Anda di halaman 1dari 4

WUJUDKAN LINGKUNGAN RAMAH LANSIA

Alfina Mariyatul Ifti


P1337433121099
Abstrak

Pendidikan nonformal, lanjut usia (lansia) merupakan salah satu sasaran didik dalam rangka
mewujudkan pendidikan sepanjang hayat. Dewasa ini kajian tentang lansia makin penting
dilakukan oleh karena pertumbuhan penduduk lansia di seluruh dunia berjalan sangat cepat
dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, hal ini selaras dengan meningkatnya usia
harapan hidup.Dengan semakin meningkatnya jumlah lansia, maka dibutuhkan lingkungan
hidup yang memadai dan mensejahterakan lansia, yaitu sebuah kota yang ramah bagi lansia.
Berdasarkan temuan lapangan tentang kondisi obyektif Kota Bekasi yang diukur berdasarkan
Delapan Indikator Kota Ramah Lansia menurut WHO diperoleh data sebagai berikut: (1)
Indikator Kota Ramah Lansia yang harus memperoleh perhatian penting dari Pemda Kota
Bekasi adalah berkenaan dengan: keterlibatan lansia untuk berpartisipasi dalam pekerjaan yang
sesuai dengan usianya dan mengisi waktu luang, perumahan, ruang terbuka dan bangunan, dan
transportasi, (2) Indikator Kota Ramah Lansia yang cukup baik di Kota Bekasi adalah:
komunikasi dan informasi, pelayanan kesehatan dan partisipasi sosial. Kesimpulan kajian ini
adalah dengan mencermati kondisi sosial, budaya, politik, agama dan potensi yang ada serta
seiring dengan kemajuan perkembangan industri, teknologi dan komunikasi, maka model Kota
Ramah Lansia yang tepat dikembangkan di Kota Bekasi adalah holistik dan integratif yang
partisipatif-kolaboratif. Rekomendasi terhadap hasil kajian, agar Pemerintah daerah dalam
implementasinyamelibatkan berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, masyarakat dan para
lansia untuk mengambil perannya masing-masing yang mencakup Delapan Indikator Kota
Ramah Lansia.

Kata Kunci: Kota, Ramah Lansia, Pendidikan Sepanjang Hayat, Bandung.

Abstract

Non-formal education for elderly people is one of the teaching targets in order to create life-
long education. Nowadays, the study of elderly is very important because the growth of the
elderly population in the world is going very fast compared to other age groups which
matches with the increase of life expectancy. With the increasing number of elderly people, a
reasonable life environment that could provide better welfare for the elderly is badly
required; that is, a friendly city for the elderly.Based on the field findings on the objective
condition of the City of Bekasi measured through the Eight Indicators of aFriendly City
forthe Elderly according to WHO, the data show that (1) The indicators of being afriendly
city for the elderly that should be of great concern of the Bekasi Authority include the
involvement of the elderly to participate in any work that is suited to totheir ages for them
to make use of their leisuretime, housing, open spaces, buildings, and transportation. (2) The
indicators of being a friendly city for the elderly in the City of Bekasi are: communication
and information, health services and social participation. In conclusion, by paying attention
to the social condition, culture, politics, religion, and the existing potentials that match the
advancement of industry, technology and communication, a friendly city for the elderly
being appropriate to be developed in the City of Bekasi are being holistic, integrative,
participative and collaborative. Therefore, it is recommended that the Bekasi Local
Authority needs to involve various sides in the implementation of its programs such as the
government departments, private organizations, the community and the elderly people to
play their respective roles as stated in the Eight Indicators of being a Friendly City for elderly
people.Keywords: City, friendly, elderly, life-long education

Keyword: City, Friendly, Elderly, Life-long education.

PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, maka
struktur umur penduduk Indonesia juga mengalami peningkatan sebagai dampak
meningkatnya usia harapan hidup. Hal ini berpengaruh terhadap jumlah dan persentase
penduduk lanjut usia yang terus meningkat. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk
Indonesia membawa konsekuensi bertambahnya jumlah lanjut usia. Menurut Undang-
undang Republik Indonesia no 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang
dimaksud lanjut usia (selanjutnya disebut lansia) adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Selanjutnya, lanjut usia dibedakan menjadi dua, yaitu
lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia
yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang dan/atau Jasa. Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak
berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Sementara itu WHO membagi lanjut usia menurut tingkatan umur Lansia yaitu: (1) Usia
pertengahan (middle age, antara 45-59 tahun), (2) usia lanjut (elderly,antara 60-70 tahun),
(3) Usia lanjut (old, antara 75-90 tahun) dan (4) Usia sangat tua ( very old, di atas 90
tahun). Pertumbuhan lansia di Indonesia lebih cepat dibandingkan negara-negara lain.
Diperkirakan Indonesia akan mengalami aged population boom pada dua decade
permulaan abad 21 ini. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi
penduduk lansia secara signifikan. Menurut Data BPS, pada tahun 1970 populasi
penduduk lansia 5,3 juta jiwa (4,48% dari total penduduk), pada tahun 1990 meningkat
menjadi 12,7 juta jiwa (6,29 %), tahun 2010 menjadi 23 juta (10%). Diperkirakan pada
tahun 2020, jumlah lansia akan meningkat menjadi 28,8 juta orang (11,34%). Pada tahun
2012, Indonesia termasuk negara Asia ketiga dengan jumlah absolut populasi di atas 60
tahun terbesar, setelah China (200 juta), India (100 juta) dan menyusul Indonesia (25 juta).
Bahkan diperkirakan, pada tahun 2050 jumlah lanjut usia Indonesia mencapai 100 juta.
Terkait Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia, pada tahun 2000, usia harapan hidup di
Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia 7,18%). Pada tahun 2010,
usia harapan hidup meningkat menjadi 69,43 tahun (dengan persentase populasi lansia
7,56%) dan pada tahun 2011 mengkat menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi
lansia 7,58%). Perserikatan Bangsa-bangsa tahun 2011 melaporkan, bahwa pada tahun
2000-2005, usia harapan hidup adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia
7,74%) dan pada tahun 2045-2050, usia harapan hidup diperkirakan menjadi 77,6 tahun
(dengan persentase populasi lansia tahun 2045 sebesar 28,68%).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan kajian literatur terhadap lingkungan ramah lansia. Sumber
kajian ini merupakan data sekunder yang digunakan termasuk internet, laporan
penelitian, prosiding, dan artikel jurnal nasional maupun internasional yang
membahas mengenai lingkungan ramah lansia.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, ada tiga golongan lansia, yaitu lansia dini
(umur 55-64 tahun), lansia (umur 65 tahun keatas) dan lansia beresiko tinggi (umur
70 tahun keatas). Kategori lansia dini merupakan kelompok umur yang sebagian
masih aktif dan produktifhingga persiapan menjelang pensiun, sedangkan mulai
kelompok umur lansia keatas akan semakin rentan terhadap masalah kesehatannya.
Melihat perkembangan tren ini, jumlah lansia akan cenderung bertambah di masa
yang akan datang. Fenomena peningkatan jumlah penduduk lansia di dunia
memunculkan adanya konsep Kota Ramah Lansia. Konsep pembangunan kota dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik lansia. Untuk melakukan analisis
terhadap kondisi obyektif Kota Bekasi berdasarkan delapan indikator yang ditetapkan
WHO digunakan empat indikator kesesuaian yaitu:
1. Warna hijau (baik) jika tingkat kesesuaiannya
dengan standar 75-100%.
2. Warna orange (cukup) jika tingkat kesesuaiannya dengan standar 50-74%.
3. Warna Kuning (kurang) jika tingkat kesesuaiannya dengan standar 25-49%.
4. Warna merah (buruk) jika tingkat kesesuaiannya dengan standar 0-24%.
PENUTUP
Simpulan
Dengan mencermati kondisi sosial, budaya, politik, agama dan potensi yang ada serta
seiring dengan kemajuan perkembangan industri, teknologi dan komunikasi, maka
model Kota Ramah Lansia yang dikembangkan di Indonesia hendaknya holistik dan
integratif yang partisipartisipatif -kolaboratif. Model Kota Ramah
Lansia holistik dan integratif yang partisipatifkolaboratif adalah suatu model Kota
Ramah Lansia yang dalam implementasinya melibatkan berbagai pihak, baik
pemerintah, swasta, masyarakat dan para lansia itu sendiri yang
mencakup delapan indikator yang masing-masing memiliki peran dan tanggungwab
secara bersamasama untuk mewujudkan Kota Ramah Lansia.
Saran
Sebaiknya penelitian untuk mewujudkan kota ramah lansia di laksanakan di wilayah
Indonesia agar semua lansia dapat hidup dengan tenang dan tidak terganggu oleh
lingkungan yang mungkin kotor dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awr9DteZ125heV4AYDdXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG
9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1634682905/RO=10/RU=https%3a%2f%2
fcore.ac.uk%2fdownload%2fpdf%2f33517602.pdf/RK=2/RS=KIrcq_Uqod2mNghzf9
Fw.rWMtCw-
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awr9DteZ125heV4AYzdXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9
zAzMEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1634682905/RO=10/RU=https%3a%2f%2f
jp.ejournal.unri.ac.id%2findex.php%2fJP%2farticle%2fdownload%2f3550%2f3455/
RK=2/RS=FxDDWzkmyxJ3IILD7OXepuiMz5o-

Anda mungkin juga menyukai