKENAAN DENGAN PENGHASILAN PADA AYAT (10 HURUF B DAN C BOLEH DIKURANGKAN
DARI PENGHASILAN BUT.
PASAL 5 AYAT (3)

*DALAM MENENTUKAN BESARNYA LABA SUATU BUT:
A. BIAYA ADMINISTRASI KANTOR PUSAT YANG DIPERBOLEHKAN UNTUK DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA YANG
BERKAITAN DENGAN USAHA ATAU KEGIATAN BUT, YANG BESARNYA DITETAPKAN OLEH DIRJEN PAJAK;
B. PEMBAYARAN KEPADA KANTOR PUSAT YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA ADALAH:
1. ROYALTI ATAU IMBALAN LAINNYA SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA, PATEN, ATAU HAK-HAK
LAINNYA;
2. IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN JASA MANAJEMEN DAN JASA LAINNYA;
3. BUNGA KECUALI BUNGA YANG BERKENAAN DENGAN USAHA PERBANKAN;
C. PEMBAYARAN PADA HURUF B YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI KANTOR PUSAT TIDAK DIANGGAP OBJEK
PAJAK, KECUALI BUNGA YANG BERKENAAN DENGAN USAHA PERBANKAN.
DASAR HUKUM DEDUCTABLE EXPENSES

PASAL 6 AYAT (1)
*BESARNYA PKP BAGI WP DN DAN BUT, DITENTUKAN BERDASARKAN PENGHASILAN BRUTO DIKURANGI BIAYA
MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA PENGHASILAN, TERMASUK:
A. BIAYA YANG SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG BERKAITAN DENGAN KEGIATAN USAHA, ANTARA LAIN:
1. BIAYA PEMBELIAN BAHAN;
2. BIAYA BERKENAAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA TERMASUK UPAH, GAJI, HONORARIUM, BONUS,
GRATIFIKASI, DAN TUNJANGAN YANG DIBERIKAN DALAM BENTUK UANG;
3. BUNGA, SEWA, DAN ROYALTI;
4. BIAYA PERJALANAN;
5. BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH;
6. PREMI ASURANSI;
7. BIAYA PROMOSI DAN PENJUALAN;
8. BIAYA ADMINISTRASI; DAN
9. PAJAK KECUALI PPh;
B. PENYUSUTAN ATAS PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH HARTA BERWUJUD DAN AMORTISASI ATAS
PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH HAK DAN ATAS BIAYA LAIN YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT >1 TAHUN
SESUAI PASAL 11 DAN PASAL 11A;
C. IURAN KEPADA DANA PENSIUN YANG PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN OJK;
OBJEK PAJAK
D. KERUGIAN KARENA PENJUALAN ATAU PENGALIHAN HARTA YANG DIMILIKI DAN DIGUNAKAN DALAM
PERUSAHAAN ATAU YANG DIMILIKI UNTUK 3M;
E. KERUGIAN SELISIH KURS MATA UANG ASING;
F. BIAYA LITBANG PERUSAHAAN YANG DILAKUKAN DI INDONESIA;
G. BIAYA BEASISWA, MAGANG, DAN PELATIHAN;
H. PIUTANG YANG NYATA-NYATA TIDAK DAPAT DITAGIH DENGAN SYARAT:
1. TELAH DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA DALAM LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL;
2. WP HARUS MENYERAHKAN DAFTAR PIUTANG YANG TIDAK DAPAT DITAGIH KEPADA DJP; DAN
3. TELAH DISERAHKAN PERKARA PENAGIHANNYA KEPADA PENGADILAN NEGERI ATAU INSTANSI PEMERINTAH
YANG MENANGANI PIUTANG NEGARA; ATAU ADANYA PERJANJIAN TERTULIS MENGENAI PENGHAPUSAN
PIUTANG/PEMBEBASAN UTANG ANTARA KREDITUR DAN DEBITUR YANG BERSANGKUTAN; ATAU TELAH
DIPUBLIKASIKAN DALAM PENERBITAN UMUM ATAU KHUSUS; ATAU ADANYA PENGAKUAN DARI DEBITUR
BAHWA UTANGNYA TELAH DIHAPUSKAN UNTUK JUMLAH UTANG TERTENTU;
4. SYARAT PADA ANGKA 3 TIDAK BERLAKU UNTUK PENGHAPUSAN PIUTANG TAK TERTAGIH DEBITUR KECIL
PADA PASAL 4 AYAT (1) HURUF K;
I. SUMBANGAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN BENCANA NASIONAL YANG KETENTUANNYA DIATUR
DENGAN PP;
PP:
J. SUMBANGAN DALAM RANGKA LITBANG YANG DILAKUKAN DI INDONESIA YANG KETENTUANNYA DIATUR
DENGAN PP;
PP:
K. BIAYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SOSIAL YANG KETENTUANNYA DIATUR DENGAAN PP;
PP:
L. SUMBANGAN FASILITAS PENDIDIKAN YANG KETENTUANNYA DIATUR DENGAN PP;
PP:
M. SUMBANGAN DALAM RANGKA PEMBINAAN OLAHRAGA YANG KETENTUANNYA DIATUR DENGAN PP; DAN
N. BIAYA PENGGANTIAN ATAU IMBALAN YANG DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN.
DASAR HUKUM KOMPENSASI KERUGIAN

PASAL 6 AYAT (2)
OBJEK PAJAK
DASAR HUKUM PTKP
PASAL 6 AYAT (3)
DASAR HUKUM PERLAKUAN PENGHASILAN SUAMI ISTRI

PASAL 8 AYAT (1)
DASAR HUKUM PENGHASILAN ANAK YANG BELUM DEWASA

PASAL 8 AYAT (4)
DASAR HUKUM UNDEDUCTABLE EXPENSES

PASAL 9 AYAT (1)
DASAR HUKUM PENILAIAN AKTIVA, TERMASUK PERSEDIAAN

PASAL 10 AYAT (1)
DASAR HUKUM PENYUSUTAN

PASAL 11 AYAT (1)
*PENYUSUTAN ATAS PENGELUARAN UNTUK PEMBELIAN, PENDIRIAN, PENAMBAHAN, PERBAIKAN, ATAU
PERUBAHAN HARTA BERWUJUD, KECUALI TANAH YANG BERSTATUS HAK MILIK, HAK GUNA BANGUNAN, HAK GUNA
USAHA, DAN HAK PAKAI, YANG DIMILIKI DAN DIGUNAKAN UNTUK 3M PENGHASILAN YANG MEMPUNYAI MASA
MANFAAT >1 TAHUN DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN YANG SAMA BESAR SELAMA MASA MANFAAT YANG
TELAH DITENTUKAN BAGI HARTA TERSEBUT.
*METODE YANG DIBOLEHKAN BERDASARKAN KETENTUAN INI DILAKUKAN:

