Anda di halaman 1dari 57

1

1. KETENTUAN TENTANG INSTALASI INDUSTRI

1.1. Instalasi motor listrik.


1.2. Instalasi kendali.
1.3. Instalasi tranformator tegangan
rendah.
1.4. Instalasi kapasitor.
1.5. Instalasi mesin las.
1.6. Instalasi mesin perkakas
1.7. Perlengkapan hubung bagi.

2
2. RANGKAIAN MOTOR LISTRIK

2.1. Sirkit penghantar motor.


2.1.1. KHA sirkit motor tunggal minimal 125 % arus
pengenal beban penuh motor.
KHA = 125 % x In
2.1.2. Sirkit penghantar motor yang mensuplai 2 motor atau
lebih, minimal jumlah arus beban penuh semua motor +
25 % arus beban penuh motor terbesar (  arus beban
tertinggi).
KHA =  I n + 25 % x I n terbesar.
2.1.3. Untuk motor dengan daur kerja intermitten, pembebanan
singkat, tidak bekerja bersama-sama, KHA penghantar
sirkit dapat minimal sama dengan beban maksimum yang
terjadi.
2.2. Proteksi beban lebih sirkit motor.
2.2.1. Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor beroperasi
bila bertahan pada waktu cukup lama, akan
mengakibatkan kerusakan atau overheating pada sirkit
motor.

Lanjutan 2.2.1.

2.2.2. Setelan gawai proteksi dirancang maksimum sama


dengan setelan arus asut motor. Waktu tunda
gawai proteksi harus lebih kecil dari lama arus asut
motor.
2.2.3. Pengaman lebur sebagai proteksi beban lebih
motor dipasang pada tiap-tiap fasa aktif motor.
2.2.4. Jika gawai proteksi bukan pengaman lebur
(misalnya relai, Bimetal) dipasang pada :
Satu fasa : pada penghantar fasa.
Tiga fasa : cukup pada penghantar fasa 1 dan 2,
atau 2 dan 3, atau 1 dan 3.
2.2.5. Proteksi beban lebih harus dilengkapi dengan
proteksi arus hubung pendek.
2.2.6. Kontak tusuk yang di pakai untuk melayani motor
harus minimum mempunyai nilai pengenal I0A –
250 Volt, setara dengan KHA penghantar sirkit
akhir kotak kontak tersebut.

3
Lanjutan 2.2.6
2.3. Proteksi Hubung Pendek Sirkit Motor
2.3.1. Setiap motor harus diproteksi tersendiri terhadap arus
hubung pendek, kecuali :
• Sisi hulu sirkit telah di proteksi dengan nilai
pengenal maksimum 16 A.
• Gabungan motor dengan proteksi satu gawai
proteksi yang dapat memutuskan semua motor
tersebut.
2.3.2. Setelan atau nilai proteksi motor tunggal mengikuti tabel
5.5.2. PUIL 2000. (lihat halaman lain)
2.3.3. Setelan beberapa motor tidak boleh melebihi nilai
terbesar berdasarkan tabel 5.5.2 untuk masing-
masing motor ditambah jumlah arus beban
penuh motor lain dalam sirkit tersebut.
Setelan gawai = setelan gawai proteksi terbesar + In motor lain.

IN Motor lain
IG3
x M1 IN3
IG2
x x M2 IN2 IG2 = IG3 + IN1 + In2

x M3 IN1

Lanjutan 2.3.3

2.4. Proteksi Hubung Pendek Sirkit Cabang.


2.4.1. Arus gawai proteksi hubung singkat sirkit cabang
yang mensuplai beberapa motor :
Arus gawai proteksi menurut tabel 5.5.2 + Jumlah
arus beban penuh semua motor yang di pasok sirkit
cabang tersebut.
Contoh soal Aplikasi :
Suatu sirkit cabang motor, tegangan kerja 230 Volt
sebagai mana pada gambar :
• Motor sangkar : I n = 42 A
• Motor sinkron : I n = 54 A
dengan asutan autotrafo
• Motor cincin : ∑ I n = 68 A
dua buah
Masing-masing motor diproteksi dengan pemutus
sirkit terhadap hubung pendek.

4
Lanjutan 2.4.1.

Tentukan :
a. Kuat hantar arus sirkit cabang.
b. Setelan proteksi hubung pendek sirkit cabang.
c. Setelan proteksi saluran utama terhadap
hubung pendek bila
sirkit cabang tersebut juga
memasok motor rotor cincin I n = 68 A
Penyelesaian :
Gawai proteksi 218 A KHA Penghantar
Sirkit cabang
• Sirkit A
85A + 52,5A +67,5A = 181A
125% x 42A = 52,5 A
A B C • Sirkit B
Gawai proteksi
105A 125% x 54,5A
x 108A 102Ax
• Sirkit C
Sirkit 125% x 42A 125% x 54A 125% x 68A 125% x 68 = 85A
Akhir 52,5A 67,5A 85A
motor Kuat hantar arus sirkit cabang
M M M
125% x Iu motor terbesar + In
Motort sangkar Motor sinkron Motor cincin masing-masing motor lain
IN : 42A dengan autotrafo IN : 68A
IN : 54A = 125 % x 68A+42A+54 = 181A

Lanjutan 2.4.1.

KHA Penghantar :
- Sirkit A = 125 % x 42 A = 52,5 A
- Sirkit B = 125 % x 54 A = 67,5 A
- Sirkit C = 125 % x 68 A = 85 A

Kuat hantar arus sirkit cabang :


125 % x I n motor terbesar + In masing-masing
motor lain =
125 % x 68 A + 42 A + 54 A = 181 A

Setelan gawai proteksi sirkit akhir :


Sirkit A = 250 % x 42 A = 105 A
Sirkit B = 200 % x 54 A = 108 A
Sirkit C = 150 % x 68 A = 102 A

5
Lanjutan 2.4.1.

Rangkaian sirkit cabang :


Setelan gawai proteksi sirkit cabang
• Setelan terbesar motor + I n motor –
motor lain 108 A + 42 A + 68 A = 218 A.
• Motor rotor cincin yang tersambung
KHA sirkit = 1,25 + 68 A = 85 A
Setelan gawai proteksi = 150 % x 68 A = 102 A

Rangkaian sirkit utama :


KHA penghantar :
KHA sirkit cabang dengan KHA terbesar + I n
motor- motor lain = 181 A + 68 A = 249 A

Lanjutan 2.4.1.

Gawai proteksi x
218A+68A=286A Sirkit Utama
KHA = 181+68=249A

x 1,5 x 68 = 102A x

KHA = Sirkit Cabang


Gawai proteksi 1,25 x 68 = 85A
= 108A + 42A + 68A
= 218 A M
KHA =
85A+42+54 Motor cincin
=181A 68A

2,5 x 42 x x 2,5 x 54A x 1,5 x 68 =102A Gawa Proteksi


=105A =108A
1,25 x 42 1,25 x 54 1,25 x 68
KHA
= 52,5A = 67,5A = 85A
Sirkit Akhir
M M M
Motort sangkar Motor sinkron Motor cincin
IN : 42A dengan autotrafo IN : 68A
IN : 54A

6
Lanjutan 2.4.1.

2.5. Rangkaian kendali


Rangkaian kendali adalah sarana yang mengatur tenaga
listrik ke sirkit beban. Pada rangkaian kendali motor
termasuk alat asut motor.
Sirkit cabang
Pengaman hubung pendek
Sarana pemutus

Sirkit kendali motor


• Pemutus / penghubung
• Alat asut
• Start / stop

2.6. Sirkit kendali minimum memenuhi ketentuan-ketentuan :


2.6.1. Dilengkapi sakelar yang dapat memutus semua
sumber.
2.6.2. Harus ada dua saklar untuk memutus sumber dan
untuk memutus rangkaian sirkit motor yang
ditempatkan pada satu PHB yang sama.
2.7. Rangkaian sirkit kendali motor.
2.7.1. Rangkaian sirkit kendali motor terdiri atas :
• Pemutus, dengan KHA minimal 115 % jumlah
arus beban pada keadaan beban penuh. Pemutus
harus dapat memutus semua rangkaian aktif

Lanjutan 2.7.1.

• Gawai proteksi.
Satu untuk sirkit keluar.
Satu untuk sirkit masuk.
2.7.2. Jika motor menerima daya listrik lebih dari satu
sumber, masing-masing sumber harus mempunyai
sarana pemutus kutub 4 (rangkaian fasa da netral).
2.8. Mesin las busur listrik.
mesin las busur listrik yang menggunakan transformator,
penyearah, dan motor generator.
2.8.1. Kuat hantar arus penghantar suplai.
KHA penghantar = I n x k
k = Faktor daur kerja mesin listrik.
(lihat tabel 5.15-1 PUIL 2000).

