Anda di halaman 1dari 47

Hari/Tanggal: Rabu, 11 November 2020

Kelompok : VII
Tugas : Makalah Kelompok 7

MAKALAH
PEMBELAJARAN TERPADU
“Analisis Produk Tesis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Kabut dan
Asap dengan Tipe Networked Berbasis Example Problem Based Learning
untuk meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik”

OLEH :
KELOMPOK 7
1. SINTYA NOVEBRINI (20175016)
2. NELMI AGUSTINA (20175007)
3. PUTRI NURHALIZA (201750013)

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Asrizal, M.Si dan Dr. Usmeldi, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKA FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyusun tugas ini dengan judul “Analisis Produk
Tesis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Kabut dan Asap dengan
Tipe Networked Berbasis Example Problem Based Learning untuk
meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik”
Tulisan ini disusun oleh tim penulis dan diperuntukan sebagai tugas mata
kuliah Pengembangan Terpadu diharapkan tulisan pada makalah ini dapat
memperkaya wawasan mahasiswa mengenai bahan ajar baik secara teoritis
maupun praktis.
Tim penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Pengembangan Terpadu, Bapak Dr. Asrizal, M.Si dan Dr. Usmeldi, M.Pd
yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat selesai sesuai harapan penulis.
Pada penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Tim penulis senantiasa menantikan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif dari berbagai pihak untuk bahan perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 11 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….... iv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………......... 2
C. Tujuan …………………………………………………………...…. 2
D. Manfaat …………………………………………………………..… 2
BAB II KAJIAN TEORI …………………………………………………. 3
A. Pembelajaran IPA Terpadu..................................................................... 3
B. Pembelajaran Terpadu Model Networked ……………… ................ 6
C. Model Example Problem Based Learning........................................ 11
BAB III PEMBAHASAN ………………………………………………....
A. Analisis Tesis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Kabut dan Asap
dengan Tipe Networked Berbasis Example Problem Based Learning untuk
meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik” …. ................................. 14
B. Analisi Prodak Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Kabut dan Asap
dengan Tipe Networked Berbasis Example Problem Based Learning untuk
meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik”. ................................. 31
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………….. 41
A. Kesimpulan ……………………………………………….……. 41
B. Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2. 1 Pemodelan Keterpaduan Networked ……………………. 7
Gambar 2. Kerangka Model Networked...................................................... 10
Gambar 3. Diagram Konsep EPBL............................................................ 15

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 2.1. Aspek Kompetensi Ilmu Pengetahuan Alam ………………….. 5
Tabel 3.1 . Analisis Tesis.................................................................................... 14
Tabel 3.2. Analisis prodak buku teks.............................................................. 31

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan
Dasar Dan Pendidikan Menengah menyatakan bahwa proses pembelajaran
diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Demi
tercapainya amanat peraturan kementrian pendidikan nasional itu, kurikulum 2013
telah memberikan ruang melalui kegiatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran.
untuk itu, setiap satuan pendidikan harus berupaya untuk melakasanakan
pendidikan yang mampu memberikan stimulus kepada peserta didik untuk
berperan aktif, dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menstimulus peserta didik
belajar aktif, kreatif dan mandiri adalah melalui penyediaan bahan ajar.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan formal secara umum dapat
diindikasikan apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku
peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasimelalui
pengukuran dengan menggunakan tes dan nontes. Proses pembelajaran akan
efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup terencana dan
diimplementasikan dalam bentuk pola-pola kegiatan pembelajaran.

Pola-pola kegiatan pembelajaran dapat diintegrasikan kedalam kurikulum.


Pengorganisasian kurikulum merupakan perpaduan antara dua kurikulum atau
lebih sedemikian hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.Dilihat dari organisasi
kurikulum, terdapat tiga tipe kurikulum yaitu separated curriculum, correlated
curriculum, dan integrated curriculum. Integrated curriculum diwujudkan dengan
adanya pembelajaran terpadu. Dalam integrated curriculum, apa yang disajikan di
sekolah disesuaikan dengan kehidupan anak di luar sekolah. Pelajaran di sekolah
membantu siswa dalam menghadapi berbagai persoalan di luar sekolah.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian pembelajara terpadu Tipe Networked?
2. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu tipe
Networked ?
3. Apa itu Model Pembelajaran Example Problem Based Learning
4. Review produk tesis tentang implementasi pembelajaran terpadu tipe
networked Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Kabut dan Asap
dengan Tipe Networked Berbasis Example Problem Based Learning untuk
meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik

C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah:
untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui pengertian pembelajara terpadu Tipe Networked.


2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran terpadu Tipe
Networked.
3. Untuk mengetahui Model Pembelajaran Example Problem Based Learning
4. Untuk mengetahui review produk tesis tentang implementasi pembelajaran
terpadu tipe networked dalam buku teks ipa terpadu smp/mts tema kabut
dan asap dengan tipe networked berbasis example problem based learning
untuk meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik

D. Manfaat
Manfaat dalam pembuatan makalah ini antara lain:
1. Penambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan pembaca
mengenai Bahan ajar terpadu tipe networked.
2. Bagi penulis sebagai modal untuk menulis tesis dan melakukan
penelitian ilmiah dalam pengembangan bahan ajar terpadu.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran IPA Terpadu

IPA adalah upaya sistematis untuk menciptakan, membangun, dan

mengorganisasikan pengetahuan tentang gejala alam. Upaya ini berawal dari sifat

dasar manusia yang penuh dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini kemudian

ditindaklanjuti dengan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan yang paling

sederhana namun akurat dan konsisten untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek penenerapannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Hakikatnya, kegiatan pembelajaran ilmu alam didasarkan pada metode

ilmiah yang mencakup kegiatan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan

hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data, menganalisis, menyimpul-

kan dan memberikan rekomendasi, serta mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

Hasil dari penyelidikan ini umumnya membawa ke pertanyaan lanjutan yang lebih

rinci dan lebih kompleks. Kegiatan penyelidikan ini memerlukan teknologi yang

tersedia untuk mengasilkan teknologi terbaru. Dengan demikian, kegiatan

penyelidikan memungkinkan IPA untuk dijadikan sebagai wahana untuk

menumbuhkan dan menguatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara

terus-menerus pada diri siswa di berbagai jenjang pendidikan.

Kompetensi IPA yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan

ilmiah ditunjukkan dalam Tabel 1.

4
Tabel 1. Aspek Kompetensi Ilmu Pengetahuan Alam
Pengetahuan Keterampilan Sikap Ilmiah
Fakta, konsep, prosedur Mengamati Rasa ingin tahu
Kerja Ilmiah dan Membandingkan Kreatif
keselamatan kerja Mengelompokkan Jujur
Makhluk hidup dan Menggunakan berbagai Teliti
proses kehidupan alat dan bahan Tekun
(tumbuhan, hewan, dan Mengomunikasikan Disiplin
manusia) Mengasosiasi Objektif
Energi dan Memprediksi Toleran
perubahannya Menganalisis Kerjasama
Zat dan sifatnya Membuat kesimpulan Terbuka
Bumi dan antariksa Mengevaluasi Bertanggung jawab
Sains, lingkungan, Menyelesaikan masalah Peduli lingkungan
teknologi, dan Membuat keputusan
masyarakat Melakukan percobaan
Sumber: Kemdikbud (2017)

IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala alam termasuk

fenomena bencana. Pengetahuan tentang fenomena bencana sangat berguna untuk

melatihkan kesiapsiagaan menghadapi bencana tersebut. Dengan demikian, selain

melatihkan sikap ilmiah, IPA juga dapat dijadikan wahana untuk mengembangkan

sikap siaga menghadapi fenomena bencana.