A. DALAM BAGIAN-BAGIAN YANG SAMA BESAR SELAMA MASA MANFAAT YANG DITETAPKAN BAGI HARTA
TERSEBUT (METODE GARIS LURUS ATAU STRAIGHT-LINE METHOD =SLN)
B. DALAM BAGIAN-BAGIAN YANG MENURUN DENGAN CARA MENERAPKAN TARIF PENYUSUTAN ATAS NILAI
SISA BUKU (METODE SALDO MENURUN ATAU DECLINING BALANCE METHOD =DB)
*UNTUK HARTA BERWUJUD BERUPA BANGUNAN HANYA DAPAT DISUSUTKAN DENGAN METODE GARIS LURUS.
PASAL 11 AYAT (2)

*PENYUSUTAN ATAS PENGELUARAN HARTA BERWUJUD PADA AYAT (1) SELAIN BANGUNAN, DAPAT JUGA
DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN YANG MENURUN SELAMA MASA MANFAAT YANG DIHITUNG DENGAN CARA
MENERAPKAN TARIF PENYUSUTAN ATAS NILAI SISA BUKU, DAN PADA AKHIR MASA MANFAAT NILAI SISA BUKU
DISUSUTKAN SEKALIGUS, DENGAN SYARAT DILAKUKAN SECARA TAAT ASAS.
PASAL 11 AYAT (3)

*PENYUSUTAN DIMULAI PADA BULAN DILAKUKANNYA PENGELUARAN, KECUALI UNTUK HARTA YANG MASIH DALAM
PROSES PENGERJAAN, PENYUSUTANNYA DIMULAI PADA BULAN SELESAINYA PENGERJAAN HARTA TERSEBUT
PASAL 11 AYAT (4)

*DENGAN PERSETUJUAN DIRJEN PAJAK, WP DIPERKENANKAN MELAKUKAN PENYUSUTAN MULAI PADA BULAN
OBJEK PAJAK
HARTA TERSEBUT DIGUNAKAN UNTUK 3M PENGHASILAN ATAU PAD ABULAN HARTA YANG BERSANGKUTAN
MULAI MENGHASILKAN.
PASAL 11 AYAT (5)

*APABILA WP MELAKUKAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA BERDASARKAN KETENTUAN PADA PASAL 19, MAKA DASAR
PENYUSUTAN ATAS HARTA ADALAH NILAI SETELAH DILAKUKAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TERSEBUT.
PASAL 11 AYAT (6)

*UNTUK MENGHITUNG PENYUSUTAN, MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN HARTA BERWUJUD DITETAPKAN
SEBAGAI BERIKUT:
KELOMPOK HARTA TARIF PENYUSUTAN

MASA MANFAAT
BERWUJUD AYAT (1) AYAT (2)
BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK I 4 TAHUN 25% 50%
I. KELOMPOK II 8 TAHUN 12.5% 25%
KELOMPOK III 16 TAHUN 6.25% 12.5%
KELOMPOK IV 20 TAHUN 5% 10%
BANGUNAN
II. PERMANEN 20 TAHUN 5%
TIDAK PERMANEN 10 TAHUN 10%
*YANG DIMAKSUD "BANGUNAN TIDAK PERMANEN"ADALAH BANGUNAN YANG BERSIFAT SEMENTARA DAN
TERBUAT DARI BAHAN YANG TIDAK TAHAN LAMA ATAU BANGUNAN YANG DAPAT DIPINDAH-PINDAHKAN, YANG
MASA MANFAATNYA TIDAK >10 TAHUN, MISALNYA BARAK ATAU ASRAMA YANG DIBUAT DARI KAYU UNTUK
KARYAWAN.
PASAL 11 AYAT (6A)

*APABILA BANGUNAN PERMANEN PADA AYAT (6) MEMPUNYA MASA MANFAAT >20 TAHUN, PENYUSUTAN PADA
AYAT (1) DILAKUKAN DALAM BAGIAN YANG SAMA BESAR, SESUAI MANFAAT PADA AYAT (6) ATAU SESUAI
DENGAN MASA MANFAAT YANG SEBENARNYA BERDASARKAN PEMBUKUAN WP.
PASAL 11 AYAT (7)

*PENYUSUTAN ATAS HARTA BERWUJUD YANG DIMILIKI DAN DIGUNAKAN DALAM BIDANG USAHA TERTENTU
DAPAT DIATUR TERSENDIRI.
*DALAM RANGKA MENYESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK BIDANG USAHA TERTENTU, SEPERTI PERKEBUNAN
TANAMAN KERAS, KEHUTANAN, DAN PETERNAKAN, PERLU DIBERIKAN PENGATURAN TERSENDIRI UNTUK
PENYUSUTAN HARTA BERWUJUD YANG DIGUNAKAN DALAM BIDANG USAHA TERTENTU TERSEBUT.
PASAL 11 AYAT (8)

*APABILA TERJADI PENGALIHAN ATAU PENARIKAN HARTA DALAM PASAL 4 AYAT (1) HURUF D ATAU PENARIKAN
HARTA KARENA SEBAB LAINNYA, MAKA JUMLAH NILAI SISA BUKU HARTA TERSEBUT DIBEBANKAN SEBAGAI
OBJEK PAJAK
KERUGIAN DAN JUMLAH HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN ASURANSINYA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
DIBUKUKAN SEBAGAI PENGHASILAN PADA TAHUN TERJADINYA PENARIKAN HARTA TERSEBUT
PASAL 11 AYAT (9)

*APABILA HASIL PENGGANTIAN ASURANSI YANG AKAN DITERIMA JUMLAHNYA BARU DAPAT DIKETAHUI DENGAN
PASTI DI MASA KEMUDIAN, MAKA DENGAN PERSETUJUAN DIRJEN PAJAK JUMLAH SEBESAR KERUGIAN PADA AYAT (8) DIBUKUKAN
SEBAGAI BEBAN MASA KEMUDIAN TERSEBUT.
*DALAM HAL PENGGANTIAN ASURANSI YANG DITERIMA JUMLAHNYA BARU DAPAT DIKETAHUI DENGAN PASTI PADA
MASA KEMUDIAN, WP DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN KEPADA DIRJEN PAJAK AGAR JUMLAH SEBESAR
KERUGIAN TERSEBUT DAPAT DIBEBANKAN DALAM TAHUN PENGGANTIAN ASURANSI TERSEBUT.
PASAL 11 AYAT (10)

*APABILA TERJADI PENGALIHAN HARTA YANG MEMENUHI SYARAT PASAL 4 AYAT (3) HURUF A DAN B, YANG BERUPA
HARTA BERWUJUD, MAKA JUMLAH NILAI SISA BUKU HARTA TERSEBUT TIDAK BOLEH DIBEBANKAN SEBAGAI
KERUGIAN BAGI PIHAK YANG MENGALIHKAN.
*DALAM HAL PENGALIHAN HARTA BERWUJUD YANG MEMENUHI SYARAT PASAL 4 AYAT (3) HURUF A DAN B, NILAI
SISA BUKUNYA TIDAK BOLEH DIBEBANKAN SEBAGAI KERUGIAN OLEH PIHAK YANG MENGALIHKAN.
DASAR HUKUM AMORTISASI

