Anda di halaman 1dari 25

MODUL III

PENGUAT TRANSISTOR
I. Tujuan
Memahami cara kerja penguat (amplifier) tansistor.
II. Tugas Pendahuluan
1. Apa pengaruh feedback negatif pada rangkaian amplifier? Jelaskan?
2. Pelajari data-sheet transistor BD140
III. Teori Dasar
A. Distorsi
Distorsi adalah kerusakan pada sinyal keluaran. Distorsi pada sinyal kemungkinan
terjadi pada suatu penguat karena hal-hal berikut:
1. Pembiasan yang tidak tepat.
2. Sinyal input terlalu besar.
3. Penguatan tidak linier untuk rentang frekuensi tertentu.
Hal-hal tersebut perlu diperhatikan dalam merancang suatu penguat.
B. Umpan Balik Negatif
Sebuah penguat dengan umpan balik (feedback) negative digambarkan oleh diagram
pada gambar 1. Keluaran V out dihubungkan dengan umpan balik β dan
dikembalikan ke input untuk dicampur dengan masukan Vin. Beda antara Vout dan
Vin dikuatkan dengan amplifier (penguat) sebesar A. Penguatan (gain) dari sistem
dinyatakan dalam rumus:

𝑉𝑜𝑢𝑡 𝐴
𝐺𝑎𝑖𝑛 = =
𝑉𝑖𝑛
1 + 𝛽𝐴

Gambar 1: Penguat dengan Umpan Balik Negatif


Pemberian umpan balik negatif pada amplifier akan berakibat pada pengurangan
penguatan (gain) dari amplifier tetapi akan memperbaiki impedansi input dan output
serta stabilitas dari amplifier.
C. Respon Frekuensi
Penguatan sinyal AC (periodik) cenderung menurun pada frekuensi rendah dan
frekuensi tinggi. Salah satu penyebabnya adalah adanya kapasitansi pada rangkaian
bias (berefek pada frekuensi rendah) serta kapasitansi pada konstruksi komponen
transistor (berefek pada frekuensi tinggi). Hal ini diilustrasikan oleh Gambar 2,
dimana sebuah penguat memiliki perilaku seperti band-pass filter.
Gambar 2: Respon Frekuensi
IV. Referensi
Boylestad, R. Nashelky, L., 1996, ”Electronic Devices and Circuit Theory”, Englewood
Cliffs, New Jersey, Prentice Hall.
V. Peralatan yang dibutuhkan
1. Circuit Construction Desk
2. Basic Electricity dan electronic kit
3. Power Supply 0-20 Volt DC variable.
4. Multimeter
5. Osiloskop
6. Resistor
7. Kapasitor
8. Transistor
VI. Percobaa
n
A. Distorsi
1. Rangkaian Percobaan

Gambar 3
2. Langkah Percobaan
1. Buat rangkaian seperti pada gambar 3.
2. Gunakan function generator untuk signal input. Set keluaran
function generator pada 0 V.
3. Set VCE menjadi 5 V.
4. Set frekuensi sinyal function generator pada 1 kHz. Naikkan tegangan
keluaran function generator perlahan-lahan.
5. Amati apa yang anda lihat pada osiloskop.
3. Tugas Kelompok
1. Simulasikan percobaan di atas!
2. Jelaskan mengapa dapat terjadi distori pada rangkaian!
3. Apa contoh pengaruh dari efek distorsi pada rangkaian dalam kegiatan
sehari-hari!
B. Rangkaian Dengan Umpan Balik (Feedback) negative
1. Rangkaian Percobaan

