Anda di halaman 1dari 87

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

KEPERAWATAN DEWASA

Disusun oleh:

Lailya Khusna, S.Kep., Ns., M.Kep.


Ida Nur Imamah, S.Kep., Ns., M.Kep.
Fida’ Husain., S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Editor :
Norman Wijaya Gati, S. Kep, Ns., M. Kep., Sp.Kep.J.

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA 1
2023/2024
VISI MISI PRODI NERS

Universitas ‘Aisyiyah Surakarta

VISI

“Mewujudkan Program Studi Ners yang unggul dalam bidang manajemen bencana untuk menghasilkan
sumber daya yang berakhlakul karimah dan kompetitif di tingkat Nasional pada tahun 2030”
MISI

Misi yang diemban prodi Ners Universitas ‘Aisyiyah Surakarta dalam penyelenggaraan pendidikan
tinggi telah ditetapkan sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pendidikan, pembelajaran dan bimbingan profesi Ners yang bermutu dan
Islami.
2. Mengembangkan penelitian yang mendukung pengembangan IPTEK dalam bidang
pelayanan keperawatan, terutama di bidang manajemen bencana
3. Mengembangkan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat terutama yang relevan dengan manajemen bencana
4. Mengembangkan jejaring dengan institusi lain di tingkat nasional
TUJUAN

Tujuan dari Prodi Ners Universitas ‘Aisyiyah Surakarta adalah

1. Menghasilkan Ners yang Islami, berakhlakul karimah dengan unggulan manajemen


bencana
2. Menghasilkan penelitian yang menunjang pengembangan IPTEK dalam bidang pelayanan
keperawatan, khususnya dalam manajemen bencana
3. Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat yang berbasis penelitian untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan manajemen bencana
4. Menghasilkan kerjasama dengan pemerintah maupun swasta dalam menyelenggarakan
Catur Dharma PT di tingkat nasional
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, wr. Wb

Setiap institusi pendidikan Perguruan Tinggi yang telah melaksanakan pendidikan keperawatan
harus menggunakan kurikulum sebagai dasar utama. Berdasarkan kompetensi atau kemampuan yang
dijabarkan ke dalam keterampilan pengetahuan dan sikap.

Proses mencapai kompetensi tersebut diperlukan metode pembelajaran yang baik. Disamping
pemberian kuliah dikelas juga diperlukan pembelajaran laboratorium dalam bentuk praktek mandiri
maupun dengan didampingi atau dibimbing oleh dosen. Pelaksanaan praktikum membutuhkan
pedoman yang berisi panduan praktikum beserta SOP tindakan.

Modul Praktikum Dewasa ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam proses pembelajaran di
laboratorium, sehinga pembelajaran akan lebih terarah dan mahasiswa dapat memanfaatkan buku
pedoman ini dengan sebaik-baiknya.

Wassalamu’alaikum, wr. Wb
BAB I
PENDAHULUAN
A. Ayat Al Qur’an Yang

Relevan Al-Quran Surah Al-Anbiyaa’ :83-84

Artinya :
Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah
ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang".
Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya
dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai
suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.
B. Deskripsi Mata Ajar
Praktek laboratorium Dewasa merupakan penerapan tentang teori terkait dengan keterampilan dalam
implementasi asuhan keperawatan pada pasien dewasa dengan masalah medikal dan bedah. Fokus
mata ajar ini adalah mempraktekkan keterampilan untuk mengatasi gangguan sistem pernafasan,
kardiovaskular dan hematologi.
C. Prasyarat
Mata Kuliah Prasarat
:
D. Petunjuk Penggunaan
modul Penjelasan Bagi Peserta
didik

Modul ini terdiri dari 14 materi yang ternasuk dalam keperawatan dewasa yang berisi tentang sistem
pernafasan, kardiovaskuler dan hematologi.
Materi 1: Pemeriksaan Jantung
Materi 2: Pemeriksaan Paru
Materi 3: Fisioterapi dada, postura; drainage dan inhalasi
Materi 4: Perawatan Trakeostomi
Materi 5: Spirometri
Materi 6: Pemeriksaan
JVP Materi 7: Perawatan
WSD
Materi 9 : Pemasangan EKG
Materi 10: Interpretasi Hasil EKG
Materi 11: Suction dan terapi oksigen
Materi 12: Tranfusi Darah dan terapi infus
Materi 13: Skrining TB dan pengambilan sampel BTA
Materi 14: Pengambilan sampel darah vena dan interpretasi
Materi 15: CRT, Pitting Edema dan Torniquet Test
Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan diatas , kami sediakan materi, contoh soal dan
tool untuk setiap prasat.
b. Peran Dosen
Melakukan evaluasi akhir pada masing-masing prasat sesuai dengan yang diampu
E. Mekanisme Bimbingan

Fase Tugas Pembimbing Tugas Peserta Didik


Bimbingan
Fase Persiapan  Memfasilitasi waktu  Koordinasi dengan dosen pembimbing
pelaksanaan, memberikan
 Mengebon alat dengan persetujuan
persetujuan pelaksanaan praktikum dosen pembimbing minimal sehari
sesuai topik sebelum dilakukan praktikum
 Membuat resume materi yang di
praktekkan
 Menyiapkan tempat dan alat yang
dibutuhkan dalam praktikum sesuai topik
Fase  Mengobservasi mahasiswa, dapat  Menjawab pertanyaan
Pelaksanaan berupa tes lisan maupun tertulis
 Menjelaskan dan
mempraktekkan secara langsung  Memperhatikan
sesuai dengan perasat masing-
masing
 Memberi kesempatan pada
mahasiswa untuk mencoba  Melakukan keterampilan yang telah
melakukan secara langsung perasat diajarkan

yang telah diajarkan


Fase Evaluasi  Melakukan post conference  Mencatat dan mendengarkan
 Memberikan feed back peserta
didik
 Memberikan nilai proses pada
lembar penilaian

F. Tata Tertib

1. Mahasiswa wajib memakai jas laboratorium saat praktikum berlangsung.


2. Kehadiran praktikum wajib 100%, jika mahasiswa tidak dapat mengikuti praktikum,
mahasiswa wajib menggantinya dengan mengikuti praktikum kelompok berikutnya.
3. Jadwal yang telah diberikan dapat berubah sewaktu-waktu disesuaikan dengan dosen
pengampu masing-masing.
4. Mahasiswa wajib meminta penilaian selama proses praktikum kepada dosen pembimbing
praktikum.
5. Mahasiswa wajib mengumpulkan buku pedoman yang telah diisi secara lengkap baik form
penilaian maupun form target kompetensi.
6. Mahasiswa wajib mengikuti praktikum secara full dengan tiap kali praktikum 170 menit.
7. Mahasiswa yang berhak mengikuti ujian evaluasi (KOMPREHENSIF) adalah mahasiswa
yang telah mengikuti seluruh praktikum yang telah ditentukan.
Tugas mahasiswa
a. Mahasiswa melakukan pengebonan alat ke inihospital/laboratorium dengan ditandatangani
oleh dosen pembimbing H-2 sebelum praktek berlangsung.
b. Mengisi daftar hadir.
c. Setiap mahasiswa mempunyai buku pintar ketrampilan keperawatan DEWASA dan membuat
resume sesuai sesuai dengan ketrampilan yang akan di pelajari
d. Resume dikumpulkan dalam bentuk laporan dan dipresentasikan sebelum prektikum dimulai.
e. Mengumpulkan bukti pelaksanaan praktek dan nilai proses di akhir praktek laboratorium
kepada koordinator praktek
f. Mengikuti pembekalan praktek laboratorium dan pembekalan evaluasi.
g. Melaksanakan dan mengikuti semua praktek laboratorium sesuai dengan target yang dicapai.

Tugas dosen pembimbing


a. Memberikan persetujuan pelaksanaan praktek sesuai topic yang telah ditentukan
b. Mengecek daftar kekurangan alat pengebonan mahasiswa dengan persediaan
yang ada di laboratorium/mini hospital
c. Mengabsen mahasiswa dan menandatangani daftar absensi mahasiswa
d. Membimbing praktek sesuai topic dan SOP yang sudah ditentukan
e. Melakukan pre test atau post test dan mmberi nilai di kolom yang sudah disediakan
f. Memberikan nilai proses di kolom yang sudah disediakan
B. Alur Prosedur Pelaksanaan

Mahasiswa konfirmasi Mahasiswa melakukan


Fix
Jadwal ke Dosen Pengampu pengebonan alat ke
Praktikum maks. H-2 pelaksanaan labboratorium maks. H-1
praktikum pelaksanaan praktikum

Cancel Digantikan dengan


Pelaksanaan
jadwal praktikum lain
praktikum

Mahasiswa menerima jadwal praktikum yang akan diberikan oleh koordinator praktikum. Maksimal
atau paling lambat 1 hari sebelum pelaksanan praktikum mahasiswa melakukan konfirmasi kepada
dosen pengampu praktikum. Apabila dosen yang bersangkutan dapat mengisi praktikum sesuai
jadwal (fix) mahasiswa wajib melakukan pengebonan alat sesuai dengan perasat yang akan
dipraktikumkan ke mini hospital (laboratorium) dengan bukti kertas pengebonan alat yang telah di
tandatangani oleh dosen pengampu dan mahasiswa. Namun apabila dosen yang bersangkutan tidak
dapat mengisi praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, mahasiswa berhak
menggantikan dengan dosen pengampu lain yang dapat memberikan materi dan mahasiswa tetap
wajib melakukan pengebonan alat ke mini hospital (laboratorium).
C. Bukti Pencapaian Kompetensi
Terlampir
D. Rujukan
1. Ackley, B.J & LAdwig, G.B (2013). Nursing Diagnosis Handlook an Evidence
BasedGuide to Planing Care, 10th edition. Mosbly Elsevier Inc
2. Barber B, Robetsston D, (2012) Essential for pharmakologi for nurses, 2nd edition,belland
bain Ltd, Glasgow
3. Black J.M., Haws J.H (2014). Keperawatan Medikal bedah manajemen klinis untukHasil
yang Diharapkan (3-rol set). Edisi
Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S) Pte Ltd
4. Bulecheck, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterme,J.M. & Wagner C.(2012).
Nursing Interventionb Classification
(NIC), 6e.mosbly: Elsevierlnc.
5. Dudek,S. G. (2013). Nutrition Essentials for Nursing Practier, 7th. Lippincott WilliamWilkins

.
UNIVERSITAS ‘ AISYIYAH SURAKARTA
Kode Dokumen:
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Semester Gasal 2023/2024

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Kode Mata Nama Mata Mata Kuliah


Bobot (sks) Semester Status Mata Kuliah
Kuliah Kuliah Prasyarat

B13207 Praktiku 1 SKS 3 Wajib


m KMB 1

Deskripsi Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1 merupakan mata kuliah yang berfokus dengan gangguan
Singkat Mata pemenuhan kebutuhan oksigenasi, sirkulasi dan hematologi.
Kuliah

Capaian CPL4 Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
Pembelajaran konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang
Lulusan (CPL)
keahliannya, secara integritas yang diwujudkan dalam dokumen scientific (KKU
yang 1)
Dibebankan
pada MK CPL7 Mampu melakukan asuhan keperawatan dalam berbagai tatanan pelayanan
keperawatan (KKU 4)

CPL9 Mampu memberikan informasi ilmiah dan melaksanakan edukasi dengan


ketrampilan komunikasi dalam asuhan keperawatan (KKK1)

CPL18 Mampu memahami ilmu keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan


berdasarkan pendekatan proses keperawatan (PP4)

Capaian Setelah menyelesaikan pembelajaran mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu:
Pembelajaran
CPMK1 Menerapkan asuhan keperawatan dengan pemikiran logis, kritis dan
Mata Kuliah
sistemastis pada sistem pernafasan dengan format asuhan keperawatan
(CPMK)
yang tepat C3(CPL 1)

CPMK2 Melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus gangguan sistem


kardiovaskuler dalam berbagai tatanan layanan keperawatan (C3) CPL 2

CPMK3 Melaksanakan edukasi kesehatan dengan kasus gangguan sistem


pernafasan, kardiovaskuler dan hematologi sesuai dengan ketrampilan
komunikasi dalam asuhan keperawatan (C3) CPL 3

CPMK4 Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada sistem hematologi


berdasarkan pendekatan proses keperawatan (C3) CPL 4
Kaitan CPMK Materi Pembelajaran Bentuk Alokasi Waktu
dengan Materi Pembelajaran
dan Bentuk
CPMK 1 1. Pemeriksaan paru Resume Pustaka, 7 pertemuan
Pembelajaran,
2. Fisioterappi dada, Demonstrasi,
serta Alokasi Masing masing
postural drainage dan Discovery
Waktu inhalasi learning, 1x170 menit
3. Perawatan trakeostomi Redemonstrasi sinkron
4. Perawatan wsd
5. Suction dan terapi oksigen
6. Skrining TB dan
pengambilan sampel
BTA
7. Spirometri
UTS/Hasil Tugas Project/Hasil Analisis Kasus

CPMK 2 8. Pemeriksaan jantung Resume Pustaka, 3 kali pertemuan


9. Pemeriksaan JVP Demonstrasi,
10. Pemasangan EKG Discovery Masing masing
Learning, 1x170 menit
Redemonstrasi sinkron

CPMK 3 11. Interpretasi hasil EKG Resume Pustaka, 14 kali


12. Pengambilan sampel Demonstrasi, pertemuan
darah vena dan Discovery
interpretasi hasil Learning, Masing masing
Redemonstrasi 1x10 menit
sinkron

CPMK 4 13. Transfusi darah dan Resume Pustaka, 3 kali pertemuan


terapi infus Demonstrasi, Masing masing
14. Pemeriksaan CRT, Pitting Discovery 1x170 menit
Learning,
edema dan torniquette sinkron
Redemonstrasi
test.

