Anda di halaman 1dari 2

Artinya: “Berkata Mu’ammal ibn Hisyam Ya’ni al Asykuri,

berkata Ismail dari Abi Hamzah, berkata Abu Dawud dan dia adalah

sawwaru ibn Dawud Abu Hamzah Al Muzanni Al Shoirofi dari Amru

ibn Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata, berkata Rasulullah

SAW: Suruhlah anakmu melakukan sholat ketika berumur tujuh tahun.

Dan pukullah mereka karena mereka meninggalkan sholat ketika

berumur sepuluh tahun. Dan pisahlah mereka (anak laki-laki dan

perempuan) dari temp. Asbāb al-wurūd Ḥadīts diatas yaitu ada pertanyaan dari Mu‘ādz

ibn ʻAbdullāh kepada istrinya tentang kapan anak diperintahkan salat.

Maka istrinya menjawab dengan sabda Nabi, “Apabila dia sudah

mengetahui mana yang kanan dan mana yang kiri, maka

perintahkanlah dia untuk salat.”(Ferre, 2016:9).

3) Penjelasan Ulama

Maksud dari kalimat murū al-ṣabī (perintahkan anak-anak),

menurut ‘Izzuddīn ʻAbdussalām bahwa anak-anak bukan sasaran

pembicaraan dalam Ḥadīts tersebut, namun perintah yang ada adalah

untuk para wali, karena perintah untuk sesuatu bukanlah perintah atas

sesuatu itu (Al Toyyib, tth:114).

Al-Nawawī berkata bahwa al-ṣabī (anak) yang dimaksud dalam

Ḥadīts di atas adalah laki-laki dan anak perempuan. Tidak ada

perbedaan di antara kedua mereka dan tidak ada perbedaan pendapat

dalam hal ini. Perintah seorang wali terhadap anaknya hukumnya

wajib, namun ada yang mengatakan sunnah (Al Toyyib, tth:162).

4) Keterkaitan hadis dengan pendidikan

Tujuan Ḥadīts perintah memukul anak adalah upaya mendidik

anak agar disiplin salat sejak dini; bahwa orang tua wajib sejak dini

menanamkan perasaan bahwa salat adalah sesuatu esensial dalam

kehidupan seorang Muslim. Adapun ‘memukul’ merupakan sarana

dalam mendisiplinkan anak untuk mencapai tujuan tersebut.

Kedisiplinan sesungguhnya

merupakan kecakapan untuk


menyampaikan kepada anak tentang tingkah laku yang diharapkan

bermanfaat, dan tingkah laku yang tidak ada toleransi dan konsekuensi

apabila berkelakuan buruk. Selain itu kedisiplian juga berarti mampu

melaksanakan hal tersebut dengan konsisten. Kedisiplinan bukan

berarti sesuatu yang dilakukan orang tua kepada anak, tetapi

merupakan kerjasama orang tua dengan anak. Bila orang tua

menerapkan prilaku penuh kasih selama fase pengenalan kedisiplinan,

maka orang tua akan tetap ada pada batasan yang ditetapkannya

kepada anak (Ferre, 2016:14-15).

c. Mendidik dengan pola keteladanan

1) Sanat dan matan hadis

َ‫ َع ْن ُم َح َِّمد ْب ِن َع ْجاَل َن‬،‫ َحَّد َث ِني َع ْبُد اْل َع ِزي ِز ْب ُن ُم َح ٍَّمد‬:‫حَّد َث َن ا ِإْس َما ِعي ُل ْب ُن َأِبي َُأوْي ٍس َق ا َل‬،
‫ َأ َّن َرُسو َل هلِال صلى هلال عليه‬،‫ َع ْن َأِبي ُه َرْي َرَة‬،‫ َع ْن َأِبي َصاِلٍح الَّس َّما ِن‬،‫َع ِن اْلَقْع َقاِع ْب ِن َح ِكٍيم‬
َ
‫وسلم ق‬

‫ اَل‬:

ِ‫ق‬
‫ِإَن‬

Anda mungkin juga menyukai