7
4. MESIN LAS BUSUR LISTRIK
4.1. mesin las busur listrik yang menggunakan transformator,
penyearah, dan motor generator.

4.2. Kuat hantar arus penghantar suplai.


KHA penghantar = I n x k
k = Faktor daur kerja mesin listrik.
(lihat tabel 5.15-1 PUIL 2000).
4.2.1. Kuat hantar arus penghantar sekelompok mesin las.
KHA :
= 100 % KHA penghantar 2 mesin las terbesar
+ 85 % KHA penghantar mesin las terbesar ke 3
+ 70 % KHA penghantar mesin las terbesar ke 4
+ 60 % KHA penghantar mesin las terbesar ke 5 dst.
4.2.2. Proteksi arus lebih mesin las.
Arus pegenal poteksi arus lebih mesin las maksimum 200
% arus primer pengenal pada tiap mesin las.
Kecuali apabila penghantar suplai telah diproteksi dengan
nilai pengenal maksimum 200 % arus pengenal primer
pada sisi hulu

Lanjutan 4.2.2.

4.2.3. Proteksi arus lebih penghantar suplai.


Arus pengenal gawai proteksi maksimum 200 % dari
KHA penghantarnya.
4.2.4. Sarana pemutus tiap mesin las.
Semua mesin las harus di pasang sarana pemutus
suplai dengan arus pengenal minimum 200 % arus
pengenal penghantar.
4.3. Mesin las resistant.
4.3.1. KHA penghantar = minimum 70 % x nilai arus
pengenal
4.3.2. Untuk mesin las resistant yang diketahui daur
tugasnya :
KHA = k x arus pengenal mein las
k = Faktor daur tugas
Daur tugas 1 % 50 40 30 25 20 15 10 7,5 <5
k 0.7 0.6 0.55 0.5 0.45 0.39 0.32 0.27 0.22

8
Lanjutan 4.3.2.

4.3.3. Kelompok mesin las :


KHA penghantar mesin las :
100 % arus pengenal mesin las tersebar –1 dan –2
+ 60 % arus pengenal mesin las lain.
4.3.4. Proteksi arus lebih mesin las.
• Nilai arus pengenal gawai proteksi mesin las
resistant = maksimum 300 % x arus pengenal
mesin las
• Tidak diperlukan proteksi arus lebih bila penghantar
telah diproteksi arus lebih dengan arus pengenal
maksimum 300 % KHA
penghantar.
• Sirkit penghantar yang mensuplai lebih dari satu
mesin las diproteksi dengan gawai penghantar
maksimum 300 % x KHA penghantar.
• Tiap mesin las harus mempunyai sakelar atau
pemutus sendiri dari sirkit suplai nilai arus pengenal
= minimal 200 % KHA penghantar suplai.

5. RANCANGAN SIRKIT TRANSFORMATOR


TEGANGAN RENDAH

5.1. Transformator tegangan rendah adalah transformator :


5.1.1. Step-up/step-down pada rangkaian tegangan rendah.
5.1.2. Transformator asut motor listrik.
5.1.3. Bukan trafo alat ukur (PT,CT)
5.2. Gawai kedali.
5.2.1. Transformator harus mempunyai gawai kendali sendiri
yang dapat memutus baik dari satu sumber atau sumber
lain.
5.2.2. Auto trafo tidak boleh ihubungkan pada sistem tanpa
pembumian.
5.2.3. Arus pengenal gawai pemutus minimal 250 % dari
arus pengenal sisa primer transformator.
5.3. Gawai proteksi.
5.3.1. Gawai proteksi transformator harus mempunyai :
• Proteksi arus lebih pada sisi primer dengan KHA
maksimum 125 % dari arus primer pengenal.
• gawai proteksi arus primer tidak diperlukan jika
pada sisi sekunder dilengkapi gawai proteksi
maksimum 125 % arus sekunder pengenal
transformator.

9
Lanjutan 5.3.1.

5.4. Dalam merancangkan gawai kendali trafo harus diperhatikan spesifikasi


transformator tersebut, antara lain apakah sudah mempunyai gawai
proteksi sendiri (self protected transformer) atau tidak.
5.5. Apabila di rancang kerja paralel, maka persentase impedansi trafo
harus sama pada sadapan sistem sumber yang sama. Perbedaan
kapasitas transformator tidak boleh lebih dari 30%.
5.6. Instalasi kapasitor
5.6.1 Suatu rangkaian instalasi kapasitor dan transformator harus
memenuhi :
• Daya (kVA) transformator minimum 135 % dari daya
kapasitor dalam (kVA).
• KHA penghantar kapasitor minimum 135 % dari KHA
kapasitor pada arus pengenalnya.
• KHA penghantar kapasitor yang menghubugkan kapasitor
dengan perlengkapan instalasi tenaga (misalnya terminal
motor) minimal 1/3 dari KHA penghantar sirkit motor.
5.6.2. Proteksi pada kapasitor harus pada tiap fasa aktif yang tidak
dibumikan. Penyetelan proteksi harus serendah mungkin.
5.6.3. Untuk tiap gugus kapasitor harus dipotong saranan pemisah
pada tiap penghantar fasa aktif (kecuali kapsitor yang dipasang
pada sisi beban dari proteksi arus lebih motor.

6. KETENTUAN UMUM PENATAAN PHB

6.1. Ketentuan Umum.


6.1.1. Panel hubung bagi harus ditata dan dipasang secara
teratur dan rapih, pada ruang yang cukup untuk
pemeliharaan pelayanan operasional.
6.1.2. PHB dapat dioperasikan tanpa alat bantu misalnya
tangga, meja.
6.1.3. Penyambungan ujung kabel sirkit pada terminal PHB
harus memakai sepatu kasel. Semua mur, baut dan
komponen yang terbuat dari logam harus dipilih yang
dilapisi material anti karat. Sambungan dua jenis
logam. Harus dengan bimetal.
6.1.4. Terminal kabel kendali harus terpisah dari terminal-
terminal saluran daya.
6.1.5. PHB yang dipasok dari sumber berbeda harus terpisah
minimal 5 cm.

10
Lanjutan 6.1.5.

6.2. Sirkit masuk


6.2.1. Pada sisi penghantar masuk PHB harus terpasang setidak
tidaknya satu saklar pada sisi penghantar keluar harus
dipasang satu proteksi arus dan satu pemisah.
6.2.2. KHA saklar minimal sama dengan KHA penghantar
6.2.3. Saklar masuk bisa tidak dipotong apabila :
PHB sisi hulu berjarak maksimum 5 meter dari PHB sisi hilir
dan dilengkapi saklar keluar, mudah dicapai, dan berada
pada ruang yang sama.
Suplai ke PHB dapat di buka-tutup secara “ Remoted”
Sisi sirkit keluar di pasang sakelar, sisi masuk cukup
pemisah.

(lihat gambar 6.2.3a, 6.2.3b PUIL 2000).

Lanjutan 6.2.3.

6.3. Sirkit Keluar.


6.3.1. Sakelar keluar harus di pasang pada PHB, jika :
• Memasok 3 PHB pada sisi hilir atau lebih.
• Memasok minimal 3 motor listrik dengan daya
diatas 1,5 kW.
• Memasok kotak kontak minimal 3 buah dengan
daya diatas 16 A.
• Mempunyai KHA penghantar sirkit keluar minimal
100 A.
(lihat gambar 6.2.4a,6.2.4b, PUIL 2000)
6.3.2. KHA rel PHB minimal 125 % KHA penghantar sirkit
masuk.
6.3.3. KHA sakelar sekurang-kurangnya sama dengan KHA
sirkit proteksi.
6.3.4. Mekanisme sakelar dipilih dengan buka tutup semua
kutub secara serentak/bersama-sama.

6.4. Pengelompokan Sirkit Keluar.


6.4.1. Sirkit keluar instalasi penerangan, instalasi tenaga,
harus terpisah.
6.4.2. Masing-masing sirkit maksimum melayani 6 group
pelayanan

11
Lanjutan 6.4.2.

6.4.3. Group pelayanan perlengkapan satu fasa, fasa dua,


fasa tiga, kemudian merupakan kelompok pelayanan
sendiri-sendiri.

PHB UTAMA

PHB 1 PHB 2 PHB 3

Kelompok Kelompok
instalasi tenaga Instalasi
Penerangan atau
Perlengkapan
3 fasa Instalasi Instalasi Instalasi
Fasa-1 Fasa-2 Fasa-3

6.4.4. KHA sakelar sirkit keluar minimal sama dengan KHA


pengaman proteksi.
6.4.5. Mekanisme sakelar dipilih degan buka tutup semua
kutup secara serentak/bersama-sama.