OSCA/SKILL BASED ASSESMENT

Metode Problem based learning (Pembelajaran berbasis masalah)


Pembelajaran
Demonstrasi, Discovery learning, Presentasi Resume, Redemonstrasi

Pengalaman Saat sinkron : Aktif berdiskusi mengenai materi dan kasus.


Belajar
Mahasiswa
Akses Media http://103.176.69.3/elearning/
Pembelajaran
Luring 100 %
LMS
Daring 0 %
dan Persentase
Luring & Daring

Metode Teknik Persentase Kriteria/ CPMK 1 CPMK CPMK CPMK


Penilaian dan 2 3
Penilaian Penilaian Indikator 4
Keselarasan
dengan CPMK Aktivitas 30% Rubrik 10 10 10
Partisipatif* proses

Kognitif

Skill-based 30% Redemonstr 10 10 10


Assessment asi
(SBA)

Kuis (resume 30% Rubrik 10 10 10


pustaka) penilaian

UTS 20% Proses


belajar

UAS 20% Ujian 5% 5% 5% 5%


Kompre

Total 100%
*)
dapat diperoleh juga dari UTS atau UAS yang merupakan hasil dari aktivitas partisipatif atau
hasil project/studi kasus, jumlah persentase aktivitas partisipatif dan hasil project/studi
kasus/hasil PBL adalah minimal 50%.

Daftar Referensi Referensi Utama:

6. Ackley, B.J & LAdwig, G.B (2013). Nursing Diagnosis Handlook an Evidence
Based Guide to Planing Care, 10th edition. Mosbly Elsevier Inc
7. Barber B, Robetsston D, (2012) Essential for pharmakologi for nurses, 2nd
edition, belland bain Ltd, Glasgow
8. Black J.M., Haws J.H (2014). Keperawatan Medikal bedah manajemen klinis
untuk Hasil yang Diharapkan (3-rol set). Edisi
Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S) Pte Ltd
9. Bulecheck, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterme,J.M. & Wagner C.(2012).
Nursing Interventionb Classification
(NIC), 6e.mosbly: Elsevierlnc.
10. Dudek,S. G. (2013). Nutrition Essentials for Nursing Practier, 7th. Lippincott William
Wilkins
6. Groelner M., Escott-Stump S., Dorner S. (2010), Nurlional loundations and
Clinical Ipplications ! Narsing. Inproach. 6th edition. St. Louis: Mosby Elsevier
7. Johnson, M. Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. 6. Maas, M. L. & Swanson,
S. 2012). NOC and NIC I inkager to NANDAA. and Clinical Conditions: Supporting
Cilica! Rersoning and Quality Care, 35 edition. Mosbr:ElseviceInc.
8. Huether S.E, and McCance Kia (2010) Understanding Pathophysiology. 6 " edition.
Mosby: Elsevier lnc

Referensi Tambahan:

9. Lewis S.L., Dirksen S. R., [leitkemper M.M., Bucher L. (2014). medical Surgical
Nursing Assessment and Management of Clinical Problems.. 9th edition. Moslry:
ciscrier Inc.
10. Imamah, I. N., & Utami, D. R. R. B. (2022). Perbedaan Pengaruh Kombinasi
Terapi Nebuliser Dengan Batuk Efektif dan Pursed Lip Terhadap Sesak Nafas
Pasien PPOK. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 20(1), 1-16.
Nama Dosen 1. Lailya Khusna, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Pengampu 2. Ida Nur Imamah, S.Kep.,Ns.,M.Kep
3. Fida Husain, S.Kep.,Ns.,M.Kep
(Team
Teaching)

Otorisasi Koordinator Bidang


Tanggal
Koordinator Mata Kuliah Keahlian Ketua Prodi
Penyusunan
(Jika Ada)

September
2023

Lailya Khusna,
Norman Wijaya
S.Kep.,Ns.,M.Kep
Gati,
S.Kep.,Ns.,M.Kep
JADWAL LABORATORIUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1
SEMESTER GANJIL (III) PRODI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH SURAKARTA
2023/2024

PERTEMUAN HARI,TANGGAL DAN JAM MATERI PENGAMPU


KELAS A KELAS B KELAS C KELAS D KELAS E
TANGGAL JAM TANGGAL JAM TANGGAL JAM TANGGAL JAM TANGGAL JAM
1 Jumat, 8 September 12.30-16.30 Jumat, 8 September 11.00-15.30 Kamis, 7 September 13.30 - 16.30 Kamis, 7 September 07.00 - 10.00 Rabu, 6 September 09.00 - 12.00 Pemeriksaan jantung Lya
2 Jumat, 15 September 12.30-16.30 Jumat, 15 September 11.00-15.30 Kamis, 14 September 13.30 - 16.30 Kamis, 14 September 07.00 - 10.00 Rabu, 13 September 09.00 - 12.00 Pemeriksaan Paru Ida
3 Jumat, 22 September 12.30-16.30 Jumat, 22 September 11.00-15.30 Kamis, 21 September 13.30 - 16.30 Kamis, 21 September 07.00 - 10.00 Rabu, 20 September 09.00 - 12.00 Fisioterapi dada, postural drainage dan Inhalasi Ida
4 Jumat, 29 September 12.30-16.30 Jumat, 29 September 11.00-15.30 Kamis, 28 September 13.30 - 16.30 Kamis, 28 September 07.00 - 10.00 Rabu, 27 September 09.00 - 12.00 Perawatan trakeostomi Ida
5 Jumat, 6 Oktober 12.30-16.30 Jumat, 6 Oktober 11.00-15.30 Kamis, 5 Oktober 13.30 - 16.30 Kamis, 5 Oktober 07.00 - 10.00 Rabu, 4 Oktober 09.00 - 12.00 Spirometri Ida
6 Jumat, 13 Otober 12.30-16.30 Jumat, 13 Otober 11.00-15.30 Kamis, 12 Oktober 13.30 - 16.30 Kamis, 12 Oktober 07.00 - 10.00 Rabu, 11 Oktober 09.00 - 12.00 Pemeriksaan JVP Lya
7 Jumat, 20 Oktober 12.30-16.30 Jumat, 20 Oktober 11.00-15.30 Kamis, 19 Oktober 13.30 - 16.30 Kamis, 19 Oktober 07.00 - 10.00 Rabu, 18 Oktober 09.00 - 12.00 Perawatan WSD Lya
UTS 23 OKTOBER 2023-28 OKTOBER 2023
9 Jumat, 3 November 12.30-16.30 Jumat, 3 November 11.00-15.30 Kamis, 2 November 13.30 - 16.30 Kamis, 2 November 07.00 - 10.00 Rabu, 1 November 09.00 - 12.00 Pemasangan EKG Husain
10 Sabtu, 4 November 10.00 - 13.30 Sabtu, 4 November 07.00-09.00 Sabtu, 4 November 13.30-16.30 Sabtu, 4 November 07.00-10.00 Kamis, 2 November 13.30-16.30 Interpretasi hasil EKG Husain
11 Jumat, 10 November 12.30-16.30 Jumat, 10 November 11.00-15.30 Kamis, 9 November 11.00-14.20 Kamis, 9 November 11.00-14.20 Rabu, 8 November 11.00-14.20 Suction dan terapi Oksigen Lya
12 Sabtu, 11 November 10.00 - 13.30 Sabtu, 11 November 07.00-09.00 Sabtu, 11 November 12.30-15.20 Sabtu, 11 November 12.30-15.20 Kamis, 9 November 12.30-15.20 transfusi darah dan terapi infus Husain
13 Jumat, 17 November 12.30-16.30 Jumat, 17 November 11.00-15.30 Kamis, 16 November 11.00-14.20 Kamis, 16 November 11.00-14.20 Rabu, 15 November 11.00-14.20 Skrining TB dan pengambilan sampel BTA Lya
14 Sabtu, 18 November 10.00 - 13.30 Sabtu, 18 November 07.00-09.00 Sabtu, 18 November 11.00-14.20 Sabtu, 18 November 11.00-14.20 Kamis, 16 November 11.00-14.20 Pengambilan sampel darah vena dan interpretasi Ida
15 Jumat, 24 November 12.30-16.30 Jumat, 24 November 11.00-15.30 Kamis, 23 November 11.00-14.20 Kamis, 23 November 11.00-14.20 Rabu, 22 November 11.00-14.20 CRT dan pitting edema dan torniquete test Husain
UJIAN AKHIR
BAB II MATERI
MATERI I

a PRAKTIKUM
s PEMERIKSAAN JANTUNG

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori dasar tentang pemeriksaan fisik jantung dan dapat meelakukan prosedur pemeriksaan
fisik jantung dengan baik dan benar
B. Uraian Materi
1. Pemeriksaan fisik jantung
2. Tindakan pemeriksaan jantung
C. Rangkuman
Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan
organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi),
mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). Umumnya pemeriksaan ini dilakukan secara
berurutan (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi).

INSPEKSI
Secara umum hal-hal yang berkaitan dengan akibat penyakit jantung harus diamati, misal
tampak kelelahan akibat cardiac output, frekuensi nafas yang meningkat, sesak yang
menunjukan adanya bendungan paru atau edema paru. Sianosis sentral dengan clubbing finger
dan kaki berkaitan dengan adanya shunt kanan ke kiri.
Inspeksi kulit
Melihat ada sianosis atau tidak.
Inspeksi kuku
Sering kali, splinter hemorhage dapat terlihat sebagai garis kecil coklat kemerahan didasar kuku.
Perdarahan ini berjalan dari tepi bebas proksimal dan secara klasik dikaitkan dengan endokarditis
bakterial sub akut. Tetapi penemuan ini tidak spesifik karena ditemukan pula pada banyak
keadaan, bahkan termasuk trauma setempat pada kuku.
Inspeksi wajah
Kelainan jantung dapat pula dikaitkan dengan kelainan wajah dan kepala. Stenosis aorta
supravalvular, suatu kelainan kongenital, dijumpai bersama-sama dengan mata yang terletak
berjauhan, strabismus, telinga letak rendah, hidung yang menengadah, dan hipoplasia mandibula.
Wajah bulat seperti bulan dan mata yang terletak berjauhan mengarah kepada stenosis pulmonal.
Wajah tanpa ekspresi dengan kelopak mata bengkak dan hilangnya sepertiga luar alis dijumpai
pada hipotiroidisme.
Inspeksi Leher
Pemeriksaan leher dapat memperlihatkan webbing, yang sering dijumpai pada orang dengan
sindrom turner, yang mungkin mengalami koarktasio aorta, atau pada sindrom Noonan. Stenosis
pulmonal merupakan kelainan jantung yang menyertai keadaan ini.
PALPASI
1. Letak ictus cordis
Pada orang dewasa normal, IC ada pada Spatium intercostal (SIC) V di sebelah medial linea
midklavikularis sinistra.
Letak IC Kesan
Tidak bergeser Jantung terkompensasi
Bergeser Ke Kardiomegali
lateral Right ventricle enlargement
Ke kaudolateral (RVE)
Left ventricle enlargment (LVE)

2. Kekuatan IC
Kekuatan IC Kesan
Tidak kuat angkat  Jantung terkompensasi

 Gizi kurang
Kuat angkat
 Kardiomegali

PERKUSI
1. Batas jantung normal pada orang dewasa
a. Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
b. Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
c. Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
d. Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
2. Kesan perkusi batas jantung
Batas Jantung Kesan
Kesan tidak melebar  Jantung terkompensasi
Kesan melebar  Kardiomegali
 Ke lateral o RVE

 Ke kaudolateral  LVE
AUSKULTASI
Bunyi jantung dibangkitkan oleh kattup :
Mitral : paling jelas terdengar di apeks
Trikuspid : di sternum dekat sendi sternum sela iga 5 kanan
Aorta : pada sendi antara sternum sela iga 2 kanan / apeks
Pulmonal : pada sela iga 2 kiri dekat tepi sternum

