Anda di halaman 1dari 12

“Pengangkutan dan Pertumbuhan Industri, Ongkos Transport dan Pemilihan

Lokasi Industri dan Efek Struktur Taridf Angkutan atas Lokasi Industri”
Dosen Pengampu: Fibryanto Saptenno

Disusun Oleh: Kelompok 4


Sondang Siahaan (202229021)
Senthia Pattipeiluhu (202229020)
Dwi Putri Lestari (202229017)
Patialim Latuconsina (202229071)
Astria Wally (20229090)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PATTIMURA
A. Pengertian Transportasi
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang
keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian
masyarakat dan perkembangan wilayah baik itu daerah perdesaan maupun daerah yang
lainnya. Sistem transportasi yang ada dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan
mobilitas penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung terjadinya
pertumbuhan ekonomi di daerah ini menyebabkan pengurangan konsentrasi tenaga
kerja yang mempunyai keahlian dan ketrampilan pada wilayah tertentu, selain itu
transportasi juga untuk membuka peluang kegiatan perdagangan antar wilayah dan
mengurangi perbedaaan antar wilayah sehingga mendorong terjadinya pembangunan
antar wilayah. Dengan adanya transportasi harapannya dapat menghilangkan isolasi
dan memberi stimulan ke arah perkembangan di semua bidang kehidupan, baik
perdagangan, industri maupun sektor lainnya merata disemua daerah. Transportasi
sangat penting peranannya bagi daerah baik itu perdesaan atau daerah semi urban atau
urban di negara-negara yang sedang berkembang, karena menyediakan akses bagi
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa sehari-hari, serta
meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Akses terhadap informasi, pasar, dan jasa
masyarakat dan lokasi tertentu, serta peluang-peluang baru kesemuanya merupakan
kebutuhan yang penting dalam proses pembangunan.
Transportasi sendiri adalah satu kegiatan yang selalu melibatkan kendaraan
bermotor terutama selalu dikaitkan dengan adanya angkutan umum yang berada di
kota. Banyaknya transportasi yang berada di kota dapat mengakibatkan adanya suatu
kegiatan interaksi antara kendaraan satu dengan kendaraan lainnya. Akibat ransportasi
umum yang ada menimbulkan banyak dampak dan konflik di kalangan ekonomi dan
bisnis untuk saling mencari keuntungan di jasa angkutan umum. Pemberian kualitas
yang baik juga di berikan. Semakin baik kendaraan tersebut maka semakin mahal pula
tarif kendaraan tersebut.
Dengan dibangunnya sarana transportasi, kegiatan ekonomi masyarakat,
pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam pembangunan pada kawasan yang
mempunyai potensi ekonomi tinggi akan lebih mudah dikembangkan. Dengan adanya
banyaknya kegiatan transportasi ini juga dapat memicu kegiatan industri yang ada di
dalamnya.
B. Teori
Transportasi merupakan hal yang penting dalam suatu sistem, karena tanpa
transportasi perhubungan antara satu tempat dengan tempat lain tidak terwujud secara
baik (Bintarto, 1982). Hurst (1974) mengemukakan bahwa interaksi antar wilayah
tercermin pada keadaan fasilitas transportasi serta aliran orang, barang, maupun jasa.
Transportasi merupakan tolok ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan sangat
penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah .
Teori Lokasi Biaya Minimum Weber Alfred Weber seorang ahli ekonomi Jerman
menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan
tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total
biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat
keuntungan yang maksimum. Menurut Weber, biaya transportasi merupakan faktor
pertama dalam menentukan lokasi, sedangkan kedua faktor lainnya merupakan faktor
yang dapat memodifikasi lokasi. Titik terendah biaya transportasi menunjukkan biaya
minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi.
Teori Lokasi Pendekatan Pasar August Losch mengungkapkan teorinya
berdasarkan kemampuan sebuah produksi untuk menjaring konsumen sebanyak-
banyaknya. Maksudnya, semakin jauh dari pasar maka konsumen menjadi enggan
membeli karena mahalnya biaya transportasi menuju tempat penjualan yang jauh.
Sehingga produsen harus memilih lokasi industri yang mempunyai tempat yang cukup
dekat dengan konsumen agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal.
Dari segi barang yang diangkut, transportasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: angkutan penumpang (passanger), angkutan barang (goods), angkutan pos
(mail). Dari sudut geografis, transportasi dapat dibagi sebagai berikut: angkutan
antarbenua, misalnya dari Asia ke Amerika, angkutan antarkontinental, misalnya dari
Perancis ke Swiss dan seterusnya sampai ke Timur Tengah, angkutan antarpulau,
misalnya dari Sumatera ke Jawa, angkutan antarkota, misalnya dari Jakarta ke
Bandung, angkutan antardaerah, misalnya dari Jawa Barat ke Jawa Timur, dan
angkutan di dalam kota, misalnya pete-pete. Dari sudut teknis dan alat angkutannya,
transportasi dapat dibagi sebagai berikut: angkutan jalan raya atau highway
transportation (road transportation), misalnya pengangkutan dengan menggunakan
truk, bus, dan sedan, angkutan rel (rail transportation), misalnya kereta api, trem listrik,
dan sebagainya, angkutan melalui air di pedalaman (inland transportation), misalnya
sungai, kanal, danau, dan sebagainya, angkutan pipa (pipe line transportation),
misalnya minyak tanah, bensin, dan air minum, angkutan laut atau samudera (ocean
transportation), yaitu angkutan dengan menggunakan kapal laut yang mengarungi
samudera, dan angkutan udara (transportation by air atau air transportatioan), yaitu
pengangkutan dengan menggunakan kapal terbang yang melalui jalan udara.
Prinsip teori Weber menyatakan bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan
di tempat-tempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least
cost location) yaitu tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana
penjumlahan keduanya minimum,tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga
kerja yang minimum yang cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang
maksimum.
Prinsip tersebut didasarkan pada enam asumsi bersifat prakondisi, yaitu :
• Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya (keadaan
penduduk yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas SDM)
• Ketersediaan sumber daya bahan mentah.
• Upah tenaga kerja.
• Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat ditentukan oleh
bobot bahan mentah dan lokasi bahan mentah)
• Persaingan antar kegiatan industri.
• Manusia berpikir secara rasional.