Gambar 4
2. Langkah Percobaan
1. Buat rangkaian seperti pada gambar 4.
2. Gunakan 𝑅𝐹 = 470 Ω. hitung 𝑅𝐹⁄𝑅𝐿
3. Gunakan function generator untuk signal input. Set keluaran function
generator pada 0 V kemudian atur potensiometer 10K sehingga tegangan
kolektor DC bernilai 8 volt.
4. Set frekuensi sinyal function generator pada 1 kHz. Naikkan tegangan
keluaran function generator sampai tegangan Vp-p dari Y1 (keluaran)
menunjukkan 4 volt.
5. Ukur tegangan Vp-p dari titik B (masukan) pada Y2. Hitung penguatan AC
nya, dimana penguatan AC adalah tegangan k eluaran dibagi tegangan
masukan.
6. Pindahkan Y2 ke titik A. Ukur tegangan Vp-p dari titik A pada Y2.
Dapatkan resistansi input dengan rumus:
𝑉𝐵
𝑅𝑖𝑛 = 𝑋 100𝐾Ω
𝑉 − 𝑉𝐵
𝐴
C. Respon Frekuensi
1. Rangkaian Percobaan

Gambar 5
2. Langkah Percobaan
1. Buat rangkaian seperti pada gambar 5
2. Gunakan RF = 0 Ω. Sinyal input berasal dari function generator.
3. Set frekuensi sinyal pada 1 kHz. Dan tegangan pada
0 volt. Atur potensiometer 10K sehingga tegangan
kolektor dc menjadi 8 volt.
4. Naikkan tegangan output function generator sehingga
tegangan Vp-p pada Y1 menjadi 8 volt.
5. Dari pengukuran pada osiloskop, dapatkan penguatan (gain)
serta pergeseran fase (phase changes).
6. Lakukan hal yang sama dengan langkah nomor 4 untuk
frekuensi masing masing: 1 kHz, 5 kHz, 10 kHz, 30 kHz, 60
kHz, 100 kHz. Kemudian Lengkapi tabel 2.2.
7. Gunakan RF = 220Ω. Lakukan hal yang sama dengan langkah
nomor 4 untuk frekuensi masing-masing: 1 kHz, 5 kHz, 10 kHz,
30 kHz, 60 kHz, 100 kHz. Kemudian Lengkapi tabel 3.1.
3. Tugas Kelompok
1. Simulasikan percobaan B dan C! Dapatkan grafik respon
frekuensinya (dengan analisa AC)!
2. Apakah pengaruh umpan balik negatif pada suatu penguat?
Jelaskan!
3. Berapakah penurunan gain pada frekuensi 100 kHz dari
frekuensi 1 kHz dalam persen dan dalam dB?