Lanjutan 6.4.5.

6.4.6. KHA sakelar sirkit keluar minimal sama dengan


KHA pengaman proteksi.
6.4.7. Mekanisme sakelar dipilih degan buka tutup semua
kutup secara serentak/bersama-sama.

6.5. Persyaratan Sistem Preteksi.


6.5.1. Sistem proteksi pada satu PHB harus mempunyai
minimal satu proteksi arus lebih (penggunaan lebur
atau sejenis) yang dikombinasikan dengan satu
sakelar/pemisah pada sirkit masuk atau sirkit
keluar atau kombinasi keduanya (MCB,MCCB).
6.5.2. Penggunaan lebur dipasang sesudah saklar, (kecuali
sejenis MCB, MCCB, NBC).
6.5.3. Kapasitas daya pemutusan sistem proteksi minimal
sama dengan daya hubung pendek jika terjadi
hubung pendek pada rel PHB tersebut.

12
Lanjutan 6.5.3.

6.5.4. Harus diperhatikan besarnya arus asut motor jika


PHB tersebut melayani motor-motor listrik
berdaya besar.
6.5.5. Untuk pengaman lebur dengan arus nominal 25 A
harus dipilih model-D atau jenis lain yang
sederajad. Namun tidak boleh dipasang langsung
pada sisi hilir pengaman lebur dengan arus nominal
pengenal 200 A atau lebih.
6.5.6. Tidak dianjurkan memakai pengaman lebur tipe
open dengan elemen yang dapat diganti.
6.5.7. Jika memakai sakelar arus sisa, rel netral tidak
boleh dibumikan.

6.7. Pemasangan fasilitas pemeliharaan.


6.7.1. Fasilitas pemeliharaan dapat berupa pemisah atau
sakelar beban
6.7.2. Satu komponen pemisah harus dipasang sebelum
PHB utama dan pada lemari panel tersendiri
berdampingan dengan PHB tersebut.

Lanjutan 6.7.2.

6.7.3. Fungsi pemisah adalah untuk memberikan jaminan


bahwa secara fisik PHB sudah terputus dari sisi
patokan.
6.7.4. Mekanisme pemisah di pilih buka tutup semua kutub
secara serentak dan harus jelas tanda “buka-0” dan
“tutup-1”
6.7.5. Pemisah tidak boleh di buka tutup dalam keadaan
berbeban (biasanya pemisah di-interlock dengan
pemutus/sakelar. Panel pemisah biasanya dikunci
secara khusus. Pemisah dioperasikan secara manual
6.7.6. Sakelar beban dapat digunakan untuk memberikan
jaminan bebas tegangan untuk maksud
pemeliharaan. Dapat memutus pada beban penuh,
dengan mekanisme serentak semua kutub atau
sendiri-sendiri per fasa ( misalnya 3 MCB di pasang
berdampingan).

13
Lanjutan 6.7.6.

6.8. Instalasi Hubungan Gawai.


6.8.1. Sakelar, pemisah, pemutus, dibumikan satu sama
lain dengan penghantar yang sama KHA nya dengan
KHA penghantar sirkit masuk atau keluar
(tergantung atas fungsinya).
6.8.2. Semua kutub harus dapat dibuka-tutup secara
serentak. Bagian yang bertegangan adalah pada
kutub yang diam.
6.8.3. Pada sistem TN-C, penghantar netral tidak boleh
diputus.
6.8.4. Pada sistem TT, penghantar netral boleh dibuka-tutup
(jadi tipe 4 kutub buka-tutup).
6.8.5. Pada sistem IT, harus 4 kutub. Kutub fasa, netral
dibuka tutup bersama.
6.8.6. Pada pemindahan beban ke suplai cdangan harus
memakai sakelar 4 kutub.

Lanjutan 6.8.6.

6.9. Sistem Pembumian


6.9.1. Semua BKT PHB harus dibumikan. Pintu PHB harus
dibumikan dengan penghantar fleksibel.
6.9.2. Rel pembumian harus diberi tanda jelas ( 1/- atau
warna kuning-hijau).
6.9.3. Pada sistem TNC, rel netral dibumikan.
6.9.4. Jika rel proteksi terpisah dari rel netral hanya rel
proteksi yang dibumikan.
6.9.5. Jika dilengkapi dengan gawai proteksi arus sita –
GPAS, rel netral tidak boleh dibumikan.
6.9.6. Luas penampang penghantar pembumian pada PHB
mengikuti :
S  16 mm² = S mm²
35 mm²  S  16 mm² = 16 mm²
S  35 mm² = S/2 mm²

Dengan catatan bahan logam yang dipakai penghantar fasa


sama dengan penghantar proteksi.

14
Lanjutan 6.9.6.

6.10. Instrument Ukur.


6.10.1. Lampu indikator PHB harus dipasang pada sisi sirkit masuk
dengan warna yang standard.
6.10.2. Alat-alat ukur (Volt meter, Amper meter, dll) dapat
dipasang pada tempat yang sesuai dengan maksud
penggunaannya.
6.10.3. Pengawatan indikator dan alat ukur harus memakai kabel
fleksibel , khusus alat ukur dengan pelindung elektrik
yang dihubungkan dengan saluran pembumian.

6.11.Ketentuan pemasangan PHB.


6.11.1. Konstruksi PHB dipilih dari bahan yang tidak mudah
terbakar, tahan lembab dan kokoh.
6.11.2. Harus pada ruang dengan ventilasi cukup, bila membuka
kedepan harus ada ruang bebas minimal 0,45 meter.
6.11.3. Lemari PHB tidak boleh ditempatkan dikamar
lembab/kamar mandi/kamar kecil/ diatas kompor diatas
bak air atau pada tempat-tempat sejenis.

7. INSTALASI PEMANFAATAN MOTOR LISTRIK

7.1. Rangkaian start stop atau alat-alat ukur asut motor listrik dipotong
pada sisi hilir PHB.
7.2. Nilai arus pengenal gawai proteksi/pengaman lebur biasanya telah
ditabelkan, yang disesuaikan dengan jenis motor yang
digunakan dan sistem asutnya. (contoh tabel terlampir).
7.3. Panjang kabel sirkit suplai dapat ditentukan berdasarkan KHA
pengaman lebur dan jenis sakelar pada sirkit masuk motor.
7.4. Pada beberapa literatur KHA patron/pengaman lebur diambil
maksimum 4 x KHA penghantar dan memenuhi
rumus : l  600 A/I n meter
A = Luas penampang penghantar.
I n = Arus nominal penghantar lebur.

Contoh :
Motor I n = 100 A, pengaman lebur pada PHB I n = 160A.
Kondisi motor memakai sakelar tanpa pengaman
l  600 70/100 = 262 meter.
Jika sakelar motor dilengkapi pengaman termis setara I n motor,
dipilih
NYY 3 x 25 mm²
l  600 25/160 m = 94 meter.

15
8. MESIN PERKAKAS

Yang dimaksud dengan mesin perkakas ialah mesin yang di


gerakkan dengan tenaga listrik untuk pemakaian sebagai alat
produksi ( memotong, menempa, menekan, dan lain-lain).
8.1. Penghantar sirkit mesin perkakas harus mempunyai KHA
125 % dari KHA beban penuh mesin.
8.2. Mesin perkakas dilengkapi dengan sarana pemutus dan
dipasok dari PHB yang dilengkapi dengan pengaman lembur
atau pemutus sirkit (MCB, MCCB).
8.3. Nilai arus gawai proteksi mengikuti ketentuan pada nilai arus
gawai proteksi motor-motor listrik.