Dalam menentukan lokasi industri, terdapat tiga faktor penentu, yaitu biaya
transportasi, upah tenaga kerja, dan dampak aglomerasi dan deaglomerasi. Biaya
transportasi diasumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh dan berat
barang, sehingga titik terendah biaya transportasi menunjukkan biaya minimum untuk
angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi akan bertambah
secara proporsional dengan jarak. titik terendah biaya transportasi adalah titik yang
menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku (input) dan distribusi hasil
produksi (output).
C. PEMBAHASAN
1. Pengangkutan dan Pertumbuhan Industri
• Pengangkutan
Kata “pengangkut” berasal dari kata dasae “angkut” yang memiliki arti
mengangkat dan membawa. Dalam kamus hukum tertulis bahwa, pengangkutan adalah
timbal balik antara pengangkut dam pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri
untuk melakukan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu ke tempat ke tempat
tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar
ongkos angkutan.
Dalam hal pengangkutan barang, pengangkutan dapat diartikannya yaitu
memindahkan barang-barang produksi dan barang perdagangan ke tempat konsumen
dan sebaliknya bagi para produsen pengangkutan barang pengangkut barang
memungkinkan mereka memperoleh bahan-bahan yang mereka perlukan untuk
memproduksi barang.
Mengenai definisi pengangkutan secara umum dalam Kitab UndangUndang
Hukum Dagang (KUHD) tidak ada, yang ada hanya mengani pengangkutan laut yang
dinyatakan dalam Pasal 466 KUHD dikatakan bahwa : “Pengangkutan dalam artian
bab ini adalah barang siapa yang baik dengan perjanjian carter menurut waktu atau
carter menurut perjalanan, baik dengan perjanjian lainnya mengikatkan untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang yang seluruhnya atau sebagian melalui
lautan”.
Kemudian dalam Pasal 521 KUHD menyatakan: “Pengangkutan dalam artian bab ini
adalah barang siapa yang baik dengan carter menurut waktu atau carter menurut
perjalanan baik dengan perjanjian lain mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan
pengangkutan orang (penumpang) seluruhnya atau sebagian melalui lautan”.
Pelaksanaan pengangkutan ini haruslah ada persetujuan terlebih dahulu dan ada
kesepakatan diantara pihak yang bersangkutan, dan tidak terlepas dengan syarat-syarat
perjanjian yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer).
Menurut Sution Usman Adji, bahwa pengangkutan adalah : “Sebuah perjanjian
timbal balik, dimana pihak pengangkutan mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang atau orang dari tempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya
berkeharusan memberikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut”.
Sebelum pengangkutan dilaksanakan pada umumnya terjadi suatu perjanjian antara
pihak pengangkut dengan pihak pengirim barang. Perjanjian pengangkutan pada
pembahasan ini adalah perjanjian pengangkutan darat dengan menggunakan kendaraan
bermotor berupa bus yang pada dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya.
Artinya untuk sahnya suatu perjanjian haruslah memenuhi syarat-syarat yang diatur
dalam Pasal 1320 KUHPerdata tentang mengikatnya suatu perjanjian. Menurut Pasal
1320 KUHPerdata syarat sahnya suatu perjanjian adalah :
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.
a. Kemudian Pasal 1388 KUHPerdata menyatakan :
• Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya.
• Perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan
sepakat kedua belah pihak.
• Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian disini adalah pihak pengangkut dengan
pengirim barang, jadi dapat dikatakan perjanjian pengangkutan pada dasarnya sama
dengan perjanjian pada umumnya, dimana ketentuan dasarnya seperti yang telah
disebutkan di atas.
Dapat disimpulkan bahwa pengangkutan adalah perjanjian pengangkutan yang
dilakukan berupa perjanjian pengangkutan dan perjanjian pengangkutan pada
umumnya yang bersifat tidak tetap atau disebut dengan pelayanan berkala. Artinya
dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan tidak terus menerus tetapi hanya
kadangkala, jika pengirim membutuhkan pengangkutan untuk mengirim barang.
Perjanjian yang bersifat pelayanan berkala ini terdapat pada pasal 1601 KUHPerdata
yaitu pada bagian ketentuan umum.