D. Inverter (not)
1. Rangkaian Percobaan

Gambar 6
2. Langkah Percobaan
Untuk rangkaian pada gambar 6 diatas:
1. Buat rangkaiannya seperti pada gambar 6.
2. Catat pada laporan sementara anda berapa tegangan output
bila input diberi 0 Volt (logika “0”) dan diberi 5 Volt (logika
“1”).
3. Tugas Kelompok
1. Simulasikan percobaan di atas!
2. Buatlah gerbang logika NOT dengan CMOS dan jelaskan prinsip
kerjanya!
VII.Tugas Individu
1. Jelaskan mengenai Silicon Control Rectifier dan prinsip kerjanya!
2. Apa keuntungan dari rangkaian dengan feedback negatif? Jelaskan!
3. Gambarlah rangkaian pre-amplifier dan jelaskan cara kerjanya!
TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa pengaruh feedback negatif pada rangkaian amplifier? Jelaskan!
Pengaruh feedback negatif pada rangkaian amplifier adalah mencegah output
menjadi terlalu besar atau over, tetapi cenderung akan konstan. Selain itu,
negatif feedback akan mendapatkan gain yang stabil dan konstan sehingga
sistem penguatan sinyal menjadi stabil dan bagus.
2. Pelajari data sheet transistor BD140!
Terlampir
DASAR TEORI
Transistor adalah komponen aktif semikonduktor yang berfungsi sebagai
penguat arus dan dapat berfugsi juga sebagai switch atau saklar. Transistor juga
berfungsi sebagai penguat, pengendali, penyearah, osilator, modulator dan lain
sebagainya. Transistor merupakan salah satu komponen semikonduktor yang
paling banyak ditemukan dalam rangkaian-rangkaian elektronika. Boleh dikatakan
bahwa hampir semua perangkat elektronik menggunakan Transistor untuk
berbagai kebutuhan dalam rangkaiannya. Perangkat-perangkat elektronik yang
dimaksud tersebut seperti Televisi, Komputer, Ponsel, Audio Amplifier, Audio
Player, Video Player, konsol Game, Power Supply dan lain-lainnya.
Transistor memiliki tiga kaki, namun ada juga yang memiliki empat kaki.
Pada dasarnya transistor dibagi menjadi dua jenis yaitu transistor unipolar dan
transistor bipolar. Transistor unipolar sering disebut juga dengan nama FET (Field
Effect Transistor) atau jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia adalah
transistor efek medan. Field Effect Transistor atau FET memiliki fungsi yang
hampir sama dengan Transistor bipolar pada umumnya. Perbedaannya adalah
pada pengendalian arus Outputnya. Arus Output (IC) pada Transistor Bipolar
dikendalikan oleh arus Input (IB) sedangkan Arus Output (ID) pada FET
dikendalikan oleh Tegangan Input (VG) FET. Jadi perlu diperhatikan bahwa
perbedaan yang paling utama antara Transistor Bipolar (NPN & PNP) dengan
Field Effect Transistor (FET) adalah terletak pada pengendalinya (Bipolar
menggunakan Arus sedangkan FET menggunakan Tegangan). Transistor efek
unipolar menggunakan sebuah semikonduktor pembawa muatan dalam
pembuatannya, yaitu semikonduktor tipe N maupun semikonduktor tipe P. Field
Effect Transistor ini sering disebut juga dengan Unipolar Transistor atau
Transistor Eka Kutub, hal ini dikarena FET adalah Transistor yang bekerja
bergantung dari satu pembawa muatan saja, apakah itu Elektron maupun Hole.
Sedangkan pada Transistor Bipolar (NPN & PNP) pada umumnya, terdapat dua
pembawa muatan yaitu Elektron yang membawa muatan Negatif dan Hole
sebagai pembawa muatan Positif.
Pada Transistor Bipolar terdapat tiga kaki yaitu Base (B), Collector (C),
dan Emitter (E). Kaki basis merupakan kaki transistor yang berfungsi untuk
mengatur jalannya aliran elektro yang akan mengalir dari kaki emitter ke kaki
kolektor. Besar atau kecilnya arus elektron diatur melalui kaki ini. Kaki collector
merupakan kaki transistor yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya elektron
setelah sebelumnya diatur oleh kaki basisnya. Fungsi transistor paling utama
adalah sebagai penguat arus yang sering dipakai di amplifier. Sedangkan transistor
sebagai saklar sering ditemukan pada rangkaian lampu otomatis.
Dengan demikian arus yang cukup besar pada basis transistor hingga
mencapai titik jenuh, kolektor dan emitter akan terhubung dan sebaliknya jika
arus basis teramat kecil maka Collector dan emitter sebagai saklar akan terbuka.
Dengan sifat transistor seperti ini, transistor bisa digunakan sebagai gerbang atau
yang kita serong dengar sebagai TTL yaitu transistor transistor logic. Prinsip kerja
dari transistor penguat yaitu amplifier artinya transistor bekerja pada wilayah
antara titik jenuh dan kondisi terbuka (cut-off), tetapi tidak pada kondisi keduanya
Prinsip transistor sebagai penghubung (switch) adalah transistor akan mengalami
cut-off apabila arus yang melalui basis sangat kecil sekali sehingga collector dan
emitter akan seperti kawat yang terbuka dan transistor akan mengalami jenuh
apabila arus yang melalui basis terlalu besar sehingga antara collector dan emitter
bagaikan kawat yang terhubung. Dengan begitu tegangan antara collector dan
emitter Vcc adalah Nol Volt. Dari cara kerja di atas mengapa transistor dapat
difungsikan sebagai saklar atau switch.
Prinsip dasar amplifikasi atau penguatan sinyal adalah meningkatkan
amplitudo sinyal yang diberikan diinput yan tentunya tanpa mengubah
karakteristik dari sinyal itu sendiri Ada tiga jenis penguatan yaitu CE, CC dan CB.