Pelaksanaan proses pembelajaran IPA di tingkat SMP menurut kurikulum

2013 disesuaikan dengan karakteristik kompetensi yang memperkenalkan mata

pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu (Permendikbud No 24 Tahun

2016). Selanjutnya, pembelajaran IPA terpadu harus memenuhi sifat integrasi

inter-disiplin yakni mengaitkan pembelajaran dengan permasalahan-permasalahan

di sekitar peserta didik. Pembelajaran IPA terpadu dikemas dengan tema yang

melibatkan aspek Fisika, Kimia dan Biologi. Dengan demikian, pembelajaran IPA

terpadu adalah sebuah pendekatan integratif yang mensintesis perspektif seluruh

aspek bidang kajian untuk memecahkan masalah.

5
Pembelajaran IPA terpadu pada hakikatnya menekankan keaktifan peserta

didik untuk dapat belajar mandiri. Sumber belajar mandiri adalah buku, sehingga

dengan belajar menggunakan buku peserta didik tidak bergantung pada guru. Oleh

karena itu, diperlukan buku teks IPA yang menyajikan materi IPA secara terpadu

dan mampu mendorong peserta didik untuk belajar mandiri (Mashinta, 2015).

Ditinjau dari teknik memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit

tematisnya, Fogarty (1991) membagi sepuluh model keterpaduan untuk

merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah:

(1) fragmented (terpisah-pisah), (2) connected (terhubung), (3) nested (tersarang),

(4) sequenced (terurut), (5) shared (terbagi), (6) webbed (terjaring), (7) threaded

(tertali), (8) integrated (terpadu), (9) immersed (terbenam), dan (10) networked

(jaringan).

B. Model Terpadu Tipe Networked

1. Pengertian Model Terpadu Tipe Networked

Model terpadu tipe networked adalah pemaduan materi pembelajaran yang

memungkinkan pengubahan konsepsi, pemecahan masalah, maupun pembentukan

kemampuan baru, setelah peserta didik mengadakan studi lapangan dalam situasi,

kondisi maupun konteks yang berbeda-beda (Prastowo, 2013:116). Peserta didik

dalam model terpadu tipe networked memadukan berbagai keterampilan dari

berbagai bidang keahlian, yang dijalin dalam proses kerja untuk memecahakan

masalah sesuai minat/kebutuhannya (Halida, 2011). Dengan demikian, model

networked adalah model keterpaduan berupa kerjasama antara peserta didik

6
dengan sumber/ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan

dengan tema yang diminati.

Model terpadu tipe networked diumpamakan seperti conference call

melalui tiga arah yang menyediakan berbagai kesempatan bereksplorasi.

Meskipun ide-ide yang beragam dari berbagai arah ini mungkin tidak datang

sekaligus, peserta didik tipe networked terbuka menerima masukan untuk disaring

dan diurutkan sesuai kebutuhannya seperti pada Gambar 1 (Fogarty, 1991).

Gambar 1. Pemodelan Keterpaduan Networked


Sumber: Fogarty (1991)

Berbeda dengan tipe keterpaduan lainnya, peserta didik tipe networked

menunjukkan proses integrasi/keterpaduan melalui jaringan yang dibutuhkannya,

sehingga memindahkan tanggung jawab lebih berat kepada peserta didik daripada

guru sebagai perancang pembelajarannya (Fogarty, 1991). Konsekuensinya, guru

dalam tipe keterpaduan ini harus menyediakan jaringan-jaringan yang dibutuhkan

peserta didik, sehingga dapat mengurangi tanggung jawab peserta didik dalam

mencari informasi.

7
2. Kelebihan Model Terpadu Tipe Networked

Dari sepuluh tipe keterpaduan, tipe yang memungkinkan untuk

pembentukan kemampuann baru seperti kesiapsiagaan ialah tipe networked, Putri

(2016) mejelaskan beberapa kelebihan model networked yaitu: (1) mengajak

peserta didik aktif dalam pembelajaran, (2) meningkatkan inisiatif pembelajaran

dalam mencari dan menggali informasi, (3) merangsang peserta didik dengan

informasi yang relevan, (4) melatih peserta didik untuk cakap dan terampil dalam

pencarian informasi, (5) memperkaya pengalaman peserta didik. Peserta didik

pada tipe networked menghubungkan pengetahuan antar subtema dari masing-

masing disiplin ilmu menjadi satu tema yang utuh, sehingga memungkinkan

terbentuknya suatu kemampuan baru setelah pembelajaran.

3. Kekurangan Model Terpadu Tipe Networked

Kelemahan dari model jaringan sangat dipahami oleh mereka yang telah
mengembangkan beragam kepentingan tenaga dari cintanya. Sangat mudah untuk
mendapatkan sisi acak ke dalam salah satu ide disampingnya. Ini juga mungkin
untuk mendapatkan di dalam pemikiran kita. Sebuah jalan tertentu tampaknya
mengundang dan berguna, tapi tiba-tiba menjadi sebaliknya. Manfaat kadang
tidak lagi seimbang dengan harga yang harus dibayar. Kelemahan lain adalah
bahwa model jaringan, jika diambil untuk perbedaan-perbedaan besar, dapat
menyebarkan minat yang terlalu tipis dan dan tidak terkonsentrasi atau memecah
perhatian peserta didik sehingga upaya-upaya pengajaran yang dilakukan menjadi
tidak efektif

8
4. Langkah-langkah Memadukan materi pada model terpadu tipe

networked

Langkah-langkah memadukan materi pada model terpadu tipe networked

dijabarkan oleh Halida (2011) sebagai berikut.

a. Tentukan tema dan subtema, kaitkan dengan kebutuhan peserta didik.


b. Tentukan materi pembelajaran berdasarkan kebutuhan peserta didik
dengan menganalisis KI, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran.
c. Desain model networked.
d. Tentukan model pembelajaran yang memuat langkah-langkah
pembelajaran sesuai tema.

Pemaduan materi dalam buku teks yang dikembangkan merujuk pada

langkah-langkah tipe networked oleh Halida (2013). Langkah pertama adalah

penentuan tema dan subtema berdasarkan kebutuhan peserta didik yang berada di

daerah terdampak kabut asap. Konsekuensi langkah tersebut adalah ditetapkannya

tema kabut dan asap untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi peristiwa

tersebut. Langkah selanjutnya adalah penentuan materi yang akan dipadukan

dalam tipe networked. Langkah ini dilakukan melalui analisis kurikulum

terkaikompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran yang

memuat materi relevan dengan peristiwa kabut asap. Hasil analisis pada langkah

tersebut menunjukkan materi IPA yang relevan dengan peristiwa kabut dan asap

diantaranya, suhu dan kalor, pencemaran lingkungan, sistem pernapasan serta

cahaya dan alat optik. Selanjutnya, kerangka tipe networked dirancang sebagai

langkah pemaduan materi/subtema untuk membentuk satu tema yang utuh.

Keragka model networked yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 2.