❖ Jenis-jenis Pengangkutan
Pengangkutan sebagai sarana untuk mempermudah sampainya seseorang
atau barang disuatu tempat dan dilakukan dengan berbagai cara dan dengan
menempuh perjalanan yang berbeda. Ada yang melalui darat, laut, udara.
Dimana pengangkut berfungsi untuk memindahkan barang atau orang dari
suatu tempat ke tempat lain dengan maksud meningkatkan daya guna adan nilai
dari barang tersebut.
Dimana pengangkutan yang sering digunakan di dalam dunia
pengangkutan terbagi atas 3 jenis pengangkutan yaitu:
1. Pengangkutan Darat
2. Pengangkutan Udara
3. Pengangkutan di Perairan.
Transportasi atau pengangkutan dapat dikelompokan menurut macam atau
jenisnya yang dapat ditinjau dari segi barang yang diangkut, dari segi geografis
transportasi itu berlangsung, dari sudut teknis serta sudut alat angkutannya.
Secara rinci klasifikasi transportasi sebagai berikut :
Dari segi yang diangkut, transportasi meliputi:
1. Angkutan penumpang (passanger)
2. Angkutan barang (goods)
3. Angkutan pos (mail).
Pengangkutan darat mempunyai ruang lingkup yang luas seperti angkutan yang
dilakukan pada jalan raya serta rel kereta api. Dalam undang-undang No. 3 tahun 1965
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya tidak ada pengaturan hak dan kewajiban
mengenai pengangkutan barang maupun penumpang.

❖ Objek dan Pihak Dalam Pengangkutan


Sebagaimana yang telah diuraikan pada uraian sebelumnya bahwa
pengangkutan adalah perjanjian timbal balik pengangkut dengan pengirim, dimana
pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau
orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pihak
pengirim mengikatkan diri untuk membayar angkutan.
Agar terlaksananya pengangkutan tersebut dengan baik sesuai dengan
tujuannya, maka dilaksanakan pengangkutan yang diadakan perjanjian antara pihak
pengangkut dengan pihak pengirim barang. Dimana objek pengangkutan antara lain:
1 Pengangkutan Barang
Dalam pengangkutan barang yang menjadi objek pengangkutan adalah
“barang”. Barang yang dimaksud adalah barang yang sah dan dilindungi oleh
undang-undang.
2 Pengangkutan Orang
Berbeda dengan pengangkutan barang, yang menjadi objek dalam perjanjian
pengangkutan adalah “orang”. Dalam hal perjanjian pengangkutan orang
penyerahan kepada pengangkut tidak ada.
Wiwoho Soedjono menjelaskn bahwa di dalam pengangkutan di laut terutama
mengenai pengangkutan barang, maka perlu diperhatikan adanya tiga unsur yaitu :
pihak pengirim, pihak penerima barang dan barang itu sendiri.
Perjanjian pengangkutan barang pihak yang terkait bisa terdiri dari:
1. Pihak pengangkut (penyedia jasa pengangkutan), yaitu pihak yang berkewajiban
memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas penerimaan
pembayaran seperti yang diperjanjikan.
2. Pihak pengirim barang (pengguna jasa angkutan), yaitu pihak yang berkewajiban
untuk membayar ongkos angkutan sesuai yang telah disepakati dan berhak
memperoleh jasa pelayanan angkutan atas barang yang dikirim.
3. Pihak penerima barang (pengguna jasa angkutan), sama dengan pihak pengirim
namun ada kalanya pihak pengirim barang juga sebagai pihak penerima barang
yang diangkut ketempat tujuan.