16
PRINSIP INSTALASI MOTOR LISTRIK
PADA INDUSTRI KECIL
(NON AUTOMATISASI)

17
3

18
2. Peralatan busbar :
Rel atau busbar berfungsi sebagai simpul distribusi sirkit keluar PHB.
Bentuk rel pada umumnya persegi panjang.
Terdapat 3 warna pada PHB :
a. Rel fasa dengan warna merah-kuning-hitam.
b. Rel netral dengan warna biru.
c. Rel pembumian (lihat nomor 5 pada gambar).
Rel fasa dan rel netral bertumpu pada dinding PHB dengan isolator
tumpu, sedangkan rel pembumian terhubung secara phisik (dibaut)
dengan masa PHB (dinding netral PHB).
3. Gawai pengaman hubung singkat/beban lebih :
Pengaman lebur terpasang pada sirkit motor terhadap terjadinya
hubung singkat.
4. Gawai pengaman beban lebih.
Berfungsi untuk pengaman beban lebih motor dan sebagai gawai
pemisah. Jenis yang dipakai antara lain : MCB, MCCB, NFB.
5. Panel hubung bagi.
Panel hubung bagi atau umumnya disebut panel, adalah
lemari/casing bagi. Umumnya terbuat dari logam. Bagian ini
merupakan bagian konduktif terbuka tidak bertegangan, tetapi bisa
bertegangan jika terjadi kegagalan isolasi pada instalasi aktifnya.
Oleh karenanya panel ini harus dibumikan (dihubungkan dengan
instalasi pembumian melalui terminal pembumian
5

 Gawai pemisah sirkit masuk :


1. Pada sisi sirkit masuk terpasang sekurang-kurangnya 1 gawai
pemisah.
2. Arus pengenal gawai ini minimal sama dengan Kuat Hantar Arus
(KHA) penghantar sirkit masuk. Nilai arus pengenal minimal 10 amper.
3. Saklar tidak perlu dipasang, jika penghantar sisi masuk berasal dari
sirkit keluar PHB sisi hulu berjarak tidak lebih dari 5 meter, terletak
pada ruang yang sama, terlihat dan mudah dijangkau. Atau terdapat
saklar bantu sebelum gawai pemisah penghantar masuk PHB motor.
4. Lampu indikator, volt meter, indikator tegangan, pengaman lebur
utama (kalau ada), terpasang pada sisi sebelum gawai pemisah
terpasang.

 Pengaman lebur utama (jika ada).


1. Volt meter.
2. Lampu indikator.
 Identifikasi gambar :
Gawai pemisah dan gawai proteksi diberi kode gambar
dengan identifikasi sisi masuk dan keluarnya. Hal ini
untuk memudahkan proses pemasangan instalasi.

19
No. Gambar Komponen Kode Terminal Keterangan

1. Pemisah/ Q 1–2 Nomor ganjil pada


saklar 3-4 sisi masuk.

Nomor genap
pada sisi keluar.

2. Pengaman F1 1-2 Nomor ganjil pada


lebur sisi masuk.

Nomor genap
pada sisi keluar.

 Konstruksi rel pada PHB.


1. Konstruksi rel pada PHB disangga oleh isolator jenis Pin, dengan
jarak maksimal 20 cm satu sama lain.
2. Rel yang digunakan adalah dari jenis tembaga atau logam lain yang
memenuhi persyaratan sebagai penghantar listrik.
3. Jarak rel dengan bagian telanjang lain (bagian konduktif terbuka) atau
antara rel harus memenuhi persyaratan (5 cm + 2/3 x kV).
4. Rel untuk penghantar netral tetap diisolasi dengan badan panel,
dipasang pada sisi luar rel penghantar fasa.
5. Rel untuk pembumian terhubung secara fisik (dengan baut) pada
badan PHB. Penempatan posisi rel pembumian di sebelah kiri bawah
ruang panel.

20
9

7. Pemasangan proteksi hubung pendek dan pemutus sirkit.


a. Pengaman hubung pendek atau pengaman lebur yang dipakai adalah
pengaman lebur dari jenis tertutup (non rewiatable), misalnya patron
diazet, dipasang pada tiap-tiap fasa aktif.
b. Pemutus sirkit dan pengaman lebur terhubung seri, pemutus sirkit
mempunyai kapasitas hubung singkat meinimal sama dengan daya
hubung singkat jika terjadi hubung singkat pada rel PHB.
Pemutus sirkit dapat mempunyai 3 kutub atau 4 kutub.
c. Pemutus sirkit dengan 3 kutub memutus rangkaian fasa aktif,
rangkaian netral tidak diputus. Pemutus sirkit dengan 4 kutub
memutus semua rangkaian fasa dan netral.
d. Untuk sistem dengan pengaman TN-C, TT memakai pemutus sirkit 3
kutub. Sementara pengaman sistem IT, memakai pemutus sirkit 4
kutub.
e. Konstruksi saklar adalah sedemikian rupa, sehingga dapat dengan
mudah dilakukan perbaikan/ pemberitahuan.
f. Ikatan rumah pengaman lebur dan pemutus sirkit diikat pada plat
dasar PHB dengan menggunakan mur baut dengan wash ring dan ring
pir.
g. Saklar masuk harus dipasang minimal 5 cm berjarak dari saklar
masuk.

10

21
8. Tanda gambar dan kode terminal yang dipakai adalah :

No. Komponen Tanda Gambar dan Kode Terminal

1. Pengaman lebur

2. Pemisah

3 Pemutus sirkit dengan


elektro magnetik dan
thermal Bimetal (MCB)

11

Diagram Penarikan Diagram Garis Tunggal

1 1

F1

2 2
1 Q 1
2

I>
2
12

22
9. Diagram Pengawatan Trafo Arus
a. Sistem fasa - 1

b. Sistem fasa - 3

 Terminal primer memakai kode K – L, arah arus dari K ke L


 Terminal sekunder memakai kode tk – l, arah arus dari ℓ ke k

13

10. Trafo arus memakai kode gambar : :

a. Trafo arus 1 lilitan.

b. Trafo arus 2 lilitan.

 Frekwensi meter :
Frekwensi meter di pasang antara penghantar fasa-fasa atau fasa
- netral. Sebelum dipasang agar memperhatikan tegangan kerja
frekwensi meter.
 Lampu indikator :
Lampu indikator dipasang sebelum saklar masuk lampu
berwarna biru untuk kedudukan standby, lampu berwarna merah
untuk kedudukan dalam keadaan operasi.

14

23
11. Rangkaian aplikasi trafo arus

Bagan Penarikan Bagan Garis

15

 Instrumen indikator
1. Instrumen indikator pada PHB terutama adalah instrumen elektris dan
lampu.
a. Voltmeter.
b. Ampere meter.
c. Frekwensi meter.
d. Lampu indikator.
2. Pemasangan voltmeter
a. Voltmeter di pasang pada sisi masuk sebelum saklar masuk.
b. Voltmeter dilengkapi selector switch untuk mengindetifikasi
tegangan fasa - netral, atau fasa- fasa
3. Pemasangan Ampere meter
Ampere meter dipasang pada sisi terminal sebelum s klar masuk
tiap - tiap fasa aktif. Ampere meter dipasang dengan alat bantu
pengukuran, trafo arus.

16

24
 Pemasangan kabel penghantar sirkit
1. Kabel sirkit motor harus dipasang pada terminalnya dengan
menggunakan skun/ sepatu kabel model Y atau , sesuai kebutuhan.
2. Warna kabel sesuai fungsinya sebagai penghantar aktif (merah,
kuning, hitam), penghantar netral (biru) atau penghantar pembumian
(kuning, hijau).
3. Kabel marker EC 1-2 atau sejenis dipasang pada tiap-tiap ujung
di terminasi kabel.
4. Lubang masuk kabel pada panel PHB harus dipasang cable gland
guna menghindari kulit kabel terkupas plat panel PHB.
5. Kabel yang dipakai adalah kabel inti tunggal NYA.
6. Kuat Hantar Arus kabel minimal 125 % dari arus nominal motor.
7. Instalasi kabel harus dipasang sejajar tidak saling bersilangan, apabila
diperlukan di masukkan dalam spiral band dan diikat dengan plastic
tie (ACT 1, 2, 3).
8. Perhatikan bagan 1 garis instalasi kabel pada PHB, sebelum
melaksanakan kerja pemasangan kabel.

17

 Pemasangan rangkaian kendali motor .


1. Yang dimaksud dengan kendali ialah sarana untuk mengatur operasi
motor di dalamnya terpasang :
a. Rangkaian on – off (push button).
b. Rangkaian pemutus (magnetik kontaktor).
c. Rangkaian asut (start) motor (rangkaian star delta).
d. Rangkaian perubah putaran motor.
e. Rangkaian pengatur kecepatan motor (soft starter - inverter).
f. Push button emergency stop.
g. Time switch.

2. Pemasangan rangkaian kendali motor mengikuti petunjuk pada


bagan instalasi kendali dengan memperhatikan susunan :
a. Kode terminal komponen.
b. Gambar ganti komponen sirkit kendali.
c. Saklar No – NC.
d. Saklar pemutus.
e. Kode pembumian.