9
Sumber Informasi: Sumber Informasi:
BPBD ISPU & Kemenkes RI
Subtema: Subtema:
Suhu dan Kalor pada Peristiwa Kabut dan Asap sebagai bentuk
Penyebab Kabut dan Asap pencemaran lingkungan
Kimia Fisika
Biologi Kimia
Suhu dan
Wujud zat kalor Pencemaran
Gas Kabut
Lingkungan
Asap

Sumber Informasi: Sumber Informasi:ISPU


ISPU & Kemenkes RI Subtema:
Subtema: Kabut dan Asap menghalangi Cahaya
Dampak Kabut dan Asap terhadap
Gangguan Pernapasan
Biologi Kimia
Indera
Biologi Kimia Gas Kabut
Penglihatan
Asap
Sistem Gas Kabut Manusia
Cahaya dan
Pernapasan Asap alat optik
Fisika

Gambar 2. Kerangka Model Networked dalam Pengembangan yang Dilakukan

Langkah terakhir dalam model terpadu networked adalah penentuan model

pembelajaran untuk mengajarkan materi/subtema menjadi satu tema yang utuh

pada peserta didik. Hasil analisis materi menunjukkan dominasi materi prosedural,

sehingga perlu diterapkan sebuah model pemecahan masalah. Model pemecahan

masalah yang cocok diterapkan di tingkat SMP adalah Example Problem Based

Learning (EPBL).

10
C. Model Pembelajaran Example Problem Based Learning

Kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah

dan tematik integratif (Abidin, 2014:13). Pendekatan ilmiah dalam kurikulum

2013 diorientasikan untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

peserta didik. Salah satu model inti dalam pelaksanaan kurikulum 2013 untuk

melaksanakan pendekatan ilmiah adalah model pemecahan masalah (problem

solving). Pendekatan ilmiah berbasis model pemecahan masalah pada

pembelajaran IPA bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

esensial dari materi berdasarkan permasalahan dunia nyata.

Namun, Jalani (2015) menegaskan beberapa kelemahan model problem

solving. Kelemahan pertama, model problem solving kurang berkonsentrasi pada

pengembangan skema, sehingga menyebabkan pembelajaran tidak efektif. Skema

merupakan struktur pengetahuan dalam ingatan jangka panjang yang

memungkinkan peserta didik mengidentifikasi masalah dan menentukan langkah

paling tepat untuk menyelesaikannya, sehingga pengembangan skema sangat

penting. Selanjutnya, penerapan model problem solving juga menyebabkan beban

kognitif bagi peserta didik. Peserta didik harus dibimbing sepenuhnya terutama

selama fase awal untuk mengurangi beban kognitifnya. Masalah ini dapat diatasi

melalui penerapan model contoh-kerja (worked-example). Model ini terdiri dari

tiga komponen yaitu pernyataan masalah, langkah-langkah solusi, dan solusi akhir

bagi masalah tersebut. Model ini menuntut peserta didik mempelajari sendiri

contoh-kerja dan memahami setiap langkah-langkah solusi.

11
Kelemahan model Problem Solving dapat diatasi dengan worked example.

Gabungan model Problem Solving dan model Worked Example dikenal sebagai

model pembelajaran Example Problem Based Learning (EPBL). Konsep EPBL

dirangkum dalam Gambar 3.

Model Worked-Example Model Problem Solving


Model EPBL
 Memahami masalah  Memahami masalah
 Mengkaji dan  Mengkaji  Merancang strategi
memahami langkah- Worked-Example pe nyelesaian
langkah penyelesaian  Menyelesaikan  Melaksanakan
 Mengkaji dan Problem solving strategi penyelesaian
memahami  Memeriksa masalah
penyelesaian akhir

Membantu pembinaan skema Membantu meningkatkan


pengetahuan kinerja

Gambar 3. Diagram Konsep EPBL


Sumber: Jalani (2015)

Menurut Jalani (2015) ada tiga tahapan utama dalam EPBL yaitu

exposure, comprehension dan reinforcement. Penjelasan ketiga tahapan EPBL

adalah sebagai berikut.

a. Exposure
Tahap exposure berpusat pada guru. Peserta didik diberikan informasi

singkat oleh guru untuk memperkenalkan topik materi pembelajaran. Guru bukan

berarti memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas

sepenuhnya, melainkan peserta didik menerima informasi dari guru berupa

instruksi ataupun contoh. Lebih tepatnya, guru bertindak sebagai fasilitator.

12
b. Comprehension
Tahap comprehension berpusat pada peserta didik secara individual.

Peserta didik mempelajari dan memahami penjelasan setiap langkah penyelesaian

dari contoh masalah. Contoh kerja atau langkah-langkah penyelesaian yang

disediakan sangat membantu peserta didik untuk belajar mandiri, sehingga

meningkatkan pemahaman dan penyimpanan informasi. Pemahaman

diidentifikasikan sebagai cara yang efektif untuk mengurangi beban kognitif.

karena peserta didik dapat mencurahkan semua kapasitas kerja memorinya untuk

mempelajari solusi dari peristiwa dan membangun skema pemecahan masalah

serupa. Peserta didik diharapkan memperoleh pengetahuan berupa pemahaman

dan penyimpanan informasi, serta mengurangi beban mental belajar peserta didik.

c. Reinforcement
Tahap reinforcement dilakukan setelah peserta didik diberikan latihan atau

pedoman untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik melakukan pemecahan

masalah secara kolaboratif. Masing-masing peserta didik secara aktif berusaha

untuk mengusulkan solusi/kesimpulan dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan model

EPBL untuk mencapai tujuan pembelajaran dilakukan melalui tiga langkah.

Langkah model EPBL dimulai dengan memperkenalkan peserta didik dengan

topik materi melalui pemberian masalah. Langkah selanjutnya adalah peserta

didik memahami penyelesaian masalah yang diberikan guru dan diakhiri dengan

penyajian latihan pemecahan masalah atau solusi penyelesaian masalah. Langkah-

langkah model EPBL disusun dalam lembar kerja peserta didik.

13
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisis Tesis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Kabut dan Asap dengan Tipe Networked Berbasis Example
Problem Based Learning untuk meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik”
Tabel 3.1 . Analisis Tesis
Indikator Hasil Analisis Tesis
Judul Pengembangan Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTS Tema Kabut Dan Asap Tipe Networked Berbasis Example Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan Peserta Didik
Latar 1. Pemilihan materi kabut asap sesuai muatan lokal
Belakang 2. Diperlukan kesiapsiagaan dapat diukur melalui parameter pengetahuan dan sikap
Masalah 3. Analisis Buku IPA kelas VII yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan revisi tahun 2017. Kurikulum
2013 menghendaki pembelajaran IPA tematik terpadu (Permendikbud No 24 Tahun 2016) dan berisi muatan lokal di
lingkungan peserta didik (Permendikbud No. 32 Tahun 2013).
4. Analisis kesesuaian materi kabut dan asap dengan materi IPA dilakukan menggunakan fitting technique concept
( Rifai, dkk, 2014). Langkah conceptfitting technique adalah: (1) menganalisis materi kabut dan asap, (2)
menganalisis materi IPA dan (3) menentukan konsep yang relevan antara materi kabut dan dengan materi IPA.
Peristiwa kabut asap merupakan salah satu fenomena dalam IPA. IPA mengkaji faktor yang mempengaruhi
terjadinya kabut asap seperti intensitas cahaya matahari dan suhu udara. Selain itu, melalui IPA dapat dijelaskan
dampak peritiwa kabut asap seperti gangguan sistem pernapasan dan pencemaran udara.
5. Hasil analisis materi dengan fitting techniqueconcept menunjukkan bahwa materi IPA SMP/MTs yang terkait
dengan materi kabut dan asappada kelas VII adalah KD 3.4 Suhu dan Kalor dan KD 3.8 Pencemaran
Lingkungan, pada kelas VIII adalah KD 3.9 Sistem Pernapasan dan KD 12 Cahaya dan Alat Optik.
6. Prastowo (2013) dan Fogarty (1991) mengusulkan sebuah model terpadu yang mendukung pengembangan
kemampuan baru, seperti kesiapsiagaan yaitu model terpadu tipe networked. Karakteristik tipe keterpaduan ini

14
adalahpenggalian informasi dari berbagai jaringan/sumber mengenai tema kabut dan asap, serta pemaduan
materi berdasarkan kebutuhan peserta didik dalam rangkan memahami suatu tema.
7. Ditegaskan oleh Permendikbud No 8 Tahun 2016 bahwa buku teks merupakan pedoman wajib yang digunakan
oleh guru dan peserta didik dalam rangka peningkatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan selama proses
pembelajaran. Hasil analisis kegiatan pembelajaran menunjukkan buku teks IPA yang digunakan di sekolah
masih bermasalah
Rumusan Mengembangkan buku teks IPA Terpadu SMP/MTs tema kabut dan asap dengan tipeNetworked berbasis Example
dan Tujuan Problem Based Learning untuk meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik dilihat dari segi valid, praktis dan
Penelitian efektif.