PASAL 11A AYAT (1)
DASAR HUKUM NPPN

PASAL 14 AYAT (1)
DASAR HUKUM NP KHUSUS

PASAL 15
PENGHITUNGAN PAJAK
DASAR HUKUM PENGHASILAN KENA PAJAK
PASAL 16 AYAT (1)
DASAR HUKUM TARIF PAJAK

PASAL 17 AYAT (1)
*TARIF PAJAK YANG DITERAPKAN ATAS PKP BAGI:
A. WPDN OP ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
LAPISAN PKP TARIF PAJAK

0-Rp 60.000.000 5%
>60.000.000 - <=250.000.000 15%
>250.000.000 - <=500.000.000 25%
>500.000.000 - <=5.000.000.000 30%
>5.000.000.000 35%
*PERHITUNGAN LAPISAN TARIF:

5% X Rp 60.000.000 Rp 3.000.000
15% X Rp 190.000.000 Rp 28.500.000
25% X Rp 250.000.000 Rp 62.500.000
30% X Rp 4.500.000.000 Rp 1.350.000.000
35% X Rp XXX
B. WPDN BADAN DAN BUT SEBESAR 22% YANG MULAI BERLAKU PADA TAHUN PAJAK 2022.
PASAL 17 AYAT (2B)

*WPDN BADAN:
A. BERBENTUK PERSEROAN TERBUKA;
B. DENGAN JUMLAH KESELURUHAN SAHAM YANG DISETOR DIPERDAGANGKAN PADA BURSA EFEK DI
INDONESIA PALING SEDIKIT 40%; DAN
C. MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU,
DAPAT MEMPEROLEH TARIF SEBESAR 3% < DARI TARIF AYAT (1) HURUF B.
PASAL 17 AYAT (2C)

*TARIF YANG DIKENAKAN ATAS PENGHASILAN BERUPA DIVIDEN YANG DIBAGIKAN KEPADA WPDN OP ADALAH
PALING TINGGI 10% DAN BERSIFAT FINAL.
PASAL 17 AYAT (2D)

*KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI BESARNYA TARIF PADA AYAT (2C) DIATUR DENGAN PP.
PP:
PASAL 17 AYAT (2E)

*KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI BESARNYA TARIF PADA AYAT (2B HURUF C) DIATUR DENGAN PP.
PP:
PENGHITUNGAN PAJAK
PASAL 17 AYAT (3)

*BESARNYA LAPISAN PKP PADA AYAT (1) HURUF A DAPAT DIUBAH DENGAN PMK.
PASAL 17 AYAT (4)

*UNTUK KEPERLUAN PENERAPAN TARIF PAJAK PADA AYAT (1), JUMLAH PKP DIBULATKAN KE BAWAH DALAM
RIBUAN RUPIAH PENUH.
PASAL 17 AYAT (5)

*BESARNYA PAJAK TERUTANG WPDN OP YANG TERUTANG DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK DALAM PASAL 16 AYAT (4),
DIHITUNG SEBANYAK JUMLAH HARI DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK TERSEBUT DIBAGI 360 DIKALIKAN DENGAN
PAJAK YANG TERUTANG UNTUK 1 TAHUN PAJAK.
PASAL 17 AYAT (6)

*UNTUK KEPERLUAN PENGHITUNGAN PAJAK PADA AYAT (5), TIAP BULAN YANG PENUH DIHITUNG 30 HARI.
PASAL 17 AYAT (7)

*DENGAN PP DAPAT DITETAPKAN TARIF PAJAK TERSENDIRI ATAS PENGHASILAN DALAM PASAL 4 AYAT (2),
SEPANJANG TIDAK MELEBIHI TARIF PAJAK TERTINGGI PADA AYAT (1).
PP:
DASAR HUKUM SPECIFIC ANTI TAX-AVOIDANCE RULES (SAAR)

PASAL 18 AYAT (1) (ANTI THIN CAPITALIZATION)
*MENKEU BERWENANG MENGATUR BATASAN JUMLAH BIAYA PINJAMAN YANG DAPAT DIBEBANKAN UNTUK
KEPERLUAN PENGHITUNGAN PAJAK BERDASARKAN UU INI.
*SALAH SATU CARA PENGHINDARAN PAJAK ADALAH DENGAN MELAKUKAN TRANSAKSI YANG TIDAK SESUAI
DENGAN KEADAAN YANG SEBANARNYA YANG BERTENTANGAN DENGAN PRINSIP SUBSTANCE OVER FORM,
YAITU PENGAKUAN SUBSTANSI EKONOMI DI ATAS BENTUK FORMALNYA.
*METODE YANG LAZIM DITERAPKAN DI DUNIA INTERNASIONAL, MISALNYA MELALUI METODE PENENTUAN
TINGKAT PERBANDINGAN TERTENTU YANG WAJAR MENGENAI BESARNYA PERBANDINGAN ANTARA UTANG &
MODAL (DEBT TO EQUITY RATIO), MELALUI PERSENTASE TERTENTU DARI BIAYA PINJAMAN DIBANDINGKAN
DENGAN PENDAPATAN USAHA SEBELUM DIKURANGI BIAYA PINJAMAN, PAJAK, DEPRESIASI DAN AMORTISASI
(EBITDA) ATAU MELALUI METODE LAINNYA
PMK: PMK 169/PMK.03/2015
PASAL 18 AYAT (2) (ANTI PENUNDAAN PEMBAYARAN DIVIDEN/CONTROLLED FOREIGN CORPORATION (CFC) ABUSE)
*MENKEU BERWENANG MENETAPKAN SAAT DIPEROLEHNYA DIVIDEN OLEH WPDN ATAS PENYERTAAN MODAL PADA
BADAN USAHA DI LN SELAIN BADAN USAHA YANG MENJUAL SAHAMNYA DI BURSA EFEK, DENGAN KETENTUAN:
PENGHITUNGAN PAJAK
A. BESARNYA PENYERTAAN MODAL WPDN TERSEBUT PALING RENDAH 50% DARI JUMLAH SAHAM YANG DISETOR; ATAU
B. SECARA BERSAMA-SAMA DENGAN WPDN LAINNYA MEMILIKI PENYERTAAN MODAL PALING RENDAH 50% DARI
JUMLAH SAHAM YANG DISETOR.
*PT. A DAN PT. B MASING-MASING MEMILIKI SAHAM SEBESAR 40% DAN 20% DI X LTD. YANG BERTEMPAT KEDUDUKAN
DI NEGARA Q. SAHAM X LTD. TERSEBUT TIDAK DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK. DALAM TAHUN 2009, X LTD.
MEMPEROLEH LABA SETELAH PAJAK SEJUMLAH Rp 1.000.000.000.000. DALAM HAL DEMINIAN, MENKEU BERWENANG
MENETAPKAN SAAT DIPEROLEHNYA DIVIDEN DAN DASAR PENGHITUNGANNYA.
PMK: PMK 93/PMK.03/2019
PASAL 18 AYAT (3) (ANTI TRANSFER PRICING ABUSE)