18

25
1. Motor listrik adalah motor listrik baik arus searah dan atau arus
bolak-balik.
2. Motor listrik yang terpasang baik untuk satu unit saja atau
gabungan sejumlah motor dengan hanya satu saklar/ gawai
pemutus.
3. Motor dipasang sedemikian sehingga pertukaran udara
pendingin cukup terjamin, mudah dijalankan, mudah diperiksa
dan dipelihara.
4. Perletakan motor/ dudukan harus dikukuhkan dengan sekrup,
baut atau pengukuh lain yang setaraf (misal dyneabolt), pelat
nama motor dalam posisi mudah dibaca.
5. Dalam lingkungan berdebu motor harus dari jenis yang
tertutup rapat/ kedap debu. Kabel masuk harus dilengkapi
packing, demikian juga motor yang terpasang pada daerah
lembab, tahan tetesan air, memenuhi persyaratan IP pada
kondisi tersebut.

19

 Ketentuan instalasi motor listrik.


1. Ketentuan umum
Secara umum dikenal 2 jenis motor listrik
a. Motor listrik arus bolak-balik.
b. Motor listrik arus searah.
2. Sebelum memasang instalasi motor, harus diperhatikan
identitas teknis motor :
a. Jenis motor.
b. Tegangan pengenal.
c. Daya pengenal.
d. Frekuensi pengenal dan jumlah fasa untuk motor arus
bolak-balik (untuk motor arus bolak-balik).
e. Putaran per menit pengenal.
f. Suhu lingkungan dan temperatur maksimum pengneal.
g. Tegangan kerja dan arus beban penuh sekunder untuk
motor induksi rotor cincin.
h. Untuk motor arus searah jenis lilitan shunt, kompon atau
seri.
20

26
 Instalasi motor arus searah.
1. Motor arus searah secara umum dikenal berdasarkan jenis lilitan
medan/ flux magnetisnya yaitu :

a. Motor seri, yaitu medan magnit seri dirangkai


seri dengan lilitan armatur utama.

b. Motor shunt, yaitu lilitan medan magnit shunt


dirangkai paralel dengan armatur utama.

c. Motor kompon, yaitu lilitan medan magnit seri


dirangkai paralel dengan lilitan shunt.

21

d. Motor penguatan terpisah, yaitu lilitan medan


penguatan dirangkai terpisah dengan sumber
tenaga listrik tersendiri.

2. Motor yang akan dipasang harus dalam kondisi baik, tahan tetesan
dan percikan air, kedap air.
3. Motor dengan lilitan terbuka atau motor dengan komutator (motor arus
searah) harus ditempatkan pada tempat yang terhindar dari gas
berbahaya atau bahan yang mudah terbakar.
4. Ruang udara tempat motor terpasang harus terjamin sirkulasi udara
pendinginnya.
5. Pemasangan motor harus sedemikian rupa sehingga pelat identitas
motor mudah terbaca dan terlindung dari kemungkinan terkena
kerusakan mekanis.
6. Perletakan motor yang terpasang tetap harus dikukuhkan dengan mur
baut dengan ring plat dan ring per.
7. Jika motor dipasang dalam ruang berdebu dan lembab, jalan masuk
kabel (cable inlet) harus dilengkapi paking harus dapat dipasang pipa
berulir (flexible conduct) untuk penghantar masuknya.

22

27
 Instruksi stator
Pada stator terangkai lilitan medan penguat atau magnit permanen dan
lilitan medan lain (lilitan kompensasi) dengan kode-kode terminal.

Jenis lilitan Kode terminal

- Lilitan seri

- Lilitan shunt

- Lilitan terpisah

- Lilitan komulasi

Motor arus searah dikenal dengan istilah static field winding motor.
Tahanan lilitan shunt sangat besar, sementara tahanan lilitan seri kecil.

23

 Konstruksi rotor
Pada rotor terangkai lilitan armatur utama dimana medan magnit utama
dibangkitkan. Pada armatur terpasang sikat (brush) dimana tegangan
terminal + dan – tersambung pada rotor.
Kode rotor dan sikat serta arah putar motor adalah :

+ A1
A1 terminal +

M A2 terminal -

A2

24

28
 Terminasi pada terminal board
Terminal board pada motor arus searah tercantum kode-kode terminal
sebagai sarana merangkai instalasi motor.

Motor arus searah lilitan shunt

Motor arus searah lilitan seri

Motor arus searah lilian shunt dengan lilitan


komutasi (compole)

25

 Gawai kendali
Untuk mengatur besarnya arus (lilitan medan dipakai gawai yang disebut
“ tekanan geser (field rheostat).

Q : kontak handel

Untuk asutan (starter) motor digunakan tekanan mula baik pada lilitan
shunt atauseri.

26

29
 Diagram pengganti Field Rheostat

L : terminal untuk penghantar L+

R : terminal hubungan ke rotor

M : terminal hubungan ke lilitan


medan shunt.

27

 Gawai pemutus
Gawai pemutus terpasang setelah pengamanan lebur, kedua gawai
tersebut mempunyai kode terminasi.

Terminal in/ masuk : kode - 1


out/ keluar : kode – 3
Terminal 2 dan 4 pada sisi rangkaian
motor

28

30
L+ 220 V ; 2-
 Contoh gambar penarikan L-
motor listrik arus searah
lilitan kompon dilengkapi F1
R1
dengan lilitan komutasi
(compole), gawai kontrol 1 3
Q1
pemutus secara manual,
2 4
field starter rheostart dan
pengaman lebur, tegangan
jaringan 220 Volt arus
s e a r a h ( l i ha t l e m ba r L R M
berikut) :

E1
B1
E2 A2
M1

29

 Gawai proteksi
1. Gawai proteksi rangkaian motor listrik harus mampu memutus
rangkaian secara otomatis oleh penyebab :
a. Arus lebih (hubung singkat), pengaman lebur
b. Beban lebih, MCB, MCCB
c. Tegangan nol.
2. Gawai beroperasi secara mekanis dengan mekanisme Bimetal,
gawai tidak dapat tersambung sendiri namun pemutus secara manual.
Jika penyebabgangguan telah diperbaiki.
Kode gambar gawai
atau

Q1 Q1

3. Kode gawai proteksi.


a. Bimetal strip :

b. Elektro magnetic strip : I>

F
c. Pengaman lebur :
30

31
4. Pada motor arus searah kedua gawai ini dipasang pada tiap-taip
penghantar.
Bagan 1 garis
1 2

F1

2 4 F1
1 3
Q
2 4

I> I>
Q

2 4

31

 Sirkit diagram
1. Pada rangkaian motor dikenal 2 macam penggambaran :
a. Diagram Instalasi (pengkabelan) :
Yaitu diagram yang menggambarkan secara utuh sistem
pengkabelan instalasi motor.
Garis penarikan kabel mengikuti kode-kode terminal motor sesuai
dengan fungsi komponen.
b. Bagan 1 garis
Yaitu penggambaran rangkaian instalasi motor dengan
penggambaran satu garis.
Kode atau 2 menunjukkan jumlah kabel, sementara kode-
kode gambar menggambarkan fungsi komponen.
2. Diagram penarikan dan diagram 1 garis motor seri
L+ L-

2
D2 D1
A1
M
M
A2 Tanda gambar
lilitan seri
32

32
3. Diagram penarikan dan bagan 1 garis motor shunt
L+ L-

A1 E2 E1

M
A2

M
4. Diagram penarikan dan bagan 1 garis motor kompon
L+ L-

A1
D2 D1
M E1
E2
A2

33

5. Contoh aplikasi gambar Detached representation circuit diagram Single line diagram
Di a gr a m pe na r i k a n L+
220 V - 220 V ; 2-
kabel dan di agr am 1
F1 F1
1 garis tunggal motor 2
arus s e a r a h a r a h 1
Q1 Q1
put a r a n k e k a na n 2
L
motor kompon, 3
dilengkapi com pole/ R1
lilit an komut asi 3

(inter pole). Pr oteksi


m otor dengan
p e n g a m a n l e b u r, R M
B1 M1
saklar pem utus M1
B2
M
2 kutub manual tipe A1
rotari dan pengasutan/ M1 M
starter dengan tekanan A2
D1 E1
mula.
M1 M1
D2 E2
4
Q1
3
2
F1
1

34

33
1. Umum
Secara umum motor listrik arus bolak-balik dikenal 2 macam motor.
a. Motor serempak (motor sinkron).
Yaitu motor arus bolak-balik dimana kecepatan berputarnya
sebanding dengan frekuensi jaringan pemasok, umumnya dipakai
secara terbatas untuk pemakaian –pemakaian khusus.
b. Motor tak serempak (motor asinkron, motor industri).
Yaitu motor dimana kecepatan berputar medan frekuensi rotor
sedikit lebih kecil dari frekuensi jaringan pemasok. Jenis motor ini
sangat luas aplikasinya baik untuk industri maupun rumah tangga.
2. Secara khusus motor listrik arus bolak-balik ini dibagi menjadi 2
a. Motor fasa tunggal.
b. Motor fasa tiga.
3. Konstruksi stator dan tanda/ kode terminal
a. Stator adalah bagian tidak bergerak atau rumah motor. Pada
bagian ini terangkai penghantar-penghantar yang dililit secara
khusus.