15
1. Buku teks IPA terpadu dikembangkan dengan model terpadu tipenetworked berdasarkan tema kabut dan asap yang
Spesifikasi memuat materi Fisika, Biologi, dan Kimia.Networked/jaringandibentuk dalam buku teks berupa lampiran yang berisi
informasi tentang kabut dan asap terkait setiap materi IPA untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi kabut dan
Produk asap.
2. Buku teks IPA terpadu terdiri dari empat bab. Materi pada kelas VII adalah KD 3.4 Menganalisis konsep suhu,
pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk mekanisme menjaga
kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan,serta KD 3.8 Menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan dan
dampaknya bagi ekosistem. Materi pada kelas VIII adalah KD 3.9 Menganalisis sistem pernapasan pada manusia,
memahami gangguan sistem pernapasan serta upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan, KD 3.12 Menganalisis
sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan pada bidang datar dan lengkung, serta penerapannya untuk menjelaskan
proses penglihatan manusia, mata serangga, dan prinsip kerja alat optik.
3. Materi pembangun tema diajarkan mengacu pada sintak model pembelajaranExample Problem Based Learning (EPBL)
yang terdiri dari tahap exposure, comprehension, danreinforcement.
4. Buku teks terdiri dari judul, identitas berupa KI, KD, indikator dan tujuan pembelajaran, peta konsep, pendahuluan,
paparan isi materi kegiatan peserta didik berupa Lembar Kerja (LK) eksperimen atau non eksperimen, latihan,
rangkuman, evaluasi, penilaian, dan lampiran (Networked).

Batasan Materi yang diujicobakan adalah KD 3.8 di kelas VIItentang pencemaran lingkungan. Model pembelajaran yang
Penelitian
diterapkan untuk materi uji coba adalah Example Problem Based Learning. Uji coba produk hanya dilakukan di
kota Pekanbaru.
Analisis 1. Salah satu karakteristik kurikulum 2013 yang terangkum dalam Permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang
Kajian Teori kurikulum SMP: Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal
dan vertikal)
2. Sumber belajar utama dalam kurikulum 2013 adalah buku teks (Permendikbud No 8 tahun 2016).
3. Pelaksanaan prosespembelajaran IPA di tingkat SMP menurut kurikulum 2013 disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi yang memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu

16
(Permendikbud No 24 Tahun 2016).
4. Berdasarkan muatan lokal di lingkungan sekitar peserta didik, peristiwa kabut dan asap dipilih sebagai tema
utama dalam pembelajaran IPA.Ruang lingkup mata pelajaran IPA yang membangun tema iniadalahFisika,
Biologi, dan Kimia.Pemaduan beberapa mata pelajaran pembangun tema menggunakan langkah-langkah
pada model terpadunetworked.
5. Model terpadu tipenetworked adalah pemaduan materi pembelajaran yang memungkinkan pengubahan
konsepsi, pemecahan masalah, maupun pembentukan kemampuan baru, setelah peserta didik mengadakan
studi lapangan dalam situasi, kondisi maupun konteks yang berbeda-beda (Prastowo, 2013:116).

Gambar 1. Pemodelan Keterpaduan Networked


Sumber: Fogarty (1991)

tipe networked menunjukkan proses integrasi/keterpaduan melalui jaringan yang dibutuhkannya, sehingga
memindahkan tanggung jawab lebih berat kepada peserta didik daripada guru sebagai perancang
pembelajarannya (Fogarty, 1991).

6. Hasil analisis pada langkah tersebut menunjukkan materi IPA yang relevan dengan peristiwa kabut dan asap
diantaranya, suhu dan kalor, pencemaran lingkungan, sistem pernapasan serta cahaya dan alat optik.
Selanjutnya, kerangka tipenetworked dirancang sebagai langkah pemaduan materi/subtema untuk

17
membentuk satu tema yang utuh.Keragka model networkedyang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Model Networked dalam Pengembangan yang Dilakukan


Langkah terakhir dalam model terpadu networked adalah penentuan model pembelajaran untuk
mengajarkan materi/subtema menjadi satu tema yang utuh pada peserta didik.Hasil analisis materi
menunjukkan dominasi materi prosedural, sehingga perlu diterapkan sebuah model pemecahan masalah.
Model pemecahan masalah yang cocok diterapkan di tingkat SMP adalah Example Problem Based
Learning(EPBL).

18
Model Worked-Example Model Problem Solving
Model EPBL
 Memahami masalah  Memahami masalah
 Mengkaji dan  Mengkaji  Merancang strategi pe
memahami langkah- Worked-Example nyelesaian
langkah penyelesaian  Menyelesaikan  Melaksanakan strategi
 Mengkaji dan Problem solving penyelesaian
memahami  Memeriksa masalah
penyelesaian akhir

Membantu pembinaan skema Membantu meningkatkan


pengetahuan kinerja

Gambar 3. Diagram Konsep


EPBL
Sumber: Jalani (2015)

7. Langkah model EPBL dimulai dengan memperkenalkan peserta didik dengan topik materimelalui
pemberian masalah. Langkah selanjutnya adalah peserta didik memahami penyelesaian masalah yang
diberikan guru dan diakhiri dengan penyajian latihan pemecahan masalah atau solusi penyelesaian masalah.
Langkah-langkah model EPBL disusun dalam lembar kerja peserta didik.
a. Tahap exposureberpusat pada guru
b. Tahap comprehension berpusat pada peserta didik secara individual
c. Tahap reinforcement dilakukan setelah peserta didik diberikan latihan atau pedoman menyelesaikan masalah

19
8. Kesesuaian materi kabut dan asap dengan materi IPA dianalisis menggunakan conceptfitting technique
(Rifai, Fauzi dan Amir, 2014). Langkah conceptfitting technique adalah: (1) menganalisis materi kabut dan
asap, (2) menganalisis materi IPA dan (3) menentukan konsep yang relevan antara materi kabut dan asap
dengan materi IPA. Peristiwa kabut dan asap merupakan salah satu fenomena dalam IPA. IPA mengkaji
faktor yang mempengaruhi terjadinya kabut dan asap seperti intensitas cahaya matahari dan suhu udara.
Selain itu, melalui IPA dapat dijelaskan dampak peritiwa kabut dan asap seperti gangguan sistem
pernapasan dan pencemaran udara. Pada rancangan penelitian pengembangan buku teks IPA terpadu ini,
materi IPA yang terkait dengan materi kabut asap adalah suhu dan kalor, pencemaran lingkungan, sistem
pernapasan, serta cahaya dan alat optik.
9. Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana
guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat
(Bustami, 2011).
Tabel 6. Cakupan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Materi.
Kompetensi Inti
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
KI 4: Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
Kelas VII
Kompetensi Dasar Materi:
1.4 Menganalisis konsep suhu, pemuaian, Suhu dan Kalor
kalor, perpindahan kalor, dan 1. Suhu
penerapannya dalam kehidupan sehari- 2. Alat Pengukur Suhu
hari termasuk mekanisme menjaga 3. Pemuaian
kestabilan suhu tubuh pada manusia dan 4. Kalor
hewan 5. Perpindahan Kalor