Transistor Penguat basis atau common base (CB) adalah hubungan yang
kaki basis-nya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk input maupun output.
Pada hubungan common base, sinyal input dimasukan ke emitor dan sinyal
output-nya diambil dari kolektor, sedangkan kaki basisnya di-ground-kan. Oleh
karena itu, common base juga sering disebut dengan istilah “grounded base”.
Common base ini menghasilkan penguatan tegangan antara sinyal input dan sinyal
output namun tidak menghasilkan penguatan pada arus, jadi jarang digunakan.
Pada gambar 1 memperlihatkan penguat basis, dimana sinyal output lebih besar
dari sinyal input dan tidak berubah fasa. Sifat-sifat common base yaitu impedansi
input rendah , impedansi output tinggi, Penguatan arus < 1, Penguatan tegangan
besar, Tidak mengalami perubahan fase pada output.
Konfigurasi Common Collector (CC) atau Kolektor Bersama memiliki
sifat dan fungsi yang berlawan dengan Common Base (Basis Bersama). Kalau
pada Common Base menghasilkan penguatan Tegangan tanpa memperkuat Arus,
maka Common Collector ini memiliki fungsi yang dapat menghasilkan Penguatan
Arus namun tidak menghasilkan penguatan Tegangan. Pada Konfigurasi Common
Collector, Input diumpankan ke Basis Transistor sedangkan Outputnya diperoleh
dari Emitor Transistor sedangkan Kolektor-nya di-ground-kan dan digunakan
bersama untuk INPUT maupun OUTPUT. Konfigurasi Kolektor bersama
(Common Collector) ini sering disebut juga dengan Pengikut Emitor (Emitter
Follower) karena tegangan sinyal Output pada Emitor hampir sama dengan
tegangan Input Basis.
Konfigurasi Common Emitter (CE) atau Emitor Bersama merupakan
Konfigurasi Transistor yang paling sering digunakan, terutama pada penguat yang
membutuhkan penguatan Tegangan dan Arus secara bersamaan. Hal ini
dikarenakan Konfigurasi Transistor dengan Common Emitter ini menghasilkan
penguatan Tegangan dan Arus antara sinyal Input dan sinyal Output. Common
Emitter adalah konfigurasi Transistor dimana kaki Emitor Transistor di-ground-
kan dan dipergunakan bersama untuk INPUT dan OUTPUT. Pada Konfigurasi
Common Emitter ini, sinyal INPUT dimasukan ke Basis dan sinyal OUTPUT-nya
diperoleh dari kaki Kolektor.
Distorsi pada Amplifier pada dasarnya menyiratkan variasi dalam bentuk
gelombang yang diterima pada output sehubungan dengan input yang diterapkan.
The perubahan yang tidak diinginkan yang dihasilkan selama amplifikasi dikenal
sebagai distorsi. Sinyal murni selalu memiliki komponen frekuensi tunggal di
mana tegangan bervariasi positif dan negatif dengan jumlah yang sama. Jika
variasi ini kurang dari siklus 360⁰ penuh, maka dikatakan sinyal terdistorsi.
Alasan distorsi sinyal dikarenakan karena bias yang salah ketika sinyal tidak
diperkuat untuk seluruh siklus sinyal input maka terjadi distorsi. Ini juga terjadi
dalam kasus ketika sinyal input yang diterapkan sangat besar. Distorsi pada
penguat terkadang terjadi ketika amplifikasi tidak linier pada rentang frekuensi
lengkap. Karena kita sudah mengetahui fakta bahwa amplifier pada dasarnya
memperkuat sinyal tegangan kecil untuk memberikan sinyal yang lebih besar pada
output. Setelah amplifikasi, sinyal keluaran adalah nilai yang diperoleh dengan
mengalikan penguatan penguat dengan nilai sinyal masukan. Inilah alasan
mengapa kami mendapatkan sinyal yang diperkuat pada output penguat. Tetapi
penguatan penguat yaitu, β berbeda untuk jenis transistor yang sama.
Gerbang NOT, sering disebut inverter adalah gerbang logika digital yang
bagus untuk memulai karena hanya memiliki satu input dengan perilaku
sederhana. Gerbang NOT melakukan negasi logis pada inputnya. Dengan kata
lain, jika inputnya benar, maka outputnya akan salah. Demikian pula, masukan
yang salah menghasilkan keluaran yang benar.
Respon Frekuensi dari rangkaian listrik atau elektronik memungkinkan
kita untuk melihat dengan tepat bagaimana gain keluaran (dikenal sebagai respon
magnitudo ) dan fase (dikenal sebagai respon fasa ) berubah pada frekuensi
tunggal tertentu, atau pada seluruh rentang frekuensi yang berbeda dari 0Hz, (dc)
hingga ribuan mega-hertz, (MHz) tergantung pada karakteristik desain sirkuit.
Secara umum, analisis respon frekuensi dari suatu rangkaian atau sistem
ditunjukkan dengan memplot penguatannya, yaitu ukuran sinyal keluarannya ke
sinyal masukannya, Output / Input terhadap skala frekuensi di mana rangkaian
atau sistem tersebut diharapkan untuk beroperasi. Kemudian dengan mengetahui
rangkaian gain, (atau kerugian) pada setiap titik frekuensi membantu kita untuk
memahami seberapa baik (atau buruknya) rangkaian dapat membedakan sinyal
dari frekuensi yang berbeda.
Respon frekuensi dari rangkaian ketergantungan frekuensi tertentu dapat
ditampilkan sebagai sketsa grafis dari besaran (penguatan) terhadap frekuensi (ƒ).
Sumbu frekuensi horizontal biasanya diplot pada skala logaritmik sedangkan
sumbu vertikal mewakili keluaran atau penguatan tegangan, biasanya digambar
sebagai skala linier dalam pembagian desimal. Karena penguatan sistem dapat
berupa positif atau negatif, sumbu y dapat memiliki nilai positif dan negatif.
SIMULASI PERCOBAAN
A. Distorsi

Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan.

Gambar 3.2 Grafik Percobaan dengan Vpp 3 Volt.

B. Rangkaian Feedback Negatif

Gambar 3.3 Rangkaian Percobaan Feedback Negatif.


Gambar 3.4 Grafik Percobaan dengan Vpp dari Y1 adalah 4 Volt.

Gambar 3.5 Grafik Percobaan dengan Vpp dari Y2 adalah 1.975 Volt.

Gambar 3.6 Grafik Percobaan dengan Vpp dari Y2 di titik A adalah 12


Volt.
C. Respon Frekuensi

Gambar 3.7 Rangkaian Percobaan Tanpa Rf.

Gambar 3.8 Rangkaian Percobaan dengan Rf=220Ohm.


Gambar 3.9 Grafik Percobaan Tanpa Rf

Gambar 3.10 Grafik Percobaan dengan Rf=220Ohm.

D. Inverter (Not)
Gambar 3.11 Rangkaian Percobaan dengan input 0

Gambar 3.12 Rangkaian Percobaan dengan input 1


DATA PERCOBAAN
A. Distorsi
Terlampir
B. Umpan Balik Negatif
VA = 12V VB = 1.925 V = 2 V
VB
Rinput = x 100 kOhm=20 kOhm
VA−VB
4 Vpp
Av = =2 Vpp
2 Vpp

C. Respon Frekuensi
Tabel Percobaan
Voltage Gain Phase Change
Frekuensi Rf = 0 Rf = 200 Rf = 0 Rf = 200
Ohm Ohm Ohm Ohm
1 kHz 232.5 882.4 0 0
5 kHz 232.5 882.4 0 0
10 kHz 232.5 882.4 0 0
30 kHz 232.5 882.4 0 0
60 kHz 232.5 882.4 0 0
100 kHz 232.5 882.4 0 0