Penting dipahami :
BJ 1 dan BJ 2 yang normal
Belajar memusatkan pendengaran pada BJ 1 dan BJ 2 sendiri-sendiri, sehingga dapat dibedakan
apakah bunyi itu terdengar sebagai satu suara atau terpisah
Terganggu oleh bunyi jantung
Bunyi jantung :
BJ 1 : ditimbulkan oleh penutupan katup mitral dan tricuspid
BJ 2 : ditimbulkan oleh penutupan katup aorta dan pulmonal
Normal BJ 1 lebih keras dari BJ 2, tetapi BJ 1 nadanya rendah sedang BJ 2 nadanya tinggi.
D. Tugas
Mahasiswa melakukan pemeriksaan jantung secara mandiri
E. Cek list
INSTRUMEN PENILAIAN PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan langkah prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Mengatur posisi pasien supinasi 5
3. Membebaskan daerah dada 5
4. Melakukan inspeksi terhadap bentuk dada dan pulsasi 10
5. Melakukan palpasi pada 4 area (aorta, pulmonal, mitral, 10
trikuspidal)
6. Melakukan perkusi batas jantung (atas, kiri, bawah, 12
kanan)
7. Melakukan auskultasi pada 4 area (aorta, pulmonal, 12
mitral, trikuspida)
8. Merapikan pasien 6
9. Mencuci tangan 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

F. Tes Formatif

1. Batas normal jantung kanan atas adalah………….


a. SIC II Linea Para Sternalis Dextra
b. SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
c. SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
d. SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra

2. Batas normal jantung kanan bawah adalah…………..


a. SIC II Linea Para Sternalis Dextra
b. SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
c. SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
d. SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra

G. Lembar Kerja
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
MATERI II

as

PRAKTIKUM
Pemeriksaan Paru

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori tentang pemeriksaan fisik paru dan melakukan prosedur pemeriksaan fisik paru dengan
baik dan benar
B. Uraian Materi
1. Definisi Pemeriksaan fisik paru
2. Tujuan
3. Indikasi pemeriksaan paru
4. Prosedur pemeriksaan paru
C. Rangkuman

1. Definisi
Pemeriksaan fisik paru adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk melakukan
pengkajian fisik pada pasien yang mengalami abnormalitas system pernapasan yang meliputi,
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
2. Tujuan
a. Mengetahui bentuk, kesimetrisan,ekspansi, keadaan kulit dinding dada.
b. Mengetahui frekuensi sifat irama pernapasan.
c. Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, taktil frektus.
d. Mengetahui keadaan paru, rongga pleura
e. Mengetahui batas paru-paru dengan organ lain di sekitarnya.
f. Mengetahui aliran udara melalui batang trakheabronkial
g. Mengetahui adanya sumbatan aliran udara.
3. Indikasi pemeriksaan fisik paru
Pada pasien dengan gangguan system respiratory
4. Prosedur Pemeriksaan
INSPEKSI
a. Bentuk dada
1) Normal : diameter Anterior Posterior – transversal = 1:2
2) Pigeont Chest/ dada burung : sternum menonjol kedepan, diameter Anterior
Posterior > transversal.
3) Barrel Chest/ dada tong : Anterior Posterior : transversal = 1:1
4) Funnel Chest : anterior Posterior mengecil, sternum menonjol ke dalam
b. Ekspansi : simestris / tidak
c. Sifat pernafasan : pernafasan dada dan perut
d. Frekuensi pernafasan :
1) 16 – 18 x/menit : orang dewasa
2) 18 – 20 x/menit : anak-anak
3) >20x/menit : tachypnea
4) <16x/menit : bradipnea
5) Apnea : tidak terdapatnya pernapasan (mungkin secara periodik)

e. Ritme pernafasan
1) Eupnea : irama normal
2) Kusmaul : cepat dan dalam
3) Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal
4) Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf).
5) Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan dalam – lambat –apnea
(kerusakan saraf)

PALPASI
Palpasi pada dinding thorax menggunakan seluruh telapak tangan dan jari kiri dan kanan
dengan maksud meraba dan merasakan getaran dinding dada sewaktu pasien mengucapkan
kata “tujuh puluh tujuh…….” berulang-ulang.
Getaran yang dirasakan disebut: Vocal fremitus, perabaan dilakukan diseluruh permukaan
dada (kiri, kanan, depan dan belakang).

Umumnya pemeriksaan ini bersifat membandingkan bagian mana yang lebih bergetar atau
kurang bergetar. Pemadatan jaringan baru (Pneumonia, keganasan) akan terasa lebih
bergetar. Pleural effusion dan pneumo thorax akan terasa kurang bergetar.

PERKUSI

Perkusi dinding thorax, dengan cara mengetuk dengan jari tengah tangan kanan pada
jari tengah-tangan kiri yang ditempelkan dengan erat di dinding dada dicelah intercosta
(kecuali pemeriksa kidal tentu sebaliknya). Ilmu ini meniru para pembuat anggur yang bisa
memeriksa tong-tong anggur yang mereka perkusi dan memastikan dimana batas permukaan
cairan anggur mereka karena memberikan getaran suara yang jelas berbeda.
Pada praktek laboratorium dan bangsal, diminta berlatih baik sampai trampil dengan
cara yang benar. Penilaian suara yang ditimbulkan oleh perkusi:
a. Sonor adalahsuara perkusi jaringan paru yang normal.
b. Redup adalahsuara perkusi jaringan yang lebih padat/konsolidasi paru-paru seperti
pneumonia.
c. Pekak adalahsuara perkusi jaringan yang padat seperti pada ;
1) Adanya cairan di rongga pleura
2) Perkusi daerah jantung
3) Perkusi daerah hepar
d. Hipersonor/tympany adalah suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong seperti
: daerah Caverne-caverne paru, penderita asthma kronik terutama dengan bentuk dada
barrel-chest akan terdengar seperti ketukan benda-benda kosong, bergema. Perkusi
dilakukan dengan cara membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan thorax.

AUSKULTASI

Auskultasi paru adalah mendengarkan suara pada dinding thorax dengan menggunakn
stetoskop, caranya : pasien diminta bernafas cukup dalam dengan mulut terbuka dan letakan
stetoskop secara sistematik dari atas kebawah dengan membandingkan kiri-kanan.
Ada 3 suara yang di dengar pada pemeriksaan auskultasi :
a. Suara nafas
1) Vesicular, suara nafas vesicular terdengar di semua lapangan paru yang normal.
Barsifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
2) Broncho-vesicular, suara nafas broncho-vesicular terdengar di daerah percabangan
broncus dan trache. Jadi sekitar sternum dan region interscapular, nadanya sedang lebih
kasar di bandingkan vesicular, inspirasi sama panjang dengan ekspirasi.
3) Bronchial, suara nafas bronchial terdengar di daerah trachea (leher) dan supra sternal
notch. Bersifat kasar, nada tinggi/inspirasi lebih pendek di bandingkan dengan
ekspirasi.
b. Suara ucapan (= vocal resonans)
1) Suara normal, perlu mengenal atau membiasakan mendengar pada orang sehat.
Intensitas dan kualitas di kiri sama dengan kanan
2) Brochoponi, suara terdengar jelas ucapannya dan lebih keras dibandingkan daerah sisi
lain. Umumnya, ini akibat dari adanya proses pemadatan/konsolidasi paru.
3) Pectoriloquy, suara terdengar “jauh” dan tidak jelas (= ngereyem). Bisa terdapat pada
effusion atau atelaktasis.
4) Egophony, sura bergema seperti seorang yang hidungnya tersumbat(= bindeng) dan
terasa dekat. Suara semacam ini bisa didapat pada pemadatan paru yang disertai
caverne/berongga-rongga besar.
c. Suara tambahan
Pada pernfasan normal tidak didapati suara tambahan. Suara tambahan menun jukan ada
kelainan. Macam-macam suara tambahan :
1) Rales, bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat saluran-saluran halus pernfasan
mengembang pada inspirasi :
a) Rales halus, terdengar “meritik” halus pada akhir inspirasi jadi pendek saja.
b) Rales sedang, terdengar lebih kasar dan di tengah fase akhir inspirasi.
c) Rales kasar, terdengar lebih lama, yaitu pada seluruh fase inspirasi
2) Ronchi, ciri khas ronchi adalah pada rendah dan sangat kasar terdengar baik pada
inspirasi maupun ekspirasi. Ciri lain ronchi adalah akan hilang bila pasien disuruh
batuk. Ronchi terjadi akibat terkumpulnya cairan mucus dalam trachea atau bronchus-
bronchus besar (misalnya pada edema paru).
3) Wheezing, adalah bunyi musical terdengar “ngiii….ik” atau pendek ngiik. Yang bisa
didapat pada fase inspirasi dan atau ekspirasi, bahkan biasanya lebih jelas pada
ekspirasi. Wheezing terjadi karena adanya exsudat lengket tertiup aliran udara dan
bergetar nyaring.
Pleural Friction-Rub, suatu bunyi yang terdengar “kering” persis seperti suara gosokan
Amplas pada kayu. (catatan; Rales dan Ronchi terdengar “basah” karena seperti gemercik
cairan), pleural friction –rub terjadi karena peradangan pleura terdengar sepanjang fase
pernapasan (inspirasi sepenuhnya). Paling jelas suara ini terdengar di daerah posteri-lateral
bawah dinding thorax.
D. Tugas
Melaksanakan pemeriksaan paru secara mandiri
E. Cek list

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN FISIK PARU


DILAKUKAN
NO BOBOT
YA TIDAK

A FASE ORIENTASI
1 Mengucap salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 2
4 Menjelaskan prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan klien 2
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 5
2 Menjaga privacy pasien 5
3 Membuka dan meyiapkan peralatan 3
4 Membuka atau membebaskan area dada pasien 3
5 Melakukan inspeksi dada 10
6 Melakukan palpasi dada:
a. Untuk mengetahui ekspansi dada 10
b. Tactil fremitus 10
7 Melakukan Perkusi SIC I-V dada kanan dan kiri 10
Melakukan auskultasi pernapasan pasien (suara
trakheal, bronkeal, bronkovesikuler dan 10
8 vesikuler)
9 Memakaikan baju pasien dan merapikan pasien 3
10 Membereskan peralatan 3
11 Mencuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 3
D PENAMPILAN
1 Ketenangan selama melakukan tindakan 2
2 Menjaga keamanan pasien 2
3 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami 2
JUMLAH 100
F. Tes Formatif
1. Suara paru yang terdengar dengan intensitas dan kualitas kanan dan kiri
sama disebut………
a. Suara normal
b. Brochoponi
c. Pectoriloqu
d. Egophony
2. Suara tambahan paru yang terbentuk dari exudat lengket saat saluran saluran
halus pernafasan mengembang disebut……….
a. Rules
b. Ronchi
c. Whezing
d. Pleural Friction-Rub

G. Lembar Kerja
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………...
MATERI III

a
s PRAKTIKUM
Fisioterapi dada, Postural drainage dan
Inhalasi

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori tentang fisioterapi dada dan melakukan prosedur fisioterapi dada, postural drainage
dan Inhalasi dengan baik dan benar
B. Uraian Materi
1. Definisi fisioterapi dada, postural drainage dan inhalasi
2. Tujuan fisioterapi dada, postural drainage dan inhalasi
3. Jenis-jenis fisioterapi dada, postural drainage dan inhalasi
4. Indikasi dilakukan fisioterapi dada, postural drainage dan inhalasi
5. Kontraindikasi dilakukan fisioterapi dada, postural drainage dan inhalasi
C. Rangkuman

1. Definisi
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang disusun untuk meningkatkan
efisiensi pernapasan, meningkatkan pengembangan paru, kekuatan otot pernapasan, dan
mengeliminasi sekret yang berasal dari sistem pernapasan.
2. Jenis-Jenis Fisioterapi Dada
a. Perkusi (Clapping)
Perkusidisebut juga clapping adalah pukulan kuat, bukan berarti sekuat kuatnya, pada din
ding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.
b. Vibrasi (Vibrating)
Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan perawat yang diletakkan
datar pada dinding dada klien.

c. Postural Drainage
Postural drainage merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari
berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu
yang terbaik untuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan
sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainage harus lebih sering
dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya rnenjadi kehijauan dan kental atau
ketika klien menderita demam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage antara lain :
b. Batuk dua atau tiga kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi.
c. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
d. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum melakukan postural
drainage.
e. Lakukanlah latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lendir.