20
4.4 Melakukan percobaan untuk menyelidiki
pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud
benda serta perpindahan kalor Pencemaran Lingkungan
1. Pencemaran udara
3.8 Menganalisis terjadinya pencemaran 2. Pencemaran air
lingkungan dan dampaknya bagi ekosistem 3. Pencemaran tanah
4.8 Membuat tulisan tentang gagasan 4. Dampak pencemaran bagi ekosistem
penyelesaian masalah pencemaran di
lingkungannya berdasarkan hasil
pengamatan
Kelas VIII
3.9 Menganalisis sistempernapasan Sistem Pernapasan
padamanusia danmemahami 1. Organ pernapasan
gangguanpada systempernapasanserta 2. Mekanisme pernapasan
upayamenjaga kesehatansistem 3. Gangguan padasistem pernapasan
pernapasan
4.9 Menyajikan karyatentang upayamenjaga
kesehatansistem pernapasan Cahaya
1 Sifat-sifat cahaya
3.12 Menganalisis sifat-sifat cahaya, 2 Pembentukan bayangan pada cermin dan lensa
pembentukan bayangan pada bidang datar 3 Penglihatan manusia dan serangga
dan lengkung, serta penerapannya untuk 4 Alat optik
menjelaskan proses penglihatan manusia,
mata serangga, dan prinsip kerja alat optik
4.12 Menyajikan hasil percobaan tentang pem-
bentukan bayangan pada cermin dan lensa
Tabel 12. Indikator Kesiapsiagaan Kabut dan Asap pada Parameter Pengetahuan dalam Buku Teks yang Dikembangkan

21
Variabel Pengetahuan Indikator Pengetahuan Kabut dan Asap dalam Materi IPA
No. Subtema
UNESCO/ISDR, 2006)
1. Suhu dan Pengetahuan tentang a. Perubahan suhu pada karhutla penyebab kabut dan asap
Kalor pada kabutasap b. Perubahan wujud pada peristiwa kebakaran hutan yang
peristiwa menyebabkan kabut dan asap
penyebab c. Jenis perpindahan kalor pada peristiwa karhutla penyebab kabut
Kabut dan dan asap
Asap d. Pemuaian zat gas (udara) pada peristiwa karhutla penyebab kabut
(Karhutla) dan asap
Pengetahuan tentang a. Sekat kanal sebagai langkah pencegahan karhutla penyebab kabut
tindakan dan asap
pengamanan
menghadapi kabut
asap
Pengetahuan tentang a. Upaya pencegahan meluasnya kebakaran hutan
pertolongan pertama
ketika terjadi kabut
asap
2. Kabut dan Pengetahuan tentang a. Konsep pencemaran kabut dan asap
Asap sebagai kabutasap b. Dampak pencemaran kabut danasap
bentuk c. Keterkaitan pencemaran lingkungan (udara, air, tanah) dengan
pencemaran peristiwa kabut asap
lingkungan Pengetahuan tentang a. Tindakan kesiapsiagaan berdasarkan status ISPU
tindakan b. Upaya menghadapi pencemaran udara seperti kabut asap
pengamanan
menghadapi kabut
asap

22
Pengetahuan tentang a. Cara menghadapi pencemaran kabut asap seperti sekolah aman
pertolongan pertama asap, rumah singgah oksigen
ketika terjadi kabut
asap
3. Dampak Pengetahuan tentang a. Gangguan pernapasan akibat kabut dan asap
Kabut dan kabutasap
Asap
terhadap Pengetahuan tentang a. Tindakan pengamanan berdasarkan status ISPU dan hubungannya
Gangguan tindakan dengan gangguan pernapasan
Pernapasan pengamanan
menghadapi kabut
asap
Pengetahuan tentang a. Langkah meminimalisir dampak kabut dan asap terhadap sistem
pertolongan pertama pernapasan seperti alat bantu pernapasan sederhana, cara
ketika terjadi kabut menggunakan masker yang benar, dan alat penyaring udara
asap sederhana

4 Kabut dan Pengetahuan tentang a. Kabut dan asap menghamburkan cahaya (Efek Tyndall)
Asap kabutasap b. Bahaya kabut asap terhadap kesehatan mata
Mengham-
burkan
Cahaya Pengetahuan tentang a. Tindakan pengamanan berdasarkan jenis kabut yang
sehingga Tindakan mempengaruhi visibilitas (jarak pandang)
membatasi pengamanan
jarak
menghadapi kabut
pandang
asap

23
Pengetahuan tentang a. Cara menjaga kesehatan mata ketika terjadi kabut asap
Pertolongan pertama
ketika terjadi kabut
asap

Tabel 13. Indikator Kesiapsiagaan Kabut dan Asap pada Parameter Sikap dalam Buku Teks yang Dikembangkan
Tingkat
Sikap Siaga Indikator
No. Subtema
(Notoatmojo
2007)
Suhu dan Kalor
Menerima a. Kesediaan untuk mempelajarai resiko karhutla
pada peristiwa
penyebab Kabut Merespon a. Merespon terhadap berita karhutla
dan Asap b. Merespon jumlah hotspot karhutla
1.
(Karhutla)
a. Memiliki keinginan untuk ikut serta dalam kegiatan penyuluhan tentang
Menghargai
penanggulangan karhutla sebagai penyebab kabut dan asap

Kabut dan Asap Menerima a. Kesediaan untuk mempelajarai resiko bencana kabut dan asap
sebagai bentuk Merespon a. Merespon terhadap berita kabut asap
pencemaran b. Merespon status ISPU berupa tindakan pengamanan yang harus dilakukan
2.
lingkungan
a. Memiliki keinginan untuk ikut serta dalam kegiatan meminimalisasi
Menghargai
dampak kabut dan asap
Dampak Kabut a. Bersedia untuk mempelajarai resiko bencana kabut dan asap berhubungan
Menerima
3. dan Asap dengan gangguan pernapasan
terhadap
Merespon a. Merespon terhadap berita kabut danasap

24
Gangguan b. Merespon status ISPU berupa tindakan pengamanan yang harus dilakukan
Pernapasan
a. Memiliki tanggung jawab atas keselamatan diri berupa persiapan
Bertanggung
pertolongan pertama mengantisipasi gangguan pernapasan akibat kabut
Jawab
dan asap
Kabut dan Asap a. Bersedia untuk mempelajarai resiko bencana kabut dan asap berhubungan
Menerima
menghamburka dengan jarak pandang
n cahaya a. Merespon terhadap berita kabut danasap
4.
sehingga Merespon b. Merespon status ISPU berupa tindakan pengamanan yang harus dilakukan
membatasi
jarak pandang
Jenis dan Jenis penelitian ini adalah Research and Development dengan model Plomp. Model ini terdiri dari tahap
Model preliminary research, prototyping, dan assessment. Preliminary reseach telah dilakukan menggunakan instrumen
Penelitian angket, lembar analisis materi dan lembar analisis SWOT. Lembar validitas dan praktikalitas digunakan dalam
tahap prototyping. Selanjutnya, lembar tes kognitif dan lembar penilaian diri digunakan untuk mengukur
kesiapsiagaan pada parameter pengetahuan dan sikap pada tahap assessment.
Pengembangan buku teks dalam penelitian ini mengikuti prosedur pengembangan yang dikemukakan oleh Plomp.
Langkah-langkah pengembangan Plomp meliputi preliminary research, development or prototyping phase, dan
assessment phase (Plomp dan Nieven, 2013: 30).