• Peran Transportasi Dalam Pertumbuhan Industri


Adanya ongkos pengangkutan yang lebih murah akan dapat mengakibatkan ongkos
produksi yang lebih rendah pula, sehingga akhirnya dapat :
1. menambah daya saing dari industri tersebut, dan
2. menambah aksi radius pasar, yaitu menambah jarak luasnya pasar yang dapat
dijalani.
Berthil Ohlin menyatakan bahwa hubungan antara ongkos produksi di dalam
negeri dengan harga penawarannya ke luar negeri, yaitu harga ditambah dengan ongkos
transport serta hubungannya dengan harga penawaran barang tersebut di luar negeri,
akan menentukan apakah sesuatu barang tersebut akan diimport, dieksport, ataukah
dibuat dan dikonsumir sendiri di dalam negeri.

Harga Harga
Dalam Penawaran
Negeri Luar Negeri Ongkos Transport Pilihan
100 75 + 10 Import
100 120 + 10 Eksport
Tergantung
100 90 + 10 pemerintah
Pemilihan tempat lokasi industri adalah suatu hal yang sangat penting, karena
kalau lokasi industri itu sudah ditetapkan maka sukar sekali untuk dipindahkan ke
tempat lainnya.
Faktor yang mempengaruhi lokasi industri :
1. Lokasi bahan mentah untuk produksi
2. Keadaan tenaga kerja
3. Sumber Tenaga dan Fasilitas pengangkutan yang tersedia
4. Pasar hasil produksi dan Fasilitas distribusinya
5. Peraturan yang berlaku dan Kondisi iklim usaha
6. Sturktur pajak dan Fasilitas perpajakan

2. Ongkos Transport dan Pemilihan Lokasi Industri


Peranan ongkos transport akan berbeda pada suatu industri dibandingkan industri
lainnya, karena :
1. Jika ongkos transport merupakan bagian yang besar dalam ongkos produksi
total dan relatif besar terhadap nilai atau harga barang yang dihasilkan, maka
ongkos transport akan dapat menjadi faktor penentu (controlling factor) dalam
penentuan lokasi industri.
2. Jika ongkos transport merupakan bagian kecil saja dari ongkos produksi dan
kecil relatif terhadap nilai dari barang yang dihasilkan, maka ongkos transport
mungkin tidak begitu berpengaruh.
3. Dari sudut ongkos pengangkutan, maka pada dasarnya terdapat 3 (tiga)
kemungkinan dalam memilih suatu lokasi industri :
4. Berlokasi di tempat/dekat bahan mentahnya (raw material oriented).
5. Berlokasi di tempat/dekat pasar hasil produksi (market oriented).
6. Berlokasi diantara tempat bahan mentah dan tempat pasar hasil
produksinya (intermediate between market and resources).

3. Efek Struktur Tarif Angkutan Atas Lokasi Industri


1. Efek dari ‘distant rate systems’
Disini tarif angkutan bertambah atau meningkat dengan semakin jauhnya
jarak barang yang diangkut. Jika tarif angkutan bertambah dengan semakin
jauhnya jarak yang ditempuh, maka lokasi untuk dekat ke pasar atau dekat ke
sumber bahan mentahnya menjadi lebih penting daripada jika tarif itu tidak
berubah sesuai dengan perubahan jarak tersebut.
2. Efek dari ‘group rate syatems’
Disini tarif angkutan digolongkan dalam kelompok menurut asalnya
(origins) dan tujuannya (destinations) dari barang yang diangkut, maka akan
memberikan semua tempat di dalam satu kelompok wilayah tersebut suatu tarif
yang sama tanpa memandang jarak. Dengan demikian akan menyamakan
keuntungan ekonomis yang mungkin didapatkan oleh semua kota atau tempat
di dalam kelompok yang sama sejauh tarif angkutan tersebut berhubungan.
Keadaan ini akan mempunyai efek desentralisasi atas lokasi industri pada
daerah-daerah bersangkutan.
3. Efek dari ‘tapering rates systems’
Disini berarti meskipun tarif bertambah dengan semakin jauhnya jarak
yang ditempuh tetapi pertambahannya tidaklah dalam proporsi yang langsung
dan sama terhadap jarak. Jadi tarif untuk jarak 200 km akan lebih rendah
daripada dua kali tarif untuk jarak 100 km.
Jika tarif angkutan barang ditetapkan atas dasar sistem ini, maka industri
akan cenderung untuk berlokasi pada bahan mentah atau pasar hasil produksi
dan bahwa pada intermediate points tidaklah menguntungkan.