*DIRJEN PAJAK BERWENANG MENENTUKAN KEMBALI BESARNYA PENGHASILAN DAN PENGURANGAN SERTA
MENENTUKAN UTANG SEBAGAI MODAL UNTUK MENGHITUNG BESARNYA PKP BAGI WP YANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN ISTIMEWA DENGAN WP LAINNYA SESUAI DENGAN KEWAJARAN DAN KELAZIMAN USAHA YANG TIDAK
DIPENGARUHI OLEH HUBUNGAN ISTIMEWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERBANDINGAN HARGA ANTARA
PIHAK YANG INDEPENDEN, METODE HARGA PENJUALAN KEMBALI, METODE BIAYA-PLUS, ATAU LAINNYA.
*YANG DIMAKSUD DENGAN "PRINSIP KEWAJARAN DAN KELAZIMAN USAHA" (ARM'S LENGTH PRINCIPLE) ADALAH
PRINSIP DI DALAM PRAKTIK BISNIS YANG SEHAT SEBAGAIMANA BERLAKU DI ANTARA PIHAK-PIHAK YANG TIDAK
MEMILIKI DAN/ATAU DIPENGARUHI HUBUNGAN ISTIMEWA.
DALAM MENENTUKAN KEMBALI BESARNYA PENGHASILAN DA/ATAU PENGURANGAN UNTUK MENGHITUNG BESARNYA
PKP DAPAT DIGUNAKAN:
A. METODE PERBANDINGAN HARGA ANTAR PIHAK YANG INDEPENDEN (COMPARABLE UNCONTROLLED PRICE METHOD/
CUP);
B. METODE HARGA PENJUALAN KEMBALI (RESALE PRICE METHOD);
C. METODE BIAYA-PLUS (COST-PLUS METHOD);
D. METODE LAINNYA, SEPERTI:
1. METODE PEMBAGIAN LABA (PROFIT SPLIT METHOD);
2. METODE LABA BERSIH TRANSAKSIONAL (TRANSACTIONAL NET MARGIN METHOD);
3. METODE PERBANDINGAN TRANSAKSI INDEPENDEN (COMPARABLE UNCONTROLLED TRANSACTION METHOD);
4. METODE DALAM PENILAIAN HARTA BERWUJUD DAN/ATAU TIDAK BERWUJUD (TANGIBLE & INTANGIBLE
ASSET VALUATION); DAN
5. METODE DALAM PENILAIAN BISNIS (BUSINESS VALUATION).
*TERHADAP WP YANG MELAPORKAN LAAB USAHA YANG TERLALU KECIL DIBANDINGKAN KINERJA KEUANGAN WP
LAINNYA DALAM BIDANG USAHA YANG SEJENIS ATAU MELAPORKAN RUGI USAHA SECARA TIDAK WAJAR MESKIPUN
WP TELAH MELAKUKAN PENJUALAN SECARA KOMERSIAL SELAMA 5 TAHUN, DAPAT DITERAPKAN PEMBANDINGAN
KINERJA KEUANGAN DENGAN WP DALAM KEGIATAN USAHA YANG SEJENIS (BENCHAMRKING) DALAM RANGKA
PENGHITUNGAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TERUTANG.
*DEMIKIAN PULA KEMUNGKINAN TERDAPAT PENYERTAAN MODAL SECARA TERSELUBUNG, DENGAN MENYATAKAN
PENGHITUNGAN PAJAK
PENYERTAAN MODAL TERSEBUT SEBAGAI UTANG (HYBRID FINANCIAL INSTRUMENTS), MAKA DIRJEN PAJAK
BERWENANG MENENTUKAN UTANG TERSEBUT SEBAGAI MODAL PERUSAHAAN. PENENTUAN TERSEBUT DAPAT
DILAKUKAN, MISALNYA MELALUI INDIKASI MENGENAI PERBANDINGAN ANTARA MODAL DAN UTANG YANG LAZIM
TERJADI DI ANTARA PARA PIHAK YANG TIDAK DIPENGARUHI OLEH HUBUNGAN ISTIMEWA ATAU BERDASARKAN
DATA ATAU INDIKASI LAINNYA (INTRA-GROUP FINANCING).
*DENGAN DEMIKIAN, BUNGA YANG DIBAYARKAN OLEH WP SEHUBUNGAN DENGAN UTANG YANG DIANGGAP SEBAGAI
PENYERTAAN MODAL ITU TIDAK DIPERBOLEHKAN UNTUK DIKURANGKAN DALAM MENGHITUNG PKP WP. SEMENTARA
ITU, BAGI PIHAK YANG MEMILIKI HUBUNGAN ISTIMEWA DENGAN WP YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH
PEMBAYARAN BUNGA TERSEBUT DIANGGAP SEBAGAI DIVIDEN YANG DIKENAI PAJAK.
*UNTUK SELISIH ANTARA NILAI TRANSAKSI YANG DIPENGARUHI HUBUNGAN ISTIMEWA YANG TIDAK SESUAI DENGAN
ARM'S LENGTH PRINCIPLE DENGAN NILAI TRANSAKSI YANG DIPENGARUHI HUBUNGAN ISTIMEWA YANG SESUAI
DENGAN ARM'S LENGTH PRINCIPLE JUGA DIANGGAP SEBAGAI DIVIDEN YANG DIKENAI PPh SESUAI KETENTUAN.
PASAL 18 AYAT (3A) (ADVANCE PRICING ARRANGEMENTS)

*DIRJEN PAJAK BERWENANG MELAKUKAN PERJANJIAN DENGAN WP DAN BEKERJA SAMA DENGAN PIHAK OTORITAS
PAJAK NEGARA LAIN UNTUK MENENTUKAN HARGA TRANSAKSI ANTAR PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN
ISTIMEWA DALAM AYAT (4), YANG BERLAKU SELAMA SUATU PERIODE TERTENTU DAN MENGAWASI PELAKSANAANNYA
SERTA MELAKUKAN RENEGOISASI SETELAH PERIODE TERTENTU TERSEBUT BERAKHIR.
PMK: PMK 22/PMK.03/2020
PASAL 18 AYAT (3B) (SPECIAL PURPOSE COMPANY)

*WP YANG MELAKUKAN PEMBELIAN SAHAM ATAU AKTIVA PERUSAHAAN MELALUI PIHAK LAIN ATAU BADAN YANG
DIBENTUK UNTUK MAKSUD DEMIKIAN (SPECIAL PURPOSE COMPANY), DAPAT DITETAPKAN SEBAGAI PIHAK YANG
SEBENARNYA MELAKUKAN PEMBELIAN TERSEBUT SEPANJANG WP YANG BERSANGKUTAN MEMPUNYAI
HUBUNGAN ISTIEWA DENGAN PIHAK LAIN ATAU BADAN TERSEBUT DAN TERDAPAT KETIDAKWAJARAN
PENETAPAN HARGA.
PASAL 18 AYAT (3C) (CONDUIT/SPECIAL PURPOSE COMPANY)