Fase Pengembangan Plomp


No Fase Kriteria Deskriptif Ativitas
1. Preliminar Penekanan pada validitas Analisis masalah dan tinjauan literatur. Hasilnya dalam sebuah
y Research isi, tidak banyak kerangka kerja untuk intervensi
konsistensi dan
kepraktisan
2. Prototypin Fokus pada konsistensi Pengembangan prototipe yang akan diujicobakan dan direvisi
g Phase (validitas konstruk) berdasarkan evaluasi formatif.

25
3. Assessmen Praktikalitas dan Menilai apakah pengguna dapat menggunakan produk dan me-
t Phase efektivitas nerapkannya dalam pembelajaran secara praktis dan efektif
Sumber: Plomp (2013:30)

Analisis yang terdapat dalam tahap preliminary research yaitu analisis kebutuhan dan konteks (Plomp, 2013). Pada tahap ini
dilakukan proses perancangan prototipe secara siklikal mulai dari pengembangan, evaluasi dan revisi.
Rangkuman Kegiatan Tahap Prototyping Phase
No Evaluasi Formatif Evaluator Kriteria yang dinilai Produk yang dihasilkan
Validitas Isi Prototipe 1
1. Self Eevaluation Peneliti
Validitas Konstruk
Validitas Kebahasaan Prototipe 2
2. Expert Review Ahli
Validitas Kegrafisan
3. One-One Evaluation Prototipe 3
Peserta
Small Group Praktikalitas
4. didik Prototipe 4
Evaluation

Tahap Assessment merupakan proses penilaian hasil rancangan produk. Pada tahap ini dilakukan uji
cobalapangan (FieldTest) terhadap buku teksvalid yang telah dikembangkan. Uji coba buku teks dilakukan untuk
mengetahui kepraktisan dan keefektifan penggunaan buku teks pada pembelajaran IPA.
Penelitian Peneliti hanya memaparkan kelebihan yang terdapat pada penelitian terdahulu sebaiknya peneliti juga mengungkapkan
Relevan kelemahan yang dimiliki peneliti terdahulu supaya kita dapat mengetahui masalah yang ditemukan oleh peneliti terdahulu dan
menemukan solusi dari permasalahan tersebut.
Instrumen Instrumen Pengumpulan Data
No Tahap Instrumen Keterangan
.
1. Tahap Preliminary Research
1 Analisis Kegiatan Angket Berdasarkan tinjauan literatur dan disepakati

26
Pembelajaran dalam FGD
2 Analisis Penilaian Angket
3 Analisis Kesiapsiagaan Angket
4 Analisis Materi Lembar Analisis Materi
5 Analisis Konteks Lembar Analisis SWOT
dan Lembar
Wawancara
2. Tahap Prototyping
6 Uji Validitas Angket Valid dengan nilai 0,96
3. Tahap Assessment
7 Uji praktikalitas produk Angket Valid dengan nilai 0,96
8 Uji efektivitas produk Valid dengan nilai 0,95
a. Uji kompetensi pengetahuan a. Instrumen Tes
b. Uji kompetensi sikap b. Lembar Penilaian Diri

Teknik Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif, uji n-gain, dan uji effect size.
Analisis data

Hasil Analisi Hasil Validasi Buku Teks


Data Para Ahli Praktisi
No Komponen Validasi
Nilai Aiken’s Kriteria Nilai Aiken’s Kriteria
1 Isi 0,81 Valid 0,91 Valid
2 Penyajian 0,81 Valid 0,89 Valid

27
3 Kebahasaan 0,81 Valid 0,90 Valid
4 Kegrafikaan 0,81 Valid 0,93 Valid
Hasil uji validitas menyatakan bahwa buku teks tersebut telah valid dari segi isi, penyajian, kebahasaan, dan
kegrafikaan. Hasil uji praktikalitas menunjukkan bahwa buku teks sangat praktis digunakan dalam
pembelajaran. Hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa buku teks efektif meningkatkan kesiapsiagaan peserta
didik menghadapi kabut asap dalam parameter pengetahuan dan sikap. Dengan demikian,penelitian ini telah
menghasilkan sebuahbuku teks IPA Terpadu SMP/MTS Tema Kabut dan Asap tipe Networked berbasis EPBL
yang valid, praktis dan efektif meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik.
Hasil Uji Efektivitas Buku Teks terhadap Kesiapsiagaan Parameter Pengetahuan dan Sikap
No Uji Efektivitas Hasil Kategori
A. Parameter Pengetahuan
1 Ketercapaian Kesiapsiagaan Klasikal 87% peserta didik sudah berada pada Efektif
kategori siap dan sangat siap (34 % siap dan
53% sangat siap)
2 Peningkatan Kesiapsiagaan 0,66 Sedang
Berdasarkan Nilai N-Gain
3 Ukuran Pengaruh Buku Teks 0,94 Kuat
terhadap Peningkatan Kesiapsiagaan
Berdasarkan Nilai Effect Size
B. Parameter Sikap
1 Ketercapaian Kesiapsiagaan Klasikal 100% peserta didik sudah berada pada Efektif
kategori siap dan sangat siap (11% siap
89% sangat siap)

28
2 Peningkatan Kesiapsiagaan 0,37 Sedang
Berdasarkan Nilai N-Gain
3 Ukuran Pengaruh Buku Teks 0,77 Kuat
terhadap Peningkatan Kesiapsiagaan
berdasarkan Nilai Effect Size
Kesimpulan Efektif
Hasil Penilaian Praktikalitas Respon Peserta Didik Kelompok Kecil
No Indikator Nilai Kriteria
1 Mudah dipahami 84,02 Sangat Praktis
2 Menarik 93,75 Sangat Praktis
3 Efisien 87,5 Sangat Praktis
Rerata 87,85 Sangat Praktis

29
100 92,5 90,79 96,88
87,99
90 80 79,28
80
70
60

Nilai
50 Guru
40 Peserta Didik
30
20
10
0
Mudah Dipahami Menarik Efisien
Indikator Praktikalitas
Gambar 32. Perbandingan Praktikalitas Buku Teks oleh Guru dan Peserta Didik

30
100

90 87,43

79,93 80,12
80

70

Hasil perhitungan
60 Sikap

50 Pengetahuan
41,33
40

30

20

10

0,37 0,66
0
Pre-test Post-test N-Gain
Rerata Hasil Penilaian

Gambar 34. Perbandingan antara Parameter Pengetahuan denganSikap dalam Hasil Pretest, Posttest dan N-Gain

31
Kesimpulan,S 1. Buku teks yang dikembangkan telah valid, praktis dan efektif. Oleh karena itu, buku teks ini dapat digunakan sebagai
sumber belajar dalam pembelajaran IPA di sekolah.
aran 2. Pengembangan buku teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Kabut dan Asap dengan tipe networked berbasis EPBL yang
telah dilakukan dapat dijadikan pedoman bagi pendidik untuk mengembangkan buku teks dengan berbagai tema yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
3. Peneliti lain disarankan melakukan uji coba dalam lingkup yang lebih luas agar diperoleh buku teks yang berkualitas
tinggi guna meningkatkan kompetensi peserta didik.

B. Analisi Prodak Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Kabut dan Asap dengan Tipe Networked Berbasis Example
Problem Based Learning untuk meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik.