35

b. Ujung-ujung lilitan ditempatkan pada terminal board motor, tidak


saling terhubung . Dalam keadaan operasi motor, ujung – ujung
lilitan dihubungkan satu sama lain membentuk rangkaian delta ( ∆ )
atau bintang ( wye - Y ) sesuai kebutuhan.
- Sistem fasa 3 Terminal board

- Hubungan λ

36

34
R S T PE
- Hubungan delta
R S
T
U1 U1 V1 W1

W2 U2

W1 V1
V2 W2 U2 V2

- Sistem fasa satu


F N PE
F N

F N

PE

37

4. Konstruksi rotor
Pada motor arus bolak-balik di kenal 2 jenis konstruksi rotor :
a. Rotor berlilit (rotor cincin)
Pada rotor terangkai lilitan yang fungsinya berbeda pada motor
sinkron dan asinkron (induksi).
Pada motor sinkron lilitan adalah lilitan medan utama (fluxi
magnetic) dengan sumber arus searah.
Pada motor asinkron induksi fasa 3 lilitannya adalah lilitan
sekunder yang berfungsi membangkitkan fluxi. Fluksi ini
berinteraksi dengan fluksi pada lilitan stator untuk
menimbulkan torsi. Lilitan ini terhubung bintang sementara
terminal lilitan terhubung pa da 3 buah cincin pada poros. Oleh
karenanya motor ini kerap disebut motor induksi rotor cincin/ slip
ring.
Hubungan terminasi pada terminal board ke lilitan motor, melalui
sikat (brush) pada cincin tersebut dengan kode K, L, M.
b. Rotor sangkar (squirel cage)
Konstruksi rotor terdiri atas batang –batang konduktif paralel yang
ujung - ujungnya diikat satu sama lain sebagaimana konstruksi
sangkar burung (tupai). Batang – batang ini dibenamkan pada
lamel/ lapisan -lapisan besi magnetis sebagaimana kern/ intibesi
pada transformator. Oleh karena itu motor jenis ini disebut motor
induksi rotor sangkar, tidak ada terminasi pada terminal board
untuk motor induksi rotor sangkar
38

35
 Tanda gambar
Motor sinkron dan motor induksi mempunyai tanda gambar untuk
penuntun merangkai instalasi motor. Petugas teknis wajib mengetahui
arti & maksud kode/ tanda gambar.

Motor Tanda gambar Diagram 1 garis

a. Motor induksi
rotor sangkar
fasa 3 lilitan ∆

b. Motor induksi
rotor sangkar
liltan λ

39

Motor Tanda gambar Diagram 1 garis

c. Motor induksi fasa 1

M
1~
M
~ FASA R,S,T, PE
d. Motor induksi fasa
tiga rotor cincin

M
3~

M L K 3
e. Motor sinkron fasa 3
lilitan λ 3~
Elektromagnetic M
eksitasi. M

+ -
-+
40

36
Motor Tanda gambar Diagram 1 garis

f. Motor sinkron fasa 3


lilitan Permanen
magnet eksitasi
3~
M

U1 V1 W1
g. Terminal board Terminal K, L, M
motor induksi fasa 3 W2 U2 V2 PE untuk terminal
rotor cincin lilitan Rotor
K L M

U1 V1 W1
h. Terminal board Terminal F1, F2
motor sinkron fasa W2 U2 V2 PE untuk terminal
tiga
F1 F2 arus searah pada
lilitan Rotor

41

 Sirkit kendali motor


1. Sirkit kendali pada instalasi motor listrik berfungsi untuk
mengoperasikan motor sesuai dengan keperluannya, sistem
asut (start) motor, sistem pengereman motor, sistem proteksi motor
dan sistem gawai kendali motor.
Komponen – komponen pengatur kendali tersebut digambarkan
dalam bentuk kode-kode gambar dan kode terminasi untuk membuat
rangkaian instalasi.
2. Gawai kendali/ kontrol :
Kode – kode gambar yang umum di pakai untuk gawai kendali/
kontaktor.

Diagram penarikan Diagram 1 garis Uraian

a. Saklar utama
3 - Kode 1-3-5 (ganjil)
1 3 5
terminal suplai masuk
Q1 Q1 3 - Kode 2-4-6 (genap)

2 4 6 terminal suplai ke
3
beban

42

37
Diagram penarikan Diagram 1 garis Uraian

b. Kumparan (coil)
A1
(sama dengan atas) - Terminal A, dari
K1
penghantar aktif.
A2 - Terminal A2 ke
N
penghantar netral.

c. Normally closed – NC
kontaktor dengan kode
31 -1 , untuk sisi suplai
dan kode – 2 sisi
32 beban.

d. Kontaktor Normally
13
Open – NO dengan
kode- 3 untuk terminal
14 sisi suplai dan kode – 4
untuk terminal sisi
beban
43

Diagram penarikan Diagram 1 garis Uraian

e. Relay dengan
A1 penggerak motor
K2 ~ dengan waktu tunda 20
detik
20.s A2

f.
A1 Kontaktor model pull –
K2 in (tekan) dengan
5.s waktu tunda 5 detik.
A2

g.

15
K3 Kontaktor
10S 16

44

38
Diagram penarikan Diagram 1 garis Uraian

h. Kontak bantu Normally


– Open dengan
17 mekanisme pull – in
K4
10S 18

i. Kumparan (coil) fungsi


A1
kontak drop out dengan
waktu tunda
A2

Kontak bantu Normally


j. 17 Open dengan fungsi
waktu tunda pull – in
dan drop – out
18

45

Diagram penarikan Diagram 1 garis Uraian

k. Kontak bantu Normally


– Closed dengan fungsi
waktu tunda pull – in
15
dan drop out

16
l. Kontaktor dengan
fungsi waktu tunda pull
– in dan drop out
A1

A2

46

39
 Magnetic kontaktor
1. Magnetic kontaktor merupakan kontaktor yang bersifat
elektromagnetic. Kontaktor magnetic ini dipakai sebagai kontaktor
pada rangkaian kendali untuk pengaman beban lebih dan hubung
singkat.
2. Rangkaian ganti magnetic kontaktor adalah :

13 13
S K1
14 14

A1
K1
A2
47

 Rangkaian asut motor (starter)


1. Untuk menjalankan motor dan mengurangi besarnya arus asut
dilakukan beberapa cara / teknik antara lain :
a. Dihubungkan langsung pada jaringan untuk motor kecil fasa satu
dengan kapasitor, shaded pole dan tambahan saklar sentrifugal.
b. Rangkaian star delta pada motor arus bolak-balik
c. Rangkaian rotor starter (starpoint starter).
d. Penambahan tahanan mula pada rangkaian stator.
2. Diagram penarikan/ cabling sistem- sistem tersebut adalah seperti
pada pada gambar – gambar berikut :
Rangkaian langsung Diagram satu garis
F
N 3
PE
F1
3
Q

M M
~ ~
48

40
Rangkaian asut star delta starter
Bagan satu garis
R S T PE 380 V, 3/PE~50 Hz

1 1 1
4

2
2
2 F1 3
K1 1 3 5
4
1 3 5
2 4 6 K3
U1 V1 W1
Q1

M 7
3 ~
U2 V2 W2

3
M1 M
1 5
K2 3~
2 4 6
49

 Rangkaian asut rotor starter Diagram satu garis


(startpoint starter)

U1 V1 W1 F1 3

M Q1 3

3~ 3

U2 V2 W2
M1
M
3~

R1
R
50

41
 Rangkaian asut
dengan tahanan 4
mula
F1 3

Q1 3

Pada sirkit masuk dari


R1 sumber dipasang tahanan
mula yang dapat dirubah
nilainya
4

M
3 ~

51

 Pengatur kecepatan motor


1. Pengatur kecepatan motor pada beberapa kasus sama
dengan rangkaian starter motor. Namun untuk motor arus searah
dan motor sinkron pengaturan kecepatan dilakukan dengan cara:
a. Mesin sinkron
- Mengatur besarnya fluxi magnetic pada rotor.
- Merubah jumlah kutub pada stator.
- Mengatur frekwensi sumber (soft starter).
- Mengatur besarnya tegangan dan arus suplai tenaga listrik.
b. Mesin asinkron/ induksi
- Mengatur frekuensi sumber (soft starter)
- Mengatur besarnya tahanan pada rotor untuk motor cincin.
- Mengatur besarnya tegangan suplai.
2. Rangkaian instalasi sistem pengatur kecepatan lini hampir sama
prosedur kode – kode terminasinya dengan rangkaian asut
motor.

