Anda di halaman 1dari 13

REGULASI

BIDANG TENAGA TEKNIK


KETENAGALISTRIKAN
Oleh :
Puji Muhardi
Ketua Umum PP APEI
Diawali dengan pertemuan antar instalatir listrik pada
tanggal 11 Agustus 1979 yang diprakarsai oleh Ir. Ketut
Kontra, MSc, Pemimpin PLN Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang mengajak para instalatir listrik untuk bersama-
sama dengan PLN untuk meningkatkan pelayanan
penyambungan listrik kepada pelanggan.
Sebagai tindak lanjut dari pertemuan tersebut, pada
tanggal 12 September 1979, secara aklamasi telah
disepakati untuk membentuk Himpunan Instalasi Listrik
Indonesia (HILI) di Jakarta.
Dengan dibentuknya HILI di Jakarta, hal tersebut diikuti pula dengan pembentukan
Himpunan Instalatir yang serupa HILI di daerah-daerah lainnya di Indonesia, antara
lain :

1. HILI : Sumatera Barat (Padang)


2. GISLI : Sumatera Utara (Medan)
3. GILLISS : Sumatera Selatan (Palembang)
4. PERLIMA : Maluku (Ambon)
5. INSTALATIR JAYA : Daerah Istimewa Aceh
6. GILS : Jawa Timur (Surabaya)
7. GABINDAB : Bali (Denpasar)
8. Persatuan Instalatir Wil. VII : Manado
9. Persatuan Instalatir PLN Wil. X : Irian Jaya
10. HILI Cabang Banjarmasin
11. Persatuan Instalatir Semarang
12. IIL Ujung Pandang
13. Utusan dari Nusa Tenggara Timur
14. Utusan dari Lampung
15. HILI Kalimantan Barat
16. HILI Kalimantan Timur
Setelah terbentuknya HILI dan Himpunan Instalatir serupa
di beberapa daerah di Indonesia, kemudian pada tanggal 23
dan 24 September 1980 diadakan Konvensi I Instalatir
Listrik Indonesia yang diketuai oleh Ir. Syamsul Bahri Yusuf.
Dengan mengambil tempat di kantor PLN Pusat atas
bantuan dari Direktur Pengusaha PLN Ir. Bambang Sarah.
Konvensi I menyepakati perubahan nama HILI menjadi AKLI
(Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia) dan pada tanggal 24
September 1980 ditetapkan sebagai HARI JADI AKLI.
AKLI adalah kumpulan daripada Badan Usaha (Instalatir)
yang mempunyai SIKA-SPI yang terdiri dari SIKA Golongan
A, B, C dan D. Dengan lahirnya UU No. 15 tahun 1985
tentang Ketenagalistrikan dan PP No. 25 tahun 1995
tentang Usaha Penunjang Tenaga Listrik, yang
mensyaratkan bahwa setiap Badan Usaha Penunjang
Tenaga Listrik harus mempunyai Tenaga Teknik, hal tersebut
telah memperkokoh keberadaan para Instalatir Listrik yang
telah memiliki SIKA-SPI
Era reformasi pada tahun 1998 telah melahirkan begitu
banyak aturan atau regulasi yang mengatur kehidupan
masyarakat, salah satunya yang terkait langsung dengan
profesi kita adalah UU No. 18 tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi, PP No. 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi, PP No. 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, PP No. 30 tentang
Pembinaan Jasa Konstruksi.
Atas inspirator dari para pengurus dan anggota AKLI
dan didukung oleh berbagai pihak yang memiliki profesi
yang berkaitan dengan bidang kelistrikan (Konsultan,
Perancang/Perencana, Dosen, Guru, Pakar dan lain-
lain) di sepakati untuk segera mendeklarasikan
pembentukan organisasi profesi dibidang
ketenagalistrikan. Maka dibentuk Panitia Penyelenggara
Konvensi dengan Ketua Ir. Nugraha Sjahir.
Awal mula pencetusan ide deklarasi pembentukan
Asosiasi Profesi ini, adalah pada saat Rakornas (Rapat
Koordinasi Nasional) AKLI di Semarang pada tanggal 1
Juli 2000. Rencana konvensi tersebut mendapat
dukungan yang semakin luas dari berbagai unsur, yang
selanjutnya untuk mematangkan pembentukan Asosiasi
Profesi diadakan Seminar Nasional di Bandung pada
tanggal 12 Agustus 2000.
Pada tanggal 24 September 2000 diselenggarakan
Konvensi (MUNAS I) di Hotel Panghegar Bandung untuk
membentuk Asosiasi Profesi Bidang Ketenagalistrikan,
dengan nama Asosiasi Profesionalis Elektrikal Indonesia
(APEI). Pada konvensi ini terpilih menjadi Ketua Umum
Pengurus Pusat APEI periode 2000-2003, Bapak Ir.
Mangambari Tompo, MBA.
Pada tanggal 10 Mei 2002, APEI mendapat Akreditasi dari LPJK
Nasional dan Akreditasi ini diperpanjang pada tanggal 10 Mei
2004. Mulai saat itu APEI telah memiliki kewenangan untuk
menyelenggarakan sertifikasi keahlian.
Dalam rangka penyetaraan Penanggung Jawab Teknik bagi
pemegang SIKA/SPI, dilakukan penyegaran dan pengembangan
yang selanjutnya pemegang SIKA/SPI Golongan A dan B menjadi
Ahli Muda, Golongan C menjadi Ahli Madya dan Golongan D
menjadi Ahli Utama. Selanjutnya di Jakarta pada tanggal 27
Oktober 2004 untuk pertama kalinya diadakan Uji Keahlian bagi
peserta baru.
Pada tanggal 29 Maret 2007, APEI mendapatkan Akreditasi
dari LPJKN sebagaimana tertuang pada Keputusan Dewan
Pengurus Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Nasional Nomor : 36/KPTS/LPJK/D/III/2007, Tentang :
Penetapan Akreditasi Kepada Badan Sertifikasi Asosiasi
Profesionalis Elektrikal Indonesia (BSK-APEI) untuk
Sertifikasi Keterampilan Kerja Jasa Konstruksi.
Klasifikasi Bidang/Sub Bidang Keterampilan yang ditangani
BSK APEI adalah Bidang Elektrilkal (Nomor Kode TE) : Sub
Bidang Distribusi (Nomor Kode TE 051) dan Sub Bidang
Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik(Nomor Kode TE 052).
Dengan di berlakukannya UU No. 30 tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan dan PP No. 62 tahun 2012 tentang Usaha
Penunjang Tenaga Listrik, bahwa setiap Tenaga Teknik
bidang usaha penunjang tenaga listrik wajib memiliki
sertifikat kompetensi yang di terbitkan oleh Badan Usaha
yang mendapatkan Akreditasi-Penunjukan dari Kemen
ESDM. Untuk itu, APEI membentuk PT APEI kegiatannya
melakukan Uji Kompetensi untuk bidang Pembangkitan,
Transmisi, Distribusi dan Pemanfaatan.
- TERIMA KASIH -

Anda mungkin juga menyukai