Tabel 3.2. Analisis prodak buku teks

KOMPONEN SAJIAN PADA BUKU TEKS ANALISIS


Kompetensi Dasar: Kompetensi Dasar yang akan dicapai dalam Dalam KD menurut permendikbud
buku teks: dinyatakan:
Dalam Permendikbud No 24
tahun 2016 dan Permendikbud No
2018 tentang KI-KD disebutkan
bahwa:
Kelas VII

32
3.4 Menganalisis konsep suhu, 3.4 Menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor,
pemuaian, kalor, perpindahan perpindahan kalor, dan penerapannya dalam Menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor,
kalor, dan penerapannya kehidupan sehari-hari termasuk dalam perpindahan kalor, dan penerapannya dalam
dalam kehidupan sehari-hari peristiwa penyebab kabut dan asap dan kehidupan sehari-hari termasuk mekanisme
termasuk mekanisme mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia
menjaga kestabilan suhu pada manusia dan hewan. dan hewan, didalam buku teks ini dilakukan
tubuh pada manusia dan pengintegrasian kalor dan perubahan suhu pada
hewan. peristiwa penyebab kabut asap sebagai salah
4.4 Melakukan percobaan untuk 4.4 Melakukan percobaan untuk menyelidiki satu fenomena alam yang dikaji secara fisika
menyelidiki pengaruh kalor pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda dan sebagai salah satu contoh penerapan dalam
terhadap suhu dan wujud serta perpindahan kalor. peristiwa sehari hari yang dituntut oleh
benda serta perpindahan permendikbud.
kalor.

3.8 Menganalisis terjadinya 3.8 Menganalisis terjadinya pencemaran


pencemaran lingkungan dan lingkungan pada peristiwa kabut dan asap dan
dampaknya bagi ekosistem dampaknya bagi ekosistem Menganalisis terjadinya pencemaran
4.8 Membuat tulisan tentang 4.8 Membuat tulisan tentang gagasan penyelesaian lingkungan dan dampaknya bagi ekosistem,
gagasan penyelesaian masalah pencemaran di lingkungannya didalam buku teks ini dilakukan pengkajian

33
masalah pencemaran di berdasarkan hasil pengamatan tentang kabut dan asap yang merupakan bentuk
lingkungannya berdasarkan pencemaran lingkungan sebagai salah satu
hasil pengamatan dampak bagi ekosostem yang dikaji secara
fisika yang dituntut oleh permendikbud.
Kelas VIII
3.9 Menganalisis sistem 3.9 Menganalisis sistem pernapasan pada manusia
pernapasan pada manusia dan dan memahami gangguan pada sistem
memahami gangguan pada pernapasan, serta upaya menjaga kesehatan
sistem pernapasan, serta sistem pernapasan. Menganalisis sistem pernapasan pada manusia
upaya menjaga kesehatan dan memahami gangguan pada sistem
sistem pernapasan pernapasan, serta upaya menjaga kesehatan
4.9 Menyajikan karya tentang 4.9 Menyajikan karya tentang upaya menjaga sistem pernapasan, didalam buku teks ini
upaya menjaga kesehatan kesehatan sistem pernapasan. dilakukan pengintegrasian dampak kabut dan
sistem pernapasan asap pada sistem pernapasan sebagai salah satu
gejala yang dikaji secara fisika serta upaya
3.12 Menganalisis sifat-sifat 3.12 Menganalisis sifat-sifat cahaya, pembentukan menjaga kesehatan sistem pernapasan yang
cahaya, pembentukan bayangan pada bidang datar dan lengkung dituntut oleh permendikbud.
bayangan pada bidang datar serta penerapannya untuk menjelaskan proses
dan lengkung serta penglihatan manusia, mata serangga, dan

34
penerapannya untuk prinsip kerja alat optik Menganalisis sifat-sifat cahaya, pembentukan
menjelaskan proses bayangan pada bidang datar dan lengkung serta
penglihatan manusia, mata penerapannya untuk menjelaskan proses
serangga, dan prinsip kerja penglihatan manusia, mata serangga, dan
alat optik prinsip kerja alat optik, didalam buku teks ini
4.12 Menyajikan hasil percobaan 4.12 Menyajikan hasil percobaan tentang dilakukan pengkajian tentang kabut dan asap
tentang pembentukan pembentukan bayangan pada cermin dan menghamburkan cahaya sehingga membatasi
bayangan pada cermin dan lensa jarak pandang yang dikaji secara fisika yang
lensa dituntut oleh permendikbud.

Identitas Buku Teks


Mata pelajaran : IPA Terpadu Identitias buku sudah ditulis dengan baik sesuai
Kelas/semester : VII/I dengan kurikulum pembelajaran pada kelas VII
Tema : Kabut dan Asap semester 1 yaitu Kompetensi dasar 3.4 dan 4.4
Subtema : Kalor Dan Perubahan Suhu Pada
Peristiwa Penyebab Kabut Dan
Asap
Alokasi waktu : 16 JP (7 x tatap muka)

35
Mata pelajaran : IPA Terpadu Identitias buku sudah ditulis dengan baik sesuai
Tema : Kabut dan Asap dengan kurikulum pembelajaran pada kelas VII
Subtema : Kabut dan Asap Merupakan semester 1yaitu Kompetensi dasar 3.4 dan 4.4
Bentuk Pencemaran Lingkungan
Alokasi waktu : 8 JP (4 x tatap muka)

Mata pelajaran : IPA Terpadu Identitias buku sudah ditulis dengan baik sesuai
Tema : Kabut dan Asap dengan kurikulum pembelajaran pada kelas
Subtema : Dampak Kabut dan Asap Pada VIII semester 2 yaitu Kompetensi dasar 3.9 dan
Sistem Pernapasan 4.9
Alokasi waktu : 10 JP (4 x tatap muka)

Mata pelajaran : IPA Terpadu


Tema : Kabut dan Asap Identitias buku sudah ditulis dengan baik sesuai
Subtema : Kabut dan Asap Menghamburkan dengan kurikulum pembelajaran pada kelas
Cahaya Sehingga Membatasi VIII semester 2 yaitu Kompetensi dasar 3.12
Jarak Pandang dan 4.12
Alokasi waktu : 14 JP (6 x tatap muka)

36
Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang Berikut beberapa tujuan pembelajaran yang Penulisan Tujuan pembelajaran pada buku teks
dirumuskan berdasarkan KD, terdapat pada buku teks: ini sudah sesuai dengan aturan penulisannya.
dengan menggunakan kata kerja 3.8.1.1 Melalui langkah EPBL, peserta didik dapat
operasional yang dapat diamati memahami konsep suhu
dan diukur, yang mencakup sikap, 3.8.2.1 Melalui tanya jawab peserta didik dapat
pengetahuan, dan keterampilan. menjelaskan keterkaitan suhu dengan
Ada 4 (empat) unsur pokok yang peristiwa kebakaran hutan
perlu dicantumkan dalam 3.8.3.1 Melalui latihan, peserta didik dapat
perumusan tujuan pembelajaran, menerapkan konversi skala suhu.
yang biasa disingkat dengan 3.8.4.1 Melalui diskusi peserta ddik dapat
ABCD (Audience, Behavior, menjelaskan pemuaian gas (udara) di
Condition, dan Degree) peristiwa kebakaran hutan
4.4.1.1 Melalui langkah EPBL , peserta didik
dapat membuktikan alat indera bukan
alat pengukur suhu yang akurat
4.4.2.1 Melalui langkah EPBL peserta didik dapat
menyelidiki pemuaian pada gas

37
Model Networked
 Pada subtema 1 terdapat materi keterkaitan Pada KD 3.4 dan 4.4 model Networked sudah
Model networked adalah
suhu dengan peristiwa kebakaran hutan diterapkan dengan baik. Dibuktikan dengan
pemaduan pembelajaran yang
 Pada kolom ”ananda harus tau” di subtema 1 adanya beberapa percobaan yang dilakukan
memungkinkan pengubahan
terdapat beberapa informasi penting tentang untuk memecahkan susatu permasalahan dan
konsepsi, pemecahan masalah,
adaptasi hewan dan tumbuhan terhadap suhu terdapat materi yang mengaitkan antara suhu
maupun pembentukan
lingkungan dan kebakaran hutan yang menjadi penyebab
kemampuan baru, setelah peserta
didik mengadakan studi lapangan  Pada subtema 1 terdapat materi pemuaian gas terjadinya kabut asap

dalam situasi, kondisi maupun (udara) pada peristiwa kebakaran hutan.