52

42
 Proteksi motor
1. Motor arus bolak – balik di proteksi dengan 2 gawai yaitu gawai
proteksi hubung singkat dan gawai proteksi arus lebih.
2. Berikut diagram garis tunggal untuk gawai proteksi menurut fungsinya :

Diagram Uraian

a. Kontaktor Normally Closed dengan


rele arus lebih termis
95
F
96

b. Kontaktor Normally closed dengan


95 relearus lebih termis dan
elektromagnetic.
96

53

Diagram Uraian

c. Pengaman lebur

1
F1
2

54

43
 Diagram penarikan dan diagram kendali
1. Diagram instalasi motor terdiri atas 2 jenis :
a. Diagram penarikan (pengkabelan, detachment drawing)
Pada diagram ini bagan penarikan sesuai jumlah kabel/
penghantarnya digambarkan berikut titik terminasinya.
b. Diagram satu garis
Pada diagram ini hanya satu garis pengkabelan saja yang digambar,
jumlah penghantar dan komponen yang dipakai diberi kode angka
(1,2,3,4).
c. Pada diagram ini digambarkan hubungan rangkaian kendali (kontrol
yang dipakai oleh instalasi motor listrik antara lain hubungan
magnetic kontaktor, gawai on – off (No – Nc).
2. Penggambaran suatu instalasi motor umumnya mencakup diagram – 1
dan diagram – 3.
3. Diagram penarikan dan diagram satu garis
Contoh : diagram ini telah diuraikan sebelumnya.
4. Diagram kendali
a. Pada diagram kendali dapat dilihat sistem kontrol motor, sistem
asut, sistem pengatur kecepatan.

55

b. Pengaman lebur, rele thermis, rele elektro magnetis yang dipakai


dalam suatu rangkaian instalasi kendali motor, dengan rangkaian-
rangkaian pokok sebagai berikut (beberapa contoh pokok) :

Rangkaian/ komponen Uraian

1. FASA Rangkaian kontaktor instalasi


1
kendali motor fasa 3
F2 S1 Saklar Normally Closed
2 S2 Saklar Normally Open
21
K1 Kontaktor coil
S1
22 F2 Pengaman lebur ke sirkit kontrol
13
13
S2
14 K1
14

A1

A2
N

56

44
Rangkaian/ komponen Uraian

2. F1 Pengaman lebur sirkit motor


1

F1
F2 Pengaman lebur sirkit kontrol/
2
kendali
1

F2
F3 Pengaman beban lebih sirkit
motor dengan kode angka 9 awal
2
(95 – 96, 95 – 98 dan
Kontrol sirkit
95 seterusnya)

F3 96

Sirkit motor

57

Rangkaian/ komponen Uraian

3. Fasa Rangkaian pembalik putaran motor


13 13 dengan kontaktor K1, K2 tanpa self
S1 holding.
S1
Kanan
14 14 Rangkaian dengan electrically
Kiri
interlock

K2 21 K2 21
Kiri Kiri

22 22

A1 A1
K1 K2
Kanan A2 Kiri A2

58

45
Rangkaian/ komponen Uraian

4. FASA Pembalik putaran motor dengan


interlock secara mekanis.
13 21
S1
KIRI 14 22

21
13
S2
KANAN 22 14

K1 K2
KIRI KANAN

59

Rangkaian/ komponen Uraian

5. FASA Rangkaian lampu tanda (pilot lamp)


H1 X untuk kontrol arah gerak
21
berputar motor.
S1
22

23
13

S2 K1

14 24

A1
1
K1
H1
A2 2

60

46
 Klasifikasi transformator
Pada instalasi tegangan rendah di kenal jenis-jenis tranformator :
1. Tranformator daya
Transformator yang dipergunakan untuk transformasi daya pada
karakteristik yang berbeda untuk maksud-maksud penempatan
energi listrik.
2. Transformator instrumentasi
Transformator untuk maksud – maksud pengukuran besaran-
besaran listrik.
 Transformator daya
Menilik pada konsmaksinya dikenal 2 macam transformator :
1. Transformator dengan lilitan terpisah, untuk transformator dengan
kapasitas besar.
2. Auto trafo dengan lilitan menjadi satu untuk untuk transformator
kapasitas kecil.

61

 Transformator instrumen, dikenal 2 jenis trafo ukur :


a. Trafo tegangan
b. Trafo arus
Kedua jenis trafo ini digunakan untuk maksud pengukuran tegangan dan
arus.

 Ketentuan instalasi tranformator daya :


1. Instalasi tranformator daya harus memenuhi ketentuan – ketentuan
tertentu sehingga transformator tersebut mudah dalam operasi/
pemeliharaan dan aman terhadap lingkungan, khususnya operator.
Berdasarkan PUIL 2000 ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Transformator harus mempunyai saklar tersendiri, sehingga dapat
dibuat bebas tegangan.
b. Mudah dicapai kecuali untuk transformator pada gardu portal.
c. Pada ruang tertutup dengan ventilasinya.
d. Transformator dengan daya minimal 100 KVA harus dipasang dalam
ruang tahan api, dengan jarak minimal 2 meter dari bahan yang
mudah terbakar, secara horizontal dan 4 meter secara vertikal.

62

47
e. Untuk tranformator yang bertegangan menengah (diatas 1000 volt)
harus dipasang pada ruang khusus (kubu transformator). Hal ini
tidak berlaku untuk transformator dengan tegangan maksimum1000
Volt.
f. Instalasi transformator tidak boleh diberi tegangan sebelum
dinyatakan memenuhi persyaratan uji laik operasi.
g. Auto transformator penaik tegangan (step up auto transformer) tidak
boleh dihubungkan pada instalasi yang memperoleh suplai dari
sistem yang tidak mempunyai pembumian pada salah satu kutubnya.
Terminal bersama lilitan auto transformator harus dihubungkan
dengan penghantar netral.
2. Instalasi paralel transformator :
Instalasi transformator yang diparalel harus memenuhi persyaratan
teknis.
a. Hubungan lilitan sama ( misalnya 5 )
b. Mempunyai prsentase tegangan impedansi sama.
c. Dioperasikan pada sadapan tegangan yang sama.
d. Perbandingan kapasitas tidak 2 : 3

63

3. Instalasi proteksi transformator


Sistem proteksi transformator daya memakai 2 sistem :
a. Untuk transformator besar, memakai differensial rele (tidak
dijelaskan dalam pembahasan transformator (misalnya pada gardu
induk, rele gas, rele over pressure).
b. Untuk transformasi distribusi secara umum memakai pengaman
lebur, bimetal (trafo – trafo fasa satu CSP trafo).
c. Lightning arrester untuk transformator yang terpasang out door.
Besarnya arus pengenal pengaman lebur sebesar-besarnya 250 %
dari arus pengenal sisi primer untuk transformator berisolasi minyak
dan 125 % dari arus pengenal sisi primer untuk transformator kering.
4. Tranformator instrumen.
Transformator instrumentasi seperti trafo arus dan trafo tegangan
tidak dibahas dalam ketentuan ini.
5. Tanda-tanda gambar instalasi transformator.
Sejumlah tanda gambar dipakai untuk penggambaran instalasi
transformator.

64

48
Diagram penarikan Diagram 1 garis Uraian

a. Transformator umum

b. Transformator fasa
tunggal.

c. Auto transformator

65

Diagram penarikan Diagram 1 garis Uraian

d. Transformator fasa
tunggal dengan
sadapan

e. Slide transformer

241 242

66

49
Diagram penarikan Diagram 1 garis Uraian

f.
Transformator fasanya
tiga lilitan primer
sekunder
Contoh : 5

g.