3. Indikasi
a. Pofilaksis (antibiotik) untuk mencegah penumpukan secret yaitu pada pasien :
1) Pasien yang memakai ventilasi
2) Pasien dengan tirah baring lama
3) Pasien dengan produksi sputum meningkat
4) Pasien dengan batuk yang tidak efektif

b. Mobilisasi sekret yang tertahan


1) Pasien dengan atelectasis ( pengkerutan paru-paru/collaps ) yang disebabkan oleh sekret
2) Pasien dengan absesparu ( penumpukan pus di paru )
3) Pasiendengan pneumonia
4) Pasien pre dan post operatif
5) Pasien neorologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
4. Kontraindikasi
a. Tenson pneumototraks (tekanan akibat adanya akumulasi udara)
b. Hemoptysis
c. Gangguan system kardivaskuler seperti hipertensi, infark miokard akud dan aritmia
d. Edema paru
e. Efusi pleura karena dapat meningkatkan tekanan intrakranial

Contoh postural drainage :

Sumber : Fundamental of Nursing Manual Book, 2019


Contoh 2 postural drainage :

Sumber : BBKPM, 2020

INHALASI

1. Definisi
Nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara pemberian obat melalui inhalasi/
pernafasan. Fungsinya sama dengan seperti dengan pemberian obat lainnya namun
mempunyai daya effectivitas lebih tinggi dibandingkan melalui mulut/ oral.
2. Tujuan
a. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas.
b. Menghilangkan sesak karena selaput lendir saluran nafas bagian atas sehingga
lendir menjadi encer dan mudah keluar.
c. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
d. Melegakan pernafasan.
e. Mengurangi pembekakan selaput lender.
f. Mencegah pengeringan selaput lender.
g. Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk.
h. Menghilangkan gatal pada kerongkongan.
3. Indikasi Terapi Nebulizer
Untuk memberikan medikasi secara langsung pada saluran napas untuk
mengobati, berikut ini:
a. Bronchospasme akut
b. Produksi mukus yang berlebihan
c. Batuk dan sesak napas
d. Epiglotitis

D. Tugas
Mahasiswa mempraktikkan fisoterapi dada secara mandiri
E. Cek list
FORMAT INSTRUMEN FISIOTERAPI DADA

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 2
2. Menjaga privacy pasien 2
3. Melakukan pemeriksaan auskultasi untuk memastikan 5
letak sputum
4. Meminta pasien untuk minum air putih hangat 2
5. Memasang perlak pengalas sesuai dengan posisi pasien 2
6. Melakukan penepukan/clapping sesuai dengan area
10
penumpukan sputum
7. Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan 2-3 hitungan,
5
kedua tangan perawat dipunggung pasien
8. Meminta pasien melakukan ekspirasi, pada saat yang
10
bersamaan tangan perawat melakukan vibrasi
9. Menganjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif 5
10. Menampung sputum pasien pada sputum pot yang telah 5
disediakan
11. Membersihkan sputum di area sekitar mulut pasien 5
12. Meminta pasien minum air hangat 5
13 Memberikan postural drainage sesuai dengan letak sputum 5
14. Melakukan auskultasi kembali pada area penumpukan 5
sputum
15. Mencuci tangan 2
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100
F. Tes Formatif
1. Getaran kuat secara serial yang dihasilkan perawat yang diletakkan datar pada
dinding dada klien disebut…………
a. Vibrasi
b. Postural Drainage
c. Fisoterapi dada
d. Clapping
2. Pukulan kuat, bukan berarti sekuat kuatnya, pada dinding dada dan punggung
dengan tangan dibentuk seperti mangkuk disebut……….
a. Vibrasi
b. Postural Drainage
c. Fisoterapi dada
d. Clapping
G. Lembar Kerja
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………...

FORMAT INSTRUMEN PEMBERIAN INHALASI NEBULIZER

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 2
2. Menjaga privasi 3
3. Mengatur posisi pasien (duduk/semifowler) 3
4. Mendekatkan alat 2
5. Mengisi set nebulizer dengan NaCl sesuai takaran 10
6. Memastikan alat berfungsi dengan baik 10
7. Memasukan obat sesuai dengan dosis 10
8. Memasang masker pada pasien 10
9. Menghidupkan mesin nebulizer 6
10. Meminta klien untuk nafas dalam dan menghirup uap 6
sampai habis
11. Membersihkan mulut dan hidung dengan tissue 6
12. Mencuci tangan 2
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

B. Tes Formatif

1. Suatu cara pemberian obat melalui inhalasi/pernafasan dsebut


a. Fisioterapi dada
b. Batuk efektif
c. Nebulizer
d. WSD

2. Tujuan dari nebulizer adalah sebagai berikut, kecuali…………


a. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas.
b. Menghilangkan sesak karena selaput lendir saluran nafas bagian atas
sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar.
c. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
d. Mengeluarkan cairan yang menumpuk di pleura

C. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
MATERI IV

a
s PRAKTIKUM
PERAWATAN TRAKEOSTOMI

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori tentang perawatan trakeostomi dan melakukan prosedur perawatan trakeostomi
dengan baik dan benar
B. Uraian Materi
1. Definisi trakeostomi
2. Indikasi trakeostomi
C. Rangkuman

1. Definisi
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas
bagian atas.

2. Indikasi trakeostomi
a. Edema trakea karena trauma atau respon alergi
b. Obstruksi laring STD III & IV
c. Ventilasi mekanik
d. Ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas
e. Luka bakar jalan napas
f. Perdarahan jalan napas atas
g. Fraktur laring, mandibula, maksilaris
h. Cedera kepala berat
i. Trauma tembus cranium & thorak
j. Persiapan operasi tractus respiratorius bagian atas
k. Orotracheal intubasi susah pada waktu Anasthesi umum

D. Tugas
Mahasiswa melakukan praktik perawatan trakeostomi secara mandiri
E. Cek list
FORMAT PENILAIAN PERAWATAN TRAKEOSTOMI

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 3
2. Mengatur posisi yang nyaman (terlentang/semi fowler) 3
3. Meletakkan pengalas di bawah dagu pasien 3
4. Mengempiskan cuff tracheostomi 3
5. Memakai sarung tangan 2
6. Melepaskan/mengangkat balutan trakeostomi yang kotor 5
7. Lakukan penghisapan lendir pada trakeostomi 5
8. Buka balutan trakeostomi steril (antara stoma dengan kanul) 5
9. Bersihkan daerah sekitar stoma dengan NaCl 10
10. Keringkan daerah sekitar stoma 5
11. Beri salep antibiotik pada sekeliling kanul 5
12. Tutup dengan kassa steril diantara stoma dengan sayap 5
kanul
13. Ganti pita kanul (pegang kanul pada waktu mengganti pita 5
kanul)
14. Isi kembali cuff dengan udara secukupnya (5-6 cc) & ukur 5
tekanannya (lihat & pegang cuff untuk memastikan jika cuff
sudah terisi)
15. Pasang kassa yang dibasahi air steril pada lubang kanul. 3
16. Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

F. Tes Formatif
1. Suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas disebut
a. Trakeostomi
b. Endoskopi
c. Laparotomi
d. Appendiktomi
2. Prinsip yang digunakan dalam melakukan perawatan trakeostomi adalah……..
a. Prinsip bersih
b. Prinsip steril
c. Prinsip terbuka
d. Prinsip tertutup
G. Lembar Kerja
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………...
MATERI V

a
s PRAKTIKUM
SPIROMETRI

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu melakukan prosedur
melakukan pemeriksaan spirometri dengan baik dan benar
B. Uraian Materi
1. Definisi
2. Tujuan
3. Indikasi pemeriksaan spirometri
C. Rangkuman
1. Definisi
Spirometri merupakan alat untuk mengukur ventilasi yaitu mengukur volume statik dan
volume dinamik paru. Selain itu, tes ini dilakukan untuk menilai fungsi paru.
Pemeriksaan ini menilai jumlah udara yang dapat dihirup dan dihembus paru dalam
satuan mililiter, serta arus udara paru dalam satuan mililiter per detik. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara menghirup dan menghembus
2. Indikasi Pemeriksaan Spirometri
Spirometri diindikasikan oleh dokter ketika masalah pernapasan terjadi pada pasien atau
jika diduga ada patologi tertentu, seperti penyakit bronkopulmoner. Tes ini juga
digunakan untuk memantau penyakit paru-paru, atau penyakit pernapasan pada
umumnya, yang telah didiagnosis untuk mengetahui apakah semuanya masih normal atau
perlu dimulai pengobatan atau terapi baru untuk menggantikan yang sekarang.
3. Parameter Keberhasilan tes
Untuk mendapatkan parameter yang valid, pengujian harus diulang sampai diperoleh tiga
pengujian yang sesuai, yaitu tidak berbeda lebih dari 200 ml atau 5%. Parameternya,
bervariasi menurut jenis kelamin, usia, berat dan tinggi badan, berbeda. Diantaranya,
misalnya VC atau TV adalah ukuran volume tidal, yaitu volume udara yang dihirup dan
dihembuskan dalam satu kali gerakan pernapasan dalam kondisi istirahat. Nilai biasanya
rata-rata antara 0.4 dan 1 l.
4. Klasifikasi gangguan respirasi(% nilai prediksi )1.Gangguan restriksi:Vital Capacity (VC)
< 80%nilai prediksi; FVC <80% nilai prediksi2.Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai
prediksi; FEV1/FVC < 75%nilai prediksi3.Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC <
80% nilai prediksi;FEV1/FVC < 75% nilai prediksi.
D. Tugas
Mahasiswa melakukan pemeriksaan spirometri secara berpasangan.
E. Cek list

FORMAT INSTRUMEN PENGUKURAN SPIROMETRI

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 2
2. Menjaga privasi 3
3. Mengatur posisi pasien (duduk/semifowler) 3
4. Mendekatkan alat 2
5. Memastikan alat berfungsi dengan baik 10
.6. Tekan tombol start jika pemeriksaan sudah siap 10
8. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul 10
perintah dari alat untuk ekspirasi maksimal (tidak
terputus). Bila dilakukan denganbenar maka akan
keluar data dan kurva pada layar monitor spirometri
9. Kemudian ulangi pengukuran dengan melanjutkan 6
inspirasi dalamdan ekspirasi maksima
10. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data 6
dan kurvakemudian dilanjutkan dengan mencetak hasil
rekaman (tekan tombolprint pada alat spirometri)
11. Membersihkan mulut dan hidung dengan tissue 6
12. Mencuci tangan 2
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100
MATERI VI

a
s PRAKTIKUM
PENGUKURAN JVP

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori dasar tentang pemeriksaan Jugular Vena Pressure (JVP) dan melakukan prosedur
pemeriksaan Jugular Vena Pressure (JVP) dengan baik dan benar
B. Uraian Materi

1. Definisi
2. Letak pengukuran JVP

C. Rangkuman
Jugular venous pressure (JVP) atau tekanan vena jugularis adalah tekanan sistem vena yang
dapat diamati secara tidak langsung. Pengukuran tekanan vena jugularis merupakan tindakan
mengukur besarnya jarak pertemuan dua sudut antara pulsasi vena jugularis dan sudut
sternum tepatnya di Angle of Louis yang berguna untuk mengetahui tentang fungsi
jantung klien. Pengukuran system sirkulasi vena sendiri dapat dilakukan dengan
metode non- invasif dengan menggunakan vena jugularis
(externa dexter) sebagai pengganti sphygmomanometer dengan
titik nol (zero point) di tengah atrium kanan. Titik ini kira- kira berada pada perpotongan
antara garis tegak lurus dari angulus Ludovici ke bidang yang dibentuk kedua linea
midaxillaris. Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal dengan posisi tegak. Ia baru
terlihat pada posisi berbaring di sepanjang permukaan musculus sternocleidomastoideus.
VP yang meningkat adalah tanda klasik hipertensi vena (seperti gagal jantung kanan).
Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai distensi vena jugularis, yaitu JVP
tampak hingga setinggi leher, jauh lebih tinggi daripada normal.
Pada orang sehat, JVP maksimum 3-4cm di atas sudut sternum. Distensi vena jugularis
disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan pengisian pada sisi kanan jantung. Distensi
>2 cm pada klien dalam posisi duduk, dapat mengindikasikan kelebihan volume cairan.
Naiknya JVP yang diikuti dengan suara jantung ketiga, merupakan tanda yang spesifik dari
gagal jantung (De Laune, 2012).