*PENJUALAN ATAU PENGALIHAN SAHAM PERUSAHAAN ANTARA (CONDUIT COMPANY ATAU SPECIAL PURPOSE
COMPANY) YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI NEGARA YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN PAJAK
(TAX HAVEN COUNTRY) YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA DENGAN BADAN YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT
KEDUDUKAN DI INDONESIA ATAU BUT DI INDONESIA DAPAT DITETAPKAN SEBAGAI PENJUALAN ATAU PENGALIHAN
SAHAM BADAN YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA ATAU BUT DI INDONESIA.
*CONTOH:
X LTD. YANG DIDIRIKAN DAN BERKEDUDUKAN DI NEGARA A, SEBUAH NEGARA YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN
PAJAK (TAX HAVEN COUNTRY), MEMILIKI 95% SAHAM PT. X YANG DIDIRIKAN DAN BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
INDONESIA. X LTD. INI ADALAH SUATU PERUSAHAAN ANTARA (CONDUIT COMPANY) YANG DIDIRIKAN DAN DIMILIKI
SEPENUHNYA OLEH Y CO., SEBUAH PERUSAHAAN DI NEGARA B, DENGAN TUJUAN SEBAGAI PERUSAHAAN ANTARA
DALAM KEPEMILIKANNYA ATAS MAYORITAS SAHAM PT X.
PENGHITUNGAN PAJAK
APABILA Y CO. MENJUAL SELURUH KEPEMILIKANNYA ATAS SAHAM X LTD. KEPADA PT Z YANG MERUPAKAN WPDN,
SECARA LEGAL FORMAL TRANSAKSI DI ATAS MERUPAKAN PENGALIHAN SAHAM PERUSAHAAN LN OLEH WP LN.
NAMUN, PADA HAKIKATNYA TRANSAKSI INI MERUPAKAN PENGALIHAN KEPEMILIKAN (SAHAM) PERSEROAN WPDN
OLEH WPLN SEHINGGA ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN INI TERUTANG PPh.
PASAL 18 AYAT (3D) (CONDUIT/SPECIAL PURPOSE COMPANY)

*BESARNYA PENGHASILAN YANG DIPEROLEH WPDN OP DARI PEMBERI KERJA YANG MEMILIKI HUBUNGAN ISTIMEWA
DENGAN PERUSAHAAN LAIN YANG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA DAPAT
DITENTUKAN KEMBALI, DALAM HAL PEMBERI KERJA MENGALIHKAN SELURUH ATAU SEBAGIAN PENGHASILAN WPDN
OP TERSEBUT KE DALAM BENTUK BIAYA ATAU PENGELUARAN LAINNYA YANG DIBAYARKAN KEPADA PERUSAHAAN
YANG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA TERSEBUT.
PASAL 18 AYAT (4) (HUBUNGAN ISTIMEWA)

*HUBUNGAN ISTIMEWA PADA AYAT (3) SAMPAI DENGAN AYAT (3D), PASAL 9 AYAT (1) HURUF F, DAN 10 AYAT (1)
DIANGGAP ADA APABILA:
A. WP MEMPUNYAI PENYERTAAN MODAL LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG PALING RENDAH 25% PADA WP LAIN;
HUBUNGAN ANTARA WP DENGAN PENYERTAAN PALING RENDAH 25% PADA DUA WP ATAU LEBIH; ATAU HUBUNGAN
DI ANTARA DUA WP ATAU LEBIH YANG DISEBUT TERAKHIR;
B. WP MENGUASAI WP LAINNYA ATAU DUA ATAU LEBIH WP BERADA DI BAWAH PENGUASAAN YANG SAMA BAIK
LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG; ATAU
C. TERDAPAT HUBUNGAN KELUARGA BAIK SEDARAH MAUPUN SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS DAN/ATAU
KE SAMPING SATU DERAJAT.
*HUBUNGAN ISTIMEWA DI ANTARA WP DAPAT TERJADI KARENA KTERGANTUNGAN ATAU KETERIKATAN SATU
DENGAN YANG LAIN YANG DISEBABKAN:
A. KEPEMILIKAN ATAU PENYERTAAN MODAL; ATAU
B. ADANYA PENGUASAAN MELALUI MANAJEMEN ATAU PENGGUNAAN TEKNOLOGI.
SELAIN ITU HUBUNGAN ISTIMEWA DI ANTARA WP OP DAPAT PULA TERJADI KARENA ADANYA HUBUNGAN DARAH
ATAU PERKAWINAN.
DASAR HUKUM KEWENANGAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA OLEH MENKEU

PASAL 19 AYAT (1)
PELUNASAN PAJAK
DASAR HUKUM PELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
PASAL 20 AYAT (1)
DASAR HUKUM PEMOTONGAN PPh SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, KEGIATAN KEPADA WPDN OP
PASAL 21 AYAT (1)
DASAR HUKUM PEMUNGUTAN PPh ATAS PENGHASILAN DARI USAHA, IMPOR DAN PEMBELIAN BARANG
PASAL 22 AYAT (1)
*MENKEU DAPAT MENETAPKAN:
A. BENDAHARA PEMERINTAH UNTUK MEMUNGUT PAJAK SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS
PENYERAHAN BARANG;
B. BADAN-BADAN TERTENTU UNTUK MEMUNGUT PAJAK DARI WP YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR
ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN; DAN
C. WP BADAN TERTENTU UNTUK MEMUNGUT PAJAK DARI PEMBELI ATAS PENJUALAN BARANG YANG TERGOLONG
SANGAT MEWAH
*SEHUBUNGAN DENGAN MAKSUD UNTUK MENINGKATKA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGUMPULAN DANA
MELALUI SISTEM PEMBAYARAN PAJAK DAN UNTUK TUJUAN KESEDERHANAAN, KEMUDAHAN, DAN PENGENAAN
PAJAK YANG TEPAT WAKTU. SEHUBUNGAN DENGAN HAL TERSEBUT, PEMUNGUTAN PAJAK BERDASARKAN KETENTUAN
INI DAPAT BERSIFAT FINAL.
PASAL 22 AYAT (2)

*KETENTUAN MENGENAI DASAR PEMUNGUTAN, KRITERIA, SIFAT, DAN BESARNYA PUNGUTAN PAJAK PADA AYAT (1)
DIATUR DENGAN PMK.
PMK:
PASAL 22 AYAT (3)

*BESARNYA PUNGUTAN PADA AYAT (2) YANG DITERAPKAN TERHADAP WP YANG TIDAK MEMILIKI NPWP LEBIH TINGGI
100% DARIPADA TARIF YANG DITERAPKAN TERHADAP WP YANG DAPAT MENUNJUKKAN NPWP.
DASAR HUKUM PEMOTONGAN PPh ATAS PENGHASILAN DARI MODAL, JASA DAN KEGIATAN TERTENTU
PASAL 23 AYAT (1)
*ATAS PENGHASILAN TERSEBUT DI BAWAH INI DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN YANG DIBAYARKAN,
DISEDIAKAN UNTUK DIBAYARKAN, ATAU TELAH JATUH TEMPO PEMBAYARANNYA OLEH BADAN PEMERINTAH
SPDN BADAN, PENYELENGGARA KEGIATAN, BUT, ATAU PERWAKILAN PERUSAHAAN LUAR NEGERI LAINNYA
KEPADA WPDN ATAU BUT, DIPOTONG PAJAK OLEH PIHAK YANG WAJIB MEMBAYARKAN:
A. SEBESAR 15% DARI JUMLAH BRUTO ATAS:
1. DIVIDEN DALAM PASAL 4 AYAT (1) HURUF G;
2. BUNGA DALAM PASAL 4 AYAT (1) HURUF F;
3. ROYALTI; DAN
4. HADIAH, PENGHARGAAN, BONUS, DAN SEJENISNYA SELAIN YANG TELAH DIPOTONG PPh PASAL 21 AYAT (1)
PELUNASAN PAJAK
HURUF E;
C. SEBESAR 2% DARI JUMLAH BRUTO ATAS:
1. SEWA DAN PENGHASLIAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA, KECUALI SEWA DAN
PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA YANG TELAH DIKENAI PPh DALAM PASAL
4 AYAT (2); DAN
2. IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN JASA TEKNIK, MANAJEMEN, KONSTRUKSI, KONSULTAN DAN JASA LAIN
SELAIN YANG TELAH DIPOTONG PPh DALAM PASAL 21.
PASAL 23 AYAT (1A)

*DALAM HAL WP YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN PADA AYAT (1) TIDAK MEMILIKI NPWP,
BESARNYA TARIF PEMOTONGAN ADALAH LEBIH TINGGI 100% DARIPADA TARIF PADA AYAT (1).
PASAL 23 AYAT (2)

*KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI JASA LAIN PADA AYAT (1) HURUF C ANGKA 2 DIATUR DENGAN PMK.
PMK:
PASAL 23 AYAT (3)

*OP SEBAGAI WPDN DAPAT DITUNJUK DIRJEN PAJAK UNTUK MEMOTONG PAJAK PADA AYAT (1);
PASAL 23 AYAT (4)

*PEMOTONGAN PAJAK PADA AYAT (1) TIDAK DILAKUKAN ATAS:
A. PENGHASILAN YANG DIBAYAR ATAU TERUTANG KEPADA BANK;
B. SEWA YANG DIBAYARKAN ATAU TERUTANG SEHUBUNGAN DENGAN SGU DENGAN HAK OPSI;
C. DIVIDEN PADA PASAL 4 AYAT (3) HURUF F DAN DIVIDEN YANG DITERIMA OLEH OP PADA PASAL 17 AYAT (2C)
E. BAGIAN LABA DALAM PASAL 4 AYAT (3) HURUF I;
F. SISA HASIL USAHA KOPERASI YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI PADA ANGGOTANYA;
H. PENGHASILAN YANG DIBAYAR ATAU TERUTANG KEPADA BADAN USAHA ATAS JASA KEUANGAN YANG BERFUNGSI
SEBAGAI PENYALUR PINJAMAN DAN/ATAU PEMBIAYAAN YANG DIATUR DENGAN PMK.
PMK:
DASAR HUKUM KREDIT PAJAK ATAS PEMOTONGAN PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI
PASAL 24 AYAT (1)
DASAR HUKUM ANGSURAN PPh TAHUN BERJALAN

PASAL 25 AYAT (1)
*BESARNYA ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN PAJAK BERJALAN YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI OLEH WP UNTUK
SETIAP BULAN ADALAH SEBESAR PPh ANG TERUTANG MENURUT SPT TAHUNAN PPh TAHUN PAJAK YANG LALU
DIKURANGI DENGAN:
A. PPh YANG DIPOTONG DALAM PASAL 21 DAN 23 SERTA PPh YANG DIPUNGUT DALAM PASAL 22; DAN
PELUNASAN PAJAK
B. PPh YANG DIBAYAR ATAU TERUTANG DI LUAR NEGERI YANG BOLEH DIKREDITKAN DALAM PASAL 24.
DIBAGI 12 ATAU BANYAKNYA BULAN DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK.
PASAL 25 AYAT (2)

*BESARNYA ANGSURAN PAJAK YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI OLEH WP UNTUK BULAN-BULAN SEBELUM SPT PPh
DISAMPAIKAN SEBELUM BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT PPh = BESARNYA ANGSURAN PAJAK UNTUK BULAN
TERAKHIR TAHUN PAJAK YANG LALU.
PASAL 25 AYAT (4)

*APABILA DALAM TAHUN PAJAK BERJALAN DITERBITKAN SKP UNTUK TAHUN PAJAK YANG LALU, BESARNYA ANGSURAN
DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN SKP TERSEBUT DAN BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN
PENERBITAN SKP.
PASAL 25 AYAT (6)

*DIRJEN PAJAK BERWENANG UNTUK MENETAPKAN PENGHITUNGAN BESARNYA ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN
PAJAK BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU, SEBAGAI BERIKUT:
A. WP BERHAK ATAS KOMPENSASI KERUGIAN;
B. WP MEMPEROLEH PENGHASILAN TIDAK TERATUR;
C. SPT PPh TAHUN YANG LALU DISAMPAIKAN SETELAH LEWAT BATAS WAKTU YANG DITENTUKAN;
D. WP DIBERIKAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh;
E. WP MEMBETULKAN SENDIRI SPT TAHUNAN PPh YANG MENGAKIBATKAN ANGSURAN BULANAN > DARI ANGSURAN
BULANAN SEBELUM PEMBETULAN; DAN
F. TERJADI PERUBAHAN KEADAAN USAHA ATAU KEGIATAN WP.
PASAL 25 AYAT (7)

*MENKEU MENETAPKAN PENGHITUNGAN BESARNYA ANGSURAN PAJAK BAGI:
A. WP BARU;
B. BANK, BUMN, BUMD, WP MASUK BURSA, DAN WP LAINNYA YANG BERDASARKAN KETENTUAN HARUS MEMBUAT
LAPORAN KEUANGAN BERKALA; DAN
C. WP OP PENGUSAHA TERTENTU DENGAN TARIF PALING TINGGI 0,75% DARI PEREDARAN BRUTO.
PASAL 25 AYAT (8)

*WPDN OP YANG TIDAK MEMILIKI NPWP DAN TELAH BERUSIA 21 TAHUN YANG BERTOLAK KE LN WAJIB MEMBAYAR
PAJAK YANG KETENTUANNYA DIATUR DENGAN PP.
PASAL 25 AYAT (8A)

*KETENTUAN AYAT 8 BERLAKU SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2010
DASAR HUKUM PEMOTONGAN PPh UNTUK WPLN YANG MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA
PASAL 26 AYAT (1)
PERHITUNGAN PPh PADA AKHIR TAHUN
DASAR HUKUM PENGKREDITAN PAJAK
PASAL 28 AYAT (1)
DASAR HUKUM PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK

PASAL 28A
DASAR HUKUM PELUNASAN KEKURANGAN PEMBAYARAN PAJAK YANG TERUTANG

PASAL 29
KETENTUAN LAIN-LAIN
DASAR HUKUM FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK WP PRIORITAS TINGGI DI BIDANG DAN/ATAU DAERAH TERTENTU
PASAL 31A AYAT (1)
DASAR HUKUM KETENTUAN PERPAJAKAN UNTUK USAHA PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI, PANAS BUMI,
PERTAMBANGAN UMUM, DAN BERBASIS SYARIAH DIATUR DENGAN PP
PASAL 31D
DASAR HUKUM FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK WP BADAN DENGAN OMZET <Rp 50 M

PASAL 31E AYAT (1)
*WPDN BADAN DENGAN PEREDARAN BRUTO <= Rp 50.000.000.000 MENDAPAT FASILITAS BERUPA PENGURANGAN
TARIF SEBESAR 50% DARI TARIF PASAL 17 AYAT (1) HURUF B DAN AYAT (2A) YANG DIKENAKAN ATAS PKP DARI BAGIAN
PEREDARAN BRUTO <= Rp 4.800.000.000.
CONTOH:
PEREDARAN BRUTO PT X DALAM TAHUN PAJAK 2009 SEBESAR Rp 30.000.000.000 DENGAN PKP SEBESAR
Rp 3.000.000.000.
PENGHITUNGAN PPh TERUTANG:
1. JUMLAH PKP DARI BAGIAN PEREDARAN BRUTO YANG MEMPEROLEH FASILITAS:
(Rp 4.800.000.000 / Rp 30.000.000.000) x Rp 3.000.000.000 = Rp 480.000.000
2. JUMLAH PKP DARI BAGIAN PEREDARAN BRUTO YANG TIDAK MEMPEROLEH FASILITAS:
Rp 3.000.000.000 - Rp 480.000.000 = Rp 2.520.000.000
3. PPh YANG TERUTANG:
(50% x 28%) x Rp 480.000.000 = Rp 67.200.000
28% x Rp 2.520.000.000 = Rp 705.600.000 (+)
JUMLAH: Rp 772.800.000
PASAL 31E AYAT (2)

*BESARNYA BAGIAN PEREDARAN BRUTO PADA AYAT (1) DAPAT DINAIKKAN DENGAN PMK.
DASAR HUKUM KERJASAMA UNTUK P3B, BEPS PROJECT 2.0, AEOI, BANTUAN PENAGIHAN PAJAK, DLL
PASAL 32A
DASAR HUKUM PENGENAAN PAJAK ATAS BUNGA ATAU DISKONTO OBLIGASI NEGARA YANG DIPERDAGANGKAN DI
NEGARA LAIN
PASAL 32B
PENDELEGASIAN KEWENANGAN
DASAR HUKUM PENDELEGASIAN KEWENANGAN
PASAL 32C
*KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI:
A. PENGHASILAN BERUPA KEUNTUNGAN KARENA PENGALIHAN HARTA BERUPA HIBAH, BANTUAN, ATAU SUMBANGAN
YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK KARENA DIBERIKAN KEPADA KELUARGA SEDARAH DALAM GARIS
KETURUNAN LURUS SATU DERAJAT DAN BADAN KEAGAMAAN, BADAN PENDIDIKAN, BADAN SOSIAL TERMASUK
YAYASAN, KOPERASI, ATAU ORANG PRIBADI YANG MENJALAN USAHA MIKRO DAN KECIL, SEPANJANG TIDAK ADA
HUBUNGAN DENGAN USAHA, PEKERJAAN, KEPEMILIKAN, ATAU PENGUASAAN DI ANTARA PIHAK-PIHAK YANG
BERSANGKUTAN DALAM PASAL 4 AYAT (1) HURUF D ANGKA 4;
B. KRITERIA KEAHLIAN TERTENTU SERTA PENGENAAN PPh BAGI WNA DALAM PASAL 4 AYAT (1A);
C. HARTA HIBAHAN YANG DITERIMA OLEH KELUARGA SEDARAH DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SATU DERAJAT,
BADAN KEAGAMAAN, BADAN PENDIDIKAN, BADAN SOSIAL TERMASUK YAYASAN, KOPERASI ATAU ORANG PRIBADI
YANG MENJALANKAN USAHA MIKRO DAN KECIL, SEPANJANG TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN USAHA, PEKERJAAN
KEPEMILIKAN, ATAU PENGUASAAN DI ANTARA PIHAK-PIHAK YANG BERSANGKUTAN, YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK
PAJAK DALAM PASAL 4 AYAT (3) HURUF A ANGKA 2;
D. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG DITERIMA DALAM BENTUK
NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK DALAM PASAL 4 AYAT (3) HURUF D;
PP No. 55 TAHUN 2022 & PMK NO.66 TAHUN 2023
E. KRITERIA, JANGKA WAKTU, DAN PERUBAHAN BATAS DIVIDEN YANG DIINVESTASIKAN, SERTA KETENTUAN
PENGECUALIAN PPh ATAS DIVIDEN ATAU PENGHASILAN LAIN DALAM PASAL 4 AYAT (3) HURUF;
F. PENGHASILAN DARI PENANAMAN MODAL DALAM BIDANG-BIDANG TERTENTU YANG DITERIMA OLEH DANA PENSIUN, YANG
DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK DALAM PASAL 4 AYAT (3) HURUF H;
G. BEASISWA YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK DALAM PASAL 4
AYAT (3) HURUF L
H. SISA LEBIH YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH BADAN ATAU LEMBAGA NIRLABA YANG BERGERAK DALAM BIDANG
PENDIDIKAN DAN/ATAU BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK
DALAM PASAL 4 AYAT (3) HURUF M;
I. BANTUAN ATAU SANTUNAN YANG DIBAYARKAN OLEH BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KEPADA WP
TERTENTU, YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK DALAM PASAL 4 AYAT (3) HURUF N;
J. DANA SETORAN BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI (BPIH) DAN/ATAU BPIH KHUSUS, DAN PENGHASILAN
DARI PENGEMBANGAN KEUANGAN HAJI DALAM BIDANG ATAU INSTRUMEN KEUANGAN TERTENTU YANG DITERIMA
BADAN PENGELOLA KEUANGAN HAJI (BPKH), YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK DALAM PASAL 4 AYAT (3)
HURUF O;
K. SISA LEBIH YANG DITERIMA/DIPEROLEH BADAN ATAU LEMBAGA SOSIAL DAN KEAGAMAAN, YANG DIKECUALIKAN
DARI OBJEK PAJAK DALAM PASAL 4 AYAT (3) HURUF P;
L. BIAYA PROMOSI DAN PENJUALAN YANG DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO DALAM PASAL 6 AYAT (1)
HURUF A ANGKA 7;
M. PIUTANG YANG NYATA-NYATA TIDAK DAPAT DITAGIH YANG DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
DALAM PASAL 6 AYAT (1) HURUF H;
N. BIAYA PENGGANTIAN ATAU IMBALAN YANG DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN YANG
DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO DALAM PASAL 6 AYAT (1) HURUF N;
PP No. 55 TAHUN 2022 & PMK NO.66 TAHUN 2023

PENDELEGASIAN KEWENANGAN
O. PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN YANG DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
PASAL 9 AYAT (1) HURUF C;
P. KELOMPOK HARTA BERWUJUD, MASA MANFAAT, DAN PENGHITUNGAN PENYUSUTAN DALAM PASAL 11 AYAT (6)
DAN AYAT (6A);
Q. PENYUSUTAN ATAS HARTA BERWUJUD YANG DIMILIKI DAN DIGUNAKAN DALAM BIDANG USAHA TERTENTU DALAM
PASAL 11A AYAT (7);
R. SAAT DIMULAINYA AMORTISASI UNTUK BIDANG USAHA TERTENTU DALAM PASAL 11A AYAT (1A);
S. PENGHITUNGAN AMORTISASI DALAM PASAL 11A AYAT (2) DAN AYAT (2A);
T. BATASAN JUMLAH BIAYA PINJAMAN YANG DAPAT DIBEBANKAN UNTUK KEPERLUAN PENGHITUNGAN PAJAK DALAM
PASAL 18 AYAT (1);
U. PENETAPAN SAAT DIPEROLEHNYA DIVIDEN OLEH WPDN ATAS PENYERTAAN MODAL PADA BADAN USAHA LUAR
NEGERI SELAIN BADAN USAHA YANG MENJUAL SAHAMNYA DI BURSA EFEK DALAM PASAL 18 AYAT (2);
V. PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN DAN KELAZIMAN USAHA DALAM RANGKA PENGHITUNGAN BESARNYA PKP BAGI
WP YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA DENGAN WP LAINNYA DALAM PASAL 18 AYAT (3);
W. PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBENTUKAN HARGA TRANSAKSI ANTAR PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN
ISTIMEWA DALAM PASAL 18 AYAT (3A);
X. PENETAPAN PIHAK YANG SEBENARNYA MELAKUKAN PEMBELIAN SAHAM ATAU AKTIVA PERUSAHAAN MELALUI
PIHAK LAIN ATAU BADAN YANG DIBENTUK UNTUK MAKSUD DEMIKIAN (SPECIAL PURPOSE COMPANY) DALAM
PASAL 18 AYAT (3B);
Y. PENETAPAN PENJUALAN ATAS PENGALIHAN SAHAM BADAN YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
INDONESIA ATAU BUT DI INDONESIA DALAM PASAL 18 AYAT (3C);
Z. PENENTUAN KEMBALI BESARNYA PENGHASILAN YANG DIPEROLEH WPDN OP DARI PEMBERI KERJA YANG MEMILIKI
HUBUNGAN ISTIMEWA DENGAN PERUSAHAAN LAIN YANG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT KEDUDUKAN
DI INDONESIA DALAM PASAL 18 AYAT (3D);
AA. KRITERIA HUBUNGAN ISTIMEWA DALAM PASAL 18 AYAT (4)
BB. PEMBENTUKAN DAN/ATAU PELAKSANAAN PERJANJIAN DAN/ATAU KESEPAKATAN DI BIDANG PERPAJAKAN DALAM
PASAL 32A,
DIATUR DENGAN PP.

Uu HPP Konsolidasi-Pph

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Uu HPP Konsolidasi-Pph

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

INDEX PASAL KETERANGAN

KETENTUAN UMUM PASAL 1 PENGERTIAN PPh

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU)

PERATURAN PRESIDEN (PERPRES)

PERATURAN PEMERINTAH (PP)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN (PMK)

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN (KMK)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (KEP-DIRJEN)

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (SE)

BUNGA OBLIGASI YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WPDN DAN BUT

SELISIH LEBIH HARGA JUAL

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA (SPN)

SELISIH LEBIH ANTARA:

4 **TATA CARA FINAL

TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM

USAHA JASA KONSTRUKSI

PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP PERUSAHAAN

I. PEMOTONGAN PPh 21 TERHADAP PENGHASILAN PEGAWAI TETAP

V. PENGHITUNGAN PPh 21 ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA OLEH BUKAN PEGAWAI

VI. PENGHITUNGAN PPh 21 ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA PESERTA KEGIATAN

DASAR HUKUM SPDN

DASAR HUKUM SPLN

DASAR HUKUM BENTUK BUT

DASAR HUKUM KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF SPDN

DASAR HUKUM KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF SPLN

DASAR HUKUM KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF WARISAN YANG BELUM TERBAGI

DASAR HUKUM KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF UNTUK BAGIAN TAHUN PAJAK

DASAR HUKUM ENTITAS YANG TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK

DASAR HUKUM OBJEK PPh BERSIFAT FINAL

B. PENGHASILAN BERUPA HADIAH UNDIAN;

DASAR HUKUM PENGECUALIAN DARI OBJEK PAJAK

DASAR HUKUM OBJEK PAJAK BUT

PASAL 5 AYAT (2)

PASAL 5 AYAT (3)

DASAR HUKUM DEDUCTABLE EXPENSES

K. BIAYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SOSIAL YANG KETENTUANNYA DIATUR DENGAAN PP;

L. SUMBANGAN FASILITAS PENDIDIKAN YANG KETENTUANNYA DIATUR DENGAN PP;

DASAR HUKUM KOMPENSASI KERUGIAN

DASAR HUKUM PERLAKUAN PENGHASILAN SUAMI ISTRI

DASAR HUKUM PENGHASILAN ANAK YANG BELUM DEWASA

DASAR HUKUM UNDEDUCTABLE EXPENSES

DASAR HUKUM PENILAIAN AKTIVA, TERMASUK PERSEDIAAN

DASAR HUKUM PENYUSUTAN

*METODE YANG DIBOLEHKAN BERDASARKAN KETENTUAN INI DILAKUKAN:

PASAL 11 AYAT (2)

PASAL 11 AYAT (3)

PASAL 11 AYAT (4)

PASAL 11 AYAT (5)

PASAL 11 AYAT (6)

KELOMPOK HARTA TARIF PENYUSUTAN

PASAL 11 AYAT (6A)

PASAL 11 AYAT (7)

PASAL 11 AYAT (8)

PASAL 11 AYAT (9)

PASAL 11 AYAT (10)

DASAR HUKUM AMORTISASI

DASAR HUKUM NPPN

DASAR HUKUM NP KHUSUS

DASAR HUKUM TARIF PAJAK

LAPISAN PKP TARIF PAJAK

*PERHITUNGAN LAPISAN TARIF:

PASAL 17 AYAT (2B)

PASAL 17 AYAT (2C)