Trafo fasa 3 hubungan


star/ zig zag
Contoh : 11

67

1. Transformator distribusi fasa 3 pasangan dalam (indoor).


a. PHB TM pengaman transformator type
load break switch.
a
b. Pengaman lebur type HRC
c. Instalasi kabel tegangan menengah.
d. Transformator distribusi - titik
netral dibumikan.
e. PHB – tegangan rendah
b
f. Sistem pembumian.
c

d e

68

50
2. Transformator Distribusi fasa – tiga pasangan luar.
a. Fused cut out berfungsi juga sebagai
saklar pemutus type disconnector
(pemisah).
b. Transformator distribusi
FCO c. PHB - TR
d. Sistem pembumian trafo titik netral dan
bagian konduktif terbuka.
e. Lightning arrester
LA f. Penghantar TM
g. Penghantar TR

69

3. Transformator Distribusi type CSP (completely self protected) fasa-1


atau fasa-2
a. Lighting Arrester - LA
b. Transformator lengkap dengan :
- Bimetal switch pengaman beban
lebih sisi TR.
- Fuse link untuk pengaman hubung
singkat sisi TR

LA

70

51
 Ketentuan pemasangan konektor
1. Konektor dalam bentuk terminal lug (kabel skun) – sambungan
lurus (junction sleeve) harus terbuat dari metal yang sama
dengan yang akan disambung jika berbeda harus memakai
jenis Bimetal.
2. Ikatan sambungan harus memakai hydraulic press.
3. Pada sepatu kabel (kabel skun, terminal lug) setelah di press
dipanaskan dan diberi timah solder. Permukaan sepatu kabel
dan permukaan terminal transformator atau cubicel pengaman
trafo harus dilapisi timah dulu, baru dikencangkan dengan kunci
torsi, leher sepatu kabel diberi tanda warna penghantarnya
(merah – kuning – hitam – biru – kuning/ hijau), dengan
pembungkus heatshrink.
4. Untuk sambungan junction sleeve setelah di press dibungkus
isolasi dengan isolasi jenis heatshrink.
Permukaan sepatu kabel dilapisi timah solder
Isolasi heatshring berwarna
Kabel
71

 Pemasangan sistem pembumian


1. Bagian instalasi transformator yang dibumikan adalah :
a. Titik terminal Netral sisi tegangan rendah transformator.
b. Bagian konduktif terbuka instalasi transformator (massa/ badan
trafo, rak kabel TM/TR kubikel pengaman trafo).
c. Titik bintang sisi sekunder transformator.
2. Elektroda bumi yang dipakai adalah elektroda batang, anyaman
penghantar. Pembumian yang dipakai adalah tembaga 50 mm2, ikatan
kabel pada terminal penghantar pembumian memakai sepatu kabel yang
dikuatkan dengan hydraulic press dan dilapisi timah solder sebelum
dikuatkan/ diikatkan
Tahanan resistansi pembumian diukur dengan alat Earth Resistance
Tester. Nilai maksimal tahanan harus dibawah satu ohm.
Untuk memudahkan pengukuran resistansi pembumian ujung kepala
elektroda atau ikatan elekroda bentuk anyaman harus dimasukkan
dalam bak kontrol ukuran 20 cm x 20 cm.

72

52
3. Konstruksi pembumian pada gardu tiang :

Pondasi gardu Portal

ELEKTRODA BUMI
6 meter

73

4. Konstruksi pembumian gardu pasangan dalam :

RAK KABEL
TERMINAL
NEUTRAL
KUBIKEL
PENGHANTAR PENGAMAN
DINDING PEMBUMIAN TRAFO
BANGUNAN BC 50 mm2 TRAFO BC
GARDU 16 mm2

LANTAI GARDU
PONDASI

ELEKTRODA PEMBUMIAN

74

53
 Instalasi penghantar sisi tegangan menengah dan sisi tegangan
rendah
1. Antara terminal Tegangan Menengah trafo dan kubikel.
2. Menengah luas penampang yang dipakai adalah 125 % x
arus nominal sisi primer trafo. Demikian juga antara terminal sisi
sekunder trafo dengan Tegangan Rendah.
3. Jarak antar kabel jika dipakai kabel inti tunggal minimal sama
dengan diameter kabel.
4. Pada rak kabel konstruksi kabel harus pada satu lobang ( jika
rak berbentuk tangga).

D D

75

 Penggunaan kapasitor :
1. Pada instalasi listrik kapasitor dipakai sebagai cmpensator faktor daya
untuk mendapatkan nilai faktor daya yang optimal (Cos φ mendekati
0,95).
2. Kapasitor dipasang paralel pada :
a. Dekat transformator sisi tegangan menengah atau tegangan rendah.
b. Pada jaringan distribusi Tegangan Menengah.
3. Kapasitor yang akan dibahas disisni adalah aplikasi pada instalasi
insdustri baik untuk mengkopensir faktor daya atau untuk start/ asut
motor.
 Ketentuan pemasangan kapasitive :
1. Pemasangan kapasitor pada transformator nilai daya KVA transformator
harus 135 % kali daya kapasitor dalam KVA.
2. Kuat hantar arus penghantar kapasitive minimal 135 % arus pengenal
kapasitor. Jika dihubungkan pada motor listrik minimal 34 % dari kuat
hantar arus penghantar motor.
3. Sarana pemisah
Perlu dipasang sarana pemisah pada tiap-tiap kelompok kapasitor dan
mempunyai pemutus beban untuk tiap-tiap gugus kapasitive.
4. Ketentuan diagram instalasi
Ketentuan diagram instalasi kapasitor termasuk kode angka sama
dengan ketentuan pada instalasi motor
76

54
 Ruang lingkup
Ruang lingkup pada pembahasan instalasi mesin las adalah :
1. Mesin las resistant.
2. Mesin las busur api.
 Mesin las busur api
1. Mesin las busur api meliputi mesin – mesin las yang menggunakan step
down tranformator, penyearah atau motor generator.
2. Kuat hantar arus
Penghantar untuk mesin las busur api harus minimal sama, dengan arus
pengenal pada plat nama mesin las dikalikan dengan faktor yang
didasarkan atas dasar tugas mesin las (lihat tabel berikut).

Daur tugas 20 % 40 % 60 % 80 % 100 %

Faktor X 0,45 0,63 0,78 0,89 1

Contoh : Mesin las busur In = 300 amper, daur tugas (duty cycle) = 40 %
maka kuat hantar arus pengantar mesin las :
300 X 0,63 = 189 amper
77

3. Untuk sekelompok mesin las, maka kuat hantar arus


penghantarnya adalah faktor x (100 % arus nominal mesin
terbesar + 85 % arus pengenal mesin las terbesar kerja + 70 %
arus pengenal terbesar + 60 % arus pengenal mesin las lainnya
Proteksi arus lebih pada setiap mesin las, paling besar 200 % dari
arus pengenal mesin las tersebut. Proteksi ini tidak diperlukan
jika pada sirkit awal penghantar mesin las sudah terpasang
gawai proteksi arus lebih dengan nilai arus pengenal tidak
melebihi 200 % dari nilai arus nominal mesin las.

4. Penghantar mesin las harus diproteksi oleh gawai proteksi arus


lebih dengan nilai pengenal atau setelan tidak melebihi 200 % dari
kuat hantar arus penghantar tersebut dan dilengkapi dengan
sarana pemutus dengan nilai pengenal tidak boleh kurang dari
kuat hantar arus penghantar.

78

55
 Mesin las resistant.
1. Jenis mesin las ini juga dikenal dengan nama mesin las titik. Mengingat
sifat kerjanya maka perhitungan kuat hantar arus penghantar
didasarkan atas pembahasan susut tegangan sampai pada suatu nilai
yang diterapkan.
2. Kuat hantar arus pengenal untuk penghantar suplai satu motor las
ditentukan sebagai berikut : (PUIL)
a. Untuk daya kerja yang berubah-ubah tidak boleh kurang dari 70 %
dari arus pengenal mesin las jika dijalankan secara manual.
b. Untuk mesin las jika daur kerja ditehui harus dikalikan dengan faktor
kerja k.

Daur tugas % 50 40 30 20 10 5

Faktor kerja k 0,7 0,6 0,55 0,45 0,32 0,22

79

3. Untuk penghantar yang mensuplai 2 mesin las atau lebih ditentukan


sebagai berikut :
Kuat hantar arus penghantar yang memasok 2 mesin las atau lebih
adalah untuk mesin las terbesar – 1 sesuai perhitungan mesin las
tunggal ditambah 60 % dari nilai mesin las lain yang telah dihitung
sesuai perhitungan mesin las tunggal.
4. Mesin las resistan harus diproteksi oleh gawai proteksi dengan arus
pengenal tidak melebihi 300 % dari arus primer pengenal mesin las.
5. Apabila pada PHB telah terpasang gawai proteksi yang mempunyai nilai
atau setelan tidak melebihi 300 % dari KHA penghantar tersebut.
6. Penghantar yang mematok mesin las atau lebih harus diproteksi oleh
proteksi arus lebih dengan nilai pengenal atau setelah tidak melebihi
300 % dari KHA hantar arus penghantar.
7. Saklar pemutus rangkaian instalasi harus dipasang untuk satu mesin
las atau lebih dengan nilai pengenal tidak boleh kurang dari kuat hantar
arus penghantar.

80

56
81

57

Anda mungkin juga menyukai