Lokasi Industri Berorientasi Biaya Transportasi dan Tenaga Kerja


1. Lokasi industri berorientasi biaya transportasi
Transportasi sangat diperlukan dalam industri. Industri yang lokasinya
berorientasi pada biaya angkut, berarti bahwa sedapet mungkin lokasi industri
berada di daerah yang lancar transportasinya. Kelancaran transportasi tersebut
sangat penting dengan tujuan untnk mendatangkan bahan baku, dan
memasarkan hasil produksi dengan cepat dan tepat waktu. Besar kecil biaya
transportasi dipengaruhi oleh faktor jarak, tempat, keamanan, jenis barang yang
diangkut dari volume barang. Besarnya biaya angkut perlu diperhitungkan
dalam pendirian industri.
2. Lokasi industri berorientasi pada tenaga kerja
Demi kelancaran industri. Orientasi tenaga kerja perlu juga dipikirkan secara
masak. Dalam usaha industri, kalau terlalu besar ongkos tenaga kerja/buruh,
maka industri akan jatuh. Faktor lokasi industri yang perlu dipertimbangkan
adalah daerah yang terdapat banyak tenaga kerja siap kerja. Industri yang
demikian adalah industri yang banyak membutuhkan tenagakerja.

KESIMPULAN
Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa transportasi mempunyai
kaitan atau hubungan yang sangaterat terhadap pertumbuhan suatu industri, ongkos
transportasi sangat mempengaruhi lokasi suatu industri. Dari sudut ongkos
pengangkutan, maka pada dasarnya terdapat 3 (tiga) kemungkinan dalam memilih
suatu lokasi industry. Berlokasi di tempat/dekat bahan mentahnya (raw material
oriented), berlokasi di tempat/dekat pasar hasil produksi (market oriented), berlokasi
diantara tempat bahan mentah dan tempat pasar hasil produksinya (intermediate
between market and resources). Selain itu teori dari augush losch maupun webber
sangat mendukung peryataan ini.

DAFTAR PUSTAKA
• Kurnianto Agung. 2023. Arti Penting dan Kualifikasi Transportasi. Jakarta.
Triagungkurnianto. https://triagungkurnianto.wordpress.com/ilmu/ekonomi-
transportasi/arti-penting-dan-kualifikasi-transportasi/
• Setiawan Widagdo, Kamus Hukum, Penerbit PT. Prestasi Pustaka, Jakarta,
2012, hlm. 413
• R. Subekti, dkk, Kitab UndangUndang hukum Dagang, PT Pradnya
Paramita,Jakarta,Cetakan 27,2002, hlm 134
• Sutiono UsmanAdji, dkk, “Hukum Pengangkutan Di Indonesia”,Penerbit
Rineka Citra, Bandung,1990, hlm 6
• Mr. R. Soekardono, Hukum “DagangIndonesia” Penerbit Soeroeng,
Jakarta,1961,hlm 10
• Fardan, Tanggung Jawab Pengangkutan Terhadap Penumpang pada Angkutan
Jalan Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Jurnal Ilmu Hukum
Legal opinion,Edisi 1, Volume 1 tahun 2013, h.3
• Wiwoho Soejono, “Hukum Pengangkutan Indonesia”, Semarang,1999, hlm 28
• Mr. E Suherman, Op-Cit, Hlm 18
• Mr. Soekardono, Op-Cit, hlm 10 Achmad Ichsan, Hukum Dagang Lembaga
Surat-Surat Barharga, Pengangkutan”, Pradnya Paramita,jakarta, 1981, hlm
409
• Sution Usman Adji,dkk, Op-Cit, hlm 6

Anda mungkin juga menyukai