D. Tugas
Mahasiswa melakukan pengukuran JVP secara mandiri
E. Cek list
INSTRUMEN PENILAIAN : PENGUKURAN JVP
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan langkah prosedur 2
5. Menanyakan persetujuan & kesiapan klien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Mengatur posisi tidur yang nyaman semifowler (kepala 5
menengok ke kiri)
3. Membuka pakaian klien 5
4. Menentukan titik meniskus 10
Mencari nadi terkuat di jugularis ( Tandai)
5. Menentukan ICS ke 2 ( Tandai) 10
6. Menempatkan 2 penggaris secara tegak lurus 10
7. Membaca hasil pengukuran 5
8. Rapikan klien 5
9. Rapikan alat 5
10. Cuci tangan
11. Dokumentasi 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakuka evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan (tidak panik) 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian melakukan tindakan 3
4. Keamanan klien & perawat selama tindakan 2
Total 100

F. Tes Formatif

1. Nilai normal JVP adalah………..


a. < 1 cm
b. < 0,9 cm
c. < 9 cm
d. < 90 cm
2. Pengukuran tekanan vena jugularis dilakukan dengan mengukur jarak antara pulsasi
jugularis dengan…………..
a. Angulus Ludovici
b. Vena jugularis
c. Arteri jugularis
d. Angle of Louis

G. Lembar Kerja
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
MATERI VII

a
s PRAKTIKUM
Perawatan Water Seal Drainage (WSD)

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori tentang perawatan Water Seal Drainage (WSD) dan melakukan prosedur perawatan
Water Seal Drainage (WSD) dengan baik dan benar
B. Uraian Materi
1. Definisi
2. Indikasi
3. Lokasi Pemasangan WSD
4. Pengkajian pada pasien yang terpasang WSD
5. Cara Mengganti Botol WSD
6. Pencabutan selang WSD
C. Rangkuman

1. Definisi
Merupakan selang drainage intra pleural yang diinsersi untuk mengeluarkan udara dan
cairan dari ruang pleura, mencegah udara atau cairan supaya tidak masuk ruang pleura, dan
membentuk kembali tekanan yang normal pada intrapleura dan intrapulmonal

2. Indikasi
a. Setelah pembedahan dada dan trauma dada
b. Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
c. Efusi pleura
d. The preventive of cardiac tamponade after open heart surgery
e. Pneumothoraks (spontan, iatrogenic / therapeutic traumatic)
f. Hemothoraks
g. Hemopneumothoraks
h. Chylothoraks
i. Empyema

3. Lokasi Pemasangan WSD


a. Untuk mengeluarkan udara ruangan intercostal ke-2 atau ke-3, pada bagian anterior,
daerah apex paru, mid clavicula atau mid axillary line. Note : ingat 3A (anterior, apex,
air)
b. Untuk mengeluarkan cairan : ruang intercostal ke-5 atau ke-6, pada bagian posterior,
daerah basal paru, mid clavicula atau mid axillary line Note : ingat 3B (back, basal,
blood)

4. Pengkajian pada pasien yang terpasang WSD


a. Kaji tipe WSD yang digunakan, lokasi luka WSD, keadaan balutan luka, kondisi luka,
daerah sekitar luka, apakah ada tanda-tanda infeksi, serta kondisi selang WSD
(kebersihan, ada/tidak bekuan darah, tergulung/ tidak )
b. Kaji skala nyeri klien terutama saat inspirasi
c. Kaji status pernapasan klien (mis : RR dan kedalaman pernapasan, suara nafas,
kesimetrisan pengembangan dinding dada) serta denyut nadi
d. Kaji adanya undulasi serta karakteristik cairan drainase (jenis, jumlah, warna)
e. Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap tujuan perawatan luka
f. Review status medis klien terhadap perawatan luka

5. Cara Mengganti Botol WSD


a. Siapkan set yang baru
b. Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan
c. Selang WSD di klem dulu
d. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
e. Amati undulasi dalam slang WSD

6. Pencabutan selang WSD


Indikasi pengangkatan WSD adalah bila :
a. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :
· Tidak ada undulasi
· Cairan yang keluar tidak ada
· Tidak ada gelembung udara yang keluar
· Kesulitan bernafas tidak ada
· Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara
· Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara
b. Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada slang
D. Tugas
Mahasiswa mempraktikkan secara mandiri
FORMAT PENILAIAN PERAWATAN WSD
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Cuci tangan 2
2. Jaga privasi 2
3. Memposisikan klien semi fowler 3
4. Letakkan pengalas dibawah punggung 2
5. Memakai sarung tangan 2
6. Periksa balutan luka pada insersi selang dada terhadap 4
adanya rembesan cairan, bunyi berdesis
7. Periksa selang dada terhadap kemungkinan selang 4
tertekuk/terpelintir. Cek produk drainase (warna,jumlah
dll)
8. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam 5x 4
9. Lakukan klem sebelum melakukan perawatan balutan 5
pada WSD
10. Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril 3
11. Lepas balutan luka pada insersi selang dada, cek ulang 5
adanya suara berdesis
12. Bersihkan denganNaCl dibagian insersi dan selang 5
sepanjang 8 – 10 cm
13. Keringkan dengan kasa kering 5
14. Berikan salep pada daerah insersi 4
15. Tutup dengan kasa steril, hati- hati dengan benang jahitan 5
jangan sampai tertarik simpulnya.
16. Lakukan fiksasi selang dada dengan baik dan benar 5
17. Ganti botol WSD dan cairan desinfektan jika diperlukan 3
18. Buka klem selang dada 5
19. Lepas sarung tangan 2
20. Cuci tangan 2
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

E. Tes Formatif
1. Indikasi dilakukan pemasangan WSD adalah sebagai berikut, kecuali……
a. Hematothorak
b. Emphiema
c. Pneumotorak
d. Edema Pulmo
2. Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan WSD adalah, kecuali…….
a. Keadaan balutan luka
b. Lokasi WSD
c. Tanda-tanda infeksi
d. Status neurologi

F. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
MATERI IX

a
s PRAKTIKUM
PEMASANGAN EKG

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori tentang EKG dan mempraktekkan cara melakukan pemasangan EKG dengan tepat
B. Uraian Materi

1. Pengertian EKG
2. Cara Pemasangan EKG
3. Interpretasi EKG

C. Rangkuman

1. Pengertian
EKG (Elektrokardiogram) adalah rekaman potensial listrik (tegangan) yang timbul
sebagai akibat aktivitas jantung, yang dapat direkam adalah aktivitas listrik yang timbul
pada waktu otot-otot jantung berkontraksi. Pemasangan EKG dianjurkan untuk pasien
trauma atau memiliki riwayat gangguan/ kelainan jantung. Tujuan pemasangan EKG
adalah untuk mengetahui keadaan irama jantung.
2. Cara Pemasangan EKG
Pemasangan EKG pada tubuh menggunakan 10 buah elektroda, yaitu 4 buah elektroda
pada ektremitas (tangan dan kaki) dan 6 buah elektroda prekordial (permukaan dada).
Tempat pemasangan 4 buah elektroda pada tangan dan kaki.
Elektroda-elektroda masing-masing dilekatkan pada :
Lengan kanan (LKa).
Lengan kiri (LKi).
Tungkai kanan (TKa).
Tungkai kiri (TKi)

Gambar 1. Pemasangan Elektroda Ekstremitas


Tempat pemasangan 6 buah elektroda pada permukaan dada.
Eletroda-elektroda prekordial diberi nama V1 sampai V6, masing-masing dipasang pada
dinding dada.
V1 = Sela iga ke-4 garis pada sternal kanan.
V2 = Sela iga ke-4 garis pada sternal kiri.
V3 = Antara V2 dan V4. (pasang V4 dulu).
V4 = Sela iga ke-5 garis klavikula tengah kiri.
V5 = Sejajar dengan V4 pada garis aksila tengah kiri.
V6 = Sejajar dengan V4 pada garis skapula kiri

Gambar 2. Pemasangan Elektroda Prekordial

3. Interpretasi
Untuk membaca/ interpretasi sebuah EKG, paling sedikit kita harus mempunyai data-
data tentang hal-hal di bawah ini :
a. Umur penderita : karena bentuk EKG normal pada bayi dan anak-anak sangat
berbeda dengan EKG normal orang dewasa.
b. Tinggi, berat dan bentuk badan : orang yang gemuk mempunyai dinding dada yang
tebal, sehingga amplitudo semua komplek EKG lebih kecil, sebab voltase
berbanding berbalik dengan kuadrat jarak elektroda dengan sel otot jantung.
c. Tekanan darah dan keadaan umum penderita : Hal ini penting apakah peningkatan
voltase pada komplek ventrikel kiri ada hubungannya dengan kemungkinan
hipertofi dan dilatasi ventrikel kiri.
d. Penyakit paru pada penderita : posisi jantung dan voltase dari komplek-komplek
EKG dapat dipengaruhi oleh adanya empisema pulmonum yang berat, pleural
effusion dan lain-lain.
D. Tugas
Mahasiswa mampu menentukan titik lokasi pemasangan sadapan-sadapan EKG
E. Cek list
INSTRUMEN PENILAIAN PEMASANGAN EKG

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Cuci tangan dan memakai sarung tangan 2
2. Memberikan privasi dan minta klien untuk melepaskan 2
pakaian dan perhiasan yang dipakai terutama di bagian
dada, pergelangan tangan dan mata kaki
3. Memposisikan klien supine/ semi fowler jika pasien ada 2
gangguan respirasi
4. Instruksikan pada klien untuk tetap berbaring, tidak bergerak, 2
batuk, atau berbicara saat dilakukan pencatatan EKG untuk
mencegah terjadinya artifact
5. Memberikan jelly pada permukaan elektroda 2
6. Memasang elektroda pada tubuh klien
a. Kabel RA (right arm, merah) dihubungkan dengan 5
elektroda di pergelengan lengan kanan
b. Kabel LA (left arm, kuning) dihubungkan 5
dengan elektroda di pergelengan lengan kiri
c. Kabel LL (left leg, hijau) dihubungkan dengan elektroda di 5
pergelengan kaki kiri
d. Kabel RL (right leg, hitam) dihubungkan dengan 5
elektroda di pergelengan kaki kanan
e. V1, di ruang intercostal 4, tepi kanan sternum 5
f. V2, di ruang intercostal 4, tepi kiri sternum 5
g. V4, (jangan khawatir, bukan kesalahan, tempatkan 5
elektroda keempat sebelum ketiga) ruang intercostals
kelima di garis midclavicula kiri
h. V3, di pertengahan antara elektroda ke dua dan keempat 5
i. V5, di perpotongan antara linea axillaris anterior kiri 5
dengan intercostalis lima kiri
j. V6, diperpotongan linea axillaris media kiri dengan 5
intercostalis media kiri
7. Hidupkan power mesin EKG dan tekan tombol on, dan 2
tunggu mesin mencetak hasil rekaman
8. Matikan mesin EKG dengan menekan tombol power 2
9. Lepaskan elektroda dan bersihkan kulit jelly dari yang tersisa 2
Bantu klien merapikan baju
10. Dokumentasikan (nama klien, usia, waktu pelaksanaan, 2
hasil interpretasi di kertas EKG)
11. Melepas sarung tangan dan cuci tangan 2
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

F. Tes Formatif

1. Sadapan yang berada di sela iga ke 4 garis pada sternal kiri adalah………
a. V1
b. V2
c. V3
d. V4
2. Sadapan yang sejajar dengan V4 pada garis aksila tengah kiri adalah………..
a. V3
b. V4
c. V5
d. V6

G. Lembar Kerja
…………………………………………………………………………………………………
MATERI IX
a PRAKTIKUM
s INTERPRETASI EKG

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori dasar tentang intepretasi EKG dan dapat membaca hasil rekaman EKG dengan baik dan
benar
B. Uraian Materi

1. Penjelasan cara melakukan interpretasi EKG


2. Hasil interpretasi EKG

C. Rangkuman
Electrocardiogram (ECG atau EKG) merupakan alat diagnose yang digunakan untuk
mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung yang sangat detail. Mervin J Goldman (2010)
mendefinisikan elektrokardiogram (ECG) adalah grafik yang merekam potensial listrik yang
dihasilkan denyutan jantung. EKG diperoleh dengan menempatkan elektrode pada posisi
tertentu (sesuai standar) pada dada dan ekstremitas.

Mesin EKG merekam aktivitas jantung dari beberapa “sudut pandang” yang disebut dengan
“lead”. Untuk mendukung interpretasi EKG, diperlukan pencatatan data umur pasien, jenis
kelamin, tekanan darah (TD), BB, TB, gejala dan obat-obatan (khususnya digitalis dan
antiaritmia).
 Dalam mesin EKG yang banyak digunakan di Indonesia, terdapat 12 lead: I, II, III, aVR,
aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6. Artinya jantung dilihat dari 12 sudut pandang.
 Lead I, II, III adalah lead bipolar. Maksudnya, ia terdiri dari dua elektroda yang memiliki
potensi muatan yang berbeda (positif dan negatif).
 Lead aVR, aVL, aVF adalah lead unipolar, yang terdiri dari satu elektroda positif dan satu
titik referensi (yang bermuatan nol) yang terletak di pusat medan jantung
 Lead V1-V6 adalah lead unipolar, terdiri dari sebuah elektroda positif dan sebuah titik
referensi yang terletak di pusat listrik jantung

Pengenalan Gelombang

1. Gelombang P, adalah defleksi pertama siklus jantung yang menunjukkan aktivasi atrium
(menggambarkan depolarisasi atrium). Gelombang P dari sinus normal durasinya 0,8-0,12
detik dan amplitudonya kurang dari 2,5 mV.
2. Gelombang Q, merupakan defleksi negatif pertama setelah gelombang P, normalnya berdurasi
< 0,04 detik, dan amplitudonya kurang dari 25% gelombang R.
3. Segmen PR, segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang P dan
gelombang QRS (diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang Q
atau R dan menggambarkan waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan
perlambatan impuls di nodus AV sebelum depolarisasi ventrikel). Interval normalnya bernilai
0,12-0,22 detik.
4. Gelombang kompleks QRS, ialah suatu kompleks gelombang yang merupakan hasil dari
depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Bagian-bagian gelombang QRS antara lain :
a. Gelombang Q yaitu defleksi negatif pertama
b. Gelombang R yaitu defleksi positif pertama. Defeleksi berikutnya disebut gelombang R’,
R”; dst.
c. Gelombang S yaitu defleksi negatif pertama setelah R. Gelombang S berikutnya disebut
S’, S”, dst. Komplek QRS mempunyai durasi 0,06-0,10 detik (<0,12).
5. Segmen ST, segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan kompleks QRS
dan gelombang T.
6. Gelombang T, merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Pada orang
dewasa, gelombang T tegak di semua sadapan kecuali di aVR dan V1. Durasi normalnya 0,12
– 0,18 detik, dan amplitudonya kurang dari 10 mV di chest lead dan kurang dari 5 mV di limb
lead.
7. Gelombang U, adalah gelombang kecil yang mengikuti gelombang T yang asalnya tidak
jelas.
8. Interval QT, menggambarkan waktu total repolarisasi dan depolarisasi ventrikel. Durasi
normalnya 0,3-0,4 detik
Pembacaan dasar (Interpretasi Dasar) terdiri atas :
1. Rate
Frekuensi jantung normal adalah 60-100 x/menit.
a. Bila lebih dari 100 x/menit : (sinus) takikardi
b. Kurang dari 60 x/menit : (sinus) bradikardi
c. Antara 140 – 250 x/menit : abnormal takikardi
d. Antara 250 – 350 x/menit : flutter
e. Lebih besar dari 350 x/menit : fibrilasi
f. Frekuensi jantung dapat dihitung dengan ; 300 dibagi jarak puncak gelombang R ke R
berikutnya. Contohnya, bila jarak R-R adalah 4 kotak sedang, berarti 300/4 = 75 x/menit.
g. Atau dengan cara menghitung interval R-R dalam 30 kotak besar (30 kotak besar = 6
detik), kemudian hasilnya dikalikan 10.
2. Irama
Irama jantung yang normal ialah irama yang ditentukan oleh SA node atau disebut irama
sinus (= reguler sinus rhytm = normal sinus rhytm), dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Frekuensi antara 60-100 x/menit
b. Teratur
c. Gelombang P negatif di aVR dan positif di lead II
d. Tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS-T
Penyimpangan ciri-ciri di atas disebut aritmia (arrhythmia).
Secara garis besar, aritmia dapat disebabkan oleh :
a. Gangguan pembentukan impuls yang meliputi :
1) Ekstrasistole (premature contraction)
2) Abnormal takikardi
3) Flutter
4) Fibrillasi
5) Escaped beat
6) Arrest
7) Wandering pace-maker
b. Gangguan penghantaran impuls, yang meliputi :
1) Blok, yaitu : SA blok, AV blok, dan Intra ventrikular blok/ BBB
2) Accelerated conduction, misalnya sindroma WPW (Wolf Parkinson White)
3. Posisi
Untuk menentukan posisi, silakan sudara lihat pada lead aVL dan aVF, kemudian cocokkan
dengan tabel di bawah ini.
aVL aVF Posisi
+ + Intermediate
0 + Semi vertikal
+ 0 Semi horisontal
+ - Horisontal
- + Vertikal

aVL aVF Posisi Lihat Lead Axis


(derajat)
+ + Intermediet sama tinggi 30
lebih tinggi aVF 40
lebih tinggi aVL 20
- + Vertikal Lead I = 0 90
Lead I = + 80
Lead I = - 100
+ - Horizontal Lead II = 0 -30
Lead II = + -20
Lead II = - -40
0 + Semi vertikal 60
+ 0 Semi 0
horisontal

4. Axis
Aksis listrik jantung adalah sudut yang dibentuk oleh vector listrik.
5. Zona Transisi
Zona transisi normalnya ada di V3-V4, yaitu pergeseran gambaran gelombang/kompleks QRS
dari negatif ke positif.
6. Interval PR dan QT
dapat dilihat pada kertas grafik EKG dan dicocokkan dengan nilai normalnya.
D. Tugas
Membaca interpretasi hasil EKG

E. Cek list
INSTRUMEN PENILAIAN INTEPRETASI EKG
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Penilaian irama (Sinus,bukan sinus) 5
2. Frekuensi (berapa kali/menit) 5
3. Axsis QRS 5
4. Penilaian gel P (normal, P mitral, P Pulmonal) (umumnya gel 8
P paling jelas di lihat di lead II dan VI )
5. Satu gel P diikuti satu QRS 8
6. Interval PR tetap (antara 0,12” – 0,20”) 8
7. Penilaian gel QRS (normal, tidk normal) 8
8. Penilaian segmen ST (normal, ST depresi, ST elevasi) 8
9. Penilaian gel T (normal/ tidak normal) 5
10. Penilaian gel QRS (normal, tidak normal) 8
11. Menarik kesimpulan EKG normal, EKG tidak normal 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 2
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

F. Tes Formatif

1. Berapakah normal gelombang P?


a. < 2,5 mm
b. < 1 mm
c. < 0,5 mm
d. < 2 mm

2. Normal Segmen PR adalah………


a. 0,12-0,22 detik
b. 0,04-0,06 detik
c. 0,02-0,06 detik
d. 0,04-0,12 detik

G. Lembar Kerja
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
MATERI X

a
s PRAKTIKUM
INTERPRETASI EKG

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori dasar tentang intepretasi EKG dan dapat membaca hasil rekaman EKG dengan baik dan
benar
B. Uraian Materi

1. Penjelasan cara melakukan interpretasi EKG


2. Hasil interpretasi EKG

C. Rangkuman
Electrocardiogram (ECG atau EKG) merupakan alat diagnose yang digunakan untuk
mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung yang sangat detail. Mervin J Goldman (2010)
mendefinisikan elektrokardiogram (ECG) adalah grafik yang merekam potensial listrik yang
dihasilkan denyutan jantung. EKG diperoleh dengan menempatkan elektrode pada posisi tertentu
(sesuai standar) pada dada dan ekstremitas.

Mesin EKG merekam aktivitas jantung dari beberapa “sudut pandang” yang disebut dengan
“lead”. Untuk mendukung interpretasi EKG, diperlukan pencatatan data umur pasien, jenis
kelamin, tekanan darah (TD), BB, TB, gejala dan obat-obatan (khususnya digitalis dan
antiaritmia).
 Dalam mesin EKG yang banyak digunakan di Indonesia, terdapat 12 lead: I, II, III, aVR,
aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6. Artinya jantung dilihat dari 12 sudut pandang.
 Lead I, II, III adalah lead bipolar. Maksudnya, ia terdiri dari dua elektroda yang memiliki
potensi muatan yang berbeda (positif dan negatif).
 Lead aVR, aVL, aVF adalah lead unipolar, yang terdiri dari satu elektroda positif dan satu
titik referensi (yang bermuatan nol) yang terletak di pusat medan jantung
 Lead V1-V6 adalah lead unipolar, terdiri dari sebuah elektroda positif dan sebuah titik
referensi yang terletak di pusat listrik jantung

Pengenalan Gelombang

9. Gelombang P, adalah defleksi pertama siklus jantung yang menunjukkan aktivasi atrium
(menggambarkan depolarisasi atrium). Gelombang P dari sinus normal durasinya 0,8-0,12
detik dan amplitudonya kurang dari 2,5 mV.
10.Gelombang Q, merupakan defleksi negatif pertama setelah gelombang P, normalnya berdurasi
< 0,04 detik, dan amplitudonya kurang dari 25% gelombang R.
11.Segmen PR, segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang P dan
gelombang QRS (diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang Q
atau R dan menggambarkan waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan
perlambatan impuls di nodus AV sebelum depolarisasi ventrikel). Interval normalnya bernilai
0,12-0,22 detik.
12.Gelombang kompleks QRS, ialah suatu kompleks gelombang yang merupakan hasil dari
depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Bagian-bagian gelombang QRS antara lain :
d. Gelombang Q yaitu defleksi negatif pertama
e. Gelombang R yaitu defleksi positif pertama. Defeleksi berikutnya disebut gelombang R’,
R”; dst.
f. Gelombang S yaitu defleksi negatif pertama setelah R. Gelombang S berikutnya disebut
S’, S”, dst. Komplek QRS mempunyai durasi 0,06-0,10 detik (<0,12).
13.Segmen ST, segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan kompleks QRS
dan gelombang T.
14.Gelombang T, merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Pada orang
dewasa, gelombang T tegak di semua sadapan kecuali di aVR dan V1. Durasi normalnya 0,12
– 0,18 detik, dan amplitudonya kurang dari 10 mV di chest lead dan kurang dari 5 mV di limb
lead.
15.Gelombang U, adalah gelombang kecil yang mengikuti gelombang T yang asalnya tidak
jelas.
16.Interval QT, menggambarkan waktu total repolarisasi dan depolarisasi ventrikel. Durasi
normalnya 0,3-0,4 detik
Pembacaan dasar (Interpretasi Dasar) terdiri atas :
7. Rate
Frekuensi jantung normal adalah 60-100 x/menit.
h. Bila lebih dari 100 x/menit : (sinus) takikardi
i. Kurang dari 60 x/menit : (sinus) bradikardi
j. Antara 140 – 250 x/menit : abnormal takikardi
k. Antara 250 – 350 x/menit : flutter
l. Lebih besar dari 350 x/menit : fibrilasi
m. Frekuensi jantung dapat dihitung dengan ; 300 dibagi jarak puncak gelombang R ke R
berikutnya. Contohnya, bila jarak R-R adalah 4 kotak sedang, berarti 300/4 = 75 x/menit.
n. Atau dengan cara menghitung interval R-R dalam 30 kotak besar (30 kotak besar = 6
detik), kemudian hasilnya dikalikan 10.
8. Irama
Irama jantung yang normal ialah irama yang ditentukan oleh SA node atau disebut irama
sinus (= reguler sinus rhytm = normal sinus rhytm), dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
e. Frekuensi antara 60-100 x/menit
f. Teratur
g. Gelombang P negatif di aVR dan positif di lead II
h. Tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS-T
Penyimpangan ciri-ciri di atas disebut aritmia (arrhythmia).
Secara garis besar, aritmia dapat disebabkan oleh :
c. Gangguan pembentukan impuls yang meliputi :
8) Ekstrasistole (premature contraction)
9) Abnormal takikardi
10) Flutter
11) Fibrillasi
12) Escaped beat
13) Arrest
14) Wandering pace-maker
d. Gangguan penghantaran impuls, yang meliputi :
3) Blok, yaitu : SA blok, AV blok, dan Intra ventrikular blok/ BBB
4) Accelerated conduction, misalnya sindroma WPW (Wolf Parkinson White)
9. Posisi
Untuk menentukan posisi, silakan sudara lihat pada lead aVL dan aVF, kemudian cocokkan
dengan tabel di bawah ini.
aVL aVF Posisi
+ + Intermediate
0 + Semi vertikal
+ 0 Semi horisontal
+ - Horisontal
- + Vertikal

aVL aVF Posisi Lihat Lead Axis


(derajat)
+ + Intermediet sama tinggi 30
lebih tinggi aVF 40
lebih tinggi aVL 20
- + Vertikal Lead I = 0 90
Lead I = + 80
Lead I = - 100
+ - Horizontal Lead II = 0 -30
Lead II = + -20
Lead II = - -40
0 + Semi vertikal 60
+ 0 Semi 0
horisontal

10.Axis
Aksis listrik jantung adalah sudut yang dibentuk oleh vector listrik.
11.Zona Transisi
Zona transisi normalnya ada di V3-V4, yaitu pergeseran gambaran gelombang/kompleks QRS
dari negatif ke positif.
12.Interval PR dan QT
dapat dilihat pada kertas grafik EKG dan dicocokkan dengan nilai normalnya.
D. Tugas
Membaca interpretasi hasil EKG

E. Cek list
INSTRUMEN PENILAIAN INTEPRETASI EKG
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Penilaian irama (Sinus,bukan sinus) 5
2. Frekuensi (berapa kali/menit) 5
3. Axsis QRS 5
4. Penilaian gel P (normal, P mitral, P Pulmonal) (umumnya gel 8
P paling jelas di lihat di lead II dan VI )
5. Satu gel P diikuti satu QRS 8
6. Interval PR tetap (antara 0,12” – 0,20”) 8
7. Penilaian gel QRS (normal, tidk normal) 8
8. Penilaian segmen ST (normal, ST depresi, ST elevasi) 8
9. Penilaian gel T (normal/ tidak normal) 5
10. Penilaian gel QRS (normal, tidak normal) 8
11. Menarik kesimpulan EKG normal, EKG tidak normal 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 2
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

F. Tes Formatif

1. Berapakah normal gelombang P?


e. < 2,5 mm
f. < 1 mm
g. < 0,5 mm
h. < 2 mm

2. Normal Segmen PR adalah………


e. 0,12-0,22 detik
f. 0,04-0,06 detik
g. 0,02-0,06 detik
h. 0,04-0,12 detik

G. Lembar Kerja
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
MATERI XI

a
s PRAKTIKUM
SUCTION dan TERAPI OKSIGEN

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori tentang suction dan melakukan prosedur suction dengan baik dan benar
B. Uraian Materi

1. Definisi suction
2. Tujuan
3. Komplikasi
4. Indikasi
5. Definisi terapi oksigen
6. Metode pemberian oksigen
7. Rumus penghitungan kebutuhan oksigen

C. Rangkuman
1. Definisi
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk
mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran
gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang
tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan
menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.
2. Tujuan
a. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
b. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
c. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa
3. Komplikasi
a. Hipoksia
b. Trauma jaringan
c. Meningkatkan resiko infeksi
d. Stimulasi vagal dan bronkospasm
4. Indikasi
j. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret
dengan mengeluarkan atau menelan
k. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai
terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara
crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat,
ditemukannya mucus pada alat bantu nafas.
l. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan
secret oral
5. Jenis suction
a.Oral suctioning : suatu teknik mengeluarkan secret melalui mulut.
b.Nasofaringeal suctioning : teknik mengeluarkan secret melaluikateter yang
dimasukkan ke hidung.
c.Nasotrakeal suctioning : teknik mengeluarkan secret dari bagianatas pada jalan
nafas bawah melalui kateter yang dimasukkan lewathidung.
d.Endotrakeal suctioning teknik mengeluarkan secret melalui pipa trakeostomi
6. Ukuran Selang dan
Tekanan Ukuran selang
suction :
a.Anak-anak usia 2-5 tahun : 6-8 F
b.Usia sekolah 6-12 tahun : 8-10 F
c.Remaja-dewasa : 10-16 F

Tekanan normal untuk suction :


a.Dewasa : suction dinding (100-140 mmHg), suction portable (10-15 mmHg)
b.Anak-anak : suction dinding (95-100 mmHg), suction portable (5-10 mmHg)

Selang suction

5. Definisi
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih besar
daripada udara ruang untuk mencegah hipoksemia.
6. Metode Pemberian O2
1. Sistem aliran rendah
Kateter nasal: aliran 1 – 6 L/mnt, konsentrasi O2 24% – 44%.
Kanula nasal: aliran 1 – 6 L/mnt, konsentrasi O2 24% – 44%
Masker sederhana: aliran 5 – 8 L/mnt, konsentrasi O2 40 – 60%
Masker rebreathing: aliran 8 – 12 L/mnt, konsentrasi O2 60 – 80%
Masker non rebreathing: aliran 8 – 12 L/mnt, konsentrasi O2 sampai 99%

2. Sistem aliran tinggi, contoh: masker ventury, aliran udara 4–14 L/mnt

7. Rumus Kebutuhan Oksigen

MV = VTxRR
Keterangan:
MV= Minute Ventilation, udara yang masuk ke sistem pernapasan setiap menit
VT= Volume Tidal, 6-8 ml/kg bb
RR= Respiration Rate
Misalnya : Berat Badan 50 kg, RR 30x/menit
MV= VTxRR
= (50 kg x (6-8 ml)) x 30
= 9000-12000 ml/mnt
= 9-12 L/menit

D. Tugas
Mahasiswa melakukan suction secara mandiri dan menghitung kebutuhan oksigen secara
mandiri
E. Cek list

FORMAT PENILAIAN PENGHISAPAN LENDIR (SUCTION)


NILAI
No ASPEK YANG DINILAI BOBOT YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 3
2. Mengatur posisi yang nyaman pada 3
klien,kepala sedikit ekstensi
3. Meninggikan volume oksigen menjadi 3
5ltr/mnt
4. Meletakkan pengalas di bawah dagu pasien 3
5. Menurunkan volume oksigen menjadi 2 5
ltr/mnt
6. Memakai sarung tangan 5
7. Menghidupkan mesin, mengecek tekanan 5
dalam botol penampung
8. Memasukkan kanul suction dengan hati-hati 5
(mulut 10cm)
9. Menghisap lendir dengan menutup lubang 5
kanul, menarik keluar perlahan sambil
memutar (+ 5 detik untuk anak,+ 10 detik
untuk dewasa)
10. Membilas kanul dengan NaCl, beri 5
kesempatan klien untuk bernafas
11. Mengobservasi keadaan umum klien dan 5
status pernafasan klien
12. Mengulang tindakan pada point 8-9 5
13. Meninggikan volume oksigen 5 ltr/mnt 5
14. Membilas kanul dengan NaCl 5
15. Menurunkan volume oksigen sesuai dosis 5
terapi pada pasien
16. Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2

F. Tes Formatif

1. Tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas disebut…….


a. WSD
b. Suction
c. Trakeostomi
d. JVP
2. Jika aliran oksigen 1-6L/ menit konsentrasi 0,24%-44% maka menggunakan ………
a. Kanula nasal
b. Masker sederhana
c. Masker rebreathing
d. Masker non rebreathing

G. Lembar Kerja
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
MATERI XII

a
s PRAKTIKUM
TRANFUSI DARAH DAN TERAPI INFUS

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori tentang pemasangan tranfusi darah dan melakukan prosedur pemasangan tranfusi darah
dengan baik dan benar
B. Uraian Materi

1. Definisi
2. Tujuan
3. Darah dan Produk darah untuk tranfusi

C. Rangkuman
1. Definisi
Transfusi darah adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah kedalam
sirkulasi vena.

2. Tujuan
a. Umum
Untuk memenuhi kebutuhan sel darah : eritrosit, leukosit, trombosit, plasma atau
protein tubuh.
b. Khusus
1) Untuk mengembalikan volume darah setelah perdarahan hebat
2) Untuk mengembalikan kemampuan darah membawa oksigen
3) Untuk memberikan faktor plasma, seperti faktor hemolitik (antihemophilic factor,
AHF) atau faktor VII atau konsentrasi trombosit yang mencegah atau mengobati
perdarahan
3. Darah dan Produk Darah Untuk Tranfusi
Sebagian besar klien tidak membutuhkan transfusi darah lengkap. Sering kali transfusi
berupa komponen tertentu adalah transfusi yang lebih tepat.
Produk Manfaat
Darah lengkap Tidak umum digunakan
kecuali pada kasus perdarahan
akut yang ekstrem.
Menggantikan volume darah
dan semua produk darah :
SDM, plasma, protein plasma,
trombosit segar, dan faktor
pembekuan lain.
Sel darah merah Meningkatkan kemampuan
darah dalam membawa
oksigen pada pasien anemia,
pembedahan atau klien yang
menderita gangguan
perdarahan lambat. Satu unit
meningkatkan hematokrit
sekitar 4%.
Sel darah merah otolog Menggantikan darah setelah
pembedahan elektif yang
direncanakan. Klien
mendonorkan darahnya untuk
transfusi otolog pada minggu
4-5 minggu sebelum
pembedahan.
Trombosit Menggantikan trombosit pada
klien yang menderita
gangguan perdarahan atau
defisit trombosit. Trombosit
segar adalah yang paling
efektif.
Plasma beku segar Memperbanyak volume darah
dan memberikan faktor
pembekuan darah. Tidak perlu
digolongkan dan dicocokkan
(tidak mengandung SDM).
Fraksi albumin dan Ekspander volume darah :
protein plasma memberikan protein plasma.
Faktor pembekuan Digunakan pada klien yang
darah dan kriopresipitat mengalami defisiensi faktor
pembekuan. Masing-masing
memberikan faktor berbeda
yang terlibat dalam jalur
pembekuan darah :
Kriopresipitat juga
mengandung fibrinogen.

TERAPI CAIRAN
Secara garis besar, cairan intravena dibagi menjadi dua, yaitu cairan kristaloid dan koloid.
a. Cairan Kristaloid
Kristaloid berisi elektrolit (contoh kalium, natrium, kalsium, klorida). Kristaloid tidak
mengandung partikel onkotik dan karena itu tidak terbatas dalam ruang intravascular dengan
waktu paruh kristaloid di intravascular adalah 20-30 menit. Beberapa peneliti merekomendasikan
untuk setiap 1 liter darah, diberikan 3 liter kristaloid isotonik. Kristaloid murah, mudah dibuat,
dan tidak menimbulkan reaksi imun. Larutan kristaloid adalah larutan primer yang digunakan
untuk terapi intravena prehospital. Tonisitas kristaloid menggambarkan konsentrasi elektrolit
yang dilarutkan dalam air, dibandingkan dengan yang dari plasma tubuh. Ada 3 jenis tonisitas
kritaloid, diantaranya3:
- Isotonis.
Ketika kristaloid berisi sama dengan jumlah elektrolit plasma, ia memiliki konsentrasi yang sama
dan disebut sebagai “isotonik” (iso, sama; tonik, konsentrasi). Ketika memberikan kristaloid
isotonis, tidak terjadi perpindahan yang signifikan antara cairan di dalam intravascular dan sel.
Dengan demikian, hampir tidak ada atau minimal osmosis. Keuntungan dari cairan kristaloid
adalah murah, mudah didapat, mudah penyimpanannya, bebas reaksi, dapat segera dipakai untuk
mengatasi deficit volume sirkulasi, menurunkan viskositas darah, dan dapat digunakan sebagai
fluid challenge test. Efek samping yang perlu diperhatikan adalah terjadinya edema perifer dan
edema paru pada jumlah pemberian yang besarContoh larutan kristaloid isotonis: Ringer Laktat,
Normal Saline (NaCl 0.9%), dan Dextrose 5% in ¼ NS.2,3
- Hipertonis
Jika kristaloid berisi lebih elektrolit dari plasma tubuh, itu lebih terkonsentrasi dan disebut
sebagai “hipertonik” (hiper, tinggi, tonik, konsentrasi).Administrasi dari kristaloid hipertonik
menyebabkan cairan tersebut akan menarik cairan dari sel ke ruang intravascular. Efek larutan
garam hipertonik lain adalah
meningkatkan curah jantung bukan hanya karena perbaikan preload, tetapi9 peningkatan curah
jantung tersebut mungkin sekunder karena efek inotropik positif pada miokard dan penurunan
afterload sekunder akibat efek vasodilatasi kapiler viseral. Kedua keadaan ini dapat memperbaiki
aliran darah ke organ-organ vital. Efek samping dari pemberian larutan garam hipertonik adalah
hipernatremia dan hiperkloremia. Contoh larutan kristaloid hipertonis: Dextrose 5% dalam ½
Normal Saline, Dextrose 5% dalam Normal Saline, Saline 3%, Saline 5%, dan Dextrose 5%
dalam RL.
- Hipotonis
Ketika kristaloid mengandung elektrolit lebih sedikit dari plasma dan kurang terkonsentrasi,
disebut sebagai “hipotonik” (hipo, rendah; tonik, konsentrasi). Ketika cairan hipotonis diberikan,
cairan dengan cepat akan berpindah dari intravascular ke sel. Contoh larutan kristaloid hipotonis:
Dextrose 5% dalam air, ½ Normal Saline.
b. Cairan Koloid
Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas
osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler.
Koloid digunakan untuk resusitasi cairan pada pasien dengan defisit cairan berat seperti pada
syok hipovolemik/hermorhagik sebelum diberikan transfusi darah, pada penderita dengan
hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein jumlah besar (misalnya pada luka bakar). Cairan
koloid merupakan turunan dari plasma protein dan sintetik yang dimana koloid memiliki sifat
yaitu plasma expander yang merupakan suatu sediaam larutan steril yang digunakan untuk
menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka baker, operasi, Kerugian dari
‘plasma expander’ ini yaitu harganya yang mahal dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik
(walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada cross match.
D. Tugas
Mahasiswa melakukan implementasi transfuse darah dan mengenal terapi cairan infus

FORMAT INSTRUMEN PEMASANGAN TRANFUSI DARAH

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 2
2. Menjaga privasi 2
3. Memakai handscoon 3
4. Menggantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol 3
untuk digunakan setelah transfusi darah
5. Memberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu 10
sebelum pemberian transfusi darah
6. Memeriksa identifikasi kebenaran produk darah : 8
periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa
kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa
kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
7. Membuka set pemberian darah, klem pengatur pada 8
posisi off
8. Menusukkan kantong darah 6
9. Menekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk 10
sehingga filter terisi sebagian
10. Membuka klem pengatur, biarkan slang infus terisi 5
darah
11. Menghubungkan slang transfusi ke kateter IV 6
dengan membuka klem pengatur bawah
12. Memantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit 5
pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
13. Merapikan alat 2
14. Cuci tangan 2

C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

E. Tes Formatif

1. Tujuan khusus dari tranfusi darah adalah, kecuali…………


a. Untuk mengembalikan volume darah setelah perdarahan hebat
b. Untuk mengembalikan kemampuan darah membawa oksigen
c. Untuk memberikan faktor plasma, seperti faktor hemolitik (antihemophilic factor,
AHF) atau faktor VII atau konsentrasi trombosit yang mencegah atau mengobati
perdarahan
d. Untuk memenuhi kebutuhan sel darah : eritrosit, leukosit, trombosit, plasma atau
protein tubuh.
2. Manfaat pemberian tranfusi sel darah merah adalah………..
a. Meningkatkan kemampuan darah dalam membawa oksigen pada pasien
anemia, pembedahan atau klien yang menderita gangguan perdarahan lambat
b. Menggantikan darah setelah pembedahan elektif yang direncanakan
c. Menggantikan trombosit pada klien yang menderita gangguan perdarahan atau
defisit trombosit
d. Memperbanyak volume darah dan memberikan faktor pembekuan darah

F. Lembar Kerja
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
MATERI XIII

a
s PRAKTIKUM
SKRINING TB DAN PENGAMBILAN
SAMPEL BTA

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori tentang skrining TB dan pengambilan sampel BTA dengan benar
B. Uraian Materi

1. Definisi
2. Tujuan
3. Pengambilan sampel BTA

C. Rangkuman
1. Definisi
Teknik pemeriksaan bakteri tahan asam atau BTA adalah mengumpulkan sputum atau
dahak pasien yang diduga terinfeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Pemeriksaan
ini sangat mudah dilakukan dan tidak memakan waktu yang lama.
Pemeriksaan BTA dilakukan dengan mengumpulkan 2 spesimen sputum atau dahak
pasien yang dicurigai terinfeksi tuberkulosis dengan interval pengumpulan sputum
antara 8 sampai 24 jam, atau untuk lebih memudahkan dengan menggunakan sistem
Sewaktu–Sewaktu (SS) atau Sewaktu-Pagi (SP).

2. Metode Pengambilan
Pengambilan spesimen sputum atau dahak dapat dilakukan dengan menggunakan 4
cara, yaitu batuk spontan, induksi sputum (induced sputum), bronkoskopi, dan bilasan
cairan lambung (gastric aspiration).[6,9-11]
Batuk Spontan
Batuk merupakan cara paling mudah dan umum dilakukan untuk mengumpulkan
spesimen dahak. Namun, pengambilan dahak saat pasien batuk tetap perlu diawasi oleh
tenaga medis agar sputum yang didapat benar dari paru-paru, bukan hanya air liur atau
lendir dari belakang hidung. Apabila pengambilan sputum salah, maka hasil
pemeriksaan tidak akan signifikan.[6,7,9,10]
3. Peralatan
Alat yang dibutuhkan untuk mengumpulkan spesimen dahak secara langsung dengan
batuk spontan hanya memerlukan pot sputum yang sudah diberi label. Pengambilan
dahak dilakukan sebanyak 2 interval yaitu SS atau SP. Apabila dahak tidak dapat
dikeluarkan dengan batuk spontan, maka dibutuhkan metode lain dengan menginduksi
sputum dengan menggunakan uap panas dari salin hipertonik 3%-5%.[6] Diperlukan
juga pot dahak bersih dan kering, diameter mulut pot 4-5 cm, transparan, bening,
bertutup ulir dan tidak boleh bocor. Sebelum diserahkan kepada pasien sudah diberikan
identitas sesuai identitas atau nomor register pada form TB 05. Siapkan juga formulir
permohonan pemeriksaan laboratorium (TB 05), label, pensil dan spidol.[12]
4. Posisi Pasien
Posisi pasien saat melakukan pemeriksaan BTA dengan menggunakan prosedur batuk
spontan maupun dengan induksi batuk, adalah posisi badan tegak sambil duduk atau
berdiri. Posisi tubuh diutamakan posisi yang nyaman bagi pasien untuk bernapas dan
mengeluarkan dahak secara optimal. Sedangkan apabila pemeriksaan BTA dilakukan
dengan prosedur bronkoskopi atau bilasan cairan lambung, maka posisi tubuh pasien
dalam posisi berbaring untuk memudahkan selang bronkoskopi atau selang bilasan
cairan lambung untuk masuk ke dalam saluran pernapasan atau saluran pencernaan
pasien.[4]
5. Prosedural
Prosedur pengambilan sampel dibedakan dengan cara pengambilan yaitu dengan batuk,
induksi sputum dengan cairan salin hipertonik, bronkoskopi dan menggunakan cairan
lambung.
6. Pengumpulan Spesimen dengan Batuk
Pemeriksaan BTA yang dilakukan dengan mengumpulkan spesimen dahak secara
batuk spontan, pasien diberikan wadah atau pot sputum yang terbuat dari plastik yang
telah diberi label. Untuk memaksimalkan pengeluaran dahak, pasien diminta untuk
menghirup napas dalam kemudian ditahan selama kurang lebih 5 detik, setelah itu
pasien diminta untuk membuang napas secara perlahan kemudian pasien diminta untuk
batuk sekuat mungkin sampai dahak naik melalui tenggorokan sampai ke mulut. Dahak
yang keluar kemudian ditampung pada pot sputum plastik yang telah disiapkan di
tempat yang sudah disesuaikan untuk pengambilan sputum.[1,4,6-10]
FORMAT PENILAIAN PENGAMBILAN SAMPEL DAHAK
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan langkah prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Mengatur posisi pasien dengan nyaman (fowler atau 5
semi fowler)
3. Anjurkan menarik nafas melalui hidung selama 4 detik, 5
menahan nafas selama 2 detik kemudian hembuskan
nafas dari mulut dengan bibir dibulatkan selama 8 detik.
4. Menganjurkan pasien melakukan tindakan menarik 5
nafas dan hembuskan nafas selama 3 kali
5. Anjurkan untuk batuk dengan kuat setelah Tarik nafas 5
dalam yang ke 3
6. Tampung dahak dalam botol specimen, tutup 6
menggunakan penutup spesimen
7 Merapikan pasien 5
8. Mencuci tangan 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
MATERI XIV

a
s PRAKTIKUM
PENGAMBILAN DARAH VENA DAN
INTERPRETASI

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori tentang pengambilan sampel darah vena Uraian Materi

1. Definisi pengambilan darah vena


2. Tujuan pengambilan darah vena

B. Rangkuman

1. Definisi pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari
vena median cubita, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak
dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila
tidak memungkinkan, vena Chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan
berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena
letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf mediana.
2. Tujuan
a. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk
dilaksanakan pemeriksaan.
b. Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi needle stick injury)
c. Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah
(phlebotomy)

C. Tugas
Mahasiswa melakukan pengambilan sampel darah vena dan arteri secara mandiri
D. Cek list

FORMAT PENILAIAN PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA


NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan langkah prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Mengatur posisi pasien supinasi 5
3. Memasang perlak pengalas pada daerah yang akan 5
ditusuk
4. Menganjurkan pasien mengepalkan tangan 5
5. Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan 5
kapas alcohol kering
6. Menegakkan kulit diatas vena supaya vena tidak 6
bergerak
7. Menusukkan jarum ke dalam vena. Tarik pengisap 6
dengan perlahan sampai darah masuk ke dalam tabung
spuit.
8. Lepaskan karet pembendung dan kepalan tangan pasien 6
dibuka
9. Jarum dicabut dengan spuitnya dan bekas tusukan 6
ditekan dengan kapas alcohol sampai darah tidak keluar
kemudian diplester
10. Darah dimasukkan ke dalam botol yang tersedia dengan 6
posisi botol agak dimiringkan serta penyemprotan darah
kedalamannya tidak terlalu keras
11. Jarum dilepaskan, pengisap spuit dikeluarkan, kemudian 5
jarum,spuit dan pengisapmya diletakkan ke dalam bak
injeksi
12. Merapikan pasien 5
13. Mencuci tangan 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

E. Tes Formatif

1. Tujuan dilaksanakan pengambilan sampel darah vena adalah sebagai


berikut kecuali……………….
a. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk
dilaksanakan pemeriksaan.
b. Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi needle stick injury)
c. Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan
darah (phlebotomy)
d. Mengetahui kadar oksigen dalam darah

F. Lembar Kerja
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
MATERI XV

as
PRAKTIKUM
CRT, PITTING EDEMA DAN TORNIQUET
TEST

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori tentang CRT, Pitting Edema dan tourniquet test dengan baik dan benar
B. Uraian Materi

1. Pengertian
2. Tujuan torniquet tes
3. Definisi Edema
4. Penilaian Edema
5. Definisi Capillary Refill Time (CRT)

C. Rangkuman
PITTING EDEMA
a. Definisi
Edema merupakan terkumpulnya cairan di dalam jaringan interstisial lebih dari
jumlah yang biasa atau di dalam berbagai rongga tubuh mengakibatkan gangguan sirkulasi
pertukaran cairan elektrolit antara plasma dan jaringan interstisial.
Menurut Brunner and Suddart (2012) pitting edema adalah edema yang akan tetap
cekung bahkan setelah penekanan ringan pada ujung jari , baru jelas terlihat setelah
terjadinya retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg dari berat badan normal selama
mengalami edema.
b. Penilaian
1) Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik
2) Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
3) Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
4) Derajat IV : kedalamannya 7 mm atau lebih dengan waktu kembali 7 detik

Capillary Refill Time (CRT)


a. Definisi
Capillary refill time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk
memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi). Jaringan membutuhkan
oksigen untuk hidup, oksigen dibawa kebagian tubuh oleh system vaskuler darah. Nilai
normal Jika aliran darah baik ke daerah kuku, warna kuku kembali normal kurang dari 2
detik.
CRT memanjang (> 2 detik) pada :
1) Dehidrasi (hipovolumia)
2) Syok
3) Peripheral vascular disease
4) Hipotermia

TORNIQUETTE TEST

1. Tes ini juga dikenal sebagai tourniquet test adalah evaluasi nonspesifik untuk mengukur
kerapuhan dinding kapiler dan kekurangan jumlah platelet dan fungsinya.
Manset pemompa tekanan darah pada tekanan yang spesifik dengan periode waktu yang
menghasilkan peningkatan tekanan dan hipoksia pada bagian distal dari manset.
Penurunan resisten kapiler menyebabkan kapiler darah pecah yang berujung pada
perdarahan
2. Tujuan
Untuk mengukur kerapuhan dinding kapiler dan kekurangan jumlah platelet dan fungsinya
A. Tugas
Mahasiswa mempraktikkan secara mandiri
B. Cek list

D. Tugas
Mahasiswa melakukan pemeriksaan tourniquet secara mandiri
E. Cek list
INSTRUMEN PENILAIAN : TORNIQUET TEST
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
Y T
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 3
4. Menjelaskan langkah prosedur 3
5. Menanyakan kesiapan klien 2

B. FASE KERJA
1. Mendekatkan alat ke pasien 2
2. Mencuci tangan 3
3. Pasangkan manset tekanan darah pada bagian 5
lengan dan pompa hingga mencapai pertengahan
antara tekanan sistolik dan tekanan diastolic tetapi
tidak lebih tinggi dari 100 mmHg
4. Boarkan manset dipompa selama 5 menit dan 10
perhatikan setidaknya 1 inchi bagian distal dari
lengan dekat manset untuk melihat
pembentukan petechial
5. Hasil tes dilaporkan dalam rentang dari begatif ke 10
+4, tergantung pada jumlah dari kemunculan
petechea dengan diameter 5 cm
Evaluasi:
Negative= tidak ada petechia
+1= 1-10 Petechia
+2= 11-20 Petechia
+3= 21-50 petechia
+4= > 50 petechia
6. Kempiskan dan lepaskan manset tekanan darah 10
7. Pasien dianjurkan untuk membuka dan 10
mengepalkan tangannya guna mempercepat
kembalinya darah ke bagian distal ekstremitas
tubuh.
8. Rapikan alat yang digunakan 10
9. Rapikan Pasien 5
10. Lakukan Cuci tangan 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 3
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 2
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan (tidak 2
panik)
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 2
3. Ketelitian melakukan tindakan 3
4. Keamanan klien & perawat selama tindakan 3
Total 100

F. Tes Formatif

1. Hasil evaluasi pemeriksaan tourniquet tes +1 jika………….


a. 1-10 Petechia
b. 11-20 Petechia
c. 21-50 petechia
d. > 50 petechia
2. Hasil evaluasi pemeriksaan tourniquet tes +2 jika………….
a. 1-10 Petechia
b. 11-20 Petechia
c. 21-50 petechia
d. > 50 petechia

G. Lembar Kerja
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………

C. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
teori tentang pemeriksaan pitting edema dan CRT dan melakukan prosedur pemeriksaan
pitting edema dan CRT dengan baik dan benar
D. Uraian Materi
E. Rangkuman
INSTRUMEN PENILAIAN PEMERIKSAAN PITTING EDEMA

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Memakai handscoon 5
3. Inspeksi daerah edema (simetris, apakah ada tanda 10
peradangan)
4. Melakukan palpasi 10
5. Mengamati waktu kembalinya lokasi yang dipalpasi 5
6. Cuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100
INSTRUMEN PENILAIAN PEMERIKSAAN CAPILLARY
REFILL TIME (CRT)

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Memakai handscoon 5
3. Memegang tangan pasien lebih tinggi dari jantung 10
4. Menekan kuku jari tangan atau kaki sampai terlihat 10
pucat
5. Mencatat waktu yang dibutuhkan sampai warna 5
kembali normal
6. Cuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

F. Tes Formatif
1. Tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk memonitor dehidrasi
dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi) disebut
a. CRT Tes
b. Pitting Edema Test
c. Pemeriksaan Jantung
d. Pemeriksaan JVP
2. Kedalaman 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik termasuk dalam pitting edema
derajad
a. I
b. II
c. III
d. IV
G. Lembar Kerja
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………...
BAB III EVALUASI

A. Nilai Proses (50%)


1. Kedisiplinan
2. Keaktifan
3. Tugas Pra Lab

B. Nilai Evaluasi (20%)


Mahasiswa yang telah memenuhi kewajibannya untuk melaksanakan 8 perasat
praktikum berhak mengikuti ujian evaluasi yang akan dilaksanakan pada akhir keseluruhan
praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh program studi. Evaluasi akhir
dapat dilakukan dengan metode OSCA maupun COMPRE.

C. Nilai Akhir Praktikum


No Penilaian Prosentase Nilai
1. Nilai Proses 60 %
2 Nilai Evaluasi 40 %
Total

Anda mungkin juga menyukai