konteks yang berbeda- beda.  Pada subtema 1 terdapat materi konsep kalor

Dalam model ini peserta didik pada peristiwa kebakaran hutan

memadukan berbagai  Pada subtema 1 terdapat materi perpindahan

keterampilan dari berbagai bidang kalor pada penyebab peristiwa kabut dan asap

keahlian, yang dijalin dalam  Terdapat beberapa percobaan yang dilakukan


proses kerja untuk memecahakan untuk menemukan solusi dari permasalahan
masalah yang diminati/dihadapi yang ada di buku teks

38
 Pada subtema 2 terdapat materi keterkaitan
pencemaran udara dengan kabut asap Pada KD 3.8 dan 4.8 model Networked sudah
 Pada subtema 2 terdapat materi keterkaitan diterapkan dengan baik. Dibuktikan dengan
sumber penyebab pencemaran udara karena adanya beberapa percobaan yang dilakukan
kabut dan asap untuk memecahkan susatu permasalahan dan
 Pada tabel 2.2 di subtema 2 terdapat bahan terdapat materi yang mengaitkan antara
kimia kabut dan asap dan penyakit yang pencemaran lingkungan dengan peristiwa kabut
disebabkannya dan asap kabut asap

 Pada subtema 2 terdapat materi keterkaitan


pencemaran air dengan peristiwa kabut dan
asap
 Pada subtema 2 terdapat materi keterkaitan
pencemaran tanah dengan peristiwa kabut dan
asap
 Terdapat beberapa percobaan yang dilakukan
untuk menemukan solusi dari permasalahan
yang ada di buku teks

39
 Pada subtema 3 terdapat materi meningkatnya Pada KD 3.9 dan 4.9 model Networked sudah
konsentrasi co2 dalam darah dan kekurangan diterapkan dengan baik. Dibuktikan dengan
O2 dapat Menambah Kecepatan Respirasi adanya beberapa percobaan yang dilakukan
 Pada subtema 3 terdapat materi volume udara untuk memecahkan susatu permasalahan dan
pernapasan terdapat materi yang mengaitkan antara sistem
 Pada subtema 3 terdapat materi keterkaitan pernapasan dengan peristiwa kabut dan asap
sistem pernapasan dengan peristiwan kabut dan
asap
 Terdapat beberapa percobaan yang dilakukan
untuk menemukan solusi dari permasalahan
yang ada di buku teks

 Pada subtema 4 terdapat materi keterkaitan Pada KD 3.12 dan 4.12 model Networked
sifat cahaya dengan kesiapsiagaan kabut dan sudah diterapkan dengan baik. Dibuktikan
asap dengan adanya beberapa percobaan yang

 Pada subtema 4 terdapat materi keterkaitan dilakukan untuk memecahkan susatu

peristiwa kabut dan asap dengan gangguan permasalahan dan terdapat materi yang

kesehatan mata manusia mengaitkan antara pemantulan cahaya dan alat


optik dengan peristiwa kabut dan asap. Tetapi

40
 Terdapat beberapa percobaan yang dilakukan dalam buku teks hanya menyajikan informasi
untuk menemukan solusi dari permasalahan informasi mengenai kabut dan asap, belum
yang ada di buku teks secara tajam dibahas pada KD ini.

Model pembelajaran yang


diterapkan
yaitu model Example Problem Pada buku teks, di setiap subtema dan Pengintegrasian materi peristiwa kabut dan
Based Learning. Model EPBL pembahasan terdapat tiga tahapan utama dalam asap
merupakan gabungan model EPBL yaitu: dengan menggunakan model pembelajaran
Worked Example, sebagai 1. Pengenalan Masalah (Exposure) EPBL dalam buku teks membuat pembelajaran
gambaran dalam penyelesaian 2. Pemahaman Penyelesaian Masalah menjadi bermakna karena contoh yang
masalah, dan Problem Solving (Comprehension) diberikan sangat dekat dengan kehidupan
sebagai kegiatan untuk menjawab 3. Penguatan Penyelesaian Masalah sehari-hari dan siswa juga diajak untuk
kasus secara konetekstual. (Reinforcement) melakukan beberapa percobaan yang mampu
Peserta didik diajak untuk memecahkan membuat siswa aktif dan dapat meningkatkan
permasalahn dengan cara melakukan percobaan motivasi siswa karena disajikan dalam model
atau mencari solusi dari permasalahan dengan cara EPBL yang meningkatkan kemampuan
yang lain. memecahkan masalah pada siswa.

41
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model networked merupakan rancangan kurikulum yang berfilosofi bila
dilaksanakan dalam pembelajaran akan memberikan bekal kepada siswa mampu
memfilter (memilih) seluruh kegiatan belajar melalui kacamata keahlian dan
kemampuan membuat hubungan internal dan mampu memandu ke jaringan kerja
eksternal dari para ahli di lapangan atau bidang-bidang terkait.
Model networked dipandang secara terbatas memperpanjang dimulai sejak
sekolah dasar. Bayangkan seorang anak kelas lima yang telah memiliki minat di
Indiana sejak hari anak itu bermain koboi dan Indian. Semangat untuk
pengetahuan Indian membawa dia membaca buku-buku sejarah dan non fiksi
dengan baik.
Model ini terdengar seperti jaringan berita yang menarik yang tersaji dalam
gambar dan cerita yang berasal dari seluruh penjuru dunia. Model networked ini
mirip dengan sinyal satelit yang bertebaran dan menerima sinyal dari berbagai
arah.
Kelebihan dari model jaringan ini salah satunya pendekatan pembelajaran
terintegrasi ini sangat pro-aktif dan alami, dengan model ini peserta didik
memulai pencarian dan mengikuti jalan yang baru dia temukan dengan
kemampuanya sendiri

B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu
diharapkan kepada dosen pembimbing serta pembaca ikut memberikan saran agar
makalah ini lebih baik dan melaksanakan pembelajaran terpadu dalam berbagai mata
pelajaran khususnya pada mata pelajaran fisika. Model pembelajaran model connected
ini sangat cocok sebagai langkah awal belajar menggunakan pembelajaran terpadu
dalam pembelajaran fisika di kelas.

42
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Wali Pers.


Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas.

Depdiknas. (2010). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu, SMP/MTs. Jakarta:


Pusat Kurikulum Balitbang Diknas

Dincer, S. (2015). Effect of Computer Assisted Learning on Students’ Achievement in Turkey:


a Meta-Analysis. Journal of Turkish Science Education, 12 (1): 99-118

Fogarty, R. 1991. How to Integrate the Curricula. Pallatine Illionis: IRI/ Skylight Publising
Inc, hlm. 61-65.

Fogarty, Robin. (1991). Ten Ways to Integrated Curriculum.

Halida. (2011). Penerapan Model Networked (Jejaring) dalam Pembelajaran Terpadu


Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan. 5(2): 520-529.
Novi Resmini Hermawan, dan Andayani. 2009. Pembelajaran Terpadu Di SD.
Jakarta:Universitas Terbuka.

Puskur Balitbang. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara.

Udin Syaefuddin Sa’ud. 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Widoyoko, E.P. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yokyakarta: Pustaka


Pelajar.

Wina Sanjana. Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Kencana. 2008), hal. 01

43

Anda mungkin juga menyukai