D. Inverter
Tabel Percobaan
Input Output (v)
0 5
1 0.07
ANALISA DATA
Pada praktikum kali ini dilakukan empat percobaan, yaitu distorsi,
feedback negatif, respon frekuensi dan inverter (not). Pada percobaan distorsi
didapatkan bahwa sinyal mengalami distorsi dengan terpotong puncaknya pada
amplitudo Vin sebesar 3 Volt (Vpp). Pada Vin sebesar 1,5 Volt (Vpp), sinyal
belum mengalami distorsi. Hal ini terjadi karena salah pembiasan saat menambah
tegangan dari function generator. Yang kedua adalah umpan balik negatif yang
mana didapatkan data Rf/Rd sebesar 0,47 dan Rin sebesar 19,7 kOhm. Kemudian
dilakukan pengukuran dengan Vin sebesar 6 Volt dan diperoleh data Vb = 1,925
Volt (Vpp) dibulatkan menjadi 2 V dan VA = 12 Volt (Vpp). Sehingga hal ini
dapat diperoleh bahwa akan mendapatkan gain sebesar 2 kali.
Pada percobaan selanjutnya adalah respon frekuensi dimana dari data
percobaan dapat diketahui bahwa nilai frekuensi tidak akan mengubah voltage
gain dan phase change. Pemasangan Rf = 0 Ohm diperoleh nilai voltage gain
sebesar 232.5. Pemasangan Rf sebesar 220 Ohm akan mendapatkan nilai voltage
gain sebesar 882.4 kali. Hal ini disebabkan karena pada resistor 220 Ohm akan
menghasilkan daya yang diperoleh dari Vin, sehingga tegangan output menjadi
berkurang daripada tanpa pemasangan pada kaki emitter.
Untuk percobaan terakhir yaitu inverter (not). Dari percobaan ini
membuktikan bahwa transistor dapat dijadikan gerbang logic yang pada
percobaan ini saat input 0 output bernilai 5 volt dan saat input 1, menghasilkan
output 0,07 volt.
TUGAS KELOMPOK
1. Simulasikan percobaan diatas!
Terlampir
2. Jelaskan mengapa dapat terjadi distorsi pada rangkaian!
Distorsi terjadi karena sinyal input terlalu besar yang melebihi
kapasitas tegangan sumber amplifier, kemudian terjadi karena
pemberian tegangan bias yang salah dan setting penguatan yang
melebihi input kapasitas tegangan sumber amplifier.
3. Apa contoh pengaruh dari efek distorsi pada rangkaian dalam kegiatan
sehari-hari?
Efek distorsi terjadi pada alat musik seperti gitar, garpu tala bahkan
fenomena di jagad raya juga mengalami distorsi

1. Simulasikan percobaan B dan C! Dapatkan grafik respon frekuensinya


(dengan analisa AC)
Terlampir
2. Apakah pengaruh umpan balik negatif pada suatu penguat? Jelaskan!
Dapat mengurangi fluktuasi input dan menjaga kestabilan penguat
output.
3. Berapakah penurunan gain pada frekuensi 100 kHz dan 1 kHz dalam
persen dan dalam dB?
Gain 1 kHz = 238 : Gain 10 kHz = 238
dalam persen = (238-238)/238 x 100 % = 0 %
dalam dB = 238 – 238 = 0 dB

1. Simulasikan percobaan di atas!


Terlampir
2. Buatlah gerbang logika NOT dengan CMOS dan jelaskan prinsip
kerjanya!

Pada input A=1, PMOS akan off dan memblok arus dari Vdd,
sedangkan NMOS akan on dan menghubungkan kaki output dengan
ground sehingga outputnya 0. Sedangkan sebaliknya pada input A = 0
untuk gate keduanya, NMOS akan off sedangkan PMOS akan on dan
mengaktifkan listrik dar Vdd ke output, PMOS berada di atas (Vdd)
sedangkan NMOS berada di ground.
TUGAS INDIVIDU
1. Jelaskan mengenai silicon control rectrifier dan prinsip kerjanya!
SCR adalah komponen yang memiliki tiga kaki yaitu anode, gate, dan
katoda. Fungsi dar SCR adalah sebagai pengatur daya dan juga sebagai
saklar arus otomatis, kaki gate adalah pengendali. SCR berisi bahan-bahan
yang terdiri dari PNPN (positif negatif positif negatif) dan biasanya
disebut PNPN dioda. Pada prinsipnya cara kerja SCR sama dengan dioda
pada umumnya. Namun SCR memerlukan tegangan positif pada kaki
“gate” untuk dapat mengaktifkannya. Pada saat kaki gate diberikan
tegangan positif, SCR akan mengalirkan arus dari anoda ke katoda.
2. Apa keuntungan dari rangkaian feedback negatif? Jelaskan!
Penguatan lebih stabil, karena tidak lagi dipengaruhi oleh komponen-
komponen internal dari penguat, melainkan hanya dari komponen-
komponen umpan baliknya. Hambatan dalam output dan input tidak lagi
bergantung pada parameter-parameter internal transistor, namun pada
komponen luarnya.
3. Gambarkan rangkaian preamplifier dan cara kerjanya!

Cara kerja :
 Transistor akan berfungsi jika diberikan bias / arus.
 Capasitor akan berfungsi sebagai penahan arus DC dan
melewatkan arus AC (dedicated for coupling).
 Sirkuit ini memperbaiki sinyal audio input yang lemah. Salah satu
aplikasinya terdapat pada rangkaian awal osilator RF, dimana
rangkaian ini membantu meningkatkan kualitas pemancar yang
sangat sensitif terhadap suara.
 Gain (penguatan) = Vout/Vin.
TUGAS ASISTENSI
Jawab:
1. Exact Analysis = β . ℜ≥ 10. R 2 = 100. 1 kOhm ≥10. 20 kOhm
100 kOhm ≥ 200 kOhm(not satisfied)
30 k x 20 k
Rth = R1||R2 = = 12 kOhm
30 k +20 k
R 2 x Vcc 20 k x 12
Vth = = =4 , 8 Volt
R 1+ R 2 20 k +30 k
KVL Pada terminal B dan E
Vth = IB . Rth + VBE + IERE
IE
Vth = Rth+VBE+ I E R E
( β +1)
IE
4.8 = 12 k +0.7+1 k . IE
101
4.8 – 0.7 = 1118,812 IE
4.1
IE =
1118.812
IE = 3.665 mA
26 mV
re = =7.094 Ohm
3.665 mA
Zi = R1 || R2 || Beta x re
Zi = 30.000 Ohm || 20.000 Ohm || 100 x 7.094
Zi = 12.000 || 709.4
Zi = 669.803 Ohm
Dari data di atas diperoleh :
1 1
fLs = = =23.77 Hz
2 πZiCs 2 x π x 669.803 x 10 μF
Re = RE || ¿ + re)
Re = 1k || ((12k / 100) + 7.094)) = 1k || 127.094 = 112.763 Ohm
1 1
fLE = = =70.606 Hz
2 πReCE 2 x π x 112.763 x 20 μF
RD = RC || ra = RC
1 1
fLC = = =22.116 Hz
2 π ( RD+ RL ) Cc 2 x π x ( 5 k +2.2 k ) x 1 μF
2. Prinsip dasar transistor sebagai penguat adalah arus kecil pada basis
mengontrol arus yang lebih besar dari kolektor melewati transistor.
Transistor berfungsi sebagai penguat ketika arus basis berubah. Perubahan
kecil arus basis mengontrol perubahan besar pada arus yang mengalir dari
kolektor ke emitter. Berdasarkan sistem pertanahan transistor, penguat
transistor dibagi menjadi tiga jenis, yaitu penguat basis (Common Base-
CB), penguat emitor (Common Emitter-CE), dan penguat kolektor
(Common Collector-CC).
KESIMPULAN
Distorsi dan feedback negatif mempunyai hubungan satu sama lain. Pada
praktikum penguat transistor akan mengalami distorsi. Dsitorsi dapat disebabkan
oleh sinyal input terlalu besar, pembiasan yang tidak tepat dan penguatan yang
tidak tepat. Feedback negatif dapat mengurangi efek distorsi, namun akibatnya
penguatan lebih kecil daripada tanpa negatif feedback. Gerbang logika dapat
dibuat mengatur input dan output
REFERENSI

https://electronicscoach.com/distortion-in-amplifier.html#:~:text=Definition%3A
%20Distortion%20in%20Amplifier%20basically,amplification%20is%20known
%20as%20distortion.

https://logic.ly/lessons/not-gate/

https://teknikelektronika.com/pengertian-transistor-jenis-jenis-transistor/

https://www.electronics-tutorials.ws/amplifier/frequency-response.html
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai